• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD."

Copied!
305
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI NANGGULAN MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Polycarpus Bruri Olan Atmaja Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) upaya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD;(2) peningkatan keaktifan belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STADdari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi 75 (tinggi) dan (3) peningkatan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 68,94 menjadi 78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70%.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek pada penelitian ini adalah 31 siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA. Instrumen penelitian ini menggunakan angket, lembar pengamatan dan tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:(1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah: presentasi dari guru, pembentukan kelompok, belajar dalam kelompok, kuis, pemberian skor, dan pemberian penghargaan; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Pada kondisi awal keaktifan belajar siswa sebesar 45,78 (rendah) di siklus I meningkat menjadi 70,84 (tinggi) dan di siklus II menjadi 80,48 (tinggi);(3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Padakondisi awal nilai rata-rata siswa 68,94 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 46,42%, pada siklus I menjadi 75,32 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 63,33%, dan di siklus II menjadi sebesar 81,29 dengan persentase pencapaian KKM 74,19%.

(2)

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT ON SCIENCE IN GRADE IV AT NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL THROUGH THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF

STAD TYPE through the application cooperative learning model of STAD type;(2) improve learning science activeness through the application cooperative learning model of STAD type from the early condition score 45,78 (low) become score 75 (high) and (3) improve learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type from the average value 68,94 become 78 and from the percentage of completeness 46,42% become 70%.

The kind of this research was Classroom Action Research. The subjects of this research was 31 fourth grade students in Nanggulan Elementary School odd semester of year academic 2015/2016. The object was improving activeness and learning achievement of Science.The instrument of the research used observation sheet, questionnaire sheet, and test. The technique of analysis data was qualitative and quantitative descriptive data.

The results of research showed that (1) the effort to improvement activeness and learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type has done with many steps are: teacher presentation, making group, learning activites in the group, quiz, giving score, and giving reward;(2) through the application cooperative learning model of STAD type can improve student activeness. From student learning activeness early condition at 45,78 (low) in the cycle I improve become 70,84 (high) and in the cycle II become 80,48 (high);(3) through the application cooperative learning model of STAD type can be improve student learning achievement. From student learning achievement early condition from the average value 68,94 with the percentage accomplishment KKM of 46,42%, after action in the cycle I become 75,32 with the percentage accomplishment KKM of 63,33%, in the cycle II average value become 81,29 with the percentage accomplishment KKM of 74,19%.

(3)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SD NEGERI NANGGULAN MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE

STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Polycarpus Bruri Olan Atmaja

NIM: 121134177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Tuhan Yesus Kristus & Santo Polycarpus yang selalu memberkati, melindungi,

dan membimbing setiap tingkah laku serta tutur kataku dalam berdinamika hidup

dengan sesama.

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

1. Orang tuaku Bapak Antonius Sukandar & Ibu Fransiska Jaituni

terimakasih untuk doa serta dukungannya dalam menyelesaikan skripsiku

selama ini.

2. Kakakku Elisabet Novia Asni Utami, Antonius Junianto Waluyo & adikku

Pascalin Sari Asih terimakasih atas semangat yang diberikan untuk

menyelesaikan skripsiku ini.

3. My special person Priskila Cahyatri terimakasih untuk motivasi, doa, dan

dukungannya dalam menyelesaikan skripsiku selama ini.

4. Teman-teman PPL, seluruh warga SD Negeri Nanggulan Depok

(7)

v MOTTO

Aku yakin akan merasakan kebaikan Tuhan selagi aku masih hidup.

(Mazmur 26 (27): 13)

Firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruh kepadanya.

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI NANGGULAN MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Polycarpus Bruri Olan Atmaja Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) upaya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD;(2) peningkatkan keaktifan belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STADdari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi 75 (tinggi) dan (3) peningkatkan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 68,94 menjadi 78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70%.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek pada penelitian ini adalah 31 siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA. Instrumen penelitian ini menggunakan angket, lembar pengamatan dan tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:(1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah: presentasi dari guru, pembentukan kelompok, belajar dalam kelompok, kuis, pemberian skor, dan pemberian penghargaan; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Pada kondisi awal keaktifan belajar siswa sebesar 45,78 (rendah) di siklus I meningkat menjadi 70,84 (tinggi) dan di siklus II menjadi 80,48 (tinggi);(3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Padakondisi awal nilai rata-rata siswa 68,94 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 46,42%, pada siklus I menjadi 75,32 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 63,33%, dan di siklus II menjadi sebesar 81,29 dengan persentase pencapaian KKM 74,19%.

(11)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT ON SCIENCE IN GRADE IV AT NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL THROUGH THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF

STAD TYPE. through the application cooperative learning model of STAD type;(2) improve learning science activeness through the application cooperative learning model of STAD type from the early condition score 45,78 (low) become score 75 (high) and (3) improve learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type from the average value 68,94 become 78 and from the percentage of completeness 46,42% become 70%.

The kind of this research was Classroom Action Research. The subjects of this research was 31 fourth grade students in Nanggulan Elementary School odd semester of year academic 2015/2016. The object was improving activeness and learning achievement of Science.The instrument of the research used observation sheet, questionnaire sheet, and test. The technique of analysis data was qualitative and quantitative descriptive data.

The results of research showed that (1) the effort to improvement activeness and learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type has done with many steps are: teacher presentation, making group, learning activites in the group, quiz, giving score, and giving reward;(2) through the application cooperative learning model of STAD type can improve student activeness. From student learning activeness early condition at 45,78 (low) in the cycle I improve become 70,84 (high) and in the cycle II become 80,48 (high);(3) through the application cooperative learning model of STAD type can be improve student learning achievement. From student learning achievement early condition from the average value 68,94 with the percentage accomplishment KKM of 46,42%, after action in the cycle I become 75,32 with the percentage accomplishment KKM of 63,33%, in the cycle II average value become 81,29 with the percentage accomplishment KKM of 74,19%.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Santo Polycarpus, dan Bunda

Maria yang telah melimpahkan berkat, karunia, dan cinta kasih-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

NEGERI NANGGULAN MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE STAD” dengan lancar sesuai waktu yang diharapkan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1 PGSD Universitas

Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik,

tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam halaman

ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S.,M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Drs. YB. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Agnes Herlina Dwi H, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang

telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Sri Rahayu, S.Pd. selaku kepala SD Negeri Nanggulan Depok yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

7. Surantini, S.Pd. selaku guru kelas IV A SD Negeri Nanggulan Depok yang

telah memberikan dukungan, kritik maupun saran selama penulis

melaksanakan penelitian tindakan kelas ini.

