ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V B SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Arum Purna Andari
Universitas Sanata Darma 2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016; (2) meningkatkan keaktifan belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA; (3) meningkatkan prestasi belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 40 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar observasi keaktifan, dan tes pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif-kualitiatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: menyampaikan tujuan, pembagian kelompok, presentasi guru, kegiatan belajar dalam kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan kepada tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor keaktifan kondisi awal 53,4 (rendah), pada siklus I menjadi 70,4 (tinggi), dan pada siklus II menjadi 79,7 (tinggi); (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal 57,75, dengan persentase ketuntasan 40,62%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 70,6, dengan persentase ketuntasan 67,57%, dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 73,6 dengan persentase ketuntasan 86,1%.
ABSTRACT
IMPROVEMENT OF ACTIVE INVOLVEMENT AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE OF V BGRADE STUDENTS OF KANISIUS SENGKAN ELEMENTARY
SCHOOL THROUGH THE IMPLEMENTATION OF STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL achievement in Science subject through the implementation of STAD Cooperative learning model of V B grade students of Kanisius Sengkan Elementary Schoolyear 2015/2016; (2) improve active involvement in Science through the implementation of STAD Cooperative Learning Model; and (3) improve learning achievement in Science the implementation of STAD Cooperative Learning Model.
This research is an Action Research (AR) which was conducted in 2 cycles.The research subjects were V B grade students of Kanisius Sengkan Elementary School of academic year 2015/2016, as many as 40 children.The research object is the improvement of the active involvement and learning achievement in Science. Instruments used in this research were observation sheets, quesionnaire, and multiple-choice tests. The data anaylis technique used is a descriptive quantitative-qualitative analysis.
The result of research shows that: (1) ways to improve active involvement and learning achievement in Science through the implementation of STAD Cooperative learning model in class subjects V B grade studentsof Kanisius Sengkan Elementary School year 2015/2016 steps is conveying the purpose, the division of the group of teachers, presentation, learning in groups, quizzes, and award to students.(2) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve active involvement in Science of V B grade students.. It can be seen from the improvement of learning activeness scores which was started from 53,4 (low), in the cycle I increased to 70,4 (high), in the cycle II increased to 79,7 (high); (3) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve learning achievement in Science of V B grade students. It can be seen from the improvement of the learning achievement of which the initial mean evaluation score was 57,75, with a percentage of completeness 40,62%, after the action on the cycle I increased on average to 70,6, with a percentage of 67,57%, cycle II of the average increased to 73,6 with 86,1%.
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS V B SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Arum Purna Andari
NIM: 121134216
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS V B SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Arum Purna Andari
NIM: 121134216
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Allah SWT yang senantiasa membimbing, memberikan kekuatan, menjaga
dan melindungi perjalanan hidupku
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
Bapak dan Ibuku, Bapak Hariyanto dan Ibu Mulyati yang selalu menjadi
semangatku untuk menjadi pribadi yang kuat dan lebih baik lagi. Terimakasih
atas doa dan dukungannya selama ini.
Kakakku Femberiyanto Dwi Raharjo dan Kakakku Prasetyo Jati Nugroho
yang senantiasa memberi dorongan, motivasi untukku selama ini terlebih
dalam penyelesaian skripsi ini.
Reza Trilaksana Bimawibawa yang selalu memotivasi dan memberi semangat
v MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”
(QS. Al-Insyirah,6-8)
"Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah."
(Thomas Alva Edison)
Cara terbaik menemukan masa depan adalah dengan menciptakannya.
(Abraham Lincoln)
Dalam hidup ini, semua tidak ada yang instan, tetapi butuh perjuangan dan
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Maret 2016
Yang membuat pernyataan,
Arum Purna Andari
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Arum Purna Andari
Nomor Mahasiswa : 121134216
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul
“PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA
KELAS VB SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARANKOOPERATIFTIPE STAD”
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 17 Maret 2016
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V B SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Arum Purna Andari
Universitas Sanata Darma 2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016; (2) meningkatkan keaktifan belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA; (3) meningkatkan prestasi belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 40 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, lembar observasi keaktifan, dan tes pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif-kualitiatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2015/2016 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: menyampaikan tujuan, pembagian kelompok, presentasi guru, kegiatan belajar dalam kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan kepada tim; (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor keaktifan kondisi awal 53,4 (rendah), pada siklus I menjadi 70,4 (tinggi), dan pada siklus II menjadi 79,7 (tinggi); (3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal 57,75, dengan persentase ketuntasan 40,62%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 70,6, dengan persentase ketuntasan 67,57%, dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 73,6 dengan persentase ketuntasan 86,1%.
ix ABSTRACT
IMPROVEMENT OF ACTIVE INVOLVEMENT AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE OF V BGRADE STUDENTS OF KANISIUS SENGKAN ELEMENTARY SCHOOL THROUGH THE IMPLEMENTATION
OF STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL Arum Purna Andari
Sanata Dharma University 2016
The background of the research was low active involvement and learning achievement in class V B Of Kanisius Sengkan Elementary School. The aims of this research was to know (1) ) describe ways to improve active involvement and learning achievement in Science subject through the implementation of STAD Cooperative learning model of V B grade students of Kanisius Sengkan Elementary Schoolyear 2015/2016; (2) improve active involvement in Science through the implementation of STAD Cooperative Learning Model; and (3) improve learning achievement in Science the implementation of STAD Cooperative Learning Model.
