ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI NANGGULAN MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Polycarpus Bruri Olan Atmaja Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) upaya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD;(2) peningkatan keaktifan belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STADdari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi 75 (tinggi) dan (3) peningkatan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 68,94 menjadi 78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70%.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek pada penelitian ini adalah 31 siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA. Instrumen penelitian ini menggunakan angket, lembar pengamatan dan tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:(1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah: presentasi dari guru, pembentukan kelompok, belajar dalam kelompok, kuis, pemberian skor, dan pemberian penghargaan; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Pada kondisi awal keaktifan belajar siswa sebesar 45,78 (rendah) di siklus I meningkat menjadi 70,84 (tinggi) dan di siklus II menjadi 80,48 (tinggi);(3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Padakondisi awal nilai rata-rata siswa 68,94 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 46,42%, pada siklus I menjadi 75,32 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 63,33%, dan di siklus II menjadi sebesar 81,29 dengan persentase pencapaian KKM 74,19%.
ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT ON SCIENCE IN GRADE IV AT NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL THROUGH THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF
STAD TYPE through the application cooperative learning model of STAD type;(2) improve learning science activeness through the application cooperative learning model of STAD type from the early condition score 45,78 (low) become score 75 (high) and (3) improve learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type from the average value 68,94 become 78 and from the percentage of completeness 46,42% become 70%.
The kind of this research was Classroom Action Research. The subjects of this research was 31 fourth grade students in Nanggulan Elementary School odd semester of year academic 2015/2016. The object was improving activeness and learning achievement of Science.The instrument of the research used observation sheet, questionnaire sheet, and test. The technique of analysis data was qualitative and quantitative descriptive data.
The results of research showed that (1) the effort to improvement activeness and learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type has done with many steps are: teacher presentation, making group, learning activites in the group, quiz, giving score, and giving reward;(2) through the application cooperative learning model of STAD type can improve student activeness. From student learning activeness early condition at 45,78 (low) in the cycle I improve become 70,84 (high) and in the cycle II become 80,48 (high);(3) through the application cooperative learning model of STAD type can be improve student learning achievement. From student learning achievement early condition from the average value 68,94 with the percentage accomplishment KKM of 46,42%, after action in the cycle I become 75,32 with the percentage accomplishment KKM of 63,33%, in the cycle II average value become 81,29 with the percentage accomplishment KKM of 74,19%.
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS IV SD NEGERI NANGGULAN MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE
STAD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Polycarpus Bruri Olan Atmaja
NIM: 121134177
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Tuhan Yesus Kristus & Santo Polycarpus yang selalu memberkati, melindungi,
dan membimbing setiap tingkah laku serta tutur kataku dalam berdinamika hidup
dengan sesama.
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Orang tuaku Bapak Antonius Sukandar & Ibu Fransiska Jaituni
terimakasih untuk doa serta dukungannya dalam menyelesaikan skripsiku
selama ini.
2. Kakakku Elisabet Novia Asni Utami, Antonius Junianto Waluyo & adikku
Pascalin Sari Asih terimakasih atas semangat yang diberikan untuk
menyelesaikan skripsiku ini.
3. My special person Priskila Cahyatri terimakasih untuk motivasi, doa, dan
dukungannya dalam menyelesaikan skripsiku selama ini.
4. Teman-teman PPL, seluruh warga SD Negeri Nanggulan Depok
v MOTTO
Aku yakin akan merasakan kebaikan Tuhan selagi aku masih hidup.
(Mazmur 26 (27): 13)
Firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruh kepadanya.
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI NANGGULAN MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Polycarpus Bruri Olan Atmaja Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) upaya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD;(2) peningkatkan keaktifan belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STADdari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi 75 (tinggi) dan (3) peningkatkan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari nilai rata-rata 68,94 menjadi 78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70%.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek pada penelitian ini adalah 31 siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA. Instrumen penelitian ini menggunakan angket, lembar pengamatan dan tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:(1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah: presentasi dari guru, pembentukan kelompok, belajar dalam kelompok, kuis, pemberian skor, dan pemberian penghargaan; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Pada kondisi awal keaktifan belajar siswa sebesar 45,78 (rendah) di siklus I meningkat menjadi 70,84 (tinggi) dan di siklus II menjadi 80,48 (tinggi);(3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Padakondisi awal nilai rata-rata siswa 68,94 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 46,42%, pada siklus I menjadi 75,32 dengan persentase pencapaian KKM sebesar 63,33%, dan di siklus II menjadi sebesar 81,29 dengan persentase pencapaian KKM 74,19%.
ix ABSTRACT
THE IMPROVEMENT OF THE ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT ON SCIENCE IN GRADE IV AT NANGGULAN ELEMENTARY SCHOOL THROUGH THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF
STAD TYPE. through the application cooperative learning model of STAD type;(2) improve learning science activeness through the application cooperative learning model of STAD type from the early condition score 45,78 (low) become score 75 (high) and (3) improve learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type from the average value 68,94 become 78 and from the percentage of completeness 46,42% become 70%.
The kind of this research was Classroom Action Research. The subjects of this research was 31 fourth grade students in Nanggulan Elementary School odd semester of year academic 2015/2016. The object was improving activeness and learning achievement of Science.The instrument of the research used observation sheet, questionnaire sheet, and test. The technique of analysis data was qualitative and quantitative descriptive data.
The results of research showed that (1) the effort to improvement activeness and learning science achievement of through the application cooperative learning model of STAD type has done with many steps are: teacher presentation, making group, learning activites in the group, quiz, giving score, and giving reward;(2) through the application cooperative learning model of STAD type can improve student activeness. From student learning activeness early condition at 45,78 (low) in the cycle I improve become 70,84 (high) and in the cycle II become 80,48 (high);(3) through the application cooperative learning model of STAD type can be improve student learning achievement. From student learning achievement early condition from the average value 68,94 with the percentage accomplishment KKM of 46,42%, after action in the cycle I become 75,32 with the percentage accomplishment KKM of 63,33%, in the cycle II average value become 81,29 with the percentage accomplishment KKM of 74,19%.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Santo Polycarpus, dan Bunda
Maria yang telah melimpahkan berkat, karunia, dan cinta kasih-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD
NEGERI NANGGULAN MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE STAD” dengan lancar sesuai waktu yang diharapkan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1 PGSD Universitas
Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik,
tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam halaman
ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S.,M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.
4. Drs. YB. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Agnes Herlina Dwi H, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Sri Rahayu, S.Pd. selaku kepala SD Negeri Nanggulan Depok yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.
7. Surantini, S.Pd. selaku guru kelas IV A SD Negeri Nanggulan Depok yang
telah memberikan dukungan, kritik maupun saran selama penulis
melaksanakan penelitian tindakan kelas ini.
8. Semua guru SD Negeri Nanggulan Depok yang telah membantu dan
memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
9. Siswa/i kelas IV A SD Negeri Nanggulan Depok tahun pelajaran 2015/2016
yang telah membantu serta bekerjasama dengan penulis selama penelitian
xi
10. Teman-teman PPL; Bernadus Johan Susanto, Oka Deby Setiawan, Theresia
Dian Nofitri, Luciana Puput Indriati, Aldika Sabdarey, Yoseph Bravian
Aderika Sinaba, dan Muhammad Yusuf Arrofiq yang telah membantu selama
penelitian serta dukungannya pada penulis untuk menyelesaikan penelitian
ini.
11. Segenap dosen Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah mendidik dan membimbing dengan sabar dalam memberikan ilmu
serta pengetahuan selama penulis menempuh perkuliahan.
12. Teman-teman PGSD angkatan 2012 terutama kelas E (CAP’E) yang telah
memberikan dinamika serta warna baru dalam bekerjasama maupun ketika
berproses bersama menyelesaikan pendidikan di PGSD.
13. Keluargaku terkasih, Bapak Antonius Sukandar, Ibu Fransiska Jaituni,
kakakku Elisabet Novia Asni Utami, Antonius Junianto Waluyo dan adikku
Pascalin Sari Asih terimakasih untuk doa,semangat, dan dukungannya dalam
menyelesaikan skripsiku selama ini.
14. Terimakasih untuk semua pihak yang tidak bisa sebutkan satu persatu, yang
telah membantu, memberikan semangat, motivasi, doa, dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis berharap saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk
perbaikan menuju kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi
dunia pendidikan.
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
1.5 Definisi Operasional ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.1.1 Teori Belajar ... 11
xiii
2.1.3 Prestasi Belajar ... 15
2.1.4 Pembelajaran IPA ... 18
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 25
2.2 Penelitian yang Relevan ... 30
2.3 Kerangka Berpikir ... 34
3.4 Rencana Setiap Siklus ... 44
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.6 Instrumen Penelitian ... 55
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 62
3.7.1 Validitas ... 62
3.7.2 Reliabilitas ... 69
3.8 Teknik Analisis Data ... 71
3.8.1 Perhitungan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa ... 72
3.8.2 Kriteria Keberhasilan ... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76
4.1 Hasil Penelitian ... 76
4.1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 76
4.1.2 Prasiklus ... 76
4.1.3 Siklus I... 76
4.1.4 Siklus II ... 84
4.1.5 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 93
xiv
4.1.7 Data Keaktifan Belajar Siklus II ... 98
4.1.8 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 100
4.2 Pembahasan ... 105
4.2.1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 105
4.2.2 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 108
4.2.3 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 115
BAB V PENUTUP ... 125
5.1 Kesimpulan ... 125
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 126
5.3 Saran ... 127
DAFTAR REFERENSI ... 128
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 43
Tabel 3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan I ... 45
Tabel 3.3 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan II ... 46
Tabel 3.4 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan I ... 49
Tabel 3.5 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan II ... 50
Tabel 3.6 Kisi-kisi Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 56
Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 56
Tabel 3.8 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru ... 57
Tabel 3.9 Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 58
Tabel 3.10 Kriteria Penskoran ... 59
Tabel 3.11 Modifikasi Kriteria Penskoran ... 60
Tabel 3.12 Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 60
Tabel 3.13 Pedoman Skoring Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 61
Tabel 3.14 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siklus I ... 61
Tabel 3.15 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siklus II ... 62
Tabel 3.16 Kriteria Validasi Lembar Angket dan Pengamatan Pembelajaran ... 64
Tabel 3.17 Skor Perhitungan Hasil Validasi Angket ... 64
Tabel 3.18 Skor Perhitungan Hasil Validasi Pengamatan atau Observasi ... 65
Tabel 3.19 Hasil Uji Validasi Soal Siklus I ... 66
Tabel 3.20 Hasil Uji Validasi Soal Siklus II ... 67
Tabel 3.21 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 68
Tabel 3.22 Rata-rata Hasil Validasi Oleh Ahli ...68
Tabel 3.23 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ... 70
Tabel 3.24 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 70
Tabel 3.25 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 71
Tabel 3.26 Target Kriteria Keberhasilan ... 75
xvi
Tabel 4.2 Rekapitulasi Capaian Keaktifan Belajar Siswa ... 91
Tabel 4.3 Capaian Keaktifan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 92
Tabel 4.4 Keaktifan Belajar Siswa Pada Kondisi Awal ... 93
Tabel 4.5 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Kondisi Awal... 94
Tabel 4.6 Hasil Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Pada Kondisi Awal... 95
Tabel 4.7 Observasi Siklus I ... 96
Tabel 4.8 Angket Keaktifan Belajar Siklus I ... 96
Tabel 4.9 Hasil Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 97
Tabel 4.10 Observasi Siklus II ... 98
Tabel 4.11 Angket Keaktifan Belajar Siklus II ... 99
Tabel 4.12 Hasil Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 100
Tabel 4.13 Prestasi Belajar Siswa 2013/2014 ... 100
Tabel 4.14 Prestasi Belajar Siswa 2014/2015 ... 101
Tabel 4.15 Rata-rata Prestasi Belajar Siswa Pada Kondisi Awal ... 102
Tabel 4.16 Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 103
Tabel 4.17 Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II ... 104
Tabel 4.18 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 109
Tabel 4.19 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 110
Tabel 4.20 Capaian Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II ... 111
Tabel 4.21 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II... 112
Tabel 4.22 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 113
Tabel 4.23 Capaian Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 116
Tabel 4.24 Capaian Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II... 119
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu ... 33
Gambar 2.2 Literatur Kerangka Berpikir ... 36
Gambar 3.1 Siklus PTK Kemmis dan MC Taggart ... 40
Gambar 4.1 Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 113
Gambar 4.2 Persentase Pencapaian KKM Prestasi Belajar Kondisi Awal ... 115
Gambar 4.3 Persentase Pencapaian KKM Siklus I ... 118
Gambar 4.4 Persentase Pencapaian KKM Siklus II ... 120
Gambar 4.5 Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 122
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian ... 132
LAMPIRAN 2 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 135
LAMPIRAN 3 Validasi Instrumen ... 157
LAMPIRAN 4 Data Observasi Kondisi Awal ... 167
LAMPIRAN 5 Data Nilai IPA Siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 dan Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 170
LAMPIRAN 6 Persentase Nilai IPA Kondisi Awal ... 175
LAMPIRAN 7 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 178
LAMPIRAN 8 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 205
LAMPIRAN 9 Hasil LKS Siklus I ... 233
LAMPIRAN 10 Hasil LKS Siklus II ... 236
LAMPIRAN 11 Hasil Soal Evaluasi Siklus I ... 239
LAMPIRAN 12 Hasil Soal Evaluasi Siklus II ... 245
LAMPIRAN 13 Hasil Lembar Observasi Siklus I ... 251
LAMPIRAN 14 Hasil Lembar Observasi Siklus II ... 260
LAMPIRAN 15 Hasil Lembar Angket Siswa ... 269
LAMPIRAN 16 Hasil Uji Coba Soal Sebelum Penelitian ... 274
LAMPIRAN 17 Hasil Wawancara Guru ... 279
LAMPIRAN 18 Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 282
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini berisi (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3)
tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) definisi operasional.
1.1 Latar Belakang
Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut makhluk
sosial. Artinya manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya untuk berbagi
rasa, bertukar pikiran dan kehendak, baik secara langsung maupun tidak langsung,
verbal maupun non verbal (Effendi, 2002: 8). Dikehidupan sehari-hari siswa juga
memerlukan kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Kemampuan
bekerjasama penting karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan sesamanya. Proses kerjasama ini juga dapat membantu siswa dalam
kegiatan pembelajaran misalnya dalam bentuk kerja kelompok yang dapat
membangun kemampuan kerjasama siswa yang heterogen. Kerjasama kelompok
atau tim yang heterogen akan menimbulkan dampak yang besar terhadap
hubungan antar kelompok pertemanan lintas-rasial lebih kuat (Slavin, 2005: 104).
Okebukola (1986) dan Wheeler dan Ryan (1973 dalam Slavin, 2005: 91)
menemukan bahwa para siswa yang lebih memilih pembelajaran kooperatif bisa
belajar lebih banyak dengan metode-metode kooperatif dari pada mereka yang
belajar dari pada yang kurang sukses (Chamber dan Abrami, 1991 dalam Slavin,
2005: 91).
Proses dalam bekerjasama yang dilakukan kelompok atau tim diharapkan
mampu mendidik siswa untuk bertanggungjawab terhadap materi, menghargai
teman yang berbeda dengan dirinya. Pada masa ini, siswa telah mengalami
perkembangan-perkembangan yang membantunya untuk dapat menerima bahan
yang diajarkan oleh gururnya. Masa usia sekolah dasar, terutama kelas atas (9
sampai 13 tahun) siswa sudah siap menjelajahi lingkungannya. Siswa tidak puas
lagi sebagai penonton saja, ia ingin mengetahui lingkungannya, tata kerjanya,
bagaimana perasaan-perasaan, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari
lingkungannya (Djamarah, 2011: 124). Hal tersebut akan membangun karakter
dalam diri siswa, diantaranya toleransi, tanggung jawab. Karakter merupakan
suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak Kesuma, dkk (2011: 11).
Pendidikan karakter menurut Megawangi (dalam Kesuma, 2011: 5) merupakan
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak supaya dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Toleransi merupakan penghargaan terhadap orang lain yang memiliki ide, ras,
jenis kelamin, tingkat intellegensi, serta ajaran agama yang berbeda (Kesuma, dkk
2011: 68). Proses pembelajaran di sekolah dasar merupakan tempat yang cocok
digunakan untuk menumbuhkan karakter baik, salah satunya melalui pelajaran
IPA. Sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat
berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sesuai dengan tahapan
perkembangan kognitifnyan Samatowa (2011: 5). Somatowa (2011: 3)
menerangkan empat alasan IPA diajarkan di sekolah dasar. Pertama bahwa IPA
berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar.
Kedua bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu
mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Ketiga bila IPA
diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka
IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka. Keempat
mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Potensi yang
mampu berkembang salah satunya adalah siswa aktif dalam belajar.
Rusman (2013: 394) menjelaskan bahwa siswa aktif ketika siswa belajar
sesuatu sebagai pengalaman langsung dan hasil dari pengalaman tersebut akan
menjadi individu yang memiliki kepribadian dan sikap positif. Sanjaya (dalam
Rusman, 2013: 395) juga berpendapat bahwa siswa dikatakan aktif ketika siswa
melakukan kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan
pengamatan, melakukan eksperimen membuat sesuatu, menyusun laporan,
memecahkan masalah dan praktik melakukan sesuatu. Pat Hollingsworth dan
Gina Lewis (2008: viii) menerangkan siswa belajar secara aktif ketika mereka
secara terus menerus terlibat, baik secara mental maupun secara fisik.
Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa
bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami.
pembelajaran bila; siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran,
pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa, mencobakan sendiri
konsep-konsep, siswa mengkomunikasikan hasil pemikirannya.
Dari hasil pengamatan peneliti di kelas IV A SD Negeri Nanggulan pada
Senin, 21 September 2015, peneliti melihat bahwa guru menyampaikan materi
secara text book. Siswa terlihat duduk memperhatikan penjelasan materi.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum terlihat dalam kelas, suasana kelas
terasa datar saja. Selama observasi yang peneliti lakukan siswa kurang aktif, baik
bertanya, menjawab, maupun mengajaukan pendapat. Di kelas terdapat LCD,
proyektor, dan ada pula KIT IPA di ruang perpustakaan. Namun, belum terlihat
beliau menggunakan dengan efektif, sehingga proses belajar mengajar
konvesional yang terjadi. Selanjutnya, melalui wawancara yang peneliti lakukan
beliau menyadari bahwa dirinya tidak mempunyai waktu untuk menyiapkan
media tersebut. Selain itu, beliau juga tidak membentuk siswa bekerja dalam
kelompok. Siswa lebih banyak bekerja sendiri-sendiri, terlihat hasilnya ketika
mereka mengerjakan tugas. Banyak siswa yang masih bingung, bahkan
mencontek pekerjaan teman lain, yang belum tentu benar. Beliau beranggapan
bahwa dalam membuat kelompok membutuhkan waktu yang relatif lama,
sehingga mengurangi waktu belajar. Padahal, dengan memberikan kesempatan
siswa bekerja dalam kelompok akan memberikan banyak kesempatan bagi siswa
untuk berinteraksi dengan teman yang berbeda kemampuan, ras, suku, agama. Di
belum dipahami dengan temannya, maka akan terjadi interaksi dan memberikan
pemahaman satu sama lain.
Pada pembelajaran IPA kelas IV A semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014 terdapat materi sistem rangka pada manusia. Materi ini merupakan
materi yang sulit bagi siswa karena banyaknya materi yang harus dikuasai. Selain
itu, materi ini juga spesifik tentang rangka manusia yang membutuhkan hapalan
dan daya ingat yang tinggi. Media yang tersedia hanya mampu memberikan
gambaran tentang rangka. Berdasarkan sumber yang peneliti peroleh dari hasil
wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IV A SD Negeri Nanggulan Depok
pada tanggal 8 Agustus 2015 pukul 09.50-10.30 WIB, diperoleh informasi bahwa
siswa di kelas tersebut mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPA tentang
sistem rangka pada manusia. Informasi ini dibuktikan dengan data hasil ulangan
pada materi tersebut di semester ganjil tahun ajaran 2013/2014, sebanyak 53,57%
dari 15 siswa memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 75.
Siswa yang telah mencapai KKM sebesar 46,42% dari 13 siswa. Didukung pula
dengan hasil ulangan semester ganjil 2014/2015. Siswa yang mencapai sebanyak
13 siswa atau 46,42%. Sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 15
siswa atau 53,57%. Rata-rata prestasi ulangan siswa sebesar 68,94.
Upaya yang peneliti lakukan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement
Division). STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin,2005: 143).
STAD bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar kelompok,
saling berbagi pengetahuan, semakin mengenal antar siswa, melatih siswa
bertanggungjawab akan materi yang diperolehnya.
Student Teams-Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu dari
dua tipe pembelajaran yang paling tua dan paling banyak diteliti. STAD terdiri
dari atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan
individual, dan rekognisi tim atau penghargaan Slavin (2005: 143). Menurut
Slavin (dalam Miftahul, 2011: 116) dalam pembelajaran yang menggunakan tipe
STAD siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan,gender,ras,
dan etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman
satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis.
Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh
kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh skor
maksimal jika kelompoknya ingin mendapat skor yang tinggi.
Siswa dalam satu kelompok atau tim terdiri dari empat atau lima orang
yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis
kelamin, ras, dan etnisitas (Slavin, 2005: 144). Memahami masyarakat di
Indonesia multikultural dan sangat mengedepankan akan nilai-nilai agama yang
dianut, melalui keberagaman inilah banyak yang harus diperhatikan ketika
membuat kelompok belajar. Komponen bangsa Indonesia terdiri dari beragam
konteks sosial dan budaya yang terus berkembang dari waktu ke waktu (Kesuma,
bekerja kelompok dengan siswa putra, maka guru akan membuatkan kelompok
yang beranggotakan siswa perempuan semua, demikian jika hal ini terjadi dengan
siswa putra. Hal ini bertujuan supaya masing-masing kelompok memiliki
komposisi anggota yang comparable, namun komposisi ini harus selalu diubah
dan dijalankan pada setiap minggunya atau ketika ujian tengah semester maupun
ujian akhir semester.
Penelitian ini dibatasi pada upaya peningkatan keaktifan dan prestasi
belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk semester ganjil tahun pelajaran
2015/2016 pada materi Rangka Pada Manusia dan Cara Perawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa
kelas IV SD Negeri Nanggulan tahun pelajaran 2015/2016 melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?
1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan
tahun pelajaran 2015/2016 dari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi
75 (tinggi) ?
1.2.3 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan
tahun pelajaran 2015/2016 dari nilai rata-rata kondisi awal 68,94 menjadi
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi
belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Nanggulan melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tahun pelajaran 2015/2016.
1.3.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri
Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
tahun pelajaran 2015/2016 dari skor kondisi awal 45,78 (rendah) menjadi
75 (tinggi).
1.3.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri
Nanggulan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
tahun pelajaran 2015/2016 dari nilai rata-rata kondisi awal 68,94 menjadi
78 dan dari persentase ketuntasan 46,42% menjadi 70%.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis :
1.4.1 Bagi Siswa
1. Siswa akan lebih aktif, kreatif, senang dalam belajar IPA melalui
belajar kelompok.
