• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN WORKSHOP REGIONAL PELATIH OSCE KEDOKTERAN GIGI WILAYAH BARAT & TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN WORKSHOP REGIONAL PELATIH OSCE KEDOKTERAN GIGI WILAYAH BARAT & TIMUR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

WORKSHOP REGIONAL

PELATIH OSCE KEDOKTERAN GIGI

WILAYAH BARAT & TIMUR

Direktorat Akademik

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan Nasional

Makassar (Wil Timur), 16 – 17 Juli 2010

(2)

1. Pendahuluan

Komponen 2 HPEQ Project mempunyai fokus kegiatan pada upaya peningkatan sistemujian. Salah satu wujud peningkatan sistem ujian ini adalah dengan pelaksanaan metode ujian tambahan yaitu Objective Structured Clinical Examination (OSCE). OSCE memiliki keunggulan karena dapat menguji tahap demonstrasi atau “show how” yang lebih tinggi tingkatannya untuk uji kompetensi dibandingkan ujian tulis yang saat ini berjalan. Selain itu, OSCE mungkin dilaksanakan mengingat metode ini telah dilaksanakan di hampir semua institusi pendidikan terutama dalam bidang kedokterandan kedokteran gigi.

Salah satu unsur penting dalam OSCE adalah keberadaan SP(SP). SP sangat penting untuk menggantikan pasien yang sebenarnya. Hal ini dimungkinkan terutama untuk pengujian keterampilan komunikasi dalam hubungan dokter-pasien, pengambilan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dapat digantikan oleh orang sehat. Untuk memungkinkan peran yang sangat baik sehingga dapat menggantikan posisi pasien yang sebenarnya diperlukan pelatihan bagi pelatih SP.

Pelatihan khusus untuk pelatih SP ini tidak saja menguntungkan bagi pelaksanaan ujian tingkat nasional, tetapi diharapkan para peserta dapat menyebarluaskan apa yang diperoleh dari kegiatan tersebut untuk pengembangan OSCE di institusinya masingmasing. Mengingat kedua fungsi yang sangat penting ini, maka perlu dilakukan pelatihan berjenjang dimulai dari tingkat regional sampai dengan nasional untuk meningkatkan jumlah dan kualitas pelatih SP untuk OSCE di institusi dan nasional. Pada tahun 2010 kegiatan ini akan dilaksanakan untuk bidang kedokteran dan kedokteran gigi.

2. Tujuan

Maksud dan tujuan dari pelaksanaan workshop ini adalah :

1. Meningkatkan kemampuan pelatih SP regional dalam merekrut trainer serta mensosialisasikan ke institusi masing-masing.

2. Mampu merekrut serta mengelola SP di institusi masing-masing yang juga dapat digunakan pada tingkat nasional.

3. Terkumpulnya jumlah pelatih SP sehingga ketersediaan SP yang berkualitas bisa memadai untuk pelaksanaan ujian nasional.

4. Terstandarisasinya cara dan metoda pelatihan SP yang akan direkrut dan dilibatkan pada pelaksanaan ujian nasional.

5. Meningkatnya kemampuan pelatih SP dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam mengembangkan sistem pelatihan SP di institusi dan wilayahnya masing-masing.

6. Meningkatkan kemampuan pelatih SP dalam membuat skenario. 3. Output Workshop

Indikator keluaran utama dari workshop ini adalah : 1. Tersusunnya kriteria SP untuk OSCE nasional. 2. Tersusunnya prosedur pengelolaan SP. 3. Tersusunnya prosedur pelatih SP.

