• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan laporan hasil kinerja keuangan suatu perusahaan dalam periode akuntansi tertentu. Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu pencatatan akuntansi dan merupakan ringkasan dari transaksi keuangan di satu periode akuntansi tertentu. Adanya laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak internal maupun eksternal perusahaan.

Menurut PSAK No.1 (2020:2), “Laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Menurut Munawir (2016:5), “Laporan keuangan adalah pencatatan keuangan yang disiapkan oleh seorang akuntan setiap akhir periode di suatu perusahaan, yang nantinya berbentuk laporan berupa neraca dan posisi keuangan dan laba rugi”.

Pengertian laporan keuangan menurut Kasmir (2019:7) yaitu, “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”. Menurut Murhadi (2016:1), “Laporan keuangan merupakan bahasa bisnis yang berisi informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada pihak pengguna”.

Berdasarkan pengertian laporan keuangan menurut PSAK dan para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang disajikan secara terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan berisikan informasi-informasi keuangan perusahaan yang disusun pada akhir periode akuntansi tertentu yang digunakan sebagai alat informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Selain itu, laporan keuangan digunakan sebagai alat untuk pengambilan keputusan bagi pihak perusahaan. Laporan keuangan sebagai bahasa bagi setiap pengusaha untuk dapat menilai dan mengetahui kondisi suatu perusahaan.

(2)

2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun untuk dapat digunakan dalam setiap pengambilan keputusan pada perusahaan. Selain itu, laporan keuangan dapat menilai baik buruknya kinerja keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan menjadi hal yang sangat penting baik bagi perusahaan ataupun bagi pihak eksternal untuk menilai suatu perusahaan.

Menurut PSAK No.1 (2020:3) menyatakan bahwa “Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan kinerja keuangan dan aruskas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Menurut Kasmir (2019:11), tujuan pembuatan dan penyusunan laporan keuangan yaitu :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan juga aset (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini;

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu;

4. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan pada periode tertentu;

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aset, pasiva, dan modal perusahaan;

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode tertentu;

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan;

8. Informasi keuangan lainnya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagai hasil dari laporan keuangan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan yang dapat digunakan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan dan bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan ekonomi kedepannya. Laporan keuangan juga digunakan sebagai salah satu alat yang dapat digunakan dalam pembuatan keputusan pada perusahaan. Keputusan diambil dari beberapa informasi yang telah digabungkan dengan melihat laporan keuangan perusahaan.

(3)

2.3 Pengertian Analisis Laporan Keuangan, dan Tujuan Analisis Laporan Keuangan

2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu pihak manajemen menilai kinerja pada laporan keuangan. Selain itu, analisis laporan keuangan digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan melalui analisis laporan keuangan.

Pengertian analisis laporan keuangan menurut Hery (2015:135), “Analisis laporan keuangan merupakan proses untuk membedah dan menelaah unsur-unsur pada laporan keuangan bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai laporan keuangan itu sendiri”. Menurut Kasmir (2019:31), “Analisis laporan keuangan merupakan proses mengevaluasi atau memahami hubungan untuk menentukan posisi keuangan, kinerja dan pengembangan bisnis untuk menghasilkan informasi bagi pihak yang berkepentingan. Sedangkan menurut Munawir (2016:3),

“Analisis laporan keuangan menjelaskan pemecahan unsur-unsur laporan keuangan menjadi lebih rinci untuk memprediksi hubungan yang saling terkait satu dengan yang lain”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan proses mengidentifikasi atau mempelajari unsur-unsur pada laporan keuangan suatu perusahaan yang saling berhubungan satu dengan yang lain untuk memperoleh pemahaman atas laporan keuangan tersebut. Serta menelaah apakah terjadi perubahan pada setiap aspek yang ada pada laporan keuangan tersebut. Analisis ini dilakukan agar laporan keuangan dapat dipahami dan dimengerti oleh para pembaca laporan dan mempermudah pihak eksternal.

2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan dilakukan agar memiliki tujuan bagi perusahaan, baik bagi pihak internal maupun eksternal. Menurut Kasmir (2019:68), terdapat enam tujuan analisis laporan keuangan, yaitu :

1. Mengetahui posisi dari keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu, baik dalam sisi aset, liabilitas, ekuitas, maupun hasil dari usaha yang telah dicapai untuk suatu periode.

