7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dalam penyusunan penelitian memiliki kegunaan untuk memberikan ilmu baru kepada peneliti agar penelitian ini dapat tersusun dengan melengkapi bagian yang kurang dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Dalam penyusunan penelitian ini terdapat penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan cukup erat dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan. Penelitian terdahulu tersebut yaitu Strategi Kampanye Peningkatan Kesadaran Atas Kekerasan Berbasis Gender Online (Studi Kasus Terhadap Pengembangan Strategi Kampanye Akun Instagram @awaskbgo) oleh Felycia Alma Wijaya. Penelitian pertama ini menggali bagaimana strategi yang dilakukan oleh SAFEnet dalam kampanye peningkatan kesadaran melalui akun instagram @awaskbgo.
Pada penelitian ini, peneliti akan membahas dari perspektif lain yaitu tentang pengaruh terpaan dari strategi kampanye yang dilakukan oleh akun Instagram @awaskbgo. Penelitian ini fokus pada akun media sosial Instagram, yang mana kampanye @awaskbgo juga melakukan kegiatan kampanyenya di Instagram. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian asosiatif korelasional.
2.2 New Media
Secara sederhana new media berasal dari kata “new” yang berarti baru dan “media” yang berarti alat. Sehingga dapat dikatakan bahwa new media atau media baru ialah “alat baru” yang saat ini digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikannya. Dalam buku Komunikasi 2.0, Utari menyatakan bahwa dalam media baru terjadi kombinasi antara komunikasi massa dengan komunikasi interpersonal. Hal ini dikarenakan media baru menjangkau banyak secara global seperti sifat yang dapat ditemukan pada komunikasi massa, lalu dalam waktu yang bersamaan, pesan yang produksi, disebar, dan dikonsumsi oleh khalayak secara personal,
8
sehingga dapat dikatakan juga sebagai komunikasi interpersonal (Komunikasi 2.0 Teoritis dan Implikasi, 2011). Mc Quail (2011) mengidentifikasikan lima kategori utama media baru yang dibedakan berdasarkan jenis penggunaan, konten dan konteks, yaitu:
1. Media Komunikasi Antarpribadi
Secara umum, konten pada media baru semakin bersifat pribadi, mudah dihapus dan hubungan yang cipta melalui media ini dianggap lebih penting daripada informasi yang disampaikan.
Seperti penggunaan surat elektronik yang utamanya digunakan untuk pekerjaan namun sekarang menjadi semakin personal. Hal ini dikarenakan berkembangnya alat komunikasi yang meliputi berbagai fungsi.
2. Media Permainan Interaktif
Dalam media baru inovasi utamanya ada pada karakteristik yang interaktivitas dan di dominasi oleh kepuasan dari ‘proses’ dan
‘penggunaan’. Seperti media berbasis komputer, aplikasi game, serta peralatan realitas virtual lainnya.
3. Media Pencarian Informasi
Berkembangnya media baru menjadikan posisi mesin pencarian menjadi sangat dibutuhkan keberadaannya untuk pengguna aktif internet. Disamping itu, telepon mobile atau smartphone juga semakin menjadi alat penerima informasi yang efektif.
4. Media Partisipasi Kolektif
Pengunaan media baru diliputi dengan adanya penggunaan internet dari penggunanya untuk saling berbagi dan juga digunakan untuk bertukar informasi, gagasan, dan atau pengalaman. Media ini sering digunakan untuk mengembangkan hubungan pribadi aktif yang diperantarai oleh jejaring sosial, seperti media sosial
9 5. Substitusi Media Penyiaran
Acuan utama dalam media baru adalah penggunaan media untuk menerima atau mengunduh konten yang dulu biasanya hanya disiarkan atau disebarkan dengan metode lain yang serupa.
Marika Lüders (McQuail, 2011, p. 149) mengkonsepkan tentang media baru dengan asumsi dasar perbedaan antara dua komunikasi yaitu massa dan personal tidak lagi menjadi jelas. Pada media baru, satu teknologi dapat dimanfaatkan untuk dua dari tujuan tersebut. Perbedaannya pun hanya dapat dipahami dengan mengenalkan dimensi sosial berkaitan dengan jenis aktivitas dan hubungan sosial yang terlibat. Alih-alih konsep ‘media’, Lüders memilih istilah ‘bentuk media’ yang merujuk pada aplikasi khusus dari teknologi internet, seperti berita daring, jejaring sosial, dan lainnya.
