ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Alfianisa Devi Melati Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen mata pelajaran IPA. Penelitian bertujuan: (1) Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model kooperatif tipe STAD; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA; dan (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah 29 siswa kelas IV SD N Petinggen tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, lembar observasi keaktifan, lembar angket keaktifan dan soal pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV di SD N Petinggen ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah: a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi; (2) Penerapan model Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor keaktifan belajar dari skor awal 54,4 (rendah) menjadi 70,9 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 73,0 (tinggi); dan (3) Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa pada pembelajaran IPA dari kondisi awal 66,3 dengan ketuntasan belajar 33,3% pada siklus I menjadi 71,6 dengan ketutasan belajar 57,2% dan pada siklus II 81,8 dengan ketuntasan belajar 88%.
ABSTRACT
INCREASING ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE SUBJECT FOR 4TH GRADE STUDENTS AT SD N PETINGGEN THROUGH
APPLICATION OF STAD TYPE FROM THE COOPERATIVE LEARNING MODEL
Alfianisa Devi Melati Sanata Dharma University
2016
The background of this research was the lack of activeness and learning achievement in science subject from 4th grade students at SD N Petinggen. The purpose of this research is (1) to describe the efforts to increase activeness and learning achievement in science subject from 4th grade students at SD N Petinggen by applying STAD type from the cooperative
learning model. (2) to increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ activeness in science subject. (3) to increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ learning achievement in
science subject.
The research belongs to Classroom Action Research. The research is done with two cycles. Subjects of the research is twenty nine 4 grade students at SD N Petinggen in
2015/2016 academic year. Objects of the research is students’ activeness and learning
achievement in science subject. The research uses a few instruments such as interview sheets, activeness observation sheets, activeness questionnaire sheets and multiple choice assignment papers. Data analysis technique used in this research is the quantitative-descriptive analysis.
Results showed that (1) efforts to increase students’ activeness and learning
achievement is done by doing classroom action research by applying STAD type from the cooperative learning model with the folowing steps: a) purpose delivery, b) group division, c) material delivery, d) group activity, e) quiz, and f) achievement awarding. (2) application of
STAD type from the cooperative learning model increases students’ activeness in science
subject from initial score of 54,4 (low) to 7,09 in cycle I and increases to 7,30 in cycle II
(high). (3) application of STAD type from the cooperative learning model increases students’
learning achievement in science subject. Learning achievements increases from initial average score of 66,3 with 33,3 % learning completeness to average score of 71,6 with 57,2 % learning completeness in cycle I, and increases to average score of 81,8 with 88% learning completeness in cycle II.
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Oleh:
Alfianisa Devi Melati
NIM: 121134178
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah Allah SWT, saya dapat menyelesaikan studi saya dengan baik tidak henti-hentinya saya bersyukur dengan nikmat Allat SWT yang telah diberikan kepada saya,
kupersembahkan karya ini untuk
Ibu saya tersayang Sartinah yang telah memberi doa serta dukungan, memberikan semangat dan selalu menemani dalam pembuatan karya ini, terima kasih telah memberikan kasih sayang yang begitu besar
Ayah saya tersayang Samirin yang mendukungku, menasehati serta memotivasi dalam setiap langkah dan kegiatan yang saya lakukan terima kasih atas kasih sayang yang begitu besar
Kakak saya Ridwan Suryandhika dan kakak ipar Nuraeni telah memberikan dukungan yang teramat besar yang selalu diberikan kepada saya dan memotivasi sehingga saya dapat menyelesaikan karya ini
Dosen-dosenku di Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma yang senantiasa memberikan bimbingandan mendidik saya.
Keponakan saya Dzulfa Dhika Kirana serta Aqila adik sepupu Aura, Aira, Arka, Lala, Tika yang memberikan semangat sehingga saya dapat menggapai keberhasilan
Sahabatku tercinta Wenda, Dewi, Ririn, Tantri, Nia, Krispin, Dian, Vio, Diah dan teman sekelasku yang bersama-sama berjuang dan memberikan motivasi
Kupersembahkan karya ini untuk almamater
v MOTTO
“Barang siapa bertaqwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya. Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah
menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya” (Q.S. Ath-Thalaq:2-3)
“Rencana yang besar dimulai dari nol, dari hal yang sangat kecil. Tetapi dengan kesungguhan dan niat yang tulus ikhlas serta diiringi dengan doa
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Februari 2016
Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Alfianisa Devi Melati
Nomor Mahasiswa : 121134178
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENINGKATAN
KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.” Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 29 Februari 2016
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Alfianisa Devi Melati Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen mata pelajaran IPA. Penelitian bertujuan: (1) Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model kooperatif tipe STAD; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA; dan (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah 29 siswa kelas IV SD N Petinggen tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, lembar observasi keaktifan, lembar angket keaktifan dan soal pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV di SD N Petinggen ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah: a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi; (2) Penerapan model Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor keaktifan belajar dari skor awal 54,4 (rendah) menjadi 70,9 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 73,0 (tinggi); dan (3) Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa pada pembelajaran IPA dari kondisi awal 66,3 dengan ketuntasan belajar 33,3% pada siklus I menjadi 71,6 dengan ketutasan belajar 57,2% dan pada siklus II 81,8 dengan ketuntasan belajar 88%.