8. Semua guru SD Negeri Nanggulan Depok yang telah membantu dan

memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Siswa/i kelas IV A SD Negeri Nanggulan Depok tahun pelajaran 2015/2016

yang telah membantu serta bekerjasama dengan penulis selama penelitian

(13)

xi

10. Teman-teman PPL; Bernadus Johan Susanto, Oka Deby Setiawan, Theresia

Dian Nofitri, Luciana Puput Indriati, Aldika Sabdarey, Yoseph Bravian

Aderika Sinaba, dan Muhammad Yusuf Arrofiq yang telah membantu selama

penelitian serta dukungannya pada penulis untuk menyelesaikan penelitian

ini.

11. Segenap dosen Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah mendidik dan membimbing dengan sabar dalam memberikan ilmu

serta pengetahuan selama penulis menempuh perkuliahan.

12. Teman-teman PGSD angkatan 2012 terutama kelas E (CAP’E) yang telah

memberikan dinamika serta warna baru dalam bekerjasama maupun ketika

berproses bersama menyelesaikan pendidikan di PGSD.

13. Keluargaku terkasih, Bapak Antonius Sukandar, Ibu Fransiska Jaituni,

kakakku Elisabet Novia Asni Utami, Antonius Junianto Waluyo dan adikku

Pascalin Sari Asih terimakasih untuk doa,semangat, dan dukungannya dalam

menyelesaikan skripsiku selama ini.

14. Terimakasih untuk semua pihak yang tidak bisa sebutkan satu persatu, yang

telah membantu, memberikan semangat, motivasi, doa, dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis berharap saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk

perbaikan menuju kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi

dunia pendidikan.

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

1.5 Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Teori Belajar ... 11

(15)

xiii

2.1.3 Prestasi Belajar ... 15

2.1.4 Pembelajaran IPA ... 18

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 25

2.2 Penelitian yang Relevan ... 30

2.3 Kerangka Berpikir ... 34

3.4 Rencana Setiap Siklus ... 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.6 Instrumen Penelitian ... 55

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 62

3.7.1 Validitas ... 62

3.7.2 Reliabilitas ... 69

3.8 Teknik Analisis Data ... 71

3.8.1 Perhitungan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa ... 72

3.8.2 Kriteria Keberhasilan ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

4.1 Hasil Penelitian ... 76

4.1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 76

4.1.2 Prasiklus ... 76

4.1.3 Siklus I... 76

4.1.4 Siklus II ... 84

4.1.5 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 93

(16)

xiv

4.1.7 Data Keaktifan Belajar Siklus II ... 98

4.1.8 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 100

4.2 Pembahasan ... 105

4.2.1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 105

4.2.2 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 108

4.2.3 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 115

BAB V PENUTUP ... 125

5.1 Kesimpulan ... 125

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 126

5.3 Saran ... 127

DAFTAR REFERENSI ... 128

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 43

Tabel 3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan I ... 45

Tabel 3.3 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan II ... 46

Tabel 3.4 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan I ... 49

Tabel 3.5 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan II ... 50

Tabel 3.6 Kisi-kisi Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 56

Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 56

Tabel 3.8 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru ... 57

Tabel 3.9 Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 58

Tabel 3.10 Kriteria Penskoran ... 59

Tabel 3.11 Modifikasi Kriteria Penskoran ... 60

Tabel 3.12 Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 60

Tabel 3.13 Pedoman Skoring Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 61

Tabel 3.14 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siklus I ... 61

Tabel 3.15 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siklus II ... 62

Tabel 3.16 Kriteria Validasi Lembar Angket dan Pengamatan Pembelajaran ... 64

Tabel 3.17 Skor Perhitungan Hasil Validasi Angket ... 64

Tabel 3.18 Skor Perhitungan Hasil Validasi Pengamatan atau Observasi ... 65

Tabel 3.19 Hasil Uji Validasi Soal Siklus I ... 66

Tabel 3.20 Hasil Uji Validasi Soal Siklus II ... 67

Tabel 3.21 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 68

Tabel 3.22 Rata-rata Hasil Validasi Oleh Ahli ...68

Tabel 3.23 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 70

Tabel 3.24 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 70

Tabel 3.25 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 71

Tabel 3.26 Target Kriteria Keberhasilan ... 75

(18)

xvi

Tabel 4.2 Rekapitulasi Capaian Keaktifan Belajar Siswa ... 91

Tabel 4.3 Capaian Keaktifan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 92

Tabel 4.4 Keaktifan Belajar Siswa Pada Kondisi Awal ... 93

Tabel 4.5 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Kondisi Awal... 94

Tabel 4.6 Hasil Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Pada Kondisi Awal... 95

Tabel 4.7 Observasi Siklus I ... 96

Tabel 4.8 Angket Keaktifan Belajar Siklus I ... 96

Tabel 4.9 Hasil Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 97

Tabel 4.10 Observasi Siklus II ... 98

Tabel 4.11 Angket Keaktifan Belajar Siklus II ... 99

Tabel 4.12 Hasil Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 100

Tabel 4.13 Prestasi Belajar Siswa 2013/2014 ... 100

Tabel 4.14 Prestasi Belajar Siswa 2014/2015 ... 101

Tabel 4.15 Rata-rata Prestasi Belajar Siswa Pada Kondisi Awal ... 102

Tabel 4.16 Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 103

Tabel 4.17 Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II ... 104

Tabel 4.18 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 109

Tabel 4.19 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 110

Tabel 4.20 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II ... 111

Tabel 4.21 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II... 112

Tabel 4.22 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 113

Tabel 4.23 Capaian Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 116

Tabel 4.24 Capaian Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II... 119

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu ... 33

Gambar 2.2 Literatur Kerangka Berpikir ... 36

Gambar 3.1 Siklus PTK Kemmis dan MC Taggart ... 40

Gambar 4.1 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 113

Gambar 4.2 Persentase Pencapaian KKM Prestasi Belajar Kondisi Awal ... 115

Gambar 4.3 Persentase Pencapaian KKM Siklus I ... 118

Gambar 4.4 Persentase Pencapaian KKM Siklus II ... 120

Gambar 4.5 Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 122

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian ... 132

LAMPIRAN 2 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 135

LAMPIRAN 3 Validasi Instrumen ... 157

LAMPIRAN 4 Data Observasi Kondisi Awal ... 167

LAMPIRAN 5 Data Nilai IPA Siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 dan Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 170

