• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD N Petinggen melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD."

Copied!
355
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Alfianisa Devi Melati Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen mata pelajaran IPA. Penelitian bertujuan: (1) Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model kooperatif tipe STAD; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA; dan (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah 29 siswa kelas IV SD N Petinggen tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, lembar observasi keaktifan, lembar angket keaktifan dan soal pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV di SD N Petinggen ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah: a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi; (2) Penerapan model Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor keaktifan belajar dari skor awal 54,4 (rendah) menjadi 70,9 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 73,0 (tinggi); dan (3) Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa pada pembelajaran IPA dari kondisi awal 66,3 dengan ketuntasan belajar 33,3% pada siklus I menjadi 71,6 dengan ketutasan belajar 57,2% dan pada siklus II 81,8 dengan ketuntasan belajar 88%.

(2)

ABSTRACT

INCREASING ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE SUBJECT FOR 4TH GRADE STUDENTS AT SD N PETINGGEN THROUGH

APPLICATION OF STAD TYPE FROM THE COOPERATIVE LEARNING MODEL

Alfianisa Devi Melati Sanata Dharma University

2016

The background of this research was the lack of activeness and learning achievement in science subject from 4th grade students at SD N Petinggen. The purpose of this research is (1) to describe the efforts to increase activeness and learning achievement in science subject from 4th grade students at SD N Petinggen by applying STAD type from the cooperative

learning model. (2) to increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ activeness in science subject. (3) to increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ learning achievement in

science subject.

The research belongs to Classroom Action Research. The research is done with two cycles. Subjects of the research is twenty nine 4 grade students at SD N Petinggen in

2015/2016 academic year. Objects of the research is students’ activeness and learning

achievement in science subject. The research uses a few instruments such as interview sheets, activeness observation sheets, activeness questionnaire sheets and multiple choice assignment papers. Data analysis technique used in this research is the quantitative-descriptive analysis.

Results showed that (1) efforts to increase students’ activeness and learning

achievement is done by doing classroom action research by applying STAD type from the cooperative learning model with the folowing steps: a) purpose delivery, b) group division, c) material delivery, d) group activity, e) quiz, and f) achievement awarding. (2) application of

STAD type from the cooperative learning model increases students’ activeness in science

subject from initial score of 54,4 (low) to 7,09 in cycle I and increases to 7,30 in cycle II

(high). (3) application of STAD type from the cooperative learning model increases students’

learning achievement in science subject. Learning achievements increases from initial average score of 66,3 with 33,3 % learning completeness to average score of 71,6 with 57,2 % learning completeness in cycle I, and increases to average score of 81,8 with 88% learning completeness in cycle II.

(3)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Oleh:

Alfianisa Devi Melati

NIM: 121134178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah Allah SWT, saya dapat menyelesaikan studi saya dengan baik tidak henti-hentinya saya bersyukur dengan nikmat Allat SWT yang telah diberikan kepada saya,

kupersembahkan karya ini untuk

Ibu saya tersayang Sartinah yang telah memberi doa serta dukungan, memberikan semangat dan selalu menemani dalam pembuatan karya ini, terima kasih telah memberikan kasih sayang yang begitu besar

Ayah saya tersayang Samirin yang mendukungku, menasehati serta memotivasi dalam setiap langkah dan kegiatan yang saya lakukan terima kasih atas kasih sayang yang begitu besar

Kakak saya Ridwan Suryandhika dan kakak ipar Nuraeni telah memberikan dukungan yang teramat besar yang selalu diberikan kepada saya dan memotivasi sehingga saya dapat menyelesaikan karya ini

Dosen-dosenku di Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma yang senantiasa memberikan bimbingandan mendidik saya.

Keponakan saya Dzulfa Dhika Kirana serta Aqila adik sepupu Aura, Aira, Arka, Lala, Tika yang memberikan semangat sehingga saya dapat menggapai keberhasilan

Sahabatku tercinta Wenda, Dewi, Ririn, Tantri, Nia, Krispin, Dian, Vio, Diah dan teman sekelasku yang bersama-sama berjuang dan memberikan motivasi

Kupersembahkan karya ini untuk almamater

(7)

v MOTTO

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya. Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah

menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya” (Q.S. Ath-Thalaq:2-3)

“Rencana yang besar dimulai dari nol, dari hal yang sangat kecil. Tetapi dengan kesungguhan dan niat yang tulus ikhlas serta diiringi dengan doa

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Februari 2016

Penulis,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Alfianisa Devi Melati

Nomor Mahasiswa : 121134178

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENINGKATAN

KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.” Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 29 Februari 2016

Yang menyatakan,

(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD N PETINGGEN MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Alfianisa Devi Melati Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen mata pelajaran IPA. Penelitian bertujuan: (1) Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model kooperatif tipe STAD; (2) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA; dan (3) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah 29 siswa kelas IV SD N Petinggen tahun pelajaran 2015/2016. Objek penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, lembar observasi keaktifan, lembar angket keaktifan dan soal pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV di SD N Petinggen ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah: a) penyampaian tujuan, b) pembagian kelompok, c) penyampaian materi, d) kegiatan dalam kelompok, e) kuis, dan f) penghargaan prestasi; (2) Penerapan model Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor keaktifan belajar dari skor awal 54,4 (rendah) menjadi 70,9 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 73,0 (tinggi); dan (3) Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa pada pembelajaran IPA dari kondisi awal 66,3 dengan ketuntasan belajar 33,3% pada siklus I menjadi 71,6 dengan ketutasan belajar 57,2% dan pada siklus II 81,8 dengan ketuntasan belajar 88%.

