• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD."

Copied!
304
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V B SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Arum Purna Andari

Universitas Sanata Darma 2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016; (2) meningkatkan keaktifan belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA; (3) meningkatkan prestasi belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 40 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar observasi keaktifan, dan tes pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif-kualitiatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: menyampaikan tujuan, pembagian kelompok, presentasi guru, kegiatan belajar dalam kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan kepada tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor keaktifan kondisi awal 53,4 (rendah), pada siklus I menjadi 70,4 (tinggi), dan pada siklus II menjadi 79,7 (tinggi); (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal 57,75, dengan persentase ketuntasan 40,62%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 70,6, dengan persentase ketuntasan 67,57%, dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 73,6 dengan persentase ketuntasan 86,1%.

(2)

ABSTRACT

IMPROVEMENT OF ACTIVE INVOLVEMENT AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE OF V BGRADE STUDENTS OF KANISIUS SENGKAN ELEMENTARY

SCHOOL THROUGH THE IMPLEMENTATION OF STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL achievement in Science subject through the implementation of STAD Cooperative learning model of V B grade students of Kanisius Sengkan Elementary Schoolyear 2015/2016; (2) improve active involvement in Science through the implementation of STAD Cooperative Learning Model; and (3) improve learning achievement in Science the implementation of STAD Cooperative Learning Model.

This research is an Action Research (AR) which was conducted in 2 cycles.The research subjects were V B grade students of Kanisius Sengkan Elementary School of academic year 2015/2016, as many as 40 children.The research object is the improvement of the active involvement and learning achievement in Science. Instruments used in this research were observation sheets, quesionnaire, and multiple-choice tests. The data anaylis technique used is a descriptive quantitative-qualitative analysis.

The result of research shows that: (1) ways to improve active involvement and learning achievement in Science through the implementation of STAD Cooperative learning model in class subjects V B grade studentsof Kanisius Sengkan Elementary School year 2015/2016 steps is conveying the purpose, the division of the group of teachers, presentation, learning in groups, quizzes, and award to students.(2) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve active involvement in Science of V B grade students.. It can be seen from the improvement of learning activeness scores which was started from 53,4 (low), in the cycle I increased to 70,4 (high), in the cycle II increased to 79,7 (high); (3) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve learning achievement in Science of V B grade students. It can be seen from the improvement of the learning achievement of which the initial mean evaluation score was 57,75, with a percentage of completeness 40,62%, after the action on the cycle I increased on average to 70,6, with a percentage of 67,57%, cycle II of the average increased to 73,6 with 86,1%.

(3)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS V B SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Arum Purna Andari

NIM: 121134216

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS V B SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Arum Purna Andari

NIM: 121134216

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Allah SWT yang senantiasa membimbing, memberikan kekuatan, menjaga

dan melindungi perjalanan hidupku

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Bapak dan Ibuku, Bapak Hariyanto dan Ibu Mulyati yang selalu menjadi

semangatku untuk menjadi pribadi yang kuat dan lebih baik lagi. Terimakasih

atas doa dan dukungannya selama ini.

Kakakku Femberiyanto Dwi Raharjo dan Kakakku Prasetyo Jati Nugroho

yang senantiasa memberi dorongan, motivasi untukku selama ini terlebih

dalam penyelesaian skripsi ini.

Reza Trilaksana Bimawibawa yang selalu memotivasi dan memberi semangat

(8)

v MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah

selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

(QS. Al-Insyirah,6-8)

"Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah."

(Thomas Alva Edison)

Cara terbaik menemukan masa depan adalah dengan menciptakannya.

(Abraham Lincoln)

Dalam hidup ini, semua tidak ada yang instan, tetapi butuh perjuangan dan

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Maret 2016

Yang membuat pernyataan,

Arum Purna Andari

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Arum Purna Andari

Nomor Mahasiswa : 121134216

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA

KELAS VB SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARANKOOPERATIFTIPE STAD”

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari

saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 17 Maret 2016

Yang menyatakan,

(11)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V B SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Arum Purna Andari

Universitas Sanata Darma 2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016; (2) meningkatkan keaktifan belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA; (3) meningkatkan prestasi belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 40 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar observasi keaktifan, dan tes pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif-kualitiatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: menyampaikan tujuan, pembagian kelompok, presentasi guru, kegiatan belajar dalam kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan kepada tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor keaktifan kondisi awal 53,4 (rendah), pada siklus I menjadi 70,4 (tinggi), dan pada siklus II menjadi 79,7 (tinggi); (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal 57,75, dengan persentase ketuntasan 40,62%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 70,6, dengan persentase ketuntasan 67,57%, dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 73,6 dengan persentase ketuntasan 86,1%.

(12)

ix ABSTRACT

IMPROVEMENT OF ACTIVE INVOLVEMENT AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE OF V BGRADE STUDENTS OF KANISIUS SENGKAN ELEMENTARY SCHOOL THROUGH THE IMPLEMENTATION

OF STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL Arum Purna Andari

Sanata Dharma University 2016

The background of the research was low active involvement and learning achievement in class V B Of Kanisius Sengkan Elementary School. The aims of this research was to know (1) ) describe ways to improve active involvement and learning achievement in Science subject through the implementation of STAD Cooperative learning model of V B grade students of Kanisius Sengkan Elementary Schoolyear 2015/2016; (2) improve active involvement in Science through the implementation of STAD Cooperative Learning Model; and (3) improve learning achievement in Science the implementation of STAD Cooperative Learning Model.

This research is an Action Research (AR) which was conducted in 2 cycles.The research subjects were V B grade students of Kanisius Sengkan Elementary School of academic year 2015/2016, as many as 40 children.The research object is the improvement of the active involvement and learning achievement in Science. Instruments used in this research were observation sheets, quesionnaire, and multiple-choice tests. The data anaylis technique used is a descriptive quantitative-qualitative analysis.