2.2.1 Media Sosial
Social Media atau Media Sosial merupakan media instan yang memilih banyak fungsi dalam perannya. Ardianto (2011) dalam buku Komunikasi 2.0 mengatakan bahwa media sosial bukanlah media massa online melainkan sebuah jejaring sosial. Hal ini dikarenakan media sosial mempunyai kekuatan untuk mengontrol sosial yang dapat sangat mempengaruhi opini publik. Sehingga apapun yang terdapat dalam media sosial terbukti dapat membentuk opini, sikap, dan perilaku publik. Errika (2012, p. 40) menyebutkan jika fenomena sosial ini bisa dilihat dari kasus Prita Mulyasari saat melawan Rumah Sakit Omni Internation pada tahun 2008 lalu. Sehingga menurut Errika hal inilah yang menjadikan alasan mengapa media ini disebut sebagai media sosial bukan media massa.
Menurut Kaplan & Haenlein (2010) media sosial ialah beragamnya aplikasi atau laman web berbasis internet yang beralaskan pada ideologi dan teknologi Web 2.0, sehingga hal ini memungkinkan penggunanya untuk menciptakan atau bertukar konten antar penggunanya. Kaplan dan Haenlein mengkasifikasikan enam jenis media sosial, yaitu:
10
1. Proyek Kolaborasi (Collaborative Projects)
Proyek kolaborasi adalah media sosial yang memungkinkan para penggunanya untuk membuat konten secara simultan atau bersama dengan pengguna lainnya. Contoh dari jenis media sosial ini adalah Wikipedia. Ensiklopedia berbasis dalam jaringan ini mengizinkan penggunanya untuk dapat menghapus, mengubah, ataupun menambah konten-konten yang ada di situs web ini.
2. Blog dan Mikroblog (Blogs)
Menjadi bentuk media sosial paling pertama, blog merupakan jenis dari situs web yang sering ditemukan menampilkan sebuah entri dengan tanggan dalam urutan kronologi yang terbalik. Blog dengan halaman web pribadi menampilkan konten dengan isi catatan harian yang menceriakan tentang kehidupan dari penggunanya, hingga ringkasan dari semua informasi yang relevan.
3. Komunitas Konten (Content Communities)
Tujuan utama dari komunitas konten adalah berbagi konten media antar penggunanya. Ada berbagai jenis media termasuk buku elektornik, video, dan foto. Komunitas konten membawa risiko digunakan sebagai platform dari materi yang dilindungi oleh hak cipta.
4. Situs Jejaring Sosial (Social Networking Sites)
Situs jejaring sosial adalah sebuah laman web atau aplikasi yang mengupayakan agar penggunanya dapat saling terhubung dengan membuat profil yang berisikan informasi pribadi, mengundang/menambahkan teman agar memiliki akses ke profil tersebut, dan dapat mengirim pesan antar satu dengan yang lainnya.
5. Dunia Permainan Virtual (Virtual Game Word)
Dunia virtual adalah platform yang mereplikasikan lingkungan dalam bentuk 3d di mana avatar sebagai replikasi dari pengguna
11
dipersonalisasi untuk berinteraksi dengan satu salam lain seperti yang terjadi dalam kehidupan nyata. Dunia permainan virtual membutuhkan penggunanya untuk berperilaku sesuai dengan aturan ketat dalam konteks massively multiplayer online role-playing game (MMORPG).
6. Dunia Sosial Virtual (Virtual Social Word)
Dunia Sosial Virtual memungkinkan penduduknya untuk memilih perilaku mereka lebih bebas. Kehidupan dunia sosial virtual ini mirip seperti kehidupan nyata penggunanya. Melihat bagaimana dalam dunia permainan virtual, dunia sosial virtual juga muncul dengan penggunanya berinteraksi secara virtual 3d dalam bentuk avatar. Namun dalam dunia sosial virtual ini kemungkinan berinteraksi tidak dibatasi dengan aturan.
Memiliki dampak dan peran bagi kehidupan masyarakat, media sosial harus di desain sedemikian rupa agar tetap pada fungsi dan tujuan utamanya, yaitu memiliki manfaat bagi penggunanya. Jan H. Kietzman, Kristoper Hermkens dan Ian P.McCarthy (2011) menggambarkan kerangka kerja dalam bentuk honeycomb yang dapat didefinisikan bagaimaa media sosial memanfaatkan tujuh kotak bangunan yang masing-masing memiliki fungsi, yaitu:
1. Identity : Menggambarkan sejauh mana identitas para pengguna dalam mengungkapkan diri mereka sendiri dalam media sosial.
Pengungkapan diri ini menyangkut nama, usia, jenis kelamin, profesi, lokasi, serta foto.
