Universitas Kristen Maranatha Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengenai derajat resilience pada mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran derajat resilience dan protective factor serta basic need pada mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung. Teori yang digunakan adalah resilience yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri secara positif dan mampu berfungsi secara baik di tengah situasi yang menekan.
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan diperoleh 35 mantan pecandu narkoba berusia 25 sampai 33 tahun sesuai dengan klasifikasi dewasa awal dari Santrock (2002), anggota dari komunitas “X” Bandung, pernah menggunakan narkoba dengan frekuensi pemakaian maksimal tiga kali dalam sehari dan lama menggunakan lima tahun. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner resilience yang dikonstruksi peneliti berdasarkan teori resilience Bonnie Benard (2004). Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan Rank Spearman diperoleh hasil sebanyak 54 item dapat digunakan pada alat ukur resilience, dengan hasil validitas antara antara 0,305-0,773. Sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan hasil reliabilitas sebesar 0,9224. Data hasil penelitian ini diolah menggunakan teknik distribusi frekuensi dan tabulasi silang antara protective factor dengan basic need serta basic need dengan resilience.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah lebih dari separuh responden memiliki resilience tinggi sebesar 57,1%. Tingginya resilience ini ditunjukkan dengan tingginya social competence, problem solving skills, autonomy, dan sense of purpose and bright future pada respondennya. Sebesar 42,9% mantan pecandu narkoba komunitas “X” Bandung memiliki derajat resilience rendah, ditunjukkan dengan rendahnya keempat aspeknya. Protective factor dan basic need yang paling signifikan mempengaruhi resilience pada mantan pecandu narkoba komunitas “X” Bandung adalah dari keluarga.
Universitas Kristen Maranatha
LEMBAR JUDUL...i
LEMBAR PENGESAHAN...ii
ABSTRAK...iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR SKEMA...xii
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Identifikasi Masalah...11
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian...11
1.3.2 Tujuan Penelitian...11
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis...11
1.4.2 Kegunaan Praktis...12
1.5 Kerangka Pikir...12
Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resilience
2.1.1 Pengertian Resilience………24
2.1.2 Aspek Resilience………...24
2.1.3 Protective Factor...35
2.1.4 Basic Need………43
2.2 Masa Dewasa Awal 2.2.1 Transisi dari Masa Remaja Menuju Masa Dewasa………...44
2.2.2 Perkembangan Fisik………..44
2.2.3 Perkembangan Sosial………45
2.2.4 Karier dan Pekerjaan...46
2.2.5 Perkembangan Kepercayaan...47
3.3 Narkoba 3.3.1 Pengertian Narkoba...48
3.3.2 Jenis-Jenis Narkoba...49
3.3.2.1 Narkotika...49
3.3.2.2 Psikotropika...50
3.3.3 Faktor Penyebab Penggunaan Narkoba...52
3.3.4 Dampak Penggunaan Narkoba...53
Universitas Kristen Maranatha
3.2.1 Variabel Penelitian...58
3.2.2 Definisi Operasional...58
3.3 Alat Ukur 3.3.1 Alat Ukur Resilience...59
3.3.2 Prosedur Pengisian...62
3.3.3 Sistem Penilaian...62
3.3.4 Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang...65
3.3.5 Uji Coba Alat Ukur...66
3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampling 3.4.1 Populasi Sasaran...69
3.4.2 Karakteristik Populasi...69
3.4.3 Teknik Penarikan Sampel...70
3.5 Teknik Analisis...70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden...71
4.1.1 Persentase Responden Berdasarkan Usia...71
4.1.2 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...72
Universitas Kristen Maranatha 4.2 Hasil Penelitian Data dan Pembahasan
4.2.1 Hasil Penelitian Data...73
4.2.2 Tabulasi Silang Derajat Resilience dengan Aspek Resilince...73
4.3 Pembahasan...76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...90
5.2 Saran 5.2.1 Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut...91
5.2.2 Saran Guna Laksana...91
DAFTAR PUSTAKA...93
DAFTAR RUJUKAN...94
Universitas Kristen Maranatha
Tabel 3.3.3 Skor Jawaban………...………...63
Tabel 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia...71
Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...72
Tabel 4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Menggunakan...72
Tabel 4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Frekuensi Menggunakan...72
Tabel 4.2.1 Derajat Resilience...73
Tabel 4.2.2.1 Tabulasi Silang Derajat Resilience dengan Social Competence...73
Tabel 4.2.2.2 Tabulasi Silang Derajat Resilience dengan Problem Solving Skills..74
Tabel 4.2.2.3 Tabulasi Silang Derajat Resilience dengan Autonomy...74
Universitas Kristen Maranatha Lampiran B Kuesioner Resilience
Lampiran C Kisi-Kisi Alat Ukur Resilience
Lampiran D Data Mentah Kuesioner Lampiran E Data Pribadi
Lampiran F Data Mentah Protective Factor Lampiran G Distribusi Skor Kuesioner Resilience
Lampiran H Distribusi Skor Kuesioner Basic Need
Lampiran I Tabulasi Silang Protective Factor dengan Basic Need Lampiran J Tabulasi Silang Basic Need dengan Resilience
1
Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini
menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dan berdampak pada hilangnya
satu generasi bangsa (www.bnn.go.id, diakses 19 Agustus 2008). Persoalan
mengenai narkoba memang bukan persoalan yang baru, tetapi sudah ada sejak
lama, menghancurkan sendi-sendi kehidupan individu, keluarga dan masyarakat.
Narkoba telah secara nyata menurunkan derajat kemanusiaan seseorang yang
menggunakannya, merusak kehidupan keluarga, mengganggu ketertiban
masyarakat, dan mengancam kehancuran negara (www.bkkbn.go.id, diakses 20
Agustus 2008).