(4)

2. Mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan pada keuangan perusahaan.

3. Mengetahui kelebihan pada suatu perusahaan sehingga dapat menarik minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.

4. Untuk mengetahui langkah apa saja yang harus diambil oleh perushaan kedepannya dengan laporan posisi keuangan periode saat ini.

5. Dapat melakukan penilaian kinerja manajemen pada periode mendatang apakah perlu perbaikan atau dianggap sudah berhasil.

6. Dapat digunakan sebagai alat pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang telah dicapai.

Sedangkan menurut Prastowo (2015:51), tujuan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger.

2. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa datang.

3. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya.

4. Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk untuk mengetahui posisi keuangan yang dicapai selama periode tertentu untuk dapat menilai dan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dalam menghadapi tantangan di masa mendatang. Adanya analisis laporan keuangan hal ini bertujuan untuk dapat membandingkan kinerja keuangan perusahaan dengan perusahaan sejenis. Sehingga dapat melihat apa kekurangan serta kelebihan yang dimiliki perusahaan dengan tujuan agar dapat diperbaiki untuk masa mendatang.

2.4 Pengertian dan Jenis-jenis Rasio Keuangan 2.4.1 Pengertian Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan pada dasarnya digunakan untuk menganalisis hubungan dari pos-pos atau akun-akun dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi secara individu atau kombinasi antara kedua laporan tersebut. Rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya dengan alat rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya posisi

(5)

keuangan suatu perusahaan serta bertujuan untuk melihat sampai seberapa jauh ketepatan kebijakan manajemen dalam mengolah keuangan perusahaan dalam setiap tahunnya.

Menurut Hery (2015:163), pengertian analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut :

Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat analisis keungan yang paling populer dan banyak digunakan meskipun perhitungan rasio hanyalah merupakan operasi aritmatika sederhana, namun hasilnya memerlukan interpretasi yang tidak mudah agar perhitungan rasio menjadi lebih bermakna, sebuah rasio sebaiknya mengacu pada hubungan ekonomis yang mempengaruhi pembilang dapat berkorelasi dengan faktor- faktor yang mempengaruhi penyebut tersebut.

Sedangkan menurut Murhadi (2016:56), pengertian analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut:

Analisis rasio digunakan dengan cara membandingkan suatu angka tertentu pada suatu akun terhadap angka dari akun lainnya. Analisis rasio bermanfaat karena membandingkan suatu angka secara relatif, sehingga bisa menghindari kesalahan penafsiran pada angka mutlak yang ada di dalam laporan keuangan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan tentang keadaan perusahaan.

Rasio keuangan yang dapat mengungkapkan kondisi keuangan dan kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu serta dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan dibidang keuangan. Hasil rasio keuangan ini juga dapat memperlihatkan kondisi kesehatan suatu perusahaan apakah telah mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jadi, rasio keuangan ini merupakan alat yang penting untuk dapat dijadikan sebagai alat pengambil keputusan dilihat dari kondisi suatu perusahaan serta menilai kemampuan manajemen perusahaan.

2.4.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Ada beberapa jenis Rasio Keuangan yang ada dan dapat digunakan menurut kebutuhan penganalisa, sehingga rasio keuangan digolongkan dalam beberapa jenis. Jenis-jenis rasio keuangan inilah yang dapat menilai kinerja

(6)

keuangan suatu perusahaan. Hasil dari kinerja keuangan yang nantinya digunakaan untuk kebutuhan perusahaan baik internal maupun eksternal.

Menurut Hanafi dan Halim (2018:74), analisis rasio dikelompokkan ke dalam 5 (Lima) macam kategori yaitu:

1) Rasio Likuiditas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

2) Rasio Aktivitas

Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset.

3) Rasio Solvabilitas

Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

4) Rasio Profitabilitas

Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas).

5) Rasio Pasar

Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan.

Sedangkan menurut Murhadi (2016:56), analisis rasio dikelompokkan menjadi 5 (Lima) Kelompok besar yaitu:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi liabilitas jangka panjang.

2. Rasio Pengelolaan Aset (Asset Management Ratio)

Rasio yang menggambarkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aset dalam hal ini mengubah aset nonkas menjadi aset kas.

3. Rasio Pengelolaan Utang (Debt Management Ratio)

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan melunasi kewajibannya.

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

5. Rasio Nilai Pasar (Market Value ratio)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Rasio keuangan terdiri dari 5 (Lima) kelompok, yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas atau rasio pengelolaan aset, Rasio Solvabilitas atau rasio pengelolaan utang, Rasio Profitabilitas dan Rasio Nilai Pasar. Kelima rasio tersebut memiliki fungsi dan manfaat tersendiri, untuk melihat kondisi kesehatan perusahaan. Kemudian, setiap

(7)

hasil rasio akan diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi para pengambil keputusan.

2.5 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan 2.5.1 Metode Analisis Laporan Keuangan

Metode analisis laporan keuangan digunakan agar dapat menjadi pedoman dalam menghitung ataupun menilai suatu laporan keuangan. Metode dan teknik analisis laporan keuangan yang dikemukakan oleh Hindiantoro (2014:22) adalah sebagai berikut:

Metode dan teknik analisis (alat-alat analisis) yang digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan laporan keuangan dari beberapa periode untuk suatu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya.

Sedangkan menurut Kasmir (2019:69), terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang bisa dipakai, yaitu:

1. Analisis Vertikal (Statis)

Analisis Vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode tidak diketahui.

2. Analisis Horizontal (Dinamis)

Analisis Horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode analisis merupakan alat-alat yang digunakan untuk dapat menentukan ataupun mengukur akun-akun yang ada dalam laporan keuangan. Metode analisis keuangan digunakan dengan 2 (dua) cara yaitu analisis vertikal dan analisis horizontal.

2.5.2 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan juga memiliki teknik, teknik inilah yang digunakan untuk dapat mengukur atau menilai laporan keuangan apakah dalam

(8)

kondisi baik atau tidak. Menurut Kasmir (2019:70), teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan

Analisis ini dilakukan untuk membandingkan laporan keuangan lebih dari satu periode. Artinya minimal dua periode atau lebih. Dari analisis ini akan dapat diketahui perubahan yang terjadi, perubahan dapat berupa kenaikan atau penuruan dari masing-masing komponen analisis.

2. Analisis tren

Analisis ini biasanya dinyatakan dalam presentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan, serta seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam presentase.

3. Analisis persentase per komponen

Analisis ini dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan, baik di neraca maupun laporan laba rugi.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui presentase investasi terhadap masing-masing aset atau terhadap total aset; struktur permodalan; serta komposisi biaya terhadap penjualan.

4. Analisis sumber dan penggunaan dana

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan penggunaan dana dalam suatu periode. Serta untuk mengetahui jumlah modal kerja dan penyebab berubahnya modal kerja perusahaan dalam suatu periode.

5. Analisis sumber dan penggunaan kas

Analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaan uang kas dalam suatu periode. Selain itu, juga untuk mengetahui penyebab berubahnya jumlah uang kas dalam periode tertentu.

6. Analisis rasio

Analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

7. Analisis kredit

Analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keuangan seperti bank. Dalam analisis ini digunakan beberapa cara alat analisis yang digunakan.

8. Analisis laba kotor

Analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode satu periode. Selain itu, untuk mengetahui penyebab berubahnya laba kotor tersebut antara periode.

9. Analisis titik pulang pokok atau titik impas (break even point)

Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.

(9)

2.6 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan perusahaan digunakan untuk dapat menilai dan melihat apakah perusahaan dalam keadaan baik atau tidak. Kinerja keuangan juga dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk dapat digunakan dalam hal meningkatkan pemberian dana dari pihak luar. Selain itu, kinerja keuangan dapat digunakan sebagai dasar bagi para pihak internal perusahaan dalam memberikan keputusan bagi perusahaan.

Menurut Fahmi (2013:50), “Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk dapat menelaah laporan keuangan perusahaan telah sesuai dengn aturan keuangan dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accounting Principle), dan lainnya”. Sedangkan menurut Hutabarat (2020:2), “kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar”. Menurut Hutabarat (2020:3) ada beberapa tujuan penilaian kinerja keuangan perusahaan, yang dapat ditunjukkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas. Dengan mengetahui hal ini maka dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

2. Untuk mengetahui tingkat likuiditas. Dengan mengetahui hal ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.

3. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas. Dengan mengetahui hal ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupun janga panjang.

4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, dengan mengetahui hal ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan analisis yang dilakukan pada laporan keuangan untuk dapat melihat

(10)

apakah laporan keuangan telah dibuat sesuai dengan aturan dan ketentuan- ketentuan akuntansi yang berlaku umum. Penilaian kinerja keuangan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat profitabilitas, solvabilitas, likuiditas dan stabilitas perusahaan.

2.7 Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk membayar hutang- hutang jangka pendek maksimal satu tahun dengan sejumlah aset lancar yang dimiliki. Rasio ini menilai apakah perusahaan dapat memenuhi utang lancar yang dimiliki perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan rasio likuiditas dapat memberikan keuntingan bagi pihak perusahaan ataupun pihak eksternal.

Menurut Kasmir (2019:130), “Rasio likuiditas atau biasa dikenal dengan rasio modal kerja adalah rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan”. Menggunakan cara membandingkan komponen neraca yaitu total aset lancar dengan total kewajiban lancar (current liabilities). Penaksiran juga dapat dilakukan pada dua periode atau lebih sehingga pergerakan likuiditas perusahaan bisa diamati pada setiap periode. Sedangkan menurut Aditikus dan Mangindaan (2021:156), “Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi seluruh kewajiban atau hutang-hutang jangka pendeknya”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban di suatu periode untuk melihat apakah perusahaan tersebut likuid atau tidak. Memenuhi kewajiban lancar yang telah jatuh tempo baik kewajiban pada pihak luar maupun pidak internal perusahaan. Adanya rasio likuiditas dapat dinilai apakah perusahaan telah mampu memenuhi kewajiban lancar tersebut.

2.7.1 Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

Rasio likuditas memiliki tujuan serta manfaat agar dapat digunakan oleh perusahaan dalam menilai laporan keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2019:132) tujuan dan manfaat rasio likuditas untuk perusahaan adalah sebagai berikut:

(11)

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang secara jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk memmbayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aset lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aset lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aset lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.

Dalam hal ini aset lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aset lancar dan utang lancar.

9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

2.7.2 Jenis-jenis Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas memiliki beberapa jenis rasio yang digunkan dalam menganalisis suatu laporan keuangan. Jenis-jenis rasio likuiditas menurut Kasmir (2019:133) adalah sebagai berikut:

1. Rasio lancar (current ratio)

Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

Dengan kata lain, seberapa banyak aset lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo.

Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat digunakan Sebagai berikut:

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

Current Ratio = Aset Lancar (Current Assets) Utang Lancar (Current Liabilities)

(12)

memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aset lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya mengabaikan nilai sediaan, dengan cara dikurangi dari total aset lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aset lancar lainnya. Rumus untuk mencari rasio cepat (quick ratio) dapat digunakan sebagai berikut:

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas (Cash rasio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio kas atau Cash ratio adalah sebagai berikut:

4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)

Ratio perputaran kas (Cash Turnover) merupakan rasio yang berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Modal kerja dalam pengertian ini dikatakan sebagai modal kerja kotor atau modal kerja saja yang merupakan jumlah dari aset lancar.

Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran kas atau cash turnover adalah sebagai berikut:

5. Inventory to Net Working Capital

Inventory to net workign capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengukuran aset lancar dengan utang lancar. Rumus untuk menghitung inventory to net working capital adalah sebagai berikut:

Quick Ratio = Current Assets – Inventory Current Liabilities

Rasio Perputaran

Kas = Penjualan Bersih

Modal Kerja Bersih

Cash Ratio = Kas + Bank

Utang Lancar (Current Liabilities)

(13)

Tabel 2.1

Standar Industri Rasio Likuiditas

No Jenis Rasio SI

(Menurut Kasmir)

SI

(Menurut Brigham)

1 Current Ratio (Rasio Lancar) 2 Kali 4,2 kali

2 Quick Ratio (Rasio Cepat) 1,5 kali 2,2 kali

3 Cash Ratio (Rasio Kas) 50% -

4 Cash Turnover (Perputaran Kas) 10% -

5 Inventory to Net Working Capital 12% -

Sumber: Kasmir (2019:143) dan Brigham (2019:127)

2.8 Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas digunakan dalam mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh utang. Dalam arti luas bahwa rasio solvabilitas digunakan dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Oleh karena itu diharapkan bahwa perusahaan dapat mengelola rasio solvabilitas dengan baik sehingga mampu menyeimbangkan pengembalian yang tinggi dengan tingkat resiko yang dihadapi.