LAMPIRAN 6 Persentase Nilai IPA Kondisi Awal ... 175

LAMPIRAN 7 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 178

LAMPIRAN 8 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 205

LAMPIRAN 9 Hasil LKS Siklus I ... 233

LAMPIRAN 10 Hasil LKS Siklus II ... 236

LAMPIRAN 11 Hasil Soal Evaluasi Siklus I ... 239

LAMPIRAN 12 Hasil Soal Evaluasi Siklus II ... 245

LAMPIRAN 13 Hasil Lembar Observasi Siklus I ... 251

LAMPIRAN 14 Hasil Lembar Observasi Siklus II ... 260

LAMPIRAN 15 Hasil Lembar Angket Siswa ... 269

LAMPIRAN 16 Hasil Uji Coba Soal Sebelum Penelitian ... 274

LAMPIRAN 17 Hasil Wawancara Guru ... 279

LAMPIRAN 18 Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 282

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini berisi (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3)

tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut makhluk

sosial. Artinya manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya untuk berbagi

rasa, bertukar pikiran dan kehendak, baik secara langsung maupun tidak langsung,

verbal maupun non verbal (Effendi, 2002: 8). Dikehidupan sehari-hari siswa juga

memerlukan kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Kemampuan

bekerjasama penting karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang

membutuhkan sesamanya. Proses kerjasama ini juga dapat membantu siswa dalam

kegiatan pembelajaran misalnya dalam bentuk kerja kelompok yang dapat

membangun kemampuan kerjasama siswa yang heterogen. Kerjasama kelompok

atau tim yang heterogen akan menimbulkan dampak yang besar terhadap

hubungan antar kelompok pertemanan lintas-rasial lebih kuat (Slavin, 2005: 104).

Okebukola (1986) dan Wheeler dan Ryan (1973 dalam Slavin, 2005: 91)

menemukan bahwa para siswa yang lebih memilih pembelajaran kooperatif bisa

belajar lebih banyak dengan metode-metode kooperatif dari pada mereka yang

(22)

belajar dari pada yang kurang sukses (Chamber dan Abrami, 1991 dalam Slavin,

2005: 91).

Proses dalam bekerjasama yang dilakukan kelompok atau tim diharapkan

mampu mendidik siswa untuk bertanggungjawab terhadap materi, menghargai

teman yang berbeda dengan dirinya. Pada masa ini, siswa telah mengalami

perkembangan-perkembangan yang membantunya untuk dapat menerima bahan

yang diajarkan oleh gururnya. Masa usia sekolah dasar, terutama kelas atas (9

sampai 13 tahun) siswa sudah siap menjelajahi lingkungannya. Siswa tidak puas

lagi sebagai penonton saja, ia ingin mengetahui lingkungannya, tata kerjanya,

bagaimana perasaan-perasaan, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari

lingkungannya (Djamarah, 2011: 124). Hal tersebut akan membangun karakter

dalam diri siswa, diantaranya toleransi, tanggung jawab. Karakter merupakan

suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak Kesuma, dkk (2011: 11).

Pendidikan karakter menurut Megawangi (dalam Kesuma, 2011: 5) merupakan

sebuah usaha untuk mendidik anak-anak supaya dapat mengambil keputusan

dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Toleransi merupakan penghargaan terhadap orang lain yang memiliki ide, ras,

jenis kelamin, tingkat intellegensi, serta ajaran agama yang berbeda (Kesuma, dkk

2011: 68). Proses pembelajaran di sekolah dasar merupakan tempat yang cocok

digunakan untuk menumbuhkan karakter baik, salah satunya melalui pelajaran

IPA. Sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat

(23)

berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sesuai dengan tahapan

perkembangan kognitifnyan Samatowa (2011: 5). Somatowa (2011: 3)

menerangkan empat alasan IPA diajarkan di sekolah dasar. Pertama bahwa IPA

berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar.

Kedua bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu

mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Ketiga bila IPA

diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka

IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka. Keempat

mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi

yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Potensi yang

mampu berkembang salah satunya adalah siswa aktif dalam belajar.

Rusman (2013: 394) menjelaskan bahwa siswa aktif ketika siswa belajar

sesuatu sebagai pengalaman langsung dan hasil dari pengalaman tersebut akan

menjadi individu yang memiliki kepribadian dan sikap positif. Sanjaya (dalam

Rusman, 2013: 395) juga berpendapat bahwa siswa dikatakan aktif ketika siswa

melakukan kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan

pengamatan, melakukan eksperimen membuat sesuatu, menyusun laporan,

memecahkan masalah dan praktik melakukan sesuatu. Pat Hollingsworth dan

Gina Lewis (2008: viii) menerangkan siswa belajar secara aktif ketika mereka

secara terus menerus terlibat, baik secara mental maupun secara fisik.

Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa

bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami.

(24)

pembelajaran bila; siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran,

pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa, mencobakan sendiri

konsep-konsep, siswa mengkomunikasikan hasil pemikirannya.