The result of research shows that: (1) ways to improve active involvement and learning achievement in Science through the implementation of STAD Cooperative learning model in class subjects V B grade studentsof Kanisius Sengkan Elementary School year 2015/2016 steps is conveying the purpose, the division of the group of teachers, presentation, learning in groups, quizzes, and award to students.(2) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve active involvement in Science of V B grade students.. It can be seen from the improvement of learning activeness scores which was started from 53,4 (low), in the cycle I increased to 70,4 (high), in the cycle II increased to 79,7 (high); (3) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve learning achievement in Science of V B grade students. It can be seen from the improvement of the learning achievement of which the initial mean evaluation score was 57,75, with a percentage of completeness 40,62%, after the action on the cycle I increased on average to 70,6, with a percentage of 67,57%, cycle II of the average increased to 73,6 with 86,1%.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPASISWA KELAS VB SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIFTIPE STAD” dengan lancar sesuai dengan waktu yang diharapkan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1 PGSD

Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan

baik,tanpa bantuan dan dorongan dari berbagi pihak. Maka pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Y.B. Adimassana, M. A., selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan arahan, serta sumbangan pemikiran untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Agnes Herlina Dwi H, S.Si., M.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing II, yang

telah memberikan arahan, serta sumbangan pemikiran untuk menyelesaikan

skripsi ini.

6. M. Sri Wartini selaku Kepala SD Kanisius Sengkan yang telah memberikan izin

penelitian kepada penulis.

7. Irene Widiastuti, S.Pd., selaku guru kelas V B SD Kanisius Sengkan yang telah

(14)

xi

8. Para guru SD Kanisius Sengkan yang telah meluangkan waktu dan membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Siswa/ siswi kelas V B SD Kanisius Sengkan yang telah bekerjasama selama

penelitian.

10. Teman-teman PPL yang telah membantu dan berbagi dalam penyusunan skripsi.

11. Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma yang penuh kesabaran mendidik dan membimbing

peneliti selama menempuh kuliah.

12. Teman-teman PGSD angkatan 2012 khususnya kelas E, yang berjuang dalam

suka dan duka bersama menempuh pendidikan di PGSD.

13. Keluargaku. Bapak Hariyanto, Ibu Mulyati, Fembriyanto Dwi Raharjo, Prasetyo

Jati Nugroho, dan Lucky Lusiana yang selalu memberikan bantuan moril,

materi, dan spiritual kepada penulis sehingga skripsi ini selesai pada waktunya.

14. Reza Trilaksana Bimawibawa yang selalu memberikan motivasi, dukungan,

semangat untuk memberikan yang terbaik, khususnya untuk menyelesaikan

skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik

maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini

bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Penulis,

(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 7

(16)

xiii

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Definisi Operasional ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 34

2.3 Peta Literatur ... 37

2.4 Kerangka Berpikir ... 39

2.5 Hipotesis Tindakan ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Setting Penelitian ... 44

3.3 Persiapan ... 46

3.4 Rencana Tiap Siklus ... 47

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.6 Instrumen Penelitian ... 60

3.7Uji Validitas dan Reliabilitas ... 69

3.7.1 Validitas ... 69

3.7.2 Reliabilitas ... 77

3.8Teknik Analisis Data ... 79

3.8.1 Perhitungan Keaktifan dan Prestasi ... 80

(17)

xiv

3.8.1.2 Prestasi Belajar ... 81

3.9 Kriteria Keberhasilan ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

4.1 Hasil Penelitian ... 84

4.2 Pembahasan ... 122

BAB V PENUTUP ... 140

5.1 Kesimpulan ... 140

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 141

5.3 Saran ... 141

DAFTAR PUSTAKA ... 143

LAMPIRAN ... 147

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 45

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 61

Tabel 3.3 Lembar Observasi ... 62

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner... 63

Tabel 3.5 Lembar Kuesioner ... 64

Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Kuesioner ... 65

Tabel 3.7 Kriteria Penskoran Belajar ... 65

Tabel 3.8 Kategori Penskoran Keaktifan Belajar ... 66

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 68

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 68

Tabel 3.11 Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus I ... 72

Tabel 3.12 Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus II ... 73

Tabel 3.13 Kriteria Validitas ... 74

Tabel 3.14 Hasil Rata-Rata Validasi Instrumen Keaktifan ... 75

Tabel 3.15 Hasil Rata-Rata Validasi Perangkat Pembelajaran ... 75

Tabel 3.16 Kriteria Koefisien Reliabilitas menurut Sugiyono ... 77

Tabe 3.17 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 78

Tabel 3.18 Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 78

(19)

xvi

Tabel 3.20 Kriteria Keberhasilan ... 83

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus I... 91

Tabel 4.2 Hasil Isian Kuesioner Keaktifan Belajar Siklus I ... 93

Tabel 4.3 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus II ... 103

Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Keaktifan Belajar Siklus II ... 104

Tabel 4.5 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Kondisi Awal... 106

