• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perencanaan Pajak Dalam Mengefisienkan Pajak Penghasilan Terhutang (Studi Kasus Pada PT X).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perencanaan Pajak Dalam Mengefisienkan Pajak Penghasilan Terhutang (Studi Kasus Pada PT X)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk menjalankan pemerintahan. Wajib pajak badan merupakan wajib pajak yang memberikan kontribusi cukup besar bagi penghasilan negara karena jumlah pajak yang dibayarnya cukup besar. Untuk menghindari pembayaran pajak yang berlebihan perusahaan harus memiliki manajemen pajak yang baik. Dalam mendesain perencanaan pajak harus bertitik tolak terhadap formula umum penghitungan pajak yang didasarkan pada penghitungan pajak penghasilan terutang atas penghasilan kena pajak. Sasaran pembuatan perencanaan pajak adalah meminimalkan pajak terhutang untuk mencapai laba setelah pajak yang optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perencanaan pajak dalam mengefisienkan pajak penghasilan terhutang.

Data yang digunakan adalah laba bersih dan pajak penghasilan tahun 2001 – 2003 PT ”X”. Data dianalisis menggunakan paired simple t test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung sebesar 7,845 pada taraf nyata 5% lebih besar dari t tabel yaitu 4,303 (t hitung > t tabel), artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pajak penghasilan terhutang (income tax

liability) sebelum dan sesudah dilakukannya perencanaan pajak. Oleh karena itu

(2)

DAFTAR ISI

1. Latar Belakang Penelitian………... 2. Identifikasi Masalah………. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 4. Kegunaan Penelitian………. 5. Kerangka Pemikiran…………... 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian……… BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pajak….………... BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

(3)

3.3.2.1 Penetapan Hipotesis... 3.3.2.2 Pemilihan statistik Dan Perhitungan Tes Statistik.. 3.3.3 Penetapan Tingkat Signifikan...

AB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Manajemen Pajak Pada PT ”X”... 4.2 Perencanaan Pajak... 4.3 Pengakuan Pendapatan... 4.3.1 Perhitungan Pajak Penghasilan PT.”X” Tahun 2001-2003

Sebelum Adanya Perencanaan Pajak... 4.4. Penghematan Pajak... 4.5 Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Pembayaran Pajak

Penghasilan... 4.6 Analisis Perencanaan Pajak Dalam Mengefesienkan Beban

Pajak Menggunakan Analisis Paired-Sample T Test...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(4)

DAFTAR TABEL

Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi…… Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan……….. Perbedaan Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri……… Masa Manfaat dan Tarif Penyusutan ………... Koreksi Fiskal...………... Perhitungan Pajak Penghasilan Badan PT.”X” Tahun 2001 – 2003 Sebelum Perencanan Pajak ………...

PKP Setelah Ada Tunjangan Perumahan... Penghematan Pajak Tunjangan Perumahan... PKP Setelah Ada Tunjangan Pengobatan... Penghematan Pajak Tunjangan Pengobatan... PKP Setelah Ada Tunjangan Sumbangan Sosial dan Umum... Penghematan Pajak Tunjangan Sumbangan Sosial dan Umum... Rincian Penghematan Pajak... Perhitungan Pajak Penghasilan Badan PT.”X” Tahun 2001-2003 Setelah adanya Perencanaan Pajak ...

(5)
(6)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk menjalankan pemerintahan. Pemungutan pajak sudah lama ada, dari adanya upeti

wajib kepada penguasa berupa hasil tanam pada masa kerajaan, masa penjajahan hingga sekarang dengan polanya masing-masing. Pemungutan pajak yang semula

berdasarkan aturan penguasa/raja tanpa melibatkan pembayar pajak, kini berubah dengan melibatkan pembayaran pajak melalui aturan yang dibuat antara penyelenggara pemerintahan dengan rakyat melalui perwakilannya.

