92
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Umum
Pendekatan Program Ruang Terhadap Konsep
Menggunakan pendekatan nilai-nilai lokal pada kampung sebagai konsep perancangan diambillah beberapa nilai positif dari kampung yang dapat diaplikasikan ke dalam desain.
Seperti yang telah dijelaskan kata kampung sendiri lebih sering diartikan sebagai suatu keterbelakangan, namun pada kenyataannya nilai-nilai kampung yang sudah ada sejak lama di Indonesia tidak luntur. Hal ini karena kampung masih memiliki aspek-aspek positif yang layak untuk dikembangkan. Nilai-nilai dari kampung yang dapat diaplikasikan ke dalam desain adalah terwujudnya keakraban antar penghuni rusun dan kesadaran akan hak milik bersama yang tinggi.
Pemilihan konsep ini melihat kondisi sasaran, yaitu MBR yang terbiasa hidup di lingkungan perkampungan yang horizontal. Hal ini juga berdampak agar MBR yang akan direlokasi dan menempati Rusun ini merasa nyaman dan lebih mudah beradaptasi tanpa kehilangan unsur kampung dari hunian sebelumnya.
Salah satu kebiasaan masyarakat yang menghuni perkampungan horizontal adalah pemanfaatan gang-gang di depan rumah mereka sebagai suatu area multifungsi yaitu sebagai ruang bersosialisasi dengan tetangga, menjemur, memasak, hingga berjualan. Menilik dari rusun Pekunden yang menjadikan koridornya seperti gang- gang perkampungan, maka desain rusun Semanggi ini akan menitik beratkan pula pada koridor, di mana hal ini terbukti dapat mengakomodasi sebagian besar nilai-nilai kampung yang ada. Masyarakat berpenghasilan rendah ini biasa hidup secara out-door living. Untuk mengisi waktu luang, biasanya mereka mencari hiburan yang tidak perlu membutuhkan biaya. Satu-satunya hiburan tanpa biaya adalah bergaul dengan tetangga dekat. Selain mendatangkan hiburan, berbincang-bincang dengan tetangga memperkuat persahabatan dan mempererat tingkat keakraban masyarakatnya, sehingga hubungan kemasyarakatan itu
93 dirasa mengayomi individu-individu ketika mereka membutuhkan bantuan dan pertolongan. Pola hidup bermasyarakat ini disebut juga pola hidup komunal.
Tipe rusun yang cocok untuk MBR sesuai dengan peraturan-peraturan pemerintah yang ada adalah tipe sewa atau rusunawa. Sesuai Peraturan Menteri Nomor 14 tahun 2007 yang dimaksud dengan Rusunawa atau rumah susun sederhana sewa adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun menggunakan dana APBN dan/atau APBD dengan fungsi utamanya sebagai hunian. Besaran tarif sewa yang dikenakan adalah 1/3 atau 30% dari penghasilan para penghuninya.
5.2 Konsep Makro
A. Akses Menuju Bangunan
Gambar 5.1 Akses Menuju Bangunan
Sumber: Penulis
Akses utama menuju site adalah dari jalan Silir di sebelah barat site. Akses menuju bangunan diletakkan di Selatan site dengan mempertimbangkan faktor keamanan di mana merupakan jalan yang lebih sepi di banding jalan Silir yang merupakan jalan raya yang ada di sebelah Barat site yang juga ramai karena adanya pasar. Hal ini juga dikarenakan akses
94 dari sebelah utara dan timur yang berpapasan langsung dengan site hanya berupa jalan setapak.
B. Orientasi
Gambar 5.2 Arah Orientasi Bangunan
Sumber: Penulis
Orientasi site yang berada di daerah perkotaan dan tergolong padat maka hampir semua sisi site berbatasan dengan bangunan. Pada sebelah timur site terdapat view anak sungai Bengawan Solo yaitu sungai Premulung, sisi barat terdapat view pasar Notoharjo, sisi utara dan selatan mendapatkan view permukiman. Jadi dapat dikatakan bahwa site memiliki view yang tidak monoton terutama view ke arah sungai Premulung.