2. Siswa akan lebih mengenal karakter temannya dalam belajar.
3. Siswa akan mendapat pengetahuan lebih, baik dari hasil
1.4.2 Bagi Guru
a. Guru dapat menerapkan belajar kelompok untuk meningkatkan
prestasi siwa pada pelajaran IPA.
b. Guru dapat membuka pengetahuan lebih luas pembelajaran yang
menarik.
c. Guru dapat lebih memahami kemampuan siswa dalam belajar baik
individu maupun bekerja dalam kelompok.
1.4.3 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dalam melakukan PTK khususnya dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar dengan menggunakan tipe STAD.
1.4.4 Bagi Sekolah
a. Sekolah dapat meningkatkan prestasi sekolah dengan peningkatan
prestasi belajar siswa.
b. Sekolah dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.
1.5 Definisi Operasional 1.5.1 Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman langsung dan membentuk
kepribadian dan sikap siswa yang positif.
1.5.2 Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seseorang setelah
1.5.3 Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana yang memiliki ciri khas melibatkan siswa belajar dalam
kelompok, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi
para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
1.5.4 IPA adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya
yang mempelajari tentang kehidupan (biologi) untuk memahami dan
mengerti peristiwa-peristiwa serta melakukan percobaan yang berkaitan
11 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan membahas (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang
relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis tindakan.
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Belajar
Pengertian belajar menurut Winkel ( dalam Susanto, 2013: 4) yaitu suatu
aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pemahaman-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Sedangkan menurut Slameto ( dalam
Jihan dan Haris, 2012: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagian hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dipaparkan lebih lanjut oleh Gagne (dalam Djamarah, 2011: 22)
belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
Dari beberapa pernyataan ahli di atas, dapat disimpulkan belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
2.1.2 Pengertian Keaktifan Belajar
Rusman (2013: 394) menjelaskan bahwa siswa aktif ketika siswa belajar
sesuatu, sebagai pengalaman langsung dan hasil dari pengalaman tersebut akan
menjadi individu yang memiliki kepribadian dan sikap positif. Sanjaya (dalam
Rusman, 2013: 395) juga berpendapat bahwa siswa dikatakan aktif ketika siswa
melakukan kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan
pengamatan, melakukan eksperimen membuat sesuatu, menyusun laporan,
memecahkan masalah dan praktik melakukan sesuatu.
Yamin (2007: 77) menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya,
berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam
kehidupan sehari hari. Keaktifan dapat dikatakan mempunyai peran yang sangat
penting dalam pembelajaran karena ketika siswa dapat mengembangkan bakat
yang dimiliki, berfikir kritis dan dapatmemecahkan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari, sudah pasti prestasi siswa tersebut akan bagus dan
pemahaman materinya akan tetap.
Keachie (dalam Yamin 2007: 77) menyebutkan aspek terjadinya keaktifan
siswa yaitu partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran,
tekanan pada aspek afektif dalam belajar, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Kelompok kelas sebagai kelompok belajar. Kebebasan belajar yang
diberikan pada siswa, pemberian waktu untuk mengulangi masalah pribadi siswa,
baik berhubungan atau tidak berhubungan dengan pelajaran. Partisipasi
pembelajaran yang didukung dengan pembentukan kelompok, kebebasan belajar
dan waktu yang cukup. Kesimpulan dari pendapat ahli di atas, bahwa seorang
siswa dikatakan aktif dalam belajar apabila siswa tersebut berusaha belajar
langsung dengan pengalamannya.
2.1.2.1Faktor yang Berpengaruh pada Keaktifan Belajar
Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya.Selain itu, untuk melatih siswa agar
berfikir kritis dan dapat memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merencanakan sistem pembelajaran
secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007:84) mengatakan bahwa
faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran, yaitu:
a. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka
dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).
c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
d. Memberikan stimulus (masalah,topik dan konsep yang akan dipelajari).
e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
h. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampua
siswa selalu terpantau dan terukur.
i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.
2.1.2.2Ciri-ciri Siswa Aktif
Sudjana (2009: 61) menyatakan, keaktifan siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar dapat dilihat dalam hal:
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2) Terlibat dalam pemecahan masalah.
3) Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya.
4) Berusaha mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
8) Kesempatan menggunkan atau menerapkan media yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Dari ciri-ciri siswa aktif di atas, peneliti menggunakan tujuh deskripsi sebagai
acuan indikator keaktifan belajar siswa, yaitu ciri-ciri nomor satu sampai dengan
nomor 7. Nomor 8 tidak digunakan sebagai indikator penelitian ini karena dalam
2.1.3 Prestasi Belajar 2.1.3.1Pengertian Prestasi
Prestasi merupakan hasil penilaian pendidikan atas perkembangan dan
kemajuan siswa dalam belajar (Umiarso dan Gojali, 2010: 226). Prestasi menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1101) berarti hasil yang telah dicapai (dari
yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Sardiman
(2001:46) prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang berpengaruh baik dari dalam maupun luar individu dalam
belajar.
Dari pernyataan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
adalah hasil yang dicapai dari suatu proses interaksi yang telah dilakukan oleh
individu dalam belajar.
2.1.3.2Pengertian Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah,
2011: 13). Sedangkan belajar menurut Syah (2008: 92) belajar adalah tahapan
seluruh perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Dijelaskan lebih lanjut Mulyati (2005: 5) belajar adalah suatu usaha sadar individu
untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui
peristiwa kebetulan. Hergenhahn (dalam Samatowa, 2011: 104) menerangkan,
belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai hasil dari
proses pembelajaran.
Dari pernyataan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar
merupakan kegiatan perubahan tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan.