4. Kecukupan skenario untuk digunakan pada OSCE yang menggunakan SP. 5. Sejumlah pelatih SP untuk tingkat nasional.

(3)

4. Metode Pelaksanaan Workshop

Workshop regional pelatih SPOSCE kedokteran gigi ini dibagi menjadi 2 batch, yaitu wilayah barat dan wilayah timur. Host workshop wilayah barat kali ini adalah Medan (FKG USU), dan host untuk wilayah timur adalah Makassar (FKG UNHAS). Pada pelaksanaannya, workshop hari pertama (yang bersisi sesi kuliah dan diskusi), dilaksanakan di hotel (Hotel JW Marriot di Medan dan Hotel Arya Duta di Makassar). Pada hari kedua, dilakukan simulasi / praktek di masing-masing FKG yang menjadi host.

Participation rate peserta di wilayah barat sangat baik, bahkan melebihi target peserta yang diundang. Target peserta adalah 12 peserta, namun dikarenakan FKG UNBRAH mengirimkan 2 wakilnya sehingga jumlah peserta menjadi 13 orang. Workshop ini dipandu dan didampingi oleh 3 orang fasilitator, yaitu: Haslinda Z Tamin, Mei Syafriadi, Rahmi Amtha yang merangkap sebagai narasumber.

Berikut adalah daftar peserta yang hadir pada workshop wilayah barat :

No. Nama Institusi HP Email

1 Magdalena Lesmana FKG Un.

Moestopo - gandangr@cbn.net.id

2 Anna Muryani FKG UNPAD 0817223680 annamuryani@yahoo.com;

annamuryani1206@gmail.com 3 Magdalena Juliani H.B FKG USAKTI 0811866094 lenasport2000@yahoo.com 4 Mangatas HP Hutagalung FKG Un. Prima Indonesia 08126444853 mangatashutagalung@yahoo.co m

5 Herwanda PSKG FK Unsyiah 081360731378 lydia_musa@yahoo.com

6 Sulistiawati PSKG FK Unsri 085288091689 sulistiawati_tia@yahoo.co.id

7 Eddy Dahar FKG USU 085297155398 eddy_dahar@yahoo.com

8 Widyawati FKG Unbrah 081363998181 widyaramuna@yahoo.co.id

9 Yenita Alamsyah FKG Unbrah 08126702965 alamsyah.yanita@yahoo.com

10 Jeffrey FK Unjani 08156192964 jeffrey_dent2000@yahoo.com

11 Vinna Kurniawati S FKG. Un. Kristen

Maranatha 08122115650 winnakurniawati@yahoo.co.id

12 A. Irene Sukardi FKG UI 08161933591 irene_perio@yahoo.com

13 Susi FKG Unand

Sejalan dengan pelaksanaan workshop di wilayah barat, participation rate di wilayah timur juga sangat baik, yaitu 100 %. Narasumber yang merangkap fasilitator pada workshop wilayah timur adalah Adam Malik, Yohana Yusra dan Peter Andreas.

(4)

No Nama Institusi HP Email 1 Haris Budi W FKG UNSOED 081335036549 harisbu@yahoo.com

2 Maharani L.A FKG UNLAM 081703521321

085850367843 rany_rakey@yahoo.com 3 Yuliana R Kumala PSKG UB 081330447579 yulianarkumala@gmail.com

4 C Yustisia Hasan FKG UGM 08175469191 yustisiahasan@yahoo.com 5 Rahmawati S P FKG UNISULA 0811274770 rahmawati_rofiq@yahoo.co.id 6 Sri Kynarti FKG UNAIR 0811340329 attybp@yahoo.com

7 Dwis Syahriel FKG UNMAS 08123654344 dsyahriel@gmail.com 8 Sartika Puspita KG UMY 081328254822 tikadentist@yahoo.co.id 9 Novitasari IIK BW KEDIRI 081556439334 nobita_sari@ymail.com 10 Dinar A W PSKG FK UNSRAT 0811321493 gold@sby.dnet.net.id

11 Widyastuti FKG UHT 0811317490 widyastuti.soemarno@yahoo.c om

12 Agus Sumono FKG UNEJ 08123457369 agus.sumono@yahoo.com 13 Eka Erwansyah FKG UNHAS 0811414098 eka_ortho@yahoo.com

Pada implementasinya, workshop di kedua wilayah berjalan sesuai dengan jadwal yang tertera pada TOR. Rundown acara workshop secara lengkap adalah sebagai berikut :

