• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA KASANG LOPAK ALAI KECAMATAN KUMPEH ULU KABUPATEN MUARO JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA KASANG LOPAK ALAI KECAMATAN KUMPEH ULU KABUPATEN MUARO JAMBI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Hukum

Universitas Jambi

Oleh :

CITRA PRIADI PASARIBU NIM: H1A118062

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN JURUSAN ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JAMBI

JAMBI 2022

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA KASANG LOPAK ALAI

KECAMATAN KUMPEH ULU KABUPATEN MUARO JAMBI Nama : Citra Priadi Pasaribu

Fakultas : Hukum

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Nim : H1A118062

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing I dan II untuk diajukan dalam Sidang Skripsi pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Hukum Universitas Jambi

Jambi, 2022

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Alva Beriansyah, S.I P.,M.I.P Wahyu Rohayati, S.IP., M.Si.

NIP. 199010122019031012 NIDU. 201401082002

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA KASANG LOPAK ALAI KECAMATAN KUMPEH ULU KABUPATEN MUARO JAMBI

Nama : Citra Priadi Pasaribu

Fakultas : Hukum

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

NIM : H1A118062

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Hukum

Universitas Jambi.

Jambi, 13 Desember 2022 Dewan Penguji Sidang Skripsi

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1. M. Yusuf, S.Sos., M.I.P. Ketua 1.

2. Alva Beriansyah, S.I P.,M.I.P Anggota 2.

3. Wahyu Rohayati, S.IP., M.Si Anggota 3.

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum Universitas Jambi

Dr. Usman, S.H., M.H NIP.196405031990031004

(4)

iii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Tuhan, karya ini kupersembahkan kepada :

❖ Bapak tercinta, Sakkan Pasaribu

❖ Ibu tercinta, Sonti Siagian

❖ Keluarga besar tercinta

❖ Teman-teman seperjuangan

❖ Almamaterku tercinta Universitas Jambi

(5)

iv

LEMBAR MOTO

”Jika kita memiliki keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu membahu mewujudkannya”

(Bung karno)

“Tak ada perjuangan yang sia-sia”

(Penulis)

(6)

v

SURAT PERNYATAAN Nama : Citra Priadi Pasaribu

Fakultas : Hukum

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

NIM : H1A118062

Judul : Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa Kasang Lopak Alai, Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi

Alamat : Desa Silantom Julu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara

No. Hp : 081377350653

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi saya ini adalah asli dan benar-benar hasil karya saya sendiri, dan bukan hasil karya saya sendiri, dan bukan hasil karya orang lain dengan mengatasnamakan saya, serta bukan merupakan hasil peniruan atau penciplakan (plagiarism) dari hasil karya orang lain. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Jambi, maupun di Perguruan Tinggi lainnya;

2. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam kepustakaan;

3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

(7)

vi

bersedia menerima sanksi menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis skripsi ini, serta sanksi-sanksi lainnya sanksi dengan perundang-undangan yang berlaku.

Jambi, Oktober 2022 Yang Membuat Pernyataan

Citra Priadi Pasaribu H1A118062

(8)

vii Abstract

The purpose of this study is to describe the application of the principles of good governance which is then pursed to the principle of accountability in managing village funds in Kasang Lopak Alai Village, Kumpeh Ulu District, Muaro Jambi Regency. As well as knowing the challenges or obstacles faced by the village government in applying the principles of good governance in managing village funds in Kasang Lopak Alai Village, Kumpeh Ulu District, Muaro Jambi Regency. The research approach used is a descriptive qualitative approach with data collection through observation, interviews, and documentation. The results of this study indicate that the financial management of village funds in Kasang Lopak Alai village has not been fully accounted for. The first indicator is that there are still implementations that are not in accordance with the procedures required by the regulations. At the Village Fund Implementation Phase, the unavailability of the project nameplate caused the community not to know the source of the funds. So that transparency to the community is still lacking which can result in the level of public trust in the village government being very low. On accountability, the website has not been used optimally in delivering information related to village conditions, in this case village financial management. The second indicator is related to sanctions for errors and omissions, the Kasang Lopak Alai Village Government has carried out sanctions in the form of warnings if there are errors or omissions in carrying out activities. While the third indicator for output can be seen such as road construction, posyandu construction, construction of culverts. While the inhibiting factors for the application of good governance principles in the management of Village Funds in Kasang Lopak Alai Village are the passive nature of the community in controlling and supporting development, as well as the ability of village government resources.

Keywords: Good Governance, Accountability, Village Fund

(9)

viii INTISARI

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan penerapan prinsip-prinsip good governance yang dikerucutkan lagi menjadi prinsip Akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa di Desa Kasang Lopak Alai, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi. Serta mengetahui tantangan atau hambatan yang dihadapi oleh pemerintah desa dalam penerapan prinsip good governance dalam pengelolaan dana desa di Desa Kasang Lopak Alai, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dengan mengambil data melalui observasi, wawancara, serta dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan dana desa di desa kasang Lopak Alai belum sepenuhnya akuntabel.

Indikator pertama, masih terdapat pelaksanaan yang belum sesuai dengan prosedur yang diingikan dalam peraturan. Pada Tahap Pelaksaaan Dana Desa, tidak tersedianya papan nama proyek yang menyebabkan masyarakat kurang mengetahui tentang sumber pendanaanya. Sehingga transparansi kepada masyarakat masih dirasa kurang yang bisa menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat menjadi sangat rendah terhadap pemerintah desa. Pada pertanggungjawaban, website tidak digunakan secara maksimal dalam penyampaian informasi yang berkaitan dengan kondisi desa dalam hal ini pengelolaan keuangan desa. Indikator kedua terkait adanya sanksi atas kesalahan dan kelalaian, Pemerintah Desa Kasang Lopak Alai sudah melakukan sanksi berupa teguran jika dalam pelaksanaan kegiatan mengalami kesalahan atau kelalaian. Sedangkan indikator ketiga untuk output dapat dilihat seperti pembangunan jalan, pembangunan posyandu, pembangunan gorong-gorong. Sedangkan faktor penghambat penerapan prinsip good governance dalam pengelolaan Dana Desa di Desa Kasang Lopak Alai adalah, sifat pasif masyarakat dalam mengontrol dan mendukung pembangunan, juga kemampuan sumber daya pemerintah desa.

Kata Kunci: Good Governance, Akuntabilitas, Dana Desa

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan penulis sampaikan atas kehadiratnya, atas berkat rahmat dan karunia-Nya serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Jambi.