2.1.3.3Ciri-ciri Belajar
Menurut Djamarah (2011: 15-17) ada enam ciri-ciri belajar;
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya. Misalnya, menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaannya bertambah.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus
dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguan bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam belajar, suatu perubahan akan bertambah dan tertuju untuk
memperoleh yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat
aktif artinya, bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya,
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanaen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar
akan bersifat menetap.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai,
dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah
pada tingkah laku yang telah ditetapkan.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dalam sikap kebiasaan,
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
2.1.3.4Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Purwanto (dalam Hasbari, 2005: 75) adalah
hasil-hasil belajar yang diberikan guru kepada murid-murid atau dosen kepada
mahasiswanya dalam jangka tertentu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008: 895) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang
telah dilakukan atau dikerjakan). Chosiyah (2001: 84) menyatakan bahwa prestasi
belajar merupkan rangkaian hasil usaha yang telah dilatih dalam suatu sistem atau
rangkaian kegiatan pendidikan yang dinyatakan dengan nilai. Susana (2006: 10)
menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang ingin dicapai, bagaimana
bagaimana cara pengukurannya. Supriyono (2007: 151) prestasi belajar adalah
usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai
dalam bentuk nilai.
Berdasarkan beberapa pernyataan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa,
prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dari proses
belajar,pengetahuan, pemahaman yang telah diperoleh sebelumnya menuju
perubahan kearah yang lebih baik.
2.1.4 Pembelajaran IPA 2.1.4.1Hakikat IPA
Kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata
dalam Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”.
Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan
alam. Science artinya pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau
science itu secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Samatowa, 2011: 3). IPA
menurut Benjamin (dalam Liem, 2007: xv) adalah suatu cara penyelidikan yang
mencoba sampai ke informasi mengenai dunia kita (alam semesta) dengan
menggunakan metode pengamatan dan metode hipotesis-hipoteis yang telah teruji
yang didasarkan pada pengamatan.
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
Powler (dalam Winaputra, 1992: 122 dalam Samatowa, 2011: 3) bahwa IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang
sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari
hasil observasi dan eksperimen/sistematis. Sistematis artinya pengetahuan itu
tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, namun menjadi satu kesatuan
yang utuh. Sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku
oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan
memperoleh hasil yang sama atau konsisten. IPA tidak hanya merupakan
kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan
kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah Winaputra (dalam Samatowa,
2011: 3).
Conant (dalam Samatowa, 2011: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu
deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan
yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk
diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Whitehead (dalam Samatowa, 2011:
1) menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman.
Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala atau fakta (orde
observasi), dan kedua didasarkan pada konsep manusia mengenai alam (orde
konsepsional).
Dari pernyataan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu
yang mempelajari tentang alam yang didapatkan dengan cara observasi, dan
2.1.4.2Pembelajaran IPA di SD
IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat
pendidikan IPA menjadi penting karena memberikan kesempatan pada anak untuk
berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sesuai dengan tahapan
perkembangan kognitifnyan (Samatowa, 2011: 5). Somatowa (2011: 3)
menerangkan empat alasan IPA diajarkan di sekolah dasar. Pertama bahwa IPA
berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar.
Kedua bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu
mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Ketiga bila IPA
diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka
IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan belaka. Keempat
mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Trianto (2010:136) menerangkan IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan
tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi
dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur
dan sebagainya.
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta
dengan segala isinya (Darmojo, 1992: 3 dalam Samatowa, 2011: 2). Sedangkan
menurut Mudakir (2005: 83), IPA juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
(science) yaitu mempelajari tentang kehidupan (biologi) dan peristiwa-peristiwa
pengamatan, melakukan percobaan yang berkaitan dengan peristiwa- peristiwa
tersebut. Pelajaran IPA modern tidak hanya mengajarkan fakta-fakta seperti
jenis-jenis hewan atau tumbuhan, hukum-hukum ini dan itu namun juga
keterampilan-keterampilan sesuai perkembangan kognitif anak. Keterampilan proses sains
didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Carin, 1993: 5 dalam Samatowa,
2011: 5) adalah (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3)
mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4)
menguji ramalan-ramalan untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.
Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam
memberdayakan anak melaui pembelajaran IPA menurut Samatowa (2011: 10)
adalah (1) pentingnya memahami bahwa pada saat melalui kegiatan
pembelajarannya,anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan, yang
relevan dengan apa yang mereka pelajari, (2) aktivitas anak melalui berbagai
kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA, (3)
dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi bagian
penting, bahkan menjadi bagaian yang utama dalam pembelajaran, (4) dalam
pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.
Blough (1958 dalam Samatowa, 2011: 104) menerangkan pembelajaran
IPA di sekolah dasar perlu didasarkan pada pengalaman untuk membantu siswa
belajar, mendeskripsikan, menjelaskan, hasil kerja dan prosedurnya. Tujuan utama
pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah membantu siswa memperoleh ide,
skills esensial yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan menggunakan alat
tertentu, kemampuan mengamati benda dan lingkungan sekitarnya, kemampuan
mendengarkan, kemampuan berkomunikasi secara efektif, menanggapi dan
memecahkan masalah secara efektif. Samatowa (2011: 2) menerangkan fokus
program pembelajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan
pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup.
Pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
ilmu yang mempelajari tentang alam yang didapatkan dengan cara observasi, dan
eksperimen yang sistematis untuk memecahkan masalah yang ada.
2.1.4.3Materi Kerangka Tubuh Manusia dan Fungsinya
Penelitian ini menggunakan materi IPA kelas IV pada semester ganjil
2015/2016 dengan SK. 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh
manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. KD. 1.1 Mendeskripsikan
hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dan 1.2 Menerapkan cara
memelihara kesehatan kerangka tubuh dengan fungsinya. Rangka manusia terdiri
atas tiga bagian, yaitu rangka kepala, rangka badan, dan rangka alat-alat gerak.
1. Rangka Kepala
Rangka kepala tersusun dari tulang dahi, tulang hidung, rahang atas, rahang
bawah dan tulang pipi.