Orientasi bangunan direncanakan ke arah Utara-Selatan menyesuaikan iklim tropis yang ada di Indonesia. Hal ini dirasa paling menguntungkan karena bangunan akan mendapat penghawaan dan pencahayaan alami yang maksimal. Dengan arah orientasi ini bangunan meminimalisir teriknya sinar matahari dari arah Timur dan Barat. Selain itu hal ini akan mempengaruhi pola sirkulasi horizontal pada rusun sehingga membuat koridor mendapatkan akses cahaya dan udara yang cukup.
C. Konfigurasi massa
Tabel 5.1 Kebutuhan Luasan Lahan
No. Jenis Peruntukan Hitungan Luas Lahan (m2)
1. Bangunan hunian 50% x 10.000 5.000
95
2. bangunan fasilitas 10% x 10.000 1.000
3. ruang terbuka 20% x 10.000 2.000
4. prasarana lingkungan 20% x 10.000 2.000
Total 10.000
Sumber: Analisa Penulis
Berdasarkan tabel di atas, total dari luas lahan sebesar 10.000 m2 yang dapat dibangun rusun adalah 5.000 m2, sedangkan 50% lainnya digunakan sebagai fasilitas penunjang dari bangunan rusun.
Gambar 5.3 Bentukan Massa Bangunan
Sumber: Penulis
Konfigurasi massa bangunan yang digunakan adalah memusat ke tengah dengan bentuk dasar O (bulat) dengan 4 blok massa. Hal ini dirasa paling cocok karena lebih efisien dengan memusatkan sirkulasi di tengah. Keuntungan yang lain adalah tiap sarusun mendapatkan view yang berbeda dan dapat saling berinteraksi dengan penghuni dari blok seberang. Desain ini juga menciptakan inner court yang akan berfungsi sebagai ruang berkumpul dan bersosialisasi yang dapat mewadahi seluruh penghuni. Ukuran Inner court mengikuti standar jarak antar massa bangunan 5 lantai yaitu 12 m. Jarak ini berdasar pada penggunaan koridor yang saling berhadapan sehingga para penghuni dapat saling berkomunikasi dan apabila terdapat kegiatan di inner court penghuni dapat melihat atau menikmati dari koridor hunian masing-masing
96 KLB dihitung dari luas total bangunan dibagi KDB, maka diperoleh KLB sekitar 4. Bangunan 4 lantai memiliki keuntungan yaitu mempermurah biaya pembangunan akan membuat harga sewa semakin dapat ditekan. Hal ini juga mengingat target penghuninya adalah para MBR. Selain itu apabila bangunan dibuat lebih dari 4 lantai dan menggunakan lift dirasa kurang cocok dengan konsep utama yaitu pengaplikasian nilai-nilai kampung di mana nilai kampung dapat diartikan dengan kesederhanaan.
Gambar 5.4 Bangunan Low Rise 4 Lantai
Sumber: Penulis
Keuntungan lain ketinggian rumah susun yang rendah (low rise) karena bentuk ini masih dapat diterima oleh MBR karena kebersamaan sosial akan lebih mudah tercipta dibandingkan dengan rusun yang tinggi (high rise).
5.3 Konsep Meso
A. Programatik Ruang
Ruang-ruang yang umumnya terdapat pada Rusun adalah sarusun dan ruang komunal. Dengan pendekatan nilai-nilai lokal pada kampung maka susunan ruang dibentuk sedemikian menyerupai tatanan yang ada pada perkampungan horizontal.
Mengakomodasi kebutuhan untuk 4 orang dalam satu KK, maka dipergunakan luas unit adalah 27 m2 dan 36 m2, jumlah unit yang dapat ditampung adalah 300 unit. Mengikuti SNI
97 untuk fasilitas lingkungan rusun sederhana maka di ambil beberapa fasilitas sesuai dengan jumlah penghuni yaitu sekitar 1.600 jiwa.