ix
ABSTRACT
INCREASING ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE SUBJECT FOR 4TH GRADE STUDENTS AT SD N PETINGGEN
THROUGH APPLICATION OF STAD TYPE FROM THE COOPERATIVE LEARNING MODEL increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ activeness in science subject. (3) to increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ learning achievement in science subject.
The research belongs to Classroom Action Research. The research is done with two cycles. Subjects of the research is twenty nine 4 grade students at SD N Petinggen in 2015/2016 academic year. Objects of the research is students’ activeness and learning achievement in science subject. The research uses a few instruments such as interview sheets, activeness observation sheets, activeness questionnaire sheets and multiple choice assignment papers. Data analysis technique used in this research is the quantitative-descriptive analysis.
Results showed that (1) efforts to increase students’ activeness and learning achievement is done by doing classroom action research by applying STAD type from the cooperative learning model with the folowing steps: a) purpose delivery, b) group division, c) material delivery, d) group activity, e) quiz, and f) achievement awarding. (2) application of STAD type from the cooperative learning model increases students’ activeness in science subject from initial score of 54,4 (low) to 7,09 in cycle I and increases to 7,30 in cycle II (high). (3) application of STAD type from the cooperative learning model increases students’ learning achievement in science subject. Learning achievements increases from initial average score of 66,3 with 33,3 % learning completeness to average score of 71,6 with 57,2 % learning completeness in cycle I, and increases to average score of 81,8 with 88% learning completeness in cycle II.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan
judul skripsi.” Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV
SD N Petinggen Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik,
tanpa bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si. M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S. M.Pd. selaku Wakaprosi PGSD.
4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbig peneliti dalam penyelesaian srkipsi ini.
5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen
pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini.
6. Dwi Kuntari Isninawati, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah SD N Petinggen
yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti.
xi
8. Wijiastuti, S.Pd. selaku guru kelas V SD N Petinggen yang telah
memberikan banyak bantuan selama penelitian di sekolah.
9. Putri Sejati S.Pd. selaku guru kelas VI yang telah membantu peneliti
dalam melaksanakan penelitian.
10. Bapak dan ibu guru SD N Petinggen yang telah meluangkan waktu dan
membantu peneliti menyelesaikan skripsi.
11. Siswa dan siswi SD N Petinggen tahun pelajaran 2015/2016 yang telah
memberikan waktu dan kerjasama yang sangat baik selama peneliti
melakukan penelitian.
12. Dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta telah mendidik dengan penuh
kesabaran selama peneliti menempuh kuliah.
13. Keluargaku , Ibu Sartinah, Ayah Samirin, Kakak Ridwan Suryandhika dan
adik sepupu serta keponakan yang telah memberikan semangat dan doa
dalam penulisan skripsi ini.
14. Sahabatku (wenda, dewi, tantri, ririn, dian, nia, vio, diah) yang membantu
dan memberi semangat dalam penyusunan skripsi serta pelaksanaan
penelitian.
15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan doa, semangat, bimbingan, dan perhatian kepada peneliti
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna,
xii
berbagai pihak untuk kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini
bermanfaat bagi dunia pendidikan.