Salah satu pengertian pajak menurut Mohammad Zain (2003 : 11) pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan

yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur yang melekat pada pengertian pajak yaitu:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 2. Sifatnya dapat dipaksakan. Hal ini berarti pelanggaran atas aturan

(7)

3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

secara langsung oleh pemerintah.

4. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah.

5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membiayai pengeluaran umum.

Dari hasil pemungutan pajak ini pemerintah dapat membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara baik bersifat rutin maupun untuk pembangunan untuk menyelenggarakan pemerintahan. Karena sebagian besar dari penerimaan negara adalah berasal dari pajak yang harus dibayar oleh

para wajib pajak kepada pemerintah, maka wajib pajak harus mempunyai kesadaran akan pentingnya membayar pajak. Disamping itu wajib pajak harus taat terhadap pajak agar perekonomian negara dalam keadaan yang stabil.

Di dalam Pasal 1 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Tahun 2000 (UU KUP), disebutkan bahwa wajib pajak ( WP) adalah

orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak orang pribadi (WPOP)

dapat bertempat tinggal di Indonesia maupun luar Indonesia, sedangkan wajib pajak badan merupakan sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan

(8)

BAB I PENDAHULUAN 3

Subjek pajak badan dalam Pasal 2 UU PPh Tahun 2000 dibagi menjadi subjek

pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.

Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah Self Assesment System yaitu

suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Oleh karena itu dengan

sistem yang seperti ini diharapkan wajib pajak dapat memahami dan menginterpretasikan peraturan perpajakan agar tidak terjadi kesalahan dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

Wajib pajak badan merupakan wajib pajak yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penghasilan negara karena jumlah pajak yang dibayarnya cukup

besar. Hal ini terbukti dari tarif lapisan pajak penghasilan (UU PPh Pasal 17 Tahun 2000) untuk wajib pajak badan yaitu:

10% untuk 0 – Rp 50.000.000,00

15% untuk > Rp 50.000.000,00 – Rp 100.000.000,00 30% untuk > Rp 100.000.000,00

Walaupun tarif lapisan pajak penghasilan bagi wajib pajak badan hanya tiga lapis dibandingkan dengan tarif lapisan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi terdiri dari lima lapis yaitu:

5% untuk Rp 0 – Rp 25.000.000,00

10% untuk > Rp 25.000.000,00 – Rp 50.000.000,00

(9)

25% untuk > Rp 100.000.000,00 – Rp 200.000.000,00

35% untuk > Rp 200.000.000,00

Pajak penghasilan terutang bagi wajib pajak badan lebih besar dibandingkan

dengan pajak penghasilan terutang bagi wajib pajak orang pribadi walaupun penghasilan kena pajaknya sama besar antara wajib pajak badan dengan wajib pajak orang pribadi. Hal itu disebabkan oleh perbedaan tarif pajak antara wajib

pajak badan dengan wajib pajak orang pribadi.

Selain itu, dilihat dari segi operasinya yang banyak kegiatan lain yang dapat

menimbulkan pajak, misalnya perusahaan manufaktur, dalam melakukan pembelian bahan baku dan penjualan produknya tidak hanya menghasilkan pajak penghasilan saja tetapi juga melibatkan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak

tersebut akan diperlakukan sebagai kredit pajak atau biaya operasional/administrasi, sehingga untuk menetapkan pajak terutangnya harus diperhitungkan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

Dasar yang digunakan untuk menghitung pajak terutang bagi wajib pajak badan adalah laporan keuangan khususnya laporan laba rugi. Laporan keuangan

yang disusun oleh wajib pajak badan adalah laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia yang nantinya laporan keuangan tersebut merupakan laporan keuangan komersial/bisnis sedangkan fiskus

(10)

BAB I PENDAHULUAN 5

pengakuan pendapatan dan biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan dengan

Peraturan Perpajakan.

Untuk menghindari kesalahan penghitungan pajak penghasilan terutang dalam

Surat Pemberitahuan (SPT) pajak tahunan maka diperlukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial/bisnis menjadi laporan keuangan fiskal untuk menghitung pajak terutang yang sesuai dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya dalam

Undang-Undang Perpajakan (ketentuan fiskal). Hasil penyesuaian tersebut biasa disebut dengan koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya perbedaan antara laba

netto (yang disusun berdasarkan SAK) dan penghasilan netto (yang disusun berdasarkan ketentuan fiskal). Setelah dilakukannya penyesuaian otomatis penghitungan pajak penghasilannya telah sesuai dengan ketentuan pajak yang

berlaku maka wajib pajak akan terhindar dari kesalahan penyajian dalam Surat Pemberitahuan (SPT) pajak tahunan.

Tujuan utama dari manajemen perpajakan adalah untuk melaksanakan

kewajiban perpajakan dengan benar dan meminimalisasi beban pembayaran pajak untuk memaksimalkan keuntungan. Perencanaan adalah suatu cara untuk

melakukan kebijakan, dalam hal ini kebijakan perusahaan yang berpengaruh terhadap perpajakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen perpajakan. Manajemen perpajakan tidak dimaksudkan untuk mengelak dari

kewajiban perpajakan (tax evation) melalui cara-cara yang melanggar peraturan perpajakan (break the low). Namun demikian dalam praktik sulit dibedakan antara

(11)

banyaknya peraturan perpajakan yang bisa ditafsirkan berbeda. Perencanaan

kebijakan perpajakan dalam pelaksanaannya membutuhkan personil yang berkualitas, perangkat kerja yang memadai dan prosedur kerja yang tepat waktu,

tepat jumlah dan informasi.

Fungsi perencanaan dalam kebijakan perpajakan sangat penting, karena di sini jumlah pembayaran pajak direncanakan sehingga dapat mencapai jumlah yang

serendah mungkin melalui penyusunan strategi penghematan pajak (tax saving). Pada hakekatnya membayar pajak bukanlah merupakan tindakan yang

sederhana tetapi terdapat banyak hal yang bersifat emosional. Pada dasarnya tidak seorangpun yang senang membayar pajak, kalau bisa tidak membayar pajak mengapa harus membayar dan kalau bisa membayar lebih kecil mengapa harus

membayar lebih besar. Maka dengan kebijakan pajak yang baik, perusahaan dapat menghindari kewajiban untuk membayar pajak dalam jumlah yang lebih besar di dalam kegiatan usahanya.

Atas dasar hal-hal tersebut diatas, perlu kiranya wajib pajak dalam hal ini dunia usaha mengembangkan suatu langkah pengelolaan aktivitas perpajakan,

sehingga wajib pajak dapat mengestimasi jumlah pajak yang akan dibayar dan melakukan efisiensi beban pajak yang semata-mata menghindari pajak berdasarkan perencanaan tersebut, wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban

pajaknya dengan berpedoman pada apa yang telah direncanakan. Dengan adanya perencanaan pajak, subjek pajak dapat memastikan apakah pelaksanaan pajak

(12)

BAB I PENDAHULUAN 7

Pada umumnya wajib pajak selalu mencari peluang yang dapat dimanfaatkan

dalam peraturan perpajakan sehingga dapat dilakukan perencanaan untuk jumlah pajak yang harus dibayar. Dengan adanya perencanaan yang matang dapat

meminimalkan pajak yang akan dibayar maka wajib pajak tidak akan merasa terlalu berat dalam membayar pajak. Dengan begitu ketaatan membayar pajak kepada pemerintah tetap tinggi, karena membayar pajak merupakan perwujudan

pengabdian terhadap negara.

Dari uraian diatas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Perencanaan Pajak Dalam Mengefisienkan Pajak Penghasilan Terhutang”

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Peluang-peluang apakah yang dimanfaatkan perusahaan dalam peraturan

perpajakan dan bagaimana perusahaan melakukan perencanaan pajaknya dalam meminimalkan besarnya pajak yang harus dibayar.

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pajak penghasilan

(13)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peluang apa yang dimanfaatkan perusahaan dalam

peraturan perpajakan dan bagaimana cara perusahaan menggunakan perencanaan pajaknya dalam meminimalkan beban pajaknya.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pajak

penghasilan terhutang, sebelum dan sesudah diterapkannya perencanaan pajak.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan mengetahui perbedaan laba sebelum dan sesudah perencanaan pajak,

yang dimana perencanaan pajak tersebut diharapkan dapat mengefisienkan beban pajak, maka kegunaan hasil penelitian diharapkan sebagai berikut :

a. Bagi masyarakat umum, diharapkan dapat berguna dalam memperluas

cakrawala dan tambahan informasi tentang perpajakan.

b. Bagi perusahaan, diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan

dimana perusahaan dapat memperkecil beban pajaknya dan menaikan tingkat laba perusahaan setelah pajak.

c. Bagi penulis, penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan

(14)

BAB I PENDAHULUAN 9

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Dalam rangka menjamin kelangsungan pembiayaan pembangunan nasional

pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Di lain pihak bagi dunia usaha pajak merupakan sumber pengeluaran tanpa mereka memperoleh imbalan secara langsung. Jadi, dalam hal membayar pajak, biasanya perusahaan berupaya

agar pengeluaran pajaknya menjadi sekecil mungkin. Untuk maksud ini, perusahaan perlu melakukan perencanaan atas pajak yang menjadi kewajibannya.

Meskipun pemerintah telah menetapkan berbagai peraturan di bidang perpajakan, berbagai cara dapat dilakukan oleh wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, baik dengan cara penghindaran pajak yang legal (tax

avoidance) maupun dengan cara illegal (tax evation). Kedua jalur bermuara pada

upaya untuk meminimumkan beban pajak, melalui beberapa cara seperti : potongan-potongan, insentif pajak, penghasilan yang bukan objek pajak,

penangguhan pengenaan pajak, pajak ditanggung negara, sampai dengan kerja sama dengan operator perpajakan, sogokan dan pemalsuan.

Untuk dapat meminimumkan beban pajak yang terhutang dengan cara yang legal dimana fiskus dapat diterima dan ditolelir, dibutuhkan suatu tenaga dan cara perencanaan pajak yang tepat. Karena itu sangat penting bagi para perencana

pajak untuk memahami dengan benar pelaksanaan administrasi pajak, seperti; cara penagihan pajak, tata cara pemeriksaan dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan

(15)

yang seringkali dan secara terus menerus berubah-ubah sehingga dapat

mengakibatkan perencanaan pajak yang sudah disusun, mungkin sudah tidak dapat digunakan.

Pemakai laporan keuangan ada dua yaitu pemakai eksternal dan pemakai internal. Pemakai eksternal antara lain; investor, kreditur, pemasok, dan pemerintah. Pemakai internal diantaranya; karyawan, manajer, direksi, pemegang

saham dan lain sebagainya. Laporan keuangan yang dipakai oleh pemakai eksternal dan internal adalah laporan keuangan komersial tetapi untuk pemerintah,

khususnya untuk keperluan perpajakan laporan keuangan tersebut dianalisis kembali apakah pengakuan aktiva, pendapatan, beban dan lain sebagainya telah memenuhi peraturan perpajakan di Indonesia. Untuk keperluan perpajakan

komponen laporan keuangan yang digunakan adalah laporan laba rugi. Laporan tersebut akan dikoreksi sesuai dengan peraturan perpajakan di Indonesia yang nantinya akan menghasilkan laporan laba rugi fiskal untuk menghitung beberapa

pajak penghasilan terutang bagi wajib pajak khususnya wajib pajak badan. Dihubungkan dengan sistem pemungutan pajak di Indonesia yaitu self assessment

system maka wajib pajak dalam melakukan koreksi fiskal harus dapat

menginterpretasikan dan memahami peraturan perpajakan di Indonesia karena apabila salah menginterpretasikan maka akan menimbulkan kesalahan dalam

(16)

BAB I PENDAHULUAN 11

Dalam mendesain perencanaan pajak harus bertitik tolak terhadap formula

umum penghitungan pajak yang didasarkan pada penghitungan pajak penghasilan terutang atas penghasilan kena pajak. Sasaran pembuatan perencanaan pajak

adalah meminimalkan pajak terhutang untuk mencapai laba setelah pajak yang optimal. Maka dari itu dalam menyusun tax planning harus mencakup hal-hal bagaimana memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan dan memaksimalkan

biaya-biaya fiskal serta meminimalkan tarif pajak. Dimana biaya fiskal dapat dikurangkan dan memaksimalkan penghasilan yang ditangguhkan / dikecualikan

pengenaan pajaknya, memaksimalkan biaya fiskal dapat dikurangkan, kompensasi kerugian dan penghasilan tidak kena pajak, tarif pasal 17 UU No. 17 2000, dan kredit pajak merupakan variabel kritis yang akan diolah dalam perencanaan pajak.

Beberapa petunjuk untuk mengolah variabel kritis tersebut antara lain melalui: proyeksi pajak, kebijakan akuntansi, penilaian persediaan, metode penyusutan, penilaian kembali aktiva tetap, sewa guna usaha dan pengawasan pemerikasaan

pajak.

Perencanaan pajak dapat dilakukan dengan melakukan suatu proyeksi arus kas,

laba rugi atau menyeleksi atas rencana perusahaan. Melalui proyeksi tersebut manajemen dapat memilih beban karyawan, apakah tunjangan untuk karyawan diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan atau dibayar dalam bentuk uang,

atas beban karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan tersebut didalam laporan keuangan dikurangkan dari biaya atau pengurang penghasilan. Dengan

(17)

dibayar, sedangkan di SPT PPh badan masih tidak membayar pajak penghasilan

karena perusahaan masih menderita kerugian.

Perencanaan pajak dapat melalui kebijakan akuntansi antara lain pada

penilaian persediaan dimana kebijakan akuntansi mengenai persediaan mensyaratkan penggunaan metode FIFO atau average method sedangkan metode LIFO tidak boleh diperkenankan dalam ketentuan perpajakan untuk metode

penyusutan, manajemen dapat menggunakan metode garis lurus atau saldo menurun, pada penilaian kembali aktiva tetap. Perusahaan dapat melakukan

revaluation dengan membayar PPh sebesar 10 % final dari selisih nilai revaluasi

aktiva tetap. Untuk kebijakan akuntansi dalam sewa guna usaha aktiva tetap juga menguntungkan dari segi pembayaran angsuran, tetapi tidak boleh disusutkan

melainkan dapat dibebankan sebagai pengurang laba.

Biasanya dalam perencanaan pajak baik untuk nasional maupun untuk internasional yang sering dilakukan adalah dengan melakukan:

a. Avoid to top bracket, baik dengan memanfaatkan interest, investment maupun

losses arbitrage.

b. Income recognition acceleration (terutama untuk PPN).

c. Income spreading (baik untuk beberapa wajib pajak maupun tahun pajak).

d. Tax payment deferral.

e. Tax exclusive maximization (misalnya dengan pengaturan tempat performance

jasa).

(18)

BAB I PENDAHULUAN 13

g. Transformasi non ke deductible expenses.

h. Penciptaan maupun percepatan deductible tax expenses.

Perencanaan pajak juga dapat dilakukan melalui pengawasan atau

pemeriksaan perpajakan, diharapkan didalam perencanaan pajak tidak hanya dilakukan untuk mengurangi laba pajak saja, karena apabila didalam pemeriksaan ditemukan adanya penerapan perencanaan yang gagal akan mengakibatkan

perusahaan terbebani yang disebabkan dikenakan sanksi pajak oleh fiskus.

Pada hakekatnya membayar pajak merupakan beban bagi perusahaan, karena

bagi perusahaan membayar pajak tidak ada timbal balik (kontraprestasi) yang didapat perusahaan, maka perusahaan selalu berusaha untuk meminimalkan beban pajaknya dengan dilakukan manajemen perpajakan yang baik. Apabila

perencanaan pajak tersebut berhasil dengan mencari peluang-peluang yang dapat mengurangkan beban pajak maka otomatis pajak terhutang yang dibayar perusahaan akan semakin kecil dan hal tersebut akan mengakibatkan laba

perusahaan setelah pajak meningkat.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah

terdapat perbedaan yang signifikan antara pajak penghasilan terhutang sebelum dan sesudah diterapkannya perencanaan pajak.

1.6 Lokasi Penelitian dan Lamanya Penelitian

Penelitian dilakukan di PT “X” di Bandung. Perusahaan ini merupakan

(19)

dilakukan pada PT ”X” kurang lebih selama empat bulan yaitu pada bulan Maret –

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis atas perencanaan pajak PT.”X” serta didukung oleh data-data yang diperoleh, maka

dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Pelaksanaan perencanaan pajak dalam PT.”X” telah memanfaatkan

ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku, sehingga pajak penghasilan badan yang harus dibayar perusahaan menjadi lebih efisien. Hal ini menjadi lebih kecil setelah dilakukan perencanaan pajak.

2. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh PT.”X” dalam melakukan

perencanaan pajak adalah memahami ketentuan perpajakan yang berlaku sesuai dengan perkembangan mengenai ikhtisar biaya yang dapat

dimanfaatkan sebagai biaya pengurang atau tidak dalam perencanaan pajak, melakukan pembukuan yang memenuhi syarat dalam upaya

menghemat pajak dengan cara yang legal dan benar.

3. Pelaksanakan Perencanaan Pajak dengan baik dapat menghemat

(mengefisienkan) pengeluaran pajak sebesar Rp. 52.503.900.000,00 untuk

(21)

tersebut perusahaan dapat melakukan kegiatan operasional lainnya dan

terhindar dari bahaya kerugian.

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara pajak penghasilan terhutang sebelum dan sesudah dilakukannya perencanaan pajak.

5. Perencanaan Pajak yang telah dilakukan PT.”X” adalah mengalihkan biaya

menurut perpajakan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non

deductible expenses) pada biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto (deductible expenses) dan mengadakan program tertentu untuk menambah biaya yang dapat mengurangi pajak penghasilan terhutang (income tax liability).

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diambil, maka beberapa saran yang

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan lebih baik yaitu:

1. Dalam rangka meminimalkan pengeluaran pajak, suatu kerjasama yang

optimal harus terjalin diantara pengelola pajak perusahaan dengan manajemen perusahaan sehingga dapat ditetapkan strategi penghematan

(22)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102

pajak yang berlaku sehingga terhindar dari interpretasi terhadap peraturan

tersebut.

2. Dalam melakukan penyusunan perencanan pajak, sebaiknya perusahaan

(23)

Algifari.1997. Analisis Regresi; Teori, Kasus dan Solusi, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE.

Anthony, Robert N., Dearden, John., Bedford, Norton M. 1992. Sistem Pengendalian

Manajemen Jilid I, (Alih Bahasa Agus Maulana), Edisi Keenam, Jakatra: Binarupa

Aksara.

Erly Suandy. 2001. Perencanaan Pajak, Edisi Pertama, Jakarta.

Gustian Djuanda., Irwansyah Lubis. 2001.Pelaporan Pajak Penghasilan, Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Gunadi., dkk. 1997. Perpajakan Buku Dua, Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomu UI.

---,2002. Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat.

---,2002 Ketentuan Perhitungan & Pelunasan Pajak Penghasilan, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat.

---,1998 Akuntansi Pajak, Cetakan Ke-2, Jakarta: PT Gramedia.

Hays, Wiliam. 1999, Quantification in Psycology, Private Limited, New Delhi: Prentice-Hall of India.

Hunger, J. David and Wheelen, Thomas L. 2002, Strategic Management and Business

Policy, Eighth Edition, Mexico: Prentice-Hall.

Jones, Sally M. 2002. Principle of Taxation for Business and Investment Planning, New York: McGraw-Hill Higher Education.

Jones, Sally M and Catanach, Shelley C. Rhoades. 2004. Principles of Taxation:

Advanced Strategies, New York: McGraw-Hill, Edition.

Musgrave, Richard A., and Musgrave, Peggy B. 1993. Keuangan Negara: Dalam Teori

dan Praktek, (Alih Bahasa Alfonsus Sirait), Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Mohammad Zain & Dodo Syarief Hidayat. 2003. Himpunan Undang-undang Perpajakan

(24)

Mohammad Zain. 2003. Manajemen Perpajakan, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat.

Muda Markus & Lalu Hendry Yujana. 2002. Pajak Penghasilan: Petunjuk Umum

Pemajakan Bulanan dan Tahunan Berdasarkan UU Terbaru, Edisi Pertama,

Jakatra: Penerbit PT Gramedia.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Pertama, Jogyakatra: Penerbit Andi.

Mardaismo. 2003. Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta: Penerbit Andi.

R. Santoso Brotodihardjo. 1998. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Edisi Ketiga, Bandung: PT. Refika Aditama.

Rosen, Harvey S. 2002. Public Finance, Sixth Edition, New York: McGraw-Hill Higher Education.

Rochmat Soemitro. 1992. Hukum Pajak, Bandung: Penerbit PT Eresco.

Siti Resmi. 2003. Perpajakan: Teori dan Kasus Buku Satu, Edisi Pertama, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Sophar Lumbantoruan. 1996. Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit Gramedia. Sugiono. 1998. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Cetakan Kesepuluh, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tunas Hariyulianto. 1998. Pajak Penghasila Indonesia, Jakarta: Penerbit CV Eko Jaya.

Uma, Sekaran. 2000. Research Methods for Business; A Skill Building Approach, Third Editions, New York.

Umar Husein. 2001. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Waluyo. 2002. Perpajakan Indonesia Buku Dua, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba.

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2002. Perpajakan Indonesia Buku Satu, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba.

Yudkin, Leon. 1991. Tax Technique Handbook: A Legal Structure for Efective Income

(25)

Sommerfeld, Ray M., at al. 1994. Concepts of Taxation, 1994 Edition, New York: The Dryden Press.

Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Peneliti, Bandung: Penerbit Tarsito.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa peranan perencanaan pajak dalam meminimalkan pajak penghasilan terutang pada PT X tidak signifikan, karena PT X merupakan

Pemilihan penggunaan metode penyusutan aset tetap yang akan digunakan oleh perusahaan merupakan salah satu perencanaan pajak yang dapat dilakukan untuk meminimalkan beban

dari analisis yang dilakukan melalui rekonsiliasi fiskal terjadi ada beberapa temuan yang terjadi di perusahaan, biaya seragam pegawai,biaya lain-lain yang dimana disana

kas negara berdasarkan Undang ± Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk

UPA belum melaksanakan perencanaan pajaknya secara efektif karena dalam suatu perencanaan pajak dapat dikatakan baik dan memenuhi syarat apabila disusun melalui

Penerapan Perencanaan Pajak Pada PBB Dan BPHTB Dalam Rangka Pencapaian Efisiensi Beban Pajak Terhutang (Kasus di Yayasan "X" Surabaya)..

Menurut Shaviro (2013), setiap Wajib Pajak memiliki peluang yang sama dalam membuat perencanaan pajak untuk meminimalkan penghasilan kena pajaknya. Namun perlu

5 Berdasarkan penjelasan diatas dan mengingat pentingnya peranan perencanaan pajak dalam suatu perusahaan untuk meminimalkan beban pajak terhutang yang harus di bayar perusahaan maka