Skripsi ini ditulis dengan judul “Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa Kasang Lopak Alai Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi”.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik materil maupun moril. Penulis mengucapkan terimakasih kepada ayah tercinta Sakkan Pasaribu yang selama ini telah memberikan kasih sayang yang tiada terhingga dan selalu mendukung penulis dalam suka maupun dalam duka. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu tercinta Sonti Siagian yang selalu mendampingi penulis dimanapun dan kapan pun dan yang selalu memberikan kasih sayang dan motivasi untuk mencapai hasil yang maksimal.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Alva Beriansyah, S.I P.,M.I.P sebagai Pembimbing 1 serta Ibu Wahyu Rohayati, S,IP., M.SI sebagai

Pembimbing 2 yang telah berkenan meluangkan waktunya ditengah kesibukan yang

(11)

x

padat untuk memberikan bimbingan dan arahan dengan tulus dan sabar serta penuh keikhlasan, sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D., Rektor Universitas Jambi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membangun Universitas Jambi menjadi lebih baik dan lebih maju lagi.

2. Bapak Dr. Usman, S.H., M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas Jambi yang telah memimpin penyelenggaraan pendidikan di Fakultas dan membina civitas akademik di Fakultas Hukum serta membantu penulis dalam pelegalan surat-surat terkait administrasi perkuliahan.

3. Ibu Dr. Hj. Muskibah, S.H., M.Hum., Wakil Dekan Bidang Akademik, Kerja sama dan Sistem Informasi Fakultas Hukum Universitas Jambi yang telah berkontribusi pada peningkatan mutu kegiatan akademik dan sistem informasi di Fakultas Hukum.

4. Bapak Dr. H. Umar Hasan, S.H., M.H., Wakil Dekan Bidang Umum, Perekonomian dan Keuangan Fakultas Hukum Universitas Jambi yang telah berkontribusi dalam membangun Fakultas Hukum menjadi lebih baik melalui penganggaran dan alokasi untuk seluruh kebutuhan Fakultas.

(12)

xi

5. Bapak Dr. A. Zarkarsi, S.H., M.Hum., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Hukum Universitas Jambi yang telah berkontribusi dalam mengelola dan mengembangakan kegiatan kemahasiswaan dan alumni Fakultas Hukum.

6. Bapak Dr. Arfa’i, S.H., M.H., Ketua Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fakultas Hukum Universitas Jambi yang telah memberikan ilmu, motivasi, dorongan, serta semangat untuk menyelesaikan masa studi di Program Studi Ilmu Pemerintahan.

7. Bapak Makmun Wahid, S.IP., M.A. Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Jambi yang telah melakukan monitoring dan evaluasi pada proses perkuliahan di tingkat Prodi serta juga memberikan kemudahan dan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis menempuh perkuliahan di jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

9. Bapak/Ibu Tenaga Administrasi Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi yang telah membantu penulis dalam pelayanan administrasi.

10. Bapak Saidina Usman el-quraisy,S.Sos,M.Fil., Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing penulis selama berada di bangku perkuliahan.

(13)

xii

11. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan berlangsung dan membimbing sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi.

12. Tenaga Administrasi Fakultas Hukum Universitas Jambi yang telah membantu penulis dalam pelayanan administrasi pekuliahan.

13. Bapak Pawi selaku Kepala Desa Kasang Lopak Alai yang telah berkenan meluangkan waktu, memberikan informasi dan kebutuhan data pendukung serta dokumentasi kegiatan penelitian untuk mendukung kebutuhan penulisan skripsi ini.

14. Bapak Sariman selaku sekretaris desa Kasang Lopak Alai yang telah berkenan meluangkan waktu, memberikan informasi dan kebutuhan data pendukung serta dokumentasi kegiatan penelitian untuk mendukung kebutuhan penulisan skripsi ini.

15. Bapak Hadi selaku kasi kesejahteraan dan ibu Fatimah Kepala Urusan Keuangan serta seluruh aparat pemerintah desa Kasang Lopak Alai yang telah berkenan meluangkan waktu, memberikan informasi dan kebutuhan data pendukung serta dokumentasi kegiatan penelitian untuk mendukung kebutuhan penulisan skripsi ini.

(14)

xiii

16. Ketua BPD kasang Lopak Alai, bapak Suwanto juga jajarannya yang telah berkenan meluangkan waktu, memberikan informasi dan kebutuhan data pendukung serta dokumentasi kegiatan penelitian untuk mendukung kebutuhan penulisan skripsi ini.

17. Masyarakat dan kelompok Pemuda di desa Kasang Lopak Alai yang telah memberikan data dan waktunya untuk mendukung kebutuhan penulisan skripsi ini.

18. Secara khusus kepada kedua orang tua (Sakkan Pasaribu/Sonti Siagian), abang (Cipto efendy Pasaribu), kakak (Nova Pasaribu, Elmeria Pasaribu & Defita Pasaribu), adik (Foibe Pasaribu & Intan Pasaribu), keponakan dan seluruh keluarga tercinta yang tiada hentinya mendoakan dan memberikan kepedulian untuk kesuksesan. Semoga sehat dan bahagia selalu.

19. Kepada Teman dan sahabat di Ikatan Mahasiswa Tapanuli Utara-Jambi (IMATAPUT-JAMBI) yang telah menemani dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

20. Kepada rekan-rekan juang, bung dan sarinah yang ada di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI JAMBI) senantiasa jaya, menang dan merdeka.

20. Untuk semua teman-teman Program Studi Ilmu Pemerintahan angkatan 2018 yang berjuang bersama-sama demi mencapai gelar S.IP.

(15)

xiv

21. Teruntuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Jambi, Oktober 2022

Penulis

Citra Priadi Pasaribu

(16)

xv DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... . i

LEMBAR PENGESAHAN ... . ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... . iii

LEMBAR MOTO ... . iv

SURAT PERNYATAAN ... . v

Abstract ... . vi

INTISARI ... . vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ………...xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ….……… 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Manfaat Penelitian ... 14

1.5 Landasan Teori ... 16

1.6 Kerangka Pikir ... 30

1.7 Metode Penelitian ... 33

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ……… 39

2.1 Kondisi Geografis ... 39

2.2 Kondisi Sosial dan Politik ………... 42

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 47

3.1 Pengelolaan Dana Desa Kasang Lopak Alai .………... 47

3.2 Analisis Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Dana Desa Kasang Lopak Alai .……… 55

(17)

xvi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 71

4.1 Kesimpulan ..………. 71

4.2 Saran . ... 72

DAFTAR PUSTAKA .………. 74

LAMPIRAN … ... 77

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dana Desa Tahun 2016-2021………. 4

Tabel 1.2 Pemetaan Kasus Korupsi Berdasarkan Sektor Pada Semester I tahun 2021 ……… 5

Tabel 2.1 Perangkat Desa Kasang Lopak Alai ………. 42

Tabel 2.2 Pendidikan Masyarakat Desa Kasang Lopak Alai ………... 43

Tabel 2.3 Jumlah Pemeluk Agama Desa Kasang Lopak Alai ………... 44

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Desa Kasang Lopak Alai ………. 45

Tabel 2.5 Jenis Pertanian Masyarakat Desa Kasang Lopak Alai ………. 46

Tabel 2.6 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kasang Lopak Alai ………. 47