Dari hasil pengamatan peneliti di kelas IV A SD Negeri Nanggulan pada

Senin, 21 September 2015, peneliti melihat bahwa guru menyampaikan materi

secara text book. Siswa terlihat duduk memperhatikan penjelasan materi.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum terlihat dalam kelas, suasana kelas

terasa datar saja. Selama observasi yang peneliti lakukan siswa kurang aktif, baik

bertanya, menjawab, maupun mengajaukan pendapat. Di kelas terdapat LCD,

proyektor, dan ada pula KIT IPA di ruang perpustakaan. Namun, belum terlihat

beliau menggunakan dengan efektif, sehingga proses belajar mengajar

konvesional yang terjadi. Selanjutnya, melalui wawancara yang peneliti lakukan

beliau menyadari bahwa dirinya tidak mempunyai waktu untuk menyiapkan

media tersebut. Selain itu, beliau juga tidak membentuk siswa bekerja dalam

kelompok. Siswa lebih banyak bekerja sendiri-sendiri, terlihat hasilnya ketika

mereka mengerjakan tugas. Banyak siswa yang masih bingung, bahkan

mencontek pekerjaan teman lain, yang belum tentu benar. Beliau beranggapan

bahwa dalam membuat kelompok membutuhkan waktu yang relatif lama,

sehingga mengurangi waktu belajar. Padahal, dengan memberikan kesempatan

siswa bekerja dalam kelompok akan memberikan banyak kesempatan bagi siswa

untuk berinteraksi dengan teman yang berbeda kemampuan, ras, suku, agama. Di

(25)

belum dipahami dengan temannya, maka akan terjadi interaksi dan memberikan

pemahaman satu sama lain.

Pada pembelajaran IPA kelas IV A semester ganjil tahun pelajaran

2013/2014 terdapat materi sistem rangka pada manusia. Materi ini merupakan

materi yang sulit bagi siswa karena banyaknya materi yang harus dikuasai. Selain

itu, materi ini juga spesifik tentang rangka manusia yang membutuhkan hapalan

dan daya ingat yang tinggi. Media yang tersedia hanya mampu memberikan

gambaran tentang rangka. Berdasarkan sumber yang peneliti peroleh dari hasil

wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IV A SD Negeri Nanggulan Depok

pada tanggal 8 Agustus 2015 pukul 09.50-10.30 WIB, diperoleh informasi bahwa

siswa di kelas tersebut mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPA tentang

sistem rangka pada manusia. Informasi ini dibuktikan dengan data hasil ulangan

pada materi tersebut di semester ganjil tahun ajaran 2013/2014, sebanyak 53,57%

dari 15 siswa memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 75.

Siswa yang telah mencapai KKM sebesar 46,42% dari 13 siswa. Didukung pula

dengan hasil ulangan semester ganjil 2014/2015. Siswa yang mencapai sebanyak

13 siswa atau 46,42%. Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 15

siswa atau 53,57%. Rata-rata prestasi ulangan siswa sebesar 68,94.

Upaya yang peneliti lakukan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan yaitu dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement

Division). STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang

(26)

para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin,2005: 143).

STAD bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar kelompok,

saling berbagi pengetahuan, semakin mengenal antar siswa, melatih siswa

bertanggungjawab akan materi yang diperolehnya.

Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu dari

dua tipe pembelajaran yang paling tua dan paling banyak diteliti. STAD terdiri

dari atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan

individual, dan rekognisi tim atau penghargaan Slavin (2005: 143). Menurut

Slavin (dalam Miftahul, 2011: 116) dalam pembelajaran yang menggunakan tipe

STAD siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan,gender,ras,

dan etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman

satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis.

Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh

kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh skor

maksimal jika kelompoknya ingin mendapat skor yang tinggi.

Siswa dalam satu kelompok atau tim terdiri dari empat atau lima orang

yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis

kelamin, ras, dan etnisitas (Slavin, 2005: 144). Memahami masyarakat di

Indonesia multikultural dan sangat mengedepankan akan nilai-nilai agama yang

dianut, melalui keberagaman inilah banyak yang harus diperhatikan ketika

membuat kelompok belajar. Komponen bangsa Indonesia terdiri dari beragam

konteks sosial dan budaya yang terus berkembang dari waktu ke waktu (Kesuma,

(27)

bekerja kelompok dengan siswa putra, maka guru akan membuatkan kelompok

yang beranggotakan siswa perempuan semua, demikian jika hal ini terjadi dengan

siswa putra. Hal ini bertujuan supaya masing-masing kelompok memiliki

komposisi anggota yang comparable, namun komposisi ini harus selalu diubah

dan dijalankan pada setiap minggunya atau ketika ujian tengah semester maupun

ujian akhir semester.

Penelitian ini dibatasi pada upaya peningkatan keaktifan dan prestasi

belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk semester ganjil tahun pelajaran

2015/2016 pada materi Rangka Pada Manusia dan Cara Perawatannya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa

kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016 melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?

1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan

tahun pelajaran 2015/2016 dari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi

75 (tinggi) ?

1.2.3 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan

tahun pelajaran 2015/2016 dari nilai rata-rata kondisi awal 68,94 menjadi

(28)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi

belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun pelajaran 2015/2016.

1.3.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri

Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

tahun pelajaran 2015/2016 dari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi

75 (tinggi).

1.3.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri

Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

tahun pelajaran 2015/2016 dari nilai rata-rata kondisi awal 68,94 menjadi

78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70%.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis :

1.4.1 Bagi Siswa

1. Siswa akan lebih aktif, kreatif, senang dalam belajar IPA melalui

belajar kelompok.

2. Siswa akan lebih mengenal karakter temannya dalam belajar.

3. Siswa akan mendapat pengetahuan lebih, baik dari hasil

(29)

1.4.2 Bagi Guru

a. Guru dapat menerapkan belajar kelompok untuk meningkatkan

prestasi siwa pada pelajaran IPA.

b. Guru dapat membuka pengetahuan lebih luas pembelajaran yang

menarik.

c. Guru dapat lebih memahami kemampuan siswa dalam belajar baik

individu maupun bekerja dalam kelompok.

1.4.3 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dalam melakukan PTK khususnya dalam

upaya meningkatkan prestasi belajar dengan menggunakan tipe STAD.