Tabel 4.6 Hasil Isian Keaktifan Belajar Kuesioner Kondisi Awal ... 108

Tabel 4.7 Keaktifan Belajar Pada Kondisi Awal ... 110

Tabel 4.8 Capaian Keaktifan Belajar Siklus I Berdasar Observasi ... 110

Tabel 4.9 Capaian Keaktifan Belajar Siklus I Berdasar Kuesioner ... 111

Tabel 4.10 Capaian Keaktifan Belajar Pada Siklus I ... 113

Tabel 4.11 Capaian Keaktifan Belajar Siklus II Berdasar Observasi ... 113

Tabel 4.12 Capaian Keaktifan Belajar Siklus II Berdasar Kuesioner ... 115

Tabel 4.13 Capaian Keaktifan Belajar Pada Siklus II ... 116

Tabel 4.14 Hasil Prestasi Belajar Pada Kondisi Awal ... 117

Tabel 4.15 Hasil Prestasi Belajar Pada Siklus I ... 119

Tabel 4.16 Hasil Prestasi Belajar Pada Siklus II ... 120

Tabel 4.17 Hasil Observasi dan Kuesioner Keaktifan Belajar ... 129

Tabel 4.18 Peningkatan Keaktifan Belajar... 130

Tabel 4.19 Peningkatan Prestasi Belajar ... 135

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 37

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 40

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 43

Gambar 4.1 Peningkatan Keaktifan Belajar ... 131

Gambar 4.2 Persentase KKM Kondisi Awal ... 133

Gambar 4.3 Persentase KKM Siklus I ... 134

Gambar 4.4 Persentase KKM Siklus II ... 134

Gambar 4.5 Peningkatan Rata-Rata Belajar Siswa ... 136

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 Validasi Instrumen ... 148

LAMPIRAN 2 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 155

LAMPIRAN 3 Hasil Observasi dan Kuesioner Kondisi Awal ... 178

LAMPIRAN 4 Data Nilai Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015... 183

LAMPIRAN 5 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 185

LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 206

LAMPIRAN 7 Soal Evaluasi ... 227

LAMPIRAN 8 Hasil LKS Siklus I ... 238

LAMPIRAN 9 Hasil LKS Siklus II ... 240

LAMPIRAN 10 Hasil Soal Evaluasi ... 242

LAMPIRAN 11 Hasil Lembar Observasi dan Kuesioner Siklus I ... 251

LAMPIRAN 12 Hasil Lembar Observasi dan Kuesioner Siklus II ... 258

LAMPIRAN 13 Hasil Wawancara... 265

LAMPIRAN 14 Hasil Validitas dan Reliabilitas Siklus I dan Siklus II ... 268

LAMPIRAN 15 Foto-foto Kegiatan ... 277

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini, peneliti akan membahas tentang latar belakang,

pembatasan masalah, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian,

dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan

peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis

serta bertanggung jawab (Permendiknas No. 20 Tahun 2003). Menurut

Mulyasa (2013:16) pendidikan harus mengantisipasi kemungkinan kejadian

yang akan terjadi di masa depan sehingga perlu pembekalan dalam berbagai

kompetensi bagi siswa. Dalam pendidikan terdapat proses pengubahan sikap

dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara dan perbuatan

mendidik (Syahrun, 1993:16). Salah satu pelajaran yang mendidik di

lingkungan Sekolah Dasar adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(23)

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

menjelajahi dan memahami alam sekitar.

Sedangkan tujuan mata pelajaran IPA antara lain: (1) memperoleh

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,

keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; (2) mengembangkan

pengetahuan, pemahaman konsep–konsep yang bermanfaat diterapkan dalam

kehidupan sehari–hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap kognitif

dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi dan masyarakat; (4) mengembangkan keterampilan

proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat

keputusan; (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; (6) meningkatkan

kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah

satu ciptaan Tuhan; (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan

keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs

(BSNP, 2006:484).

Dalam (BSNP, 2006:142) tentang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan

salah satu mata pelajaran di SD yang berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan berupa fakta–fakta, konsep–konsep atau prinsip saja tetapi juga

(24)

Berdasarkan paparan di atas, IPA sangat penting diajarkan pada siswa

di SD. Agar siswa dapat mencapai tujuan belajar IPA dengan baik, maka

siswa perlu dibiasakan untuk belajar aktif. Hal ini sejalan dengan ahli

pendidikan (Hamalik, 2007:170) yang menyatakan bahwa siswa adalah suatu

organisme hidup, di dalam dirinya terdapat prinsip aktif. Oleh karena itu

diharapkan dalam kegiatan pembelajaran, keaktifan belajar siswa harus

menjadi dasar untuk mencapai tujuan belajar.

Namun, kenyataan di lapangan, keaktifan belajar siswa pada mata

pelajaran IPA masih menjadi permasalahan. Menurut Susanto (2013:166)

para guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dalam

melibatkan siswa serta belum menggunakan berbagai model pembelajaran

yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran. Dalam proses

pembelajaran, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku sebagai

satu-satunya sumber belajar mengajar.

Permasalahan di atas juga ditemui di kelas V B SD Kanisius

Sengkan.Hasil wawancara dengan guru IPA pada hari Jumat, 11 September

2015, peneliti memperoleh keterangan bahwa guru IPA menyadari dalam

proses pembelajaran di kelas memang masih sering menggunakan model

pembelajaran seperti ceramah. Selain itu, selama pelajaran beberapa siswa

tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa tersebut asik berbicara dengan

temannya. Kebanyakan siswa tidak bertanya ketika guru memberikan

kesempatan siswa untuk bertanya. Siswa juga jarang membuat catatan, siswa

(25)

masing-masing. Guru IPA kelas V B SD Kanisius Sengkan juga menambahkan ketika

ia memberikan tugas kelompok, tidak semua anggota kelompok mengerjakan

hanya beberapa siswa saja yang ikut mengerjakan tugas kelompok tersebut.

Peneliti juga mengamati proses pembelajaran dengan instrumen keaktifan

(lembar observasi) yang telah dibuat. Pengamatan atau observasi dilakukan

pada hari Senin, 14 September 2015. Dari pengamatan yang telah peneliti

lakukan diperoleh hasil keaktifan sebesar 49,45 (rendah). Hasil tersebut

diperoleh dari observasi yang menunjukkan siswa kurang memperhatikan

ketika diberi penjelasan atau instruksi dari guru, siswa tidak mendengarkan

ketika ada teman berpendapat dalam kelompok, siswa tidak menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan juga siswa tidak bertanya ketika

diberi kesempatan bertanya oleh guru. Selain itu kerjasama ketika belajar

dalam kelompok masih kurang, hal ini ditunjukkan ketika mengerjakan tugas

dalam kelompok hanya beberapa saja yang mengerjakan, sedangkan yang lain

diam saja.