xiii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
xiv
BAB V PENUTUP ... 118
5.1 Kesimpulan ... 118
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 118
5.3 Saran ... 119
DAFTAR REFERENSI ... 121
LAMPIRAN ... 124
xv Daftar Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 26
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 44
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara ... 55
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 55
Tabel 3.4 Variabel dan Instrumen Penelitian ... 56
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 57
Tabel 3.6 Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 58
Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 59
Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Angket ... 60
Tabel 3.9 Lembar Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 60
Tabel 3.10 Kriteria Penskoran Belajar ... 61
Tabel 3.11 Kategori Penskoran Keaktifan Belajar ... 62
Tabel 3.12 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Sebelum Validasi ... 63
Tabel 3.13 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Sebelum Validasi ... 63
Tabel 3.14 Rincian Pemberian Skor Siklus I dan Siklus II ... 64
Tabel 3.21 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas ... 73
Tabel 3.22 Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 73
Tabel 3.23 Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 74
Tabel 3.24 Kriteria Keberhasilan ... 77
Tabel 4.1 Skor Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 79
Tabel 4.2 Skor Angket Keaktifan Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 80
Tabel 4.3 Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 81
Tabel 4.4 Prestasi Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 83
Tabel 4.5 Skor Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ... 89
Tabel 4.6 Skor Angket Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ... 90
Tabel 4.7 Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ... 91
Tabel 4.8 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I... 92
Tabel 4.9 Skor Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ... 100
Tabel 4.10 Skor Angket Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ... 101
Tabel 4.11 Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ... 102
Tabel 4.12 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II ... 103
Tabel 4.13 Skor Observasi dan Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 108
Tabel 4.14 Tabel Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 110
xvi Daftar Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 36
Gambar 2.2 Kerangka berpikir ... 39
Gambar 3.1 Model Siklus PTK Menurut Kemmis & Mc Taggart ... 42
Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Keaktifan Belajar ... 110
xvii
Daftar Lampiran
Halaman
LAMPIRAN 1 Surat Perijinan Penelitian ... 125
LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 127
LAMPIRAN 3 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 129
LAMPIRAN 4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen Soal ... 157
LAMPIRAN 5 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 166
LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 220
LAMPIRAN 7 Lembar Observasi ... 268
LAMPIRAN 8 Angket ... 270
LAMPIRAN 9 Soal Evaluasi ... 272
LAMPIRAN 10 Sampel Lembar Kerja Siswa ... 278
LAMPIRAN 11 Data Hasil Observasi ... 295
LAMPIRAN 12 Data Hasil Kuesioner ... 306
LAMPIRAN 13 Perhitungan Keaktifan Belajar ... 317
LAMPIRAN 14 Data Prestasi Belajar ... 321
LAMPIRAN 15 Sampel Hasil Soal Evaluasi ... 326
1 BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab I akan dibahas tentang hal yang melatarbelakangi diadakannya
penelitian ini, rumusan masalah.
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di Sekolah Dasar
(SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang
sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan
dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi. Pembelajaran IPA
diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan kehidupan sehari-hari.
Siswa sebagai subjek pendidikan, dituntut supaya aktif dalam belajar mencari
informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing ke arah pengoptimalan pencapaian ilmu
pengetahuan yang dipelajari.
Tujuan dari IPA di SD yaitu: 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan kebenaran, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya; 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat; 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 5) meningkatkan kesadaran untuk
berperan dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 6)
meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan; dan 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan
keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (BSPN,
2006:484).
Belajar IPA sangat penting diajarkan bagi siswa di SD, agar siswa dapat
mencapai tujuan belajar IPA dengan baik. Siswa dapat lebih aktif jika melakukan
kegiatan atau aktivitas dalam kelompok, maka dari itu siswa perlu dibiasakan untuk
belajar aktif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
pendapat Hamalik (2007:172) mengatakan bahwa kemajuan keaktifan lebih
ditonjolkan melalui unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk
mencapai tujuan belajar yang lebih memadai.
Namun pada kenyataannya guru belum sepenuhnya melaksanakan
pembelajaran aktif dalam melibatkan siswa, serta belum menerapkan model
pembelajaran yang bervariasi. Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan
metode ceramah dan siswa hanya menerima materi yang diberikan guru.
2
hari Kamis, 10 September 2015 memperoleh informasi bahwa kenyataannya
keaktifan yang ditunjukkan siswa pada pembelajaran masih rendah. Hal ini terlihat
dari hasil observasi yaitu siswa tidak mencatat, memperhatikan dan mendengarkan
penjelasan guru, siswa tidak bertanya tentang materi yang belum mereka pahami dan
tidak ada kerjasama antar teman untuk memecahkan soal, siswa hanya menerima apa
yang disampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab
pertanyaan dari guru. Hasil observasi ini diperkuat dengan hasil wawancara kepada
wali kelas IV di SD N Petinggen, bahwa keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran
IPA sangat rendah, jika pembelajaran hanya dilakukan di kelas tanpa ada kegiatan
kelompok atau percobaan.
Selain melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga melakukan
penyebaran angket untuk memperkuat data kondisi awal keaktifan belajar siswa.
Penyebaran angket dilakukan pada hari yang sama pukul 07.00-09.20 WIB.