2. Conversations : Menggambarkan sejauh mana pengguna berkomunikasi dengan satu sama lain dalam media sosial.
3. Sharing : Menggambarkan sejauh mana pengguna media sosial bertukar, berbagi, dan menerima konten/informasi berupa gambar, video, atau teks.
4. Presence : Menggambarkan sejauh mana pengguna dapat mengakses pengguna lainnya dalam media sosial.
12
5. Relationship : Menggambarkan sejauh mana pengguna terhubung atau terkait dengan pengguna lainnya dalam media sosial.
6. Reputasi: Menggambarkan sejauh mana para pengguna dapat mengidentifikasikan orang lain serta dirinya sendiri.
7. Group : Menggambarkan sejauh mana para pengguna dapat membentuk komunitas dan sub-komunitas yang memiliki latar belakang, minat, atau demografi.
Memiliki karakteristik yang mudah dipahami dimanapun dan kapan, media sosial banyak diakses oleh masyarakat luas, sehingga saat media sosial digunakan untuk menyebarkan informasi, informasi yang disebarkan tersebut dapat dengan cepat menjangkau khalayak luas. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan oleh SAFEnet melalui akun instagram @awaskbgo sebagai inisiatif untuk menyebarkan pesan dan informasi melalui suatu kampanye anti Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) yaitu #AwasKBGO.
2.3 Instagram
Berkembangnya media sosial yang semakin memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan informasi, menjadikan Instagram saat ini sebagai salah satu media sosial yang semakin banyak digunakan. Instagram adalah sebuah media sosial yang memungkinkan untuk setiap penggunanya mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya hanya dalam satu aplikasi. Instagram lebih diarahkan pada penggunaan pada perangkat berjalan seperti ponsel pintar / smartphone.
Aplikasi yang sejak awal diluncurkan pada 6 Oktober 2010 lalu ini dirancang khusus hanya untuk pengguna iOS, namun pada April 2012 silam instagram kemudian melebarkan lagi jangkauannya hingga dengan Instagram for Android.
Dalam laporan terbaru NapoleonCat (2021), perusahaan analisis Social Media Marketing yang berbasis di Polandia, hingga November 2021 terhitung
13
jumlah pengguna aktif bulanan media sosial Instagram di Indonesia telah mencapai 92.527.400.
Grafik 2.1 Pengguna Aktif Instagram di Indonesia November 2021 Melansir dari laman resminya (about.instagram.com/about-us), Instagram yang hadir dengan moto We Bring You Closer to the People and Things You Love memiliki enam fitur unggulan, yaitu:
1. Reels
Fitur yang terbilang cukup baru ini digunakan oleh pengguna Instagram untuk merekam, menyunting video pendek dengan durasi maksimal 90 detik. Berbeda dengan fitur Stories yang hanya bisa menambahkan efek, suara, gambar, stiker bergerak, reels dapat melakukan semuanya, juga penyuntingan lain seperti gerakan lambat.
2. Stories
Fitur Instagram Stories hanya dapat bertahan hingga 24 jam sejak diunggah dan berdurasi 15 detik. Namun, dengan durasi yang
14
relatif singkat, Instagram Stories bisa melakukan tanya jawab, pemungutan suara, membuat kuis, dan lainnya.
3. Messenger
Direct Message atau yang bisa disebut dengan DM pada media sosial Instagram ini berguna untuk mengirim pesan berupa teks, gambar, video, hingga unggahan dari pengguna lain dalam obrolan tertutup.
4. Videos
Dengan fitur ini, Instagram mempermudah penggunanya untuk menemukan video dari pembuat konten.
5. Shopping
Tidak hanya untuk membagikan momen, Instagram juga memberikan ruang kepada penggunanya untuk melakukan transaksi jual-beli. Toko di Instagram layaknya etalase yang menarik dalam tampilan layar penuh bagi pelaku bisnis untuk membangun identitas merek dan membuat produk lebih mudah ditemukan oleh pembeli.
6. Search and Explore
Fitur yang memungkinkan penggunanya untuk menemukan konten dan pembuat konten dengan kriteria tertentu, berdasarkan minat penggunanya.
2.3.1 Instagram sebagai Alat Kampanye Anti Kekerasan
Secara konseptual, kampanye dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan informasi terencana, bertahap, dan terkadang memiliki batas waktu. Seluruh kegiatan tersebut memiliki tujuan untuk memengaruhi sikap, pendapat, dan opini seseorang. Kampanye dari perspektif kehumasan sendiri ialah kegiatan persuasif yang berguna untuk mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku.
Berikut beberapa pendapat ahli dan praktisi komunikasi tentang definisi kampanye (Venus, 2012, pp. 7-8):
15
1. Leslie B. Snyder (2002) mengungkapkan jika kampanye secara garis besar ialah aktivitas komunikasi terorganisasi, ditujukan langsung pada khalayak, dan memiliki periode waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu, dengan sasaran yang relatif besar.