Hari 1 (16 Juli 2010) di Hotel 14.45 – 15.00 Pembukaan

Perkenalan peserta dan fasilitator Pengarahan Workshop PIC wilayah Perwakilan host (PD 1 FKG) 15.00 – 15.30 (sesi I)

Penjelasan umum peran SP dlm OSCE Nasional Narasumber 15.45 – 16.15

(sesi II)

Penjelasan skenario SP u/ Keterampilan Komunikasi, Pem. Fisik dan Prosedural

Narasumber 16.15 – 17.30

(Sesi III)

Pembagian Kelompok

Simulasi Pembuatan Skenario SP berdasarkan template OSCE

Fasilitator

17.30 – 18.00 Presentasi Hasil Kelompok

18.00 – 20.00 Break Fasilitator 20.00 – 20.30

(sesi IV)

Penjelasan langkah menyiapkan dan melatih SP Fasilitator 20.30 – 20.45

(sesi V)

Manajemen SP Fasilitator 20.45 – 22.00 Diskusi Manual Prosedur Pelatihan SP Fasilitator

(5)

22.00 – 23.00 Presentasi Manual Prosedur Fasilitator

Hari 2 ( 17 Juli 2010) Di Fakultas Kedokteran Gigi

08.00 – 08.30 Briefing dan Sambutan dari Dekan FKG Fasilitator 08.30 – 09.30 Simulasi Pelatihan SP dan pelaksanaan OSCE dengan

menggunakan SP

Fasilitator 09.30 – 10.30 Pembuatan laporan singkat hasil Simulasi Fasilitator 10.30 – 11.30 Diskusi hasil laporan Fasilitator 11.30 – 12.00 Pleno, Wrap Up dan penutupan Fasilitator 5. Hasil Kegiatan

A.Wilayah Barat

Waktu dimulai workshop ini mengalami kemunduran hampir 1 jam dikarenakan banyak peserta yang belum hadir ke ruangan. Workshop dibuka oleh fasilitator dan diberikan sambutan oleh wakil dekan FKG USU. Fasilitator menekankan apa saja yang menjadi target dari workshop ini dan sedikit gambaran mengenai jalannya workshop.

Narasumber selanjutnya menyampaikan materi mengenai OSCE dan pentingnya SP dalam station tertentu dari blueprint yang sudah dsepakati sebelumnya. Sementara ini disepakati akan ada 8 station untuk OSCE masing-masing 10 menit dan dari 8 station tersebut 3 station memerlukan SP. Ketiga station itu:

1. history taking 2. physical examination

3. communication/patient education Berikut Blueprint OSCE yang telah disepakati:

Untuk prosedural skill sepertinya tidak memungkinkan adanya SP dan perlu dipikirkan adanya phantom (mankind). SP tentunya sangat penting jika ketersediaan pasien yang sesungguhnya sedikit dan sulit diperoleh.

(6)

Peserta selanjutnya ditanyangkan video mengenao OSCE yang akan dilihat peran SP dalam OSCE tersebut. Namun hal ini dirasa kurang representatif mengenai pentingnya keterlibatan SP dalam OSCE dikarenakan video yang ditampilkan tidak terfokus pada SP.