Penyebaran angket berupa 15 pernyataan yang diuraikan dari tujuh indikator
keaktifan belajar siswa. Hasil yang diperoleh dari penyebaran angket menunjukkan
bahwa keaktifan belajar siswa rendah, dikarenakan banyak siswa menjawab
pernyataan yang jarang mereka lakukan saat proses pembelajaran yang berhubungan
dengan indikator keaktifan belajar siswa. Diperkuat dengan skor rata-rata pada
kondisi awal angket adalah 45,3 dalam kriteria rendah. Keaktifan belajar yang rendah
akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Rendahnnya prestasi belajar siswa kelas
Berdasarkan wawancara dengan wali kelas dan melihat nilai ulangan harian
SK 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara
penggunaan benda berdasarkan sifatnya, khususnya KD 6.1 Mengidentifikasi wujud
benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan
terjadinya perubahan wujud cair → padat → cair; cair → gas → cair; padat → gas,
diperoleh nilai ulangan harian siswa kelas IV SD N Petinggen tahun pelajaran
2013/2014. Nilai rata-rata ulangan pada kondisi awal yaitu 66,3, siswa yang nilainya
memenuhi KKM sebanyak 10 siswa dengan persentase 33,3 % dan 20 siswa yang
belum memenuhi KKM dengan persentase 66,7 %, KKM pada mata pelajaran IPA
adalah 70.
Berdasarkan permasalahan di atas maka upaya peningkatan prestasi belajar
siswa dalam pembelajaran IPA di SD N Petinggen merupakan masalah yang harus di
tanggulangi. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut
yaitu model pembelajaran kooperatif. Melalui model pembelajaran kooperatif ini
siswa dapat belajar lebih aktif, mengeluarkan pendapatnya dan suasana yang kondusif
untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keaktifan serta keterampilan sosial
seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat
Menurut Slavin (dalam Nurasma, 2008:1) “Cooperative learning methods
share the idea that students work together to learn and are responsible for their
teammates learning as their own” yang berarti bahwa dalam belajar kooperatif siswa
belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap
pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif pada penelitian ini dibatasi pada model STAD (Student
Team Achievement Division).
Menurut Slavin (dalam Nurasma, 2008:50), Model STAD adalah siswa
dibentuk dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang
merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam
setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau
variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.
Pembelajaran Tipe STAD adalah model pembelajaran kelompok dengan anggota
yang heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model STAD ini membantu
dan membuat semangat siswa untuk berhasil memecahkan suatu masalah secara
bersama. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang paling
sederhana, sehingga model pembelajaran tersebut dapat digunakan oleh guru-guru
yang baru memulai menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran
kooperatif tipe STAD siswa sangat dituntut untuk bekerjasama, siswa akan lebih
mudah memahami materi tersebut karena melalui belajar dari teman sebaya dan di
bawah bimbingan guru, maka proses pemahaman siswa akan mudah dan cepat
mengerti tentang materi yang dipelajari. Hal ini didukung oleh pendapat Nurasma
(2008:3) bahwa “Siswa akan lebih cepat menemukan dan memahami suatu konsep
jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman sebaya daripada
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan belajar kelompok
dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran, sehingga yang di
pelajari menjadi lebih bermakna bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekelilingnya.
Selain itu dengan belajar kelompok akan membawa pengaruh positif terhadap diri
siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini dibatasi pada materi
Sifat dan Perubahan Wujud Benda pada mata pelajaran IPA kelas IV Semester I. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian berjudul “Peningkatan
Keaktifan Dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD N Petinggen Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.
1.2 Batasan Masalah
Batasan dalam penelitian ini adalah dua variabel yaitu keaktifan dan prestasi
belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada SK 6 yaitu: Memahami beragam sifat
dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan
sifatnya. Khususnya KD 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas
memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair
→ padat → cair; cair → gas → cair; padat → gas dengan menerapkan model
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA tentang sifat
dan perubahan wujud benda siswa kelas IV SD N Petinggen melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
1.3.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata
pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari skor rata-rata kondisi awal 54,4 (rendah) menjadi 70 (tinggi)?
1.3.3 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata
pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari nilai ulangan kondisi awal 66,3 menjadi 75 dan dari persentase 33,3% menjadi 75%?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar
siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1.4.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada
1.4.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada
mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari nilai ulangan kondisi awal 66,3 (sedang) menjadi 75 (tinggi)dari persentase 33,3% menjadi 75% melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Guru Kelas
Memberikan contoh PTK tentang bagaimana meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA materi sifat dan perubahan wujud benda melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1.5.2 Bagi Sekolah
Menambah koleksi perpustakaan tentang karya ilmiah guru yang berupa hasil
PTK tentang penerapan model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA materi sifat dan perubahan wujud benda.
1.5.3 Bagi Peneliti Lain
Memberikan referensi hasil PTK tentang bagaimana meningkatkan keaktifan
perubahan wujud benda melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa, saat proses
pembelajaran berlangsung yang berhubungan dengan tujuh indikator keaktifan
belajar siswa, di antaranya adalah mencatat, memperhatikan dan
mendengarkan guru saat menjelaskan materi, bekerjasama dalam kelompok,
bertanya pada guru atau teman apabila belum memahami materi, mencari
informasi dari berbagai sumber belajar, menerapkan langkah-langkah atau
instruksi guru dan mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.