This research is an Action Research (AR) which was conducted in 2 cycles.The research subjects were V B grade students of Kanisius Sengkan Elementary School of academic year 2015/2016, as many as 40 children.The research object is the improvement of the active involvement and learning achievement in Science. Instruments used in this research were observation sheets, quesionnaire, and multiple-choice tests. The data anaylis technique used is a descriptive quantitative-qualitative analysis.
The result of research shows that: (1) ways to improve active involvement and learning achievement in Science through the implementation of STAD Cooperative learning model in class subjects V B grade studentsof Kanisius Sengkan Elementary School year 2015/2016 steps is conveying the purpose, the division of the group of teachers, presentation, learning in groups, quizzes, and award to students.(2) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve active involvement in Science of V B grade students.. It can be seen from the improvement of learning activeness scores which was started from 53,4 (low), in the cycle I increased to 70,4 (high), in the cycle II increased to 79,7 (high); (3) the implementation of STAD Cooperative learning model can improve learning achievement in Science of V B grade students. It can be seen from the improvement of the learning achievement of which the initial mean evaluation score was 57,75, with a percentage of completeness 40,62%, after the action on the cycle I increased on average to 70,6, with a percentage of 67,57%, cycle II of the average increased to 73,6 with 86,1%.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPASISWA KELAS VB SD K SENGKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIFTIPE STAD” dengan lancar sesuai dengan waktu yang diharapkan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1 PGSD
Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan
baik,tanpa bantuan dan dorongan dari berbagi pihak. Maka pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Drs. Y.B. Adimassana, M. A., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan arahan, serta sumbangan pemikiran untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Agnes Herlina Dwi H, S.Si., M.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing II, yang
telah memberikan arahan, serta sumbangan pemikiran untuk menyelesaikan
skripsi ini.
6. M. Sri Wartini selaku Kepala SD Kanisius Sengkan yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis.
7. Irene Widiastuti, S.Pd., selaku guru kelas V B SD Kanisius Sengkan yang telah
xi
8. Para guru SD Kanisius Sengkan yang telah meluangkan waktu dan membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Siswa/ siswi kelas V B SD Kanisius Sengkan yang telah bekerjasama selama
penelitian.
10. Teman-teman PPL yang telah membantu dan berbagi dalam penyusunan skripsi.
11. Para dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma yang penuh kesabaran mendidik dan membimbing
peneliti selama menempuh kuliah.
12. Teman-teman PGSD angkatan 2012 khususnya kelas E, yang berjuang dalam
suka dan duka bersama menempuh pendidikan di PGSD.
13. Keluargaku. Bapak Hariyanto, Ibu Mulyati, Fembriyanto Dwi Raharjo, Prasetyo
Jati Nugroho, dan Lucky Lusiana yang selalu memberikan bantuan moril,
materi, dan spiritual kepada penulis sehingga skripsi ini selesai pada waktunya.
14. Reza Trilaksana Bimawibawa yang selalu memberikan motivasi, dukungan,
semangat untuk memberikan yang terbaik, khususnya untuk menyelesaikan
skripsi ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima sumbangan baik pemikiran, kritik
maupun saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini
bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Penulis,
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 7
xiii
1.4 Tujuan Penelitian ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
1.6 Definisi Operasional ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 34
2.3 Peta Literatur ... 37
2.4 Kerangka Berpikir ... 39
2.5 Hipotesis Tindakan ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
3.1 Jenis Penelitian ... 42
3.2 Setting Penelitian ... 44
3.3 Persiapan ... 46
3.4 Rencana Tiap Siklus ... 47
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 55
3.6 Instrumen Penelitian ... 60
3.7Uji Validitas dan Reliabilitas ... 69
3.7.1 Validitas ... 69
3.7.2 Reliabilitas ... 77
3.8Teknik Analisis Data ... 79
3.8.1 Perhitungan Keaktifan dan Prestasi ... 80
xiv
3.8.1.2 Prestasi Belajar ... 81
3.9 Kriteria Keberhasilan ... 82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84
4.1 Hasil Penelitian ... 84
4.2 Pembahasan ... 122
BAB V PENUTUP ... 140
5.1 Kesimpulan ... 140
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 141
5.3 Saran ... 141
DAFTAR PUSTAKA ... 143
LAMPIRAN ... 147
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 45
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 61
Tabel 3.3 Lembar Observasi ... 62
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner... 63
Tabel 3.5 Lembar Kuesioner ... 64
Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Kuesioner ... 65
Tabel 3.7 Kriteria Penskoran Belajar ... 65
Tabel 3.8 Kategori Penskoran Keaktifan Belajar ... 66
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 68
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 68
Tabel 3.11 Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus I ... 72
Tabel 3.12 Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus II ... 73
Tabel 3.13 Kriteria Validitas ... 74
Tabel 3.14 Hasil Rata-Rata Validasi Instrumen Keaktifan ... 75
Tabel 3.15 Hasil Rata-Rata Validasi Perangkat Pembelajaran ... 75
Tabel 3.16 Kriteria Koefisien Reliabilitas menurut Sugiyono ... 77
Tabe 3.17 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 78
Tabel 3.18 Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 78
xvi
Tabel 3.20 Kriteria Keberhasilan ... 83
Tabel 4.1 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus I... 91