Peneliti juga menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada setiap

siswa untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa pada kondisi awal.

Pembagian kuesioner dilakukan pada hari Rabu, 16 September 2015. Siswa

terlebih dahulu membaca pernyataan-pernyataan pada kuesioner sebelum

memberikan checklist. Hasil perhitungan dari kuesioner yang dibagikan siswa

diperoleh hasil keaktifan sebesar 57,3 (sedang). Hasil tersebut diperoleh dari

isian kuesioner yang sudah dibagikan dan diisi oleh siswa yang menunjukkan

(26)

bertanya pada guru atau teman ketika mengalami kebingungan dalam

memahami materi, siswa tidak menjawab ketika diberi pertanyaan oleh guru.

Selain itu, banyak siswa yang memberikan checklist pada kolom SJ (Sangat

Jarang) pada pernyataan “saya berani menyampaikan hasil diskusi kelompok”

dan “saya menunjukkan sikap kerjasama terhadap teman satu kelompok”,

maka dapat disimpulkan bahwa siswa belum berani menyampaikan hasil

diskusi, masih kurang percaya diri untuk mengutarakan pendapat, dan juga

ketika belajar dalam kelompok beberapa siswa tidak terlibat aktif dalam

kelompok. Dari hasil observasi dan kueisoner tersebut maka diperoleh skor

keaktifan belajarsiswa pada kondisi awal sebesar 53,4 (rendah) menunjukkan

kriteria keaktifan yang dimiliki siswa “rendah”.

Keaktifan siswa yang rendah tentunya sangat berpengaruh terhadap

prestasi belajar. Peneliti memperoleh data prestasi belajar siswa untuk mata

pelajaran IPA tahun pelajaran 2014/ 2015 pada Kompetensi Dasar 2.1

Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan, diperoleh rata-rata

57,75 dengan 13 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 40,62% dan

19 siswa yang belum mencapai KKM dengan persentase 59,38%.

Berdasarkan permasalahan di atas, sangat perlu suatu usaha perbaikan

pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas V B SD Kanisius Sengkan.Salah satu

solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut adalah

dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams

(27)

membantu guru dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar kelas V B

SD Kanisius Sengkan.

Menurut Sanjaya(2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran

kooperatif STAD merupakan model pembelajaran menggunakan sistem

pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar

belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda

(heterogen). Pembelajaran kooperatif STAD memiliki tujuan untuk

menyampaikan informasi atau pembelajaran dengan cara guru menyuruh

siswa untuk berdiskusi dalam kelompok. Dalam kelompok tersebut siswa

akan aktif dalam membantu satu sama lain guna memperoleh hadiah

(achievement). Menurut Slavin (dalam Rusman, 2011:214), gagasan utama

STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu

sama lain untuk menguasai materi yang diajarkan guru. Berkaitan dengan hal

di atas maka peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam pembelajaran.

Alasan lain peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD karena penelitian-penelitian sebelumnya

telah membuktikan keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar. Mak‟ruf,dkk

(2015) telah membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Wahyuni,dkk (2013) telah

membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(28)

membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat meningkatkan prestasi belajar IPA. Abidin (2012) telah membuktikan

bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian

yang berjudul “Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas

VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD”. Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk dapat

mengetahui model-model pembelajaran yang efektif sehingga dapat

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA di

kelas V B SD Kanisius Sengkan.

1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan agar penelitian lebih mudah dan tidak

menyimpang dari permasalahan yang ada. Penelitian ini dibatasi sebagai

berikut:

1.2.1 Penelitian dibatasi pada dua variabel yaitu keaktifan dan prestasi

belajar siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan.

1.2.2 Penelitian ini pada KD 2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau

membuat makanan.

1.2.3 Tindakan yang dipilih oleh peneliti pada penelitian ini adalah dengan

(29)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA

siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan melalui model pembelajaran

Kooperatif tipe STAD?

1.3.2 Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas V B SD Kanisius

Sengkan dari tingkat keaktifan 53,4 (rendah) menjadi 75 (tinggi)?

1.3.3 Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD Kanisius

Sengkan dari nilai rata-rata 57,75 menjadi 70 dan dari persentase

ketuntasan 40,62% menjadi 75%?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi

belajar IPA siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.4.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas VB SD

Kanisius Sengkan melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dari tingkat keaktifan 53,4 (rendah) menjadi

(30)

1.4.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD

Kanisius Sengkan melalui penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dari 57,75 menjadi 70 dan dari persentase

ketuntasan 40,62% menjadi 75%.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut.

1.5.1 Bagi guru

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

melaksanakan pembelajaran agar dapat memilih model pembelajaran

yang tepat dalam pembelajaran sehingga dapat menunjang keaktifan

dan prestasi belajar siswa.

1.5.2 Bagi sekolah

Menambah koleksi perpustakaan tentang karya ilmiah guru yang

berupa PTK tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa

kelas VB SD Kanisius Sengkan.

1.5.3 Bagi siswa

Siswa mampu mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang

dimilikinya dengan terlibat aktif dalam pembelajaran.

1.5.4 Bagi peneliti lain

Memberi referensi hasil PTK tentang peningkatan keaktifan dan

prestasi belajar IPA kelas VB SD Kanisius Sengkan dengan

(31)

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Keaktifan belajar adalah kegiatan yang melibatkan siswa untuk

menemukan pengetahuan dan pengalaman, dengan cara ikut

berpartisipasi dalam pembelajaran.

1.6.2 Prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai secara maksimal

dalam waktu tertentu dan berupa angka (dalam penelitian ini,

prestasi belajar di ukur hanya dari nilai pada materi tertentu).

1.6.3 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) adalah model pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam tim

yang heterogen yang bertujuan untuk saling berinteraksi,

memotivasi, dan membantu dalam menguasai materi pelajaran guna

mencapai prestasi yang maksimal secara individual maupun sebagai

tim.

1.6.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari tentang gejala-gejala alam yang terjadi berdasarkan

pada hasil percobaan dan pengamatan atau peristiwa-peristiwa yang

(32)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab II ini peneliti membahas tentang kajian pustaka,

penelitian-penelitian yang relevan, peta literatur penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir,

hipotesis tindakan.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Keaktifan Belajar

2.1.1.1 Pengertian Keaktifan Belajar

Pada dasarnya belajar adalah proses aktif dari siswa dalam

mendapatkan pengetahuan, bukan hanya pasif mendengarkan guru

menjelaskan materi. Pembelajaran yang aktif menurut Uno (2011)

adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memperoleh

pengalaman dan belajar memecahkan masalah yang diperoleh.

Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran yang aktif

ini, keaktifan yang dimaksud bukan ramai berbicara dengan

temannya dan membuat gaduh kelas tetapi ikut serta dalam

pembelajaran seperti bertanya atau mengemukakan pendapat.

Menurut Yamin (2007:77) keaktifan siswa merupakan

kegiatan dalam proses pembelajaran yang dapat merangsang

dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis,

dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan

(33)

menekankan bahwa siswa mengalami sendiri untuk berlatih dengan

daya pikir, emosional dan keterampilannya melalui pengamatan,

pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja

sendiri, baik secara rohani maupun teknik.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

keaktifan belajar adalah kegiatan yang melibatkan siswa untuk

menemukan pengetahuan dan pengalaman, dengan cara ikut

berpartisipasi dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan

melakukan banyak latihan dan praktik dapat meningkatkan

keaktifan belajar siswa.

2.1.1.2 Indikator Keaktifan Belajar

Setiap siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda

dalam pembelajaran, baik itu senang ataupun sedih. Terkadang

siswa yang senang mengikuti pembelajaran maka siswa akan

menunjukkan keaktifan dalam pembelajaran. Untuk mengetahui

apakah siswa menunjukkan keaktifan dalam belajar atau tidak

diperlukan beberapa indikator. Keachie (dalam Yamin 2007:77)

berpendapat bahwa aspek terjadinya keaktifan siswa yaitu

partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran,

tekanan pada aspek afektif dalam belajar, partisipasi siswa dalam

kegiatan pembelajaran. Masih dalam buku yang sama terdapat

tujuh indikator yang mendukung terjadinya keaktifan siswa,

(34)

pembelajaran, 2) tekanan pada aspek afektif dalam belajar, 3)

partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang

berbentuk interaksi antar siswa, 4) kekompakan kelas sebagai

kelompok belajar, 5) kebebasan belajar yang diberikan kepada

siswa, 6) kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan

penting dalam pembelajaran, 7) adanya pemberian waktu untuk

mengatasi masalah siswa, baik yang berhubungan maupun yang

tidak berhubungan dengan siswa.

Menurut Dimyati dan Mudjono (2009:44-45) keaktifan

memiliki beraneka ragam bentuk. Bentuk keaktifan siswa

berupa kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan

psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik dapat berupa

membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan sedangkan

kegiatan psikis berupa berdiskusi dalam kelompok, melibatkan

diri dalam tanya jawab dan turut menyimpulkan pembelajaran.

Sanjaya (dalam Rusman 2013:395) menyebutkan contoh

kegiatan keaktifan meliputi: kegiatan mendengarkan, berdiskusi,

bermain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen,

membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan

praktik melakukan sesuatu. Menurut panduan pembelajaran ALIS

(Active Learning In School, 2009) (dalam Uno, 2011:75-76)

kegiatan pembelajaran yang mendukung terjadinya keaktifan

(35)

terkait dengan kehidupan nyata, pembelajaran mendorong siswa

untuk berpikir, pembelajaran mendorong gaya belajar siswa yang

berbeda-beda, pembelajaran mendorong siswa untuk berinteraksi

dengan siswa dan guru, pembelajaran menggunakan lingkungan

sebagai media atau sumber belajar, pembelajaran berpusat pada

siswa, penataan lingkungan yang memudahkan siswa untuk

melakukan kegiatan belajar, guru memantau proses belajar siswa,

dan guru memberi umpan balik terhadap hasil belajar siswa.

Dengan demikian indikator keaktifan siswa dalam

penelitian ini dan berhubungan dengan metode STAD adalah

keterliban siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka

ragam meliputi: 1) mencatat, memperhatikan, mendengarkan

penjelasan materi atau instruksi guru. 2) bekerjasama dalam

kelompok. 3) bertanya pada guru atau teman apabila belum

memahami materi. 4) mencari informasi dari berbagai sumber

belajar untuk memcahkan masalah.5) menerapkan langkah-langkah

cara kerja atau instruksi dari guru. 6) melatih diri memecahkan soal

atau mengerjakan soal LKS. 7) mampu mengkomunikasikan hasil

diskusi kelompok.

2.1.1.3 Faktor Yang Mendorong Keaktifan Belajar

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat

merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Selain

(36)

memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari. Setiap siswa memiliki tingkat keaktifan yang berbeda-beda,

karena keaktifan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor

pendorong. Seperti yang dikemukakan oleh Gagne dan Briggs

(dalam Yamin, 2007:84) mengatakan bahwa faktor-faktor yang

dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam

proses pembelajaran, yaitu:

a. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga

mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada

siswa).

c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

d. Memberikan stimulus (masalah,topik, dan konsep yang akan

dipelajari).

e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

g. Memberi umpan balik (feed back)

h. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga

kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.