2. Rangka Badan
Rangka badan bersambung-sambung. Dimulai dari tulang leher sampai tulang
Sedikit di atas rongga dada terdapat rangka pundak. Rangka ini dibentuk oleh
tulang selangka dan tulang belikat. Tulang leher dibentuk oleh 7 ruas tulang
dan bersambungan dengan tulang punggung serta tulang ekor. Tulang
punggung hingga tulang ekor terdiri dari 26 ruas tulang. Jadi jumlah ruas
tulang dari tulang leher sampai tulang ekor ada 33 ruas tulang. Tulang-tulang
ini disebut tulang belakang. Letaknya berada di bagian belakang tubuh. Pada
badan bagian bawah terdapat rangka panggul. Rangka ini terdiri dari tulang
pinggul dan tulang kemaluan.
3. Rangka Alat Gerak
Rangka alat gerak terdiri dari lengan dan kaki. Untuk memudahkan
mempelajarinya, kita kelompokkan menjadi dua bagian. Bagian tersebut adalah
alat gerak atas dan bawah. Alatgerak atas berupa rangka lengan. Rangka gerak
atas terdiri dari:a)tulang lengan atas, b) hasta, c) pengumpil, d) pergelangan
tangan, e) telapak tangan, dan f) jari tangan. Alat gerak bawah berupa rangka
kaki. Rangka gerak bawah tersusun dari: a) tulang paha, c) tempurung lutut, d)
betis, e) tulang kering, f) pergelangan kaki, g) telapak kaki, dan h) jari kaki.
4. Sendi
Sendi merupakan pertemuan antara dua tulang. Adanya sendi menyebabkan
tulang dapat digerakkan. Jadi sendi memiliki peran penting bagi pergerakan
tubuh. Tubuh kita dapat bergerak karena kerja sama antara tulang, sendi, dan
otot. Tubuh manusia memiliki lima jenis sendi. Sendi-sendi tersebut adalah
sendi engsel, sendi pelana, sendi peluru, dan sendi putar. Sendi ini hanya dapat
kaki.Sendi pelana dapat digerakkan ke kedua arah (ke samping dan ke depan).
Contohnya tulang pangkal ibu jari tangan dan tulang pertama pergelangan
tangan. Sendi peluru merupakan pertemuan antara ujung tulang berbentuk bola
dan tulang berbentuk mangkuk. Sendi peluru memungkinkan gerakan ke semua
arah. Contoh sendi peluru terdapat di antara tulang lengan atas dan gelang
bahu. Sendi putar memungkinkan tulang yang satu berputar mengelilingi
tulang lain yang bertindak sebagai poros. Sendi putar terdapat pada pertemuan
antara tulang leher pertama dan tulang leher kedua. Sendi putar mengakibatkan
kepala dapat diputar.
Fungsi Rangka Manusia
1. Rangka adalah tempat melekatnya otot
2. Rangka menentukan bentuk tubuh
3. Rangka melindungi bagian tubuh yang penting
4. Rangka menegakkan tubuh
5. Tempat pembentukan sel darah merah.
Gangguan pada Rangka dan Cara Mencegahnya
a. Kifosis, yaitu tulang punggung terlalu bengkok ke belakang. Hal ini disebabkan sikap duduk dan berdiri yang sering membungkuk.
b. Lordosis, yaitu tulang punggung terlalu bengkok ke depan.
Ini disebabkan kebiasaan duduk dan berjalan yang terlalu membusungkan
c. Skoliosis, yaitu tulang punggung bengkok ke kiri atau ke kanan. Biasanya disebabkan kebiasaan duduk dengan posisi miring. Atau mengangkat
beban berat yang tidak seimbang antara bahu kanan dan bahu kiri.
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Arends (dalam Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap, dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut
Panitz (dalam Suprijono, 2009: 54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok
kecil dan saling membantu dalam belajar. Di dalam satu kelompok biasanya
terdiri dari empat sampai lima siswa dengan kemampuan berbeda-beda (Slavin,
1994).
2.1.5.1Jenis-jenis pembelajaran kooperatif
Ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif (Johnson, Johnson, & Smith,
1. Kelompok pembelajaran kooperatif formal (formal cooperative learning
group).
2. Kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning
group).
3. Kelompok besar kooperatif (cooperative base group).
4. Gabungan tiga kelompok kooperatif (integrated use of cooperative learning
groups).
Slavin (2008: 11) menerangkan lima metode pembelajaran kooperatif yang
dapat diadaptasikan pada sebagian mata pelajaran dan tingkat kelas, yaitu:
1) Student Team-Achievement Division (STAD) atau Pembagian Pencapaian Tim
Siswa.
2) Team-Games-Tournament (TGT) atau Turnamen Game Tim.
3) Jigsaw II (Teka-teki II)
4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) atau Mengarang dan
Membaca Terintegrasi yang Kooperatif.
5) Team Accelerated Instruction (TAI) atau Percepatan Pengajaran Tim.
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2.1.5.2Ciri khas pembelajaran kooperatif
Berikut ini adalah ikhtisar konseptual tentang model pembelajaran
kooperatif (diadaptasi dari Johnson, Johnson, & Smith, 1998) dalam (Miftahul
Huda, 2011: 75) ;
2. Mengupayakan keberhasilan kerja teman-teman satu kelompok
3. Apa yang bermanfaat bagi diri sendiri harus bermanfaat bagi yang lain
4. Keberhasilan bersama dirayakan bersama
5. Penghargaan dipandang sebagai sesuatu yang tak terbatas
6. Dievaluasi dengan membandingkan performa satu sama lain.
2.1.5.3Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif
Berikut aspek-aspek pembelajaran kooperatif (diadaptasi dari Johnson,
Johnson, & Smith, 1998) dalam (Miftahul Huda, 2011:78) ;
1. Tujuan : Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil
(beragam atau kelompok heterogen) dan diminta untuk (a) mempelajari
materi tersebut dan (b) saling memastikan semua anggota kelompok juga
mempelajari materi tersebut.