(11)

ix

ABSTRACT

INCREASING ACTIVENESS AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SCIENCE SUBJECT FOR 4TH GRADE STUDENTS AT SD N PETINGGEN

THROUGH APPLICATION OF STAD TYPE FROM THE COOPERATIVE LEARNING MODEL increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ activeness in science subject. (3) to increase SD N Petinggen’s 4th grade students’ learning achievement in science subject.

The research belongs to Classroom Action Research. The research is done with two cycles. Subjects of the research is twenty nine 4 grade students at SD N Petinggen in 2015/2016 academic year. Objects of the research is students’ activeness and learning achievement in science subject. The research uses a few instruments such as interview sheets, activeness observation sheets, activeness questionnaire sheets and multiple choice assignment papers. Data analysis technique used in this research is the quantitative-descriptive analysis.

Results showed that (1) efforts to increase students’ activeness and learning achievement is done by doing classroom action research by applying STAD type from the cooperative learning model with the folowing steps: a) purpose delivery, b) group division, c) material delivery, d) group activity, e) quiz, and f) achievement awarding. (2) application of STAD type from the cooperative learning model increases students’ activeness in science subject from initial score of 54,4 (low) to 7,09 in cycle I and increases to 7,30 in cycle II (high). (3) application of STAD type from the cooperative learning model increases students’ learning achievement in science subject. Learning achievements increases from initial average score of 66,3 with 33,3 % learning completeness to average score of 71,6 with 57,2 % learning completeness in cycle I, and increases to average score of 81,8 with 88% learning completeness in cycle II.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan

judul skripsi.” Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV

SD N Petinggen Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik,

tanpa bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan

ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si. M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S. M.Pd. selaku Wakaprosi PGSD.

4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbig peneliti dalam penyelesaian srkipsi ini.

5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen

pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyelesaian

skripsi ini.

6. Dwi Kuntari Isninawati, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah SD N Petinggen

yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti.

(13)

xi

8. Wijiastuti, S.Pd. selaku guru kelas V SD N Petinggen yang telah

memberikan banyak bantuan selama penelitian di sekolah.

9. Putri Sejati S.Pd. selaku guru kelas VI yang telah membantu peneliti

dalam melaksanakan penelitian.

10. Bapak dan ibu guru SD N Petinggen yang telah meluangkan waktu dan

membantu peneliti menyelesaikan skripsi.

11. Siswa dan siswi SD N Petinggen tahun pelajaran 2015/2016 yang telah

memberikan waktu dan kerjasama yang sangat baik selama peneliti

melakukan penelitian.

12. Dosen Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta telah mendidik dengan penuh

kesabaran selama peneliti menempuh kuliah.

13. Keluargaku , Ibu Sartinah, Ayah Samirin, Kakak Ridwan Suryandhika dan

adik sepupu serta keponakan yang telah memberikan semangat dan doa

dalam penulisan skripsi ini.

14. Sahabatku (wenda, dewi, tantri, ririn, dian, nia, vio, diah) yang membantu

dan memberi semangat dalam penyusunan skripsi serta pelaksanaan

penelitian.

15. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan doa, semangat, bimbingan, dan perhatian kepada peneliti

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna,

(14)

xii

berbagai pihak untuk kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini

bermanfaat bagi dunia pendidikan.

(15)

xiii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

(16)

xiv

BAB V PENUTUP ... 118

5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 118

5.3 Saran ... 119

DAFTAR REFERENSI ... 121

LAMPIRAN ... 124

(17)

xv Daftar Tabel

Halaman

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 26

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 44

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara ... 55

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 55

Tabel 3.4 Variabel dan Instrumen Penelitian ... 56

Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 57

Tabel 3.6 Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 58

Tabel 3.7 Kisi-kisi Lembar Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 59

Tabel 3.8 Pedoman Penskoran Angket ... 60

Tabel 3.9 Lembar Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 60

Tabel 3.10 Kriteria Penskoran Belajar ... 61

Tabel 3.11 Kategori Penskoran Keaktifan Belajar ... 62

Tabel 3.12 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Sebelum Validasi ... 63

Tabel 3.13 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Sebelum Validasi ... 63

Tabel 3.14 Rincian Pemberian Skor Siklus I dan Siklus II ... 64

Tabel 3.21 Kriteria Klasifikasi Reliabilitas ... 73

Tabel 3.22 Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 73

Tabel 3.23 Hasil Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 74

Tabel 3.24 Kriteria Keberhasilan ... 77

Tabel 4.1 Skor Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 79

Tabel 4.2 Skor Angket Keaktifan Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 80