1.6.2 Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan mengenai kemajuan yang
diperoleh siswa setelah proses pembelajaran.
1.6.3 IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya
1.6.4 Siswa adalah subjek yang digunakan untuk penelitian yaitu 29 siswa kelas IV
SD N Petinggen.
1.6.5 Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas
pengetahuan, keterampilan atau sikap yang harus dicapai oleh siswa.
1.6.6 Materi pembelajaran adalah KD 6.1 Mendeskripsikan wujud benda padat,
cair, dan gas memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan terjadinya
1.6.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan pengarahan, membuat
kelompok heterogen (4-5 orang) yang di dalamya memiliki tingkat
9 BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini peneliti menjabarkan mengenai dasar teori penelitian yaitu
kajian pustaka, penelitian sebelumnya yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis
tindakan.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Keaktifan Belajar
2.1.3.1 Pengertian Keaktifan Belajar
Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:31) berarti giat (bekerja,
berusaha), keaktifan berarti kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang mendukung
proses pembelajaran. Menurut Dimyati (2006:45) mengatakan bahwa keaktifan itu
beragam, mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis
yang sudah diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih,
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Menurut Yamin (2007:2) belajar aktif merupakan perkembangan dari teori
Dewey Learning by Doing. Dewey menyatakan bahwa siswa perlu terlibat dan
berpartisipasi secara spontan. Siswa perlu terlibat aktif dalam pembelajaran agar
dapat menemukan pengetahuannya sendiri dan belajar untuk tidak ketergantungan
adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa keaktifan
belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh informasi
yang telah diketahui melibatkan fisik, mental serta emosional untuk memperoleh
hasil belajar berupa pemahaman antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
3.1.3.1Indikator Keaktifan Belajar
Menurut Sudjana (2009:61) keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat
sebagai berikut: (1) siswa turut serta dalam melaksanakan tugas dalam proses belajar;
(2) siswa terlibat dalam pemecahan masalah dalam kegiatan belajar; (3) siswa
bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya; (4) siswa berusaha mencari berbagai informai yang diperlukan untuk
pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya; (5) siswa melaksanakan diskusi
kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) siswa melatih diri dalam memecahkan
masalah atau soal dalam kegiatan belajar; (7) siswa menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Menurut Mc.Keachie (dalam Yamin, 2007:77) ada 7 aspek keaktifan yaitu:
(1) partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran; (2) tekanan
pada aspek afektif dalam belajar; (3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran,
terutama yang berbentuk interaksi antar siswa; (4) penerimaan (acceptance) guru
sekali salah; (5) kekompakan kelas sebagai kelompok belajar; (6) kebebasan belajar
yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil
keputusan penting dalam proses pembelajaran; (7) pemberian waktu untuk
menanggulangi masalah pribadi siwa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan
dengan pembelajaran.
Berdasarkan indikator keaktifan yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas
peneliti dapat merumuskan indikator keaktifan yaitu: (1) mencatat, memperhatikan,
mendengarkan penjelasan materi atau instruksi dari guru; (2) bekerjasama dalam
kelompok; 3) bertanya pada guru atau teman apabila belum memahami materi; (4)
mencari informasi dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan persoalan; (5)
menerapkan langkah-langkah cara kerja atau instruksi dari guru; (6) melatih diri
memecahkan soal atau mengerjakan soal di LKS; dan (7) mampu
mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.
2.1.2 Prestasi Belajar
2.1.3.1Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Hintzman (dalam Syah, 2008:65) juga berpendapat bahwa “Learning
is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior”
manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah
laku organisme tersebut.
Menurut Hamalik (2007:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman atau bisa dikatakan belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hal ini juga sejalan dengan
pendapat yang diungkapkan oleh Gagne (dalam Susanto, 2013:1), menyatakan bahwa
belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Begitu juga dengan pendapat Winkel (dalam
Susanto, 2013:4) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang
bersifat relatif konstan dan berbekas.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses di mana seseorang memperoleh pengetahuan dengan cara
berinteraksi aktif antara seseorang dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan-
perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman-pengalamannya.
3.1.3.1Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1101) prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Menurut
Mulyasa (2014:189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh setelah menempuh
dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Sejalan dengan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008:295) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari
yang telah dilakukan atau dikerjakan).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil belajar yang telah ditempuh yang dapat diukur dari ranah
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subjek belajar dan
objek belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas.
4.1.3.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Menurut Mulyasa (2014:190) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (a) bahan atau materi yang
dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik.
Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan
konstribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik. Selain itu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal (faktor diri) baik secara fisiologis (kondisi jasmani atau fisik)
yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu jasmani pada umumnya dan kondisi
yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama pancaindra, sedangkan
faktor psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti intelegensi, minat, dan
sikap. Selain faktor-faktor tersebut, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh waktu
individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta
didik.
Selain faktor internal, faktor eksternal juga digolongkan ke dalam faktor sosial
dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam
berbagai situasi sosial (contoh: lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan
masyarakat). Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang
bukan sosial, misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku
sumber, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi meliputi bahan atau materi yang dipelajari,
lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi peserta didik. Selain keempat faktor
tersebut juga ada faktor yang mempengaruhi prestasi yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
2.1.3 Pembelajaran Kooperatif
2.1.3.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sugiyanto (2010:37) pembelajaran kooperatif (Cooperative learning)
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Rusman (2011:202) pembelajaran
kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Cooperative Learning adalah teknik pengelompokan yang di
dalamnya siswa bekerja pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang
umumnya terdiri dari 4-5 orang (Rusman, 2011:204). Sejalan dengan Trianto
(2013:56) di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,
kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) menyebutkan pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana
pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam
kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching).
Begitu juga pendapat Sanjaya (dalam Rusman, 2013:203) Cooperative Learning
merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Pembelajaran kooperatif juga mempunyai strategi-strategi khusus untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ada empat hal penting dalam
strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok; (2)
adanya aturan main (role) dalam kelompok; (3) adanya upaya belajar dalam
kelompok; (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. Menurut
dasar model cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif; (2)
pertanggungjawaban individual; (3) kemampuan bersosialisasi; (4) tatap muka; dan
(5) evaluasi proses kelompok. Dalam hal ini kelompok mendapat kesempatan untuk
bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk
sinergi yang menguntungkan semua anggota. Senada dengan penjelasan tersebut
(Siahaan dalam Rusman 2013, 205) mengutarakan lima unsur esensial yang
ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (a) saling ketergantungan yang
positif; (b) interaksi berhadapan (face-to-face interaction); (c) tanggungjawab
individu (individual responsibility); (d) keterampilan sosial (social skills); (e) terjadi
proses dalam kelompok (group processing).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model kegiatan pembelajaran yang berfokus
menggunakan kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran dan bekerja di
dalam kelompok-kelompok kecil yang struktur kelompoknya heterogen.
2.1.3.3Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2013:57) menyatakan bahwa
tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara
kelompok. Karena siswa belajar dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat
kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan
pemecahan masalah seperti pendapat Loisell & Descamps (dalam Trianto, 2014:57).
Menurut Eggen (dalam Trianto, 2013:58) pembelajaran kooperatif merupakan
sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini diperkuat dengan pendapat
Ibrahim (dalam Trianto, 2013:59) bahwa struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa
dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka
bekerjasama mencapai tujuan tesebut.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang dibentuk menjadi
kelompok-kelompok kecil agar dapat memaksimalkan pembelajaran dengan cara
belajar bersama dan memecahkan masalah bersama kelompok.
2.1.3.3Unsur-Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson dan Sutton (dalam Trianto 2013:60), terdapat
lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
1. Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam
belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk
mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan
sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa
bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil
2. Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif
akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini terjadi, dalam hal seorang
siswa akan membantu siswa lain sukses sebagai anggota kelompok. Saling
memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan
seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk
mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan
bantuan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar
kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang
sedang dipelajari bersama.
3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : (a) membantu siswa
yang membutuhkan bantuan; dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar
“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman
sekelompoknya.
4. Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar
kognitif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang
siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi seorang siswa lain dalam
kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan
menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
5. Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa
mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan
membuat hubungan kerja yang baik.
Selain lima unsur penting dalam belajar kooperatif dalam pembelajaran ini
juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran
lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin
(dalam Trianto, 2013:61) adalah sebagai berikut:
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria
yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung
pada belajar individual semua anggota kelompok.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna siswa telah membantu
kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
2.1.3.4Macam-macam Model Pembelajaran
Menurut Rusman (2011:2013) ada beberapa jenis model dalam pembelajaran
kooperatif, jenis-jenis model pembelajaran tersebut adalah:
1. Tipe Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Sugiyanto (2010:44) bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan
kawan-kawan dari universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang paling
sederhana dan paling dekat dengan siswa dari pendekatan pembelajaran
mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik
melalui penyajian verbal maupun tertulis.
2. Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam kelompok
kecil. Dalam model kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan
untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan
dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok
bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian
materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada
kelompok lain.
3. Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation Type)
Perencaaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI
adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6
orang, tiap kelompok bebas memilih topik dari keseluruhan unit materi
(pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau
menghasilkan laporan kelompok.
