• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN BANTAENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

HAMZAH .S 10519 0142 011

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436 H/2015 M

(2)

ii

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng

Nama Penulis : HAMZAH .S Stambuk/NIM : 105190142011

Fak/Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka Skripsi ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 13 Shaban 1436 H

02 Juni 2015 M

Disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Abd. Azis Muslimin, M.Pd.I Dra. B. Marjani Alwi, M.Ag NIP : 19730703 1999 03 1 004 NIP : 1969 1218 199703 2 002

(3)

iii

Dengan penuh kesadaran, penulis/peniliti yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/peneliti sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat dibuat atau dibantu secara langsung orang lain baik keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar Tgl, 13 Shaban 1436 H

02 Juni 2015 M

Peneliti

(4)

iv

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang Berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng”.

Telah diujikan pada hari Sabtu 14 Dzulqaidah 1436 H bertepatan dengan Tanggal 29 Agustus 2015 M dihadapan Tim Penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar Tgl, 17 Dzulqaidah 1436 H 01 September 2015 M

DEWAN PENGUJI

1. Ketua : Drs. H. Mawardi Pewangi., M.Pd.I (...) 2. Sekretaris : Dr. Abd Rahim Razaq., M.Pd (...) Penguji I : Dr. Abd Rahim Razaq., M.Pd (...) Penguji II : Dr. Rusli Malli., M.Ag (...) Pembimbing I : Dr. Abd. Azis Muslimin., M.Pd.I (...) Pembimbing II : Dra. B. Marjani Alwi., M.Ag (...)

Dekan

Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar

Drs. H. Mawardi Pewangi., M.Pd.I NBM: 554 612

(5)

v

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, telah mengadakan Sidang Munaqasyah pada:

Tanggal : 14 Dzulqaidah1436 H/ 29 Agustus 2015 M

Tempat : Kampus Unismuh Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259 (Gedung Iqra Lantai IV)

MEMUTUSKAN Bahwa Saudara (i)

Nama : HAMZAH .S

NIM : 105190142011

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng

Dinyatakan : LULUS

Ketua Sekretaris

Drs. H. Mawardi Pewangi,. M.Pd.I Dr. Abd. Rahim Razaq., M.Pd

NBM: 554 612 NIDN : 9909905374

Penguji I : Dr. Abd. Rahim Razaq., M.Pd (...) Penguji II : Dr. Rusli Malli., M.Ag (...) Pembimbing I : Dr. Abd. Azis Muslimin., M.Pd.I (...) Pembimbing II : Dra. B. Marjani Alwi., M.Ag (...) Makassar Tgl, 17 Dzulqaidah 1436 H 01 September 2015 M Dekan

Fakultas Agama Islam

Drs. H. Mawardi Pewangi., M.Pd.I NBM: 554 612

(6)

vi













Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan Berbahasa Arab, agar

kamu memahaminya

Setiap kesuksesan pasti diawali dari sebuah proses, dan didalam sebuah proses pasti

terdapat berbagai kondisi kita jalani.

Suka dan duka, menangis dan tertawa adalah gambaran kondisi yang mewarnai

perjalanan hidup dan pengalaman kita yang takkan mampu

dinilai dengan harga.

Kedewasaan berpikir diawali dari kehidupan yang tak mulus,

Jangan menyerah... Temukan jati dirimu...

Teruslah berproses... Hargai proses...

Hargai pengalaman...

Eksperience is the best teacher,,,

Guru terbaik adalah pengalaman...

Persembahan

Karya ini penulis persembahkan untuk, Ayah dan Bunda serta Istriku yang tercinta, yang telah mengurai cinta kasih yang tak bertepi lewat lantunan do’a untuk keselamatan, yang mencintai dan menyayangiku sepenuh hati, sehingga menjadi tumpuan bagiku untuk meraih kesuksesan, sekaligus wujud

terimah kasihku kepada keluarga dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan motivasi dalam suka maupun duka, sebagai tanda hormat dan baktiku atas segala do’a dan pengorbanan yang telah diberikan

selama ini, dan juga untuk Almamater, Jurusan pendidikan agama islam, Fakultas agama islam, Universitas muhammadiyah makassar, juga para generasi yang memamfaatkan karya ini.

(7)

vii

Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng. Skripi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Abd. Azis Muslimin, dan Pembimbing II B. Marjani Alwi.

Dalam penelitian ini peneliti membahas Bagaimana Pencapaian KKM setelah diterapkan Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) Pada Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kabupaten

Bantaeng. Subjek dalam Penelitian ini adalah siswa kelas VIII.B MTs. Ma’arif Tumbelgani.yang berjumlah 18 orang.

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (class action reaserch) yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan dan satu kali evaluasi. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus pertama tuntas secara individual dari 18 siawa hanya 7 siswa atau 38,88% yang memenuhi Kriteria Kentuntasan Minimal (KKM) dan Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh sebesar 64,42%. Atau berada pada kategori rendah. Sedangkan pada siklus Dua dimana dari 18 siswa terdapat 17 siswa atau 94,44% telah memenuhi Kriteria Kentuntasan Minimal (KKM) dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata- rata yang diperoleh sebesar 90,00% atau berada dalam kategori tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Hasil Belajar Aqidah Akhlak dengan menggunakan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif

(8)

viii

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Oleh karena rahmat-Nya, kemurahan-Nya, petunjuk-Nya, sehingga karya tulis ini atau skripsi ini dapat kami selesaikan segaimana harapan kami, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan yang masih perlu perbaikan sebagaimana mestinya.

Salam dan shalawat peneliti haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw, kerana dengan ajaran beliau sebagai utusan Allah menjadi contoh yang patut di teladani dari segala aspek kehidupan. Nabi yang merombak peradaban jahiliyah menuju peradaban penuh keadaban yang moderen, sehingga sampai saat ini kita tetap konsisten dengan apa yang telah di ajarkan beliau.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan tenaga, dukungan, pikiran dan waktu yang di berikan oleh Pembimbing I : Dr. Abd Azis Muslimin., M.Pd., M.Pd.I dan Pembimbing II : Dra. B. Marjani Alwi., M.Ag dengan ikhlas memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi peneliti dapat dirampungkan. Dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Dewan Penguji skripsi yaitu Penguji I : Dr. Abd. Rahim Razaq., M.Pd dan Penguji II : Dr. Rusli Malli., M.Ag yang meluangkan waktu dan tenaganya untuk menguji saya.

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setingi-tingginya penulis sampaikan kepada :

(9)

ix

Ibu Amirah Mawardi., S.Ag., M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibu Dra. Hj. Maryam., M.Th.I, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, Seluruh Dosen dan Staf Pegawai dalam lingkungan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah mendidik kami sehingga kami dapat memperoleh pengetahuan dan ilmu yang sangat bermanfaat dari awal sampai menjelang sarjana.

Kepala Sekolah MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng, H. Muh. Badwi Jufri., S.Ag. Sekaligus guru bidang studi Aqidah Ahlak MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng, Salam., S.Pd.I yang telah bersedia menerima peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

Seluruh Kakanda Senior di Lembaga Fakultas Agama Islam dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang tidak sempat saya sebutkan namanya satu persatu terima kasih atas segala Ilmu dan pembinaannya.

Sahabat-sahabatku Fikri Gazhali, Muh. Ulil Amri, Kadar, Fahmi, Al-Furqan, Fatwa Ibrahim, Riskayanti, Sri Hunaeni, Murniati, Melisa Amelia, Rahmawati .K, Bunga Pemeng, dan Sarinah yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi, serta siap menemaniku dalam suka maupun duka.

Teman-teman mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Angkatan 2011 terkhusus teman-teman Kelas E yang

(10)

x

Kemudian tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang tecinta Ayahanda (Siara) dan Ibunda (Sio) yang senantiasa mencurahkan segala kasih sayangnya mulai masih dalam kandungan sampai saat ini, do’a dan restunya yang tetap abadi sepanjang masa. Serta istriku yang tercinta (Etty Arfah Khaerunnisa., S.Pd) yang selalu menemaniku suka maupun duka selama saya menempu pendidikan di kota makassar, dan tidak lupa saudara kandung saya (Jumanai dan Miswar) serta keluarga yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu yang selalu memberikan bantuan bersifat materi, motivasi yang tinggi dan perhatian sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di perguruan tinggi swasta yang berada di kota makassar yaitu universitas muhammadiyah makassar.

Kepada semua pihak yang tercantum tersebut, semoga Allah membalas semua bantuan itu dengan pahala yang berlipat ganda dan memberi keselamatan tempat yang baik di akhirat kelak. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin Ya’rabbal Alamin

Makassar, 13 Syaban 1436 H 02 Juni 2015 M

Penyusun

HAMZAH .S

(11)

xi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Hasil Belajar Aqidah Akhlak... 9

1. Pengertian Hasil Belajar ... 9

2. Peningkatkan Hasil Belajar ... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Hasil belajar... 12

4. Aqidah Akhlak... 13

B. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) .. 17

1. Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)... 17

2. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)... 19

3. Karakreristik Pembelajaran Contxstual Teaching and Learning (CTL)... 21

4. Prinsip Pembelajaran Kontxstua Teaching and Learning ... 22

5. Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)... 24

6. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)... 26

(12)

xii

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Objek Penelitian... 31

C. Variabel Penelitian ... 31

D. Defenisi Operasional Penelitian ... 31

E. Prosedur Penelitian ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 37

I. Indikator Keberhasilan ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Tumbelgani Kab. Bantaeng ... 39

1. Visi dan Misi MTs. Ma’arif Tumbelgani ... 40

2. Keadaan Guru MTs. Ma’arif Tumbelgani... 40

3. Struktur Organisasi MTs. Ma’arif Tumbelgani ... 42

4. Keadaan Siswa MTs. Ma’arif Tumbelgani ... 43

5. Sarana dan Prasarana MTs. Ma’arif Tumbelgani ... 44

B. Hasil Penelitian... 45

C. Penyajian Data Siklus I ... 46

1. Tahap Perancanaan ... 46

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 47

3. Tahap Observasi/Pengamatan ... 49

4. Tahap Refleksi... 53

D. Penyajian Data Siklus II ... 54

1. Tahap Perancanaan ... 54

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 55

3. Tahap Observasi/Pengamatan ... 57

4. Tahap Refleksi... 62

E. Pembahasan ... 62

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan... 67

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(13)

xiii

Tabel. 3.1 Kategorisasi Hasil Belajar... 37

Tabel. 4.1 Keadaan guru di MTs. Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng Tahun Ajaran 2015/2016... 41

Tabel. 4.2 Keadaan Siswadi MTs. Ma’arif Tumbelgani... 43

Tabel. 4.3 Sarana dan Prasaranadi MTs. Ma’arif Tumbelgani... 44

Tabel. 4.4 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Siklus I Pertemuan I ... 47

Tabel. 4.5 Hasil Observasi Sikap Murid Selama Mengikuti Proses Pembelajaran Siklus I... 50

Tabel. 4.6 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kab. Bantaeng... 51

Tabel. 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani... 52

Tabel. 4.8 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Tes Akhir Siklus I... 53

Tabel. 4.9 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Siklus II Pertemuan I... 56

Tabel. 4.10Hasil Observasi Sikap Murid Selama Mengikuti Proses Pembelajaran Siklus II... 58

Tabel. 4.11Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kab. Bantaeng... 60

Tabel. 4.12Distribusi Frekuensi dan Persentasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani... 60

(14)

xiv

Gambar. 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 29 Gambar. 3.1 Penelitian Tindakan Kelas... 30

(15)

A. Latar Belakang

Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah telah berupaya mewujudkannya, antara lain dengan memperbaiki sistem pembelajaran, merevisi kurikulum, pengadaan sarana dan prasarana yang memadai dan lain-lain, semua usaha tersebut, ditujukan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (Lembaga Negara RI 2003:78) Tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 di jelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Manusia memiliki banyak potensi yang ada dalam dirinya, untuk mengembangkan seluruh potensinya tersebut, dapat ditempuh dengan pendidikan dalam prosfektif keagamaan (dalam hal ini Islam), pendidikan merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan manusia.

Hal ini dinyatakan dalam QS. Al-Mujadalah (58) : 11 :

(16)































































Terjemahnya :

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Salah satu komponen yang berkenaan dengan mutu pendidikan adalah pengelolaan proses pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, fakta di lapangan memungkinkan terdapat kecendrungan proses belajar mengajar menyempit menjadi kegiatan terbatas dalam kelas, padahal belajar akan lebih bermakna jika siswa memahami apa yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahiunya, justru itu siswa sendiri harus di perkuat mentalnya seperti kognitif, efektif, dan psikomotorik.

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesutu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa dalam meningkatkan hasil belajar.

Penyampaian materi pelajaran hanyalah salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses

(17)

perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas berpusat pada, mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai, dan membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.

Pada proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.

Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, Guru mempunyai peranan sebagai fasilitator dalam belajar murid dan bukan sebagai sumber utama pembelajaran. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif, dan inovatif dari murid tidaklah mudah. Fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan murid sebagai pendengar. Hampir semua mata pelajaran diajarkan dengan pembelajaran mayoritas berupa Direct Instructional (yang berpusat pada guru ).

Guru mendominasi seluruh aspek pembelajaran dan siswa di perlakukan sebagai obyek yang pasif yang kerjanya hanya menerima pembelajaran dalam bentuk teori semata dan menghafal. Akibatnya, siswa mudah lupa dan malas sebab pembelajaran tersebut terkesan membosankan. Dan banyak siswa menganggap bahwa mata pelajaran Aqidah Ahlak adalah mata pelajaran yang

(18)

membosankan untuk itu diperlukan upaya guru agar mata pelajaran Aqidah Ahlak mata pelajaran favorit dan membuang jauh pandangan siswa bahwa pelajaran Aqidah Ahlak adalah mata pelajaran yang membosankan.

Hal ini berarti bahwa pelajaran Aqidah Ahlak memerlukan pendekatan pengajaran yang berbeda dari pendekatan pengajaran mata pelajaran lain. Maka Metode/model yang digunakan dalam pengajaran Aqidah Ahlak harus mendapat perhatian yang seksama dari pendidik karena memiliki pengaruh yang sangat berarti atas keberhasilannya.

Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran Aqidah Akhlak dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengkikuti kegiatan tersebut. keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, dan penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa hasil belajar Aqidah Akhlak yang dicapai siswa masih rendah.

Berdasarkan hasil observasi awal dan tes wawancara para guru yang pernah dilakukan oleh peneliti di kelas VIII.B MTs Ma’arif Tumbelgani Jl. Bungung Barania Kec. Bantaeng Kab. Banteang pada tanggal 08 Desember 2014 diperoleh data bahwa hasil belajar Aqidah Akhlak pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ulangan semester ganjil siswa yaitu 61,66 dan hanya 7 dari 18 yang tuntas sebelum di adakan remedial, dimana dari nilai rata-rata siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.

(19)

Keadaan seperti ini disebabkan karena pembelajaran masih bersifat konvensional berpusat pada guru. Guru membelajarkan siswa hanya dengan menerangkan materi pelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran sehingga proses interaksi cenderung bersifat satu arah.

Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif Guru, guna meningkatkan hasil belajar siswa yang kondusif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya, yang tentunya berefek pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif guru dalam proses pembelajaran dikelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng yaitu Penerapan Model Pembelajaran ( Contextual Teaching and Learning ).

Dengan konsep ini, hasil pembelajaran di harapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Kemudian mampu meningkatkan hasil, minat, perhatian, motivasi murid dalam interaksi proses belajar mengajar mata pelajaran Aqidah Akhlak serta dapat menjadikan murid berfikir mandiri, kreatif, dan inovatif.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik malakukan penelitian tersebut sebagai bahan penelitian skripsi dengan judul

"Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas

VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(20)

Bagaimana penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak pada siswa

kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, Adapaun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan hasil belajar Aqidah Ahklak pada siswa kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tentang Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng Tahun Ajaran 2015 adalah Kegiatan penelitian dapat dibagi dalam suatu sifat yaitu kegiatan yang bersifat teoritis artinya kegiatan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan secara teori dan kegiatan yang bersifat praktis artinya untuk memecah masalah yang sedang di hadapi.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

a. Bagi Sekolah, Memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti dan berharga dalam rangka perbaikan pengajaran di tingkat MTs dan upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran yang semakin

(21)

besar serta meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran aqidah akhlak

b. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Dapat dijadikan bahan informasi pada guru dalam memilih model pembelajaran yang efektif, dan di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Aqiadah Akhlak.

b. Bagi Siswa

1. Siswa dapat menemukan sesuatu yang berharga bagi dirinya dan proaktif dalam belajar sehingga segala permasalahan dalam proses belajar mengajar dapat dipecahkan secara bersama melalui model pembelajaran yang digunakan.

2. Meningkatkan hasil, minat, perhatian, motivasi siswa dalam interaksi proses belajar mengajar Aqidah Akhlak serta dapat menjadikan siswa berfikir mandiri, kreatif, dan inovatif.

c. Bagi Sekolah

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa dan mutu pendidikan

(22)

d. Penulis

Dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam menyusun karya ilmiah sacara sistematik, serta lebih paham tentang model pembelajaran yang sesuai dengan penerapan dalam pembelajaran. Serta kedepannya dapat dipahami tentang model yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efesien.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Aqidah Akhlak

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Antara kata hasil dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian hasil belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata hasil dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam tentang pengertian hasil belajar itu sendiri. Hasil adalah apa yang telah diperoleh setelah melakukan suatu pekerjaan baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Belajar merupakan tugas utama siswa sebagai pelajar dalam rangka menuntut ilmu pengetahuan. Belajar merupakan pristiwa dimana seseorang mempelajari sesuatu dan menyadari perubahan itu melalui proses belajar.

Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingka laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Hamalik (2001:27) mengemukakan bahwa

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman “Learning is devibed modification or strengthening of behavior through experiencing”. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, atau kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil tujuan.

(24)

Abdillah (2008:35) mengemukakan bahwa

Belajar merupakan suatu sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingka laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Dalam konteks ini seseorang dikatan belajar bila mana terjadi perubahan dari sebelumya tidak mengatahui sesuatu menjadi mengetahui dan tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan yang terjadi dalam seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu tentu tidak sebuah perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dari arti belajar.

Dalam Kamus Bahasa Indonesi, Dekdikdud (1995:343) di kemukakan bahwa :

hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh Usaha. Dan pada Buku yang sama Depdikbud (1995:14) mengemukakan bahwa kata belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (dituruti) belajar berarti berusaha memperoleh ilmu. Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri pelajar setela melalui proses pembelajaran, pengamatan, berfikir, asosiatif, berfikir rasional dan kritis, sikap, anbisi, apresiasi dan tingkah laku efektif

Menurut Djamarah (1994:15) mengemukakan bahwa:

Hasil belajar merupakan sesuatu yang di peroleh dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Hasil tersebut tidak akan diperoleh selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh yang dimiliki oleh murid setelah melibatkan masalah yang ada hubungannya dengan materi pelajaran, sehingga diharapkan mencapai hasil belajar yang optimal dalam mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Sering kali hasil belajar yang dicapai di bidang studi tertentu disebut prestasi belajar siswa dalam bidang studi itu.

(25)

Secara sederhana dari pengertian hasil dan belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan usaha-usaha belajar secara maksimal. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa ukuran hasil belajar menurut Faturrahman (2007: 113) mengemukakan bahwa :

penguasaan suatu bahan ajar atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu hasil yang diperoleh seseorang berdasarkan usaha yang dilakukan dengan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang bersifat intruksional, kepada siswa.

2. Peningkatan Hasil Belajar

Hasil belajar yang tinggi merupakan harapan setiap guru dan juga siswa. Untuk itu segala upaya yang dilakukan agar siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dekdikbud 1995:1060) mengemukakan bahwa

Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya susunan yang berlapis-lapis peningkatan sendiri di artikan proses perbuatan, cara, meningkatkan. Dengan demikian, peningkatan kemampuan belajar dapat di artikan

(26)

sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah proses pembelajaran.

Sedangkan menurut Harun dan Mansyur (2008:97) mengemukakan bahwa Peningkatan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan jika guru menyusung rencana secara cermat, memiliki tujuan pembelajaran yang jelas, percaya para siswanya, dan melibatkan siswa dalam proses penilaian

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan penigkatan hasil belajar ialah bahwa guru sangat berperan penting dalam upaya peningkatan kemampuan belajar siswa namun faktor-faktor lain seperti intelegensi yaitu keluarga, lengkungan, sarana dan prasarana tidak boleh di abaikan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Hasil Belajar

Thomas F Station Haling (Dalam Bukunya Zainal Aqib (2009:6) menguraikan enam macam faktor psikologi yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Motivasi

Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan inilah yang di sebut motivasi. Tampa motivasi keinginan belajar sulit untuk berhasil.

b. Konsentrasi

Konsentrasi yang dimaksudkan memusatkan perhatian pada situasi belajar. Untuk memotivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian pada siswa.

c. Reaksi

Didalam kegiatan belajar belajar mengajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental sebagai suatu wujud reaksi pikiran dan otot harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga pembelajaran bertindak atau melakukannya apa yang telah direncanakan sebelumnya. Didalam belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan mental, kewaspadaan, perhitungan, ketekunan dan kecermatan untuk menangkap fakta-fakta atau ide-ide sebagaimana yang dipelajarinya. Jadi kecepatan jiwa seseorang dalam memberikan respon pada suatu pelajaran merupakan faktor penting dalam belajar.

(27)

d. Organisasi

Belajar juga dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian. Hal semacam inilah yang dapat membuat siswa akan menjadi lebih mengerti jelas tetapi mungkin juga bertambah bingung. Di dalam hal ini dibutuhkan keterampilan mengorganisasikan stimulus untuk membantu siswa agar cepat dapat mengorganisasikan fakta atau ide didalam pikirannya maka diperlukan perumusan tujuan yang jelas dalam proses belajar mengajar.

e. Pemahaman

Pemahaman atau Comprehension dapat di artikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti maksud dan implikasinya sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Pemahaman tidak sekedar mengetahui, tetapi juga menghendaki agar siswa dapat memanfaatkan bahan yang telah di pahami. Sehingga pemahaman itu lebih bersifat dinamis dan kreatif. f. Ulangan

Mengulang-ulang sesuatu pekerjaan yang dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran menjadi lebih mendasar. Akan tetapi harus disertai dengan pikiran dan tujuan.

Berdasarkan dengan uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar ialah saling keterikatan antara satu yang lain untuk mempengaruhi peningkatan belajar siswa karena dengan tujuan pembelajaran adalah memberikan hasil kepada siswa

4. Aqidah Akhlak

Aqidah Akhlak merupakan keyakinan yang tertanam di dalam diri seorang Muslim dan diyakini kebenarannya didalam hati yang tidak tercampur sedikit pun dengan keragu-raguan dan perilaku (yang berdasarkan bentuk batin) yang baik menurut ajaran Islam dan bagaimana cara atau proses manusia untuk mempelajarinya, agar manusia memahami ajaran itu dengan baik. Karena Akhlak bagi seorang muslim harus berdasar pada Akidah yang benar. Oleh karena itu, jika

(28)

seseorang berakidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan baik, lurus dan benar. Begitu pula sebaliknya, salah satu contoh prilaku Akhlak tercelah sebagai bahan penyusunan skripsi saya didalam bukunya Darsono H Ibrahim yang menjelaskan tentang materi :

a. Namimah

1). Pengertian Namimah

Namimah berarti mengaduh domba, yaitu menceritakan sikap atau perbuatan seseorang (yang belum tentu benar) kepada orang lain dengan maksud agar terjadi perselisihan antara keduaanya. Bisa jadi, cerita yang di sampaikan timbal balik. Sudah pasti perbuatan seperti ini sangat tercela, baik dalam pandangan agama maupun sesama manusia.

Allah SWT mencela pelaku perbuatan tersebut sebagaimana di dalam QS. Al Qalam (68) : 10-11 :





















Terjemahnya:

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari menghambar fitnah.

Dalam sebuah Hadits Marfu’ yang di riwayatkan Hudzaifah Radhiallahu’anhu di sebutkan :

ىرﺎﺨﺒﻟا .ٌمﺎﱠَﳕ َﺔﱠﻨَﳉْا ُﻞُﺧْﺪَﻳ َﻻ :ص ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ :َلﺎَﻗ ضر َﺔَﻔْـﻳَﺬُﺣ ْﻦَﻋ

ﺐﻴﻫﱰﻟا و ﺐﻴﻏﱰﻟا ﰱ ،ىﺬﻣﱰﻟا و دواد ﻮﺑا و ﻢﻠﺴﻣ و

Artinya :

Dari Hudzaifah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Tidak akan masuk surga orang yang suka berbuat Namimah. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi, 3 : 495)

(29)

Namimah bisa berawal dengan rasa iri karena melihat seseorang (yang difitnah) memperoleh kesenangan atau keuntungan. Karena besarnya rasa iri, kemudian mencari jalan untuk menjelek-jelekkan kepada orang lain. Namimah sangat erat hubungannya dengan fitnah. Lasimnya orang yang suka menfitnah juga suka mengadu domba.

2). Akibat Buruk Namimah

Namimah berakibat buruk bagi kehidupan bermasyarakat. Akibat buruk namimah menurut Darsono H, Ibrahim (2008;130) antara lain :

a. Bagi pelaku sendiri

1) Rasa tidak tenang adanya rasa kekewatiran akan terbongkar kejahatannya

2) Terancam tidak masuk ke janah. b. Bagi orang lain

1) Munculnya rasa benci antara kedua belah pihak yang diadu domba

2) Rusaknya hubungan persaudaraan antara dua bela pihak yang diadu domba

3) Terjadainya pertikaian antara kedua belah pihak jika masing-masing tak mampuh mengendalikan dirinya

4) Kekacauan masyarakat sehingga tidak dapat hidup tenang

3). Larangan Namimah

Islam melarang secara tegas kepada umatnya perbuatan namimah apabilah mendengar suatu berita hendaknya bersikap hati-hati, tidak terlalu mudah percaya, Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat (49) : 6 yang berbunyi :





































(30)

Terjemahnya :

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Ayat lain juga menegaskan larangan berbuat Namimah sebagaimana dalam firman Allah SWT di dalam QS. An-Nisa (4) : 112 yang berbunyi :





























Terjemahnya :

Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, Kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, Maka Sesungguhnya ia Telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.

Sering terjadi seseorang terlanjur berbuat yang kurang terpuji gara-gara berita yang diterimah dari seseorang setelah diteliti, ternyata berita yang diterimah tadi berita bohong. Akhirnya orang tersebut menyesali perbuatannya, agar kita tidak mudah mempercayai suatu berita yang belum jelas kebenarannya.

4). Prilaku Menghindari Namimah

Setiap muslimin dan muslimat wajib menghindarkan diri dari sifat namimah adapun cara menghindarkan diri dari sifat namimah menurut Darsono H, Ibrahim (2008;131) antara lain sebagai berikut;

a. Tidak terlampau mudah menerimah suatu berita apabilah tidak jelas kebenarannya.

b. Mengadakan tabayun (kejelasan suatu berita) apabila mendengar berita dari seseorang, terutama orang yang belum jelas baik kepribadiaanya.

c. Berusaha menghentikan atau mengalihkan pembicaraan yang cenderung menjelek-jelekkan seseorang.

(31)

B. Analisis Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL)

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Sujianto, 2008:7). Sedangkan Menurut Uno B. Hamzah (2008 : 66). Model merupakan Suatu pola yang di pakai guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran, maupun kegiatan di kelas (seperti alur yang diikutinya).

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin

Menurut Sudjana (2007: 80) mengemukakan bahwa Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:62) Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends 2010: 51)

(32)

Sedangkan menurut W. J. Best (Dalam Bukunya Hanafiah Nanang dan Suhana Cucu (2009: 41)

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Model Pembelajaran adalah proses pengajaran kepada siswa melalui kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar. Menurut Saekhan Muchith (Dalam Bukunya Aqib Zainal (2009:1) Mengemukakan bahwa :

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga masyarakat.

Sedangkan menurut Elaine B. Johnson (Dalam Bukunya Aqib Zainal (2008:14) Mengemukakan bahwa :

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Paparan pengertian pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) di atas dapat diperjelas antara lain:

(33)

a. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar beroentasikan pada proses pengalaman secara langsung. b. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) mendorong

menemukan hubungan antara materi yang di peelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat.

c. Pembelajaran kompetensi mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya pembelajaran kompetensi tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang di pelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah merupakan kegiatan pembelajaran yang mengaitkan dunia nyata peserta didik mampu menarik sebuah makna di mana makna tersebut terlahir dari pengalaman bukan makna dari sebuah dunia abstrak yang dikonstruksi oleh peserta didik

2. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Aqib Zainal (2007:14) mengemukakan lima pendekatan yang di gunakan dalam model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut :

(34)

a. Problem-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Problem-Based Learning yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks sehingga peserta didik dapat belajar berfikir dan melakukan pemecahan masalah yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan atau konsep yang esensial dari bahan pelajaran

b. Authentic Intruktion (Keterampilan Berpikir)

Authentic Intruktion yaitu pendekatan pembelajaran yang memperkenangkan peserta didik mempelajari konteks kebermaknaan melalui pengembangan keterampilan berpikir dan melakukan pemecahan masalah dalam konteks kehidupan nyata.

c. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Cooperative Learning yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja sama dalam rangka mengoptimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. d. Project-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek)

Project-Based Learning yaitu pendekatan pembelajaran yang memperkenalkan siswa untuk bekerja mandiri dalam mengkontruksi pembelajarannya (pengetahuan dan keterampilan baru) dan mengkulminasikannya dalam produk nyata

e. Service Learning (Pembelajaran Pelayanan)

Service Learning yaitu pendekatan pembelajaran yang menyajikan

(35)

keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.

f. Work-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Kerja)

Work-Based Learning yaitu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari bahan ajar dan menggunakan kembali di tempat kerja. g. Inquiry-Based Learning (Pembelajaran Bermakna)

Inquiry-Based Learning yaitu pendekatan pembelajaran dengan mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna.

Dari beberapa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) penulis dapat menyimpulkan bahwa pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) merupakan pendekatan pembelajaran siswa untuk meningkatkan

pembelajaran di sekolah dengan tujuan siswa mampu mengaitkan antara pembelajaran materi dikelas dan realita yang ada di lapangan.

3. Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Rosdijati Nani (2010:08) ada delapan karakteristik utama dalam sistem pembelajaran kontekstual yang disebutkan sebagai berikut:

a. Membuat keterkaitan yang bermakna b. Melakukan pekerjaan yang berarti

c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri d. Bekerja sama

e. Berpikir kritis dan kreatif

f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang g. Mencapai standar yang tinggi

(36)

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan melakukan pekerjaan yang berarti untuk membantu siswa untuk berfikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi untuk memberikan penilaian autentik kepada siswa.

4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut A Hilman, (2006:69) Mengemukakan Bahwa ada beberapa prinsip-prinsip dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) antara lain:

a. Prinsip Kesaling-Bergantungan (Intedependensi)

Prinsip ini membuat hubugan yang bermakna antara proses pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa datang. prinsip ini mengajak para pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, peserta didik, stakeholder, dan lingkungannya.

b. Perbedaan (Prinsip Diferensiasi)

Prinsip Deferensiasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan dan keunikan. Terciptanya kemandirian dalam belajar (Self-Regulated Learning) yang dapat mengkonstruksi minat peserta didik/siswa untuk belajar mandiri dalam konteks tim dengan mengkorelasikan bahan ajar dengan kehidupan nyata, dalam rangka mencapai tujuan secara penuh makna (Meaningfulness). Terciptanya

(37)

berfikir kritis dan kreatif dikalangan peserta didik/siswa dalam rangka pengumpulan, analisis, dan sintesa data, guna pemecahan masalah c. Pengaturan Diri

Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur,di pertahankan dan disadari oleh peserta didik sendiri dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya. Peserta didik/siswa secara sadar harus menerima tanggup jawab atas keputusan dan prilaku sendiri menilai alternative, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Melalui interaksi antara siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan menemukan sisi keterbatasan diri.

d. Penilaian Autentik (Authentic Assassment)

Penggunaan penilaian autentik yaitu menentang peserta didik/siswa agar dapat mengaplikasikan berbagai informasi akademis baru dalam keterampilannya kedalam situasi kontekstual secara segnifikan.