Tabel 4.3 Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 81

Tabel 4.4 Prestasi Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 83

Tabel 4.5 Skor Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ... 89

Tabel 4.6 Skor Angket Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ... 90

Tabel 4.7 Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ... 91

Tabel 4.8 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I... 92

Tabel 4.9 Skor Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ... 100

Tabel 4.10 Skor Angket Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ... 101

Tabel 4.11 Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ... 102

Tabel 4.12 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II ... 103

Tabel 4.13 Skor Observasi dan Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 108

Tabel 4.14 Tabel Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa ... 110

(18)

xvi Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 36

Gambar 2.2 Kerangka berpikir ... 39

Gambar 3.1 Model Siklus PTK Menurut Kemmis & Mc Taggart ... 42

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Keaktifan Belajar ... 110

(19)

xvii

Daftar Lampiran

Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Perijinan Penelitian ... 125

LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 127

LAMPIRAN 3 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 129

LAMPIRAN 4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen Soal ... 157

LAMPIRAN 5 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 166

LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 220

LAMPIRAN 7 Lembar Observasi ... 268

LAMPIRAN 8 Angket ... 270

LAMPIRAN 9 Soal Evaluasi ... 272

LAMPIRAN 10 Sampel Lembar Kerja Siswa ... 278

LAMPIRAN 11 Data Hasil Observasi ... 295

LAMPIRAN 12 Data Hasil Kuesioner ... 306

LAMPIRAN 13 Perhitungan Keaktifan Belajar ... 317

LAMPIRAN 14 Data Prestasi Belajar ... 321

LAMPIRAN 15 Sampel Hasil Soal Evaluasi ... 326

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I akan dibahas tentang hal yang melatarbelakangi diadakannya

penelitian ini, rumusan masalah.

1.1 Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di Sekolah Dasar

(SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan

dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi. Pembelajaran IPA

diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan kehidupan sehari-hari.

Siswa sebagai subjek pendidikan, dituntut supaya aktif dalam belajar mencari

informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan

sebagai fasilitator dan pembimbing ke arah pengoptimalan pencapaian ilmu

pengetahuan yang dipelajari.

Tujuan dari IPA di SD yaitu: 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran

Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan kebenaran, keindahan, dan keteraturan alam

ciptaan-Nya; 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

(21)

mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat; 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 5) meningkatkan kesadaran untuk

berperan dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 6)

meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai

salah satu ciptaan Tuhan; dan 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan

keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (BSPN,

2006:484).

Belajar IPA sangat penting diajarkan bagi siswa di SD, agar siswa dapat

mencapai tujuan belajar IPA dengan baik. Siswa dapat lebih aktif jika melakukan

kegiatan atau aktivitas dalam kelompok, maka dari itu siswa perlu dibiasakan untuk

belajar aktif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan

pendapat Hamalik (2007:172) mengatakan bahwa kemajuan keaktifan lebih

ditonjolkan melalui unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk

mencapai tujuan belajar yang lebih memadai.

Namun pada kenyataannya guru belum sepenuhnya melaksanakan

pembelajaran aktif dalam melibatkan siswa, serta belum menerapkan model

pembelajaran yang bervariasi. Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan

metode ceramah dan siswa hanya menerima materi yang diberikan guru.

(22)

2

hari Kamis, 10 September 2015 memperoleh informasi bahwa kenyataannya

keaktifan yang ditunjukkan siswa pada pembelajaran masih rendah. Hal ini terlihat

dari hasil observasi yaitu siswa tidak mencatat, memperhatikan dan mendengarkan

penjelasan guru, siswa tidak bertanya tentang materi yang belum mereka pahami dan

tidak ada kerjasama antar teman untuk memecahkan soal, siswa hanya menerima apa

yang disampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab

pertanyaan dari guru. Hasil observasi ini diperkuat dengan hasil wawancara kepada

wali kelas IV di SD N Petinggen, bahwa keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran

IPA sangat rendah, jika pembelajaran hanya dilakukan di kelas tanpa ada kegiatan

kelompok atau percobaan.

Selain melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga melakukan

penyebaran angket untuk memperkuat data kondisi awal keaktifan belajar siswa.

Penyebaran angket dilakukan pada hari yang sama pukul 07.00-09.20 WIB.

Penyebaran angket berupa 15 pernyataan yang diuraikan dari tujuh indikator

keaktifan belajar siswa. Hasil yang diperoleh dari penyebaran angket menunjukkan

bahwa keaktifan belajar siswa rendah, dikarenakan banyak siswa menjawab

pernyataan yang jarang mereka lakukan saat proses pembelajaran yang berhubungan

dengan indikator keaktifan belajar siswa. Diperkuat dengan skor rata-rata pada

kondisi awal angket adalah 45,3 dalam kriteria rendah. Keaktifan belajar yang rendah

akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Rendahnnya prestasi belajar siswa kelas

(23)

Berdasarkan wawancara dengan wali kelas dan melihat nilai ulangan harian

SK 6. Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara

penggunaan benda berdasarkan sifatnya, khususnya KD 6.1 Mengidentifikasi wujud

benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan

terjadinya perubahan wujud cair → padat → cair; cair → gas → cair; padat → gas,

diperoleh nilai ulangan harian siswa kelas IV SD N Petinggen tahun pelajaran

2013/2014. Nilai rata-rata ulangan pada kondisi awal yaitu 66,3, siswa yang nilainya

memenuhi KKM sebanyak 10 siswa dengan persentase 33,3 % dan 20 siswa yang

belum memenuhi KKM dengan persentase 66,7 %, KKM pada mata pelajaran IPA

adalah 70.

