• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JUS JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DERAJAT 1 DI RW 08 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CITEUREUP CIMAHI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH JUS JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DERAJAT 1 DI RW 08 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CITEUREUP CIMAHI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JUS JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DERAJAT 1

DI RW 08 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CITEUREUP CIMAHI

Dedi Supriadi¹, Evangeline Hutabarat², Mochamad Zenal Abidin³

¹²³ Stikes Jenderal A. Yani Cimahi

Abstrak

Prevalensi Hipertensi pada usia lanjut di Indonesia adalah 30-65%. Jambu biji merupakan tanaman herbal alami mengandung kalium yang dapat menurunkan tekanan darah. 8 dari 10 orang lansia tidak mengetahui Jus Jambu Biji dapat menurunkan tekanan darah. Tujuan Penelitian untuk mengetahui Pengaruh Jambu Biji (Psidium Guajava) terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi derajat 1. Metode Penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dengan desain Time Series Design Pre-test Post-test. Sampel Penelitian ini adalah Lansia Hipertensi derajat 1.Penelitian ini menggunakan Consecutive Sampling dengan teknik Non-Random, dimana n = 16 sampel.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi Jus Jambu biji (133 gram). Pengolahan data dilakukan dengan cara Repeated Measuare anova dengan analisa Univariat dan Bivariat. Hasil uji statistik, Rata-rata tekanan darah sistole pada hari ke 3 150,38 mmHg, hari ke 5 148,06 mmHg, dan pada hari ke 7 145,38 mmHg dengan p-value = 0,000 dan rata-rata tekanan darah diastole pada hari ke 3 94,94 mmHg, hari ke 5 93,19 mmHg, dan pada hari ke 7 91,75 mmHg dengan p-value 0,0001. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari terapi Jus Jambu Biji Terhadap Tekanan Darah Hipertensi Derajat 1 pada Lansia dan intervensi paling efektif selama 7 hari. Dari hasil penelitan yang diperoleh, peneliti menyarankan kepada petugas Kesehatan Puskesmas Citeureup untuk mengaplikasikan pada saat Posbindu dengan diberikannya Jus Jambu Biji untuk menurunkan Tekanan darah.

Kata Kunci : Hipertensi, Jus Jambu biji, Lansia, Tekanan darah

(2)

Abstract

The prevalence of hypertension in elderly in Indonesia reaches 30-65%. Guava contains pottasium which has an effect on lowering blood pressure. Eight from ten elderly who has been inteviewed did not apprehead that consuming guava juice lower their blood pressure. The purpose of this study was to find out the effectiveness of guava (Guava Guajava) on blood pressure in elderly with 1st degree hypertension. This research adapted a Quasy Experiment method with one group times series design.

The population of this research was elderly with 1st degree hypertension. Sampling technique employed the consecutive sampling with 16 respondents recruited as samples. Data gathered by measuring blood pressure before and after consuming guava Juice on the first, third, fifth and seventh day and then analyzed statistically using a Repeated Measure Anova test. The results stated that difference of systolic blood pressure mean on third day was 150,38 mmHg, on the fifth day was 148,06 mmHg , on the seventh day was 145,38 mmHg with p-value 0.000. The difference mean of systolic blood pressure on third day was 94,94 mmHg, on the fifth day was 93,19 mmHg, on the seventh day 91,75 mmHg with p-value 0,000. It is concluded there was a significance impact of Guava juice on blood pressure and the most effective intervention was on the seventh day. It is suggested that Health Care Center Citeureup Cimahi workers share the information to the community regarding the effectiveness of guava juice on blood pressure in elderly with 1st degree hypertension.

Key words: Guava Juice, Blood Pressure, Elderly, Hypertension

(3)

LATAR BELAKANG

Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Menjadi tua adalah proses yang alami di mana masa hidup manusia yang terakhir adalah masa usia senja atau masa tua. Masa tua adalah keadaan di mana individu mengalami bermacam kemunduran seperti fisik, mental dan sosial (Azizah, 2011).

Secara fisiologis pada lansia akan mengalami kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang menyebabkan lansia rentan terkena gangguan kesehatan. Salah satu perubahan yang dialami oleh lansia adalah perubahan pada sistem kardiovaskuler di mana daya pompa jantung menurun karena elastisitas pembuluh arteri melemah. Semua ini akibat kolagen dan elastin dalam dinding arteri yang berkurang.

Tekanan darah pada orang dewasa akan meningkat sesuai usia. Tekanan darah optimal untuk dewasa usia paruh baya adalah di bawah 120/80 mmHg pada lansia biasanya mengalami peningkatan tekanan darah sistolik yang berhubungan dengan elastisitas pembuluh darah yang menurun, tetapi tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg didefinisikan sebagai hipertensi (Perry & Potter, 2009).

Data World Health Organization (WHO) (2012) dan The International Society of Hypertension (ISH) sebagaimana dikutip Depkes (2012) saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya.

Tujuh dari setiap 10 penderita tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.

Hipertensi juga sering disebut dengan pembunuh diam-diam (Silent Killer) dan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi yang terjadi pada usia lebih dari 18 tahun adalah 25,8%. Untuk provinsi dengan prevalensi paling tinggi adalah Bangka Belitung dengan 30,9% dan Provinsi dengan

prevalensi paling rendah adalah Provinsi Papua dengan 16,8%. Untuk Provinsi Jawa Barat, prevalensinya adalah 29,4% dan menempati urutan ke empat provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak (Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014).

Laporan dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2016, menunjukan bahwa terdapat 530.387 kasus hipertensi, 140.227 kasus terjadi pada laki-laki dan 225.042 kasus terjadi pada perempuan. Di kota Cimahi, dari hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada 8.937 orang penduduk dengan usia lebih dari 18 tahun, didapatkan 8.937 orang tersebut menderita hipertensi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2016) Laporan Bulan 1 (LB1) Kabupaten/ Kota Cimahi pada tahun 2015, di Puskesmas Citeureup Cimahi terdapat 973 kasus hipertensi. 392 atau 40% kasus terjadi pada lansia dengan usia lebih dari 60 tahun (Dinas Kesehatan Kota Cimahi, 2016)

Kartin (2014) menyatakan peningkatan presentase populasi lansia diberbagai provinsi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia. Seiring dengan peningkatan tersebut resiko penyakit degeneratif pun meningkat, hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa pola penyakit pada lansia yang terbanyak adalah hipertensi 57,6% dan stroke 46,1% diikuti masalah pada gigi dan mulut dengan presentase sebesar 19,2%.

Perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia meliputi masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi, dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru menurun dan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompakan darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20

(4)

tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. Mengakibatkan tekanan darah meningkat. Tekanan darah tinggi apabila tidak dikendalikan dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada target organ khususnya pada otak, jantung, ginjal, mata dan pembuluh darah perifer. Komplikasi pada target organ ini dapat menimbulkan kerusakan dan kecacatan permanen sehingga menggangu kesehatan dan menurunkan produktifitas kerja penderitanya (JNC VII, 2003)

Hipertensi menjadi penyebab utama dari stroke, serangan jantung, gagal ginjal kongestif, apneu pada saat tidur dan kerusakan pada mata. Faktor pemicu terjadinya hipertensi meliputi faktor yang tidak dapat dikontrol seperti keturunan, jenis kelamin dan usia, serta faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, stress dan gaya hidup (kurang olah raga, merokok, serta konsusmsi alkohol dan garam). Stress menyebabkan peningkatan aktivitas saraf simpatis yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah secara tidak menentu (Kholis, 2011).

Penanganan hipertensi sangat penting untuk dilakukan mengingat komplikasi yang ditimbulkannya dapat menjadi komplikasi yang sangat fatal seperti serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi juga dapat menyebabkan kebutaan, irama jantung yang tidak beraturan dan gagal jantung.

Peningkatan prevalensi hipertensi, menjadi ancaman serius bagi pembangunan kesehatan Indonesia, karena di samping mengakibatkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi juga mahalnya biaya pengobatan yang harus diberikan sepanjang hidup (Kemenkes RI, 2012).

Pada penyakit hipertensi, penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu, penatalaksanaan farmakologis dan non- farmakologis. Pengobatan Farmakologis

adalah pengobatan dengan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi, diantaranya yaitu : diuretik, alpha-beta, vasodilator, penghambatan enzim konversi angiotensin, dan antagonis kalium. Sedangkan Non-farmakologis seperti mengontrol pola makan, olahraga teratur, merokok, terapi relaksasi progresif, terapi musik, yoga, dan berbagai terapi komplementer seperti mengkonsumsi jus jambu biji. Terapi Herbal merupakan salah satu terapi komplementer alamiah yang banyak digunakan oleh masyarakat, karena mempunyai efek samping yang sangat sedikit (Sustrani, 2007).

Sebagai tumbuhan herbal jambu biji (psidium guajava) mengandung tanin rasa sepat pada buah yang bermanfaat memperlancar sistem pencernaan dan sirkulasi darah serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap invasi virus. Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi ke sel tubuh, serta menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi) (Parimin,2007).

Hal ini didukung oleh penelitian dari Sagiman (2015) dengan judul “Pengaruh Jus Jambu Biji terhadap lansia pada pasien Hipertensi di Pundung Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta” penelitian ini menggunakan metode Quasi Exsperiment Design dengan rancangan one group Pretestt and Posttest.

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Quota Sampling (Judgement Sampling) sebanyak 10 orang lansia umur >

60 tahun yang memiliki tekanan darah

≥140/90 mmHg di Pundung Sleman Yogyakarta yang mengalami hipertensi.

Analisis data menggunakan uji perbedaan Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai Z sistolik pretest-posttest sebesar -2,831, dengan p-value 0,005 (p<0,05) dan nilai Z diastolik pretest-posttest sebesar -2,889 dengan p-value 0,004 (p<0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian jus jambu biji terhadap tekanan

(5)

darah pada lansia penderita hipertensi di Pundung Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta 2015.

Buah jambu biji mengandung zat gizi yang sangat kompleks diantaranya adalah Kalium, Vitamin C, Kalsium dan Magnesium, serta natrium yang rendah. Kandungan gizi inilah yang menyebabkan tekanan darah dapat diturunkan. Zat gizi paling pada buah jambu biji adalah kalium sebesar 284 mg dalam 100 gram, sedangkan kebutuhan kalium dalam tubuh per hari adalah 4.700 mg. Hal ini menunjukkan bahwa kalium dalam buah jambu biji bisa mencukupi kebutuhan sehari- hari. Mengkonsumsi kalium dalam jumlah yang cukup akan menjaga tekanan osmotik dan menjaga keseimbangan asam-basa dalam cairan intraseluler, sebagian terikat dengan protein dan adanya penurunan resistensi vaskular akibat dilatasi pembuluh darah serta adanya peningkatan kehilangan air dan natrium dari tubuh hasil aktivitas pompa natrium dan kalium.sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.

Peneliti telah melakukan studi pendahuluan di Puskesmas Citeureup didapatkan bahwa untuk penatalaksanaan non farmakologis 7

dari 10 orang lansia rutin melakukan olahraga satu minggu sekali dan 3 lainnya jarang berolah raga, untuk penatalaksanaan herbal 2 orang lansia mengaku mengkonsumsi jus daun seledri dan 1 orang lansia mengkonsumsi air rebusan daun jambu biji.

Sedangkan untuk terapi jus jambu biji 8 dari 10 orang lansia mengatakan bahwa tidak mengetahui jus jambu biji dapat menurunkan tekanan darah sebagai terapi herbal, sehingga pasien hanya bergantung pada pengobatan farmakologi yang diberikan dari puskesmas seperti obat amplodipine. Ketidaktahuan dan kurangnya informasi pengobatan komplementer untuk hipertensi merupakan alasan utama masyarakat tidak mengkonsumsi terapi herbal. Hal ini bisa diatasi apabila kader dan perawat komunitas dapat berperan aktif untuk memberikan informasi pada masyarakat mengenai pendidikan kesehatan dan penatalaksanaan hipertensi sehingga masyarakat tidak hanya mengendalikan dengan pengobatan farmakologi saja namun dikombinasikan dengan terapi herbal.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui pengaruh Jus Jambu Biji terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi derajat 1.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan desain one group time series design, penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan pre-test (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah itu diberikan intervensi, kemudian dilakukan post-test yang berulang - ulang.

Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Consecutive Sampling yaitu semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampling jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi. Adapun jumlah sampel yang digunakan adalah 16 responden.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sphygmomanometer digital dan timbangan berat badan digital, timbangan makanan digital, blender dan gelas ukur.

Analisa data dalam penelitian menggunakan analisa univariat dan bivariat. Untuk analisa univariat mengunakan nilai mean (rata-rata), standar deviasi, nilai minimum dan maksimum dari nilai tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Sedangkan untuk analisa bivariat menggunakan uji repeated measure anova. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara pre dan post testyang dilakukan lebih dari dua kali pengukuran. Syarat uji repeated measure

(6)

anova adalah data harus berdistribusi normal dan variabel berskala ratio dan interval. Jika data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan transformasi data. Jika transformasi data menghasilkan distribusi data yang normal, maka dipilih uji repeated anova, jika tidak maka dilakukan uji friedman sebagai alternatif uji repeated anova. Uji normalitas

data yang digunakan adalah uji Shapiro-wilk.

Data dikatakan normal apabila nilai sig. >

0,05. Dari hasil uji normalitas data, didapatkan nilai sig > 0,05, maka data dalam penelitian ini dikatakan normal (Dahlan M. S., 2012). Setelah itu, dilakukan uji repeated measure anova karena data berdistribusi normal nilai sig > 0,05 untuk semua variabel.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Tabel l. Rerata Tekanan Darah Lansia Hari ke 1 dengan Hipertensi Derajat 1 sebelum diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) (n=16)

Variabel Mean SD Min- Max

95% CI

Sistole 154,63 2,849 150-159 153,11- 156,14 Diastole 97,19 1,276 94-99 96,51-

97,87

Berdasarkan tabel 1 diatas diperoleh hasil penelitian bahwa rerata tekanan darah sistole sebelum diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 154,63 mmHg, sedangkan

rerata tekanan darah diastole sebelum diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 97,19 mmHg

Tabel 2. Rerata Tekanan Darah Lansia Hari ke 3, 5 dan 7 dengan Hipertensi Derajat 1 sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) (n=16)

Variabel Mean SD Min- Max

95% CI

Sistole

Hari Ke-3 150,38 3,500 145-156 148,51- 152,24 Hari Ke-5 148,06 3,803 142-154 146,06- 150,09 Hari Ke-7 145,38 3,862 140-151 143,32- 147.43 Diastole

Hari Ke-3 94,94 2,016 90-98 93,86- 96,01 Hari Ke-5 93,19 1,628 90-96 92,29- 94,08 Hari Ke-7 91,75 1,390 90-94 91,01- 92,49

(7)

Berdasarkan tabel 2 diatas diperoleh hasil penelitian bahwa rerata tekanan darah hari ke- 3 sistole sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 150,38 mmHg, sedangkan rerata tekanan darah diastole sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 94,94 mmHg. Rerata tekanan darah hari ke-5 sistole sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 148,06

mmHg, sedangkan rerata tekanan darah diastole sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 93,19 mmHg. Rerata tekanan darah hari ke-7 sistole sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 145,38 mmHg, sedangkan rerata tekanan darah diastole sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 91,75 mmHg

Analisis Bivariat

Tabel 3. Hasil Uji Repeated Anova Rerata Tekanan Darah sebelum dan sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) pada lansia dengan Hipertensi Derajat 1 di Rw 08 Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup Cimahi (n=16)

Tekanan Darah

Penguku ran

Mean SD PVal ue Sistole

Hari Ke-1 Pre Test 154,63 2,849

Hari Ke-3 Post Test 150,38 3,500 0,001 Hari Ke-5 Post Test 148,06 3,803

Hari Ke-7 Post Test 145,38 3,862 Diastole

Hari Ke-1 Pre Test 97,19 1,276

Hari Ke-3 Post Test 94,94 2,016 0,001 Hari Ke-5 Post Test 93,19 1,628

Hari Ke-7 Post Test 91,75 1,390

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rerata tekanan darah sistole sebelum dan sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) adalah 154,63 mmHg, sedangkan rerata tekanan darah sistole hari ke 3 setelah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) adalah 150,38 mmHg, rerata tekanan darah sistole hari ke 5 setelah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) adalah 148,06 mmHg, dan rerata tekanan darah sistole hari ke 7 setelah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) adalah 145,38 mmHg. Rerata tekanan darah diastole sebelum diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) adalah 97,19 mmHg, sedangkan rerata diastole setelah hari ke 3 diberikan Jus Jambu Biji (Psidium

Guajava) adalah 94,94 mmHg, rerata diastole setelah hari ke 5 diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) adalah 93,19 mmHg, dan rerata diastole setelah hari ke 7 diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) adalah 91,75 mmHg. Hasil Uji Statistik untuk tekanan darah sistole didaptakan nilai PValue = 0,0001, artinya terdapat pengaruh Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) terhadap tekanan darah sistole, sementara pada tekanan darah diastole nilai PValue = 0,0001, artinya terdapat pengaruh Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) terhadap tekanan darah diastole Lansia dengan Hipertensi Derajat 1 di Rw 08 Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup Cimahi.

(8)

Tabel 4. Hasil Uji Paired Wise Comparison Rerata Tekanan Darah sebelum dan sesudah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) pada lansia dengan Hipertensi Derajat 1 di Rw 08 Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup Cimahi (n=16)

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Perbedaan Rerata Sebelum dan Sesudah SistolePre Test hari ke 1 dengan Post Test hari ke 3 dengan nilai 4,250, dengan perbandingan nilai confidence interval 3,509-4,991.

Perbedaan Rerata Sistole Pre Test hari ke 1 dengan Post Test hari ke 5 dengan nilai 6,563, dengan perbandingan nilai confidence interval 5,610-7,515. Perbedaan Rerata Sistole Pre Test hari ke 1 dengan Post Test hari ke 7 dengan nilai 9,250, dengan perbandingan nilai confidence interval 8,158-10,342. Perbedaan Rerata Sistole Post Test hari ke 3 dengan Post Test hari ke 5 dengan nilai 2,313, dengan perbandingan nilai confidence interval 1,772- 2,853. Perbedaan Rerata Sistole Post Test hari ke 3 dengan Post Test hari ke 7 dengan nilai 5,000, dengan perbandingan nilai confidence interval 4,272-5,728. Perbedaan Rerata Sistole Post Test hari ke 5 dengan Post Test hari ke 7 dengan nilai 2,688, dengan perbandingan nilai confidence interval 2,367- 3,008.

Perbedaan Rerata Diastole Pre Test hari ke 1 dengan Post Test hari ke 3 dengan nilai 2,250, dengan perbandingan nilai confidence interval 1,509-2,991. Perbedaan Rerata Diastole Pre Test hari ke 1 dengan Post Test hari ke 5 dengan nilai 4,000, dengan perbandingan nilai confidence interval 3,130-4,870. Perbedaan Rerata Diastole Pre Test hari ke 1 dengan Post Test hari ke 7 dengan nilai 5,438, dengan perbandingan nilai confidence interval 4,526- 6,349. Perbedaan Rerata Diastole Post Test hari 3 dengan Post Test hari ke 5 dengan nilai 1,750, dengan perbandingan nilai confidence interval 1,062-2,438. Perbedaan Rerata Diastole Post Test hari 3 dengan Post Test hari ke 7 dengan nilai 3,188, dengan perbandingan nilai confidence interval 2,250-4,125.

Perbedaan Rerata Diastole Post Test hari 5 dengan Post Test hari ke 7 dengan nilai 1,438, dengan perbandingan nilai confidence interval 0,924-1,951.

(9)

Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Jus Jambu Biji terhadap penurunan tekanan darah Sistole maupun Diastole, Dibuktikan dari Pre Test 1 ke Post Test 3, 5

dan 7, Post Test 3 ke Post Test 5 dan 7, Post Test 5 ke Post Test 7 Sistole maupun Diastole dengan nilai PValue <0,001.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada tanggal 18 Mei 2017 sampai dengan 24 Mei 2017 di Rw 08 Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup Cimahi, dengan Repeated Measure Anova didapatkan Pvalue 0,0001 (<α=0,005) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dilihat dari tabel 4.1 dan 4.2 untuk perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah konsumsi Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) mengalami penurunan 154,63/97,19 mmHg, hari ke 3 menjadi 150,38/94,94 mmHg, hari ke 5 menjadi 148,06/93,19 mmHg, dan hari ke 7 menjadi 145,38/91,75 mmHg

Buah Jambu Biji mengandung kalium (284 mg) yang bermanfaat untuk mengontrol tekanan darah dan terapi darah tinggi. Selain itu, kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja otot dan membantu memelihara keseimbangan cairan dan natrium, sehingga membuat tubuh menjadi lebih segar.

Selain mengandung kalium, jambu biji juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi.

Dari segi kandungan vitamin C dari buah jambu biji sekitar 183,5 mg yang berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk melawan serangan radikal bebas penyebab penuaan dini dan berbagai jenis kanker (Anonim, 2006). Jambu biji juga mengandung tanin rasa sepet pada buah, tetapi bermanfaat memperlancar sistem pencernaan dan sirkulasi darah serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap invasi virus serta mengandung kalsium yang dapat menurunkan tekanan darah karena ada hubungan negatif antara asupan kalium dengan tekanan darah dengan mengsekresi natrium yang meningkat.

Kalsium seperti obat diuretik alami, membantu ginjal mengeluarkan natrium dan air (Parimin, 2007).

Kandungan yang terkandung dalam 100gr jambu biji yaitu karbohidrat 11,8gr, protein 0,82gr, serat 5,4gr, lemak total 0,6gr, kalsium 20mg, besi 0,31gr, magnesium 10mg, fosfor 25mg, natrium 3mg, folat 14mcg, vitamin C 183,5mg, vitamin A 72UI, niacin 1,2mg, kalium 284mg, riboflavin 0,05mg, vitamin B6 0,143mg, vitamin E 1,120mg ATE, asam pantotenat 0,150mg dan vitamin B1 0,05mg.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Fridalni dkk, 2013) yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Jus Semangka (Cilitrus Vulgaris Schrad) Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Riwayat Hipertensi Di Kota Padang” penelitian ini menggunakan rancangan Quasi-Exsperiment menggunakan One group pretest - posttest design terhadap 30 responden dengan pengambilan sampel secara purposive sampling hipertensi yang dilakukan selama seminggu dan diberikan satu hari satu kali sebanyak 200 ml. Uji statistik yang digunakan adalah uji T-Test Dependen, didapatkan tekanan sistolik 31,5±11,79 mmHg dan tekanan darah diastolik 6,63±6,619 mmHg yang menunjukan nilai p=0,00 maka Ha diterima Ho ditolak. Peneliti menyarankan agar jus semangka dapat dijadikan sebagai intervensi mandiri terutama bagi lansia hipertensi serta menambah wawasan kesehatan untuk memanfaatkan tanaman herbal.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian (Ardiyanto dkk, 2014) yang berjudul “Efektifitas Jus Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kelurahan Tawangmas Baru Kecamatan Semarang Barat” Rancangan penelitian ini menggunakan Quasi - Experiment menggunakan one group pre-post test design terhadap 21 responden.

(10)

Uji statistik yang digunakan adalah uji Wilcoxon dan didapatakan p-value tekanan darah sistolik = 0,000 dan p-value tekanan darah daistolik = 0,000 maka Ha diterima.

Artinya ada pengaruh pemberian jus belimbing terhadap penurunan darah pada lansia, peneliti menyarankan agar jus belimbing sebagai intervensi mandiri atau terapi herbal bagi lansia hipertensi.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian (Sagiman, 2015) yang berjudul

“Pengaruh Jus Jambu Biji Terhadap Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Di Pundung Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta” penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment Design dengan rancangan one group pretest dan posttest, teknik pengambilan sampel menggunakan Quota Sampling (Judgement Sampling) sebanyak 10 orang lansia umur > 60 tahun.

Analisa data menggunakan uji Wilcoxon, hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai Z sistolik sebesar -2,831 dengan p-value0,005 (p<0,05) dan nilai Z diastolik sebesar -2,889 dengan p- value 0,004 (p<0,05). Peneliti menyarankan agar jus jambu biji dapat dijadikan terapi herbal untuk mengontrol tekanan darah bagi lansia hipertensi.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah mengkonsumsi Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) responden mengalami penurunan tekanan darah. Dari 16 responden Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yang mengalami penurunan. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa fakta adanya penurunan nilai dengan posttest lansia penderita hipertensi (responden) telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Jambu Biji dapat dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) Terhadap Tekanan darah pada Lansia dengan Hipertensi derajat 1, Rw 08 di Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup Cimahi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rerata tekanan darah sistole sebelum diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 154,63 mmHg, sedangkan rerata tekanan darah diastole sebelum diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 97,19 mmHg.

2. Rerata tekanan darah sistole hari ke 3 setelah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 150,38 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastole hari ke 3 setelah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 94,94 mmHg, rata-rata tekanan darah

sistole hari ke 5 setelah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 148,06 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastole hari ke 5 setelah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 93,19 mmHg, dan rata- rata tekanan darah sistole hari ke 7 setelah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 145,38 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastole hari ke 7 setelah diberikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) yaitu 91,75 mmHg.

3. Terdapat Pengaruh Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) terhadap Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi derajat 1, Rw 08 di Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup Cimahi (PValue 0,0001)

(11)

Saran

Diharapkan lansia yang mengalami hipertensi dapat mengaplikasikan Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) sebagai salah satu terapi untuk menurunkan Tekanan Darah. Selain itu juga bagi puskesmas diharapkan pada saat melakukan penyuluhan yang terkait dengan Hipertensi dapat mengaplikasikan pada saat Posbindu dengan diberikannya Jus Jambu Biji (Psidium Guajava) untuk menurunkan

tekanan darah. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya semoga penelitian ini dapat menjadi acuan atau data dasar untuk melakukan penelitian, intervensi dilakukan selama 7 hari dengan kelompok kontrol, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan memberikan yang terbaik lagi di kemudian hari pada penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Litbangkes Kemenkes RI. (2014).

Prevalensi Hipertensi pada umur ≥18 tahun. Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI , 4.

Dinas Kesehatan Kota Cimahi. (2016).

Laporan LB1 Kabupaten/ Kota KOTA CIMAHI. Cimahi: Dinas Kesehatan Kota Cimahi.

Dinas Kesehatan Proinsi Jawa Barat. (2016, 11 16). profile kesehatan. Retrieved 2 28, 2017, from Dinas Kesehatan Proinsi Jawa Barat: http://www.diskes.

Jabar

prov.go.id/index.php/arsip/categories/

MTEz/profile-kesehatan.

Kemenkes. (2012). Data dan Informasi Penyakit Tidak Menular, semester II.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Parimin. (2007). Jambu Biji, Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Sagiman. (2015). Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Terhadap Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertenssi Di Pundung Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta . Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Terhadap Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Di Pundung Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta , 21.

Iip Ardiyanto, A. N. (2014). Efektifitas Jus Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Keseluruhan Tawangmas Baru Kecamatan Semarang Barat.

Efektifitas Jus Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Keseluruhan Tawangmas Baru Kecamatan Semarang Barat .

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Diskursus tentang sejarah Muhammadiyah lokal merupakan wilayah kajian yang langka dan menantang. Penelitian ini berupaya melacak awal mula dan.. perkembangan Muhammadiyah di

Kajian ini cuba mengembangkan teori kepimpinan Islam untuk pengurusan kualiti dengan memberi fokus utama kepada pembinaan satu instrumen bagi mengukur kepimpinan

dalam suatu masyarakat atau negara, sehingga hukum pidana tersebut.. merupakan suatu pencerminan yang terpecaya akan peradaban

Jadi kualitas (mutu) pembelajaran dapat diartikan dengan kualitas ataupun keunggulan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, ditandai dengan kualitas atau

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Konsep Diri dan Pola Asuh Orang

Dalam konteks Pegawai Negeri SipiL kompensasi sebagai balas jasa atau hasil kerja ditetapkan berdasarkan atas pekerjaan dan besamya tanggung jawab serta dengan tidak merupakan

Penelitian Step-up Cuk konverter yaitu menguji hasil tegangan keluaran yang dibangkitkan dari Cuk konverter menggunakan fuzzy logic dengan 5 fungsi keanggotaan

Berdasarkan hasil analisis interaksi antara metode eksperimen dan demonstrasi dengan kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa menggunakan