1.4.4 Bagi Sekolah

a. Sekolah dapat meningkatkan prestasi sekolah dengan peningkatan

prestasi belajar siswa.

b. Sekolah dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.

1.5 Definisi Operasional 1.5.1 Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses

pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman langsung dan membentuk

kepribadian dan sikap siswa yang positif.

1.5.2 Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah

(30)

1.5.3 Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana yang memiliki ciri khas melibatkan siswa belajar dalam

kelompok, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi

para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

1.5.4 IPA adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya

yang mempelajari tentang kehidupan (biologi) untuk memahami dan

mengerti peristiwa-peristiwa serta melakukan percobaan yang berkaitan

(31)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan membahas (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang

relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Belajar

Pengertian belajar menurut Winkel ( dalam Susanto, 2013: 4) yaitu suatu

aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pemahaman-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Sedangkan menurut Slameto ( dalam

Jihan dan Haris, 2012: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagian hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Dipaparkan lebih lanjut oleh Gagne (dalam Djamarah, 2011: 22)

belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Dari beberapa pernyataan ahli di atas, dapat disimpulkan belajar

merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh

(32)

2.1.2 Pengertian Keaktifan Belajar

Rusman (2013: 394) menjelaskan bahwa siswa aktif ketika siswa belajar

sesuatu, sebagai pengalaman langsung dan hasil dari pengalaman tersebut akan

menjadi individu yang memiliki kepribadian dan sikap positif. Sanjaya (dalam

Rusman, 2013: 395) juga berpendapat bahwa siswa dikatakan aktif ketika siswa

melakukan kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan

pengamatan, melakukan eksperimen membuat sesuatu, menyusun laporan,

memecahkan masalah dan praktik melakukan sesuatu.

Yamin (2007: 77) menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya,

berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam

kehidupan sehari hari. Keaktifan dapat dikatakan mempunyai peran yang sangat

penting dalam pembelajaran karena ketika siswa dapat mengembangkan bakat

yang dimiliki, berfikir kritis dan dapatmemecahkan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari, sudah pasti prestasi siswa tersebut akan bagus dan

pemahaman materinya akan tetap.

Keachie (dalam Yamin 2007: 77) menyebutkan aspek terjadinya keaktifan

siswa yaitu partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran,

tekanan pada aspek afektif dalam belajar, partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Kelompok kelas sebagai kelompok belajar. Kebebasan belajar yang

diberikan pada siswa, pemberian waktu untuk mengulangi masalah pribadi siswa,

baik berhubungan atau tidak berhubungan dengan pelajaran. Partisipasi

(33)

pembelajaran yang didukung dengan pembentukan kelompok, kebebasan belajar

dan waktu yang cukup. Kesimpulan dari pendapat ahli di atas, bahwa seorang

siswa dikatakan aktif dalam belajar apabila siswa tersebut berusaha belajar

langsung dengan pengalamannya.

2.1.2.1Faktor yang Berpengaruh pada Keaktifan Belajar

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan

mengembangkan bakat yang dimilikinya.Selain itu, untuk melatih siswa agar

berfikir kritis dan dapat memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merencanakan sistem pembelajaran

secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses

pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007:84) mengatakan bahwa

faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam

proses pembelajaran, yaitu:

a. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka

dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

d. Memberikan stimulus (masalah,topik dan konsep yang akan dipelajari).

e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

(34)

h. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampua

siswa selalu terpantau dan terukur.

i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.

2.1.2.2Ciri-ciri Siswa Aktif

Sudjana (2009: 61) menyatakan, keaktifan siswa dalam mengikuti proses

belajar mengajar dapat dilihat dalam hal:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

2) Terlibat dalam pemecahan masalah.

3) Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan

yang dihadapinya.

4) Berusaha mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

8) Kesempatan menggunkan atau menerapkan media yang telah diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Dari ciri-ciri siswa aktif di atas, peneliti menggunakan tujuh deskripsi sebagai

acuan indikator keaktifan belajar siswa, yaitu ciri-ciri nomor satu sampai dengan

nomor 7. Nomor 8 tidak digunakan sebagai indikator penelitian ini karena dalam

(35)

2.1.3 Prestasi Belajar 2.1.3.1Pengertian Prestasi

Prestasi merupakan hasil penilaian pendidikan atas perkembangan dan

kemajuan siswa dalam belajar (Umiarso dan Gojali, 2010: 226). Prestasi menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1101) berarti hasil yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Sardiman

(2001:46) prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang berpengaruh baik dari dalam maupun luar individu dalam

belajar.

Dari pernyataan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

adalah hasil yang dicapai dari suatu proses interaksi yang telah dilakukan oleh

individu dalam belajar.

2.1.3.2Pengertian Belajar

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah,

2011: 13). Sedangkan belajar menurut Syah (2008: 92) belajar adalah tahapan

seluruh perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Dijelaskan lebih lanjut Mulyati (2005: 5) belajar adalah suatu usaha sadar individu

untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui

(36)

peristiwa kebetulan. Hergenhahn (dalam Samatowa, 2011: 104) menerangkan,

belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai hasil dari

proses pembelajaran.

Dari pernyataan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar

merupakan kegiatan perubahan tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotorik

yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan.

2.1.3.3Ciri-ciri Belajar

Menurut Djamarah (2011: 15-17) ada enam ciri-ciri belajar;

1. Perubahan yang terjadi secara sadar

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu

sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu

perubahan dalam dirinya. Misalnya, menyadari bahwa pengetahuannya

bertambah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaannya bertambah.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus

dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan

perubahan berikutnya dan akan berguan bagi kehidupan ataupun proses

belajar berikutnya.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam belajar, suatu perubahan akan bertambah dan tertuju untuk

memperoleh yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat

aktif artinya, bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya,

(37)

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau

permanaen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar

akan bersifat menetap.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai,

dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah

pada tingkah laku yang telah ditetapkan.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar

meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dalam sikap kebiasaan,

keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

2.1.3.4Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Purwanto (dalam Hasbari, 2005: 75) adalah

hasil-hasil belajar yang diberikan guru kepada murid-murid atau dosen kepada

mahasiswanya dalam jangka tertentu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008: 895) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang

telah dilakukan atau dikerjakan). Chosiyah (2001: 84) menyatakan bahwa prestasi

belajar merupkan rangkaian hasil usaha yang telah dilatih dalam suatu sistem atau

rangkaian kegiatan pendidikan yang dinyatakan dengan nilai. Susana (2006: 10)

menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang ingin dicapai, bagaimana

(38)

bagaimana cara pengukurannya. Supriyono (2007: 151) prestasi belajar adalah

usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai

dalam bentuk nilai.

