1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menambah Pendapatan Domestik Bruto (PDB) suatu negara dan pendapatan per kapita penduduk dalam jangka panjang yang mempengaruhi pada berbagai aspek baik ekonomi, sosial, maupun Iptek. Pembangunan Ekonomi menurut (Siwu, 2019) adalah suatu kegiatan yang dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat untuk mengelola potensi daerah dan kegiatan tersebut untuk membangun lapangan pekerjaan baru dan mengembangkan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam suatu wilayah. Pembangunan ekonomi menurut (Oktafia, 2018) merupakan upaya untuk menambah kualitas pemerintah daerah sehingga tercipta kemampuan dalam menjalankan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pembangunan ekonomi di Indonesia selain untuk menambah pendapatan per kapita juga dapat memperlancar pertumbuhan ekonomi. Selain itu, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan. Terdapat dua indikator penting pembangunan ekonomi yaitu yang pertama indikator ekonomi yangg dapat diamati dari laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan penerimaan per kapita dan keamanan ekonomi. Kedua, indikator sosial yang berasal dari pembangunan manusia atau mutu hidup. Berbagai bentuk persoalan pembangunan ekonomi di Indonesia masih terus dihadapi oleh
pemerintah antara lain dengan meningkatnya angka pengangguran, kemiskinan, populasi penduduk, tingkat inflasi yang menimbulkan menurunnya daya beli, produktivitas, pendapatan per kapita, dan komoditas ekspor didominasi sektor primer.
Namun pembangunan ekonomi menimbulkan dampak baik dengan terrwujudnya jaminan kehidupan sosial yang lebih baik, menambah kemajuan teknologi seiring dengan peningkatan ekonomi negara, tempat tinggal masyarakat menjadi lebih layak huni, dan perbaikan lingkunggan hidup.
Pemerintah menghibahkan kewenangan kepada pemerintah daerah (pemda) untuk menjalankan pinjaman luar negeri dalam bentuk penerusan pinjaman. Cara ini dilakukan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada daerah untuk memperlebar ruang fiskal serta menyumbat lubang defisit dalam pembiayaan belanja modal dan pembangunan yang tak dapat dipenuhi oleh APBD. Terbukanya peluang kepada pemerintah daerah lantaran sesuai pasal 50 UU No. 33/2004, pemda tidak dapat melakukan pinjaman luar negeri secara langsung. Pengaruh utang daerah adalah secara tidak langsung menurunkan PDRB.
Grafik 1. Utang Daerah di Kabupaten Lumajang tahun 2010-2019 (dalam
triliun rupiah)
Dari grafik 1 diatas dapat diketahui bahwa Utang Daerah di Kabupaten Lumajang mengalami fluktuatif dari tahun 2010-2019. Dimana tahun 2010 sebesar 2.762.389.521.780. Di tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 1.810.453.420.268. Dan tahun 2012 mengalami peningkatan kembali namun tidak sebesar tahun 2011 yaitu sebesar 1.981.961.628.902. Kemudian tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 2.280.003.811.794. Tahun 2014 meningkat sebesar 2.607.558.874.326. Tahun 2015 menurun sebesar 2.100.544.617.855. Di tahun 2016 juga mengalami peningkatan lagi sebesar 2.194.277.106.621. Di tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 2.430.593.260.203. Tahun 2018 menurun sebesar 2.385.355.101.451. Tahun 2019 meningkat sebesar 2.394.009.524.655. Selain variabel Utang Daerah, juga terdapat variabel Investasi Daerah.
Pada dasarnya investasi sebagai pengeluaran barang capital riil, namun investasi mencakup pembelian aktiva. Secara umum pengeluaran investasi berhubungan dengan pengelolaan sumber daya saat ini untuk memperoleh penggunaan pada saat yang akan datang. Investasi berdampak besar terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia.
Karena investasi adalah suatu komponen dari pencapaian nasional yang dikenal dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic0product (GDP). PDB dan investasi memiliki hubungan positif, dimana investasi naik, maka pendapatan nasional juga naik. Dan berlaku sebaliknya. Dalam meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan Indonesia, dibutuhkan peran strategis berupa pembentukan modal yang berasal dari kegiatan investasi sejumlah pasar keuangan. Dalam hal ini, investasi sebagai salah satu alasan bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia lebih baik dan lebih maju.