2. Pfau & Parrot (2004) menjelaskan jika kampanye ialah kegiatan yang dilakukan secara sadar, menunjang, dan meningkatkan proses pelaksanaan terencana pada periode yang telah ditentukan. Kampanye bertujuan agar dapat mempengaruhi khalayak dengan sasaran tertentu.
3. Rogers & Storey (1987) mendefinisikan bahwa kampanye merupakan susunan aktivitas komunikasi terorganisir yang memiliki tujuan agar dapat menciptakan suatu dampak khusus kepada sebagian besar sasaran khalayak yang sekiranya dapat berkelanjutan dalam masa waktu yang telah ditentukan.
4. Rajasundaran (1981) menyebutkan bahwa kampanye adalah sebuah koordinasi dari berbagai perbedaan metode komunikasi yang fokus perhatiannya ada pada permasalahan tertentu dan cara memecahkannya berada alam kurun waktu tertentu pula.
Menurut Bruch dan Grundnitski (Hardiyansyah, 2015) dalam melakukan sebuah proses komunikasi, pesan yang akurat, tepat waktu, relevan, ekonomis, mudah untuk dimengerti adalah penentuan dari kualitas pesan atau informasi. Pesan atau informasi dalam konteks penelitian ini adalah pesan yang terdapat pada unggahan akun
@awaskbgo dalam media sosial instagram.
Sebagai medium yang saat ini tengah ramai digunakan oleh khayalak membuat Instagram banyak digunakan sebagai salah satu alat kampanye sosial, termasuk kampanye anti kekerasan. Seperti akun @dearcatcallers.id yang telah memiliki lebih dari 90.000 pengikut. Akun @dearcatcallers.id bertujuan untuk menciptakan
16
ruang aman bagi para penyintas yang telah bersuara mengenai pelecehan seksual yang dialami, juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar berpihak kepada korban kekerasan seksual. Ada juga akun @hollaback_jkt yang merupakan bagian dari gerakan Hollaback yang tersebar di 27 kota di seluruh dunia. Hollaback adalah sebuah gerakan untuk mengakhiri pelecehan di ruang publik. Akun
@projekbunda yang merupakan salah satu bentuk dari gerakan kampanye melawan kekerasan seksual yang berfokus pada isu revenge porn atau balas dendam porno.
2.4 Terpaan Media
Larry Shore dalam Mass Media for Development and Examination of Access, Exposure, and Impact (Kriyantono, 2006, p. 208) mengatakan jika bentuk nyata dari terpaan media adalah melihat, mendengar, menonton dan atau ikut membaurkan diri dengan isi media. Terpaan media atau exposure lebih dari sekedar mengakses media. Pendapat ini menegaskan bahwa seseorang yang secara fisik cukup dekat dengan media tidak cukup dapat dikatakan terkena terpaan media. Terpaan media terjadi ketika khalayak membuka diri terhadap pesan-pesan yang disajikan oleh media. Sehingga dapat dikatakan bahwa terpaan media merupakan sikap khalayak dalam menggunakan media. Dalam bukunya, Shore melihat terpaan media sebagai bagian dari perilaku komunikasi.
Rosengren (1974) berpendapat, bahwa banyaknya waktu yang digunakan dalam mengakses banyak macam media yang dikonsumsi, juga banyaknya hubungan yang terbangun antara komunikan dengan konten dari media yang dikonsumsi. Sehingga Rosengren menyimpulkan bahwa terpaan media secara keseluruhan merupakan penggunaan media itu (Kriyantono, 2006, p. 209).
Menurut Elvinaro (2004) terpaan media dapat diukur dilihat dari 3 faktor:
17
1. Frekuensi dapat diukur melalui seberapa sering konten dari media tersebut dilihat, dibaca, didengarkan oleh khayalak. Sehingga dalam terpaan media, semakin tinggi frekuensi dari terpaan media tersebut, pesan akan semakin menempel dalam benak komunikan.
2. Durasi dapat diukur berdasarkan seberapa lama komunikan dari media melihat, mendengarkan, dan membaca sebuah konten.
3. Menjadi suatu proses mental seseorang dalam menyimak pesan di media, Perhatian (atensi) menentukan kertertarikan dan fokus khalayak ketika menyimak isi pesan.