Dari pendapat Gagne dan Briggs (dalam Yamin, 2007:84)

(37)

siswa, peneliti menyimpulkan bahwa peran guru dalam

pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keaktifan belajar

siswa, guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang dapat

menarik perhatian siswa, memunculkan aktivitas siwa dalam

kegiatan pembelajaran, memberikan umpan balik kepada siswa.

2.1.2 Prestasi Belajar

2.1.2.1 Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Poerwadarminta

(2007:786) prestasi adalah “hasil yang telah dicapai atau

dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”. Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008:895), prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan atau dikerjakan). Asmara (2009:11), prestasi

belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan

pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam

pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang

diberikan oleh guru. Menurut Hetika (2008:23), prestasi belajar

adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam

keahlian atau kumpulan pengetahuan. Sedangkan menurut Arifin

(2009:12) prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan

kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Dari beberapa

pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa prestasi

(38)

waktu tertentu dan berupa angka (dalam penelitian ini, prestasi

belajar di ukur hanya dari nilai pada materi tertentu).

2.1.2.2 Indikator Prestasi Belajar

Indikator pencapaian prestasi belajar adalah rata-rata nilai ulangan dan persentase jumlah siswa yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Rata-rata nilai ulangan yaitu skor

yang diperoleh siswa pada saat mengerjakan tes atau soal evaluasi

dan skor pencapaian didasari oleh KKM IPA sebesar 65. KKM

sebagai tanda bahwa siswa telah mencapai penguasaan atau

pemahaman materi IPA.

2.1.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Syah (2006:144) bahwa prestasi belajar siswa

dipengaruhi oleh tiga faktor yakni:

a. Faktor internal

yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

faktor internal terdiri dari:

1. Faktor jasmaniah faktor dari fisik individu. Faktor jasmaniah

ini meliputi kesehatan dan cacat tubuh.

2. Faktor psikologis yang meliputi tingkat inteligensi, perhatian,

minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3. Faktor kelelahan. Keadaan individu ketika sedang belajar akan

(39)

individu mengikuti pembelajaran dalam keadaan lelah maka

hasil belajarnya pun kurang maksimal.

b. Faktor eksternal

yaitu faktor dari luar individu. Faktor eksternal terdiri dari:

1. Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2. Faktor dari lingkungan sekolah yaitu metode mengajar guru,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar

diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas

rumah.

3. Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat,

teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Guru

sebaiknya mampu melakukan pembelajaran yang bervariasi supaya

siswa tertarik dan aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar

siswa akan maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

(40)

faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri

individu/ kondisi peserta didik. Faktor eksternal merupakan faktor

dari luar individu terdiri dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan

juga pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru.

2.1.3 Model Pembelajaran

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

Suprijono (2013:6), model pembelajaran adalah suatu

pedoman yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di

kelas maupun tetorial. Suprijono juga menjelaskan bahwa guru

memiliki peran penting dalam menentukan atau menggunakan

model pembelajaran tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Raharjo (2012:7) menambahkan bahwa tujuan pembelajaran akan

tercapai secara maksimal, apabila seorang guru dapat

menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan pengertian model pembelajaran yang

dikemukakan oleh Suprijono dan Raharjo dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan

dalam menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran

secara maksimal.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan di

(41)

berkelompok). Menurut Isjoni (2009:23) pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan

untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada

siswa (student oriented). Menurut Johnson & Johnson (dalam

Isjoni, 2009:23), pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan

siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa

dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka

miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif

adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok

bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat

dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat

mereka secara berkelompok.

Slavin (1955:56) menambahkan tentang hal-hal yang

ditekankan dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif serta

beranggotakan 4-6 anggota dengan struktur anggota yang

heterogen. Struktur anggota yang heterogen berdasarkan

kemampuan akademik, jenis kelamin, latar belakang, dan etnis

yang berbeda-beda (Isjoni, 2013:49). Selain pembentukan

kelompok yang heterogen, pembelajaran kooperatif melibatkan

(42)

Hal ini dijelaskan oleh Rusman (2013:202-203), setiap anggota

kelompok harus bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami pelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6

anggota dengan struktur anggota yang heterogen.

2.1.4.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2013:206-207), model pembelajaran

kooperatif memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:

1) Pembelajaran secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

dilakukan secara kelompok/tim. Kelompok adalah tempat

untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap anggota

kelompok harus saling membantu untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

2) Didasarkan pada manajemen pembelajaran kooperatif

Manajemen kooperatif, artinya dalam pembelajaran

kooperatif memerlukan perencanaan yang matang,

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, bekerja sama

antaranggota kelompok, dan perlu ditentukan kriteria

(43)

3) Kemauan untuk bekerjasama

Adanya kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama.

Kemampuan dan kemauan ini digunakan untuk meningkatkan

keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah.

Dalam pembelajaran kooperatif ini, tidak adanya kerjasama

antaranggota kelompok juga akan berpengaruh pada hasil yang

dicapai tidak maksimal.

4) Keterampilan untuk bekerjasama.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa perlu dikembangkan

keterampilan bekerjasama, sehingga setiap siswa berinteraksi

dan berkomunikasi untuk menyampaikan pendapatnya.

Keempat karakteristik yang dikemukakan oleh Rusman di

atas, Raharjo menambahkan satu karakteristik pembelajaran

kooperatif, yaitu pembentukan kelompok secara heterogen.

Kelompok dibentuk dari berbagai siswa yang memiliki

kemampuan akademik yang beda, baik tingkat kemampuan

tinggi, sedang, atau rendah. Pembentukan kelompok juga

dibentuk dari siswa yang berasal dari jenis kelamin, budaya,

dan etnis yang berbeda-beda (Raharjo, 2012:15). Dengan

demikian, karakteristik pembelajaran kooperatif adalah proses

pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok,

pembentukan kelompok secara heterogen, adanya manajemen

(44)

bekerja dalam kelompok.

2.1.4.3Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1995:71), pembelajaran kooperatif dapat dibagi

menjadi beberapa macam, yaitu:

1) Student Teams Achievement Division (STAD)

Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,

dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan

anggota 4-5 siswa secara heterogen. Siswa bekerja di dalam tim

dan guru memastikan semua anggota menguasai materi sehingga

prestasi individual maupun tim dapat optimal.

2) Teams Games Tournament (TGT)

Siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain

untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim mereka.

Permainan disusun dari pernyataan-pernyataan yang relevan

dengan pelajaran yang di rancang untuk mengetahui pemahaman

siswa terhadap pelajaran di kelas.

3) Jigsaw

Siswa dibagi berkelompok dengan jumlah 5-6 siswa secara

heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan

untuk membuat sub bab yang berbeda-beda sesuai dengan yang

ditugaskan. Kelompok siswa yang sedang mempelajari sub bab ini

(45)

kelompok asal mereka bergantian mengajarkan kepada teman

sekelompoknya tentang hasil diskusinya di kelompok ahli.

4) Think Pair Share

Tipe ini dirancang untuk memperangaruhi pola interaksi sisswa.

Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam

kelompok kecil (2-6 anggota).

Tahap 1 : Thinking (berpikir)

Tahap 2 : Pairing (berpasangan)

Tahap 3: Sharing (berbagi)

5) Numbered Head Together

Pembelajaran tipe ini adalah variasi dari diskusi kelompok.

Pembelajaran ini dikembangkan oleh Russ Frank dengan tujuan

adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi

gagasan dan jawaban yang tepat.

2.1.5Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Student Team Achievement Division (STAD) menurut Hanafiah

dan Cucu (2012:44) merupakan tipe pembelajaran kooperatif dengan

menggunakan kelompok kecil. Tipe STAD yang dikembangkan oleh

Robert Slavin adalah metode paling sederhana yang digunakan oleh para

guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa, baik

secara verbal maupun tertulis (Sugiyanto, 2010:44). Sedangkan menurut

(46)

kooperatif yang paling banyak diteliti karena sangat mudah dan paling

tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti digunakan

dalam matematika, IPA, IPS, PKn, dll pada jenjang pendidikan dari

tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. STAD (Student Team

Achievement Division) merupakan metode yang melibatkan “kompetisi”

antarkelompok, pemilihan kelompok sangat beragam berdasarkan

kemampuan, jenis kelamin, ras atau etnis (Huda, 2014:116). Siswa

mempelajari materi secara berkelompok kemudian mereka diuji secara

individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota

menentukan skor yang didapatkan oleh kelompok. Jadi setiap anggota

harus memperoleh nilai yang maksimal jika ingin kelompok mereka

mendapatkan nilai tertinggi. Tipe ini merupakan salah satu tipe kooperatif

yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk

saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran

guna mencapai materi yang maksimal (Isjoni, 2013:74).

Kesimpulan peneliti tentang STAD adalah suatu tipe pembelajaran

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalamtim

yang heterogen yang bertujuan untuk saling berinteraksi, memotivasi, dan

membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang

maksimal secara individual maupun sebagai tim.

2.1.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut

(47)

1. Penyampaian Tujuan Pembelajaran

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

pada pembelajaran tersebut.

2. Pembagian kelompok

Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompoknya terdiri

dari 4-5 siswa yang hetergoen, baik jenis kelamin, ras, etnik,

maupun kemampuan.

3. Presentasi Materi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu

menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai serta pentingnya

pokok bahasan yang akan di pelajari dan pentingnya guru untuk

memberikan semangat agar siswa dapat belajar dengan aktif

terlibat langsung dalam pembelajaran.

4. Kegiatan Belajar dalam Tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang dibagi secara

heterogen yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembar kerja

sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota

menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama

bekerja di dalam tim, guru melakukan pengamatan, memberikan

(48)

5. Kuis

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis

tentang materi yang dipelajari dan melakukan penilaian terhadap

hasil pada setiap kelompok. Siswa diberikan kuis secara individual

dan jika berhasil menjawab dengan benar maka poin tersebut akan

berpengaruh pada nilai kelompok.

6. Penghargaan Prestasi Tim

Pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok yang

dilakukan guru adalah untuk memotivasi siswa dalam belajar

secara individu maupun kelompok.

2.1.5.3 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Sumantri (2002:35) kelebihan dalam menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain sebagai berikut:

1) Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung

tinggi norma-norma kelompok.

2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama

berhasil.

3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok.

4) Interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan

mereka dalam berpendapat.

Berdasarkan pendapat Sumantri tentang kelebihan STAD, maka

(49)

aktif dalam pembelajaran untuk berlomba dalam mengumpulkan poin.

Dengan adanya kompetisi untuk mengumpulkan poin membuat siswa

lebih antusias, aktif dalam pembelajaran.

Poin ini diperoleh dari kerja individu yang akan berpengaruh pada

peroleh poin tim.

2.1.6 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.6.1 Hakikat IPA

Menurut Kurikulum KTSP (2006:486), Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta -fakta, konsep -

konsep, atau prinsip -prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan. Marsetio Donosepoetro

(dalam Trianto 2012:137) menyebutkan hakikat IPA ada 3 yaitu

sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sedangkan

menurut Djojosoediro (2010:27-38), pada hakikatnya IPA

diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu: IPA sebagai proses, IPA

(50)

1) IPA sebagai proses

IPA juga perlu memahami bagaimana menghubungkan

fakta-fakta yang meliputi cara kerja, cara berpikir, dan cara

memecahkan masalah. Hal-hal tersebut disebut dengan proses

ilmiah. Proses tersebut diantaranya adalah mengamati,

mengukur, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, dan

menarik kesimpulan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses

IPA adalah mengamati, mencoba, memahami, dan menganalisis.

2) IPA sebagai produk

Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori. Fakta merupakan

pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau peristiwa

yang betul terjadi. Fakta-fakta tersebut kemudian digabungkan

menjadi suatu konsep. Hubungan konsep-konsep tersebut

kemudian digeneralisasikan menjadi prinsip IPA. Prinsip-prinsip

yang sudah diterima tersebut membentuk suatu hukum-hukum

alam yang bersifat tentatif yaitu dapat berubah bila ditemukan

fakta baru.

3) IPA sebagai sikap ilmiah

IPA dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa tentang

benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab

akibat. Selain itu, IPA dianggap sebagai sarana untuk

(51)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA

memiliki tiga unsur penting yaitu sebagai proses, produk, dan

sikap. Ketiga unsur tersebut diharapkan dapat muncul sehingga

siswa dapat mengalami pembelajaran secara utuh dan

menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena

alam. Sikap dalam pembelajaran IPA dapat menumbuhkan

berbagai sikap ilmiah diantaranya sikap ingin tahu, percaya diri,

jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta.

2.1.6.2 Pembelajaran IPA SD

Menurut Darmojo (1992:3) berpendapat bahwa IPA adalah

pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta

dengan segala isinya. Menurut Nash (dalam Hendro Darmojo,

1992:3) mengemukakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode

untuk mengamati alam sekitar. Nash juga menjelaskan bahwa cara

IPA mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, dan dapat

menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain,

sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru

tentang objek yang diamatinya. Setiap guru kelas harus dapat

mengerti kenapa IPA di ajarkan di kelas. Ada beberapa alasan

kenapa IPA di ajarkan di kelas yaitu : 1) bahwa IPA berfaedah bagi

suatu bangsa, kiranya tidak perlu di persoalkan panjang lebar. IPA

merupakan dasar teknologi yang sering disebut sebagai tulang

(52)

tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang

memberikan kesempatan berpikir kritis. 3) bila IPA diajarkan

melalui percobaan – percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak,

maka IPA tidak merupakan mata pelajaran yang hanya berupa

hafalan saja. 4) mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai

pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk

kepribadian anak secara keseluruhan.

IPA mampu melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif.

Pengetahuan yang benar yaitu pengetahuan yang dibenarkan

menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif.

Rasional yaitu masuk akal atau logis dan dapat di terima oleh akal

sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan

kenyataan atau sesuai dengan pengalamanpengamatan melalui

panca indera. IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam

masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi sangat penting di

sekolah. Setiap guru harus memahami masalah dalam suatu mata

pelajaran yang di ajarkan di kelas. Guru IPA harus benar – benar

memahami materi sehingga guru mampu menjelaskan kegunaan –

kegunaan yang dapat di peroleh dalam pelajaran IPA di sekolah.

Pembelajaran IPA saat ini lebih menekankan pada siswa

dari pada guru di kelas. Guru memiliki cara untuk membuat siswa

belajar memahami materi IPA, dan aktif dalam pembelajaran di

(53)

dan siswa dapat mengolah informasi dari guru berdasarkan

pemahaman yang telah dimiliki oleh siswa.

Mata pelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP SD/

MI 2006 adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam

ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara

IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang lingkup kajian IPA di SD menurut Kurikulum KTSP

(54)

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta

kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,

padat, dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,

magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

2.1.6.3 Materi Pembelajaran IPA Kelas V KD 2.1

Materi pembelajaran IPA kelas V pada penelitian ini yaitu

KD 2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan.

Cara tumbuhan hijau disebut juga fotosintesis. Tumbuhan hijau

merupakan makhluk hidup yang dapat membuat makanannya

sendiri. Oleh karena itu, tumbuhan hijau merupakan sumber

makanan bagi makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Bagian

tumbuhan yang berperan dalam pembuatan makanan tumbuhan

hijau antara lain: akar, batang, dan daun. Dari ketiga bagian

tersebut, yang sangat berperan adalah daun. Proses fotosintesis

berlangsung pada daun yang mengandung klorofil berkemampuan

membuat makanan sendiri disebut autotrof. Bahan-bahan untuk

membuat makanan adalah air (H2O) dan karbondioksida (CO2).

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Literatur Penelitian yang Relevan
Gambar 2.1 merupakan bagan penelitian yang relevan dengan
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kromatogram Gambar 15 memperlihatkan bahwa secara kuantitatif produk isomerisasi eugenol dengan radiasi gelombang mikro tanpa pelarut lebih besar daripada menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan alat interaksi berupa pointer marker sebagai media pembelajaran berbasis sistem AR, mengetahui tanggapan pengguna

Sedangkan booklet, menyajikan pesan lebih lengkap sehingga memperkuat pesan yang sudah dimuat oleh brosur dan dapat lebih. meyakinkan masyarakat khususnya calon

Faktor pendukung yang menonjol dalam kepemimpinan kepala sekolah di SD Negeri Balerejo 1 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak, adalah dukungan guru walaupun guru

Peneliti akan mengkaji tentang efek situs goal.com pada pemberitaan intermilan fc terhadap komunitas Inter Club Indonesia Moratti Salatiga dalam hal ini anggota

- Mklumt pengetahuan sns mengenai apa, kemahiran proses sains mengenai bagaimana tntang sains.. - Mmebolehkn mrd bina soalan & cari jwpn scara

dapat menyelesaikan Laporan Magang yang berjudul “ Pembinaan Kredit Kepada Nasabah pada PT.Bank Bukopin Cabang Padang ”. Dalam penulis Laporan Magang ini penulis

Mengingat impulse buying sangat memberikan manfaat bagi pelaku ritel, penelitian ini berusaha untuk mengkaji faktor-faktor yang ada di dalam diri konsumen meliputi