Tabel 2.7 Pembagian Wilayah/Dusun Desa Kasang Lopak Alai ………. 49

Tabel 3.1 Perencanaan Dana Desa……….. 58

Tabel 3.2 Pelaksanaan Dana Desa……….. 59

Tabel 3.3 Penatausahaan Dana Desa……… 60

Tabel 3.4 Pelaporan Dana Desa……….. 61

Tabel 3.5 Pertanggungjawaban Dana Desa………... 62

(19)

xviii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Kasang Lopak Alai ……… 45

Diagram 2.2 Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kasang Lopak Alai………. 45

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara……… 76 Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ……….. 81 Lampiran 3 Dokumentasi Wawancara ……… 82

(21)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Desa merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga, yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa). Secara historis, desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum bangsa ini terbentuk. Struktur sosial sejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting.1 Desa merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri relatif mandiri ditunjukkan dengan antara lain ditunjukkan dengan tingkat keragaman yang tinggi membuat desa mungkin merupakan wujud bangsa yang paling kongkret.

Keberadaan desa secara yuridis dapat ditemukan dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 menjelaskan bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang mempunyai wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kepentingan masyarakat setempat. Penyelenggaraan tersebut berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini berarti entitas sosial sejenis desa atau masyarakat adat telah menjadi intitusi sosial yang mempunyai peran penting.

1 Didik Sukriono, M.Syaiful Aris, Umbu Pariangu. Otonomi Desa dan Kesejahteraan Rakyat. Malang : Instrans Institute, 2014. Hal 3-4

(22)

Ketika membicarakan desa di Indonesia, Menurut Mashuri mashab setidaknya akan menimbulkan tiga macam penafsiran atau pengertian yakni:

Pertama, pengertian sosiologis, yang menggambarkan suatu bentuk kesatuan masyarakat atau komunitas penduduk yang tinggal dan menetap dalam suatu lingkungan, dimana diantara mereka relatif homogen, serta banyak bergatung kepada kebaikan-kebaikan alam. Kedua, pengertian secara ekonomi, desa sebagai suatu lingkungan masyarakat yang berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dari apa yang disediakan alam disekitarnya. Ketiga, pengertian secara politik, dimana desa sebagai suatu organisasi pemerintahan atau organisasi kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang tertentu karena merupakan bagian dari pemerintahan negara.2

Berangkat dari pendapat tersebut diatas, desa memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan. Desa diharapkan mampu melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pertanggungjawaban, dan pendayagunaan program- program yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. Oleh karena itu, pemerintah desa saat ini menjadi salah satu objek perhatian pengawasan dalam kinerjanya.

Hal ini sejalan dengan program membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat beberapa daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan atau yang akrap disebut nawa cita. Program tersebut direncanakan karena desa-desa kurang

2 Mashuri Maschab. Politik Pemerintahan Desa Di Indonesia. Yogyakarta : PolGov, 2013. Hal 1- 2

(23)

diperhatikan oleh pemerintahan di era sebelumnya sehingga pembangunan infrastruktur kurang merata.3

Pemerintah mulai mengalokasikan bantuan untuk setiap desa yang diperuntukkan dalam pembangunan infrastruktur. Sejak awal tahun 2015, desa mendapat sumber anggaran baru berupa dana desa yang akan ditarik secara bertahap. Pembagian dana desa ini dihitung berdasarkan empat faktor, yakni jumlah penduduk, luas wilayah, angka kemiskinan, dan kesulitan geografis.4 Harapannya dana ini dapat mengurangi kesenjangan pembangunan antar desa.

Pada filosofinya dana desa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerataan dalam pembangunan, adanya pelayanan publik yang baik yang dilaksanakan di desa, perekonomian desa maju. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 menjelaskan bahwa dana desa bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu dana ini dapat memperkuat otonomi asli desa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

3 Andhika Prasetyo, 2017. Menata Ulang Alokasi Dana Desa.

http://www.mediaindonesia.com/read/detail/128167-menata-ulang-alokasi-danadesa Diakses Pada 11 September 2021 pukul 13.29

4 Sri Mulyani Indrawati. Buku Pintar Desa. Dana Desa Untuk Kesejahteraan Rakyat. Jakarta : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Hal 13 Dunduh dari www.djpk.kemenkeu.go.id Pada 11 September 2021 pukul 13.35

(24)

Menurut data yang ada menunjukkan bahwa setiap tahun anggaran untuk anggaran dana desa mengalami kenaikan. Untuk tahun 2021 pemerintah menggelontorkan dana desa sebesar 72,00 trilun. Angka tersebut meningkat 1,1 persen jika dibandingkan dengan anggaran dana desa tahun sebelumnya yang sebesar Rp 71,2 triliun. Seiring dengan peningkatan anggaran tersebut, tentu saja diikuti tanggung jawab yang besar juga oleh aparat pengelola dana desa.

Tabel 1.1

Dana Desa Tahun 2016-2021 No Tahun Jumlah Anggaran

1 2015 Rp. 20,76 triliun 2 2016 Rp. 46,7 triliun 3 2017 Rp. 59,8 triliun 4 2018 Rp. 59,9 triliun 5 2019 Rp. 69,8 triliun 6 2020 Rp. 71,2 triliun 7 2021 Rp. 72 triliun

Sumber: Kementerian Keuangan, 12 September 2021

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa dana desa yang dikucurkan oleh pemerintah pusat dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Total dana desa yang telah disalurkan sepanjang tahun 2015-2021 sebesar Rp.400,16 triliun.

Sejak dilaksanakan pada tahun 2015 pemerintah berharap dengan adanya dana desa maka kepentingan dan kebutuhan masyarakat dapat terlayani dengan lebih baik. Adapun tujuan pemerintah yaitu memberi kesempatan yang lebih besar bagi desa untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri. Selain itu, dapat melakukan pemerataan pembangunan, meningkatkan kualitas, kesejahteraan masyarakat

(25)

desa. Dengan demikian permasalahan seperti kesenjangan wilayah, kemiskinan dan masalah sosial dan budaya dapat diminimalisir.

Salah satu tujuan pemberian dana desa adalah untuk memberikan ruang yang lebih besar bagi masyarakat desa agar dapat berperan aktif dalam pembangunan. Partisipasi dapat meningkatkan kualitas pengembangan desa.