Menurut Hantono (2018:12), “Solvabilitas adalah rasio yang digunakan

untuk menghitung leverage perusahaan”. Sedangkan menurut Harahap (2019:303) rasio solvabilitas adalah “rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidiasi”. Pengertian rasio solvabilitas menurut Kasmir (2019:151) yaitu, “Rasio solvabilitas adalah rasio yang menilai seberapa jauh aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau dari pihak luar dan agar dapat mengukur kapabilitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban perusahaan”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat penggunaan dana dari pihak luar dalam membiayai aset perusahaan serta kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perusahaan pada jangka waktu tertentu. Rasio solvabilitas dapat membantu perusahaan untuk dapat menilai kondisi perusahaan

Inventory to NWC = Inventory

Current Assets - Current Liabilities

(14)

serta dapat menilai tingkat dana yang telah didapat dari pihak luar. Berarti bahwa perusahaan harus dapat menilai seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aset nya.

2.8.1 Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas memiliki tujuan serta manfaat dalam menilai suatu laporan keuangan. Menurut Kasmir (2019:155) tujuan dan manfaat perhitungan rasio solvabillitas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor).

2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)

3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aset khususnya aset tetap dengan modal.

4. Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang.

5. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aset.

6. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.

2.8.2 Jenis-jenis Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas memiliki beberapa jenis rasio yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Jenis-jenis rasio solvabilitas menurut Kasmir (2019:157) adalah sebagai berikut:

1. Rasio Utang Atas Aset (Debt to Asset Ratio)

Rasio Utang Atas Aset (Debt to Asset Ratio) merupakan rasio untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset. Dengan kata lain, seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang dan seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap total aset. Adapun standar industri pada rasio ini yaitu 35% kali. Jika (nilai rasio < 35%) maka semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang sehingga semakin kecil jumlah rasio ini maka semakin baik. Namun, jika (nilai rasio > 35%) maka semakin tinggi pendanaan perusahaan oleh utang dan hal ini dikhawatirkan perusahaan akan sulit melunasi utang dengan aset yang dimiliki. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Debt to Asset Ratio = Total Utang (Debt) Total Aset (Assets)

(15)

2. Rasio Utang Atas Modal (Debt to Equity Ratio)

Rasio Utang Atas Modal (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio untuk menilai utang dengan ekuitas. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang. Adapun standar industri terhadap rasio ini yaitu 90%. Jika (Nilai Rasio < 90%) maka semakin tinggi pendanaan yang disediakan oleh pemilik maka semakin rendah nilai rasio ini maka akan semakin baik. Jika (Nilai Rasio > 90%) maka resiko perusahaan mengalami kegagalan berimbas terhadap kreditur dan investor lainnya. Namun dengan dana yang lebih dapat dimanfaatkan perusahaan dalam meninggkatkan operasinya.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

3. Long Time Debt Ekuity to Ratio (LTDtER)

Long time debt ekuity to ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung long time debt ekuity to ratio adalah sebagai berikut:

4. Time Interest Earned

Time interest earned atau jumlah kali perolehan bunga merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar bunga, dalam jangka panjang menghilangkan kepercayaan kepada kreditor. Bahkan ketidak mampuan menutup biaya akan mengakibatkan adanya tuntutan hukum dari kreditor. Lebih dari itu, kemungkinan perusahaan menuju kearah pailit semakin besar.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui time interest earned adalah sebagai berikut:

5. Fixed Cahrge Coverage (FCC)

fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai times interest earned rasio. Hanya saja perbedaanya adalah

Debt to Equity Ratio = Total Utang (Debt) Ekuitas (Equity)

Long Term Debt to

Equity Ratio = Long Term Debt (Utang Jangka Panjang) Equity (Ekuitas)

Time Interest Earned = EBIT

Interest (Biaya Bunga)

(16)

rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aset berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bungan ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Rumus yang digunakan untuk mencari fixed charge coverage adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Standar Industri Rasio Solvabilitas No

Jenis Rasio SI

(Menurut Kasmir)

SI

(Menurut Brigham)

1 Debt to Assets Ratio 35% -

2 Debt to Equity Ratio 90% 36,4%

3 Long Term Debt to Equity Ratio 10 kali -

4 Times Interest Earned 10 kali 6,0 kali

5 Fixed Charge Coverage (FCC) 10 kali -

Sumber: Kasmir (2019:164) dan Brigham (2019:137)

2.9 Rasio Profitabilitas

Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal di samping hal-hal lainnya.