Sesi selanjutnya dilanjutkan dengan pemaparan peran SP dalam keterampilan komunikasi, pemeriksaan fisik, dan prosedural. Keterampilan komunikasi meliputi:

 Keterampilan anamnesis dan mengumpulkan data  Konseling

 Pendidikan pasien

 Komunikasi/ekspresi profesional

Keuntungan yang diperoleh dengan adanya SP adalah:  Dapat dilatih untuk merespon dengan konsisten  Kompleksitas skenario dapat dikendalikan  Tersedia kapan saja

 Dapat untuk situasi apapun

 Dapat dilatih untuk menilai dan memberikan feedback

Peserta selanjutnya dibagi menjadi 3 kelompok untuk berdiskusi mengembangkan 2 skenario yang akan digunakan untuk melatih SP dihari yang kedua. Skenario yang digunakan adalah pulpitis dan hipertensi. Pembagian kelompok yaitu sebagai berikut:

Kel I

1. Herwanda (Unsyiah Banda Aceh) 2. Essie Octiara (FKG USU)

3. Vinna Kurniawati, S (PSKG Maranatha) 4. Sulistiawati (PSKG UNSRI)

Fasilitator : Rahmi Amtha Kel II

1. A Irene Sukardi (FKG UI) 2. Anna Muryani (FKG UNPAD) 3. Ariyani (FKG USU)

4. Jeffrey (PSKG UNJANI)

5. Mangatas Hutagalung (FKG UNPRIMA IND) 6. Yenita Alamsyah (FKG UNBRAH)

Fasilitator : Mei Syafriadi Kel III 1. Susi (UNAND), 2. Widya (UNBRAH), 3. Magdalena l (MUSTOPO), 4. Eddy (USU) 5. Yendri (USU) 6. Yanti (USU) Fasilitator : Haslinda Tamin

Selanjutnya tiap kelompok mempresentasikan hasil pengembangan skenarionya untuk diberikan tanggapan oleh kelompok lainnya. Masukan yang ada digunakan untuk memperbaiki skenario dan akan digunakan untuk melatih SP. Diskusi berlangsung cukup baik.

(7)

Sesi selanjutnya adalah mengenai bagaimana menyiapkan dan melatih serta memanajemen SP. Seorang SP harus memiliki komitmen yang tinggi mengingat mereka sudah ikut bergabung dalam suatu institusi dan menjadi bagian dari proses pendidikan. Komitmen tersebut tentunya harus dipertahankan agar proses pendidikan dapat berjalan baik. Oleh karena itu perlu dipikirkan mengenai bagaimanakah proses perekrutannya, siapa sajakah yang boleh menjadi seorang SP, dan bagaimanakah aspek legal dan etikanya. Semuanya terangkum dalam diskusi prosedur manual pelatihan SP.

Peserta melakukan diskusi kelompok mengenai usulan prosedur manual pelatihan SP yang selanjutnya dipresentasikan untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. Peserta cukup antusias, dan bahkan muncul suatu perdebatan mengenai dasar penentuan batasan usia bagi seorang SP dan mengenai berapa kali seorang SP dapat digunakan sebagai SP dengan mempertimngkan Akurasi, Konsistensi, Replicability, dan Portability dari seorang SP.

Di hari kedua, kegiatan peserta dialihkan ke FKG USU untuk melakukan simulasi pelatihan SP. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok yaitu sebagai berikut:

Peserta cukup antusias melakukan simulasi pelatihan. Masing-masing kelompok diberikan tugas melatih 1 SP berdasarkan skenario yang sudah dibuat. Selanjutnya peserta dilakukan cross untuk menilai SP yang dilatih oleh kelompok lain berdasarkan cek list yang dibuat oleh narasumber. Masing-masing kelompok selanjutnya mempersiapkan laporan hasil simulasi pelatihan SP untuk dipresentasikan kepada kelompok lain. Dan secara bersama-sama menyaksikan rekaman video dari masing-masing kelompok untuk diberikan feedback.

Hasil penilaian ditabulasi untuk melihat dan membandingkan hasil penilaian pelatih dan observer. Kesimpulan yang dapat diambil adalah baik pasien terlatih atau tidak terlatih dapat digunakan sebagai SP, dengan menitikberatkan pada kemampuan pelatih untuk melatih SP dengan baik. Secara umum, output dari workshop regional SPOSCE kedokteran gigi adalah sebagai berikut :

No. INDIKATOR TARGET REALISASI

1. Jumlah peserta workshop 12 13 2. Jumlah peserta workshop yang memenuhi kriteria pelatih

SPnasional

6 6

3. Jumlah institusi yang mengikuti workshop 12 12 4. Tersusun kriteria SPnasional 1 1 5. Tersusun prosedur pengelolaan standardized patient 1 1

6. Jumlah SPyang terlatih 4 4

Berdasarkan rekap tersebut, dapat dilihat bahwa target dari workshop ini sudah tercapai. B. Wilayah Timur

Workshop diawali dengan kuliah dari narasumber mengenai Penjelasan umum peran SP dalam OSCE nasional. Dalam diskusi pada kuliah pertama, sebagian peserta belum memahami mengenai desain OSCE yang akan diujikan dalam UKDGI pada 2012 mendatang. Sehingga, diskusi juga membahas mengenai penjelasan OSCE itu sendiri. Hal ini sedikit menyimpang dari maksud dan tujuan workshop

(8)

kali ini. Namun, mengingat hal tersebut penting untuk disampaikan, diskusi ini berlanjut denga dua topik utama yakni OSCE dan Peran SP. Beberapa isu yang muncul pada diskusi ini adalah :

• Apakah sesama calon dokter gigi (peer) boleh menjadi SP ?

SP sebaiknya tidak memilki latar belakang medis sama sekali. Karena hal tersebut akan menjadikan bias (baik mempermudah ataupun mempersulit bobot soal yang diperankan oleh SP). Oleh karena itu sebaiknya SPmerupakan orang awam yang memiliki kemampuan untuk ber-akting sebagai pasien.

• Mengapa pada OSCE Prosedural Skills tidak menggunakan SP ?

Hal ini menyangkut masalah etis dan kenyamanan SPdalam sebuah prosedural skills (melakukan tindakan yang cukup invasif berulang-ulang). Sehingga pada prosedural skills, akan digunakan phantom sebagai media pengujian peserta uji kompetensi. Selain itu ada beberapa pertimbangan lain, yaitu : etika kedokteran gigi, biaya pengadaan SP, ketersediaan SP, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan 1 station SP.

• Apakah bisa mengkombinasikan SP dengan Phantom untuk procedural skills tertentu?

Pada dasarnya media pengujian peserta uji kompetensi sangat fleksibel (bisa menggunakan SPatau Phantom). Hanya saja semua tergantung dengan task yang harus dipenuhi oleh peserta uji yang tercantum dalam skenario.

• Apa saja yang harus kita latihkan pada SP ?

Komponen esensial dalam pelatihan SP: riwayat penyakit, gejala fisik, dan latihan penutup • Bagaimana cara menilai SP ?

1) accuracy → seberapa tepat SPmenggambarkan sebuah penyakit?

2) consistency → apakah SPber-akting secara konsisten pada semua peserta uji?

3) replicability → apakah dalam sebuah pelatihan (yang terdiri dari beberapa SP), masing-masing

SP memberikan simulasi yang sama?

4) portability → apakah simulasi dapat dibuat di tempat yang berbeda?

Setelah kuliah pertama, peserta diarah kan untuk membuat alat bantu pelatihan SPyang berupa skrip. Pada sesi ini peserta dikelompokkan ke dalam 3 kelompok :

Kelompok 1  Fasilitator = Peter Andreas Haris Budi W FKG UNSOED

Maharani L.A FKG UNLAM Yuliana R Kumala PSKG UNBRAW C Yustisia Hasan FKG UGM Rahmawati S P FKG UNISULA Kelompok 2  Fasilitator = Adam Malik Sri Kynarti FKG UNAIR

Dwis Syahriel FKG UNMAS Sartika Puspa KG UMY Novitasari IIK BW KEDIRI

Kelompok 3  Fasilitator = Yohana Yusra Dinar A W PSKG FK UNSRAT Widyastuti FKG UHT

Agus Sumono FKG UNEJ Eka Erwansyah FKG UNHAS

(9)

Pada diskusi kelompok kali ini dihasilkan 3 skrip sebagai alat bantu dalam melatih SP. Namun muncul beberapa isu baru dalam diskusi ini :

• Ada beberapa skenario yang dianggap kurang pas dan membutuhkan perbaikan.

Skenario yang dipersiapkan merupakan skenario yang telah disepakati sebelumnya dari workshop item writer. Menurut peserta, skenario tersebut membutuhkan perbaikan supaya tidak menimbulkan bias bagi peserta uji kompetensi. Dalam skenario sebaiknya juga menampilkan detailkarakter penyakit yang diharapkan diperankan oleh SP.

• Perlu diadakan pertemuan antara Penulis Soal, Penguji OSCE, dan Pelatih SP untuk menyamakan persepsi.

Pelatih SP merasa perlu diadakan pertemuan tersebut, karena pelatih SP wajib mengetahui maksud skenario dan task yang akan diujikan, sehingga pelatih SP dapat melatih SP sesuai dengan skenario/kasus dan task yang diminta oleh Penulis Soal.

Pada diskusi ini, diputuskan untuk menggunakan skrip milik kelompok dua sebagai contoh alat bantu dalam melatih pasien. Pada sesi ini narasumber mengingatkan, bahwa skrip tersebut merupakan salah satu dari beberapa alat bantu. Ada beberapa alat bantu lain yang juga harus disertakan dalam melatih SP, yaitu: narasi yang berisi riwayat penyakit tertentu dengan bahasa awam, alat peraga, dan video.

Acara kemudian dilanjutkan dengan kuliah pakar ke 2 mengenai Cara menyiapkan dan melatih SP. Dalam diskusi untuk kuliah ini muncul beberapa isu:

• Kecurangan calon peserta uji yang mungkin muncul (dengan meminta bocoran pada SP) bisa diminimalisir. Salah satu metodenya adalah dengan mempunyai bank SPdan bank skenario. SPakan dilatih beberapa skenario OSCE (maksimal 3), namun SPtidak diberitahu skenario apakah yang harus dia perankan hingga hari pelaksanaan ujian.

• Apabila SP melakukan kecurangan dengan cara membantu calon peserta uji, maka manajer OSCE pada hari tersebut memiliki wewenang untuk mengganti SP tersebut dengan SPyang lain. Oleh karenanya dibutuhkan bank SPuntuk menyediakan SPdalam jumlah yang memadai.

• Perlu diadakan tes khusus (seperti tes psikologi) dalam proses perekrutan SP.

Pada hari kedua dilanjutkan dengan praktek dalam melatih SPdan kemudian menilai SP yang telah dilatih secara bergantian dalam setting OSCE. Temuan yang didapatkan adalah:

• SP memiliki grading tertentu  SP yang sudah terlatih, lebih baik memerankan suatu gejala penyakit jika dibandingkan dengan SPyang belum terlatih

• Perlu diadakan pelatihan kepada SPmengenai detail penyakit dan gejala yang mungkin timbul, agar SPbisa memerankan model dengan baik.

• Perlu antisipasi terhadap improvisasi SPyang terlau berlebihan yang dapat menimbulkan bias.

Penyusunan manual prosedur SP juga baru dilakukan pada hari kedua, berikut merupakan usul kriteria dan cara perekrutan SP :

Kriteria SP :

• Bisa membaca dan memahami skenario/skrip • Daya ingat bagus

(10)

• Bisa menjaga kerahasiaan soal/skrip

• Kooperatif (Bersedia mengikuti semua prosedur) • Jenis kelamin harus sesuai

• Sehat jasmani dan rohani

• Umur sesuai dengan scenario (pasien dewasa/anak) • Ada kemampuan untuk berakting

• Pendidikan SP(minimal SMU) • Wawasan luas

• Ada pengalaman sakit gigi dan ke dokter gigi • Bisa memberikan feed back

• Mudah dihubungi saat dibutuhkan • Percaya diri, tidak mudah grogi • Konsisten

Perekrutan STANDARDIZED PATIENT • Iklan

• Pemanggilan kepada orang2 tertentu yang dipandang sesuai; saudara, pasien, teman, tenaga admin, mahasiswa seni, paramedis dll

• Proses seleksi/Casting

Secara umum, output dari workshop regional pelatih SP kedokteran gigi wilayah timur adalah sebagai berikut :

No. KOMPONEN TARGET REALISASI

1 Jumlah peserta workshop 13 13 2 Jumlah peserta workshop yang memenuhi kriteria pelatih SP

nasional

6 6

3 Jumlah institusi yang mengikuti workshop 13 13 4 Tersusun kriteria SP nasional 7 10 5 Tersusun prosedur pengelolaan standardized patient 4 4

6 Jumlah SP yang terlatih 2 2

Berdasarkan rekap tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah kriteria SP yang terkumpul melebihi target, yaitu 10. Akan tetapi, kriteria SP dari wilayah timur ini masih akan dikombinasikan dengan kriteria SP dari wilayah barat untuk selanjutnya disusun menjadi kesepakatan nasional. Jumlah peserta workshop sesuai target. Secara umum, semua pelatih SPyang hadir pada workshop regional ini telah dapat dinilai sebagai pelatih SP yang berkualitas.

(11)

6. Evaluasi Kegiatan

Evaluasi pelaksanaan workshop ditinjau dari perspektif peserta, fasilitator, dan tim monev secara umum. Berikut adalah evaluasi workshop dari beberapa perspektif tersebut :

A. Wilayah Barat Gambaran Umum

• Secara umum, workshop berjalan baik. • Peserta antusias dalam pelatihan ini.

Sebanyak 58 % peserta menilai semua aspek pelaksanaan workshop sangat memuaskan. Target workshop dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta. Narasumber dinilai cukup menguasai materi, begitu pula pelayanan dan fasilitas yang diberikan dilnilai memuaskan. Namun cukup besar peserta yang menilai bahwa waktu yang disediakan kurang memadai.

Dengan adanya workshop ini peserta dapat meningkatkan kemampuannya sebagai Pelatih Standardized Patients (SP) dan merasa lebih siap untuk melatih ditingkat institusi.

(12)

Beberapa hal yang perlu diimprove dari pelaksanaan workshop ini adalah : • Perlu adanya manuskrip yang terstandar

• Kendala yang dihapadapi dalam penyiapan pelatih SP : – Waktu mempersiapkan skenario, cek list

– Perekrutan calon SP – Dana

– Jika calon SP memiliki pengetahuan yg kurang , tidak mampu berakting dan tidak komunikatif – Perlu pendidikan khusus bagi pelatih SP misalnya: Departemen Pendidikan

Kedokteran/Kedokteran Gigi

• Waktu pelaksanaan tiap sesi terlalu padat

• Materi sebaiknya diberikan sebelum WS dan peserta diberikan sertifikat • Perlu adanya ceklist yang menilai keberhasilan Pelatih/ SP

B. Wilayah Timur Gambaran Umum

• Secara umum, workshop berjalan agak melenceng dari agenda yang telah ditetapkan sebelumnya, karena pada hingga hari kedua belum tersusun kriteria SP dan prosedur pengelolaan SP yang disepakati bersama oleh peserta workshop. Untuk sementara hanya ada usulan dari masing-masing kelompok untuk kedua hal di atas.

• Adanya usulan yang baik untuk mempertemukan Penulis Soal, Penguji Osce, dan Pelatih SP guna menyamakan persepsi mengenai skenario yang akan menjadi alat uji.