Berdasarkan data dari Direktorat IV narkoba, 23 Juni 2008, jumlah
pecandu narkoba di Indonesia berdasarkan usia di bawah 16 tahun sampai dengan
di atas 29 tahun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005
pecandu narkoba berjumlah 22.780 orang, tahun 2006 berjumlah 31.635 orang
dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 36.169 orang (Pdf BNN,
diakses 20 Oktober 2008). Di Jawa Barat berdasarkan hasil evaluasi dari Badan
Narkotika Provinsi (BNP) Jabar, pada tahun 2007 pengguna narkoba telah
mencapai 1.883 orang. Jumlah pengguna terbanyaknya berada di kota dan
Universitas Kristen Maranatha
Pemerintah Indonesia telah membuat landasan hukum untuk menangani kejahatan
narkoba yakni UU No.5 tahun 1997 tentang psikotropika dan UU No.22 tahun
1997 tentang narkotika. Di dalam undang-undang tersebut dijelaskan hukuman
yang akan dijatuhkan kepada para pembuat, pengedar dan pemakai narkoba.
Mereka akan dihukum berat sampai hukuman mati dan denda milyaran rupiah,
akan tetapi pengedar dan pecandu narkoba tetap terus saja meningkat
(www.bnn.go.id, diakses 13 Agustus 2008).
Sebagian pengguna narkoba yang pada awalnya hanya mencoba-coba,
kemudian mulai menikmati dan akhirnya menjadi ketergantungan pada narkoba.
Adanya penggunaan substansi psikoaktif (salah satunya narkoba) akan dapat
mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan melalui penguatan yang negatif,
mengurangi stres, dan mengatasi kecemasan (Durand dan Barlow, 2007).
Penggunaan narkoba telah menimbulkan banyak korban, terutama kalangan muda
yang termasuk dalam usia produktif. Hal ini berawal dari kepribadian individu itu
sendiri dan faktor lingkungan, penggunaan tersebut terus berlanjut sampai mereka
beranjak dewasa.
Pecandu narkoba cenderung akan mengalami ketergantungan fisik dan
psikologis, serta dapat mengalami kegagalan dalam hidupnya. Masalah pemulihan
pecandu narkoba bukanlah hal yang mudah, melainkan merupakan suatu proses
perjuangan panjang yang memerlukan strategi dan pelaksanaan secara tepat,
terintegrasi dan terarah (www.lpnarkotika2a.com, diakses 3 September 2008).
Proses penyembuhan atau pemulihan setiap pecandu narkoba
Universitas Kristen Maranatha
melakukan dengan pendekatan keagamaan, dan ada pula yang hanya dengan niat
dari diri sendiri (www.satudunia.net, diakses 21 Agustus 2008). Melepaskan
ketergantungan narkoba merupakan proses yang begitu sulit karena mantan
pecandu harus melawan kecanduan yang sangat menyakitkan dan sugesti dalam
diri untuk tidak kembali menggunakan narkoba. Seringkali mantan pecandu
narkoba yang tidak ingin kembali menggunakan narkoba, seperti ketika berada di
lingkungan pecandu narkoba atau ketika mengalami suatu masalah, kurang
mendapat tanggapan positif dari lingkungan, mereka justru mengalami penolakan
dan dianggap tidak mungkin dapat memperbaiki diri. Adanya penolakan mereka
rasakan dari sebagian orang, baik dari pihak keluarga maupun lingkungan di
sekitar mereka. Salah satunya dikarenakan mereka seringkali mengalami relaps
(Perilaku kembali menggunakan narkoba sebagai respon yang tidak adaptif
terhadap stres baik yang berasal dari luar maupun dalam diri). Departemen Sosial
(Depsos) menyatakan setiap tahun terdapat 20% hingga 50% mantan pecandu
narkotik, psikotropika, dan zat adiktif (napza) yang mengalami relaps karena
kurangnya dukungan dari lingkungan dan keluarga (www.mediaindonesia.com,
diakses 21 Agustus 2008).
Mantan pecandu narkoba akan mengalami dampak secara fisik, seperti
adiksi yang tidak mudah disembuhkan, resiko penyakit yang berbahaya seperti
infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi paru (Pneumonia), tertular hepatitis C
dan HIV. Dampak secara psikologis seperti rasa bersalah, malu, dan muncul
sugesti dalam diri. Selain itu terdapat pula dampak secara sosial yaitu pengucilan
Universitas Kristen Maranatha
(www.ypi.or.id, diakses 20 Agustus 2008). Sebagian masyarakat berpikir bahwa
mereka pasti mengidap HIV/AIDS (www.bkkbn.go.id, diakses, 17 September
2008). Selain itu adanya rasa khawatir karena penggunaan narkoba cukup erat
kaitannya dengan tindakan kriminalitas, sehingga mereka yang pernah
berhubungan dengan narkoba menurut sebagian masyarakat merupakan orang
yang perlu dihindari (www.jangkar.org, diakses 20 Agustus 2008).
Beberapa kesulitan juga dialami oleh seorang mantan pecandu yang
terkena katup jantung kronis dan menjalani perawatan di rumah sakit dengan
biaya asuransi. Setelah diketahui ia adalah mantan pecandu narkoba perusahaan
asuransi menghentikan pembiayaannya (www.ypi.or.id, diakses 3 September
2008). Diskriminasi di bidang kesehatan juga dialami mantan pecandu narkoba,
mereka kesulitan mendapatkan askeskin dari pemerintah (www.surya.co.id,
diakses 21 Agustus 2008).