Oleh karena itu, manajemen perusahaan dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan digunakan rasio profitabilitas agar dapat melihat apakah perusahaan mampu memenuhi target dalam memperoleh laba.

Menurut Aditikus dan Mangindaan (2021:154), “Rasio profitabilitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu”. Sedangkan pengertian rasio profitabilitas menurut Kasmir (2019:196) yaitu, “Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kapabilitas perusahaan untuk mencari laba”. Selain itu, rasio profitabilitas juga digunakan untuk dapat melihat efesiensi perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk mencari

Fixed Charge

Coverage = EBT + Biaya Bunga + Kewajiban sewa(lease) Biaya Bunga + Kewajiban sewa (lease)

(17)

keuntungan dan menunjukkan kesesuaian perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan dari penjualan dan kegiatan lainnya. Rasio ini juga digunakan oleh perusahaan agar dapat mengukur kapabilitas perusahaan untuk mendapatkan laba dari hasil penjualan. Selain itu, untuk melihat apakah biaya yang dikeluarkan telah sesuai dengan hasil yang didapat.

2.9.1 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Menilai laporan keuangan dengan rasio profitabilitas memiliki tujuan serta manfaat dalam menentukan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Kasmir 2019:199) tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu :

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.

2.9.2 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas memiliki beberapa jenis rasio dalam menganalisis laporan keuangan. Jenis-jenis rasio profitabilitas menurut Kasmir (2019:200) adalah sebagai berikut:

1. Profit Margin on Sales

Profit Margin on Sales merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut.

a. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Margin laba bersih atau net profit margin merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rumus untuk mencari margin laba bersih dapat digunakan sebagai berikut:

b. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Net Profit Margin = Earning After Interest and Tax (EAIT) Sales

(18)

Margin laba kotor menunjukkan laba yang relatif terhadap perusahaan dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba kotor:

2. Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment)

Return on Investment (ROI) atau return on total asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aset yang digunakan dalam perusahaan. Rumus untuk mencari return on investment dapat digunakan sebagai berikut:

3. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity)

Hasil pengembalian ekuitas (return on equity) atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rumus untuk mencari return on equity dapat digunakan sebagai berikut:

Berikut merupakan standar industri yang digunakan dalam perhitungan rasio profitabilitas:

Tabel 2.3

Standar Industri Rasio Profitabilitas

No Jenis Rasio SI

(Menurut Kasmir)

SI

(Menurut Brigham)

1 Net Profit Margin 20% 5%

2 Gross Profit Margin 30% 10%

3 Return On Assets 30% 9%

4 Return on Equity 40% 15%

Sumber: Kasmir (2019:208) dan Brigham (2019:139)

Gross Profit Margin = Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan Sales

Return on Assets = Earning After Interest and Tax (EAIT) Total Assets

Return on Equity = Earning After Interest and Tax (EAIT) Equity

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapat juga adanya beberapa karakter yang menonjol di cerita sejarah perang Makassar, yaitu Sultan Hasanudin, Aru Palakka dan Cornelis Janzoon Spellman

masih melakukan berbagai pemberdayaan pada masyarakatnya seperti membentuk kelompok usaha kecil dan terdapat juga berbagai hambatan dalam proses pemberdayaan

Dari hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa laju tumbuh daun sejak embrio dalam biji kacang merah Phaseolus vulgaris, samapai mencapai

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (1) Peraturan Bupati Sumedang Nomor 6 Tahun 2019 tentang Tambahan Penghasilan Pegawai

Secara parsial menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja tidak mempunyai pengaruh yang kuat untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sedangkan kepadatan

Metode WIMV adalah salah satu metode analisis tekstur bahan yang diperoleh dengan teknik difraksi neutron atau difraksi sinar-X.. Hasil analisis bahan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat menjadi implikasi bagi konselor sekolah dalam membuat program bidang pribadi sosial dengan