2. Level kooperasi : Kerjasama dapat diterapkan dalam level kelas (dengan
catatan bahwa semua siswa mempelajari materi yang ditugaskan) dan level
sekolah (dengan catatan semua siswa di sekolah benar-benar mengalami
kemajuan secara akademik).
3. Pola interaksi : Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar satu sama
lain. Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling
menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak
penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan saling
memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Pola interaksi
4. Evaluasi : Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu.
2.1.5.4Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para
guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2005:143). Inti dari
STAD adalah penyajian materi, kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya
yang terdiri atas empat sampai lima orang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan
menyerahkan pekerjaannya secara bersama untuk setiap kelompok. Siswa
kemudian diberi kuis atau tes secara individual. Skor hasil kuis atau tes, di
samping untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor
kelompoknya. STAD terdiri dari lima komponen utama sebagaimana
dikemukakan oleh Slavin (2005:143-145).
1. Presentasi kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam
kelas atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, namun dapat pula
menggunakan audiovisual. Dengan cara ini, siswa akan menyadari bahwa
mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas,
karena demikian akan sangat membantu mengerjakan kuis, dan skor kuis
mereka menentukan skor tim.
2. Tim
Tim terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas
dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar,
dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa
mengerjakan kuis dengan baik. Setelah menerima materi, siswa berkumpul
dalam kelompok masing-masing untuk mempelajari lembar-kegiatan atau
materi. Dalam pembelajaran biasanya melibatkan pembahasan permasalahan
bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan
pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim ini
memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam
pembelajaran,diantaranya untuk memberikan perhatian dan aspek yang
mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar
kelompok, rasa harga diri ata rasa dihargai, penerimaan terhadap siswa-siswa
mainstream.
3. Kuis
Kuis diberikan oleh guru setelah melakukan presentasi sekitar satu atau dua
periode presentasi, dan satu atau dua periode praktik tim. Kuis akan diberikan
secara individual, siswa akan mngerjakan secara individual pula. Siswa tidak
diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga
setiap siswa bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya.
4. Skor kemajuan individual
Hal ini bertujuan untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang
akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja
yang lebih baik daripada sebelumnya. Setiap siswa bisa memberikan point,
yang diperoleh dari hasil sebelumnya, kemudian siswa akan mengumpulkan
poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka
dibandingkan dengan skor awal mereka.
5. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila
skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
Dari penjelasan di atas, dapat disumpulkan bahwa pembelajaran STAD terdiri
dari lima komponen yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual,
dan rekognisi tim.
2.2 Penelitian yang Relevan
2.2.1 Penelitian Tentang Pembelajaran Menggunakan STAD
Pangando (2011) meneliti tentang “Pembelajaran menggunakan tipe
STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa.”Tujuan dari penelitin ini adalah
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievements Divisions. Hasil
dari penelitian ini adalah, adanya peningkatan aktivitas siswa.
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan dapat dilihat bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions cukup efektif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 1
Tumora.
Sumarni (2010) meneliti tentang “Pengaruh Model Pembelajaran
Terhadap Lingkungan Pada Siswa Kelas V SD Se-Desa Sibangkaja Tahun
Pelajaran 2010/2011.”Peneliti mengambil judul tersebut berdasarkan latar
belakang beberapa hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SDN
Sibangkaja antara lain:pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA rendah,
dalam proses pembelajaran guru jarang menghubungkan konsep-konsep atau
materi yang diajarkan dengan kehidupan yang dialami di dunia nyata,
pembelajaran di kelas hanya berorientasi pada target menuntaskan materi dalam
kurikulum. Dalam proses pembelajaran, perbedaan individu kurang mendapat
perhatian yang serius, guru cenderung menggunakan seting kelas konvensional.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, menguji ada
tidaknya perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti
modelpembelajaran kooperatif tipe STAD dan siswa yang mengikuti
modelpembelajaran konvensional. Kedua, menguji ada tidaknya perbedaan
hasilbelajar IPA antara siswa yang mengikutimodel pembelajaran kooperatif
tipeSTAD dan siswa yang mengikuti modelpembelajaran konvensional,
setelahkovariabel minat terhadap lingkungandikendalikan. Ketiga, menentukan
besarkontribusi minat terhadap lingkunganpada hasil belajar IPA pada siswa
SDkelas V se-Desa Sibangkaja.
Berdasarkan hasil analisis data, terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran koperatif tipe
STAD dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini
ditunjukkan dengan koefisien (F) sebesar 9,702 yang ternyata signifikan.
siswa yang mengikuti model pembelajaran koperatif tipe STAD memiliki skor
rata-rata sebesar 28,23 lebih tinggi daripada hasil belajar IPA siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional yang memiliki skor rata-rata sebesar
23,67.
2.2.2 Penelitian Tentang Keaktifan dan Prestasi Belajar
Dewi (2006) meneliti tentang “Belajar Kelompok Model STAD dan
Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Mahasiswa”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkanmotivasi dan keaktifan mahasiswa
melalui belajar kelompok model STAD dan Jigsaw. Dari hasil analisis data
menunjukkan mahasiswa sangat antusias menyelesaikan soal latihan secara
kelompok dan aktif bertanya ketika dosen menyampaikan materi menggunakan
pembelajaran STAD.
Kulsum dan Hindarto (2011) meneliti peningkatan keaktifan dan hasil
belajar siswa kelas VII dengan menerapkan model learning cycle pada sub
bahasan kalor di SMPN 1 Welahan tahun ajaran 2010/2011. Hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil
belajar dari siklus I, II, dan III, dengan masing-masing skor 40, 80, dan 100.
Keaktifan siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus III dari
rata-rata kelas sebesar 62,55% menjadi 82,15%.
Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu
Penelitian ini memiliki unsur kesamaan variabel dengan penelitian yang
relevan di atas, yaitu meneliti tentang peningkatan keaktifan belajar dan prestasi
belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dewi (2006) pada sub bahasan kalor di SMPN 1
Welahan tahun ajaran2010/2011.