BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori
1. Efisiensi pasar modal dan Event study
a) Efisiensi Pasar Modal
Pasar modal efisien adalah pasar modal jika terdapat sebuah informasi baru baik dari emiten ataupun pemerintah, maka informasi tersebut akan tersebar secara masif, cepat dan mudah dan didapatkan secara murah oleh pelaku pasar atau investor. Tendelin (2010), mengklasifikasi bentuk pasar efisien ke dalam tiga kategori: (1) efisiensi dalam bentuk lemah(weak form), (2) efisiensi dalam bentuk setengah kuat (semi strong), dan (3) efisiensi dalam bentuk kuat (strong form). Tahun 1991, Tendelin (2010) mengemukakan penyempurnaan atas klasifikasi efisiensi pasar, efisiensi bentuk setengah kuat diubah menjadi studi peristiwa (event study).
Willy (2015) mengemukakan bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan informasinya saja atau dapat dilihat tidak hanya dari ketersedian informasi, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market). Pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan
informasi yang tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan (decissionally efficient market).
Studi peristiwa merupakan penyeledikan respon pasar tehadap suatu informasi dari sebuah pemebritaan yang beredar. Tendelin (2010) mengemukakan penyempurnaan atas klasifikasi efisiensi pasar, efisiensi bentuk setengah kuat diubah menjadi studi peristiwa (event study)
Tendelin (2010) bahwa event study berusaha mendeteksi respon pasar terhadap suatu persitiwa yang dipublikasikan. Pengujian respon pasar terkait dengan hipotesis efisiensi informasi (kecepatan respon pasar) dan hipotesis efisiensi keputusan (ketepatan respon pasar).
Reaksi ini juga dapat diukur dengan memperhatikan adanya return tak normal disekitar periode pengumuman. Return tak normal terjadi maka pengumuman tersebut memiliki kandungan informasi dan sebaliknya bila tidak ada return tak normal maka pengumuman tersebut tidak memiliki kandungan informasi.
Willy (2015) menyatakan pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan
menggunakan abnormal return. Abnormal return terjadi, dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar.
Ada yang menyimpulkan bahwa pasar efisien setengah kuat bentuk informasi bila tidak adanya abnormal return dari sebuah pengumuman, alasannya adalah investor tidak mendapatkan keuntungan luar biasa yang merugikan orang lain (fair game). Penyebab lainnya adalah sebenarnya terjadi abnormal return, tapi abnormal return ini diserap dengan sangat cepat.
Kesimpulan lain menolak pasar efisien jika tidak terjadi abnormal return adalah jika suatu pengumuman tidak mengandung informasi, bagaimana dapat disimpulkan semudah itu bahwa pasar adalah efisien setengah kuat bentuk informasi. Tidak menimbulkan abnormal return dapat berarti investor tidak bereaksi, karena reaksi investor terhadap informasi yang baru ditunjukkan oleh abnormal return ini. Alasan studi peristiwa banyak digunakan adalah :
1. Menganalisis pengaruh dari suatu peristiwa terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan banyak diukur dengan laba akuntansi. Pengukur laba berbasis akuntansi telah banyak dikritik kurang tepat karena subjek dari manipulasi manajemen. Telah banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa manajemen memanipulasi laba akuntansi untuk kepentingan sendiri. Praktik ini disebut dengan manajemen laba (earnings management), jika laba dimanipulasi, maka laba akuntansi sudah tidak mencerminkan nilai kinerja yang sebenarnya.
2. Studi peristiwa mengukur langsung pengaruh peristiwa terhadap harga saham perusahaan pada saat terjadinya peristiwa karena harga saham tersedia pada saat peristiwanya terjadi, jika pengukuran kinerja digunakan laba akuntansi, laba akuntansi ini tidak tersedia pada saat terjadinya peristiwa. Laba akuntansi hanya tersedia periodik pada keuangan. Jika suatu kejadian dihubungkan dengan laba akuntansi ini maka pengujiannya hanya pengujian asosiasi yang mecoba menghubungkan antara suatu kejadian dengan laba akuntansi. Biasanya pengujian ini menggunakan korelasi atau teknik regresi untuk mengasosiasikan satu variabel dengan variabel lainnya. Berbeda dengan studi peristiwa yang menunjukkan pengaruh langsung dari peristiwa ke harga sahamnya.
3. Alasan ketiga adalah kemudahan mendapat datanya. Data yang digunakan hanya tanggal peristiwa dan harga-hatga saham perusahaan bersangkutan dan indeks pasar (untuk
mengukur return pasar). Data harga-harga saham mudah diperoleh karena tersedia di pasar modal, walaupun data tanggal peristiwa harus dilacak di media cetak atau elektronik. Sebaliknya data laba akuntansi dan data perusahaan lainnya relatif lebih sulit didapatkan. Studi peristiwa dikembangkan untuk menganalisis reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan.
Reaksi pasar digambarkan dengan adanya perubahan harga sekuritas yang diukur dengan abnormal return sehingga peristiwa yang memiliki kandungan informasi akan memberikan abnormal return. Tujuan event study adalah untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi sekuritas dan return dari sekuritas tersebut.