Berdasarkan permasalahan di atas maka upaya peningkatan prestasi belajar

siswa dalam pembelajaran IPA di SD N Petinggen merupakan masalah yang harus di

tanggulangi. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut

yaitu model pembelajaran kooperatif. Melalui model pembelajaran kooperatif ini

siswa dapat belajar lebih aktif, mengeluarkan pendapatnya dan suasana yang kondusif

untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keaktifan serta keterampilan sosial

seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat

Menurut Slavin (dalam Nurasma, 2008:1) “Cooperative learning methods

share the idea that students work together to learn and are responsible for their

teammates learning as their own” yang berarti bahwa dalam belajar kooperatif siswa

belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap

(24)

pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif pada penelitian ini dibatasi pada model STAD (Student

Team Achievement Division).

Menurut Slavin (dalam Nurasma, 2008:50), Model STAD adalah siswa

dibentuk dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang

merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam

setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau

variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

Pembelajaran Tipe STAD adalah model pembelajaran kelompok dengan anggota

yang heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model STAD ini membantu

dan membuat semangat siswa untuk berhasil memecahkan suatu masalah secara

bersama. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang paling

sederhana, sehingga model pembelajaran tersebut dapat digunakan oleh guru-guru

yang baru memulai menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran

kooperatif tipe STAD siswa sangat dituntut untuk bekerjasama, siswa akan lebih

mudah memahami materi tersebut karena melalui belajar dari teman sebaya dan di

bawah bimbingan guru, maka proses pemahaman siswa akan mudah dan cepat

mengerti tentang materi yang dipelajari. Hal ini didukung oleh pendapat Nurasma

(2008:3) bahwa “Siswa akan lebih cepat menemukan dan memahami suatu konsep

jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman sebaya daripada

(25)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan belajar kelompok

dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran, sehingga yang di

pelajari menjadi lebih bermakna bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekelilingnya.

Selain itu dengan belajar kelompok akan membawa pengaruh positif terhadap diri

siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini dibatasi pada materi

Sifat dan Perubahan Wujud Benda pada mata pelajaran IPA kelas IV Semester I. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian berjudul “Peningkatan

Keaktifan Dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD N Petinggen Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.

1.2 Batasan Masalah

Batasan dalam penelitian ini adalah dua variabel yaitu keaktifan dan prestasi

belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada SK 6 yaitu: Memahami beragam sifat

dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan

sifatnya. Khususnya KD 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas

memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair

→ padat → cair; cair → gas → cair; padat → gas dengan menerapkan model

(26)

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA tentang sifat

dan perubahan wujud benda siswa kelas IV SD N Petinggen melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

1.3.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata

pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari skor rata-rata kondisi awal 54,4 (rendah) menjadi 70 (tinggi)?

1.3.3 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata

pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari nilai ulangan kondisi awal 66,3 menjadi 75 dan dari persentase 33,3% menjadi 75%?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Untuk mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar

siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.4.2 Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada

(27)

1.4.3 Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada

mata pelajaran IPA tentang sifat dan perubahan wujud benda dari nilai ulangan kondisi awal 66,3 (sedang) menjadi 75 (tinggi)dari persentase 33,3% menjadi 75% melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Guru Kelas

Memberikan contoh PTK tentang bagaimana meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar siswa kelas IV SD N Petinggen pada mata pelajaran IPA materi sifat dan perubahan wujud benda melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.5.2 Bagi Sekolah

Menambah koleksi perpustakaan tentang karya ilmiah guru yang berupa hasil

PTK tentang penerapan model kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan

belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA materi sifat dan perubahan wujud benda.

1.5.3 Bagi Peneliti Lain

Memberikan referensi hasil PTK tentang bagaimana meningkatkan keaktifan

(28)

perubahan wujud benda melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa, saat proses

pembelajaran berlangsung yang berhubungan dengan tujuh indikator keaktifan

belajar siswa, di antaranya adalah mencatat, memperhatikan dan

mendengarkan guru saat menjelaskan materi, bekerjasama dalam kelompok,

bertanya pada guru atau teman apabila belum memahami materi, mencari

informasi dari berbagai sumber belajar, menerapkan langkah-langkah atau

instruksi guru dan mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.

1.6.2 Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan mengenai kemajuan yang

diperoleh siswa setelah proses pembelajaran.

1.6.3 IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya

1.6.4 Siswa adalah subjek yang digunakan untuk penelitian yaitu 29 siswa kelas IV

SD N Petinggen.

1.6.5 Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas

pengetahuan, keterampilan atau sikap yang harus dicapai oleh siswa.

1.6.6 Materi pembelajaran adalah KD 6.1 Mendeskripsikan wujud benda padat,

cair, dan gas memiliki sifat tertentu dan KD 6.2 Mendeskripsikan terjadinya

(29)

1.6.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan pengarahan, membuat

kelompok heterogen (4-5 orang) yang di dalamya memiliki tingkat

(30)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini peneliti menjabarkan mengenai dasar teori penelitian yaitu

kajian pustaka, penelitian sebelumnya yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis

tindakan.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Keaktifan Belajar

2.1.3.1 Pengertian Keaktifan Belajar

Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:31) berarti giat (bekerja,

berusaha), keaktifan berarti kegiatan yang dilakukan oleh siswa yang mendukung

proses pembelajaran. Menurut Dimyati (2006:45) mengatakan bahwa keaktifan itu

beragam, mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis

yang sudah diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih,

keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.

Menurut Yamin (2007:2) belajar aktif merupakan perkembangan dari teori

Dewey Learning by Doing. Dewey menyatakan bahwa siswa perlu terlibat dan

berpartisipasi secara spontan. Siswa perlu terlibat aktif dalam pembelajaran agar

dapat menemukan pengetahuannya sendiri dan belajar untuk tidak ketergantungan

(31)

adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan

aktivitas sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa keaktifan

belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh informasi

yang telah diketahui melibatkan fisik, mental serta emosional untuk memperoleh

hasil belajar berupa pemahaman antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

3.1.3.1Indikator Keaktifan Belajar

Menurut Sudjana (2009:61) keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat

sebagai berikut: (1) siswa turut serta dalam melaksanakan tugas dalam proses belajar;

(2) siswa terlibat dalam pemecahan masalah dalam kegiatan belajar; (3) siswa

bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang

dihadapinya; (4) siswa berusaha mencari berbagai informai yang diperlukan untuk

pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya; (5) siswa melaksanakan diskusi

kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6) siswa melatih diri dalam memecahkan

masalah atau soal dalam kegiatan belajar; (7) siswa menerapkan apa yang telah

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Menurut Mc.Keachie (dalam Yamin, 2007:77) ada 7 aspek keaktifan yaitu:

(1) partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran; (2) tekanan

pada aspek afektif dalam belajar; (3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran,

terutama yang berbentuk interaksi antar siswa; (4) penerimaan (acceptance) guru

(32)

sekali salah; (5) kekompakan kelas sebagai kelompok belajar; (6) kebebasan belajar

yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil

keputusan penting dalam proses pembelajaran; (7) pemberian waktu untuk

menanggulangi masalah pribadi siwa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan

dengan pembelajaran.

Berdasarkan indikator keaktifan yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas

peneliti dapat merumuskan indikator keaktifan yaitu: (1) mencatat, memperhatikan,

mendengarkan penjelasan materi atau instruksi dari guru; (2) bekerjasama dalam

kelompok; 3) bertanya pada guru atau teman apabila belum memahami materi; (4)

mencari informasi dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan persoalan; (5)

menerapkan langkah-langkah cara kerja atau instruksi dari guru; (6) melatih diri

memecahkan soal atau mengerjakan soal di LKS; dan (7) mampu

mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.

2.1.2 Prestasi Belajar

2.1.3.1Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Hintzman (dalam Syah, 2008:65) juga berpendapat bahwa “Learning

is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior”

(33)

manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah

laku organisme tersebut.

Menurut Hamalik (2007:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman atau bisa dikatakan belajar merupakan suatu proses,

suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hal ini juga sejalan dengan

pendapat yang diungkapkan oleh Gagne (dalam Susanto, 2013:1), menyatakan bahwa

belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman. Begitu juga dengan pendapat Winkel (dalam

Susanto, 2013:4) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam

interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang

bersifat relatif konstan dan berbekas.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses di mana seseorang memperoleh pengetahuan dengan cara

berinteraksi aktif antara seseorang dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan-

perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman-pengalamannya.

3.1.3.1Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1101) prestasi adalah hasil

yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Menurut

Mulyasa (2014:189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh setelah menempuh

(34)

dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Sejalan dengan Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008:295) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan atau dikerjakan).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil belajar yang telah ditempuh yang dapat diukur dari ranah

pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subjek belajar dan

objek belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas.

4.1.3.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi

Menurut Mulyasa (2014:190) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (a) bahan atau materi yang

dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik.

Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan

konstribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik. Selain itu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal (faktor diri) baik secara fisiologis (kondisi jasmani atau fisik)

yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu jasmani pada umumnya dan kondisi

yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama pancaindra, sedangkan

faktor psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti intelegensi, minat, dan

sikap. Selain faktor-faktor tersebut, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh waktu

(35)

individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta

didik.

Selain faktor internal, faktor eksternal juga digolongkan ke dalam faktor sosial

dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam

berbagai situasi sosial (contoh: lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan

masyarakat). Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang

bukan sosial, misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku

sumber, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi meliputi bahan atau materi yang dipelajari,

lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi peserta didik. Selain keempat faktor

tersebut juga ada faktor yang mempengaruhi prestasi yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif

2.1.3.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010:37) pembelajaran kooperatif (Cooperative learning)

adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Rusman (2011:202) pembelajaran

kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

(36)

anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

bersifat heterogen. Cooperative Learning adalah teknik pengelompokan yang di

dalamnya siswa bekerja pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang

umumnya terdiri dari 4-5 orang (Rusman, 2011:204). Sejalan dengan Trianto

(2013:56) di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,

kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.

Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) menyebutkan pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana

pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam

kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching).

Begitu juga pendapat Sanjaya (dalam Rusman, 2013:203) Cooperative Learning

merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model

pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa

dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif juga mempunyai strategi-strategi khusus untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ada empat hal penting dalam

strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok; (2)

adanya aturan main (role) dalam kelompok; (3) adanya upaya belajar dalam

kelompok; (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. Menurut

(37)

dasar model cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif; (2)

pertanggungjawaban individual; (3) kemampuan bersosialisasi; (4) tatap muka; dan

(5) evaluasi proses kelompok. Dalam hal ini kelompok mendapat kesempatan untuk

bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk

sinergi yang menguntungkan semua anggota. Senada dengan penjelasan tersebut

(Siahaan dalam Rusman 2013, 205) mengutarakan lima unsur esensial yang

ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (a) saling ketergantungan yang

positif; (b) interaksi berhadapan (face-to-face interaction); (c) tanggungjawab

individu (individual responsibility); (d) keterampilan sosial (social skills); (e) terjadi

proses dalam kelompok (group processing).

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah model kegiatan pembelajaran yang berfokus

menggunakan kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran dan bekerja di

dalam kelompok-kelompok kecil yang struktur kelompoknya heterogen.

2.1.3.3Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2013:57) menyatakan bahwa

tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk

peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara

kelompok. Karena siswa belajar dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat

(38)

kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan

pemecahan masalah seperti pendapat Loisell & Descamps (dalam Trianto, 2014:57).

Menurut Eggen (dalam Trianto, 2013:58) pembelajaran kooperatif merupakan

sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara

berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini diperkuat dengan pendapat

Ibrahim (dalam Trianto, 2013:59) bahwa struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa

dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka

bekerjasama mencapai tujuan tesebut.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang dibentuk menjadi

kelompok-kelompok kecil agar dapat memaksimalkan pembelajaran dengan cara

belajar bersama dan memecahkan masalah bersama kelompok.

2.1.3.3Unsur-Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton (dalam Trianto 2013:60), terdapat

lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1. Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam

belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk

mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan

sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa

bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil

(39)

2. Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif

akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini terjadi, dalam hal seorang

siswa akan membantu siswa lain sukses sebagai anggota kelompok. Saling

memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan

seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok. Untuk

mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan

bantuan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar

kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang

sedang dipelajari bersama.

3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar

kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal : (a) membantu siswa

yang membutuhkan bantuan; dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar

“membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman

sekelompoknya.

4. Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar

kognitif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang

siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi seorang siswa lain dalam

kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan

menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

5. Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa

(40)

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan

membuat hubungan kerja yang baik.

Selain lima unsur penting dalam belajar kooperatif dalam pembelajaran ini

juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran

lainnya. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin

(dalam Trianto, 2013:61) adalah sebagai berikut:

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria

yang ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung

pada belajar individual semua anggota kelompok.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna siswa telah membantu

kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.

2.1.3.4Macam-macam Model Pembelajaran

Menurut Rusman (2011:2013) ada beberapa jenis model dalam pembelajaran

kooperatif, jenis-jenis model pembelajaran tersebut adalah:

1. Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Sugiyanto (2010:44) bahwa

pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan

kawan-kawan dari universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang paling

sederhana dan paling dekat dengan siswa dari pendekatan pembelajaran

(41)

mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik

melalui penyajian verbal maupun tertulis.

2. Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar

kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam kelompok

kecil. Dalam model kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan

untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan

dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok

bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian

materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada

kelompok lain.

3. Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation Type)

Perencaaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI

adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6

orang, tiap kelompok bebas memilih topik dari keseluruhan unit materi

(pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau

menghasilkan laporan kelompok.

4. Tipe Make a Match (Membuat Pasangan)

Metode Make a Match (Membuat Pasangan) penerapan metode ini dimulai

dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan

jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan

(42)

pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana

yang menyenangkan.

5. Tipe TGT (Team Games Tournamens)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa

dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang

siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang

berbeda. Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota

tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.

6. Tipe Model Struktural

Menurut pendapat Spence dan Miguel Kagan (dalam Rusman, 2010:225)

bahwa terdapat enam komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe

pendekatan struktural. Keenam komponen itu adalah sebagai berikut

struktural dan konstruk yang berkaitan, prinsip-prinsip dasar, pembentukan

kelompok dan pembentukan kelas, kelompok, tata kelola, dan keterampilan

sosial.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division

(STAD)

2.1.4.2Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievement Division (STAD)

Menurut Huda (2013:201) Student Team Achievement Division (STAD)

(43)

kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling

bekerjasama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Rusman (2011:213) juga

berpendapat variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti adalah

STAD, dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang

yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya.

Menurut Ngalimun (2014:168) STAD adalah salah satu model pembelajaran

kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang),

diskusikan bahan-LKS-modul secara kolaboratif, sajian presentasi kelompok

sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa

atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. Slavin

(dalam Rusman, 2011:214) memaparkan bahwa gagasan utama di belakang STAD

adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk

menguasai keterampilan yang diajarkan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) peneliti dapat

menyimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif yang dalam

pelaksanaannya siswa dibentuk secara berkelompok dengan tingkat kemampuan yang

berbeda-beda. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan kerjasama untuk mencapai tujuan

dalam kelompok secara heterogen dan merupakan salah satu keunggulan dari model

(44)

memberikan materi kepada tiap kelompok dan masing-masing siswa dalam kelompok

memiliki tanggung jawab besar dalam pemahaman materi, karena tanggung jawab itu

menjadi kunci atas keberhasilan kelompok.

2.1.4.2Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Sumantri (2002:35) keunggulan pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah sebagai berikut:

1. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi

norma-norma kelompok.

2. Siswa aktif untuk membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama

berhasil.

3. Aktif berperan sebagai tutor teman sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok.

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam

berpendapat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keunggulan dari pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran ini dapat meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan kerjasama kelompok untuk mencapai

(45)

2.1.4.3Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievement Division (STAD)

Menurut Rusman (2011:215) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Tipe Student Team Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut:

1. Penyampaian Tujuan

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembelajaran Kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya

terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas

dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.

3. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan

tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya

pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat

belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proes pembelajaran guru dibantu

oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan

yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan

(46)

4. Kegiatan Belajar dalam TIM (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan

lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua

anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim

bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan

bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.

5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang

dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja

masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak

dibenarkan bekerjasama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara

individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar

tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya

60,75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

6. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan

angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas

keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan

penghitungan skor individu, menghitung skor kelompok dan pemberian

(47)

Trianto (2013:70) juga berpendapat bahwa langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terdiri atas enam langkah atau fase,

yaitu sebagai berikut:

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk meghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.5.2Hakikat IPA

Menurut Susanto (2012:165), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah

satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada

jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini

dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar

sampai sekolah menengah.

(48)

Menurut GBPP (1994:61) Ilmu Pengetahuan Alam adalah hasil kegiatan

manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang teorganisasi tentang alam

sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara

lain: penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Mata pelajaran IPA

adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,

sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran

Tuhan Yang Maha Esa.

2.1.5.3Tujuan Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar

Pendidikan BSNP (2006), dimaksudkan untuk :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

(49)

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

2.1.5.3Materi Pelajaran IPA Kelas IV

Wujud Benda

Kita dapat melihat berbagai macam benda benda-benda tersebut

bermacam-macam bahan pembuatnya, ukurannya, warnanya, bentuknya, dan kekerasannya.

Masing-masing benda tersebut memiliki sifat yang dapat membedakan jenis benda

yang satu dengan yang lainnya. Jika dilihat dari wujud dan sifatnya, benda memiliki 3

jenis yaitu padat, cair dan gas.

A. Padat

Benda padat mempunyai sifat yang berbeda dengan benda cair atau benda gas.

Sifat-sifat dari benda padat di antaranya sebagai

berikut:

1. Bentuk dan ukurannya tetap, walaupun

tempatnya dipindah-pindah bentuk dan

(50)

2. Benda padat dapat diubah bentuknya dengan cara tertentu.

3. Mempunyai massa, berat benda berbeda-beda tergantung pada jenis dan

ukuran benda.

B. Cair

Air merupakan contoh benda cair. Sifat-sifat dari benda cair sebagai berikut:

1. Bentuknya dapat berubah sesuai dengan wadahnya.

2. Benda cair menempati ruang dan memiliki massa.

3. Permukaan benda cair yang tenang selalu mendatar.

(51)

5. Benda cair dapat melarutkan zat tertentu.

6. Benda cair menekan ke segala arah.

C. Gas

Di manapun kita berada, di permukaan bumi selalu di kelilingi oleh benda gas

yang disebut udara. Benda gas walaupun kita tidak dapat melihat wujudnya kita

dapat merasakannya. Sifat benda gas adalah sebagai berikut:

1. Benda gas terdapat di mana-mana.

2. Benda gas menepati ruang.

3. Bentunya dapat berubah-ubah sesuai dengan wadah atau ruang yang

ditempati.

4. Benda gas dapat menekan dan memuai.

(52)

Perubahan Wujud Benda

Perhatikan Gambar di samping! Beberapa peristiwa

perubahan wujud benda, antara lain, mencair

(melebur), membeku, menguap, mengembun, dan

menyublim.

1. Mencair (Melebur)

Pernahkan kamu minum es sirup atau es teh? Coba

perhatikan baik-baik! Mengapa es dalam sirup lama

kelamaan berubah menjadi air? Pernahkah kamu memasak

dengan menggunakan mentega? Mengapa mentega

berubah menjadi cair saat berada dipenggorengan? Es dan mentega berubah

wujud dari padat menjadi cair karena adanya kenaikan suhu (panas). Peristiwa

perubahan zat padat menjadi zat cair dinamakan mencair atau melebur.

2. Membeku

Perubahan wujud benda cair menjadi benda padat

disebut membeku. Es adalah wujud air dalam bentuk

padat. Air dapat membeku jika mengalami penurunan

suhu yang sangat dingin. Puncak gunung yang tinggi

Gambar 3: Lemari Es Gambar 1: Skema perubahan

wujud benda

(53)

selalu diselimuti oleh salju. Salju tersebut adalah uap air yang membeku.

3. Menguap

Pernahkan kamu merebus air di dalam

cerek (ketel)? Jika pernah, bagaimanakah jika

air dalam cerek tersebut dipanaskan

terus-menerus? Air dalam cerek (ketel)

lama-kelamaan akan habis. Ke manakah uap air

panas yang keluar dari mulut cerek (ketel) itu? Uap air panas yang keluar dari

mulut cerek tersebut berada di udara, hanya saja mata kita tidak mampu untuk

melihat titik-titik uap air yang berada di udara. Peristiwa berubahnya zat cair

menjadi gas disebut penguapan. Penguapan terjadi jika ada kenaikan suhu

yang besar. Ada empat cara untuk mempercepat terjadinya penguapan, yaitu

memanaskan, memperluas permukaan, meniupkan udara di atas permukaan,

dan mengurangi tekanan di atas permukaan. Prinsip penguapan dapat

digunakan sebagai dasar membuat mesin pendingin, seperti lemari es dan AC.

4. Mengembun

Mengembun adalah peristiwa perubahan wujud gas menjadi cair. Jadi,

mengembun merupakan kebalikan dari menguap. Pada waktu gas

mengembun, gas melepaskan kalor. Pernahkan kamu membuat minuman

dingin, seperti es teh atau es jeruk? Bila kamu amati,bagian luar gelas tempat

(54)

kamu membuat es teh atau es jeruk menjadi basah.

Mengapa? Karena uap air dalam udara yang

menyentuh gelas mengembun. Hal ini disebabkan

suhu gelas lebih rendah dari pada suhu uap air di

sekitar gelas.

5. Menyublim

Menyublim adalah peristiwa perubahan zat

padat menjadi gas atau sebaliknya. Untuk

membedakannya, kamu bisa menggunakan istilah

melenyap dan mengkristal. Melenyap adalah peristiwa perubahan wujud padat

menjadi gas. Mengkristal adalah perubahan wujud gas menjadi padat. Contoh

melenyap dan mengkristal adalah kapur barus ataupun kamper.

2.1.6 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya

sendiri dengan cara: (1) merencanakan; (2) melaksanakan; dan (3) merefleksikan

tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah, 2011:7).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto (2007:102) mengatakan bahwa PTK

sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap

kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan

(55)

keahlian mengajar, dan sebagainya. Sedangkan menurut Kunandar (2009:45)

mengatakan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan

memperbaiki mutu pembelajaran di kelas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK

adalah penelitian yang bersifat reflektif yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki ,

meningkatkan sistem pembelajaran atau pengajaran di dalam kelas.

2.2. Penelitian Yang Relevan

2.2.1 Penelitian Tumiyatun (2013) dengan judul “Peningkatan Keaktifan Siswa

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran PKn

Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Gondangrejo Karanganyar. Hasil

penelitiannya adalah Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn materi

kebebasan berorganisasi, guru kelas V melakukan pembenaran pelaksanaan

tindakan pada saat proses belajar mengajar. Hal tersebut diperkuat karena

peningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran PKn Siswa Kelas V SD

Negeri 03 Wonorejo, Gondangrejo Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013

hal ini ditunjukkan dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebelum

penelitian hanya 8 siswa (22,22%) yang dalam mengikuti materi pengertian

dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah,

kemudian peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Gambar

Gambar 1: Skema perubahan
Gambar 4: Penguapan
Gambar 5: Pengembunan
Gambar 2.1. Bagan penelitian yang relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Draw Dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Pada Siswa.. Kelas IV SD Negeri IV Purwoharjo Tahun

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran IPA. Subyek penelitian ini adalah guru IPA kelas IV SD Negeri Sambiduwur 2 dan peneliti

Skripsi dengan judul Peningkatan Keaktifan Belajar IPA Dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Klepu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Hasil penelitian menjukkan bahwa:1 upaya peningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Pugeran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeTeams

Keaktifan Belajar Keaktifan belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan siswa kelas IV A SD Negeri Denggung ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA materi gaya melalui model pengaturan tempat duduk di kelas IV SD Negeri 2 Wangon yang