Tabel 5.2 Organisasi Ruang dan Total Luasan Kebutuhan Ruang Rusun
Lokasi Keterangan Hitungan Luas (m2)
Lantai 1 Unit hunian / sarusun 12 unit
Untuk difabel, Tipe 36 Koridor 300 unit modul 3x3 36 m2 x 12 unit 6 x 3 x 12 unit 432 216 Warung/Kios @18 m2 300/50 x 36 m2 216 PAUD 8% x 1200 jiwa x 1,5 m2 144 Posyandu 1200/1000 jiwa x 30 m2 36 Musholla 300/40 x 36 m2 270 Kantor/ Balai RW Pos satpam Gedung serba guna
2 twin blok x 36 m2 1200/200 jiwa x 4 m2 1200/1000 jiwa x 250 m2 72 24 300 taman /RTH,tempat
bermain, Lapangan olah raga 20% x 10.000 m2 2.000 Sirkulasi parkir 20% x 10.000 m2 2 m2 x 300 unit 2.000 600 Bak sampah Ruang ME 3 m2 x 4 blok - 12 45
Lantai 2-4 Unit hunian / sarusun (288 unit)
188 Tipe 36 Koridor 100 Tipe 27 Koridor
288 : 4 = 72 unit tiap blok modul 3x3 36 m2 x 188 unit 6 x 3 x 188 unit 27 m2 x 100 unit 4,5 x 3 x 100 unit 6.768 3.384 2.700 1.350
Rooftop ruang terbuka 4.734
TOTAL 21.303
Sumber: Analisis Penulis
98 Gambar 5.5 Organisasi Ruang
Sumber: Penulis
99 Skema 5.1 Organisasi Lantai Dasar
Sumber: Penulis
Skema 5.2 Organisasi Lantai 2-4
Sumber: Penulis
100 B. Zonasi Ruang
Zonasi ruang dibedakan menjadi ruang publik, semi publik dan privat. Zonasi diurutkan berdasarkan tingkat privasinya. Bagian luar bangunan dan entrance merupakan area publik yang bisa diakses semua orang, untuk lantai dasar merupakan area semi publik di mana masih bisa diakses orang luar namun lebih diperuntukkan bagi para penghuni, untuk area privatnya hanya pada bagian unit sarusunnya saja.
Gambar 5.6 Zonasi Site
Sumber: Penulis
Gambar 5.7 Zonasi Vertikal
Sumber: Penulis
101 C. Sirkulasi Horizontal
Gambar 5.8 Zonasi Sirkulasi Site Sumber: Penulis
Penggunaan sirkulasi horizontal berbentuk single koridor dipilih agar konsep nilai-nilai kampung dapat diterapkan pada bangunan sehingga para penghuni rusun dapat saling berkomunikasi di koridor dan melakukan berbagai aktivitas. Selain itu salah satu cara mengkonservasi budaya lokal kota Solo adalah dengan membuat ruang-ruang untuk interaksi sosial yang dapat digunakan secara komunal untuk berkegiatan dan berinteraksi sosial.
Mengingat terdapat hunian khusus difabel maka sirkulasi horizontal pada lantai dasar didesain dengan menyesuaikan kebutuhan mereka dengan berdasar pada standar yang ada.
Gambar 5.9 Sirkulasi Horizontal Bangunan
Sumber: Penulis
Koridor dibuat lebar agar dapat berperan sebagai halnya gang-gang pada perkampungan. Lebar dari koridor adalah 3 m, di mana akan dapat menampung aktivitas
102 para penghuni berupa bersosialisasi dengan tetangga, menjemur, menaungi hobi penghuni (misal memelihara burung), memasak, belajar, bermain, bahkan berjualan.
D. Sirkulasi Vertikal
Untuk sirkulasi vertikal, karena memiliki 4 lantai digunakanlah tangga sebagai aksesnya. Hal ini dipilih mengingat peraturan yang sudah ada tentang bangunan bertingkat sederhana. Selain menyesuaikan standar yang ada, juga untuk mempermurah biaya pembangunan. Sistem tangga yang terbuka juga membuat para penghuni dapat berinteraksi di dalamnya sehingga memperkuat konsep yang diangkat.
Gambar 5.10 Contoh Tangga Rusun Pekunden
Sumber: Penulis
E. Vegetasi
Gambar 5.11 Vegetasi site
Sumber: Penulis
Pemberian vegetasi pada site ditata di sisi pinggir site secara mengeliling yang berfungsi juga sebagai buffer. Peletakkan pada sisi barat diberi lebih banyak pohon untuk mengurangi
103 kebisingan yang diperoleh dari daerah pasar dan jalan utama. Bentukan massa yang memusat menciptakan inner court di tengah-tengah antar bangunan yang memiliki fungsi sebagai taman, taman bermain anak, dan lapangan olah raga maka perlu adanya penghijauan. Selain untuk penyejuk namun juga sebagai pemandangan yang dapat dinikmati para penghuni dari lantai atas.
F. Fasad
Fasad pada bangunan dibuat minimalis dan fungsional untuk menekan biaya pembangunan. Fasad bangunan akan didominasi elemen-elemen vertikal dan horizontal hasil dari penataan ruang dan bukaan pada bangunan. Elemen horizontal digunakan terutama untuk fasad sebelah utara dan selatan untuk menahan matahari tinggi antara lain dengan adanya balkon, tritisan atap dan shading/ tirai horizontal. Elemen vertikal diberikan di sebelah barat dan timur untuk menghalau matahari rendah salah satunya dengan memberi shading vertikal.
Gambar 5.12 Contoh Fasad Rusun
Sumber: http://static.panoramio.com/photos/large/90634897.jpg, diakses 3 Februari 2014
G. Sistem struktur
Sistem struktur yang digunakan adalah sistem core dan rangka kaku dengan bentukan yang sederhana yang dirasa paling aman digunakan di Indonesia yang rawan gempa. Menggunakan sistem beton pra cetak untuk mempercepat dan mempermurah biaya. Untuk bagian dinding antar unit menggunakan beton ringan untuk memperingan struktur dan menghemat biaya. Untuk plafon pada bangunan dibuat exposed dengan memanfaatkan
104 struktur plat lantai. Modul yang dipakai untuk struktur adalah 6x6 m. Hal ini menyesuaikan ukuran unit yang akan di desain.
Gambar 5.13 Sistem Struktur Core dan Rangka Kaku
Sumber: Penulis
5.4 Konsep Mikro
A. Unit Hunian/ Sarusun
Dengan modul 3 x 3 m2, unit sarusun di desain dengan menyesuaikan modul tersebut dan standar yang ada. Mengikuti standar yang ada tentang rumah susun sederhana untuk MBR maka luasan tiap unit yang dipakai maksimal adalah 36 m2. Berdasar peraturan tersebut diambil luasan unit 27 m2 untuk anggota 3 orang dan 36 m2 untuk anggota 4 orang.
Gambar 5.14 Unit Tipe 36
Sumber: Penulis
105 Menggunakan modul 3x3 maka pada tipe 36 terdapat 4 modul sehingga tercipta ukuran 6x6 yang menjadi dasar pemilihan modul struktur bangunan.
Gambar 5.15 Unit Tipe 27
Sumber: Penulis
Pada tipe 27 juga digunakan modul 3x3 sejumlah 3 modul, penataan modul sama dengan tipe 36 namun dikurangi 1 modul sehingga masih didapatkan modul 6x6 untuk struktur.
Gambar 5.16 Denah Skematik Tipe 27
Sumber: Penulis
Penataan ruang pada unit, untuk ruang servis diberikan di sebelah samping namun di bagian entrance/depan hal ini untuk mempermudah pemeliharaan dan perbaikan utilitas bangunan. Orientasi unit pada bagian tengah adalah dua arah, depan dan belakang.
106 Sedangkan untuk unit pada daerah ujung diupayakan memiliki tiga arah orientasi untuk memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami di dalam unit.
Gambar 5.17 Denah Skematik Tipe 36
Sumber: Penulis
B. Unit untuk Difabel
Unit khusus untuk para difabel diletakkan di lantai dasar agar mereka mudah mengaksesnya. Ukuran tiap ruang dalam unit disesuaikan dengan ukuran jangkauan para difabel untuk mempermudah mereka dalam melakukan aktivitas di dalamnya. Menggunakan modul 3x3 dirasa cukup untuk pergerakan para difabel dalam suatu ruangan.
Tabel 5.3 Persyaratan Hunian untuk Difabel
Nama Ruang Sketsa Persyaratan
Kamar Mandi
Shower
a. Bilik pancuran harus memiliki tempat duduk yang lebar dengan ketinggian disesuaikan dengan jangkauan pengguna kursi roda
b. Bilik pancuran harus memiliki pegangan rambat (handrail)
c. Bilik pancuran dilengkapi dengan tombol alarm atau
107
alat pemberi tanda lain yang bisa dijangkau pada waktu keadaan darurat.
d. Kunci bilik pancuran dirancang dengan menggunakan tipe yang bisa dibuka dari luar pada kondisi darurat
(emergency).
e. Pintu bilik pancuran sebaiknya menggunakan pintu bukaan keluar.
f. Pegangan rambat dan setiap permukaan atau dinding yang berdekatan dengannya harus bebas dari elemen-elemen yang runcing atau
membahayakan
g. Menggunakan kran dengan sistem pengungkit.
Wastafel a. Wastafel harus dipasang
sedemikian sehingga tinggi permukaannya dan lebar depannya dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda dengan baik.
b. Ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan di depan wastafel.
c. Wastafel harus memiliki ruang gerak di bawahnya sehingga tidak
menghalangi lutut dan kaki pengguna kursi roda.
d. Pemasangan ketinggian cermin diperhitungkan terhadap pengguna kursi roda.
108 e. Menggunakan kran dengan
sistem pengungkit.
Pintu dan Jendela
a. Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup oleh penyandang cacat. b. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm, dan pintu-pintu yang kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm.
c. Di daaerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai. d. Penggunaan pintu
otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya kebakaran. Pintu tersebut tidak boleh membuka sepenuhnya dalam waktu lebih cepat dari 5 detik dan mudah untuk menutup kembali. e. Hindari penggunean
bahan lantai yang licin di sekitar pintu.
f. Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu diperlukan bagi pengguna kursi roda
109 Perletakan
alat listrik
a. Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk mempermudah
pengoperasian sistem alarm, termasuk peralatan bergetar (vibrating devices) di bawah bantal.
b. Semua pengontrol peralatan listrik harus dapat
dioperasikan dengan satu tangan dan tidak
memerlukan pegangan yang sangat kencang atau sampai dengan memutar lengan.
Ruang makan
Kamar Tidur
Sumber: Permen PU No. 30 Tahun 2006
C. Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian akan di desain dengan mengikuti alur sirkulasi pada site. Beberapa tambahan untuk difabel diberikan untuk mempermudah para difabel dalam mengakses bangunan maupun tapak.
110 Gambar 5.18 Jalur Pedestrian untuk Difabel
Sumber: Permen PU No. 30 Tahun 2006
Gambar 5.19 Susunan Ubin Pemandu
Sumber: Permen PU No. 30 Tahun 2006
111 D. Taman Bermain
Taman bermain untuk anak-anak penghuni rusun dibuat bentukan yang tidak teratur untuk menimbulkan kesan sifat bebas, aktif dan fleksibel.
Gambar 5.20 Bentukan Tidak Teratur
Sumber: Penulis
Gambar 5.21 Contoh Taman Bermain
Sumber: Phttp://eco-mobile.tunashijau.org/wp-content/uploads/2014/07/rusun2.jpg, diakses 3 Maret 2015
E. Utilitas
1. Sistem Pencahayaan
Pencahayaan dalam bangunan maupun site didapat dengan memaksimalkan bukaan pada bangunan untuk mendapatkan cahaya matahari pada siang hari. Untuk malam hari digunakan penerangan buatan berupa lampu. Selain untuk memberikan kesehatan juga untuk mempermurah biaya yang dikeluarkan penghuni rusun.
112 Gambar 5.22 Contoh Desain Interior Ruang Keluarga
Sumber: http://www.marketplus.co.id/wp-content/uploads/2013/03/Pencahayaan-alami-di-rumah.jpg, diakses 3 Maret 2015
2. Sistem Penghawaan
Penghawaan alami dimaksimalkan dengan pemberian bukaan pada bagian depan dan belakang unit. Hal ini juga akan membawa pengaruh positif terhadap kesehatan para penghuninya. Penghawaan buatan tidak diberikan karena sasaran adalah MBR dan untuk menekan biaya sewa maupun pengelolaan.
Gambar 5.23 Skema Aliran Udara
Sumber: https://septanabp.files.wordpress.com/2013/06/gambar-14.jpg, diakses 3 Maret 2015
3. Sistem Air Bersih
Air bersih didistribusikan secara vertikal dari air tanah/ PDAM di pompa ke atas kemudian disimpan pada tangki di rooftop untuk kemudian disalurkan ke bawah ke masing-masing unit, sistem ini disebut down feed sistem.
Skema 5.3 Distribusi Air Bersih
Sumber: Penulis Air tanah/PDAM Jaringan Tranmisi Penyimpanan (ground tank dan upper tank) Jaringan
distribusi Unit hunian
113 4. Sistem Air Kotor
Jaringan air kotor dibuang melalui pipa pada shaft kemudian disalurkan ke bak-bak kontrol untuk diolah sebelum di buang ke riol kota.
Skema 5.4 Distribusi Air Kotor
Sumber: Penulis
5. Sistem Jaringan Listrik
Jaringan listrik untuk rusun ini menggunakan sumber dari PLN saja. Skema 5.5 Jaringan Listrik
Sumber: Penulis
6. Sistem Fire Protection
Proteksi terhadap api sangat penting dalam rusun mengingat segala aktivitas dapat dilakukan di sana. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dikategorikan dalam upaya preventif, represif dan evakuasi.
Tabel 5.4 Kategori Fire Protection
Kategori Upaya
preventif pemilihan bahan bangunan tahan api, pengadaan perlengkapan pencegah kebakaran, cctv/ security
represif sprinkle, smoke detector, hidrant, fire extinguisher, fire dumper, fire alarm
evakuasi jalur evakuasi, tangga darurat
Sumber: Penulis
Unit
Hunian
Bak
Kontrol
STP
Riol
kota
PLN trafo stabilisator MDP SDP hunian
tiap lantai
114 7. Sistem Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah dari tiap unit ke bak sampah melalui shaft sampah sehingga penghuni lantai atas tidak perlu susah payah naik turun hanya untuk membuang sampah. Bak sampah penampung akan disediakan pada tiap blok rusun. Kemudian akan diangkut oleh petugas kebersihan kota untuk dibawa ke tempat pembuangan terakhir tiap 3 kali dalam seminggu. Untuk menambahkan konsep green maka pemberian shaft sampah tiap blok diberi 3 pipa untuk memisahkan sampah organik, anorganik dan berbahaya. Sehingga selain mempermudah proses pengolahan selanjutnya juga mendidik para penghuni untuk bisa hidup sehat dan smart.
Gambar 5.24 Jaringan Sampah Kota
Sumber: https://jujubandung.wordpress.com/2012/07/02/manajemen-limbah-padat-surabaya/, diakses 10 Maret 2015