2. Abnormal Return & Trading volume Activity
a. Pengertian Abnormal Return & Trading Volume Activity
Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. atau selisish antara return sesungguhnya dengan return ekspektasi. Return normal merupakan return ekspektasi atau return yang diharapkan investor. Return tak normal (Abnormal return) merupakan selisih return aktual (actual return) dengan return yang diharapkan (expected return) yang dapat terjadi sebelum informasi resmi
diterbitkan atau telah terjadi kebocoran informasi (leakage of information) sesudah informasi resmi diterbitkan Samsul, (2006) Abnormal return menurut Willy (2015) merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspekatasian (return yang diharapkan oleh investor).
Volume perdagangan saham atau trading Volume Activity merupakan besarnya jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu. Semakin besarnya volume perdagangan suatu saham, menunjukkan bahwa saham tersebut aktif dan sering ditransaksikan di pasar modal (Pamungkas, 2015). Trading volume activity dihitung dengan satu periode pengamatan yang dalam konteks ini adalah 5 hari sebelum dansesudah peristiwa pengesahan UU No.3 tahun 2020.
b. Perhitungan Abnormal return dan Trading Volume Activituy
1). Actual Return
Actual return atau realized return (return sesungguhnya) merupakan return yang telah terjadi. Rumus yang digunakan untuk menghitung actual return menurut (Jogiyanto, 2010b) sebagai berikut:
𝑅𝑖(𝑡) = 𝑃𝑖(𝑡) − 𝑃𝑖(𝑡−1) 𝑃𝑖(𝑡−1) Keterangan:
𝑅𝑖(𝑡) = actual return saham (i) pada hari ke-t 𝑃𝑖(𝑡) = harga saham (i) pada hari ke-t
𝑃𝑖(𝑡−1)= harga saham (i) sebelum hari ke-t
2). Expected Return
Expected return atau return harapan merupakan return yang diharapkan oleh investor. Perhitungan expected return dalam penelitian ini menggunakan market-adjusted model, yaitu cara perhitungan expected return dengan menggunakan return indeks pasar pada saat tersebut Jogiyanto (2010). Pada penelitian ini return pasar (market return) yang digunakan yaitu 10 Emiten tambang, untuk menghitung expected return menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐸(𝑅𝑖𝑡) = 𝑅𝑀(𝑡) = 𝐸𝑇(𝑡) − 𝐸𝑇(𝑡−1) 𝐸𝑇(𝑡−1)
Keterangan:
𝑅𝑀(𝑡) = return pasar pada hari ke-t 𝐸𝑇(𝑡) = Emiten Tambang pada hari ke-t 𝐸𝑇(𝑡−1)= Emiten Tambang sebelum hari ke-t
𝐸(𝑅𝑖𝑡 = expected return untuk saham-i pada hari ke-t 3). Menghitung Abnormal return (AR)
Abnormal return merupakan selisih antara return sesungguhnya dengan
return ekspektasi (Jogiyanto, 2010). Rumus untuk menghitung abnormal return sebagai berikut:
𝐴𝑅𝑖𝑡 = 𝑅𝑖𝑡 − 𝐸(𝑅𝑖𝑡)
Keterangan:
𝐴𝑅𝑖𝑡= abnormal return untuk saham-i pada hari ke-t 𝑅𝑖𝑡 = actual return untuk saham-i pada hari ke-t 𝐸(𝑅𝑖𝑡)= expected return untuk saham-i pada hari ke-t
Menghitung Average Abnormal return (AAR)
Keterangan:
𝐴𝐴𝑅(𝑡) = ∑ 𝐴𝑅𝑖(𝑡) 𝑘
𝐴𝐴𝑅(𝑡) = average abnormal return pada hari ke-t 𝐴𝑅(𝑡) = abnormal return pada hari ke-t
k = jumlah saham yang dipengaruhi oleh peristiwa
Menghitung Cumulative Average Abnormal return (CAAR)
𝑡+5
𝐶𝐴𝐴𝑅(𝑡) = ∑ 𝐴𝐴𝑅𝑎
𝑡−5
Keterangan:
𝐶𝐴𝐴𝑅(𝑡) = cumulative average abnormal return untuk n saham pada periode sepanjang n
𝐴𝐴𝑅𝑎 = average abnormal return pada hari ke-a, mulai t-5 sampai hari ke t+5
4). Menghitung Trading volume activity
𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡 = ∑ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑎𝑘𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
∑ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
Keterangan:
𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡 = Trading volume activity untuk saham ke-I pada hari ke-t
5). Menghitung Average Trading volume activity
Keterangan:
𝐴𝑇𝑉𝐴𝑡 = ∑ 𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡
𝑛
𝑇𝑉𝐴𝑖𝑡 = Average trading volume activity pada hari ke-t
n = jumlah sekuritas
3). Menghitung cumulative average trading volume activity
𝑡
𝐶𝐴𝑇𝑉𝑡 ∑ 𝐴𝑇𝑉𝐴𝑎 𝑎=𝑡5
Keterangan:
𝐶𝐴𝑇𝑉𝑡 = cumulative average trading volume activity untuk n saham pada periode sepanjang n
𝐴𝑇𝑉𝐴𝑎 = average trading volume activity pada hari ke-a, mulai t-5 sampai hari ke t+5
B. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian tidaklah berdiri sendiri tanpa ada penelitian – penelitian terdahulu yang telah dilakukan, penelitian terdahulu menjadi bahan acuan dan komparasi dalam penelitian juga dapat menjadi tambahan baik teori maupun metodologis untuk menelesaikan penelitian.
Adapun beberapa penelitian terdahulu seperti yang pernah dilakukan oleh (Iskandar, 2019) yang membahas pemilu presiden tahun 2019 yang menggunakan pendekatan abnormal return dan trading volume activity pada saham lq-45 5 hari kerja sebelum dan sesudah pelaksanan pemilu presiden 2019, yang mana menghasilkan penelitian tidak ada perbedaan yang signiifikan baik positif ataupun negatif pada reaksi pasar dari abnormal return dan setelah peristiwa pilpres 17 April 2019 pada saham lq-45, persamaan antara penelitian (Iskandar, 2019) adalah persamaan pengujian efisiensi pasar yang memberikan dampak positif atau neagtif dari pendekatan abnormal return dan trading volume activity,
Berikutnya penelitian dari (Diniar & Kiryanto, 2016) yang sama dengan penelitian (Iskandar, 2019) dengan objek penelitian yang sama dan pendekatan
sama pula, Pemilihan presiden tanggal 9 Juli 2014 memberikan perubahan terhadap abnormal return saham dan TVA yang signifikan pada 5 hari sebelum dan sesudah pemilu.
Setiawan (2019) membahas mengenai bagaimanana pengaruh film Sexy Killer terhadap pengaruh positif ataupun negative terhadap pasar dari pendekatan trading volume activity dengan studi pada emiten pertambangan terutama batubara, adapun hasil penelitian Setiawan (2019) hasil pengujian pertama diperoleh ada perbedaan penurunan harga saham Perusahaan Pertambangan Batu Bara sebelum dan sesudah dirilisnya Film politik Sexy Killer di youtube, Meskipun ada dua Saham yang tidak mengalami penurunan dan satu saham mengalami kenaikan harga.
Hasil pengujian kedua diperoleh bahwa adanya perbedaan yang signifikan terhadap Perubahan Volume Perdagangan Saham Trading Volume Activity (TVA) Pertambangan Batu Bara sebelum dan sesudah dirilisnya Film politik Sexy Killer di Sosial Media Youtube. Meskipun ada dua perusahaan yang mengalami kenaikan volume perdagangan saham.
Penelitian ini lebih memperkuat penelitian sebelumnya, mengenai teory event study, dimana adanya perbedaan antara sesudah dan sebelum keterjadian suatu event. Penelitian ini juga menunjukan bahwa teori signaling menjadi penting digunakan dalam pengambilan keputusan.
Penelitian inipun lebih mendukung penelitian atau penelitian diluar negeri
mengenai media social yang telah menjadi pengaruh bagi investor dalam pengambilan keputusan.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan sintesis tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah emiten sektor pertambangan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari peninjauan hasil penelitian terdahulu dan pada tinjauan teori yang di uraikan di atas, memberikan sebuah gambaran besar kerangka logis alur penelitian yang tertuang dalam kerangka fikir sebagai berikut.
Gambar 2.1 kerangka pikir penelitian
Sebelum pengesa
Abnorma Return Saham
Uji beda sampel berpas angan
Perusah aan Sektor tambang
BEI
Pengesah an UU
N0. 3 2020
Sesudh penges ahan
Sebelum Trading
volume activity
pengesah Uji beda sampel berpasa
ngan
Sesudah pengesaha
Pasar saham begitu banyak di pengaruhi oleh berbagai macam variabel dalam pemebntukan harga saham suatu emiten, Pengesahan UU Nomor 3 Tahun 2020 memuat kandungan informasi tentang peraturan dan tata cara perusahaan pertambangan menjalankan bisnisnya, yang akan berpengaruh pada kinerja dan prospek sektor pertambangan, hal tersebut akan memebrikan tantangan ataupun peluang bagai emiten sektor pertambangan ataupun investor sektor pertambangan, dalam komteks ini muatan informasi tadi akan di respon oleh para investor sektor pertambangan yang dapat dilihat dari tinkat pengembalian dan keaktifan perdagangan saham sebelum dan sesudah kebijakan ini di tetapkan.
D. Hipotesis Penelitian
Melihat dari tinjauan teori dan tinjauan hasil penelitian terdahulu, maka penlitian ini memiliki memiliki hipotesis yaitu :
Ho : tidak terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity pada saham emiten sektor pertambangan sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU No. 30 Tahun 2020.
Ha : terdapat perbedaan signifikan abnormal return dan trading volume activity pada saham emiten sektor pertambangan sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU No. 30 Tahun 2020