4. Tipe Make a Match (Membuat Pasangan)
Metode Make a Match (Membuat Pasangan) penerapan metode ini dimulai
dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana
yang menyenangkan.
5. Tipe TGT (Team Games Tournamens)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda. Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota
tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.
6. Tipe Model Struktural
Menurut pendapat Spence dan Miguel Kagan (dalam Rusman, 2010:225)
bahwa terdapat enam komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe
pendekatan struktural. Keenam komponen itu adalah sebagai berikut
struktural dan konstruk yang berkaitan, prinsip-prinsip dasar, pembentukan
kelompok dan pembentukan kelas, kelompok, tata kelola, dan keterampilan
sosial.
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division
(STAD)
2.1.4.2Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD)
Menurut Huda (2013:201) Student Team Achievement Division (STAD)
kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling
bekerjasama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Rusman (2011:213) juga
berpendapat variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti adalah
STAD, dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang
yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.
Menurut Ngalimun (2014:168) STAD adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang),
diskusikan bahan-LKS-modul secara kolaboratif, sajian presentasi kelompok
sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa
atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. Slavin
(dalam Rusman, 2011:214) memaparkan bahwa gagasan utama di belakang STAD
adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai keterampilan yang diajarkan guru.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif yang dalam
pelaksanaannya siswa dibentuk secara berkelompok dengan tingkat kemampuan yang
berbeda-beda. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan kerjasama untuk mencapai tujuan
dalam kelompok secara heterogen dan merupakan salah satu keunggulan dari model
memberikan materi kepada tiap kelompok dan masing-masing siswa dalam kelompok
memiliki tanggung jawab besar dalam pemahaman materi, karena tanggung jawab itu
menjadi kunci atas keberhasilan kelompok.
2.1.4.2Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Sumantri (2002:35) keunggulan pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah sebagai berikut:
1. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok.
2. Siswa aktif untuk membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama
berhasil.
3. Aktif berperan sebagai tutor teman sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keunggulan dari pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran ini dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan kerjasama kelompok untuk mencapai
2.1.4.3Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD)
Menurut Rusman (2011:215) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Tipe Student Team Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut:
1. Penyampaian Tujuan
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Pembelajaran Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya
terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas
dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.
3. Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan
tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya
pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat
belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proes pembelajaran guru dibantu
oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan
yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan
4. Kegiatan Belajar dalam TIM (Kerja Tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan
lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua
anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim
bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan
bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
5. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja
masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak
dibenarkan bekerjasama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara
individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar
tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya
60,75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
6. Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan
angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas
keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan
penghitungan skor individu, menghitung skor kelompok dan pemberian
Trianto (2013:70) juga berpendapat bahwa langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terdiri atas enam langkah atau fase,
yaitu sebagai berikut:
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 Evaluasi
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Mencari cara-cara untuk meghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.5.2Hakikat IPA
Menurut Susanto (2012:165), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah
satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada
jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini
dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar
sampai sekolah menengah.
Menurut GBPP (1994:61) Ilmu Pengetahuan Alam adalah hasil kegiatan
manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang teorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara
lain: penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Mata pelajaran IPA
adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa.
2.1.5.3Tujuan Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar
Pendidikan BSNP (2006), dimaksudkan untuk :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
2.1.5.3Materi Pelajaran IPA Kelas IV
Wujud Benda
Kita dapat melihat berbagai macam benda benda-benda tersebut
bermacam-macam bahan pembuatnya, ukurannya, warnanya, bentuknya, dan kekerasannya.
Masing-masing benda tersebut memiliki sifat yang dapat membedakan jenis benda
yang satu dengan yang lainnya. Jika dilihat dari wujud dan sifatnya, benda memiliki 3
jenis yaitu padat, cair dan gas.
A. Padat
Benda padat mempunyai sifat yang berbeda dengan benda cair atau benda gas.
Sifat-sifat dari benda padat di antaranya sebagai
berikut:
1. Bentuk dan ukurannya tetap, walaupun
tempatnya dipindah-pindah bentuk dan
2. Benda padat dapat diubah bentuknya dengan cara tertentu.
3. Mempunyai massa, berat benda berbeda-beda tergantung pada jenis dan
ukuran benda.
B. Cair
Air merupakan contoh benda cair. Sifat-sifat dari benda cair sebagai berikut:
1. Bentuknya dapat berubah sesuai dengan wadahnya.
2. Benda cair menempati ruang dan memiliki massa.
3. Permukaan benda cair yang tenang selalu mendatar.
5. Benda cair dapat melarutkan zat tertentu.
6. Benda cair menekan ke segala arah.
C. Gas
Di manapun kita berada, di permukaan bumi selalu di kelilingi oleh benda gas
yang disebut udara. Benda gas walaupun kita tidak dapat melihat wujudnya kita
dapat merasakannya. Sifat benda gas adalah sebagai berikut:
1. Benda gas terdapat di mana-mana.
2. Benda gas menepati ruang.
3. Bentunya dapat berubah-ubah sesuai dengan wadah atau ruang yang
ditempati.