Adanya situasi yang menekan (adversity) seringkali dialami oleh mantan
pecandu narkoba, berupa lingkungan yang memberi stigma pada mantan pecandu
sebagai orang yang tidak produktif atau tidak bisa sembuh (www.balipost.co.id,
diakses 20 agustus 2008). Munculnya stigma karena sebagian dari mantan
pecandu tidak menghasilkan hal positif ketika mereka menggunakan narkoba
dahulu. Selain itu sugesti dalam diri pada mantan pecandu, berupa suara-suara
yang menggema dalam diri untuk kembali menggunakan narkoba juga sulit untuk
dilewati. Padahal pada situasi tertekan tersebut pecandu narkoba sangat
Universitas Kristen Maranatha
Mantan pecandu narkoba yang telah bebas dari ketergantungan
obat-obatan, seringkali berkumpul bersama dengan mantan pecandu lainnya.
Komunitas “X” merupakan sebuah lembaga informal, yang memiliki tujuan untuk
mengajak pecandu narkoba lepas dari jerat narkoba dan menguatkan mereka
untuk tidak kembali menggunakan narkoba. Mantan pecandu narkoba komunitas
“X” berkumpul karena memiliki kesamaan yaitu mereka pernah menjadi pecandu
narkoba.
Komunitas “X” tidak memiliki tempat khusus dan waktu untuk berkumpul
yang pasti, akan tetapi para anggotanya selalu menyempatkan diri untuk saling
berbagi pengalaman dalam hal mempertahankan diri untuk tidak kembali
menggunakan narkoba serta bagaimana menghadapi penolakan dari lingkungan,
dengan begitu mereka dapat menguatkan satu sama lain. Apabila mengalami
masalah mereka akan menemui konselor atau teman yang lain dalam
komunitasnya untuk memperoleh dukungan. Anggota dari komunitas ini
bervariasi dalam penyembuhan ketergantungannya. Ada yang mengikuti
rehabilitasi dan ada yang berusaha sendiri melalui ibadah. Menurut konselor di
komunitas “X” Bandung, penggunaan narkoba dengan frekuensi yang sering
dapat menimbulkan ketergantungan secara psikologis seperti adanya perasaan
cemas dan tidak nyaman jika tidak menggunakan narkoba. Penggunaan narkoba
dalam waktu yang lama dapat menimbulkan berbagai macam masalah secara fisik,
seperti timbulnya berbagai penyakit kronis diantaranya infeksi pada jantung dan
Universitas Kristen Maranatha
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 10 mantan pecandu narkoba
di komunitas “X” Bandung diperoleh hasil 100% dari mereka merasa berada pada
situasi yang menekan (adversity) dalam menjalani kehidupan mereka setelah lepas
dari jerat narkoba, karena stigma dan penolakan yang diberikan oleh lingkungan
mereka. Dari pihak keluarga, ada diantara mereka yang seringkali dicurigai
mengambil barang untuk kembali membeli narkoba. Begitu pula dengan orang di
sekitar mereka yang cenderung memberikan stigma pada mereka dengan
menganggap mereka tidak mungkin memperbaiki diri. Ketika mantan pecandu
narkoba berelasi dengan orang yang baru dikenal, dan orang tersebut mengetahui
bahwa mereka pernah menggunakan narkoba, maka mereka akan mulai dijauhi.
Selain itu adanya rasa khawatir pihak orang tua apabila anak mereka berteman
dengan mantan pecandu narkoba, keadaan ini membuat mereka seringkali merasa
tertekan.
Lima orang atau 50% dari komunitas “X” merasa adanya situasi yang
menekan (adversity) dari dalam diri untuk tidak kembali mengkonsumsi
merupakan hal yang cukup sulit untuk diatasi, karena seringkali muncul sugesti
dalam diri, berupa suara-suara yang menggema dalam diri untuk kembali
menggunakan narkoba, selain itu mantan pecandu narkoba seringkali dicari oleh
bandar narkoba untuk kembali menggunakan narkoba, karena bandar narkoba
merasa kehilangan salah satu sumber pendapatannya. Kemudahan untuk
mendapatkan narkoba, seringkali membuat keinginan mereka untuk kembali
Universitas Kristen Maranatha
Adanya keinginan untuk kembali menggunakan narkoba dan stigma pada
mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung seringkali membuat mereka
menjadi tidak produktif dalam menjalani kehidupan pasca lepas dari belenggu
narkoba. Oleh karena itu mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung
memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri secara positif, seperti mampu
menghadapi masalah tanpa kembali ke narkoba, menjadi orang yang sehat dan
mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan bertanggung jawab minimal
bagi dirinya sendiri. Agar mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung
dapat bertahan dalam menjalani kehidupannya, dan dapat berperilaku secara
positif dalam berinteraksi di lingkungannya maka diperlukan adanya resilience.
Resilience merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dan
berfungsi secara baik di tengah situasi yang menekan atau banyak halangan dan
rintangan (Bonnie Benard, 2004). Menurut Benard (2004) resilience terdiri atas
empat aspek, yang pertama social competence, problem solving skills, autonomy,
sense of purpose and bright future. Dengan social competence mantan pecandu
narkoba diharapkan akan mampu menjalin relasi dengan baik di lingkungannya
sekalipun lingkungan memandang remeh mereka. Kedua, problem solving skills,
dalam hal ini diharapkan mantan pecandu narkoba mengetahui cara mengatasi
masalah yang dihadapinya, seperti dalam bekerja atau ketika mencari alternatif
solusi yang tepat ketika menghadapi suatu masalah dalam hidupnya.
Aspek yang ketiga adalah autonomy, dalam hal ini mantan pecandu
narkoba diharapkan memiliki kemandirian dan kontrol terhadap lingkungan. Hal
Universitas Kristen Maranatha
masalah, mereka yakin bahwa dapat melaluinya dengan baik tanpa menggunakan
narkoba. Aspek yang selanjutnya adalah sense of purpose and bright future,
mantan pecandu narkoba diharapkan memiliki keyakinan untuk dapat melewati
berbagai rintangan yang harus dihadapi dalam menjalani kehidupannya, seperti
ketika mereka mengalami kegagalan untuk diterima di suatu lingkungan baru,
mereka tidak putus asa, dan mereka tetap memiliki orientasi untuk sukses di
dalam hidupnya.
Resilience yang tinggi menjadikan mantan pecandu narkoba dapat
bertahan dalam menjalani kehidupannya walaupun berada pada situasi yang
menekan. Mantan pecandu narkoba yang memiliki resilience tinggi meskipun
memiliki banyak tekanan, akan tetap berusaha untuk dapat berperilaku positif
kepada orang di sekitarnya dan kepada dirinya sendiri. Hal sebaliknya akan terjadi
bila mantan pecandu narkoba memiliki resilience yang rendah.
Berdasarkan hasil survei dengan 10 mantan pecandu narkoba komunitas
“X” Bandung, mereka mengatakan bahwa ketika mereka telah berhasil
melepaskan diri dari narkoba, pada awalnya merasa tidak percaya diri, merasa
tertekan karena dikucilkan dan ditolak oleh keluarga dan lingkungan. Selain itu
mereka juga harus menahan diri dari keinginan mereka untuk kembali
menggunakan narkoba. Adanya rasa khawatir karena seringkali mereka diajak
untuk kembali menggunakan narkoba oleh komunitas pengguna mereka yang
dulu.
Berdasarkan hasil wawancara didapat 60% mantan pecandu narkoba
Universitas Kristen Maranatha
dan lingkungan sekitar mereka, serta berhasil dalam menjalin hubungan dengan
lawan jenisnya. Mereka juga kembali dapat berkomunikasi dengan keluarga
mereka. Selain itu di antara mereka ada yang menjadi konselor untuk mantan
pecandu yang menghadapi masalah. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka
memiliki social competence yang tinggi, sedangkan 40% dari mereka memiliki
social competence yang rendah, mereka kurang mampu menjalin relasi dengan
orang sekitarnya kecuali pada komunitas yang menerima mereka saja. Mereka
belum mampu memaafkan dirinya sebagai pemakai, karena mereka merasa telah
membuat aib bagi keluarganya, dan membuat kecewa orang tuanya.
Dilihat dari aspek problem solving skills, berdasarkan hasil wawancara
didapatkan hasil 50% dari mereka mampu mengatasi masalah yang mereka
hadapi, seperti ketika timbulnya keinginan untuk menggunakan narkoba kembali
mereka langsung mencari kegiatan lain yang bermanfaat. Selain itu apabila
mereka menghadapi suatu masalah mereka mampu mencari solusi dan dukungan
dari teman dalam komunitasnya, keluarga, dan konselor mereka. Hal itu
menunjukkan problem solving skills yang tinggi, sedangkan 50% dari mereka
kurang mengenali adanya dukungan dari lingkungan, selain itu ada pula yang
kurang dapat mencari solusi yang tepat, ketika menghadapi masalah, sehingga
mereka cenderung menghindar. Hal tersebut menunjukkan mereka masih
memiliki problem solvingskills yang rendah.
Berdasarkan aspek autonomy didapat hasil 60% dari mereka merasa yakin
akan kemampuan mereka untuk hidup dengan baik dan tidak kembali
Universitas Kristen Maranatha
menjadi konselor dan membantu sesama mantan pecandu ketika menghadapi
masalah. Hal tersebut memperlihatkan autonomy yang tinggi, sedangkan 40% dari
mereka merasa belum yakin bahwa mereka dapat menjadi individu yang berguna
minimal untuk keluarganya. Mereka masih sering terpengaruh oleh pandangan
negatif dari lingkungan sehingga mereka kurang dapat melakukan sesuatu secara
maksimal. Hal ini memperlihatkan autonomy mereka yang rendah.
Berdasarkan aspek sense of purpose and bright future didapat 50% dari
mereka merasa yakin tidak akan menggunakan kembali narkoba sekalipun
menghadapi masalah yang berat dalam hidup, mereka merasa optimistik dan yakin
bahwa mereka telah mendapat kesempatan dari Tuhan untuk menjalani kehidupan
yang lebih baik lagi. Hal tersebut menunjukkan sense of purpose and bright future
yang tinggi. Sedangkan 50% dari mereka memiliki sense of purpose and bright
future yang rendah, mereka merasa tidak yakin kalau mereka akan mampu
melewati masa depan mereka dengan baik, karena merasa lingkungan sulit
menerima mereka kembali dengan positif.
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di atas ditemukan resilience
yang berbeda-beda dari mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung.
Adanya, variasi tersebut dapat dipengaruhi oleh penghayatan protective factor dan
basic need (Benard, 2004) pada mantan pecandu narkoba komuntias “X”
Bandung. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai bagaimana derajat resilience pada mantan pecandu narkoba komunitas
Universitas Kristen Maranatha 1.2. Identifikasi Masalah
Seperti apakah derajat resilience pada mantan pecandu narkoba di
komunitas “X” Bandung dilihat dari protective factor dan pemenuhan basic need.
1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
derajat resilience, dan protective factor serta basic need pada mantan pecandu
narkoba di komunitas “X” Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
derajat resilience berikut penjelasan protective factor dan pemenuhan basic need
pada mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk penelitian
Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi bagi mantan pecandu narkoba di komunitas “X”
Bandung tentang derajat resilience, agar mereka dapat mengembangkan dan
menyesuaikan diri lebih baik.
2. Bagi konselor komunitas “X” Bandung untuk mengetahui derajat resilience
anggota komunitasnya sehingga dapat memberikan dukungan pada mantan
pecandu untuk dapat menyesuaikan diri di lingkungan.
3. Bagi keluarga agar dapat memberikan dukungan kepada mantan pecandu
narkoba di komunitas “X” Bandung untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungannya.
1.5 Kerangka Pemikiran
Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung berada pada usia 25
sampai dengan 33 tahun, yang merupakan tahapan dewasa awal. Pada tahapan ini
seseorang akan memasuki fase di mana mereka biasanya telah menyelesaikan
studi, bekerja, dan membuat beragam keputusan dalam hidupnya, seperti karir,
hubungan dan gaya hidup. Pada fase ini individu akan membuat rencana hidup
yang mencakup masa depan (Santrock, 2002). Ketika mantan pecandu narkoba di
komunitas “X” Bandung berusaha untuk membentuk masa depannya mereka
mengalami tekanan dari dalam diri berupa keinginan untuk kembali menggunakan
narkoba, dan adanya stigma yang diberikan lingkungan pada mereka.
Adanya stigma bahwa mereka tidak mungkin memperbaiki diri, erat
Universitas Kristen Maranatha
untuk membeli narkoba dan penolakan dari lingkungan yang membuat mereka
sulit menjalin relasi dengan orang baru, sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari
keluarga dan lingkungan serta faktor keinginan untuk kembali menggunakan
narkoba, membuat mereka berada pada situasi yang menekan (adversity). Dalam
kondisi tersebut diharapkan para mantan pecandu narkoba di komunitas “X”
Bandung memiliki kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri secara positif dan
berfungsi secara baik di tengah situasi yang menekan tersebut.
Kemampuan individu untuk menyesuaikan diri secara positif dan
berfungsi secara baik di tengah situasi yang menekan (adversity), banyak
halangan dan rintangan disebut resilience (Benard, 2004). Resilience terdiri dari
empat aspek, yaitu social competence, problem solving skills, autonomy, sense of
purpose and bright future (Benard, 2004). Social competence, merupakan
kemampuan mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung untuk
memunculkan respon positif dari orang lain, menyatakan pendapat tanpa
menyinggung perasaan orang lain, menangani konflik dengan baik, bersedia
peduli terhadap perasaan dan perspektif orang lain, bersedia meringankan beban
orang lain, dan kesediaan untuk memaafkan diri dan orang lain. Problem solving
skills, merupakan kemampuan mantan pecandu narkoba di komunitas “X”
Bandung untuk dapat merencanakan, melihat alternatif, mengenali sumber-sumber
dukungan di lingkungan, berinisiatif mencari bantuan dan kesempatan serta
memanfaatkannya untuk mengatasi masalah, menganalisis masalah dan mencari
Universitas Kristen Maranatha Autonomy, merupakan kemampuan mantan pecandu narkoba di komunitas
“X” Bandung untuk memiliki penilaian diri yang positif, bertanggung jawab
terhadap tugas, menghayati dalam mengendalikan lingkungan/pelaksanaan tugas,
memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mencapai hasil
yang diinginkan, memiliki kompetensi, mengambil jarak secara emosional dari
pengaruh buruk lingkungan, mereflesikan diri, melakukan reframing dalam
memandang diri/pengalaman dalam cara yang positif, dan memiliki rasa humor.
Sense of purpose and bright future, merupakan kemampuan mantan pecandu
narkoba di komunitas “X” Bandung untuk mengarahkan diri pada tujuan/masa
depan, mempertahankan motivasi dalam mencapai tujuan serta keinginan untuk
sukses, memiliki hobi yang dapat menghibur ketika menghadapi kesulitan,
memiliki optimisme dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta memiliki
keyakinan religius yang membuatnya optimistik dan memiliki harapan.
Derajat resilience pada mantan pecandu narkoba berbeda-beda, tidak
terlepas dari peran faktor yang mendukung dan melindungi mereka dari tekanan
(adversity) yang disebut dengan protective factors yang ada sejak mantan pecandu
narkoba berada dalam suatu keluarga atau ketika menjadi anggota dalam suatu
komunitas. Protective factors terdiri dari caring relationships, high expectation,
dan opportunities for participation and contribution yang diberikan oleh keluarga,
anggota komunitas, dan teman di luar komunitas.
Dalam situasi yang penuh tekanan bagi mantan pecandu narkoba di
komunitas “X” Bandung, keluarga sebagai salah satu protective factors menjadi
Universitas Kristen Maranatha
kedekatan antara orang tua dan saudara kandung dengan mantan pecandu narkoba
di komunitas “X” Bandung dengan pemberian dukungan, kepedulian dan saling
mengkomunikasikan hal-hal yang terjadi sehari-hari. Adanya high expectations
dalam keluarga dapat dimunculkan dengan memberikan harapan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki setiap anggota keluarganya, sehingga dapat membantu
mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung dalam menghadapi situasi
yang menekannya. Dalam hal opportunities for participation and contribution
keluarga dapat memberikan kesempatan kepada mantan pecandu narkoba di
komunitas “X” Bandung untuk memberikan tanggung jawab dan menciptakan
kesempatan dalam mengambil keputusan serta mengatasi permasalahannya
seorang diri.
Komunitas merupakan salah satu faktor yang juga memiliki pengaruh
yang penting dalam mendukung mantan pecandu narkoba di komunitas “X”
Bandung untuk dapat resilience. Caring relationship dalam komunitas dapat
ditunjukkan dengan memberikan dukungan perhatian dan sebagai tempat untuk
bertukar pikiran dan berbagi pengalaman antar sesama mantan pecandu narkoba.
Sedangkan high expectations ditunjukkan dengan memberikan harapan kepada
anggotanya sesuai dengan kemampuan. Dalam hal opportunities for participation
and contribution komunitas memberikan kesempatan kepada mantan pecandu
narkoba di komunitas “X” Bandung untuk dapat mengatasi kesulitan dan
mengambil keputusannya sendiri ketika mengalami masalah.
Selain keluarga dan komunitas, teman di luar komunitas juga memberikan
Universitas Kristen Maranatha
menjadi resilience ketika menghadapi berbagai tekanan. Caring relationships
dengan teman dapat ditunjukkan dengan adanya perhatian, kepedulian dan dapat
diajak untuk bertukar pikiran. Seseorang yang dapat mempercayai kemampuan
temannya untuk berhasil dalam hidupnya menunjukkan high expectation.
Sedangkan opportunities for participation and contribution diperlihatkan dengan
memberikan kesempatan untuk berpendapat dan mengatasi kesulitan yang dialami
secara mandiri.
Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung yang mendapatkan
caring relationships, high expectation, dan opportunities for participation and
contribution dari keluarga, anggota komunitas, dan teman maka kebutuhan akan
rasa aman, dicintai, dihormati, mandiri, unggul dan berarti akan terpenuhi.
Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar pada mantan pecandu narkoba maka
derajat resilience-nya akan tinggi. Hal ini akan dapat dilihat dari tingginya social
competence, problem solving skills, autonomy, dan sense of purpose and bright
future yang dimiliki oleh mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung.
Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung yang memiliki
derajat resilience yang tinggi dalam aspek social competence, akan dapat
memunculkan respon positif dari orang lain, walaupun orang tersebut mengetahui
mereka adalah mantan pecandu narkoba, mereka dapat menyatakan pendapatnya
tanpa menyinggung perasaan orang lain. Seperti ketika mereka diajak untuk
kembali menggunakan narkoba mereka dapat menolaknya secara halus, dapat
berkomunikasi dengan lebih baik di lingkungannya ketika menghadapi suatu
Universitas Kristen Maranatha
lingkungannya, adanya kesediaan untuk peduli terhadap perasaan, dan perspektif
orang lain sehingga mereka dapat mendengarkan pendapat yang disampaikan
orang lain. Mereka juga dapat meringankan beban, membantu orang lain sesuai
dengan kebutuhan, seperti membantu anggota komunitasnya ketika ada yang
mengalami masalah, dan bersedia untuk memaafkan diri karena pernah menjadi
pecandu narkoba dan lingkungan yang telah memberikan stigma pada mereka.
Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung yang memiliki
derajat resilience yang tinggi dalam aspek Problem solving skills, akan memiliki
kemampuan untuk dapat merencanakan beragam hal yang positif untuk tidak
kembali menggunakan narkoba, mereka dapat melihat alternatif dengan mencari
solusi ketika mengalami penolakan dari lingkungan ataupun ketika muncul sugesti
untuk kembali menggunakan narkoba. Mereka dapat mengenali sumber-sumber
dukungan dari keluarga, komunitas, dan teman sebagai tempat untuk berbagi,
berinisiatif mencari bantuan dan kesempatan serta memanfaatkannya untuk
mengatasi masalah, menganalisis masalah dan mencari solusi yang tepat dengan
melihat berbagai pengalaman di masa lalu.
Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung yang memiliki
derajat resilience yang tinggi dalamaspek autonomy, akan memiliki penilaian diri
yang positif setelah lepas dari jerat narkoba, mampu bertanggung jawab terhadap
tugas dengan membagi waktu dengan baik, mampu mengendalikan pelaksanaan
tugas dengan baik. Memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampuan
untuk mencapai hasil yang diinginkan, seperti keinginannya untuk dapat hidup
Universitas Kristen Maranatha
tertentu yang dapat menunjang hidup menjadi lebih baik, mampu mengambil jarak
secara emosional dari pengaruh buruk lingkungan, seperti ketika bertemu kembali
dengan pecandu lain mereka tidak terpengaruh untuk kembali menggunakan
narkoba. Mereka mampu mereflesikan diri dengan mampu melakukan aktivitas
dengan baik sekalipun sedang mengalami hal yang kurang menyenangkan,
mampu melakukan reframing dalam memandang pengalaman dalam cara yang
positif, dengan belajar dari pengalaman masa lalu, dan memiliki rasa humor
seperti senang bercanda dengan menghibur sesama mantan pecandu.
Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung yang memiliki
derajat resilience yang tinggi dalam aspek Sense of purpose and bright future,
akan memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri pada masa depan setelah
lepas dari jerat narkoba, mereka akan dapat mempertahankan motivasinya dalam
mencapai tujuan serta keinginan untuk sukses walaupun lingkungan memandang
mereka negatif. Mereka memiliki hobi yang dapat menghibur ketika menghadapi
kesulitan, sehingga mereka dapat melupakan sejenak kesulitan yang mereka
alami. Mereka juga memiliki keyakinan religius bahwa ada Tuhan yang akan
selalu ikut membantu dan campur tangan akan masa depannya yang membuatnya
optimistik dan memiliki harapan.
Jika mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung tidak
mendapatkan protective factor dari keluarga, anggota komunitas, dan teman maka
kebutuhan akan rasa aman, dicintai, dihormati, mandiri, unggul dan berarti
menjadi tidak terpenuhi. Maka resilience-nya akan rendah. Hal ini dapat dilihat
Universitas Kristen Maranatha purposes and bright future yang dimiliki oleh mantan pecandu narkoba di
komunitas “X” Bandung.
Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung yang memiliki
derajat resilience yang rendah dalam aspek social competence, maka mereka
kurang dapat memunculkan respon positif dari orang lain, yang mengetahui masa
lalu mereka sebagai mantan pecandu narkoba. Mereka kurang dapat menyatakan
pendapatnya tanpa menyinggung perasaan orang lain, seperti mereka akan
cenderung memaksakan pendapatnya, mereka kurang dapat berkomunikasi
dengan lebih baik di lingkungannya ketika menghadapi suatu masalah. Mereka
kurang mampu menangani konflik yang terjadi pada diri mereka dan
lingkungannya, kurang adanya kesediaan untuk peduli terhadap perasaan, dan
perspektif orang lain, kurang dapat mendengarkan pendapat yang disampaikan
orang lain. Mereka kurang dapat meringankan beban, membantu orang lain sesuai
dengan kebutuhan, seperti mereka akan memberikan bantuan sekalipun mereka
tidak diminta untuk membantu, dan juga kurang bersedia untuk memaafkan diri
sendiri karena pernah menjadi pecandu narkoba dan lingkungan yang telah
memberikan stigma pada mereka.
Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung yang memiliki
derajat resilience yang rendah dalam aspek Problem solving skills, akan kurang
memiliki kemampuan untuk dapat merencanakan beragam hal yang positif untuk
tidak kembali menggunakan narkoba, mereka kurang mampu melihat alternatif
dalam mencari solusi ketika mengalami penolakan dari lingkungan ataupun ketika
Universitas Kristen Maranatha
mengenali sumber-sumber dukungan dari keluarga, komunitas, dan teman sebagai
tempat untuk berbagi, kurang berinisiatif dalam mencari bantuan dan kesempatan
untuk dapat memanfaatkannya mengatasi masalah, kurang dapat menganalisis
masalah dan mencari solusi yang tepat sehingga akan cenderung untuk
menghindarinya.
Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung yang memiliki
derajat resilience yang rendah dalam aspek autonomy, kurang memiliki penilaian
diri yang positif setelah lepas dari jerat narkoba, kurang bertanggung jawab
terhadap tugas dan cenderung akan menghindarinya, kurang mampu
mengendalikan pelaksanaan tugas dengan baik. Kurang memiliki keyakinan
bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan,
seperti kurang yakinnya mereka untuk tidak kembali menggunakan narkoba,
kurang memiliki kompetensi pada bidang pekerjaan tertentu yang dapat
menunjang hidup menjadi lebih baik, kurang mampu mengambil jarak secara
emosional dari pengaruh buruk lingkungan, seperti ketika bertemu kembali
dengan pecandu lain mereka akan mudah terpengaruh kembali untuk
menggunakan narkoba. Mereka kurang mampu mereflesikan diri, sehingga
mempengaruhi aktivitasnya menjadi kurang optimal, kurang mampu melakukan
reframing dalam memandang pengalaman dalam cara yang positif, mereka merasa
pengalaman masa lalu tidak memberikan pelajaran apapun, dan mereka juga
kurang memiliki rasa humor seperti kurang menyukai apabila ada orang yang
Universitas Kristen Maranatha
Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung yang memiliki
derajat resilience yang rendah dalam aspek Sense of purpose and bright future,
akan kurang memiliki kemampuan untuk mengarahkan diri pada masa depan
setelah lepas dari jerat narkoba, mereka akan kurang dapat mempertahankan
motivasi dalam mencapai tujuan serta keinginan untuk sukses ketika mereka
mengalami kegagalan. Mereka memiliki hobi namun kurang dapat menghibur
mereka ketika menghadapi kesulitan. Mereka juga bersikap pesimis terhadap
hal-hal yang dilakukan karena merasa tidak yakin akan berhasil ketika telah
melakukan sesuatu dan kurang memiliki keyakinan religius pada Tuhan yang akan
selalu ikut membantu dan campur tangan akan masa depannya.
Adanya situasi yang menekan (adversity) pada mantan pecandu narkoba
komunitas “X” Bandung, maka diperlukan adanya resilience dalam diri mereka.
Resilience dapat membantu mereka untuk dapat menyesuaikan diri secara positif
dan mampu bertahan sekalipun berada pada situasi yang menekan. Resilience juga
dapat membantu mereka untuk memenuhi tuntutan dalam lingkungan mereka.
Uraian di atas dapat digambarkan dengan bagan kerangka pemikiran
Universitas Kristen Maranatha Skema 1.1 Kerangka Pikir
1.6 Asumsi
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dapat ditarik sejumlah asumsi sebagai
berikut:
1. Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung menghadapi tekanan
berupa stigma dan keinginan untuk kembali menggunakan narkoba.
2. Kemampuan resilience pada mantan pecandu narkoba di komunitas “X”
Bandung dipengaruhi oleh protective factors dan situasi menekan (adversity).
3. Mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung yang menghayati
adanya Protective factors dari keluarga, komunitas dan teman di luar
komunitasnya akan memiliki derajat resilience yang tinggi. Mantan Pecandu Narkoba
di komunitas “X” Bandung
Aspek Resilience Social competence Problem solving skills Autonomy
Sense of purpose and bright future
Resilience family):
Caring relationship High expectations
Opportunities for participation and contribution
Situasi menekan (adversity)
Universitas Kristen Maranatha
4. Protective factors yang diterima pada mantan pecandu narkoba di komunitas
“X” Bandung akan membuat terpenuhinya basic need.
5. Derajat Resilience mantan pecandu narkoba di komunitas “X” Bandung
bervariasi terlihat melalui aspek-aspek resilience yaitu: social competence,
90
Universitas Kristen maranatha 5.1 Kesimpulan
1. Lebih dari separuh mantan pecandu narkoba komunitas “X” Bandung (57,1%)
memiliki derajat resilience yang tinggi dan menunjukkan kemampuan yang tinggi
pula pada social competence, problem solving skills, autonomy, dan sense of
purpose and bright future.
2. Sebesar 42,9% mantan pecandu narkoba komunitas “X” Bandung, memiliki
derajat resilience rendah dan menunjukkan kemampuan yang rendah pula pada
social competence, problem solving skills, autonomy, dan sense of purpose and
bright future.
3. Mantan pecandu narkoba komunitas “X” Bandung yang sebagian besar kurang
menghayati protective factor dari keluarganya, maka basic need mereka dalam
keluarga tidak terpenuhi.
4. Mantan pecandu narkoba komunitas “X” Bandung yang sebagian besar merasa
basic need dalam keluarga mereka tidak terpenuhi, maka menunjukkan derajat
Universitas Kristen Maranatha 5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa
saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat.
5.2.1 Penelitian Lebih Lanjut
1. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai resilience pada mantan
pecandu narkoba, dapat mendalami mengenai penghayatan protective factors dan
pemenuhan basic need dengan membuat data penunjang yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya.
2. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai resilience pada mantan
pecandu narkoba, disarankan untuk meneliti dengan menggunakan desain penelitian
studi kasus, sehingga dapat menggali lebih dalam tentang dinamika protective factors
pada basic need dengan resilience dengan melakukan wawancara.
5.2.2 Saran Guna Laksana
1. Bagi keluarga mantan pecandu narkoba agar dapat memberikan dorongan pada
mantan pecandu untuk dapat melakukan aktivitas positif yang disukai, sehingga dapat
membantu mereka untuk tidak kembali menggunakan narkoba, ketika sugesti dalam
diri muncul.
2. Bagi keluarga mantan pecandu narkoba agar lebih dapat memberikan kesempatan
Universitas Kristen Maranatha jawab dalam mengambil keputusan untuk masa depannya sehingga mereka dapat
menunjukkan bahwa mereka mampu untuk melakukan sesuatu yang berarti bagi
dirinya dan orang lain.
3. Bagi komunitas “X” disarankan agar dapat menjembatani antara keluarga yang
masih belum dapat menerima anggota keluarganya kembali, dengan memberikan
penjelasan mengenai kondisi mantan pecandu narkoba, pentingnya penerimaan,
pemberian perhatian, dorongan dan kesempatan bagi mantan pecandu narkoba
sehingga kebutuhan dasar mantan pecandu terpenuhi, dan mereka dapat kembali
menjalin hubungan yang baik dengan keluarganya, sehingga dapat meningkatkan
resilience mereka.
4. Bagi mantan pecandu narkoba komunitas “X” yang memiliki derajat resilience
yang rendah (42,9%) disarankan untuk mengadakan diskusi kelompok bersama antar
mantan pecandu agar dapat berbagi pengalaman sehingga mantan pecandu narkoba
yang memiliki resilience rendah dapat mengikuti perilaku mantan pecandu narkoba
yang telah memiliki resilience yang tinggi, sehingga diharapkan dapat merubah
perilaku yang negatif pada mantan pecandu narkoba untuk menjadi positif sehingga
93
Universitas Kristen Maranatha Benard, Bonnie. 2004. Resiliency What We Have Learned. California: WestEd.
Durand, Mark, dan David H. Barlow.2007. Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Fowler, James. Dan Supratiknya. (Ed).1995. Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing Design, Analysis, and Use. USA: Allyn & Bacon, A Simon & Schuster Company.
Hawari, D. 1999. Al-quran Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.
Hikmat, M. Mahi. 2005. Awas Narkoba Para Remaja Waspadalah. Bandung: PT.Grafiti Budi Utami.
Karsono, Edy.2004. Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. Jakarta: CV.Yrama Widya.
Nazir. M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Santrock, John W. 2002. Life Span Development, Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Satgas Luphen. 2001. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta : PT. Tempo Scan Pasifik TBK.
Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non Parametik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
94
Universitas Kristen Maranatha Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2005. Nama Saya Bagas, Mantan Pecandu Narkoba. (Online). (http://www.bnn.go.id, diakses 19 Agustus 2008).
Bani Riset. 2008. Siaran Pers Forum Korban NAPZA Jabodetabek. (Online). (http://www.indowebsite.net, diakses 13 Agustus 2008)
Buletin Klasik. 2008. Makalah Jiwa 2 (NAPZA). (Online). (http://kla5ik.blogspot.com, diakses 20 Agustus 2008).
Djauzi, Samsuridjal. 2008. Mampukah Kita Memaafkan?.(Online). (http://www.ypi.or.id/ypi/informasi_opini_maaf.htm, diakses 20 Agustus 2008).
Jaringan Aksi Nasional Pengurangan Dampak Buruk Narkoba Suntik. 2008. Yayasan Matahati Bali, Penyalahgunaan Narkoba Perlu Penangan Serius. (Online). (http://www.jangkar.org/index.php, diakses 20 Agustus 2008).
Haryanti, Winda. 2009. “Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resilience pada Wanita Dewasa Awal Penderita Syestemic Lupus Erythematosus di Yayasan “X” Bandung. Skripsi, Bandung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas KristenMaranatha Bandung.
Media Indonesia. 2008. Tingkat Relaps Capai 50%. (Online). (http://www.mediaindonesia.com, diakses 21 Agustus 2008).
Nur. 2008. Pengguna Narkoba di Jabar, Capai 1.883 Tersangka. (Online). (http://www.jabar.go.id/jabar/.htm, diakses 6 September 2008).
Panduan Penulisan Skripsi Sarjana, Edisi Revisi II. 2007. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung.
95
Universitas Kristen Maranatha 20 agustus 2008).
Satu Dunia. 2008. Negara Harus Agresif Menangani Narkoba. (Online)
(http://www.satudunia.net, diakses 21 Agustus 2008).
Uus. 2008. Eks Pengguna Narkoba Berontak Tuntut Keadilan dan
Kesamaan Hak. (Online). (http://www.surya.co.id/web/index.php,
diakses 21 Agustus 2008).