2.5 Efek Media
Efek media dapat diartikan sebagai dampak dari kehadiran media yang menyebabkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku khalayak akibat dari terpaan media. Menurut Effendy (1993, p. 318), komunikasi mempunyai beberapa pengaruh atau efek yang menambah pengetahuan, merubah sikap dan menggerakkan perilaku kita, diantaranya adalah:
1. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah efek yang timbul akibat komunikan merasa pesan yang disampaikan di media bersifat informatif bagi dirinya. Efek ini membahas tentang bagaimana sebuah media membantu khalayak untuk mempelajari informasi yang bermanfaat dan dapat mengembangkan keterampilan koginitifnya.
2. Efek Afektif
Efek afektif ialah efek yang menyangkut sikap, persetujuan, dan rasa suka. Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif.
Setelah mengetahui informasi yang diterima, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Tahap afektif terjadi bila pesan yang disebarkan mengubah apa yang dibenci, disenangi, atau dirasakan oleh khalayak.
18 3. Efek Behavioral
Efek behavioral adalah dampak yang timbul dalam diri khalayak dengan bentuk perilaku, tindakan, dan kegiatan atau gerakan khalayak yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
2.6 Kesadaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2005, kesadaran berasal dari kata sadar, berarti insaf, merasa, tahu, dan mengerti. Sementara kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti atas hal yang dirasakan atau dialami seseorang (Departemen Pendidikan, 2005). Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi realitas.
Merriam-Webster (Soekanto, 1977, p. 150) mencantumkan perihal kata atau pengertian kesadaran dalam kamus tidak kurang dari lima arti, yaitu:
“1. awareness esp. of something within oneself; also: the state or fact of being conscious of an external object, state of fact.
2. the state of being characterized by sensation, emotion, volition, an thought; mind.
3. the totality of conscious states of an individual.
4. the normal state of conscious life.
5. the upper level of mental life as contrassed with unconscious processes.”
Sehingga, menurut Soekanto pada bukunya, kesadaran sebenarnya menunjuk pada interdependensi mental dan interpenetrasi mental. Alex Sobur (2013, p. 197) mengatakan, salah satu kesadaran yang fundamental dalam diri manusia hakikatnya adalah kesadaran untuk mengenal yang lain.
Mengutip dalam jurnal Hastjarjo (2005) pengertian dari kesadaran sangatlah bervariasi, hal ini membuat tidak ada satu pengertian umum yang dapat diterima oleh semua pihak. Natsoulas, (dalam Consciousness, American Psychologist) lebih menyukai pendekatan akal sehat dalam kesadaran, dan bagaimana orang awam menggunakan kata kesadaran yang sesuai dengan sebagaimana yang tercantuk pada Oxford English Dictionary (OED), yakni:
19 a) Pengetahuan bersama;
b) Pengetahuan atau keyakinan internal;
c) Keadaan mental yang sedang menyadari sesuatu (awareness);
d) Mengenali tindakan atau perasaan sendiri (dircet awareness);
e) Kesatuan pribadi, yaitu totalitas impresi, pikiran, perasaan yang membentuk perasaan sadar;
f) Keadaan bangun atau terjaga secara normal
Sedangkan Menurut Pawlik (dalam International Journal of Psychology, The Neuropsychology of Consciousness: The Mind-Body Problem Re-addressed (Hastjarjo, 2005)) menjelaskan adanya dua rumusan kesadaran, yaitu: (a) aspek fungsional kesadaran dalam pengertian perhatian dan awareness, dan (b) aspek fenomenologis kesadaran, dalam pengertian kesadaran-diri (self-awareness dan self-consciousness) yang menggambarkan keadaan dengan kesadaran internal terhadap pengalaman sadar diri seseorang.
Djahiri (1985, p. 24) menuliskan jika N.Y Bull mengemukakan kesadaran dalam beberapa tahap dan masing-masing dari tahapan tersebut menunjukkan derajat kesadaran seseorang. Tahapan-tahapan kesadaran tersebut ialah:
1. Kesadaran yang bersifat Anomous. Kesadaran ini adalah kepatuhan yang tidak jelas dasar dan alasan orientasinya.
2. Kesadaran yang bersifat Heteromous. Kesadaran ini adalah kepatuhan yang berlandaskan pada dasar/orientasi/motivasi yang beraneka ragam atau berganti-ganti.
3. Kesadaran yang bersifat Sosionomous. Kesadaran ini adalah kepatuhan yang berorientasi pada kiprah umum atau karena khalayak ramai.
4. Kesadaran yang bersifat Autonomous. Kesadaran ini adalah kepatuhan yang terbaik karena didasari oleh konsep atau landasan yang ada dalam diri sendiri.
20
2.7 Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO)
Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) adalah kejahatan jenis baru yang terjadi akibat dari pesatnya perkembangan teknologi. Masyarakat Indonesia masih salah memahami tentang pengertian dari kekerasan berbasis gender, terlebih dalam kekerasan berbasis gender online. Banyak diantara masyarakat Indonesia yang belum memahami secara keseluruhan tentang bentuk kekerasan yang dapat menyerang identitas gender dalam ranah digital khususnya perempuan dan minoritas gender lainnya (Ratnasari, Sumartias, &
Romli, 2020).
TF-GBV atau Technology-Facilitated Gender-Based Violence adalah istilah dari Kekerasan Berbasis Gender Online yang diberikan oleh International Center for Research on Women. Kekerasan di sini berbentuk perilaku penguntitan (stalking), penindasan atau perundungan (bullying), pelecehan seksual (sexual harassment), pencemaran nama baik (defamation), ujaran kebencian (hate speech), dan eksploitasi (exploitation) (Hinson, Mueller, O'Brien-Milne, & Wandera, 2018).
Kekerasan seksual berbasis gender Online merupakan sebuah kombinasi kompleks dari elemen teknis dan praktik sosial budaya, sehingga karakteristik kekerasan berbasis gender tidak selalu diciptakan oleh teknologi, melainkan difasilitasi oleh penggunaan baru teknologi. (Jatmiko, Syukron, &
Mekarsari, 2020)
Jenis Kekerasan Berbasis Gender Siber (Online) dalam Catahu 2021 yang di susun oleh Komnas Perempuan.
1. Cyber Harrasment
Tindakan kekerasan dalam jenis ini berupa pengiriman pesan terus menerus kepada korban yang memiliki tujuan untuk menyakiti, menakuti, mengancam, dan mengganggu korban.
2. Cyber Hacking
Kekerasan dalam jenis ini terjadi ketika informasi seseorang diubah tanpa adanya izin dan dilakukan dengan tujuan untuk
21
mencemarkan nama baik seseorang tersebut, kejahatan jenis ini terfasilitasi oleh teknologi dimana seseorang memasuki atau menyusup ke dalam suatu jaringan secara tidak sah untuk mengubah informasi dari profil si korban.
3. Malicious Distribution
Kejahatan jenis ini adalah berupa ancaman mempublikasikan materi penghinaan berupa foto atau video pribadi korban dengan tujuan untuk mencemarkan reputasi.
4. Online Defamation
Perilaku kejahatan jenis ini terjadi ketika dalam ruang siber yang terfasilitasi teknologi dan internet, seseorang akan menyebarkan informasi yang salah tentang seseorang atau korban.
5. Impersonation / Cloning
Kejahatan jenis ini berupa peniruan identitas atau penggandaan identitas korban agar pelaku kejahatan ini bisa mengakses informasi tentang pribadi korban, mempermalukan korban, atau menghubungi paksa korban.
6. Surveillance/Tracking/Cyber Stalking
Perilaku kejahatan ini ialah melakukan kegiatan penguntitan atau memantau aktivitas dari korban dengan menggunakan teknologi sehingga dapat menimbulkan ketakutan dan rasa tidak aman pada korban.
7. Revenge Porn/Non-consensual pornography
Kejahatan jenis ini ialah upaya pelaku dalam menyebarkan foto atau video intim dari korban secara online tanpa adanya izin.
Perilaku ini juga dapat berupa ancaman atau paksaan dari si pelaku kepada korban sebagai bentuk usaha balas dendam atau bertujuan untuk merusak kehidupan korban atau mempermalukan korban.
8. Sexting
Perilaku kejahatan ini dapat dilihat dari bagaimana pelaku yang secara dengan sengaja dan memaksa untuk mengirimkan
22
gambar organ intim atau pesan bernada seksual dengan tujuan untuk melecehkan korban.
9. Online Grooming
Pelaku dalam kejahatan ini mulanya akan membangun koneksi secara emosional dan mendekati korban, terutama yang masih anak-anak, di dunia maya hingga memperoleh kepercayaan dari sang korban untuk melakukan hubungan atau aktivitas seksual.
Mengutip dari publikasi SAFEnet tentang Memahami dan Menyikapi Kekerasan Berbasis Gender Online (2021) yang dapat diakses melalui awaskbgo.id, SAFEnet menjelaskan jika berdasarkan riset Association for Progressive Communications (APC), terdapat tiga tipe orang yang paling beresiko mengalami KBGO, yakni:
IDENTITAS YANG
DILANGGAR
YANG TERJADI
Seseorang yang terlibat dalam hubungan intim
Keintiman dan kepercayaan
Melibatkan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk ekspresi pribadi, kemudia kontennya dieskploitasi secara publik oleh orang terlibat erat hubungan hal tersebut
Professional, yang sering terlibat dalam ekspresi publik; termasuk aktivis, jurnalis, penulis, peneliti, musisi, aktor, atau siapa saja dengan profil publik atau minat dalam pertukaran politik
Kebebasan berekspresi:
politis dan personal
Pelecehan, ancaman, pembungkaman melalui pelecehan verbal
23 Penyintas dan korban
penyerangan fisik
Keselamatan fisik Terlibat dalam kejahatan langsung, contoh: perekaman perkosaan
Sehingga, dari publikasi yang diunggah oleh SAFEnet, mereka menganggap jika perlindungan terhadap privasi di dunia maya adalah kunci utama keamanan diri dari berbagai kekerasan atau kejahatan di dunia maya.
Hal ini dikarenakan pada dasarnya yang dimaksud dengan privasi adalah batasan atas diri atau informasi mengenai diri dari jangkauan mata publik.
Dalam ranah online, melindungi privasi berarti melindungi data pribadi, terlebih data sensitif, dari siapapun yang bisa mengakses informasi tersebut, baik secara online maupun offline.
2.8 Teori S-O-R
Berasal dari psikologi, teori S-O-R dalam Effendy (2003, pp. 254-256) menjelaskan bahwa S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism- Response. Kemudian teori ini diterapkan menjadi bagian dari teori komunikasi, hal ini dikarenakan psikologi dan komunikasi memiliki objek yang sama persis, yaitu manusia yang jiwanya mencakup sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan behavioral.
Menurut teori ini, efek yang dapat terjadi ialah sebuah reaksi khusus terhadap suatu stimulus yang juga diberikan secara khusus. Sehingga komunikator memperkirakan dan mengharapkan kesesuaian antara stimulus atau pesan dan response atau reaksi dari komunikan. Unsur-unsur dalam model ini adalah:
1. Pesan (Stimulus, S)
2. Komunikan (Organism, O) 3. Efek (Response, R)
24
Dalam penelitian ini, terpaan unggahan akun Instagram @awaskbgo mengenai KBGO adalah pesan atau stimulus. Sedangkan Pengikut akun Instagram @awaskbgo adalah komunikan. Efek atau response yang dihasilkan dalam penelitian ini berbentuk perubahan sikap terhadap tingkat kesadaran masyarakat tentang KBGO.
Dalam menyampaikan pesan atau informasi, komunikator dapat menimbulkan efek yang terkadang dampaknya tidak disadari oleh komunikan.
Malalui media, pesan atau stimulus yang disampaikan lalu diterima dengan baik, dapat menimbulkan efek atau response oleh komunikan atau organism.
Penjabaran ini menjelaskan jika penerimaan pesan pada komunikan dapat memberikan efek-efek yang dapat merubah opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan behavioral. Kesediaan komunikan untuk mengubah sikap terjadi setelah komunikan mengolah dan menerima pesan atau stimulus yang diberikan (Effendy, 2003, p. 255).
Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response) menjadi teori dasar dan landasan dalam penyusunan penelitian. Hal ini dikarenakan teori ini sesuai dengan tujuan peneliti yang ingin meneliti mengenai Pengaruh Terpaan Unggahan Akun Instagram @awaskbgo terhadap Tingkat Kesadaran Masyarakat tentang KBGO.
2.9 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka berpikir peneliti yang bersifat teoritis atau konseptual mengenai masalah yang akan diteliti. Dalam membentuk model konseptual, kerangka berpikir sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan kerangka berpikir dapat memberikan penjelasan secara teoritis tentang hubungan antar variabel. Kerangka berpikir dapat mempermudah penyusunan hipotesis atau praduga sementara sebuah penelitian secara instruksional, dengan variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Berikut adalah gambaran dari kerangka berpikir dalam penelitian:
25 2.9.1 Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hypo (belum tentu benar) dan tesis (kesimpulan). Hipotesis penelitian memiliki fungsi Pengaruh Terpaan Unggahan
Akun Instagram
@AWASKBGO Terhadap Tingkat Kesadaran Masyarakat
Tentang KBGO
(Studi pada Pengikut Instagram
@awaskbgo)
Teori S-O-R
Dikemukakan oleh Houvland et al (1953).
Asumsi Teori
organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan rekasi komunikan
Rumusan Masalah
Mengetahui seberapa besar pengaruh terpaan unggahan akun Instagram
@awaskbgo terhadap tingkat kesadaran masyarakat tentang KBGO?