4. Benda gas dapat menekan dan memuai.
Perubahan Wujud Benda
Perhatikan Gambar di samping! Beberapa peristiwa
perubahan wujud benda, antara lain, mencair
(melebur), membeku, menguap, mengembun, dan
menyublim.
1. Mencair (Melebur)
Pernahkan kamu minum es sirup atau es teh? Coba
perhatikan baik-baik! Mengapa es dalam sirup lama
kelamaan berubah menjadi air? Pernahkah kamu memasak
dengan menggunakan mentega? Mengapa mentega
berubah menjadi cair saat berada dipenggorengan? Es dan mentega berubah
wujud dari padat menjadi cair karena adanya kenaikan suhu (panas). Peristiwa
perubahan zat padat menjadi zat cair dinamakan mencair atau melebur.
2. Membeku
Perubahan wujud benda cair menjadi benda padat
disebut membeku. Es adalah wujud air dalam bentuk
padat. Air dapat membeku jika mengalami penurunan
suhu yang sangat dingin. Puncak gunung yang tinggi
Gambar 3: Lemari Es Gambar 1: Skema perubahan
wujud benda
selalu diselimuti oleh salju. Salju tersebut adalah uap air yang membeku.
3. Menguap
Pernahkan kamu merebus air di dalam
cerek (ketel)? Jika pernah, bagaimanakah jika
air dalam cerek tersebut dipanaskan
terus-menerus? Air dalam cerek (ketel)
lama-kelamaan akan habis. Ke manakah uap air
panas yang keluar dari mulut cerek (ketel) itu? Uap air panas yang keluar dari
mulut cerek tersebut berada di udara, hanya saja mata kita tidak mampu untuk
melihat titik-titik uap air yang berada di udara. Peristiwa berubahnya zat cair
menjadi gas disebut penguapan. Penguapan terjadi jika ada kenaikan suhu
yang besar. Ada empat cara untuk mempercepat terjadinya penguapan, yaitu
memanaskan, memperluas permukaan, meniupkan udara di atas permukaan,
dan mengurangi tekanan di atas permukaan. Prinsip penguapan dapat
digunakan sebagai dasar membuat mesin pendingin, seperti lemari es dan AC.
4. Mengembun
Mengembun adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi cair. Jadi,
mengembun merupakan kebalikan dari menguap. Pada waktu gas
mengembun, gas melepaskan kalor. Pernahkan kamu membuat minuman
dingin, seperti es teh atau es jeruk? Bila kamu amati,bagian luar gelas tempat
kamu membuat es teh atau es jeruk menjadi basah.
Mengapa? Karena uap air dalam udara yang
menyentuh gelas mengembun. Hal ini disebabkan
suhu gelas lebih rendah dari pada suhu uap air di
sekitar gelas.
5. Menyublim
Menyublim adalah peristiwa perubahan zat
padat menjadi gas atau sebaliknya. Untuk
membedakannya, kamu bisa menggunakan istilah
melenyap dan mengkristal. Melenyap adalah peristiwa perubahan wujud padat
menjadi gas. Mengkristal adalah perubahan wujud gas menjadi padat. Contoh
melenyap dan mengkristal adalah kapur barus ataupun kamper.
2.1.6 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri dengan cara: (1) merencanakan; (2) melaksanakan; dan (3) merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah, 2011:7).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto (2007:102) mengatakan bahwa PTK
sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap
kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan
keahlian mengajar, dan sebagainya. Sedangkan menurut Kunandar (2009:45)
mengatakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu pembelajaran di kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK
adalah penelitian yang bersifat reflektif yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki ,
meningkatkan sistem pembelajaran atau pengajaran di dalam kelas.
2.2. Penelitian Yang Relevan
2.2.1 Penelitian Tumiyatun (2013) dengan judul “Peningkatan Keaktifan Siswa
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran PKn
Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Gondangrejo Karanganyar. Hasil
penelitiannya adalah Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn materi
kebebasan berorganisasi, guru kelas V melakukan pembenaran pelaksanaan
tindakan pada saat proses belajar mengajar. Hal tersebut diperkuat karena
peningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD
Negeri 03 Wonorejo, Gondangrejo Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013
hal ini ditunjukkan dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebelum
penelitian hanya 8 siswa (22,22%) yang dalam mengikuti materi pengertian
dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah,
kemudian peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD