• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode praktikum berbasis guided inquiry untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa pada materi sistem indra kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode praktikum berbasis guided inquiry untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa pada materi sistem indra kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta."

Copied!
256
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Yuli Dasmiyati. (2015). Metode Praktikum Berbasis Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Indra Kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta tahun 2013/2014 pada materi sistem indra belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan dan pengaruh metode praktikum berbasis guided inquiry terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta dengan materi sistem indra. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi, hasil tes pada setiap siklus, dokumen laporan praktikum pada setiap siklus, dan kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh pada aspek kognitif siklus I dengan rata-rata 82.65 meningkat pada siklus II yaitu 91.25. Ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 83.37 % meningkat pada siklus II menjadi 100 %. Keterampilan proses sains siswa aspek psikomotorik juga meningkat. Rata-rata nilai siklus I sebesar 81.64 meningkat pada siklus II menjadi 82.81. Begitu juga dengan sikap sains siswa termasuk dalam kategori baik dengan skor rata-rata 73.6.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode praktikum berbasis Guided Inquiry dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi sistem indra.

(2)

ABSTRACT

Yuli Dasmiyati. (2015). Practical Method Based Guided Inquiry to Increase Students’ Science Process Skills and Learning Achievement on Senses System Topic for XI Science Students in SMA Negeri 11 Yogyakarta. Yogyakarta : Sanata Dharma University.

Science process skill and learning achievement of grade XI science students’ of SMA Negeri 11 Yogyakarta school year 2013/2014 on sense system topic were not able to reach the passing grade which has set by the school. Therefore, this research aims to know increasing and the effect of practical method based guided inquiry at students’ science process skill and learning achievement for XI Science student on SMA Negeri 11 Yogyakarta school year 2014/2015.

The form this of research is Classroom Action Research (CAR) and the research subject is the students of class XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta by using the senses system material. This research was conducted in March-April 2015. This research is carried out in 2 cycles, each cycle has four stages : planning, implementation, observation and reflection. Data collection was carried out by using a sheet of observations, test results at each cycle, document practical report at each cycle, and questionnaires. The data analysis techniques which were used in the study of this class action is descriptive quantitative.

The research result obtained on cognitive aspect of first cycle with average 82.65 increased in second cycle is 91.25. This is evidenced by the percentage of classical completeness means that KKM pass in the first cycle by 83.37% increased in the second cycle to 100%. Science process skills of students psychomotor aspect also increased. The rates value of the first cycle is 81.64 increase in cycle II become 82.81. So is the science attitudes/affective aspect of students included in good category, the scors rate is 73.6.

Based on the research result it is concluded that the implementation of practical method based Guided Inquiry can improve science process skill and achievement learning students of XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta on senses system topic.

(3)

SISWA PADA MATERI SISTEM INDRA KELAS XI IPA SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

YULI DASMIYATI NIM : 101434052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015

(4)
(5)
(6)

(Jika kamu melihat apa yang kamu miliki didalam hidup, maka kamu akan merasakan lebih. Jika kamu melihat apa yang kamu tidak miliki didalam hidup, maka kamu merasa tidak akan pernah cukup)

-Oprah Winfre-

Kupersembahkan untuk: Allah SWT, Sang Maha Pengatur segalanya Mamak-Bapakku, Murniati-Suparjiono, ungkapan rasa hormat dan baktiku, terimakasih telah membuatku ada didunia ini, terimakasih atas segala cinta, doa dan materi untuk putri sulungmu ini Kedua adik perempuanku, Amanah Budi Utami dan Dini Agustina Putri, terimakasih atas semangatnya Seluruh teman-temanku yang terkasih, yang memberikan semangat dan doanya Segenap keluarga dan almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(7)
(8)
(9)

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkat dan penyertaan-Nya sehingga karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “Metode Praktikum Berbasis Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Indra Kelas XI IPA SMA Negeri 11

Yogyakarta” ini dapat terwujud. Terimakasih atas penyertaannya mulai dari

persiapan, pelaksanaan serta penyusunan naskah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Melalui penyusunan skripsi ini, merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan Biologi. Banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran dalam penyusunan skripsi ini. Tentunya ada banyak hal dan banyak pihak yang terlibat didalamnya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang selalu menuntun setiap langkah dan usaha yang saya lakukan dalam proses penyusunan skripsi ini sampai tercipta suatu karya yang luar biasa ini.

2. Ibu Dra. Baniyah, selaku Kepala SMA Negeri 11 Yogyakarta yang telah menerima, memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada saya untuk melangsungkan penelitian di sekolah.

3. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd, selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan-masukan yang berguna dalam penyusunan proposal hingga penyusunan naskah akhir skripsi, serta yang telah memberikan arahan, dukungan, dan semangat.

4. Bapak dan Ibu dosen di Prodi Pendidikan Biologi yang senantiasa memberikan semangat dan masukan untuk lebih baik kedepannya.

5. Ibu Titi Dwi Kurniasih, S.Pd, selaku guru Biologi kelas XI IPA 2 yang dengan kerendahan hati berkenan membantu kelancaran penelitian skripsi ini.

6. Siswa-siswi SMA Negeri 11 Yogyakarta kelas XI IPA 2 yang telah memberikan segenap semangatnya untuk mengikuti pembelajaran bersama-sama.

7. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.

(10)
(11)

Yuli Dasmiyati. (2015). Metode Praktikum Berbasis Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Indra Kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta tahun 2013/2014 pada materi sistem indra belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan dan pengaruh metode praktikum berbasis guided inquiry terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta dengan materi sistem indra. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi, hasil tes pada setiap siklus, dokumen laporan praktikum pada setiap siklus, dan kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh pada aspek kognitif siklus I dengan rata-rata 82.65 meningkat pada siklus II yaitu 91.25. Ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 83.37 % meningkat pada siklus II menjadi 100 %. Keterampilan proses sains siswa aspek psikomotorik juga meningkat. Rata-rata nilai siklus I sebesar 81.64 meningkat pada siklus II menjadi 82.81. Begitu juga dengan sikap sains siswa termasuk dalam kategori baik dengan skor rata-rata 73.6.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode praktikum berbasis Guided Inquiry dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi sistem indra.

Kata Kunci : Metode praktikum, Guided Inquiry, keterampilan proses sains, hasil belajar, sistem indra.

(12)

Yuli Dasmiyati. (2015). Practical Method Based Guided Inquiry to Increase Students’ Science Process Skills and Learning Achievement on Senses System Topic for XI Science Students in SMA Negeri 11 Yogyakarta. Yogyakarta : Sanata Dharma University.

Science process skill and learning achievement of grade XI science students’ of SMA Negeri 11 Yogyakarta school year 2013/2014 on sense system topic were not able to reach the passing grade which has set by the school. Therefore, this research aims to know increasing and the effect of practical method based guided inquiry at students’ science process skill and learning achievement for XI Science student on SMA Negeri 11 Yogyakarta school year 2014/2015.

The form this of research is Classroom Action Research (CAR) and the research subject is the students of class XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta by using the senses system material. This research was conducted in March-April 2015. This research is carried out in 2 cycles, each cycle has four stages : planning, implementation, observation and reflection. Data collection was carried out by using a sheet of observations, test results at each cycle, document practical report at each cycle, and questionnaires. The data analysis techniques which were used in the study of this class action is descriptive quantitative.

The research result obtained on cognitive aspect of first cycle with average 82.65 increased in second cycle is 91.25. This is evidenced by the percentage of classical completeness means that KKM pass in the first cycle by 83.37% increased in the second cycle to 100%. Science process skills of students psychomotor aspect also increased. The rates value of the first cycle is 81.64 increase in cycle II become 82.81. So is the science attitudes/affective aspect of students included in good category, the scors rate is 73.6.

Based on the research result it is concluded that the implementation of practical method based Guided Inquiry can improve science process skill and achievement learning students of XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta on senses system topic.

Keyword : Practical Method, Guided Inquiry, science process skill, achievement learning, senses system.

(13)

HALAMAN JUDUL………...………i

HALAMAN PERSETUJUAN………...………ii

HALAMAN PENGESAHAN………..iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK………..vi

KATA PENGANTAR……….vii

ABSTRAK………ix

ABSTRACT………...x

DAFTAR ISI……….xi

DAFTAR TABEL………...………xiv

DAFTAR GAMBAR………..xvi

BAB I. PENDAHULUAN………...1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………11

A. Metode Praktikum………11

1. Pengertian Metode Praktikum………11

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Praktikum……….12

3. Tahap-tahap Metode Praktikum……….15

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Praktikum……….…17

B. Inkuiri dalam Praktikum………...18

C. Keterampilan Proses Sains………...21

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains………...21

2. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains………...22

3. Kedudukan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains………24

(14)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar………...26

E. Materi Sistem Indra………..30

F. Penerapan Metode Praktikum Berbasis Guided Inquiry dalam Materi Sistem Indra..31

G. Penelitian yang Relevan………...32

H. Kerangka Berpikir………33

I. Hipotesis ………..36

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………37

A. Jenis Penelitian……….37

B. Setting Penelitian………..38

1. Waktu dan Tempat Penelitian………38

2. Subyek Penelitian………...38

3. Obyek Penelitian………38

C. Rancangan Tindakan………38

1. Perencanaan dan Persiapan………40

2. Pelaksanaan Tindakan………41

D. Variabel Penelitian………...45

E. Indikator Ketercapaian……….…45

F. Instrument Penelitian………47

G. Metode Pengumpulan Data………..48

1. Test……….48

2. Dokumen Laporan Praktikum………48

3. Observasi………49

4. Kuesioner………...………49

H. Validitas………...…51

I. Metode Analisis Data………...………53

1. Analisis Hasil Tes………...…53

2. Analisis Hasil Laporan Praktikum……….………54

3. Analisis Hasil Observasi………56

4. Analisis Hasil Kuesioner………58

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………62

A. Deskripsi Penelitian………..…62

1. Deskripsi Siklus I………...62

a. Perencanaan (Planning)………...62

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)………...…63

c. Refleksi ………72

2. Deskripsi Siklus II………..74

a. Perencanaan (Planning)………...74

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)………...75

c. Refleksi……….81

(15)

a. Hasil Observasi………82

1) Hasil Analisis Observasi Siklus I………...…83

2) Hasil Analisis Observasi Siklus II………..…86

b. Hasil Laporan Praktikum……….89

2. Hasil Analisis Sikap Sains Siswa………...90

3. Hasil Analisis Peningkatan Hasil Belajar………...91

a. Pre-test………..91

b. Post-test Siklus I………...…92

c. Post-test Siklus II……….94

4. Hasil Analisis Keseluruhan Aspek………...96

PEMBAHASAN………..97

A. Proses Sains………97

B. Hasil Belajar……….108

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………113

A. Kesimpulan……….113

B. Kendala Penelitian………..114

C. Saran………...114

DAFTAR PUSTAKA………...116 LAMPIRAN

(16)

Tabel 1. Tingkatan guided inquiry dan macam bimbingan guru pada siswa………...…18

Tabel 2. Indikator Aspek Keterampilan Proses Sains………..…21

Tabel 3. Indikator Ketercapaian Penelitian………..43

Tabel 4. Penjabaran Metode Pengumpulan Data……….48

Tabel 5. Taksonomi Bloom Revisi………...50

Tabel 6. Pedoman Penskoran Laporan Praktikum………...52

Tabel 7.1 Cara Analisis Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siswa……….…57

Tabel 7.2 Rubrik Penilaian Observasi Aspek Psikomotorik Siswa……….…57

Tabel 8.1 Kuesioner Aspek Afektif Siswa………...60

Tabel 8.2 Pedoman Penskoran Kuesioner Aspek Afektif Siswa………..…62

Tabel 8.3 Penggolongan Aspek Afektif Siswa……….…63

Tabel 9.1.1 Penjabaran Aspek Psikomotorik………...…85

Tabel 9.1.2 Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains pada Siklus I………86

Tabel 9.1.3 Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa pada Siklus I……….87

Tabel 9.2.1 Penjabaran Aspek Psikomotorik………...89

Tabel 9.2.2 Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa pada Siklus II………90

Tabel 9.2.3 Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa pada Siklus II………91

Tabel 10. Hasil Analisis Laporan Praktikum Siklus I dan Siklus II Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa pada Siklus II……….93

Tabel 11. Hasil Analisis Sikap Sains Siswa……….94

(17)

Tabel 12.2 Hasil Post-test Siklus I………...97 Tabel 12.3 Hasil Post-test Siklus II………..99

Tabel 13. Hasil Analisis Ketuntasan Klasikal Keseluruhan Siklus I dan II………...101

(18)

Gambar 1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing………19

Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian……….32

Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Khemmis & Mc. Taggart………36

Gambar 4. Suasana Saat Mengerjakan Soal Pre-test………66

Gambar 5. Siswa bertanya terkait yang belum dipahami dalam LKS 1………...68

Gambar 6. Keantusiasan Siswa dalam diskusi……….69

Gambar 7. Siswa terlihat memperhatikan penjelasan peneliti……….71

Gambar 8. Siswa saat Mempresentasikan Hasil Percobaan……….72

Gambar 9. Suasana saat melakukan praktikum OFT dan ORT………...73

Gambar 10. Siswa sedang mengerjakan soal post-test siklus I………73

Gambar 11. Suasana ketika berdiskusi……….79

Gambar 12. Siswa terlihat serius melakukan praktikum lokasi reseptor……….…81

Gambar 13. Terlihat siswa yang mengobrol ………...81

Gambar 14. Siswa sedang menggerjakan soal posttest dan kuesioner……….……83

Gambar 15.1 Diagram nilai pre-test Siswa………...………...96

Gambar 15.2 Diagram nilai post-test siklus I………...97

Gambar 15.3 Diagram Nilai Post-test Siklus II………99

Gambar 16. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa………..………110

Gambar 17. Peningkatan Hasil Belajar Siswa………115

Gambar 18. Ketuntasan Klasikal Siklus I dan II………116

(19)

Lampiran 1……….120

Lampiran 2……….121

Lampiran 3……….122

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup, lingkungan, dan interaksinya. Pembelajaran IPA lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menjelajahi alam sekitar secara ilmiah. Biologi sebagai salah satu bidang IPA mempelajari konsep-konsep kehidupan yang dapat dialami secara langsung.

Belajar biologi memiliki tujuan menciptakan siswa yang memiliki keterampilan proses sains dan keaktifan selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga diperlukan metode dan model pembelajaran yang bervariasi dalam belajar biologi. Namun kenyataan, penggunaan metode dan model pembelajaran bervariasi sangat jarang. Guru masih saja menggunakan metode pembelajaran yang tradisional yaitu ceramah. Metode ceramah cenderung hanya mengandalkan keaktifan dan kemampuan guru, sedangkan siswa lebih banyak duduk diam dan menerima apa saja yang disampaikan oleh guru. Hal inilah yang menyebabkan siswa sulit untuk memahami konsep-konsep pembelajaran biologi.

Di SMA Negeri 11 Yogyakarta, guru mata pelajaran Biologi cenderung menggunakan metode ceramah dan diskusi sehingga tak heran siswa cepat

(21)
(22)

padahal praktikum merupakan salah satu sarana untuk membawa siswa memahami materi pelajaran secara nyata tanpa harus membayangkan. Maka dari itu, jika hanya ceramah dan diskusi siswa akan kesulitan untuk membayangkan bagaimana sistem indra dapat bekerja dalam tubuh manusia. Hal ini jika dibiarkan begitu saja, tentu akan berdampak kurang baik pada hasil belajar siswa untuk tahun-tahun ajaran berikutnya.

(23)

Siswa yang belajar sains dituntut tidak hanya memahami produk-produk sains, namun juga diharapkan memahami dan terampil melakukan proses sains (mempunyai keterampilan proses sains). Dalam hal ini, perlu langkah dan upaya lain, untuk meningkatkan keterampilan proses sains tersebut.

Ketercapaian kompetensi dan atau tujuan belajar sangat dipengaruhi oleh guru. Untuk membangun kompetensi pada aspek kerja ilmiah itu (sehingga siswa mempunyai keterampilan proses sains), dipandang perlu adanya bimbingan dan pancingan guru. Penggunaan metode guided inquiry dirasa tepat untuk maksud ini. Latihan berpikir kritis dan kreatif, latihan mengembangkan keingintahuan (curiosity), berpikir analitis dan juga latihan menggunakan indera dan alat bantu indera serta alat-alat lain, sangat diperlukan untuk keterampilan melakukan kerja ilmiah tersebut. Sehingga diharapkan penerapan metode praktikum berbasis guided inquiry ini dapat melatih kemandirian siswa.

(24)

keterampilan siswa menemukan berbagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, guru perlu memberikan bimbingan (guide), terlebih pada siswa yang belum biasa melakukan langkah-langkah kerja ilmiah ini.

Jika dikaitkan dengan berbagai pandangan mengenai kemandirian belajar siswa SMA, di satu sisi siswa SMA sudah diharapkan menjadi pebelajar mandiri yang mempunyai kemampuan belajar tanpa atau dengan bantuan guru. Namun di sisi yang lain, pada usia menjelang dewasa ini, siswa SMA dipandang masih memerlukan bantuan dan bimbingan guru dalam melakukan berbagai kegiatan belajar, terutama dalam kaitannya dengan pembangunan pengetahuan dan pemahaman mereka. Bagaimana menangkap permasalahan dari suatu fakta atau gejala biologi, bagaimana merumuskan permasalahan ini, sampai dengan bagaimana menemukan pemecahan permasalahan, siswa (khususnya siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta), masih perlu dibimbing guru, meskipun pada umumnya siswa mempunyai potensi akademik yang tinggi. Ini juga didukung oleh hasil observasi, bahwa selama ini, dalam belajar biologi, siswa belum dibiasakan melakukan inquiry, melainkan lebih banyak mengikuti petunjuk yang diberikan guru dengan menggunakan LKS praktikum.

(25)

Sehingga bisa dinyatakan bahwa keterampilan proses sains ini nanti akan sangat dibutuhkan bagi peserta didik untuk bekal masa depan mereka.

Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa dengan mengkombinasikan praktikum dengan guided inquiry dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Dasar empiris, mengenai efektivitas guided inquiry bagi peningkatan pemahaman konsep siswa, kemampuan afektif, dan psikomotor siswa, telah diberikan oleh banyak peneliti, antara lain Memi Malihah (2011) dan Ummi Kalsum (2010). Dalam penelitian yang terpisah di SMA, kedua peneliti tersebut menemukan bahwa guided inquiry mampu memperbaiki respons siswa dalam belajar sains (biologi), serta meningkatkan kualitas hasil belajarnya, baik pada ranah kognitif (pemahaman konsep), afektif, dan psikomotor. Dengan demikian semakin memperkuat keyakinan bahwa implementasi metode praktikum berbasis guided inquiry ini dalam pembelajaran biologi, akan mampu meningkatkan Keterampilan Proses Sains siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta.

(26)

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini akan menerapkan metode praktikum berbasis guided inquiry untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa. Selanjutnya penelitian ini diberi judul : “Metode Praktikum Berbasis Guided Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Indra Kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah metode praktikum berbasis guided inquiry dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa pada materi sistem indra Kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta ?

2. Bagaimana pengaruh metode praktikum berbasis guided inquiry dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa pada materi sistem indra Kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta ?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a) Keterampilan proses sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, Aspek psikomotorik mencakup keterampilan mengamati, mengajukan

(27)

percobaan, kejujuran dalam pelaporan data, antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, perhatian siswa pada guru dan sesama teman, sikap percaya diri dalam penyampaian pendapat dalam presentasi, sikap menghargai masukan dari teman, dan menerima kritik dan masukan dengan lapang dada.

b) Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan aspek kognitif yang diketahui melalui hasil tes tertulis dalam bentuk

tes pilihan ganda.

c) Objek penelitian ini adalah penerapan metode praktikum berbasis guided inquiry, keterampilan proses sains, dan hasil belajar.

d) Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta. Kelas XI IPA 2 berjumlah 32 siswa terdiri dari 17 siswa putra dan 15 siswi putri.

(28)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa pada materi sistem indra Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta melalui penerapan metode praktikum berbasis guided inquiry. 2. Untuk mengetahui pengaruh metode praktikum berbasis guided inquiry dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa pada materi sistem indra Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas ini bagi siswa, bagi guru, bagi sekolah, dan bagi peneliti adalah sebagai berikut.

1. Manfaat bagi siswa

Metode praktikum berbasis guided inquiry memacu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar.

2. Manfaat bagi guru

Memberikan referensi bagi guru dalam pengembangan pembelajaran Biologi dengan menggunakan metode praktikum berbasis guided inquiry. Semakin bervariasinya metode pembelajaran, maka proses pembelajaran akan semakin menyenangkan sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa.

3. Manfaat bagi sekolah

(29)

dalam melaksanakan pembelajaran berikutnya untuk mencoba inovasi baru dengan metode praktikum berbasis guided inquiry salah satunya. 4. Manfaat bagi peneliti

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Praktikum

1. Pengertian Metode Praktikum

Bidang pendidikan sangat penting peranannya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu, pendidikan hendaknya dikelola dengan baik. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu, kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran. Sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir (Djamarah dkk., 2006:46). Sedangkan menurut Sanjaya (2007:194)metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis, untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(31)

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya : 1) ceramah; 2) demonstrasi; 3) diskusi; 4) simulasi; 5) laboratorium/praktikum; 6) pengalaman lapangan; 7) brainstorming; 8) debat; dan 9) simposium.

Menurut Pabelon dan Mendosa (2000:63), praktikum merupakan metode yang memfasilitasi diperolehnya berbagai keterampilan-keterampilan yang meliputi : keterampilan merencanakan, keterampilan menemukan masalah, keterampilan mengumpulkan informasi, keterampilan interpretasi, dan keterampilan komunikasi. Sehingga dapat diartikan bahwa metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Dalam hal ini salah satu peran guru adalah pembimbing (guide) bagi siswa dengan cara memberikan panduan praktikum/LKS model inkuiri. Dimana pada LKS tersebut siswa hanya diberikan petunjuk mengenai tujuan praktikum saja dan mengenai alat-bahan praktikum serta cara kerja siswa sendiri yang merancang.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Praktikum

(32)

praktikum, yaitu kurikulum, sumber daya, lingkungan belajar, keefektivan mengajar, dan strategi assesmen.

a) Kurikulum

Pelaksanaan kegiatan praktikum sangat bergantung pada pengembangan kurikulum, misalnya (a) petunjuk praktikum yang terdiri atas beberapa percobaan baik yang terintegrasi maupun tak terintegrasi dengan kegiatan non praktikum, (b) lembar kerja, (c) buku teks yang memuat percobaan praktikum.

b) Sumber Daya

Sumber daya disini mencakup bahan dan peralatan, ruang dan perabotan, asisten dan tenaga laboran serta teknisi.

c) Lingkungan Belajar

Keberhasilan belajar terkait dengan lingkungan tempat belajar itu terselenggara, kegiatan di laboratorium bersifat kurang formal, peserta didik bebas untuk mengamati, berbuat dan berinteraksi secara individual maupun kelompok.

d) Keefektivan Mengajar

(33)

e) Strategi Assesmen

Ketika objek yang dipelajari diperlihatkan pada peserta didik, ternyata tes performance menunjukkan sebagai alat ukur yang lebih valid untuk mengukur keterampilan proses maupun penalaran logis, dibandingkan dengan menggunakan paper pencil test.

(34)

siklusnya. tes merupakan materi yang siswa dapatkan saat pembelajaran dengan metode praktikum. Harapannya akan memperoleh peningkatan hasil di siklus yang kedua, dan hal ini terbukti. Dengan petunjuk praktikum/LKS yang sesuai, ruang praktikum beserta peralatan yang memadai, lingkungan belajar yang kondusif, sikap serta perilaku guru dalam mengajar yang maksimal semua faktor tersebut terpenuhi dengan baik maka keberhasilan praktikum akan tercapai saat diukur dengan menggunakan alat ukur yang valid berupa tes diakhir pembelajaran.

3. Tahap-tahap Metode Praktikum

Suatu praktikum hendaknya harus berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Sehingga perlu diperhatikan dan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Langkah Persiapan

Menurut Gyamirti (2010:14-15), persiapan yang baik perlu dilakukan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang dapat muncul. Persiapan untuk metode praktikum mencakup :

1. Menetapkan tujuan praktikum

(35)

4. Mempertimbangkan jumlah peserta didik dengan jumlah alat yang tersedia dan kapasitas tempat praktikum

5. Mempersiapkan faktor keamanan dari praktikum yang akan dilakukan

6. Mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum 7. Membuat petunjuk dan langkah-langkah praktikum

b) Langkah Pelaksanaan

1) Sebelum melaksanakan praktikum, peserta didik mendiskusikan persiapan dengan guru, setelah itu baru meminta keperluan praktikum (alat dan bahan)

2) Selama berlangsungnya proses pelaksanaan metode praktikum, guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang dilaksanakan baik secara menyeluruh maupun per kelompok.

c) Tindak lanjut Metode Praktikum

Setelah melaksanakan praktikum, kegiatan selanjutnya adalah : 1) Mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi selama praktikum 2) Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali semua

perlengkapan yang telah digunakan

(36)

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Praktikum

Menurut Djamarah (2006:84-85), berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari metode praktikum :

a) Kelebihan

1. Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.

2. Dapat membina peserta didik untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

b) Kekurangan

1. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi 2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan

yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.

3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

(37)

suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari sehingga dapat memupuk dan mengembangkan keterampilan serta sikap ilmiah peserta didik, juga memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas dari pada hanya penjelasan lisan sehingga sangat bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari.

B. Inkuiri dalam Praktikum

(38)

menjawab pertanyaan dan melakukan penemuanmelalui penyelidikan untuk memperoleh pemahaman baru.

Kuhlthau & Todd (2007:1-2) memaknai Guided Inquiry sebagai sebuah caraguru dalam membimbing siswa membangun pengetahuan dan pemahaman yangmendalam mengenai materi pelajaran, melalui inkuiri, yang direncanakan dengan hati-hatidan diawasi dengan seksama, namun bertahap, juga membekali dan mengarahkansiswa menuju pembelajaran yang bebas.

(39)

belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbataspada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan. Tipe inkuiri yang palingkompleks ialah penelitian siswa (student research). Dalam inkuiri tipe ini, guru hanyaberperan sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan penentuan atau pemilihan danpelaksanaan proses dari seluruh komponen inkuiri menjadi tangungjawab siswa (Ibrahim, 2007:3).

Herron (1971:171-212), telah lebih dulu mengkaji guided inquiry ini. Iamembagi guided inquiry ke dalam 4 (empat) tingkatan, ialahConfirmation/Verification, Structured Inquiry, Guided Inquiry, dan Open Inquiry.Macam bimbingan guru pada siswa untuk tiap tingkatan guided inquiry iniditabulasikan sebagai berikut.

Tabel 1.Tingkatan guided inquiry dan macam bimbingan guru pada siswa Tingkatan

Inkuiri

Persoalan Prosedur Solusi

0   

1   -

2  - -

3 - - -

Keterangan: artinya dibantu guru

Guided inquiryatau inkuiri terbimbing merupakan salah satu model

(40)

temuannya dalam masyarakat belajar. Kegiatan inkuirisangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Hasler dalam Malihah (2011:21), berikut ini adalah tahapan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing.

Gambar 1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing C. Keterampilan Proses Sains

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains

(41)

lebih tinggi pada diri siswa dalam memproses perolehan belajarnya. Dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat karena mungkin siswa melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan (Rustaman, 2005:78).

Namun, dalam penelitian kali ini peneliti hanya membatasi untuk aspek penilaiannya yaitu, aspek psikomotorik dan afektif saja yang akan dinilai berkaitan dengan keterampilan proses sains. Sementara aspek kognitif akan dinilai dan dimasukkan kedalam hasil belajar.

2. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains

(42)

terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (Basic Skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (Integrated Skills).

Berdasarkan ungkapan diatas diperoleh bahwa keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari 6 (enam) keterampilan-keterampilan, yaikni mengobservasi, mengklarifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari, mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambar hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen. Keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi saling bergantung satu sama lain. Selain itu, keterampilan-keterampilan proses merupakan keterampilan dasar yang menjadi suatu landasan untuk menguasai keterampilan-keterampilan terintegrasi. Berikut ini adalah indikator aspek keterampilan proses sains.

Tabel 2. Indikator Aspek Keterampilan Proses Sains

No. Keterampilan

Proses Indikator

1. Observasi

Menggunakan indera

Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan Mencari persamaan dan perbedaan

2. Interpretasi

Mencatat setiap pengamatan secara terpisah Menghubung-hubungkan hasil pengamatan Menemukan suatu pola dalam pengamatan Menarik kesimpulan sementara

(43)

4. Menggunakan alat

dan bahan Terampil dalam menggunakan alat dan bahan 5. Menerapkan

konsep

Menggunakan informasi, kesimpulan, konsep teori dalam situasi baru

6. Merencanakan percobaan

Menentukan alat, bahan, dan sumber Menentukan variabel

Menentukan variabel tetap dan berubah Menentukan apa yang akan diamati Menentukan langkah dan cara kerja

Menentukan cara mengolah hasil pengamatan

7. Berkomunikasi

Menyusun dan menyampaikan laporan Menjelaskan hasil pengamatan

Menggambarkan data dalam bentuk grafik, tabel dan sebagainya.

Keterampilan proses sains seperti yang dijabarkan pada tabel diatasmerupakan keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keduanya merupakan keterampilan yang saling berhubungan dan melengkapi. Semua keterampilan diatas pada dasarnya merupakan fokus dari penelitian ini. Namun, untuk keterampilan interpretasi tidak menjadi fokus penelitian dikarenakan ketika siswa memperoleh data hasil pengamatan praktikum maka secara langsung siswa sudah bisa menarik kesimpulan sementara atas kegiatan praktikum yang dilakukan. Meskipun tidak menjadi fokus penelitian, tetap saja kemampuan prediksi tetap diamati oleh peneliti.

3. Kedudukan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Sains

(44)

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Untuk itu diperlukan suatu keterampilan yang hendaknya dimiliki oleh peserta didik. Keterampilan ini merupakan keterampilan proses yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Dengan mengembangkan keterampilan proses, peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut (Rustaman, 2005:12). Oleh karena itu, kedudukan keterampilan proses dalam pembelajaran sains merupakan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dalam wujud kemampuan untuk melakukan kerja ilmiah atau penelitian seperti merencanakan penelitian ilmiah, melaksanakan penelitian ilmiah, mengkomunikasikan hasil penelitian dan bersikap ilmiah.

D. Hasil belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

(45)

kelompok aspek kognitif yang respon hasil pengukurannya tergolong pendapat atau judgment, yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah. Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensi atau kepastian yang dimiliki oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya (Sukmadinata, 2004:102-103).

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2005:155).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Purwanto (1991:104), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu faktor dari dalam dan dari luar.

a) Faktor dari dalam terdiri dari : - Faktor Biologis

(46)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan dengan faktor biologis diantaranya adalah kondisi fisik yang normal dan kondisi kesehatan fisik. Kedua kondisi tersebut sangat mempengarui keberhasilan belajar seseorang.

- Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Sikap mental positif dalam proses belajar diantaranya meliputi, tidak mudah putus asa atau frustasi dalam menghadapi kesulitan dan kegagalan, tidak terpengaruh untuk lebih mementingkan kesenangan dari pada belajar, mempunyai inisiatif sendiri dalam belajar, berani bertanya, dan selalu percaya diri sendiri.

b) Faktor dari luar terdiri dari :

Faktor eksternal bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan waktu.

- Faktor lingkungan keluarga

(47)

- Faktor lingkungan sekolah

Kondisi lingkungan sekolah yang juga dapat memenuhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang profesional dalam jumlah yang cukup memadai, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan untuk berlangsungnya proses pembelajaran, adanya teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan di antara personil-personil sekolah.

- Faktor lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalaha adanya lembaga-lembaga non formal yang menyediakan kursus-kursus tambahan, sanggar majlis taklim, organisasi kemasyarakatan yang positif. - Faktor waktu

Waktu memang berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang, tergantung bagaimana seseorang dapat mengatur waktu sebaik mungkin.

(48)
(49)

peneliti jadikan sebagai pengetahuan baru serta pertimbangan untuk melakukan penelitian dengan metode praktikum pada kelas yang memiliki masalah yang sama didunia kerja nantinya.

E. Materi Sistem Indra

Materi sistem indra ini merupakan materi mata pelajaran Biologi untuk kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMA pada semester genap. Materi ini termasuk kedalam Standar Kompetensi 3, yaitu menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas dengan Kompetensi Dasar 3.6, yaitu menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan penginderaan). Dalam penelitian ini materi yang akan disampaikan mencakup :

1. Pengertian alat indra

2. Organ-organ yang termasuk panca indra a. Mata

b. Hidung c. Telinga d. Lidah e. Kulit

3. Struktur organ-organ panca indra a. Bagian-bagian mata

(50)

c. Bagian-bagian telinga d. Bagian-bagian lidah e. Bagian-bagian kulit

4. Proses jalannya rangsangan pada panca indra 5. Kelainan dan penyakit pada sistem indra

F. Penerapan metode praktikum berbasis Guided Inquiry dalam materi Sistem Indra

(51)

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Malihah (2011) yaitu tentang Pengaruh Model Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi. Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen (rata-rata = 72,6 dan simpangan baku = 11,74) lebih tinggi daripada kelompok siswa kontrol (rata-rata = 60,8 dan simpangan baku = 10,53) dan setelah dilakukan uji t diperoleh nilai thitung sebesar 18,58 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 0,005 sebesar 1,9886 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.

SementaraKalsum (2010)dalam penelitiannya menggunakan model yang sama, Penerapan Model Pembelajaran Guided Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa, menemukan hasil penelitian dengan rata-rata penguasaan KPS siswa pada siklus I sebesar 77,76 sedangkan pada siklus II sebesar 82,26. Ketercapaian aspek KPS mencapai rata-rata 82,26 dan sebagian besar sikap siswa positif terhadap pembelajaran guided inquiry. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan

(52)

Dengan demikian penerapan model pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

H. Kerangka berpikir

Seperti telah dijelaskan diawal bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menjelajahi alam sekitar secara ilmiah. Biologi sebagai salah satu bidang IPA mempelajari konsep-konsep kehidupan yang dapat dialami secara langsung.

(53)

(2011) yaitu tentang Pengaruh Model Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Laju Reaksi yang menunjukkan hasil terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Ummi Kalsum (2010) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Guided Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa,

menunjukkan hasil terjadi peningkatan penguasaan KPS siswa.

(54)
(55)

I. Hipotesa

Berdasarkan tinjauan pustaka dan beberapa hasil penelitian yang relevan, maka diperoleh hipotesis dari penelitian ini yaitu :

1. Metode praktikum berbasis guided inquirydapat mempengaruhi keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa, dikarenakan ketika siswa metode praktikum berbasis guided inquirymemberikan kesempatan siswa untuk menggali sendiri pemahamannya sehingga materi pelajaran akan lama melekat dalam pikiran siswa. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa pada materi sistem indra kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta meningkat.

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian digunakan agar penelitian yang dilakukan dapat mencapai kebenaran sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Kajiandalampenelitianini dilakukan secara sistematis dan reflektif dengan menggunakan analisa deskriptif kuantitatif.

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan didalam kelas. Penelitian tindakan kelas dapat dijadikan sarana bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif. Penelitian tindakan kelas juga merupakan kebutuhan bagi guru dalam meningkatkan profesionalitasnya sebagai guru, karena :

1. Penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran dikelasnya. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang guru dan siswa lakukan. 2. Penelitian tindakan kelas meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi

profesional. Guru tidak lagi sebagai praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan tanpa adanya upaya perbaikan dan inovasi namun dia bisa menempatkan dirinya sebagai peneliti dibidangnya.

(57)

3. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu pengkajian yang terdalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya.

4. Penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena tidak perlu meninggalkan kelasnya.

B. Setting Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

a) Waktu Penelitian : Minggu I dan II bulan Maret 2015 b) Tempat Penelitian : SMA Negeri 11 Yogyakarta

Jl. AM. Sangaji, No. 50 Yogyakarta

2. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta pada semester II (genap) tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 17 siswa putra dan 15 siswi putri.

3. Obyek Penelitian

Objek penelitian ini adalah penerapan metode praktikum berbasis guided inquiry, keterampilan proses sains, dan hasil belajar.

C. Rancangan Tindakan

(58)

pelaksanaan tindakan (acting)danpengamatan (observing),serta refleksi (reflecting).

Menurut Kusumah dan Dwitagama (2010:21), berikut adalah penggambaran dari komponen-komponen tersebut :

Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Khemmis & Mc. Taggart

(59)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 (dua) siklus dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Perencanaan atau Persiapan

Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Peneliti melakukan identifikasi masalah pembelajaran Biologi di sekolah dengan cara mewawancarai guru mata pelajaran terkait serta menganalisis hasil belajar murid pada materi sistem indra dan selanjutnya menetapkan alternatif pemecahan masalah.

b. Peneliti melakukan observasi, kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan belajar Biologi di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 11 Yogyakarta.

c. Peneliti menentukan materi pokok pada kompetensi dasar yang bermasalah.

d. Peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa untuk diterapkan dalam pembelajaran.

e. Peneliti menyusun dan mengembangkan format evaluasi untuk tiap siklus yaitu soal tes, rubrik observasi, rubrik laporan praktikum, serta menyusun panduan kuisioner untuk siklus terakhir.

(60)

g. Peneliti mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

h. Peneliti menghubungi pihak SMA Negeri 11 Yogyakarta, dengan menemui kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru mata pelajaran Biologi dengan menyerahkan surat izin penelitian dari Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

i. Peneliti mengajukan izin penelitian ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

2. Pelaksanaan Tindakan (2 Siklus)

a. Siklus I (2 Pertemuan- 4 JP)

1) Tindakan (acting) dan Pengamatan (observing)

a) Peneliti pelaksana tindakan melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi sistem indra

b) Peneliti pelaksana tindakan melakukan apersepsi dengan tanya jawab dan diskusi kelompok

c) Peneliti pelaksana tindakan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan metode praktikum

(61)

e) Siswa dalam kelompok melakukan praktikum dengan panduan LKS dan rancangan percobaan yang mereka buat sendiri dalam masing-masing kelompok

f) Peneliti pelaksana tindakan membimbing praktikum yang berlangsung pada tiap-tiap kelompok serta memberikan penekanan pada konsep yang penting.

g) Peneliti pelaksana tindakan membimbing diskusi antar kelompok terkait hasil percobaan praktikum

h) Peneliti pelaksana tindakan mengajak siswa mengaitkan hasil percobaan praktikum dengan teori yang sudah ada terkait dengan sistem indra

i) Diakhir pembelajaran, peneliti pelaksana tindakan melakukan penilaian kepada siswa secara individu melalui tes tertulis dan mengajak siswa membuat laporan praktikum yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

j) Selama kegiatan pembelajaran, observer melakukan pengamatan kepada siswa terutama pada aspek afektif dan psikomotorik siswa dalam kelompok berdasarkan rubrik observasi.

2) Refleksi

(62)

refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas meliputi analisis, sintesis, serta penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Oleh sebab itu, guru pelaksana harus melakukan evaluasi diri.

Selanjutnya setelah proses pembelajaran dalam satu siklus ini berakhir, maka peneliti melakukan refleksi meliputi kegiatan :

a) Mengkaji tindakan yang telah dilakukan guna memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.

b) Melakukan penilaian terhadap tindakan yang telah dilakukan. c) Melakukan analisis ketercapaian target penelitian berdasarkan hasil

penilaian atas tindakan yang telah dilakukan.

b. Siklus II (2 Pertemuan- 4 JP)

1) Tindakan (acting) dan Pengamatan (observing)

a) Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil refleksi pada siklus I

b) Peneliti dan guru menggali data hasil refleksi siklus I mengenai karakteristik murid untuk memetakan kembali kelompok baru murid, kelompok ini dibentuk dengan cara mengorganisasikan siswa menjadi 8 (delapan) kelompok kerja masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang berdasarkan jenis kelamin, dan tingkat kemampuan siswa dikelas.

(63)

d) Peneliti pelaksana tindakan melakukan apersepsi dengan tanya jawab dan diskusi kelompok

e) Peneliti pelaksana tindakan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan metode praktikum

f) Siswa dalam kelompok melakukan praktikum dengan panduan LKS dan rancangan percobaan yang mereka buat sendiri dalam masing-masing kelompok

g) Peneliti pelaksana tindakan membimbing praktikum yang berlangsung pada tiap-tiap kelompok serta memberikan penekanan pada konsep yang penting.

h) Peneliti pelaksana tindakan membimbing diskusi antar kelompok terkait hasil percobaan praktikum

i) Peneliti pelaksana tindakan mengajak siswa mengaitkan hasil percobaan praktikum dengan teori yang sudah ada terkait dengan sistem indra

j) Diakhir pembelajaran, peneliti pelaksana tindakan melakukan penilaian kepada siswa secara individu melalui tes tertulis dan mengajak siswa membuat laporan praktikum yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

(64)

2) Refleksi

Tahap ini hasil yang diperoleh dari observasi selama proses belajar mengajar, hasil tes, hasil laporan praktikum dan hasil lembar observasi dibahas. Setelah itu ditarik kesimpulan apakah tindakan berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus ini Keterampilan Proses Sains dan Hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 11 Yogyakarta meningkat.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

1) Variabel bebasnya adalah metode praktikum berbasis Guided Inquiry 2) Variabel terikatnya adalah Keterampilan Proses Sains dan Hasil belajar 3) Variabel kontrolnya adalah materi sistem indra

E. Indikator Penelitian

(65)

Tabel 3. Indikator Ketercapaian Penelitian

Variabel Aspek Instrumen Data Awal Indikator

Ketercapaian

Sikap Sains Afektif Kuesioner Belum Terukur

Persentase sikap siswa selama mengikuti

pembelajaran ≥ 70 %

termasuk dalam kategori tinggi

Hasil Belajar Kognitif Tes

(66)

F. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

a) Silabus

b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran c) Lembar Kerja Siswa

2. Instrumen Pengumpulan Data

a) Kisi-kisi soal Pre-Test

b) Panduan skoring soal Pre-Test c) Soal Pre-Test

d) Kunci jawaban soal Pre-Test e) Kisi-kisi soal Post-Test

f) Panduan skoring soal Post-Test g) Soal Post-Test

h) Kunci Jawaban soal Post-Test i) Rubrik observasi siswa j) Lembar observasi siswa

k) Rubrik penilaian laporan praktikum l) Kisi-kisi kuesioner

(67)

G. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut.

1. Test

Dalam penelitian ini, soal test digunakan untuk meneliti aspek kognitif kemampuan awal dan hasil belajar siswa pada materi sistem indra pada manusia. Test yang digunakan adalah pretest dan posttest. Pretest dilakukan pada awal pembelajaran siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan posttest dilakukan pada akhir pembelajaran pada siklus I dan II bertujuan untuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa secara kuantitatif setelah diberi perlakuan.

2. Dokumen Laporan Praktikum

Laporan praktikum dikumpulkan oleh siswa setiap akhir siklus secara individu. Laporan praktikum ini merupakan penugasan terstruktur sebagai upaya pengumpulan data untuk mengetahui aspek keterampilan proses sains siswa. Laporan praktikum ini dikumpulkan sebelum praktikum pada siklus berikutnya.

(68)

3. Observasi

Observasi dilakukan berdasarkan hal-hal yang dapat diamati oleh pengamat. Instrumen ini disusun untuk mengetahui penguasaan ranah psikomotorik siswa dalam proses praktikum, yaitu meliputi aspek :

a) Keterampilan mengamati b) Mengajukan pertanyaan c) Merencanakan percobaan, dan d) Menggunakan alat dan bahan

Observasi dilakukan pada setiap siklus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk dapat memperoleh data dalam bentuk kuantitatif, panduan lembar observasi menggunakan model rating scale. Model ini dipilih karena menggunakan angka-angka yang dapat memudahkan dalam pengolahan penyajian data.

4. Kuesioner

Untuk mendapatkan data aspek afektif berupa sikap siswa selama pembelajaran, maka digunakan kuesioner yang harus diisi siswa setelah pembelajaran disemua siklus selesai. Berikut ini adalah aspek afektif yang diperhatikan selama pembelajaran :

(69)

f) Antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran g) Perhatian siswa pada guru dan sesama teman

h) Sikap percaya diri dalam penyampaian pendapat dalam presentasi i) Sikap menghargai masukan dari teman

j) Menerima kritik dan masukan dengan lapang dada

Kuesioner dibuat dengan 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif. Siswa menjawab kuesioner dalam bentuk checklist.

Metode pengumpulan data dapat dijabarkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Penjabaran Metode Pengumpulan Data

Prosedur Aspek Alat Pelaku Sumber

Observasi Observer Siswa

Selama

Siswa Setiap akhir siklus

Kualitatif, kuantitatif

Sikap

Sains Afektif Kuesioner Siswa Siswa

Setelah semua siklus

berakhir

(70)

Prosedur Aspek Alat Pelaku Sumber

Informasi Pelaksanaan

Cara Analisis

Menganalisis Hasil

Belajar Kognitif Tes

Peneliti Pelaksana

Tindakan

Siswa Akhir Setiap

Siklus Kuantitatif

H. Validitas

Menurut Sugiyono (2009:137), validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur.

(71)

Tabel 5. Taksonomi Bloom Revisi

Validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisis statistik yang harus dinyatakan dalam bentuk angka. Setelah kisi-kisi dibuat lalu peneliti meminta bantuan para ahli yaitu dosen dan guru untuk menelaah dan memberikan pertimbangan apakah item soal tes yang dibuat sudah layak sebagai alat pengumpul data (judgement expert).

(72)

I. Metode Analisis Data

Menurut Silalahi (2006:305), metode analisis data terbagi menjadi dua yaitu metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Analisis kuantitatif ini menggunakan data statistik dan dapat dilakukan dengan cepat, sementara analisis kualitatif digunakan untuk data kualitatif yang data yang digunakannya adalah berupa catatan-catatan yang biasanya cenderung banyak dan menumpuk sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menganalisisnya secara saksama. Namun, dalam penelitian ini analisa data menggunakan analisa deskriptif kuantitatif.

Analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengalisa data utama yang dihasilkan dari siswa seperti hasil tes, hasil laporan praktikum, hasil observasi, serta hasil kuesioner.

1. Analisis Hasil Tes

Dalam penelitian kali ini soal test dibuat dengan jumlah 20 soal pilihan ganda, masing-masing nomor jika jawaban benar akan mendapat skor 1 dan jika salah atau tidak menjawab mendapat skor 0. Sehingga jika siswa mejawab semua pertanyaan dengan benar maka skor yang diperoleh adalah 20 dan mendapat nilai 100. Menurut Sukardi (2008 : 130) teknik penskoran untuk soal pilihan ganda adalah sebagai berikut.

Skor = B x 100 sehingga Skor = 20 x 100

(73)

Keterangan :

B : Banyak jumlah nilai butir soal yang dijawab benar N : Jumlah soal

2. Analisis Hasil Laporan Praktikum

Laporan praktikum yang dikumpulkan oleh siswa dinilai berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat. Terdapat 5 aspek penilaian yaitu sistematika penulisan, informasi dan kaitannya dengan pembahasan, kedalaman pembahasan, komunikasi, serta kesimpulan (Trianto, 2009:108). Berikut ini adalah pedoman penskoran laporan praktikum siswa.

Tabel 6. Pedoman Penskoran Laporan Praktikum

Aspek Indikator Skor

Sistematika penulisan

Memuat semua unsur yang harus dituliskan, runtut 4 Memuat semua unsur yang harus dituliskan, kurang runtut 3 Memuat sebagian unsur yang harus dituliskan, runtut 2 Memuat hanya sebagian unsur yang harus dituliskan, kurang runtut 1 Tidak memuat unsur yang harus dituliskan, tidak runtut 0

Informasi dan kaitannya dengan

pembahasan

Memberikan dasar teori atau referensi dengan tepat, ada hubungannya

dengan topik dan pembahasan, lengkap 4

Memberikan dasar teori atau referensi dengan tepat, ada hubungannya dengan topik dan pembahasan, kurang lengkap 3 Memberikan dasar teori atau referensi yang kurang tepat, hanya sebagian unsur yang berkaitan dengan topik dan pembahasan, kurang lengkap

2 Memberikan dasar teori atau referensi yang tidak tepat, tidak lengkap, tidak berkaitan dengan topik dan pembahasan 1 Tidak mencantumkan dasar teori atau referensi

(74)

Aspek Indikator Skor

Kedalaman pembahasan dan

pemahaman

Memberikan penjelasan pada tabel hasil pengamatan dengan tepat. Pembahasan dikemukakan tepat dan menunjukkan adanya hubungan dengan dasar teori atau referensi yang dicantumkan

4 Memberikan penjelasan pada tabel hasil pengamatan dengan tepat. Pembahasan yang dikemukakan tepat namun kurang mampu untuk menunjukkan adanya hubungan dengan dasar teori atau referensi yang dicantumkan

3

Memberikan penjelasan pada tabel hasil pengamatan dengan kurang tepat.

Pembahasan yang dikemukakan kurang menunjukkan adanya hubungan dengan dasar teori atau referensi yang dicantumkan

2

Memberikan penjelasan pada tabel hasil pengamatan dengan tidak tepat. Pembahasan yang dikemukakan tidak menunjukkan adanya hubungan dengan dasar teori atau referensi yang dicantumkan.

1 Tidak memberikan penjelasan pada tabel hasil pengamatan.

Tidak memberikan pembahasan. 0

Komunikasi

Menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.

Memberikan gambar atau tabel yang sesuai, lengkap 4 Menggunakan bahasa yang kurang jelas dan kurang dipahami.

Memberikan gambar atau tabel yang sesuai, lengkap. 3 Menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.

Memberikan gambar atau tabel yang kurang sesuai, kurang lengkap 2 Menggunakan bahasa yang kurang jelas dan sulit dipahami.

Memberikan gambar atau tabel yang kurang sesuai, kurang lengkap 1 Menggunakan bahasa yang tidak jelas dan sulit dipahami.

Tidak memberikan gambar atau tabel. 0

Kesimpulan

Kesimpulan jelas, logis, sesuai pembahasan 4 Kesimpulan jelas, namun kurang sesuai dengan pembahasan 3 Kesimpulan kurang jelas, kurang sesuai dengan pembahasan 2 Kesimpulan tidak jelas, tidak sesuai dengan pembahasan 1

Tidak memberikan kesimpulan. 0

Gambar

Tabel 1.Tingkatan guided inquiry dan macam bimbingan guru pada siswa
Gambar 1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Tabel 2. Indikator Aspek Keterampilan Proses Sains
Tabel 8.3 Penggolongan Aspek Afektif Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sejauh mana penguasaan keterampilan proses sains siswa kelas XI jurusan IPA pada empat SMA di Yogyakarta (2) untuk

Peningkatan persentase distribusi peserta didik yang pada tes awal berada dalam kategori sangat kurang menjadi kategori cukup pada tes akhir tidak dapat

Pada saat melaksanakan proses belajar guru hanya mengandalkan LKPD yang terdapat pada buku paket yang disediakan oleh sekolah, sehingga pengetahuan peserta didik

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud untuk mengembangkan tes keterampilan proses sains siswa pada materi termokimia karena materi termokimia menuntut siswa untuk

Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran guided inquiry mampu meningkatkan: (1) keterampilan proses sains siswa namun belum memenuhi ketuntasan klasikal, karena pada siklus I

Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran guided inquiry mampu meningkatkan: (1) keterampilan proses sains siswa namun belum memenuhi ketuntasan klasikal, karena pada siklus I

Berdasarkan analisis butir soal, sebagian besar butir soal tes keterampilan proses sains siswa kelas XI pada materi termokimia yang dikembangkan memiliki tingkat kesukaran dengan

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI SMAN Ngoro Jombang.. Unesa Journal of