Variabel X:
Terpaan Unggahan Akun
@awaskbgo
Variabel Y:
Tingkat Kesadaran Masyarakat tentang KBGO
Sub Variebal:
1. Frekuensi 2. Durasi 3. Atensi
Sub Variabel:
1. Mengenali KBGO 2. Mencegah KBGO 3. Menyikapi KBGO
26
memberikan praduga sementara terhadap rumusan masalah. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah:
H0 : Terpaan unggahan akun Instagram @awasbgo tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesadaran masyarakat tentang Kekerasan Berbasis Gender Online.
H1 : Terpaan unggahan akun Instagram @awaskbgo berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesadaran masyarakat tentang Kekerasan Berbasis Gender Online.
2.9.2 Definisi Konseptual
Definisi konseptual digunakan untuk memberi sebuah penjelasan secara lebih terperinci terhadap konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian dan memungkinkan jika konsep tersebut masih menimbulkan perbedaan pemahaman dan atau tanggapan menjadi sebuah rumusan dengan konsep pernyataan yang lebih tegas.
Sehingga definsi konseptual dimaksudkan agar konsep yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini dapat menghindari kesalahan penafsiran dalam variabel-variabel yang diteliti.
Definisi berisi indikator secara konseptual seperti dibawah ini:
1. Terpaan Unggahan
Larry Shore dalam Mass Media for Development and Examination of Access, Exposure, and Impact (Kriyantono, 2006, p. 208) mengatakan jika bentuk nyata dari terpaan (media) adalah melihat, mendengar, menonton dan atau ikut membaurkan diri dengan isi konten yang diunggah dalam media tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa terpaan media merupakan sikap khalayak dalam menggunakan media. Elvinaro (2004) menjelaskan jika
27
terpaan media dapat diukur dilihat dari tiga faktor, yaitu frekuesni, durasi, dan atensi.
2. Tingkat Kesadaran
Natsoulas, (dalam Consciousness, American Psychologist) lebih menyukai pendekatan akal sehat dalam kesadaran, dan bagaimana orang awam menggunakan kata kesadaran yang sesuai dengan sebagaimana yang tercantuk pada Oxford English Dictionary (OED), yakni: (a) Pengetahuan bersama, (b) Pengetahuan atau keyakinan internal, (c) Keadaan mental yang sedang menyadari sesuatu (awareness), (d) Mengenali tindakan atau perasaan sendiri (dircet awareness), (e) Kesatuan pribadi, yaitu totalitas impresi, pikiran, perasaan yang membentuk perasaan sadar, (f) Keadaan bangun atau terjaga secara normal
2.9.3 Definisi Operasional
Definisi Operasional ialah metode dalam mendefinisikan rumusan istilah-istilah yang peneliti teliti dalam penyusunan penelitian ini dengan tujuan agar dapat menyatukan persepsi antara peneliti dengan orang-orang yang terkait. Adanya definisi operasional membantu peneliti dalam mengukur variabel yang diteliti.
1. Terpaan Unggahan Akun Instagram @awaskbgo (X) Variabel bebas dalam penelitian ini ialah terpaan unggahan akun Instagram @awaskbgo. Terpaan unggahan akun Instagram @awaskbgo diukur untuk mencari seberapa besar intensitas khalayak terdampak oleh pesan yang disebarkan oleh unggahan akun dari Instagram @awaskbgo. Indikator yang digunakan dalam variabel penelitian ini ialah sebagai berikut:
28
- Frekuensi: Mengukur seberapa sering pengikut
@awaskbgo melihat/membaca/mendengarkan pesan yang diunggah dari akun instagram @awaskbgo.
- Durasi: Mengukur seberapa lama khalayak menghabiskan waktu untuk memperhatikan unggahan akun Instagram @awaskbgo
- Atensi: Mengukur seberapa tertarik pengikut akun Instagram @awaskbgo mengakses informasi, serta menyebarkan informasi atau unggahan akun tersebut ke oranglain dan menyarankan orang lain untuk membuka akun Instagram @awaskbgo
2. Kesadaran Masyarakat Terhadap KBGO (Y)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah tingkat kesadaran masyarakat tentang KBGO.
Sebagai indikator dalam variabel ini adalah:
- Mengenali KBGO: Sejauh mana responden mengenali perilaku/jenis KBGO dari akun Instagram
@awaskbgo
- Mengetahui cara Mencegah terjadinya KBGO: Sejauh mana responden mengetahui cara menghindari/mengantisipasi perilaku/jenis KBGO terjadi pada responden dari akun Instagram
@awaskbgo
- Mengetahui cara Menyikapi KBGO: Sejauh mana responden mengetahui cara menangani/menyikapi KBGO jika terjadi pada diri sendiri atau lingkungan sekitar, dari akun Instagram @awaskbgo.