Tabel 4.2 Hasil Isian Kuesioner Keaktifan Belajar Siklus I ... 93
Tabel 4.3 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus II ... 103
Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Keaktifan Belajar Siklus II ... 104
Tabel 4.5 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Kondisi Awal... 106
Tabel 4.6 Hasil Isian Keaktifan Belajar Kuesioner Kondisi Awal ... 108
Tabel 4.7 Keaktifan Belajar Pada Kondisi Awal ... 110
Tabel 4.8 Capaian Keaktifan Belajar Siklus I Berdasar Observasi ... 110
Tabel 4.9 Capaian Keaktifan Belajar Siklus I Berdasar Kuesioner ... 111
Tabel 4.10 Capaian Keaktifan Belajar Pada Siklus I ... 113
Tabel 4.11 Capaian Keaktifan Belajar Siklus II Berdasar Observasi ... 113
Tabel 4.12 Capaian Keaktifan Belajar Siklus II Berdasar Kuesioner ... 115
Tabel 4.13 Capaian Keaktifan Belajar Pada Siklus II ... 116
Tabel 4.14 Hasil Prestasi Belajar Pada Kondisi Awal ... 117
Tabel 4.15 Hasil Prestasi Belajar Pada Siklus I ... 119
Tabel 4.16 Hasil Prestasi Belajar Pada Siklus II ... 120
Tabel 4.17 Hasil Observasi dan Kuesioner Keaktifan Belajar ... 129
Tabel 4.18 Peningkatan Keaktifan Belajar... 130
Tabel 4.19 Peningkatan Prestasi Belajar ... 135
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 37
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 40
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 43
Gambar 4.1 Peningkatan Keaktifan Belajar ... 131
Gambar 4.2 Persentase KKM Kondisi Awal ... 133
Gambar 4.3 Persentase KKM Siklus I ... 134
Gambar 4.4 Persentase KKM Siklus II ... 134
Gambar 4.5 Peningkatan Rata-Rata Belajar Siswa ... 136
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Validasi Instrumen ... 148
LAMPIRAN 2 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 155
LAMPIRAN 3 Hasil Observasi dan Kuesioner Kondisi Awal ... 178
LAMPIRAN 4 Data Nilai Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015... 183
LAMPIRAN 5 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 185
LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 206
LAMPIRAN 7 Soal Evaluasi ... 227
LAMPIRAN 8 Hasil LKS Siklus I ... 238
LAMPIRAN 9 Hasil LKS Siklus II ... 240
LAMPIRAN 10 Hasil Soal Evaluasi ... 242
LAMPIRAN 11 Hasil Lembar Observasi dan Kuesioner Siklus I ... 251
LAMPIRAN 12 Hasil Lembar Observasi dan Kuesioner Siklus II ... 258
LAMPIRAN 13 Hasil Wawancara... 265
LAMPIRAN 14 Hasil Validitas dan Reliabilitas Siklus I dan Siklus II ... 268
LAMPIRAN 15 Foto-foto Kegiatan ... 277
1 BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I ini, peneliti akan membahas tentang latar belakang,
pembatasan masalah, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian,
dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan
peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis
serta bertanggung jawab (Permendiknas No. 20 Tahun 2003). Menurut
Mulyasa (2013:16) pendidikan harus mengantisipasi kemungkinan kejadian
yang akan terjadi di masa depan sehingga perlu pembekalan dalam berbagai
kompetensi bagi siswa. Dalam pendidikan terdapat proses pengubahan sikap
dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara dan perbuatan
mendidik (Syahrun, 1993:16). Salah satu pelajaran yang mendidik di
lingkungan Sekolah Dasar adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
menjelajahi dan memahami alam sekitar.
Sedangkan tujuan mata pelajaran IPA antara lain: (1) memperoleh
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; (2) mengembangkan
pengetahuan, pemahaman konsep–konsep yang bermanfaat diterapkan dalam
kehidupan sehari–hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap kognitif
dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat; (4) mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan; (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; (6) meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan Tuhan; (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan
keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs
(BSNP, 2006:484).
Dalam (BSNP, 2006:142) tentang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan
salah satu mata pelajaran di SD yang berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan berupa fakta–fakta, konsep–konsep atau prinsip saja tetapi juga
Berdasarkan paparan di atas, IPA sangat penting diajarkan pada siswa
di SD. Agar siswa dapat mencapai tujuan belajar IPA dengan baik, maka
siswa perlu dibiasakan untuk belajar aktif. Hal ini sejalan dengan ahli
pendidikan (Hamalik, 2007:170) yang menyatakan bahwa siswa adalah suatu
organisme hidup, di dalam dirinya terdapat prinsip aktif. Oleh karena itu
diharapkan dalam kegiatan pembelajaran, keaktifan belajar siswa harus
menjadi dasar untuk mencapai tujuan belajar.
Namun, kenyataan di lapangan, keaktifan belajar siswa pada mata
pelajaran IPA masih menjadi permasalahan. Menurut Susanto (2013:166)
para guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dalam
melibatkan siswa serta belum menggunakan berbagai model pembelajaran
yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran. Dalam proses
pembelajaran, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku sebagai
satu-satunya sumber belajar mengajar.
Permasalahan di atas juga ditemui di kelas V B SD Kanisius
Sengkan.Hasil wawancara dengan guru IPA pada hari Jumat, 11 September
2015, peneliti memperoleh keterangan bahwa guru IPA menyadari dalam
proses pembelajaran di kelas memang masih sering menggunakan model
pembelajaran seperti ceramah. Selain itu, selama pelajaran beberapa siswa
tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa tersebut asik berbicara dengan
temannya. Kebanyakan siswa tidak bertanya ketika guru memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya. Siswa juga jarang membuat catatan, siswa
masing-masing. Guru IPA kelas V B SD Kanisius Sengkan juga menambahkan ketika
ia memberikan tugas kelompok, tidak semua anggota kelompok mengerjakan
hanya beberapa siswa saja yang ikut mengerjakan tugas kelompok tersebut.