Grafik 2. Investasi Daerah di Kabupaten Lumajang tahun
Dari grafik 2 diatas dapat diketahui bahwa Investasi Daerah di Kabupaten Lumajang mengalami fluktuatif dari tahun 2010-2019. Dimana di tahun 2010 sebesar 1.565.020. Di tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 3.135.604. Dan tahun 2012 meningkat sebesar 3.396.254. Kemudian tahun 2013 meningkat sebesar 3.567.046. Di tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 3.678.545. Tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 3.866.017. Di tahun 2016 juga mengalami peningkatan sebesar 4.078.825. Di tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 4.117.383. Di tahun 2018 juga mengalami peningkatan sebesar 5.190.711. Kemudian di tahun 2019 mengalami peningkatan kembali sebesar 5.905.352. Selain variabel Investasi Daerah, juga terdapat variabel Dana alokasi Umum.
Dana Alokasi Umum bertujuan meratakan kemampuan daerah termasuk jaminan penyelenggaraan pemerintah daerah dalam rangka penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat dan satu kesatuan dengan penerimaan umum APBD. DAU untuk daerah provinsi dan daerah kabupaten ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari DAU. Metode perhitungan DAU didalam pertimbangan otonomi daaerah dilakukan pertama kali sekretariat bidang perimbangan keuangan pusat dan daerah (DPOD). Kemudian DPOP memberikan hasil perhitungan kepada Presiden untuk disahkan melalui keputusan (Kepres) sebelum diberikan kepada Presiden dan DPOP berrkonsultasi dengan DPR. Penyaluran DAU dilaksanakan oleh menteri Keuangan melalui ditjen anggaran secara berkala setiap bulan 1/12 dari0total DAU per daerah.
Grafik 3. Dana Alokasi Umum di Kabupaten Lumajang
tahun 2010-2019 (dalam triliun rupiah)
Dari grafik 3 diatas dapat diketahui bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) di Kabupaten Lumajang mengalami fluktuatif dari tahun 2010-2019. Dimana di tahun 2010 sebesar 601.866.028.589. Di tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 631.959.330.018. Di tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 663.557.296.519. Kemudian tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 696.735.161.345.Di tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 731.571.919.412. Di tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 988.039.389.700. Di tahun 2016 juga mengalami peningkatan sebesar 1.086.843.328.670. Di tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 1.195.527.661.537 Di tahun 2018 juga mengalami peningkatan sebesar 1.315.080.427.690. Tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 1.003.092.909.000. Selain variabel Dana Alokasi Umum, juga terdapat variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator penting untuk memahami kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pengertian lain dari PDRB adalah jumlah nilai tambah yang diperoleh seluruh unit usaha dan unit ekonomi dalam suatu daerah tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku mendeskripsikan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung memakai harga pada tahun berjalan sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menyatakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung memakai harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk memahami kemampuan sumber daya ekonomi dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB harga konstan digunakan untuk memahami pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Dalam penelitian ini saya menggunakan data PDRB ADHK Kabupaten Lumajang.
Grafik 4. Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Lumajang tahun 2010-2019 (dalam juta rupiah)
Dari grafik 4 diatas dapat diketahui bahwa PDRB di Kabupaten Lumajang mengalami peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2010-2019. Dimana di tahun 2010 sebesar 14.260.061. Di tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 15.144.384. Tahun 2012 meningkat sebesar 16.053.387. Kemudian tahun 2013 juga meningkat sebesar 16.949.583. Di tahun 2014 sebesar 17.851.856. Di tahun 2015 juga mengalami peningkatan sebesar 18.676.946. Di tahun 2016 meningkat lagi sebesar 19.555.168. Di tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 20.542.930. Di tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar 21.569.780. Kemudian di tahun 2019 mengalami peningkatan kembali sebesar 22.563.389.
Dilihat dari data PDRB Kabupaten Lumajang secara signifikan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, saya meneliti tentang faktor yang mempengaruhi kenaikan PDRB tersebut dari sisi Utang Daerah, Investasi Daerah dan Dana Alokasi Umum. Apakah pada variabel Utang Daerah mempengaruhi PDRB mengingat banyak pembangunan di daerah-daerah juga dibiayai oleh utang. Selain itu, variabel Investasi Daerah apakah mempengaruhi kenaikan PDRB. Dan pada variabel Dana Alokasi Umum apakah juga mempengaruhi kenaikan PDRB karena setiap daerah mendapat atau diberikan DAU untuk pembangunan-pembangunan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat disimpulkan perumusan masalah yang akan menjadi landasan dasar penelitian sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh Utang Daerah, Investasi Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap PDRB di Kabupaten Lumajang?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh Utang Daerah, Investasi Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap PDRB di Kabupaten Lumajang.
D. Batasan Masalah
Pada penelitian ini hanya terbatas dengan menggunakan variabel yaitu Utang Daerah, Investasi Daerah dan Dana Alokasi Umum terrhadap PDRB di Kabupaten Lumajang pada tahun 2010 hingga 2019.