• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sahabat Senandika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sahabat Senandika"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Sahabat Senandika

Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha

Yayasan Spiritia

No. 47, Oktober 2006

Daftar Isi

Laporan Kegiatan

Konferensi ASHM ke-18,

Melbourne, Australia

Oleh Babe

Saya diberi kesempatan untuk mengikuti Konferensi Australian Society of HIV Medicine (ASHM) ke-18 di Melbourne, Australia 11-14 Oktober 2006. Walaupun kebanyakan peserta datang dari Australia, ada 260 peserta dari wilayah Asia-Pasifik, termasuk 37 dari Indonesia.

Kebanyakan peserta adalah tenaga medis

profesional, tetapi cukup banyak wakil komunitas, termasuk Odha dari NAPWA Australia juga terlibat, dan ada beberapa sesi mengenai peranan dan kegiatan komunitas.

Setiap hari disediakan sesi pleno dengan pembicara yang terkenal dan menarik, diikuti oleh sesi abstrak dalam empat track. Juga ada pameran poster, termasuk beberapa yang dipresentasikan secara oral. Ada kurang lebih tiga presentasi abstrak dan tujuh poster dari peserta Indonesia. Saya presentasikan abstrak mengenai pelatihan pendidik pengobatan Spiritia.

Sesi jauh lebih beraneka ragam dibanding dengan Simposium Bangkok HIVNAT. Antara lain, ada sesi mengenai ilmiah dasar, peranan komunitas, kebijakan, masalah orang pribumi, pendidikan komunitas. Oleh karena itu, tampaknya sesi klinis agak kurang, dan walaupun saya mendapatkan banyak manfaat dari kehadiran pada konferensi ini, tidak ada banyak yang dapat dibawa pulang dan langsung dipakai atau berkaitan dengan keadaan di Indonesia. Mungkin hal ini karena saya cenderung mengikuti sesi sosial/komunitas daripada sesi klinis. Ada satu sesi studi kasus yang saya ikuti yang sangat menarik.

Saya sangat terkesan bertemu dengan Dr. Wafaa El-Sadr. Dia menyampaikan plenary mengenai penelitian SMART. SMART adalah uji coba klinis

STI) adalah aman dan bermanfaat. Ternyata, penelitian harus segera dihentikan karena cepat terbukti bahwa STI cukup sering menimbulkan kerugian. Menurut Dr. El-Sadr, tidak ada satu pun kelompok dengan hasil yang lebih baik daripada mereka yang memakai ART tanpa pemberhentian. Yang paling tidak bermanfaat: mereka dengan CD4 lebih tinggi pada awal, yang mengalami mutu hidup lebih rendah dan komplikasi lebih parah. Salah satu implikasi mungkin sebaiknya ART dimulai dengan CD4 lebih tinggi dibandingkan pedoman saat ini.

Dr. El-Sadr juga menjadi pembicara dalam sesi mengenai penularan dari ibu-ke-bayi (MTCT), dengan membahas proyek MTCT-Plus di beberapa negara di Afrika. Proyek ini lebih mengutamakan kesehatan ibu dan keluarga, daripada hanya fokus pada pencegahan infeksi pada anak.

Prof Joop Lange menyampaikan plenary pertama dengan topik: Pencegahan biomedis dan peningkatan pengobatan di dunia berkembang. Komentar Prof. Lange: “Sekarang, tanggapan darurat [terhadap epidemi HIV] tidak cukup lagi... Orang miskin tidak mengeluarkan uang untuk

Laporan Kegiatan 1

Konferensi ASHM ke-18, Melbourne,

Australia 1

Pengetahuan adalah kekuatan 3

Apakah Sindrom Pemulihan Kekebalan Mendorong TB Aktif pada Pasien yang

Memakai ART? 3

Pojok Info 5

Mari bergabung dengan Milis WartaAIDS 5 Cara berlangganan Senandika dan

Sahabat Senandika 6

Tips 6

Tips untuk Odha 6

Tanya Jawab 7

Tanya-Jawab 7

(2)

kesehatan...Tetapi mungkin bisa keluarkan sedikit untuk asuransi.”

Dalam plenary mengenai ancaman virus,

GaryNabel menekankan pentingnya koinfeksi HBV. HBV berjalan lebih cepat dengan koinfeksi HIV. Mortalitas lebih tinggi dengan CD4 yang rendah. IRIS lebih mungkin setelah mulai ART, dan HBV lebih mungkin flare bila VL HBV tinggi. Menurut Nabel, interferon tidak efektif untuk mengobatinya bila CD4 rendah, tapi tenofovir sangat efektif.

Chris Power presentasi plenary mengenai masalah otak dalam era ART. Sayangnya, dampak HIV pada otak masih tetap dialami walaupun ART dipakai secara patuh, tetapi prevalensi lebih rendah. Ada semakin banyak kasus yang dikaitkan dengan IRIS (sindrom pemulihan kekebalan setelah mulai ART dengan CD4 yang rendah). Namun ART tetap paling penting untuk mencegah masalah ini, walaupun tampaknya asam valproik juga

bermanfaat .Neuropati perifer menjadi masalah yang lebih besar, sebagian sebagai akibat efek samping d4T.

Dr Chris Lee mempresentasikan program ART di Malaysia. Pada 30 Juni 2006 ada hampir 75.000 infeksi HIV di Malaysia, 11.413 AIDS, 74% IDU. 4402 dapat ART, 70 persen dari enam rumah sakit. Dr. Lee mengaku bahwa proporsi Odha dari latar belakang IDU yang menjangkau ART masih sangat rendah, dan mereka berencana mengkaitkan ART dengan harm reduction untuk IDU. Akan ada 5000 pengguna metadon pada 2007, dan ada tindak uji coba pertukaran jarum suntik menjangkau 1200 IDU, dengan rencana ditingkatkan menjadi 15.000 pada 2010.

Prof David Cooper membahas peranan penelitian klinis pada rangkaian terbatas sumber daya dalam sesi plenary. Menurut dia, efavirenz tetap terbaik untuk lini pertama, tetapi lini kedua masih ‘evidence-free zone’ (maksudnya belum ada bukti mendukung usulan untuk lini kedua dalam pedoman. Paling umum: ddI atau TDF + ABC atau 3TC +/– AZT + PI/r. Jauh lebih banyak penelitian dibutuhkan untuk membuktikan. Prioritas

penelitian WHO tentang ART: standard sequence; kapan mulai; definisi kegagalan; siapa sebaiknya memantau ART (kesehatan primer?); dampak ART pada pencegahan; pemantauan terapi (CD4

Dennis Altman mendesak kita membawa ‘bahasa HIV’ pada debat yang lebih luas, agar mendapat perhatian pemerintah-pemerintah pada tingkat atas. Dibutuhkan kebijkan berdasarkan bukti, yang memahami cara yang rumit AIDS terkait dengan kemiskinan dan perkembangan, dan cara para pemerintah mengambil keputusan mengenai sumber daya. Harus ada akses universal pada pencegahan; belum ada teknologi pencegahan yang efektif; kita harus bicara mengenai hambatan yang nyata dibentuk oleh pemerintah dan agama.

Menurut Anne Mijch dalam plenary ‘ART di Wilayah (Asia- Pasifik)’, tujuan ART harus menjadi memaksimalkan tahan hidup di tingkat populasi, dikaitkan dengan pengurangan pada penularan HIV. Alasan utama untuk berhenti memakai ART adalah lipodistrofi.

Plenary terakhir disampaikan oleh Connie Celum:, dengan topik HIV dan HSV-2. Sesi ini mendesak perhatian yang jauh lebih besar terhadap infeksi virus herpes simpleks-2 (HSV-2) sebagai perangsang infeksi HIV. HSV-2 adalah infeksi menular seksual dengan prevalensi tertinggi – 80 persen Odha terinfeksi HSV-2. Namun kebanyakan tidak tahu dirinya terinfeksi. HSV-2 sering

mereaktivasi, dan saat itu, viral load HIV serta daya menular meningkat. Odha juga mengalami luka HSV-2 lebih lama. Walau ART dapat mengurangi keparahan lesinya, asiklovir sangat efektif untuk mengurangi frekuensi dan keparahan reaktivasi HSV-2; ada yang mengusulkan terapi terus-menerus untuk mengurangi dampaknya. Kesimpulannya: Strategi pencegahan HSV-2 sangat dibutuhkan, karena dampaknya pada epidemi HIV sangat nyata.

Setelah sesi abstrak berjudul Masalah Maternal dan Pediatrik, ada diskusi mengenai peranan ASHM dan TreatAsia dalam meningkatkan

kemampuan untuk mengobati anak dengan HIV di Asia/Pasifik. Sepertinya TreatAsia hanya akan membentuk database seperti yang ada untuk orang dewasa (TAHOD), tetapi belum tentu akan meluaskan program klinis untuk melibatkan anak.

Ada usulan agar ASHM memfasilitasikan

(3)

Pengetahuan

adalah kekuatan

Kesimpulan/Kesan Utama

Walaupun saya mendapatkan banyak manfaat dari kehadiran pada konferensi ini, tidak ada banyak yang dapat dibawa pulang dan langsung dipakai atau berkaitan dengan keadaan di Indonesia. Mungkin hal ini karena saya cenderung mengikuti sesi sosial/komunitas daripada sesi klinis. Ada satu sesi studi kasus yang saya ikut yang sangat menarik.

Walaupun hanya ada sedikit pembicara yang membahas HIV pada anak, ada kesempatan untuk bertemu dengan beberapa dokter anak yang berpengalaman dengan ART pada anak, dan ASHM berencana menindaklanjuti dengan membentuk forum non-resmi untuk membagi pengalaman dan masalah. Yang paling praktis, ASHM menawarkan bantuan dengan diagnosis anak, pertama dengan alat yang ada di Australia, tetapi juga dengan membimbing agar fasilitas dapat disediakan di sini.

Mata saya juga terbuka oleh sesi paling akhir mengenai kaitan antara HIV dan HSV-2. Hal ini baru untuk saya, tetapi jelas kita harus lebih sadar mengenai dampak HSV-2 pada penularan HIV. Saya akan cari informasi lebih lanjut, dan

membahas masalah ini lebih dalam pada situs web Spiritia dan dalam pelatihan Pendidik Pengobatan.

Apakah Sindrom Pemulihan

Kekebalan Mendorong TB

Aktif pada Pasien yang

Memakai ART?

Di antara orang HIV-positif, terapi antiretroviral (ART) sudah mengakibatkan penurunan secara berkesinambungan pada kejadian kematian dan infeksi yang mendefinisikan AIDS, termasuk TB. Namun, penggunaan ART mempunyai beberapa kerugian.

Salah satu kerugian ART yang sangat

mengganggu adalah hubungannya dengan reaksi yang menyebabkan radang, yang sering menyerupai “Hal ini mempunyai implikasi untuk program antiretroviral di negara dengan angka TB yang tinggi, dan memerlukan penyelidikan prospektif2

pada kelompok yang lebih besar.”

Komentar

Penemuan ini menunjukkan bahwa hampir seperlima kasus TB pada Odha terjadi pada pasien yang memakai ART. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya. Lagi pula, para peneliti menemukan bahwa kebanyakan, terutama dari kelompok sosial dengan angka TB yang tinggi atau dari negara dengan TB endemis, didiagnosis TB aktif dalam beberapa minggu setelah mulai ART. Kebanyakan mengalami demam, batuk atau kehilangan berat badan sebelum mulai ART.

Oleh karena ini, adalah mungkin bahwa para peneliti tidak mampu mendiagnosis TB aktif sebelum ART, walaupun sudah ada penyelidikan. Namun, mereka memberi kesan bahwa ART mendorong penjelasan penyakit dengan membuka kedok TB pada orang yang tidak bergejala

(4)

Yang sangat mencolok, ke-13 pasien yang mengembangkan TB aktif segera setelah mulai ART (‘TB dini’) mengalami angka PR yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang mengembangkan TB lebih lambat (‘TB lambat’).

Walaupun mungkin mencerminkan perbedaan pada jumlah CD4 pada awal dan angka penyakit diseminata antara kedua kelompok, angka PR pada kelompok ‘TB dini’ juga lebih tinggi dibandingkan yang ditemukan pada kelompok kontrol yang terinfeksi HIV/TB bersama dengan jumlah CD4 sebelum mulai ART dan latar belakang etnis yang serupa, dan dengan angka penyakit diseminata yang sama. Hal ini memberi kesan adanya reaksi radang yang lebih besar dan lebih lama terkait ART pada kelompok ‘TB dini’ dan mengangkat kemungkinan adanya ‘fenotipe radang’ yang mendasari seperti didalilkan pada rangkaian IRIS yang lain.

Walaupun penelitian ini terbatas oleh jumlah peserta dan sifat retrospektifnya, data mengesankan bahwa fenomena yang memburuk penyakit ini dapat berdampak secara bermakna pada negara dengan beban TB yang tinggi, bila negara tersebut menyediakan ART secara luas.

Walaupun manfaat ART adalah sangat jelas dalam mengurangi kematian dan infeksi oportunistik, data penelitian ini menunjukkan potensinya ada dampak negatif dari ART. Bila ART disediakan pada rangkaian dengan kemampuan diagnostik yang terbatas dan ditujukan pada orang bergejala dengan jumlah CD4 yang rendah, data ini mungkin dapat diekstrapolasi seperti berikut:

Selama masa penelitian, 267 orang dari Afrika sub-Sahara mulai ART. Jadi frekuensi TB

keseluruhan yang diamati setelah mulai ART pada kelompok ini adalah 11 dari 267 (4,12 persen) dan frekuensi ‘TB dini’ adalah delapan dari 267 (3,00 persen).

Pada penutup, para penulis mencatat, “Bila angka perkembangan TB yang diamati segera setelah mulai ART (3 persen) ditemukan pada tiga juta orang yang dijangkau oleh prakarsa WHO “3 pada 5”, maka akan ditemukan 90.000 kasus TB. Angka ini akan menjadi semakin tinggi bila ART

disediakan pada jumlah 11,4 juta orang berusia antara 15 sampai 49 tahun dengan HIV dan TB yang belum didiagnosis.”

infeksi. Reaksi ini umumnya disebut sebagai sindrom pemulihan kekebalan (immune reconstitution inflammatory syndrome/IRIS).

Masalah ini umumnya terjadi dalam beberapa minggu setelah mulai ART. Pada TB, masalah ini disebut sebagai reaksi berlawan asas (paradoxical reaction/PR) dan dilaporkan terjadi pada sampai 36 persen individu pengguna ART yang diobati untuk TB.

Reaksi serupa dapat diamati pada orang HIV-negatif. Namun ART tampaknya mendorong PR yang lebih cepat dan berat.

Penulis penelitian ini mendalilkan bahwa permulaan penggunaan ART dapat memicu TB yang jelas secara klinis pada orang dengan penyakit laten atau sub-klinis sebagai fenomena IRIS. Mereka melakukan penelitian retrospektif1 untuk

menyelidiki apakah ada perbedaan klinis antara pasien yang mengembangkan TB aktif segera setelah mulai ART dan mereka yang

mengembangkan gejala nanti.

Sejumlah 111 Odha dengan TB aktif ditemukan di sebuah rumah sakit pendidikan perkotaan antara Februari 1997 and April 2004. Mereka yang memakai ART pada saat didiagnosis TB dinilai.

Hasil

• 19 dari 111 (17 persen) memakai ART saat TB berkembang. Dalam kelompok ini tampaknya ada dua sub-kelompok yang berbeda.

• 13 dari 19 itu, 12 dari kelompok etnis atau sosial dengan angka TB yang tinggi, mengembangkan penyakit rata-rata 41 hari (kisaran 7-109) setelah mulai ART (kelompok ‘TB dini’).

• Pada sisa 6 dari 19 itu (kelompok ‘TB lambat’), TB terjadi rata-rata 358 hari setelah mulai ART (kisaran 258-598).

• Kelompok ‘TB dini’ mempunyai jumlah CD4 yang lebih rendah saat mulai ART dibandingkan dengan kelompok ‘TB lambat’ (rata-rata 87 banding 218; p = 0,04); namun tidak diamati perbedaan pada angka perubahan jumlah CD4 (p = 0,5) atau viral load HIV.

• Angka PR pada kelompok ‘TB dini’ lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan

(5)

“Tidak jelas berapa di antara orang ini yang tetap tanpa gejala bila tidak memakai ART. Kami anggap bahwa penemuan kami membutuhkan penyelidikan prospektif yang lanjut secara tepat, dengan

melibatkan jumlah peserta yang lebih besar.”

Catatan

1: Penelitian retrospektif: sebuah penelitian berdasarkan rekam medis pasien, lihat ke belakang pada peristiwa yang terjadi pada masa lalu.

2: Penelitian prospektif: sebuah penelitian yang lihat ke depan. Peserta dipilih dan perkembangannya dipantau selama jangka waktu tertentu.

Referensi: R Breen and others. Does immune reconstitution syndrome promote active tuberculosis in patients receiving highly active antiretroviral therapy? AIDS 19(11):1201-1206. July 22, 2005.

URL: http://www.hivandhepatitis.com/recent/ad/ 070805_a.html, 8 Juli 2005

Pojok Info

Mari bergabung dengan

Milis WartaAIDS

Milis WartaAIDS adalah forum diskusi dan tanya/jawab untuk mereka yang terkait dengan perawatan, dukungan dan pengobatan untuk orang dengan HIV/AIDS (Odha) di Indonesia.

Sebagaimana jumlah Odha di Indonesia terus meningkat, dan semakin banyak di antaranya mengetahui dirinya HIV-positif, dibutuhkan satu wadah untuk menyebarkan informasi mengenai perawatan dan dukungan untuk Odha. Dan karena obat antiretroviral (ARV) tersedia dengan subsidi penuh, yang membuat penjangkauan terapi ARV (ART) jauh lebih mudah, informasi mutakhir mengenai penggunaan obat tersebut, misalnya pedoman, indikasi, efek samping, takaran, dsb. menjadi semakin penting.

Informasi ini ditujukan pada dokter, perawat, petugas kesehatan lain, LSM yang bekerja di bidang dukungan untuk Odha, pendamping Odha

(keluarga, pasangan, dsb.), serta tentu Odha sendiri. Pada bagian ‘Files’ (arsip) WartaAIDS disediakan seri 110+ lembaran informasi untuk Odha, yang diterbitkan oleh Yayasan Spiritia, serta sebagian besar buku kecil Spiritia. Selain itu juga ada statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia, berdasarkan data dari Depkes. File tersebut dapat didownload dan dicetak setempat.

Mari bergabung! Lontarkan komentar, pengalaman, keluhan atau pertanyaan tentang dukungan untuk Odha pada WartaAIDS!

(6)

Tips

Tips untuk Odha

Semua orang butuh untuk tidur. Normalnya, seorang dewasa membutuhkan waktu tidur 7-8 jam semalam. Dengan tidur, sebenarnya seseorang melakukan pembersihan diri dari “sampah

penyebab kelelahan”. Mengutip penelitian para ahli kimia, dr. P. Carbone dari AS mengungkapkan, dalam sehari produk ‘sampah’ yang berasal dari seluruh kegiatan otot tubuh—sebagian besar terdiri dari seluruh kegiatan otot tubuh—sebagian besar terdiri atas dioksida dan asam laktat—menumpuk dalam darah dan mempunyai efek toksik pada sarat, menyebabkan rasa lelah dan mengantuk. Selama tidur “sampah” ini dimusnahkan, sehingga saat bangun tubuh terasa segar. Berikut ini merupakan tips tidur yang nyaman dari C. Molloy dalam Singer Media dan Drs. Hartono Hdw. memberikan sejumlah saran:

Perhatikan ukuran kasur. Usahakan kasur kita memenuhi syarat, tidak terlalu empuk karena bisa menyebabkan sakit punggung. Juga tidak terlalu kaku karena bisa menyebabkan sakit pada leher dan bahu.

Bantal tidak kalah penting, karena secara otomatis bantal ikut menentukan posisi tidur kita. Bantal gepeng berkualitas rendah bisa mengganggu tulang belakang. Pilihlah yang padat empuk sehingga sirkulasi darah akan leluasa bergerak. Kebiasaan posisi tidur miring, membutuhkan bantal yang menyangga kepala dan leher. Kebiasaan posisi tidur lurus, diperlukan penyangga utama terutama pada leher bagian bawah. Posisi tidur tengkurap dengan kepala miring tidak terlalu disarankan karena bisa mengakibatkan rasa sakit.

Selain kasur dan bantal, bahan seprai hendaknya yang lembut. Sentuhan pada kulit yang memberikan pengaruh pada suhu tubuh, ikut mempengaruhi kenikmatan tidur.

Kamar tidur dipakai untuk tidur saja, jangan dipakai untuk bekerja atau menonton.

Usahakan jadwal makan, tidur, dan bangun teratur.

Jangan menonton film tegang atau menyedihkan

Cara berlangganan

Senandika dan Sahabat

Senandika

Yayasan Spiritia memiliki dua newsletter/surat kabar yang terbit sekali setiap bulan, yaitu: Senandika dan Sahabat Senandika. Newsletter Senandika adalah kumpulan cerita dan pengalaman teman-teman Odha dan Ohidha dan hanya khusus didistribusikan kepada kalangan khusus Odha dan Ohidha mengingat pentingnya asas konfidensialitas teman-teman. Sahabat Senandika adalah kumpulan informasi tentang berita terbaru mengenai

perawatan, dukungan , dan pengobatan HIV/AIDS untuk masyarakat umum di Indonesia dan bisa diakses oleh siapa saja.

Sesuai dengan hasil Evaluasi Tahunan Yayasan Spiritia, kita mendapat masukan untuk lebih mensosialisasikan cara berlangganan dan cara menulis surat/cerita untuk Senandika dan Sahabat Senandika. Oleh karena itu kami ingin

menggunakan kesempatan ini supaya lebih banyak orang bisa mendapatkan newsletter kami.

Berikut ini adalah cara berlangganan Senandika dan Sahabat Senandika secara gratis.

Kirimkan nama dan alamat lengkap ke:

Yayasan Spiritia

Jl. Johar Baru Utara V No 17 Jakarta 10560

atau

E-mail ke: yayasan_spiritia@yahoo.com

atau

Telepon ke: 021-422 5163 dan 021-422 5168

atau

Fax ke: 021-4287 1866

(7)

Olahraga atau senam bisa membantu

menghilangkan tekanan mental dan ketegangan otot. Setiap hari tambahkan kurang lebih setengah jam kegiatan fisik. Lakukan kegiatan fisik pagi atau sore hari, jangan malam hari sebab adrenalin tubuh akan bergerak cepat.

Hentikan merokok. Kalau sulit, kurangi rokok pada malam hari. Nikotin dalam rokok dapat mengusir rasa kantuk ataupun tidur nyenyak. Jauhkan minuman mengandung kafein seperti kopi, teh, atau coklat paling tidak empat jam sebelum tidur. Kalau malam hari lapar, bisa makan pisang yang mengandung asam amino tryptohan. Hati-hati dengan obat flu yang mengandung

phenylpropanolamine atau perangsang lain yang dijual bebas di pasaran. Sulit tidur adakalanya merupakan efek samping dari obat.

Hindari juga minuman beralkohol, terutama malam hari. Sebab minuman itu menyebabkan kita sering terbangun malam hari dan bisa menyebabkan insomnia.

Teknik relaksasi, meditasi, yoga, atau

mendengarkan rekaman suara ombak atau alunan musik yang menenangkan bisa membantu tidur nyaman.

Jika kita tidak bisa tidur, jangan mengatakan, “Saya harus mencoba tidur.” Dalam kenyataan, semakin dicoba semakin sulit kita tidur. Jika sampai tidak mengantuk sama sekali, tinggalkan tempat tidur. Kerjakan sesuatu yang tidak menegangkan sampai mengantuk.

Hindari terlalu lama tidur siang atau sore hari. Jangan mencoba menebus tidur yang terasa kurang. Jangan pula khawatir kalau sekali-kali tidur kurang dari 8 jam.

Hindari suara ribut atau lamppu yang terlalu terang.

Selamat mencoba!

Sumber: Kumpulan artikel kesehatan 2, Intisari

Tanya Jawab

Tanya-Jawab

T: Bagaimana musik mempengaruhi hidup kita dan mengapa musik dapat menjadi alat terapi?

J: Sejak kita lahir kita telah dibekali penginderaan. Setiap alat indera menerima rangsangan dari lingkungan tempat kita hidup. Penginderaan kita memiliki hubungan satu dengan yang lainnya dan bekerja secara bersama-sama. Rangsangan tertentu yang ditangkap oleh indera tertentu menghasilkan kesan tertentu di dalam diri kita.

Musik merupakan salah satu bentuk rangsang suara yang merupakan stimulus khas untuk indera pendengaran. Musik lebih dari sekedar bunyi. Bunyi dihasilkan oleh adanya benda yang bergetar atau adanya benturan benda yang menggetarkan udara disekelilingnya. Lebih daripada sekedar bunyi, musik merupakan bunyi yang dibentuk secara harmonis. Musik merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh organ pendengaran dan melalui saraf di dalam tubuh kita dan

disampaikan ke susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kesan tertentu di dalam diri kita. Akibatnya jika kita mendengarkan musik kita cenderung menghentakkan kaki pada lantai atau mengetukkan tangan pada meja, atau

membayangkan iramanya di dalam diri kita sendiri. Getaran udara (vibrasi) yang dihasilkan oleh alat musik mempengaruhi getaran udara yang ada di sekeliling kita. Harmonisasi nada dan irama musik mempengaruhi kesan harmoni di dalam diri kita. Jika harmoni musik setara dengan irama internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang menyenangkan, sebaliknya jika harmoni musik tidak setara dengan internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang kurang

menyenangkan.

(8)

Sahabat Senandika

Diterbitkan sekali sebulan oleh

Yayasan Spiritia

dengan dukungan

T H E FORD T H E FORD T H E FORD T H E FORD T H E FORD FOU N D FOU N D FOU N D FOU N D

FOU N DAAAAAT I ONT I ONT I ONT I ONT I ON

Kantor Redaksi:

Jl. Johar Baru Utara V No 17 Jakarta Pusat 10560

Telp: (021) 422 5163 dan (021) 422 5168 Fax: (021) 4287 1866

E-mail: yayasan_spiritia@yahoo.com Editor:

Caroline Thomas Getaran suara adalah alami sifatnya, namun alat

yang menghasilkan secara garis besar ada dua: 1. Alat musik alami karya Ilahi seperti suara manusia.

2. Alat musik buatan manusia seperti yang banyak kita kenal.

Kedua jenis alat ini memiliki masing-masing warna yang dipengaruhi oleh unsur benda yang menghasilkan bunyinya. Warna masing-masing alat musik dan jenis suara yang dihasilkan

mempengaruhi organ dan proses kebutuhan seseorang. Suara dan alat musik tiup dihasilkan oleh gerakan udara dan mempengaruhi pernapasan. Perkusi (alat musik pukul) dihasilkan oleh adanya benturan benda padat dan menghasilkan hentakan yang mempengaruhi detak nadi. Alat musik dawai menghasilkan bunyi yang mempengaruhi arus aliran darah di dalam tubuh kita.

Vibrasi yang dihasilkan musik mempengaruhi secara fisik, sedangkan harmoni yang dihasilkan mempengaruhi secara psikis. Padahal fisik dan psikis memiliki hubungan yang timbal balik. Dengan menggunakan musik keadaan fisik dan psikis seseorang dapat dipengaruhi. Jika vibrasi dan harmoni musik yang digunakan tepat, pendengar akan merasa nyaman. Jika pendengar merasa nyaman ia akan merasa tenang. Jika ia merasa tenang, metabolismenya tubuhnya akan berfungsi maksimal. Jika metabolisme tubuhnya berfungsi maksimal maka ia akan merasa lebih bugar, sistem pertahanan tubuhnya akan bekerja lebih sempurna, dan kemampuan kreatifnya akan berkembang lebih baik.

Sumber: Seri buku kecil ‘Terapi alternatif’ Yayasan Spiritia

Positive Fund

Laporan Keuangan Positive Fund

Yayasan Spiritia

Periode September 2006

Saldo aw al 1 September 2006 13,231,269

Penerimaan di bulan

September 2006 300,000+

___________

Total penerimaan 13,531,269

Pengeluaran selama bulan September :

Item Jumlah

Pengobatan 150,000

Transportasi 0

Komunikasi 0

Peralatan / Pemeliharaan 0

Modal Usaha 0+

_____________

Total pengeluaran 150,000

-Saldo akhir Positive Fund

Referensi

Dokumen terkait

Mengukur kecukupan produksi ASI bagi bayi dapat dilihat dari kenaikan berat badan dan kesehatan bayi sehingga apabila MP-ASI diberikan saat usia di bawah 6 bulan

Suatu Bangunan merupakan bentuk respon nyata dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia sehari-hari. Mulai dari bangun tidur, berinteraksi sosial,

Aplikasi Model Regresi Logistik untuk Menganalisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjangkitnya Malaria.. Program Studi Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas

Langkah desain harus mampu menjawab pertanyaan apakah program pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesenjangan performa ( performance

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Riwayat Penyakit Anggota Keluarga Dan Kondisi Rumah

Terdapat sistem semiotik multimodal pada iklan Kuroneko seperti, Linguistik yang dapat dibuktikan dengan keterkaitan bahasa dalam penentu target dalam iklan kuroneko,

[r]

Pada di bab sebelumnya dijelaskan mengenai teori liberal klasik, teori tersebut berhasil menggambarkan penjelasan pada penulisan skripsi ini, dimana bahwa dalam bekerjasama terutama