Peneliti juga mengamati proses pembelajaran dengan instrumen keaktifan
(lembar observasi) yang telah dibuat. Pengamatan atau observasi dilakukan
pada hari Senin, 14 September 2015. Dari pengamatan yang telah peneliti
lakukan diperoleh hasil keaktifan sebesar 49,45 (rendah). Hasil tersebut
diperoleh dari observasi yang menunjukkan siswa kurang memperhatikan
ketika diberi penjelasan atau instruksi dari guru, siswa tidak mendengarkan
ketika ada teman berpendapat dalam kelompok, siswa tidak menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan juga siswa tidak bertanya ketika
diberi kesempatan bertanya oleh guru. Selain itu kerjasama ketika belajar
dalam kelompok masih kurang, hal ini ditunjukkan ketika mengerjakan tugas
dalam kelompok hanya beberapa saja yang mengerjakan, sedangkan yang lain
diam saja.
Peneliti juga menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada setiap
siswa untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa pada kondisi awal.
Pembagian kuesioner dilakukan pada hari Rabu, 16 September 2015. Siswa
terlebih dahulu membaca pernyataan-pernyataan pada kuesioner sebelum
memberikan checklist. Hasil perhitungan dari kuesioner yang dibagikan siswa
diperoleh hasil keaktifan sebesar 57,3 (sedang). Hasil tersebut diperoleh dari
isian kuesioner yang sudah dibagikan dan diisi oleh siswa yang menunjukkan
bertanya pada guru atau teman ketika mengalami kebingungan dalam
memahami materi, siswa tidak menjawab ketika diberi pertanyaan oleh guru.
Selain itu, banyak siswa yang memberikan checklist pada kolom SJ (Sangat
Jarang) pada pernyataan “saya berani menyampaikan hasil diskusi kelompok”
dan “saya menunjukkan sikap kerjasama terhadap teman satu kelompok”,
maka dapat disimpulkan bahwa siswa belum berani menyampaikan hasil
diskusi, masih kurang percaya diri untuk mengutarakan pendapat, dan juga
ketika belajar dalam kelompok beberapa siswa tidak terlibat aktif dalam
kelompok. Dari hasil observasi dan kueisoner tersebut maka diperoleh skor
keaktifan belajarsiswa pada kondisi awal sebesar 53,4 (rendah) menunjukkan
kriteria keaktifan yang dimiliki siswa “rendah”.
Keaktifan siswa yang rendah tentunya sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Peneliti memperoleh data prestasi belajar siswa untuk mata
pelajaran IPA tahun pelajaran 2014/ 2015 pada Kompetensi Dasar 2.1
Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan, diperoleh rata-rata
57,75 dengan 13 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 40,62% dan
19 siswa yang belum mencapai KKM dengan persentase 59,38%.
Berdasarkan permasalahan di atas, sangat perlu suatu usaha perbaikan
pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas V B SD Kanisius Sengkan.Salah satu
solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut adalah
dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams
membantu guru dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar kelas V B
SD Kanisius Sengkan.
Menurut Sanjaya(2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif STAD merupakan model pembelajaran menggunakan sistem
pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda
(heterogen). Pembelajaran kooperatif STAD memiliki tujuan untuk
menyampaikan informasi atau pembelajaran dengan cara guru menyuruh
siswa untuk berdiskusi dalam kelompok. Dalam kelompok tersebut siswa
akan aktif dalam membantu satu sama lain guna memperoleh hadiah
(achievement). Menurut Slavin (dalam Rusman, 2011:214), gagasan utama
STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu
sama lain untuk menguasai materi yang diajarkan guru. Berkaitan dengan hal
di atas maka peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam pembelajaran.
Alasan lain peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD karena penelitian-penelitian sebelumnya
telah membuktikan keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar. Mak‟ruf,dkk
(2015) telah membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Wahyuni,dkk (2013) telah
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan prestasi belajar IPA. Abidin (2012) telah membuktikan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian
yang berjudul “Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas
VB SD K Sengkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD”. Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk dapat
mengetahui model-model pembelajaran yang efektif sehingga dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA di
kelas V B SD Kanisius Sengkan.
1.2 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan agar penelitian lebih mudah dan tidak
menyimpang dari permasalahan yang ada. Penelitian ini dibatasi sebagai
berikut:
1.2.1 Penelitian dibatasi pada dua variabel yaitu keaktifan dan prestasi
belajar siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan.
1.2.2 Penelitian ini pada KD 2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau
membuat makanan.
1.2.3 Tindakan yang dipilih oleh peneliti pada penelitian ini adalah dengan
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA
siswa kelas V B SD Kanisius Sengkan melalui model pembelajaran
Kooperatif tipe STAD?
1.3.2 Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas V B SD Kanisius
Sengkan dari tingkat keaktifan 53,4 (rendah) menjadi 75 (tinggi)?
1.3.3 Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD Kanisius
Sengkan dari nilai rata-rata 57,75 menjadi 70 dan dari persentase
ketuntasan 40,62% menjadi 75%?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi
belajar IPA siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1.4.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas VB SD
Kanisius Sengkan melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dari tingkat keaktifan 53,4 (rendah) menjadi
1.4.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V B SD
Kanisius Sengkan melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dari 57,75 menjadi 70 dan dari persentase
ketuntasan 40,62% menjadi 75%.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai berikut.