Berdasarkan beberapa pernyataan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa,

prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dari proses

belajar,pengetahuan, pemahaman yang telah diperoleh sebelumnya menuju

perubahan kearah yang lebih baik.

2.1.4 Pembelajaran IPA 2.1.4.1Hakikat IPA

Kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata

dalam Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”.

Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan

alam. Science artinya pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau

science itu secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Samatowa, 2011: 3). IPA

menurut Benjamin (dalam Liem, 2007: xv) adalah suatu cara penyelidikan yang

mencoba sampai ke informasi mengenai dunia kita (alam semesta) dengan

menggunakan metode pengamatan dan metode hipotesis-hipoteis yang telah teruji

yang didasarkan pada pengamatan.

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis

yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh

(39)

Powler (dalam Winaputra, 1992: 122 dalam Samatowa, 2011: 3) bahwa IPA

merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang

sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari

hasil observasi dan eksperimen/sistematis. Sistematis artinya pengetahuan itu

tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, namun menjadi satu kesatuan

yang utuh. Sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku

oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan

memperoleh hasil yang sama atau konsisten. IPA tidak hanya merupakan

kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan

kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah Winaputra (dalam Samatowa,

2011: 3).

Conant (dalam Samatowa, 2011: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu

deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan

yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk

diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Whitehead (dalam Samatowa, 2011:

1) menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman.

Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala atau fakta (orde

observasi), dan kedua didasarkan pada konsep manusia mengenai alam (orde

konsepsional).

Dari pernyataan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu

yang mempelajari tentang alam yang didapatkan dengan cara observasi, dan

(40)

2.1.4.2Pembelajaran IPA di SD

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat

pendidikan IPA menjadi penting karena memberikan kesempatan pada anak untuk

berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sesuai dengan tahapan

perkembangan kognitifnyan (Samatowa, 2011: 5). Somatowa (2011: 3)

menerangkan empat alasan IPA diajarkan di sekolah dasar. Pertama bahwa IPA

berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar.

Kedua bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu

mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Ketiga bila IPA

diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka

IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka. Keempat

mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi

yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Trianto (2010:136) menerangkan IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan

tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi

dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur

dan sebagainya.

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta

dengan segala isinya (Darmojo, 1992: 3 dalam Samatowa, 2011: 2). Sedangkan

menurut Mudakir (2005: 83), IPA juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan

(science) yaitu mempelajari tentang kehidupan (biologi) dan peristiwa-peristiwa

(41)

pengamatan, melakukan percobaan yang berkaitan dengan peristiwa- peristiwa

tersebut. Pelajaran IPA modern tidak hanya mengajarkan fakta-fakta seperti

jenis-jenis hewan atau tumbuhan, hukum-hukum ini dan itu namun juga

keterampilan-keterampilan sesuai perkembangan kognitif anak. Keterampilan proses sains

didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Carin, 1993: 5 dalam Samatowa,

2011: 5) adalah (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3)

mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4)

menguji ramalan-ramalan untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam

memberdayakan anak melaui pembelajaran IPA menurut Samatowa (2011: 10)

adalah (1) pentingnya memahami bahwa pada saat melalui kegiatan

pembelajarannya,anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan, yang

relevan dengan apa yang mereka pelajari, (2) aktivitas anak melalui berbagai

kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA, (3)

dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi bagian

penting, bahkan menjadi bagaian yang utama dalam pembelajaran, (4) dalam

pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan

kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.

Blough (1958 dalam Samatowa, 2011: 104) menerangkan pembelajaran

IPA di sekolah dasar perlu didasarkan pada pengalaman untuk membantu siswa

belajar, mendeskripsikan, menjelaskan, hasil kerja dan prosedurnya. Tujuan utama

pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah membantu siswa memperoleh ide,

(42)

skills esensial yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan menggunakan alat

tertentu, kemampuan mengamati benda dan lingkungan sekitarnya, kemampuan

mendengarkan, kemampuan berkomunikasi secara efektif, menanggapi dan

memecahkan masalah secara efektif. Samatowa (2011: 2) menerangkan fokus

program pembelajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan

pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup.

Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan

ilmu yang mempelajari tentang alam yang didapatkan dengan cara observasi, dan

eksperimen yang sistematis untuk memecahkan masalah yang ada.

2.1.4.3Materi Kerangka Tubuh Manusia dan Fungsinya

Penelitian ini menggunakan materi IPA kelas IV pada semester ganjil

2015/2016 dengan SK. 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh

manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. KD. 1.1 Mendeskripsikan

hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dan 1.2 Menerapkan cara

memelihara kesehatan kerangka tubuh dengan fungsinya. Rangka manusia terdiri

atas tiga bagian, yaitu rangka kepala, rangka badan, dan rangka alat-alat gerak.

1. Rangka Kepala

Rangka kepala tersusun dari tulang dahi, tulang hidung, rahang atas, rahang

bawah dan tulang pipi.

2. Rangka Badan

Rangka badan bersambung-sambung. Dimulai dari tulang leher sampai tulang

(43)

Sedikit di atas rongga dada terdapat rangka pundak. Rangka ini dibentuk oleh

tulang selangka dan tulang belikat. Tulang leher dibentuk oleh 7 ruas tulang

dan bersambungan dengan tulang punggung serta tulang ekor. Tulang

punggung hingga tulang ekor terdiri dari 26 ruas tulang. Jadi jumlah ruas

tulang dari tulang leher sampai tulang ekor ada 33 ruas tulang. Tulang-tulang

ini disebut tulang belakang. Letaknya berada di bagian belakang tubuh. Pada

badan bagian bawah terdapat rangka panggul. Rangka ini terdiri dari tulang

pinggul dan tulang kemaluan.