Beberapa hal yang perlu diimprove dari pelaksanaan workshop ini adalah :

• Waktu pelaksanaan workshop dirasakan kurang karena peserta sangat anstusias untuk mengikuti setiap sesi workshop

• Sebagian besar peserta belum mempersiapkan diri untuk mengikuti workshop, sehingga perlu dilakukan penjelasan ulang mengenai materi yang disampaikan

• Sebagian peserta masih belum memahami penggunaan SPdalam OSCE, sehingga konsep SP untuk OSCE masih perlu disosialisasikan kepada tiap pelatih SP baik ditingkat nasional maupun regional

• Konsep ujian OSCE dalam UKDGI belum mantap, termasuk kesiapan fasilitas dan SDM yang melaksanakannya

• Peran core team dalam acara ini masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam hal mengendalikan acara agar berjalan sesuai target

• Kriteria SP dan Prosedur Pengelolaan SP perlu ditinjau ulang supaya menjadi kesepakatan bersama.

(13)

Sebanyak 57 % peserta menilai semua aspek pelaksanaan workshop sangat memuaskan. Target workshop dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta. Narasumber dinilai cukup menguasai materi, begitu pula pelayanan dan fasilitas yang diberikan dilnilai memuaskan. Namun cukup besar peserta yang menilai bahwa waktu yang disediakan kurang memadai.

7. Rencana Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan workshop regional SPOSCE kedokteran gigi, beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai bentuk improvement dan rencana tidak lanjut untuk menjaga sustainability output dan outcome dari workshop ini adalah sebagai berikut :

• Akan diagendakan rapat koordinasi antara Pelatih SP, Penguji OSCE, dan Pembuat Soal

• Perlu dipikirkan adanya cek list untuk menilai keberhasilan seorang SP yang akan digunakan oleh pelatih SP sebagai tolok ukur keberhasilan dalam melatih SP.

• Workshop Pelatih SP Nasional di Batam tgl 27-28 Juli 2010 dengan peserta adalah peserta terbaik dari tiap wilayah, yaitu sebagai berikut :

Wilayah Barat :

1. Magdalena Lesmana (UPDM) 2. Anna Muryani (UNPAD) 3. Magdalena Juliani (Usakti) 4. Eddy Dahar (USU)

5. Widyawati (Unbrah) 6. Susi (Unand) Wilayah Timur :

1. Sartika Puspita (UMY ) 2. Yuliana R Kumala (UB)

(14)

3. Agus Sumono (UNEJ ) 4. Widyastuti (UHT ) 5. Dwi Syahriel (UNMAS ) 6. Eka Erwansyah (UNHAS) 8. Penutup

Upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pembuatan soal diharapkan dapat terjadi bukan hanya di tingkat nasional, tapi lebih jauh sampai ke tingkat Institusi Pendidikan. Untuk itu diharapkan bahwa para peserta workshop yang terpilih dapat menjadi calon narasumber untuk pelatihan yang diadakan di tingkat regional dan lokal. Dengan demikian upaya percepatan pelaksanaan OSCE yang berkualitas ini dapat berjalan dengan baik dan memiliki dampak yang lebih bermakna.

Lampiran

• Materi presentasi narasumber • Skenario dari tiap wilayah • Point of Discussion

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan serangkaian workshop item review yang diselenggarakan secara Nasional dan berkesinambungan untuk mengumpulkan dan

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan serangkaian workshop item review yang diselenggarakan secara Nasional dan berkesinambungan untuk mengumpulkan dan mereview

Mengingat status uji kompetensi sebagai ujian yang bersifat high-stake exam dan menentukan seorang lulusan apakah dapat melakukan profesinya maka perlu dijaga mutu

Disamping pengembangan infrastruktur, aplikasi, pelatihan untuk Standardized Patient (SP), serta standarisasi para penguji yang diperlukan untuk melaksanakan OSCE, hal

Namun pada dasarnya dengan adanya rangkaian WS ini akan dihasilkan soal OSCE (termasuk ceklist) yang nantinya akan disebarkan ke institusi untuk mendapatkan feedback dan diharapkan