Beberapa Prinsip-prinsip pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) Penulis dapat menyimpulkan bahwa Prinsip-prinsip pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) hubungan atara prose pembelajaran

dengan kehidupan nyata dalam rangka untuk pemecahan masalah dengan tujuan meningkatkan kemampuan belajar siswa agar dapat mengaplikasikan antara kehidupan nyata dan dunia abstrak

(38)

5. Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Sanjaya Wina (2009: 264), mengemukakan bahwa Contextual

Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu model pembelajaran yang

memiliki tujuh komponen pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Di bawah ini akan di jelaskan ketujuh komponen CTL tersebut:

a. Konstruktivistik (Constructivist)

Konstruktivistik (Constructivist) merupakan landasan berfikir pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, dan kaidah yang konstruksi pengetahuan itu akan memberi makna melalui pengalaman nyata.

b. Bertanya (Questioning)

Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis Inquiry, yaitu menggali informasi, menkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.

c. Menemukan (Inquiry)

Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

(39)

siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat Belajar merupakan pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari Sharing antar teman, antar kelompok, antar mereka yang tahu, ke mereka yang belum tahu. Dalam CTL kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa yang pandai mengajari siswa yang lemah, dan yang tahu memberi tahu yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa tercipta apabila ada proses komunikasi dua arah.

e. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan (Modeling) adalah sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa ikut serta dalam kegiatan pemodelan. Dalam pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi (Reflection) merupakan bagian penting dari pembelajaran CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan

(40)

yang baru saja diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, tekanannya diarahkan pada proses belajar bukan pada hasil belajar

6. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL)

Berdasarkan prinsip dan asas pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL), Saud Saefuddin Udan (2009:6) merumuskan bahwa penerapan

model pembelajaran kontekstual meliputi beberapa tahapan yaitu: a. Tahap Invitasi

Pada tahap ini siswa di dorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang di bahas. Bila di perlukan guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematik tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang di bahas dengan pendapat yang mereka miliki.

(41)

b. Tahap Eksplorasi

Siswa di beri kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, pengintrepretasikan data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang masalah yang dibahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingin tahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.

c. Tahap Penjelasan dan Solusi

Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang di dasarkan pada hasil observasinya di tambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan ringkasan.

d. Tahap Pengambilan Tindakan

Pada segmen ini, siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

Menurut pendapat saya bahwa penerapan model pembelajaran Contekstual

Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pengajaran didalam kelas yang

diajarkan oleh guru kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam proses belajar mengajar dengan tujuan siswa mampu mengaitkan antara pembelajaran materi dikelas dan realita yang ada di lapangan.

(42)

7. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL)

a. Kelebihan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Anisah (2009:1) ada 2 kelebihan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) yaitu :

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.

2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran CTL adalah siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan pengetahuan siswa berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Menurut Anisah (2009:1) kelemahan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) antara lain:

1. Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. 2. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah

mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.

3. Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

(43)

4. Guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang eksra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelemahan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah guru harus dapat mengelola pembelajaran dengan sebaik-baiknya agar tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan dapat tecapai dengan maksimal terhadap peserta didik.

C. Kerangka Pikir

Supaya dapat meningkatkan partisipasi dan kemampuan hasil belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan memilih model pembelajaran kepada peserta didik/siswa untuk berkembang.

Model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) berusaha mengatasi kesulitan siswa dalam meningkatkan kemampuan hasil belajar Aqidah Akhlak siswa kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani.

Kerangka Pikir tentang Penerapan Model Contekstual Teaching and

Learning (CTL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak siswa kelas

VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng digambarkan sebagai berikut, dapat di lihat pada gambar 2.1 di bawah ini:

Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Model Pembelajaran Contekstual

Teaching and Learning (CTL)

Kualitas pembelajaran dan kemampuan berhitung masih

Rendah,karena minat belajar,inovasi guru,pengetahuan berhitung masih kurang

Kondisi Awal Sebelum Tindakan

Kualitas pembelajaran dan hasil belajar Aqidah Akhlak masih rendah, karena minat belajar, inovasi guru pengetahuan masih kurang

Kondisi Akhir Setelah Tindakan

Kualitas pembelajaran dan kemampuan Hasil Belajar Aqidah Akhlak akan Meningkat

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas yakni

tindakan-tindakan (aksi) yang berulang-ulang untuk memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas, Taggart dan Kemmis (2005: 16). PTK merupakan penelitian yang menggunakan beberapa siklus, setiap siklus terdapat empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi

(reflection), yang dirancang untuk menemukan dan memecahkan masalah–

masalah pembelajaran yang terjadi di kelas. (Asrori Moh. 2007:100)

Adapun gambaran penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut dapat di lihat pada gambar 3.1 di bawah ini:

Sumber : Asrori Moh. (2007:100)

1. Perencanaan Siklus PTK 3.Observasi/Evaluasi

4. Refleksi 2. Tindakan

(45)

B. Lokasi Dan Objek Penelitian

Penelitan mengambil lokasi penelitian di MTs Ma’arif Tumbelgani Jl. Bungung Barania Kelurahan Pallantikang Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng. Alasan memilih lokasi tersebut:

1. Jarak antara rumah dengan sekolah tidak jauh sekitar 600 M, 2. Lokasi sekolah di kota Kabupaten Bantaeng

3. Adanya kemudahan dalam mengakses dan mengambil data-data yang di perlukan dalam penilitian ini.

Objek dalam penilitian ini yaitu siswa Kelas VIII MTs Ma’arif Tumbelgan Kabupaten Bantaeng yang berjumlah 18 orang.

C. Variabel Penelitian

Berdasarkan kajian teori diatas Arikunto (1998:10) mengemukakan bahwa “Variabel objek penilitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian” maka peneliti menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi variabel bebasnya yaitu Hasil Belajar Aqidah Akhlak. sedangkan variabel terikatnya adalah Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

D. Defenisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran maksud yang terkandung dalam judul penilitian ini, maka terlebih dahulu penulis memberikan pengertian/defenisi variabel penelitian secara operasional. Adapun variabel yang maksudkan antara lain:

(46)

1. Hasil belajar Aqidah Akhlak adalah suatu hasil yang di peroleh seseorang berdasarkan usaha yang di lakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak yang kemudian dinilai dan diwujudkan dalam bentuk angka .

2. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu proses pengajaran didalam kelas dengan menggunakan model pembelajaran CTL yang mengaitkan dunia nyata terhadap siswa dengan mata pelajaran, sehingga siswa mampu menarik sebuah makna di mana makna tersebut terlahir dari pengalaman (bukan makna dari sebuah dunia abstrak yang di kontruksi oleh siswa)

Jadi yang dimaksud dengan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu suatu proses pengajaran didalam kelas untuk memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan model pembelajaran CTL yang mengaitkan dunia nyata terhadap siswa di MTs Ma’arif Tumbelgani Kabupaten Bantaeng.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus Penelitian dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dan satu kali evaluasi.

Menurut Suharjono (2007:103) Adapun skema alur siklus yang direncanakan dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut :

(47)

Sumber : Suharjono (2007:103)

Berdasarkan skema di atas, maka prosedur kerja penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

a) Perencanaan

Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan peneliti adalah:

Ide Awal Menyusun Rencana Siklus I Tindakan Siklus I  Persiapan pembelajaran  Pelaksanaan pembelajaran  Evaluasi Observasi Siklus I Refleksi Analisi Evaluasi Belum Berhasil Menyusun Rencana Siklus II Tindakan Siklus II  Persiapan pembelajaran  Pelaksanaan pembelajaran  Evaluasi Observasi Siklus II Refleksi Analisis evaluasi Berhasil

(48)

1. Menelaah kurikulum Aqidah Akhlak Kelas VIII MTs. 2. Menyusun skenario pembelajaran.

3. Membuat lembar observasi.

4. Mendesain alat evaluasi dengan merencanakan analisis hasil tes. b) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah kegiatan belajar mengajar untuk mengimplemintasikan materi yang telah disiapkan. Adapun rincian pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan materi.

3. Kesimpulan.

4. Evaluasi dan Refleksi. 5. Penutup.

c) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara kontinu setiap kali pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati tindakan guru dan aktivitas siswa.

d) Refleksi

Pada tahap fefleksi peneliti bersama guru bertindak sebagai observer mengkaji kekurangan dan tindakan yang telah diberikan. Hal ini dilakukan dengan cara melihat observasi pada siklus I. Jika refleksi menunjukkan bahwa tindakan siklus I memperoleh hasil yang belum optimal yaitu tidak tercapai kriteria ketuntasan minimal (memperoleh nilai 65), maka dilakukan siklus berikutnya.

(49)

2. Siklus II

a) Perencanaan

Dalam tahap ini, hal-hal yang dilakukan oleh peniliti adalah:

1. Menyusun Rencana Pembelajaran yang disesuaikan dengan siklus II. 2. Menyusun skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan siklus II. 3. Membuat lembar observasi yang disesuaikan dengan siklus II. 4. Mendesain alat evaluasi dengan merencanakan analisis hasil tes. b) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dirancang yang sesuai dengan siklus II.

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru menyajikan materi.

3. Peyimpulan.

4. Evaluasi dan refleksi. 5. Penutup.

c) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara kontinu setiap kali pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati tindakan guru dan aktivitas siswa.

d) Refleksi

Tahap refleksi ini peneliti bersama guru bertindak sebagai observer telah mengkaji kekurangan dan tindakan yang telah diberikan tindakan perbaikan-perbaikan sesuai dengan siklus I sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai

(50)

sesuai dengan yang diinginkan. Jika hasil yang diperoleh pada siklus II sudah optimal yaitu tercapai kriteria ketuntasan minimal (memperoleh nilai 65), maka tidak perlu dilakukan siklus berikutnya, karena tercapai ketuntasan belajar.

F. Instrumen Penelitian

1. Lembar Observasi

Lembar observasi berupa catatan tentang situasi dan kondisi belajar siswa mengenai kehadiran murid, perhatian dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar berupa soal essay yang dilaksanakan setiap pertemuan akhir siklus yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran Aqidah Akhlak setelah mengikuti proses pembelajaran yang terlihat pada nilai yang diperolehnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

1. Teknik Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan pengelolaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) oleh guru dan partisipasi siswa secara keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara individual maupun kelas bagi keaktifan belajar mereka.

Gambar

Tabel 3.1 Kategorisasi Hasil Belajar
Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Murid Selama Mengikuti Proses Pembelajaran Siklus I.
Tabel 4.6 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs. Ma’arif Tumbelgani Kab. Bantaeng
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka penulisan skripsi tugas akhir mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Indonesia, saya melakukan penelitian dengan judul Dalam rangka

Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, semakin besar daya yang dibangkitkan maka semakin besar pula laju aliran massa bahan bakar. Konsumsi spesifik bahan bakar

Ide solusi untuk tindak lanjut: franchisee diminta untuk memesan bahan – bahan jauh hari, jadi ada jeda atau sela waktu yang longgar untuk pengiriman bahan .baku,

Kebijakan Audit Internal Dalam Kerangka SPMI (4)  Unit dan/atau Personil Yang Menjadi Auditor Internal.. Kantor/Lembaga khusus: perencanaan, penyusunan instrumen audit,

Berikut ini adalah Algoritma untuk menyisipkan I TEM ke dalam list, tepat sesudah simpul A, atau jika LOC = NULL, maka I TEM disisipkan sebagai simpul pertama dari list.. Misalkan

Tertib serta tatanan hukum Indonesia yang memilih sistem kodifikasi seperti yang berlangsung dewasa ini, secara historis tidak dapat dilepaskan dari tradisi hukum

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

Fakta yang menjadi ciri model pembelajaran Problem Based Learning sesuai dengan pembelajaran ini, karena pada pembelajaran satu ini guru meminta siswa