3. Rangka Alat Gerak

Rangka alat gerak terdiri dari lengan dan kaki. Untuk memudahkan

mempelajarinya, kita kelompokkan menjadi dua bagian. Bagian tersebut adalah

alat gerak atas dan bawah. Alatgerak atas berupa rangka lengan. Rangka gerak

atas terdiri dari:a)tulang lengan atas, b) hasta, c) pengumpil, d) pergelangan

tangan, e) telapak tangan, dan f) jari tangan. Alat gerak bawah berupa rangka

kaki. Rangka gerak bawah tersusun dari: a) tulang paha, c) tempurung lutut, d)

betis, e) tulang kering, f) pergelangan kaki, g) telapak kaki, dan h) jari kaki.

4. Sendi

Sendi merupakan pertemuan antara dua tulang. Adanya sendi menyebabkan

tulang dapat digerakkan. Jadi sendi memiliki peran penting bagi pergerakan

tubuh. Tubuh kita dapat bergerak karena kerja sama antara tulang, sendi, dan

otot. Tubuh manusia memiliki lima jenis sendi. Sendi-sendi tersebut adalah

sendi engsel, sendi pelana, sendi peluru, dan sendi putar. Sendi ini hanya dapat

(44)

kaki.Sendi pelana dapat digerakkan ke kedua arah (ke samping dan ke depan).

Contohnya tulang pangkal ibu jari tangan dan tulang pertama pergelangan

tangan. Sendi peluru merupakan pertemuan antara ujung tulang berbentuk bola

dan tulang berbentuk mangkuk. Sendi peluru memungkinkan gerakan ke semua

arah. Contoh sendi peluru terdapat di antara tulang lengan atas dan gelang

bahu. Sendi putar memungkinkan tulang yang satu berputar mengelilingi

tulang lain yang bertindak sebagai poros. Sendi putar terdapat pada pertemuan

antara tulang leher pertama dan tulang leher kedua. Sendi putar mengakibatkan

kepala dapat diputar.

Fungsi Rangka Manusia

1. Rangka adalah tempat melekatnya otot

2. Rangka menentukan bentuk tubuh

3. Rangka melindungi bagian tubuh yang penting

4. Rangka menegakkan tubuh

5. Tempat pembentukan sel darah merah.

Gangguan pada Rangka dan Cara Mencegahnya

a. Kifosis, yaitu tulang punggung terlalu bengkok ke belakang. Hal ini disebabkan sikap duduk dan berdiri yang sering membungkuk.

b. Lordosis, yaitu tulang punggung terlalu bengkok ke depan.

Ini disebabkan kebiasaan duduk dan berjalan yang terlalu membusungkan

(45)

c. Skoliosis, yaitu tulang punggung bengkok ke kiri atau ke kanan. Biasanya disebabkan kebiasaan duduk dengan posisi miring. Atau mengangkat

beban berat yang tidak seimbang antara bahu kanan dan bahu kiri.

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Arends (dalam Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya

tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap, dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan

sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut

Panitz (dalam Suprijono, 2009: 54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang

lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang

lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok

kecil dan saling membantu dalam belajar. Di dalam satu kelompok biasanya

terdiri dari empat sampai lima siswa dengan kemampuan berbeda-beda (Slavin,

1994).

2.1.5.1Jenis-jenis pembelajaran kooperatif

Ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif (Johnson, Johnson, & Smith,

(46)

1. Kelompok pembelajaran kooperatif formal (formal cooperative learning

group).

2. Kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning

group).

3. Kelompok besar kooperatif (cooperative base group).

4. Gabungan tiga kelompok kooperatif (integrated use of cooperative learning

groups).

Slavin (2008: 11) menerangkan lima metode pembelajaran kooperatif yang

dapat diadaptasikan pada sebagian mata pelajaran dan tingkat kelas, yaitu:

1) Student Team-Achievement Division (STAD) atau Pembagian Pencapaian Tim

Siswa.

2) Team-Games-Tournament (TGT) atau Turnamen Game Tim.

3) Jigsaw II (Teka-teki II)

4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) atau Mengarang dan

Membaca Terintegrasi yang Kooperatif.

5) Team Accelerated Instruction (TAI) atau Percepatan Pengajaran Tim.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2.1.5.2Ciri khas pembelajaran kooperatif

Berikut ini adalah ikhtisar konseptual tentang model pembelajaran

kooperatif (diadaptasi dari Johnson, Johnson, & Smith, 1998) dalam (Miftahul

Huda, 2011: 75) ;

(47)

2. Mengupayakan keberhasilan kerja teman-teman satu kelompok

3. Apa yang bermanfaat bagi diri sendiri harus bermanfaat bagi yang lain

4. Keberhasilan bersama dirayakan bersama

5. Penghargaan dipandang sebagai sesuatu yang tak terbatas

6. Dievaluasi dengan membandingkan performa satu sama lain.

2.1.5.3Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif

Berikut aspek-aspek pembelajaran kooperatif (diadaptasi dari Johnson,

Johnson, & Smith, 1998) dalam (Miftahul Huda, 2011:78) ;

1. Tujuan : Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil

(beragam atau kelompok heterogen) dan diminta untuk (a) mempelajari

materi tersebut dan (b) saling memastikan semua anggota kelompok juga

mempelajari materi tersebut.

2. Level kooperasi : Kerjasama dapat diterapkan dalam level kelas (dengan

catatan bahwa semua siswa mempelajari materi yang ditugaskan) dan level

sekolah (dengan catatan semua siswa di sekolah benar-benar mengalami

kemajuan secara akademik).