Namun, lemahnya akuntabilitas, transparansi, dan daya tanggap dalam pengelolaan keuangan desa berpotensi menimbulkan penyimpangan pengelolaan keuangan. Jumlah kasus korupsi terkait dana desa pada tahun 2021 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2

Pemetaan Kasus Korupsi Berdasarkan Sektor Pada Semester I Tahun 2021

No Sektor Jumlah Kasus

1 Dana Desa 55

2 Pendidikan 23

3 Pemerintahan 23

4 Perbankan 12

5 Pertanahan 11

6 Transportasi 10

7 Sosial Kemasyarakatan 9

8 Kesehatan 9

9 Pengairan 7

10 Pertanian 4

Sumber: Indonesia Corruption Watch, 15 Septermber 2021

Pada tabel di atas menjelaskan bahwa untuk tahun 2021 dana desa menjadi sektor yang paling banyak dikorupsi. Berada dalam urutan pertama, bidang ini mengalahkan 9 sektor lainnya dengan jumlah kasus sebanyak 55. Banyaknya

(26)

penyelewengan dana desa ini akan menghilangkan substansi dari dana desa itu sendiri. Fenomena ini akan terus muncul jika tidak dijadikan sebagai catatan serius. Hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan dana desa masih sarat akan penyimpangan. Kemampuan desa secara internal dalam mengelola dana desa masih menimbulkan beberapa pertanyaan dan menurut Sartono bahwa pengelolaan dana desa dinilai masih rendah dan bermasalah.5 Adanya penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan dana desa, semakin mencerminkan pentingnya good governance dalam tata kelola pemerintahan desa. Sebuah tata kelola yang mengendepankan prinsip akuntabel, transparan dan responsif.

Ada juga keprihatinan yang tak kalah besarnya di balik besarnya dana yang dikelola desa dan harapan pembangunan desa yang berkeadilan. Dana desa telah menjadi salah satu sektor berpotensi tinggi terjadinya praktik-praktik yang tidak sehat. Oleh karena itu, implementasi good governance merupakan keniscayaan.

Pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipatif dalam pengelolaan keuangan desa. Kebijakan ini mewajibkan aparat desa untuk memahami praktik keuangan dan tata kelola yang baik sebagai salah satu bagian dari good governance.

5 Sartono, 2019. Pengelolaan Dana Desa Masih Bermasalah.

https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/25283/t/Pengelolaan+Dana+Desa+Masih+Bermasalah Diakses Pada 16 September 2021 pukul 09.35

(27)

Good governance dalam pengelolaan keuangan telah banyak terbukti membawa efek positif bagi tata kelola pemerintahan. Penelitian oleh Muzafar Shah Habibullah, Badariah H. Din, Baharom Abdul Hamid menunjukkan bahwa good governance yang berkualitas dapat mengurangi kejahatan di Malaysia.

Sebagaimana hasil penelitian yang menyebutkan bahwa pemerintahan yang baik menurunkan tingkat kejahatan (kejahatan total, kekerasan dan kejahatan properti). Hasilnya menunjukkan hubungan negatif antara tingkat kejahatan dan pemerintahan yang baik di Malaysia. Ini menunjukkan bahwa pemerintahan yang baik mengurangi tingkat kejahatan di Malaysia.6

Konsep good governance bukanlah hal yang baru lagi dalam konsep pemerintahan, administrasi publik dan birokrasi. Dengan menerapkan prinsip- prinsip good governance maka pemerintah desa akan mampu mewujudkan pemerintahan yang baik. Good governance dalam bahasa indonesia tata laksana yang baik adalah seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi baik swasta maupun negeri untuk menentukan keputusan. Tata laksana yang baik ini apabila dipatuhi jelas dapat mengurangi penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.

Di era reformasi sekarang menciptakan pemerintahan yang baik (good governance) menjadi suatu yang keberadaannya tiada bisa ditawar serta

6 Kabul Setio Utomo, Sudarmo, Didik G. Suharto. Analisis Good Governance Dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal Spirit Publik. Volume 13 No 1 Tahun 2018. Hal 54. Diunduh dari https://jurnal.uns.ac.id Pada 21 September 2021 Pukul 19.04

(28)

terpenuhi dengan mutlak.7 Secara konseptual good dalam bahasa Indonesia baik dan governance adalah kepemerintahan.8 Good governance juga diartikan sebagai tata pemerintah yang berasal dari masyarakat (partisipatif), yang dikelola oleh rakyat dan institusi demokrasi yang akuntabel, dan transparan, serta dimanfaatkan (responsif) untuk kepentingan masyarakat. Meskipun dalam praktiknya penerapan good governance pada pengelolaan dana desa masih belum bisa menitikberatkan pada partisipasi masyarakat.

Pengelolaan dana desa di Kabupaten Muaro Jambi masih mayoritas bermasalah dan kerap menyimpang. Inspektorat Muaro Jambi menemukan penyimpangan dana desa dari segi administrasi. Masalah dana desa ini di temukan di semua desa. Banyak pembangunan fisik antara lain adanya pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur desa yang tidak sesuai dengan rencana desa.9 Hal ini mengartikan bahwa penyalahgunaan dana desa itu diakibatkan oleh ketidaktahuan para pemangku kepentingan mengenai tata kelola dana desa (good governance). Seperti yang terjadi di Desa Kasang Lopak Alai

7 Ni Putu Diah Prawerti Astuti, Putu Gde Arya Sumertha Yasa. Fungsi Kepala Desa dalam Menciptakan Good Governance pada Pemerintahan Desa. Jurnal Kertha Wicara. Volume 9 No 8 Tahun 2020. Hlm 1-12. Diunduh dari https://ojs.unud.ac.id/ pada 15 september 2021 pukul 15.00

8 Yenny. Prinsip-prinsip Good Governance: Studi Tentang Penerapan Prinsip-Prinsip Good governance Dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik di Kantor Camat Samarinda Utara Kota Samarinda. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Volume 1 No 2 Tahun 2013. Hal 197. Diunduh dari https://ejournal.ap.fisip-unmul.ac.id/site/ Pada 13 September 2021 pukul 09.12

9 Radesman Saragih, 2019. Pengelolaan Dana Desa di Muaro jambi Banyak Menyimpang.

https://www.beritasatu.com/nasional/563153/pengelolaan-dana-desa-di-muarojambi-banyak- menyimpang Diakses Pada 17 September 2021 pukul 22.55

(29)

Kabupaten Muaro Jambi. Yang mengakibatkan seorang kepala desa melakukan praktik korupsi.10

Dari permasalahan tersebut, Desa Kasang Lopak Alai mengalami kerugian sebesar 516 juta rupiah.11 Praktek tersebut menyeret mantan kepala desa sehingga berujung penahanan atas dugaan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan dana desa tahun anggaran 2016-2017. Anggaran yang dikorupsi merupakan dana desa.

Pada dasarnya dengan anggaran dana desa sebesar 516 juta dapat dimanfaatkan untuk menciptakan pembangunan dan kesejahteraan bersama. Hal ini semakin menegaskan bahwa tata kelola keuangan yang baik (good governance) sangat penting untuk dipahami dan dipraktekkan oleh pemerintah desa Kasang Lopak Alai. Sistem tata kelola keuangan ini dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat apabila penerapan dari pengelolaan keuangan desa tersebut telah dilaksanakan dengan partisipatif, akuntabel dan transparan.

Desa Kasang Lopak Alai juga memiliki website desa, namun untuk informasi dana desa, APBDes, dan data desa melalui website tersebut belum terlaksana sama sekali. Publikasi kegiatan desa melalalui website merupakan

10 Pahala Simajuntak, 2019. Korupsi Dana Desa, Jaksa Tahan Kades Kasang Lopak Alai.

https://pontas.id/2019/07/31/korupsi-dana-desa-jaksa-tahan-kades-kasang-lopak-alai/ Diakses pada tanggal 11 September 2021 pukul 12.15

11 Jogi Sirait, 2019. Dana Desa Kasang Lopak Alai yang Dikorupsi Rp516 Juta.

https://www.gatra.com/detail/news/433964/lifestyle/dana-desa-kasang-lopak-alai-yang-dikorupsi- rp516-juta Diakses pada tanggal 11 September 2021 pukul 12.00

(30)

salah satu prinsip transparansi. Website desa tersebut seharusnya memberikan informasi ataupun transparansi dalam mekanisme pengelolaan anggaran dana desa yang dapat dipantau oleh masyarakat.

Pengelolaan keuangan dana desa yang diterapkan oleh pemerintah Desa Kasang Lopak Alai belum sesuai dengan perundang-undangan maupun ketentuan-ketentuan yang berlaku. Disamping itu proses pengelolaan keuangan dana desa yang melibatkan masyarakat mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan pengawasan belum optimal. Prinsip good governance memang tidak dapat menjamin sepenuhnya segala sesuatu akan menjadi sempurna, namun apabila dipatuhi jelas dapat mengurangi penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.

Adapun penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian ini yaitu pertama, penelitian yang dilakukan oleh Suci Fajarini dengan judul Good Governance dalam Pengelolaan APB Desa di Desa Tugusari Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.12 Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini, pengelolaan APB Desa di Desa Tugusari secara garis besar sesuai dengan prinsip good governance yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi. Penelitian ini memotret Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDesa) sedangkan peneliti memfokuskan kepada Dana Desa

12 Suci Fajarini. Sikripsi: Good Governance dalam Pengelolaan APB Desa. Jember : IAIN Jember.

2020. Diunduh dari http://digilib.iain-jember.ac.id pada 14 September 2021 pukul 22.39

(31)

(DD). Juga terdapat perbedaan pada prinsip good governance yang dipakai peneliti yakni transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi, serta indikatornya.

Kedua, Miftahuddin dengan judul Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah Desa Terhadap Pengelolaan Dana Desa. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif, analisis data deskriptif analisis. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan pengelolaan keuangan dana desa yang diterapkan oleh pemerintah Desa Panggungharjo sudah sesuai dengan perundang-undangan maupun ketentuan-ketentuan yang berlaku. Disamping itu proses pengelolaan keuangan dana desa melibatkan masyarakat mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan pengawasan. Meskipun pengelolaan dana desa yang dilakukan sangat baik, tetapi pemahaman masyarakat mengenai kebijakan dana desa masih rendah.13 Dari pemaparan hasil penelitian terdahulu tersebut, dapat diketahui perbedaannya yaitu peneliti menggunakan prinsip transparansi, akuntabilitas serta partisipasi. Juga terdapat perbedaan pada indikator prinsip-prinsip yang digunakan dan lokasi penelitian.

Ketiga, Analisis Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa Dengan Pendekatan Good Governance Pada Desa Talang Buluh Kabupaten Banyuasin.

Deskriptif. Dengan pendekatan Good Governance (transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi serta partisipasi) pada Desa Talang Buluh Kecamatan

13 Miftahuddin. Sikripsi: Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah Desa Terhadap Pengelolaan Dana Desa. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia. 2018. Diunduh dari https://dspace.uii.ac.id Pada 16 September 2021pukul 23.06

(32)

Banyuasin, Pemerintah Desa belum mengaplikasikan konsep-konsep good governance dengan baik.14 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi dan prinsip-prinsip good governance yang digunakan. Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Desa Kasang Lopak Alai Kabupaten Muaro Jambi dengan penerapan prinsip-prinsip good governance yang ditinjau dari transparansi, akuntabilitas dan partisipasi dengan penggunaan indikator yang berbeda. Juga fokus peneliti adalah Dana Desa (DD) bukan Alokasi Dana Desa (ADD).

Keempat, Wahidul Ikhsani Putra, Delvianti, Citra Liza dalam hasil penelitiannya membuktikan bahwa dengan diterapkannya prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dalam pengelolaan keuangan desa membuat kinerja pengelolaan keuangan pemerintahan desa di Kecamatan Lenganyang lebih ekonomis, efisien, dan efektif.15 Dengan metode penelitian kuantitatif, penelitian ini menyimpulkan prinsip good governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan desa. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang karena penelitian terdahulu tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan peneliti menggunakan

14 Rosalina Ghazali, Muhammad Fahmi, Taufik Kartiallo, Analisis Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa Dengan Pendekatan Good Governance Pada Desa Talang Buluh Kabupaten Banyuasin. Volume 3 No 1 Juni Tahun 2018. Hal 334. Diunduh dari https://jurnal.um-palembang.ac.id/ pada 14 september 2021 pukul 23.18

15 Wahidul Ikhsani Putra, Delvianti, Citra Liza. Analisis Pengaruh Penerapan Prinsip Good Governance Terhadap Kinerja Pengelolaan Keuangan Desa di Kecamatan Lenganyang Kabupaten Pesisir Selatan.Pareso Jurnal. Volume 3 No 3 Tahun 2021. Hal 635-665. Diunduh dari http://ejurnal- unespadang.ac.id pada 14 September 2021 pukul 22.30

(33)

metode kualitatif. Selain itu juga terdapat perbedaan pada prinsip-prinsip good governance yang peneliti gunakan yaitu dalam hal transparansi, akuntabilitas serta partisipasi dan juga perbedaan pada lokasi penelitian.

Peneliti akan menganalisis implementasi prinsip good governance pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh pemerintah desa yang ditinjau dari prinsip transparansi, akuntabilitas dan partisipasi. Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan mengambil objek penelitian Desa Kasang Lopak Alai, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi tersebut dianggap cocok dijadikan sebagai objek penelitan dikarenakan desa tersebut pernah mengalami kasus korupsi yang menyebabkan kerugian sebesar 516 juta rupiah. Praktek tersebut menyeret seorang mantan kepala desa dan berujung penahanan atas dugaan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan dana desa tahun anggaran 2016-2017.

Maka peneliti akan melakukan penelitian guna mendapatkan gambaran pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan judul penelitian “Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa Kasang Lopak Alai Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi”

(34)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana implementasi good governance dalam pengelolaan dana desa di Desa Kasang Lopak Alai, Kabupaten Muaro Jambi ?

b. Apa saja tantangan atau hambatan yang dihadapi pemerintah desa dalam penerapan prinsip good governance dalam pengelolaan dana desa di Desa Kasang Lopak Alai, Kabupaten Muaro Jambi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan penerapan good governance dalam pengelolaan dana desa di Desa Kasang Lopak Alai, Kabupaten Muaro Jambi.

b. Untuk mengetahui tantangan atau hambatan yang dihadapi oleh pemerintah desa dalam penerapan prinsip good governance dalam pengelolaan dana desa di Desa Kasang Lopak Alai, Kabupaten Muaro Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Secara Teoritis

Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan khususnya ilmu pemerintahan. Serta

(35)

sebagai bahan masukan dalam menambah atau mengembangkan hasil penelitian sejenis dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

b. Secara Praktis

Temuan Penelitian ini dapat bermanfaat antara lain :

1. Bagi peneliti, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan peneliti mengenai penerapan good governance dalam pengelolaan dana desa dan dampaknya terhadap percepatan pembangunan Desa Kasang Lopak Alai, Kabupaten Muaro Jambi.

2. Bagi pemerintah desa, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta masukan kepada pihak-pihak terkait dalam pengelolaan dana desa yang baik, khususnya Desa Kasang Lopak Alai, Kabupaten Muaro Jambi.

(36)

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Good Governance

Penerapan prinsip-prinsip good governance sangat penting dalam pelaksanaan pemerintahan untuk meningkatkan aparatur negara. Hal ini karena good governance dapat meningkatkan perubahan birokrasi agar mewujudkan pelayanan publik, meningkatkan kualitas kebijakan. Senada dengan itu, Sadjijono berpendapat good governance berarti kegiatan suatu lembaga pemerintah yang dijalankan berdasarkan kepentingan rakyat dan norma yang berlaku untuk mewujudkan cita-cita negara.16

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 pada pasal 2 merumuskan arti good governance sebagai kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivias, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

Menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengatakan Good dalam governance mengandung dua pengertian yaitu (1) nilai- nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai tujuan nasional untuk kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial; (2) aspek-aspek

16Neneng Siti Maryam. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi. Volume 6 No 1 Tahun 2016. Hal 3-4. Diunduh dari https://repository.unikom.ac.id pada 26 September 2021 pada pukul 20.20

(37)

fungsional dari pemerintahan yang efesien dan ecfektif dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.17 Untuk governance Mustopadidjaja mengartikannya sebagai kepemerintahan, pengelolaan pemerintahan, penyelenggaraan pemerintahan, penyelenggaraan negara, dan administrasi negara.18

Pada tahun 1997 United Natinal Development Program (UNDP) mendefenisikan governance (Kepemerintahan) sebagai pelaksanaan otoritas politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola urusan negara di semua tingkatan.19 Selanjutnya UNDP mengemukakan setidaknya ada sembilan prinsip dasar dalam penerapan teori good governance yaitu :20

1. Partisipasi

Setiap warga negara memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasi masing-masing.

17 Leny Nofianti. Public Sector governance Pada Pemerintah Daerah. Pekanbaru : Al-Mujtahadah Press, 2015. Hal 52

18 Arifin Tahir. Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta Pusat: Pt.Pustaka Indonesia Press. 2011. Hal 150

19 ibid. Hal 50

20 Modul Materi. Good Governance dan Pelayanan Publik. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2016. Hal 6-7

(38)

2. Penegakan Hukum

Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan dan dapat ditegakkan serta dipatuhi secara utuh (impartialy), terutama tentang aturan hukum dan Hak Asasi Manusia.

3. Transparansi

Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai proses, kelembagaan dan informasi harus dapat diakses bebas oleh masyarakat yang membutuhkannya.

4. Responsivitas

Kesesuaian antara program dan kegiatan yang diberikan organisasi publik dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang disiapkan dan dijalankan oleh organisasi publik, maka kinerja organisasi tersebut akan semakin baik.

Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidak selarasan antara pelayanan dan apa yang dibutuhkan masyarakat.

5. Orientasi Konsensus

Pemerintahan yang baik akan berlaku sebagai penengah (mediator) bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai kesepakatan yang terbaik bagi tiap pihak yang mempunyai kepentingan.

6. Kesetaraan dan keadilan

Pemerintah yang baik pasti akan memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

(39)

7. Efektifitas dan Efisien

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang terbaik dari sumber daya yang ada.

8. Akuntabilitas

Para pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik dan pelayanan masyarakat memiliki pertanggungjawaban kepada publik.

9. Visi Strategis

Para pemimpin dan warga negara memiliki paradigma yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaran pemerintahan yang baik dan pembangunan humanis, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.

Berdasarkan sembilan prinsip good governance yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti memfokuskan kepada satu prinsip yang akan diteliti tentang pengelolaan dana desa di Desa Kasang Lopak Alai yakni akuntabilitas.

1.5.2 Akuntabilitas

Akuntabilitas dapat didefenisikan sebagai kewajiban pertanggungjawaban seorang pemimpin dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewajibannya. Deklarasi Tokyo mengenai petunjuk akuntabilitas publik pada tahun 1985 memberikan defenisi bahwa akuntabilitas merupakan kewajiban-kewajiban dari individu- individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber daya publik

(40)

dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial, dan program.21 Bovens berpendapat akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); Kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); Ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).22

Akuntabilitas adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorang/ sekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam suatu organisasi. Menurut UNDP, akuntabilitas adalah evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan serta sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang.

Intinya akuntabilitas menurut Starling ialah kesediaan untuk menjawab pertanyaan publik.23 Apabila pemerintah mampu menjawab pertanyaan- pertanyaan publik, atau dengan kata lain mampu memenuhi tuntutan masyarakat, maka berarti secara tidak langsung pemerintah akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dengan demikian, perwujudan akuntabilitas merupakan prasyarat bagi peningkatan kualitas pelayanan publik.24

21 Musropadidjaja. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

2000. Hal 22

22 Bevaola Kusumasari, dkk. Akuntabilitas, Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. 2015. Hal 10

23 Wahyu Kumorotomo. Akuntabilitas Biokrasi Publik: Sketsa Pada Masa Transisi. Jakarta : Magister Administrasi Publik (MAP) UGM dengan Pustaka Pelajar. 2013. Hal 4

24 Ibid. Hal 5

(41)

Menurut Armstrong, akuntabilitas dalam administrasi publik dapat dikatakan sebagai mengacu pada kewajiban pejabat publik untuk melaporkan penggunaan sumber daya publik dan dapat menjawab tujuan dari pemerintah.25 Sedangkan Mayne, menjelaskan bahwa akuntabilitas digunakan secara luas dalam literatur administrasi publik. Akuntabilitas adalah suatu hubungan yang didasarkan pada kewajiban untuk menunjukkan tanggung jawab atas kinerja dari harapan yang telah disepakati.26 Jadi akuntabilitas yang dimaksudkan Mayne adalah tanggungjawab yang harus ditunjukkan oleh pemerintah terhadap kinerja yang telah dilaksanakan sebagai perwujudan dari ketentuan-ketentuan (aturan- aturan) yang telah dibuat.

Menurut Elwood, mengelompokan dimensi akuntabilitas ada lima, yaitu: 27 1. Akuntabilitas hukum dan kejujuran

Akuntabilitas hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi, sedangkan akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum menjamin ditegakkannya supremasi hukum, sedangkan akuntabilitas kejujuran menjamin adanya praktik organisasi yang sehat. Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan

25 Ulber Silalahi dan Wiman Syafri. Desentralisasi Dan Demokrasi Pelayanan Publik. Jatinangor:

IPDN Press. 2015. Hal 155

26 Ibid.156

27 H.A.Rusdiana, Nasihudin. Akuntabilitas Kinerja Penelitian. Bandung: Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN SGD Bandung. 2018. Hal 23-24

(42)

jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan kepatuhan terhadap hukum.

2. Akuntabilitas manajerial

Akuntabilitas manajerial yang dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas kinerja (performance accountability) adalah pertanggungjawaban untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.

3. Akuntabilitas program

Akuntabilitas program juga berarti bahwa programprogram organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung strategi dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Lembaga publikharus mempertanggung jawabkan program yang telah dibuat sampai pada pelaksanaan program. Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujua yang akan ditetapkan dapat dicapai atau tidak. Alternatif program yang memberikan hasil yang maksimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas kebijakan

Lembaga-lembaga public hendaknya dapat mempertanggung jawabkan kebijakan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak dimasa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggung-jawaban pemerintah atas kebijakan yang telah diambil.

5. Akuntabilitas financial

(43)

Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban lembagalembaga publik untuk menggunakan dana publik (public money) secara ekonomis, efisien dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat.

Akuntabilitas ini mengharuskan lembaga-lembaga publikuntuk membuat laporan keuangan untuk menggambar kan kinerja financial organisasi kepada pihak luar.

Haniah Hanafie, dkk, membagi akuntabilitas menjadi 4 jenis, yaitu 28: 1. Akuntabilitas Vertikal

Akuntabilitas Vertikal adalah pertanggungjawaban yang diberikan kepada pimpinan atau atasan, seperti pelaporan.

2. Akuntabilitas horizontal

Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban yang diberikan oleh lembaga/badan/organisasi yang setara yang memiliki kewenangan. Misalnya pengawasan yang diberikan oleh Badan Permusyawaratan Daerah.

3. Akuntabilitas Lokal

Akuntabilitas Lokal yaitu pertanggungjawaban yang dilakukan secara internal dalam wilayah/daerah tertentu, misalnya dalam hal ini dilakukan oleh Pemerintah Desa bersama–sama dengan BPD dalam melakukan perencanaan dan evaluasi dalam pembangunan di Desa.

4. Akuntabilitas Sosial

28 Haniah Hanafie, Agus Nugraha dan Masrul Huda. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Dalam Mewujudkan Pembangunan dan Kesejahteraan di Kecamatan Masalembu. Jakarta: Puslitpen UIN Jakarta. 2017. Hal 9

(44)

Akuntabilitas Sosial yaitu pertanggungjawaban yang harus diberikan kepada masyarakat, misalnya melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pengawasan, dan audit sosial dalam pembangunan Desa, khususnya dalam pengelolaan Dana Desa (keuangan).

Indikator akuntabilitas yang digunakan peneliti adalah menurut Dadang solihin yaitu29:

1) Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur pelaksanaan.

Anggaran dana desa dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Pelaporan realisasi penggunaan dana desa dilaksanakan dengan tepat waktu. Kemudian setiap hasil realisasi anggaran harus sesuai dengan perencanaan yang sudah disepakati.

2) Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan.

Sanksi diberikan atas tindakan kesalahan dalam pengelolaan anggaran dana desa. Pemberian sanksi dapat dilakukan oleh kepala desa dan BPD.

3) Adanya output dan outcome yang terukur.

29 Dadang solihin. Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indonesia. Bandung: Bapedda. 2007. Hal 20. Di unduh dari

https://www.slideshare.net/DadangSolihin/indikator-governance-dan-penerapannya-dalam- mewujudkan-demokratisasi-di-indonesia pada 2 November 2021 pukul 22.39

(45)

Output dari dana desa merupakan program yang telah dicapai dalam pemberdayaan ataupun infrastruktur. Sedangkan outcome dapat diukur dengan melihat pencapaian sasaran dan tujuan. Dana desa juga harus memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat.

Dari teori akuntabilitas yang dijelaskan di atas, maka teori yang dikemukakan Dadang Solihin yang dijadikan sebagai kerangka pembahasan dalam melihat akuntabilitas Dana Desa di Desa Kasang Lopak Alai, karena menurut hemat penulis tiga indikator yang dikemukakan Dadang Solihin tepat untuk menggambarkan pelaksanaan Akuntabilitas Dana Desa di Desa Kasang Lopak Alai.

1.5.3 Konsep Desa

Kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari segi istilah, desa sendiri merupakan sebutan bagi masyarakat hukum yang ada di jawa, bali dan nusa tenggara barat. Untuk daerah lainnya mempunyai sebutan sendiri-sendiri seperti Huta dan Huria (diTapanuli), Nagari (Sumatera Barat), Marga (Sumatera Selatan), Benua (Kalimantan), Kampung (Sulawesi), Negeri (Maluku), dan lain-lain30

Berdasarkan UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Desa memiliki kewenangan meliputi:

30 Mashuri Maschab, Op.cit. Hal 2

(46)

1). Kewenangan berdasarkan hak asal usul;

2). Kewenangan lokal berskala Desa;

3). Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

4). Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Yang dimaksud dengan pemerintah desa dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa, yakni :

1) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa.

2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. Sekretariat Desa;

b. Pelaksana Kewilayahan;dan

c. Pelaksana Teknis.

(47)

3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Desa.

UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada pasal 24 mengatakan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas: kepastian hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan, tertib kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, kearifan lokal, keberagaman dan partisipatif.

1.5.4 Pengertian Dana Desa dan Pengelolaannya

Dana Desa (DD) adalah dana yang bersumber dari APBN yang ditransfer melalui APBD kabupaten dan kota untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas desa.

Mekanisme penyaluran dana desa terbagi menjadi 2 (dua) tahap yakni mekanisme transfer Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dan tahap mekanisme transfer APBD dari RKUD ke kas desa.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, tujuan dana desa adalah sebagai berikut:

(48)

1) Meningkatkan pelayanan publik di desa 2) Mengentaskan kemiskinan

3) Memajukan perekonomian desa

4) Mengatasi kesenjangan perekonomian antar desa

5) Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan

Pengertian keuangan desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik. Dalam permendagri Nomor 113 Tahun 2014, pengelolaan keuangan desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, bahwa :

1) Keuangan Desa dikelola berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

2) APB Desa merupakan dasar pengelolaan keuangan Desa dalam masa 1 (satu) tahun anggaran mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

a. Perencanaan

(49)

Rencana pembangunan desa melibatkan masyarakat desa melalui usulan rencana pembangunan desa. Perencanaan dan pembangunan desa tertuang dalam Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang berlaku 6 (enam) tahun, Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang berlaku 1 (satu) tahun. RKPDes merupakan rencana program kegiatan desa yang dijadikan sebagai acuan dalam menyusun APBDes. RKPDes disusun dan ditetapkan pemerintah desa melalui musyawarah yang dihadiri oleh masyarakat dan unsur-unsur desa pada saat mendekati akhir dari tahun anggaran berjalan. Setelah penetapan RKPDes langkah selanjutnya adalah menetapkan APBDes.

Sebelum menetapkan APBDes, sekretaris desa menyusun rancangan anggaran pendapatan dan belanja desa (RAPBDes) untuk selanjutnya dibawa kedalam forum musyawarah desa (musdes) untuk ditetapkan menjadi APBDes berdasarkan kesepakatan bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

APBDes ditetapkan paling lambat pada bulan desember tahun berjalan. RKPDes dan APBDes ditetapkan melalui peraturan desa (perdes).

b. Pelaksanaan

Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan terlebih dahulu untuk melaksanakan kegiatan harus disertai dengan RAB dan di verifikasi oleh Sekretaris Desa dan disahkan oleh

(50)

Kepala Desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

c. Penatausahaan

Penatausahaan dilakukan oleh bendahara. Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bukan berikutnya. Penatausahaan baik penerimaan atau pengeluaran dilakukan dengan menggunakan Buku Kas umum, buku kas pembantu pajak, buku Bank

d. Pelaporan

Kepala desa wajib menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota berupa; a) Laporan semester pertama disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan; b) Laporan semester akhir tahun, disampaikan paling lambat pada akhir bulan januari tahun berikutnya.

Menyampaikan Laporan Penyelenggaran Pemerintahan Desa (LPPD) setiap akhir tahun anggaran kepada bupati/walikota dan menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan desa secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran

e. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban keuangan desa adalah suatu keharusan bagi pemerintah desa untuk memberikan jawaban atas kewajiban yang diberikan kepadanya. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi

(51)

pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, pembiayaan dan disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.

(52)

1.6 Kerangka Pikir

Good Governance

Faktor Penghambat

Pengelolaan Dana Desa

Akuntabilitas

Menurut Dadang Solihin : -Adanya kesesuaian antara

pelaksanaan dengan standar prosedur pelaksanaan

-Adanya sanksi yang di tetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan

-Adanya output dan outcome

(53)

1.7 Metode Penelitian

Dalam konteks ini, metode penelitian adalah serangkaian prosedur, berupa cara yang digunakan peneliti untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, sehingga dalam berkelanjutannya menjadi satu kesatuan yang utuh dan konsisten antara metode yang digunakan dengan teknik operasional dalam pengumpulan data, instrument penelitian dan analisis data.

1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian data ini adalah penelitian kualitatif, Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi lingkungan alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, beragam sumber data, analisis data induktif dan deduktif, makna dari para partisipan, rancangan yang berkembang, reflektivitas, pandangan menyeluruh.31 Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran situasi dan kejadian-kejadian secara konkret tentang keadaan objek atau masalah, penelitian ini berusaha mendeskripsikan Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa Kasang Lopak Alai.

1.7.2 Lokasi Penelitian

31John w. creswell. Research Design. Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2016. Hal 247-249

(54)

Penelitian dilakukan di Desa Kasang Lopak Alai, Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi di Provinsi Jambi Negara Indonesia, dan Desa Kasang Lopak Alai memiliki luas wilayah 1.425 Ha yang terdiri dari :

1.Tanah Sawah : ± 131Ha

2.Tanah Perkarangan : ± 650 Ha 3.Tanah Perkebunan : ± 644 Ha

Desa ini terletak di Sebelah Utara Berbatasan dengan sungai Kumpeh, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tangkit Baru, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kasang Kota Karang dan Sebelah timur berbatasan dengan Desa Solok.

1.7.3 Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).32 Penelitian ini akan difokuskan pada pengelolaan Dana Desa.

Sehingga akan mengetahui transparansi, akuntabiltas dan partisipasi yang sudah dilakukan oleh pemerintah desa Kasang Lopak Alai, Kabupaten Muaro Jambi.

1.7.4 Teknik Penentuan Informan

32Sugiyono.Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2015. Hlm 209

(55)

Teknik yang akan digunakan peneliti dalam menentukan informan adalah teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.33 Peneliti memilih informan sebagai sampel dengan memilih informan yang benar-benar mengetahui permasalahan yang ada, dan memiliki kompetensi dengan topik yang akan diteliti

Adapun informan pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Kepala Desa

2. Ketua BPD 3. Sekretaris Desa 4. Bendahara Desa, dan

5. Unsur Masyarakat sebagai penerima manfaat anggaran dana desa sekaligus subjek pembangunan.

Dengan alasan kelima informan tersebut berkaitan erat dengan penelitian ini, dimana Kepala Desa, sekretaris desa dan bendahara desa sebagai kordinator pengguna anggaran yang nantinya dapat memberikan data dan informasi seputar pengelolaan dana desa dan juga profil Desa itu sendiri, sedangkan BPD sebagai pengawas internal dana desa akan memberikan informasi seputar pelaksanaan pengawasan terkait dana desa, dan unsur masyarakat subjek pembangunan

33Ibid., Hal. 2018-2019

Referensi

Dokumen terkait

Faktor kedua latar belakang pendidikan akan berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi atau pemahaman nazhir, karena nazhir yang berpendidikan akan memiliki sikap

Persentase infeksi akar bawang merah oleh cendawan mikoriza arbuskula yang tersusun pada formula pupuk hayati Mycofer, yang tertinggi berasal dari aplikasi pupuk NPK 15- 15-15

Dengan demikian, Einstein menyadari bahwa keterkaitan antara pengamat yang satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem yang dipercepat, dalam hal ini adalah medan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu

a. Sumber primer adalah sumber data yang memiliki otoritas, artinya bersifat mengikat, meliputi peraturan perundang-undangan, Putusan hakim. 12 Dalam penelitian ini sumber

Maklumat ini hanyalah berkait dengan bahan yang khas dinamakan dan tidak sah bila diguna untuknya bila bahan lain diguna bersama atau dalam mana-mana proses, melainkan jika

Universal artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala sesuatu merupakan perwujudan dari kehendak Tuhan” (Darsiti Soeratman, 1984). Dasar pendidikan

Bahwa oleh karena itu Pemohon keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Banggai Kepulauan Nomor 21 Tahun 2011 tanggal 14 Juli 2011 tentang Penetapan