1.5.1 Bagi guru
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
melaksanakan pembelajaran agar dapat memilih model pembelajaran
yang tepat dalam pembelajaran sehingga dapat menunjang keaktifan
dan prestasi belajar siswa.
1.5.2 Bagi sekolah
Menambah koleksi perpustakaan tentang karya ilmiah guru yang
berupa PTK tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa
kelas VB SD Kanisius Sengkan.
1.5.3 Bagi siswa
Siswa mampu mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang
dimilikinya dengan terlibat aktif dalam pembelajaran.
1.5.4 Bagi peneliti lain
Memberi referensi hasil PTK tentang peningkatan keaktifan dan
prestasi belajar IPA kelas VB SD Kanisius Sengkan dengan
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Keaktifan belajar adalah kegiatan yang melibatkan siswa untuk
menemukan pengetahuan dan pengalaman, dengan cara ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran.
1.6.2 Prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai secara maksimal
dalam waktu tertentu dan berupa angka (dalam penelitian ini,
prestasi belajar di ukur hanya dari nilai pada materi tertentu).
1.6.3 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) adalah model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalam tim
yang heterogen yang bertujuan untuk saling berinteraksi,
memotivasi, dan membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal secara individual maupun sebagai
tim.
1.6.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang gejala-gejala alam yang terjadi berdasarkan
pada hasil percobaan dan pengamatan atau peristiwa-peristiwa yang
11 BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab II ini peneliti membahas tentang kajian pustaka,
penelitian-penelitian yang relevan, peta literatur penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir,
hipotesis tindakan.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Keaktifan Belajar
2.1.1.1 Pengertian Keaktifan Belajar
Pada dasarnya belajar adalah proses aktif dari siswa dalam
mendapatkan pengetahuan, bukan hanya pasif mendengarkan guru
menjelaskan materi. Pembelajaran yang aktif menurut Uno (2011)
adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memperoleh
pengalaman dan belajar memecahkan masalah yang diperoleh.
Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran yang aktif
ini, keaktifan yang dimaksud bukan ramai berbicara dengan
temannya dan membuat gaduh kelas tetapi ikut serta dalam
pembelajaran seperti bertanya atau mengemukakan pendapat.
Menurut Yamin (2007:77) keaktifan siswa merupakan
kegiatan dalam proses pembelajaran yang dapat merangsang
dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis,
dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
menekankan bahwa siswa mengalami sendiri untuk berlatih dengan
daya pikir, emosional dan keterampilannya melalui pengamatan,
pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja
sendiri, baik secara rohani maupun teknik.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
keaktifan belajar adalah kegiatan yang melibatkan siswa untuk
menemukan pengetahuan dan pengalaman, dengan cara ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan
melakukan banyak latihan dan praktik dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa.
2.1.1.2 Indikator Keaktifan Belajar
Setiap siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda
dalam pembelajaran, baik itu senang ataupun sedih. Terkadang
siswa yang senang mengikuti pembelajaran maka siswa akan
menunjukkan keaktifan dalam pembelajaran. Untuk mengetahui
apakah siswa menunjukkan keaktifan dalam belajar atau tidak
diperlukan beberapa indikator. Keachie (dalam Yamin 2007:77)
berpendapat bahwa aspek terjadinya keaktifan siswa yaitu
partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran,
tekanan pada aspek afektif dalam belajar, partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Masih dalam buku yang sama terdapat
tujuh indikator yang mendukung terjadinya keaktifan siswa,
pembelajaran, 2) tekanan pada aspek afektif dalam belajar, 3)
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang
berbentuk interaksi antar siswa, 4) kekompakan kelas sebagai
kelompok belajar, 5) kebebasan belajar yang diberikan kepada
siswa, 6) kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan
penting dalam pembelajaran, 7) adanya pemberian waktu untuk
mengatasi masalah siswa, baik yang berhubungan maupun yang
tidak berhubungan dengan siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjono (2009:44-45) keaktifan
memiliki beraneka ragam bentuk. Bentuk keaktifan siswa
berupa kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan
psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik dapat berupa
membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan sedangkan
kegiatan psikis berupa berdiskusi dalam kelompok, melibatkan
diri dalam tanya jawab dan turut menyimpulkan pembelajaran.
Sanjaya (dalam Rusman 2013:395) menyebutkan contoh
kegiatan keaktifan meliputi: kegiatan mendengarkan, berdiskusi,
bermain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen,
membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan
praktik melakukan sesuatu. Menurut panduan pembelajaran ALIS
(Active Learning In School, 2009) (dalam Uno, 2011:75-76)
kegiatan pembelajaran yang mendukung terjadinya keaktifan
terkait dengan kehidupan nyata, pembelajaran mendorong siswa
untuk berpikir, pembelajaran mendorong gaya belajar siswa yang
berbeda-beda, pembelajaran mendorong siswa untuk berinteraksi
dengan siswa dan guru, pembelajaran menggunakan lingkungan
sebagai media atau sumber belajar, pembelajaran berpusat pada
siswa, penataan lingkungan yang memudahkan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar, guru memantau proses belajar siswa,
dan guru memberi umpan balik terhadap hasil belajar siswa.
Dengan demikian indikator keaktifan siswa dalam
penelitian ini dan berhubungan dengan metode STAD adalah
keterliban siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka
ragam meliputi: 1) mencatat, memperhatikan, mendengarkan
penjelasan materi atau instruksi guru. 2) bekerjasama dalam
kelompok. 3) bertanya pada guru atau teman apabila belum
memahami materi. 4) mencari informasi dari berbagai sumber
belajar untuk memcahkan masalah.5) menerapkan langkah-langkah
cara kerja atau instruksi dari guru. 6) melatih diri memecahkan soal
atau mengerjakan soal LKS. 7) mampu mengkomunikasikan hasil
diskusi kelompok.
2.1.1.3 Faktor Yang Mendorong Keaktifan Belajar
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Selain
memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap siswa memiliki tingkat keaktifan yang berbeda-beda,
karena keaktifan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor
pendorong. Seperti yang dikemukakan oleh Gagne dan Briggs
(dalam Yamin, 2007:84) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran, yaitu:
a. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga
mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada
siswa).
c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
d. Memberikan stimulus (masalah,topik, dan konsep yang akan
dipelajari).
e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
g. Memberi umpan balik (feed back)
h. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga
kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.
Dari pendapat Gagne dan Briggs (dalam Yamin, 2007:84)
siswa, peneliti menyimpulkan bahwa peran guru dalam
pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keaktifan belajar
siswa, guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang dapat
menarik perhatian siswa, memunculkan aktivitas siwa dalam
kegiatan pembelajaran, memberikan umpan balik kepada siswa.
2.1.2 Prestasi Belajar
2.1.2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Poerwadarminta
(2007:786) prestasi adalah “hasil yang telah dicapai atau
dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008:895), prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dari
yang telah dilakukan atau dikerjakan). Asmara (2009:11), prestasi
belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang
diberikan oleh guru. Menurut Hetika (2008:23), prestasi belajar
adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam
keahlian atau kumpulan pengetahuan. Sedangkan menurut Arifin
(2009:12) prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan
kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Dari beberapa
pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa prestasi
waktu tertentu dan berupa angka (dalam penelitian ini, prestasi
belajar di ukur hanya dari nilai pada materi tertentu).
2.1.2.2 Indikator Prestasi Belajar
Indikator pencapaian prestasi belajar adalah rata-rata nilai ulangan dan persentase jumlah siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Rata-rata nilai ulangan yaitu skor
yang diperoleh siswa pada saat mengerjakan tes atau soal evaluasi
dan skor pencapaian didasari oleh KKM IPA sebesar 65. KKM
sebagai tanda bahwa siswa telah mencapai penguasaan atau
pemahaman materi IPA.
2.1.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Syah (2006:144) bahwa prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh tiga faktor yakni:
a. Faktor internal
yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
faktor internal terdiri dari:
1. Faktor jasmaniah faktor dari fisik individu. Faktor jasmaniah
ini meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
2. Faktor psikologis yang meliputi tingkat inteligensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
3. Faktor kelelahan. Keadaan individu ketika sedang belajar akan
individu mengikuti pembelajaran dalam keadaan lelah maka
hasil belajarnya pun kurang maksimal.
b. Faktor eksternal
yaitu faktor dari luar individu. Faktor eksternal terdiri dari:
1. Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
2. Faktor dari lingkungan sekolah yaitu metode mengajar guru,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar
diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
3. Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Guru
sebaiknya mampu melakukan pembelajaran yang bervariasi supaya
siswa tertarik dan aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar
siswa akan maksimal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri
individu/ kondisi peserta didik. Faktor eksternal merupakan faktor
dari luar individu terdiri dari keluarga, sekolah, masyarakat, dan
juga pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru.
2.1.3 Model Pembelajaran
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran
Suprijono (2013:6), model pembelajaran adalah suatu
pedoman yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di
kelas maupun tetorial. Suprijono juga menjelaskan bahwa guru
memiliki peran penting dalam menentukan atau menggunakan
model pembelajaran tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Raharjo (2012:7) menambahkan bahwa tujuan pembelajaran akan
tercapai secara maksimal, apabila seorang guru dapat
menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan pengertian model pembelajaran yang
dikemukakan oleh Suprijono dan Raharjo dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan
dalam menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara maksimal.
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan di
berkelompok). Menurut Isjoni (2009:23) pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan
untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada
siswa (student oriented). Menurut Johnson & Johnson (dalam
Isjoni, 2009:23), pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan
siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa
dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka
miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok
bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat
dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat
mereka secara berkelompok.
Slavin (1955:56) menambahkan tentang hal-hal yang
ditekankan dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif serta
beranggotakan 4-6 anggota dengan struktur anggota yang
heterogen. Struktur anggota yang heterogen berdasarkan
kemampuan akademik, jenis kelamin, latar belakang, dan etnis
yang berbeda-beda (Isjoni, 2013:49). Selain pembentukan
kelompok yang heterogen, pembelajaran kooperatif melibatkan
Hal ini dijelaskan oleh Rusman (2013:202-203), setiap anggota
kelompok harus bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami pelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6
anggota dengan struktur anggota yang heterogen.
2.1.4.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2013:206-207), model pembelajaran
kooperatif memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
1) Pembelajaran secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
dilakukan secara kelompok/tim. Kelompok adalah tempat
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap anggota
kelompok harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2) Didasarkan pada manajemen pembelajaran kooperatif
Manajemen kooperatif, artinya dalam pembelajaran
kooperatif memerlukan perencanaan yang matang,
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, bekerja sama
antaranggota kelompok, dan perlu ditentukan kriteria
3) Kemauan untuk bekerjasama
Adanya kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama.
Kemampuan dan kemauan ini digunakan untuk meningkatkan
keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah.
Dalam pembelajaran kooperatif ini, tidak adanya kerjasama
antaranggota kelompok juga akan berpengaruh pada hasil yang
dicapai tidak maksimal.
4) Keterampilan untuk bekerjasama.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa perlu dikembangkan
keterampilan bekerjasama, sehingga setiap siswa berinteraksi
dan berkomunikasi untuk menyampaikan pendapatnya.
Keempat karakteristik yang dikemukakan oleh Rusman di
atas, Raharjo menambahkan satu karakteristik pembelajaran
kooperatif, yaitu pembentukan kelompok secara heterogen.
Kelompok dibentuk dari berbagai siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang beda, baik tingkat kemampuan
tinggi, sedang, atau rendah. Pembentukan kelompok juga
dibentuk dari siswa yang berasal dari jenis kelamin, budaya,
dan etnis yang berbeda-beda (Raharjo, 2012:15). Dengan
demikian, karakteristik pembelajaran kooperatif adalah proses
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok,
pembentukan kelompok secara heterogen, adanya manajemen
bekerja dalam kelompok.
2.1.4.3Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1995:71), pembelajaran kooperatif dapat dibagi
menjadi beberapa macam, yaitu:
1) Student Teams Achievement Division (STAD)
Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,
dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan
anggota 4-5 siswa secara heterogen. Siswa bekerja di dalam tim
dan guru memastikan semua anggota menguasai materi sehingga
prestasi individual maupun tim dapat optimal.
2) Teams Games Tournament (TGT)
Siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim mereka.
Permainan disusun dari pernyataan-pernyataan yang relevan
dengan pelajaran yang di rancang untuk mengetahui pemahaman
siswa terhadap pelajaran di kelas.
3) Jigsaw
Siswa dibagi berkelompok dengan jumlah 5-6 siswa secara
heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan
untuk membuat sub bab yang berbeda-beda sesuai dengan yang
ditugaskan. Kelompok siswa yang sedang mempelajari sub bab ini
kelompok asal mereka bergantian mengajarkan kepada teman
sekelompoknya tentang hasil diskusinya di kelompok ahli.
4) Think Pair Share
Tipe ini dirancang untuk memperangaruhi pola interaksi sisswa.
Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil (2-6 anggota).
Tahap 1 : Thinking (berpikir)
Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Tahap 3: Sharing (berbagi)
5) Numbered Head Together
Pembelajaran tipe ini adalah variasi dari diskusi kelompok.
Pembelajaran ini dikembangkan oleh Russ Frank dengan tujuan
adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi
gagasan dan jawaban yang tepat.
2.1.5Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Student Team Achievement Division (STAD) menurut Hanafiah
dan Cucu (2012:44) merupakan tipe pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok kecil. Tipe STAD yang dikembangkan oleh
Robert Slavin adalah metode paling sederhana yang digunakan oleh para
guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa, baik
secara verbal maupun tertulis (Sugiyanto, 2010:44). Sedangkan menurut
kooperatif yang paling banyak diteliti karena sangat mudah dan paling
tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti digunakan
dalam matematika, IPA, IPS, PKn, dll pada jenjang pendidikan dari
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. STAD (Student Team
Achievement Division) merupakan metode yang melibatkan “kompetisi”
antarkelompok, pemilihan kelompok sangat beragam berdasarkan
kemampuan, jenis kelamin, ras atau etnis (Huda, 2014:116). Siswa
mempelajari materi secara berkelompok kemudian mereka diuji secara
individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota
menentukan skor yang didapatkan oleh kelompok. Jadi setiap anggota
harus memperoleh nilai yang maksimal jika ingin kelompok mereka
mendapatkan nilai tertinggi. Tipe ini merupakan salah satu tipe kooperatif
yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai materi yang maksimal (Isjoni, 2013:74).
Kesimpulan peneliti tentang STAD adalah suatu tipe pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dalamtim
yang heterogen yang bertujuan untuk saling berinteraksi, memotivasi, dan
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal secara individual maupun sebagai tim.
2.1.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
1. Penyampaian Tujuan Pembelajaran
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
pada pembelajaran tersebut.
2. Pembagian kelompok
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompoknya terdiri
dari 4-5 siswa yang hetergoen, baik jenis kelamin, ras, etnik,
maupun kemampuan.
3. Presentasi Materi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai serta pentingnya
pokok bahasan yang akan di pelajari dan pentingnya guru untuk
memberikan semangat agar siswa dapat belajar dengan aktif
terlibat langsung dalam pembelajaran.
4. Kegiatan Belajar dalam Tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang dibagi secara
heterogen yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembar kerja
sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota
menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama
bekerja di dalam tim, guru melakukan pengamatan, memberikan
5. Kuis
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis
tentang materi yang dipelajari dan melakukan penilaian terhadap
hasil pada setiap kelompok. Siswa diberikan kuis secara individual
dan jika berhasil menjawab dengan benar maka poin tersebut akan
berpengaruh pada nilai kelompok.
6. Penghargaan Prestasi Tim
Pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok yang
dilakukan guru adalah untuk memotivasi siswa dalam belajar
secara individu maupun kelompok.
2.1.5.3 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Sumantri (2002:35) kelebihan dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain sebagai berikut:
1) Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung
tinggi norma-norma kelompok.
2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama
berhasil.
3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
4) Interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan
mereka dalam berpendapat.
Berdasarkan pendapat Sumantri tentang kelebihan STAD, maka
aktif dalam pembelajaran untuk berlomba dalam mengumpulkan poin.
Dengan adanya kompetisi untuk mengumpulkan poin membuat siswa
lebih antusias, aktif dalam pembelajaran.
Poin ini diperoleh dari kerja individu yang akan berpengaruh pada
peroleh poin tim.
2.1.6 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.6.1 Hakikat IPA
Menurut Kurikulum KTSP (2006:486), Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta -fakta, konsep -
konsep, atau prinsip -prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan. Marsetio Donosepoetro
(dalam Trianto 2012:137) menyebutkan hakikat IPA ada 3 yaitu
sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sedangkan
menurut Djojosoediro (2010:27-38), pada hakikatnya IPA
diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu: IPA sebagai proses, IPA
1) IPA sebagai proses
IPA juga perlu memahami bagaimana menghubungkan
fakta-fakta yang meliputi cara kerja, cara berpikir, dan cara
memecahkan masalah. Hal-hal tersebut disebut dengan proses
ilmiah. Proses tersebut diantaranya adalah mengamati,
mengukur, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, dan
menarik kesimpulan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses
IPA adalah mengamati, mencoba, memahami, dan menganalisis.
2) IPA sebagai produk
Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori. Fakta merupakan
pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau peristiwa
yang betul terjadi. Fakta-fakta tersebut kemudian digabungkan
menjadi suatu konsep. Hubungan konsep-konsep tersebut
kemudian digeneralisasikan menjadi prinsip IPA. Prinsip-prinsip
yang sudah diterima tersebut membentuk suatu hukum-hukum
alam yang bersifat tentatif yaitu dapat berubah bila ditemukan
fakta baru.
3) IPA sebagai sikap ilmiah
IPA dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa tentang
benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab
akibat. Selain itu, IPA dianggap sebagai sarana untuk
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
memiliki tiga unsur penting yaitu sebagai proses, produk, dan
sikap. Ketiga unsur tersebut diharapkan dapat muncul sehingga
siswa dapat mengalami pembelajaran secara utuh dan
menggunakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena
alam. Sikap dalam pembelajaran IPA dapat menumbuhkan
berbagai sikap ilmiah diantaranya sikap ingin tahu, percaya diri,
jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta.
2.1.6.2 Pembelajaran IPA SD
Menurut Darmojo (1992:3) berpendapat bahwa IPA adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta
dengan segala isinya. Menurut Nash (dalam Hendro Darmojo,
1992:3) mengemukakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode
untuk mengamati alam sekitar. Nash juga menjelaskan bahwa cara
IPA mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, dan dapat
menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain,
sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru
tentang objek yang diamatinya. Setiap guru kelas harus dapat
mengerti kenapa IPA di ajarkan di kelas. Ada beberapa alasan
kenapa IPA di ajarkan di kelas yaitu : 1) bahwa IPA berfaedah bagi
suatu bangsa, kiranya tidak perlu di persoalkan panjang lebar. IPA
merupakan dasar teknologi yang sering disebut sebagai tulang
tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang
memberikan kesempatan berpikir kritis. 3) bila IPA diajarkan
melalui percobaan – percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak,
maka IPA tidak merupakan mata pelajaran yang hanya berupa
hafalan saja. 4) mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai
pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk
kepribadian anak secara keseluruhan.
IPA mampu melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif.
Pengetahuan yang benar yaitu pengetahuan yang dibenarkan
menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif.
Rasional yaitu masuk akal atau logis dan dapat di terima oleh akal
sehat. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan
kenyataan atau sesuai dengan pengalamanpengamatan melalui
panca indera. IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi sangat penting di
sekolah. Setiap guru harus memahami masalah dalam suatu mata
pelajaran yang di ajarkan di kelas. Guru IPA harus benar – benar
memahami materi sehingga guru mampu menjelaskan kegunaan –
kegunaan yang dapat di peroleh dalam pelajaran IPA di sekolah.
Pembelajaran IPA saat ini lebih menekankan pada siswa
dari pada guru di kelas. Guru memiliki cara untuk membuat siswa
belajar memahami materi IPA, dan aktif dalam pembelajaran di
dan siswa dapat mengolah informasi dari guru berdasarkan
pemahaman yang telah dimiliki oleh siswa.
Mata pelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP SD/
MI 2006 adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Ruang lingkup kajian IPA di SD menurut Kurikulum KTSP
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta
kesehatan.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,
padat, dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
2.1.6.3 Materi Pembelajaran IPA Kelas V KD 2.1
Materi pembelajaran IPA kelas V pada penelitian ini yaitu
KD 2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan.
Cara tumbuhan hijau disebut juga fotosintesis. Tumbuhan hijau
merupakan makhluk hidup yang dapat membuat makanannya
sendiri. Oleh karena itu, tumbuhan hijau merupakan sumber
makanan bagi makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Bagian
tumbuhan yang berperan dalam pembuatan makanan tumbuhan
hijau antara lain: akar, batang, dan daun. Dari ketiga bagian
tersebut, yang sangat berperan adalah daun. Proses fotosintesis
berlangsung pada daun yang mengandung klorofil berkemampuan
membuat makanan sendiri disebut autotrof. Bahan-bahan untuk
membuat makanan adalah air (H2O) dan karbondioksida (CO2).