3. Pola interaksi : Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar satu sama

lain. Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling

menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak

penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan saling

memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Pola interaksi

(48)

4. Evaluasi : Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu.

2.1.5.4Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para

guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2005:143). Inti dari

STAD adalah penyajian materi, kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya

yang terdiri atas empat sampai lima orang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan

menyerahkan pekerjaannya secara bersama untuk setiap kelompok. Siswa

kemudian diberi kuis atau tes secara individual. Skor hasil kuis atau tes, di

samping untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor

kelompoknya. STAD terdiri dari lima komponen utama sebagaimana

dikemukakan oleh Slavin (2005:143-145).

1. Presentasi kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam

kelas atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, namun dapat pula

menggunakan audiovisual. Dengan cara ini, siswa akan menyadari bahwa

mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas,

karena demikian akan sangat membantu mengerjakan kuis, dan skor kuis

mereka menentukan skor tim.

2. Tim

Tim terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas

(49)

dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar,

dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa

mengerjakan kuis dengan baik. Setelah menerima materi, siswa berkumpul

dalam kelompok masing-masing untuk mempelajari lembar-kegiatan atau

materi. Dalam pembelajaran biasanya melibatkan pembahasan permasalahan

bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan

pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim ini

memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam

pembelajaran,diantaranya untuk memberikan perhatian dan aspek yang

mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar

kelompok, rasa harga diri ata rasa dihargai, penerimaan terhadap siswa-siswa

mainstream.

3. Kuis

Kuis diberikan oleh guru setelah melakukan presentasi sekitar satu atau dua

periode presentasi, dan satu atau dua periode praktik tim. Kuis akan diberikan

secara individual, siswa akan mngerjakan secara individual pula. Siswa tidak

diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga

setiap siswa bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya.

4. Skor kemajuan individual

Hal ini bertujuan untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang

akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja

yang lebih baik daripada sebelumnya. Setiap siswa bisa memberikan point,

(50)

yang diperoleh dari hasil sebelumnya, kemudian siswa akan mengumpulkan

poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka

dibandingkan dengan skor awal mereka.

5. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila

skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Dari penjelasan di atas, dapat disumpulkan bahwa pembelajaran STAD terdiri

dari lima komponen yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual,

dan rekognisi tim.

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian Tentang Pembelajaran Menggunakan STAD

Pangando (2011) meneliti tentang “Pembelajaran menggunakan tipe

STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa.”Tujuan dari penelitin ini adalah

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievements Divisions. Hasil

dari penelitian ini adalah, adanya peningkatan aktivitas siswa.

Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions cukup efektif

dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 1

Tumora.

Sumarni (2010) meneliti tentang “Pengaruh Model Pembelajaran

(51)

Terhadap Lingkungan Pada Siswa Kelas V SD Se-Desa Sibangkaja Tahun

Pelajaran 2010/2011.”Peneliti mengambil judul tersebut berdasarkan latar

belakang beberapa hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SDN

Sibangkaja antara lain:pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA rendah,

dalam proses pembelajaran guru jarang menghubungkan konsep-konsep atau

materi yang diajarkan dengan kehidupan yang dialami di dunia nyata,

pembelajaran di kelas hanya berorientasi pada target menuntaskan materi dalam

kurikulum. Dalam proses pembelajaran, perbedaan individu kurang mendapat

perhatian yang serius, guru cenderung menggunakan seting kelas konvensional.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, menguji ada

tidaknya perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti

modelpembelajaran kooperatif tipe STAD dan siswa yang mengikuti

modelpembelajaran konvensional. Kedua, menguji ada tidaknya perbedaan

hasilbelajar IPA antara siswa yang mengikutimodel pembelajaran kooperatif

tipeSTAD dan siswa yang mengikuti modelpembelajaran konvensional,

setelahkovariabel minat terhadap lingkungandikendalikan. Ketiga, menentukan

besarkontribusi minat terhadap lingkunganpada hasil belajar IPA pada siswa

SDkelas V se-Desa Sibangkaja.

Berdasarkan hasil analisis data, terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran koperatif tipe

STAD dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini

ditunjukkan dengan koefisien (F) sebesar 9,702 yang ternyata signifikan.

(52)

siswa yang mengikuti model pembelajaran koperatif tipe STAD memiliki skor

rata-rata sebesar 28,23 lebih tinggi daripada hasil belajar IPA siswa yang

mengikuti model pembelajaran konvensional yang memiliki skor rata-rata sebesar

23,67.

2.2.2 Penelitian Tentang Keaktifan dan Prestasi Belajar

Dewi (2006) meneliti tentang “Belajar Kelompok Model STAD dan

Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Mahasiswa”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk meningkatkanmotivasi dan keaktifan mahasiswa

melalui belajar kelompok model STAD dan Jigsaw. Dari hasil analisis data

menunjukkan mahasiswa sangat antusias menyelesaikan soal latihan secara

kelompok dan aktif bertanya ketika dosen menyampaikan materi menggunakan

pembelajaran STAD.

Kulsum dan Hindarto (2011) meneliti peningkatan keaktifan dan hasil

belajar siswa kelas VII dengan menerapkan model learning cycle pada sub

bahasan kalor di SMPN 1 Welahan tahun ajaran 2010/2011. Hasil yang diperoleh

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil

belajar dari siklus I, II, dan III, dengan masing-masing skor 40, 80, dan 100.

Keaktifan siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus III dari

rata-rata kelas sebesar 62,55% menjadi 82,15%.

Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

(53)

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memiliki unsur kesamaan variabel dengan penelitian yang

relevan di atas, yaitu meneliti tentang peningkatan keaktifan belajar dan prestasi

belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dewi (2006) pada sub bahasan kalor di SMPN 1

Welahan tahun ajaran2010/2011.

Gambar

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Literatur Kerangka Berpikir
Gambar  3.1 Siklus PTK Kemmis dan MC Taggart
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Upaya Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pokok Fungsi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan keaktifan, motivasi, dan prestasi

DZAWATI MUTTAQIYYAH: Pengaruh Publikasi Tugas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Keterampilan Kerja Sama, Kreativitas, dan Prestasi Belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Klepu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IIIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) upaya peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2)

Tujuan penelitian ini adalah 1 untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IIIA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Klepu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw