• Tidak ada hasil yang ditemukan

TITIK TEMU HADIS-HADIS KONTRADIKTIF ANTARA PEMBATASAN SOSIAL KARENA PANDEMI DAN KEUTAMAAN INTERAKSI SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TITIK TEMU HADIS-HADIS KONTRADIKTIF ANTARA PEMBATASAN SOSIAL KARENA PANDEMI DAN KEUTAMAAN INTERAKSI SOSIAL"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

“ TITIK TEMU HADIS-HADIS KONTRADIKTIF ANTARA PEMBATASAN SOSIAL KARENA PANDEMI DAN

KEUTAMAAN INTERAKSI SOSIAL ”

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Muhammad Miqdad Al-Farizi 11160360000043

PROGRAM STUDI ILMU HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1443 H

(2)

 

LEMBAR PERSETUJUAN  

TITIK TEMU HADIS-HADIS KONTRADIKTIF

ANTARA PEMBATASAN SOSIAL KARENA PANDEMI DAN KEUTAMAAN INTERAKSI SOSIAL

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Muhammad Miqdad Al-Farizi 11160360000043

Pembimbing

Dr. Abdul Hakim Wahid, S.H.I, M.A.

197804242015031001

PROGRAM STUDI ILMU HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M/ 1443 H

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Miqdad Al-Farizi

NIM : 11160360000043

Program Studi : Ilmu Hadis

Fakultas : Ushuluddin

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian saya pribadi yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil penelitian saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 5 November 2021 Mahasiswa,

M. Miqdad Al-Farizi

(4)

   

LEMBAR PENGESAHAN

 

(5)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin b = ب z = ز f = ف t = ت s = س q = ق th = ث sh = ش k = ك j = ج ṣ = ص l = ل ḥ = ح ḍ = ض m = م kh = خ ṭ = ط n = ن d = د ẓ = ظ h = ه dh = ذ ‘ = ع w = و r = ر gh = غ y = ي  

Ketentuan alih vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ا 

ā a dengan garis di atas

ي

ī i dengan garis di atas

و

ū u dengan garis di atas

(6)

   

ABSTRAK

Muhammad Miqdad Al-Farizi, Titik Temu Hadis-Hadis Kontradiktif Antara Pembatasan Sosial Karena Pandemi dan Keutamaan Interaksi Sosial.

Interaksi sosial adalah kebutuhan dasar manusia, dengan interaksi sosial manusia membangun komunitas dan mengukuhkan eksistensinya sebagai makhluk sosial. Akan tetapi, interaksi ini tidak bisa terlaksana secara utuh disebabkan oleh covid-19 yang melanda dunia hari ini. Hal ini sebenarnya sudah menjadi anjuran Rasulullah Saw. dalam pembatasan sosial saat terjadi pandemi, namun di sisi lain Rasulullah Saw. juga menawarkan ganjaran utama kepada mereka yang melakukan interaksi sosial, bahkan Rasulullah Saw. sendiri pernah berinteraksi langsung dengan orang yang terkena penyakit menular (lepra).

Oleh karena itu, maka penelitian ini ingin mengurai makna hadis- hadis tersebut dan menemukan titik temu dari kontradiksi antara hadis tentang pembatasan sosial saat pandemi dan keutamaan interaksi sosial.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan kajian kepustakaan (library research) dan metode deskriptif-analitis. Sumber datanya terbagi dua, primer dan sekunder. Lalu data yang ada diurai dengan teori ma‘āni al-Ḥadīts dan mukhtalif al-Ḥadīts. Sehingga bisa menemukan makna hadis secara komprehensif dan penyelesain sisi kontradiktifnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hadis tentang pembatasan sosial dan keutamaan interaksi sosial bisa dikompromikan dengan metode al-Jam‘ wa al-Tawfīq karena keduanya mempunyai status Ṣaḥīḥ. Hadis- hadis pembatasan sosial bisa diaplikasikan saat terjadi pandemi, sebaliknya hadis-hadis tentang keutamaan interaksi sosial bisa diaplikasikan saat kondisi normal dan tidak terjadi pandemi.

(7)

Kata Kunci: Hadis, Interaksi Sosial, Mukhtalif al-Ḥadīts, Covid-19 KATA PENGANTAR

Bismillah al-Raḥmān al-Raḥīm

Segala puji dan syukur hanya milik Allah Swt. dzat yang senantiasa mencurahkan rahmat dan nikmat kepada hamba-hamba-Nya serta dzat yang selalu membukakan pintu ampunan kepada hamba- hamba-Nya yang ingin bertaubat. Salawat dan salam kepada baginda Nabi Muhammad Saw., keluarganya, seluruh sahabatnya, dan para pengikut setianya hingga akhir zaman.

Berkat rahmat Allah Swt. saya bisa menyelesaikan skripsi ini, selain itu saya juga menyadari bahwa banyak pihak yang memberikan dukungan, bantun, doa dan harapan. Oleh karena itu sudah sepantasnya saya menghaturkan banyak terima kasih kepada mereka.

Ucapan terima kasih yang tulus kepada Ibu Prof. Dr. Amany Lubis selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Abah Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi, M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu Hadis. Bapak Dr. Abdul Hakim Wahid, M.A selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Hadis sekaligus menjadi dosen pembimbing skripsi saya. Bapak Hasanuddin Sinaga, M.A selaku dosen pembimbing akademik saya. Dan juga kepada almarhum Bapak Roswan Rio Utomo, Lc., M.A sebagai dosen pembimbing awal saya. Semoga Allah Swt. selalu menjaga mereka.

Kepada guru-guru saya, Abi Hamdi MS, ustadz Yasri, ustadz Sulfa ustadz Syahrul, ustadz Ridho, ustadz Marwan, ustadz Dian, ustadz Ari, ustadz Junaidi. Kemudian teruntuk ustadz Zia ul Haramain, ustadz

(8)

   

Andi Rahman, ustadz M. Shofin Sugito, ustadz Arrazy Hasyim, ustadz Ubaydi Hasbillah, ustadz Ali Moh Hudhaibi, ustadz M. Hanifuddin, ustadz Ali Wafa, ustadz Ulin Nuha dan ustadz-ustadz lain yang belum bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala curahan ilmu dan bimbingannya, semoga Allah Swt. senantiasa melindungi mereka dan mencurahkan kasih sayang-Nya.

Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya, ayahanda almarhum Anasri dan Ibunda Gusniati yang selalu memberikan doa terbaik untuk anak-anaknya dan membiayai seluruh pendidikan saya hingga saat ini dan kasih sayangnya selalu tercurah kepada anak-anaknya. Kepada keluarga besar NurZen Family: Ayah Afrizal, paman Junaidi dan bibi Anom, bibi Nurmaili dan bapak Indika, bibi Yulismar dan paman Wahyu, paman Nur Syafri dan bibi Sri Afrianis, serta adik-adik saya, khususnya adik Nuha Nabilah yang selalu mensupport dan mengingatkan abangnya ini.

Teruntuk semua teman seperjuangan di Ilmu Hadis 2016 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, teman-teman El-Bawakiep yang menjadi tempat berbagi cerita dan canda, seluruh teman di Darus- Sunnah khususnya angkatan Ahibba 19, kawan-kawan di LTTQ Fathullah, juga teman-teman di IMM Ciputat serta angkatan Al-A’raf LDK 2016. Terima kasih atas doa dan pengalamannya. Begitu juga kepada teman-teman di Mu’allimin Muhammadiyah Agam, khususnya angkatan Fanous dan segenap kawan-kawan musyrif Darus-Sunnah yang berbahagia.

Demikian juga kepada pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan, tetapi tidak sempat saya tuliskan satu per satu nama mereka di sini. Kepada semuanya saya haturkan terima kasih.

(9)

Terakhir, saya memohon ampunan kepada Allah Swt., atas segala khilaf dan salah saya selama masa penulisan skripsi ini dan memberikan hidayah-Nya kepada hambanya yang papa ini. Semoga tulisan ini bisa bernilai kebaikan di sisi-Nya. Mahasuci Allah Tuhan sekalian alam.

DAFTAR ISI

 

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 10

1. Identifikasi Masalah ... 10

2. Pembatasan Masalah ... 10

3. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Kajian Pustaka ... 12

F. Metode Penelitian ... 18

1. Jenis Penelitian ... 19

2. Sumber Data ... 19

3. Metode Pengumpulan Data ... 20

4. Pengolahan Data ... 21

(10)

   

5. Teknik Penulisan ... 21

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II PENYAKIT MENULAR DAN INTERAKSI SOSIAL ... 23

A. Pengertian Penyakit Menular ... 23

B. Penyakit Menular Yang Pernah Terjadi Dalam Sejarah ... 27

C. Awal Kehadiran Corona Virus Disease-19 ... 31

D. Definisi Interaksi Sosial ... 33

E. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial ... 37

F. Urgensi Interaksi Sosial ... 39

G. Interaksi Sosial di Tengah Wabah Covid-19 ... 40

BAB III METODE PENYELESAIAN HADIS KONTRADIKTIF .. 43

A. Definisi Ilmu Mukhtalif al-Ḥadīts ... 43

B. Penyebab Hadis Mukhtalif ... 46

C. Sikap Ulama dalam Memandang Mukhtalif al-Ḥadīts ... 50

D. Cara Memahami Hadis-Hadis Yang Kontradiktif ... 51

E. Urgensi Ilmu Mukhtalif al-Ḥadīts ... 56

F. Esensi Ilmu Ma‘ānī al-Ḥadīts ... 57

G. Objek kajian Ilmu Ma‘ānī al-Ḥadīts ... 60

H. Sandaran Ilmu Ma‘ānī al-Ḥadīts ... 63

1. Ilmu Asbāb al-Wurūd ... 63

2. Ilmu Tawārīkh al-Mutūn ... 64

3. Ilmu al-Lughah (tata bahasa) ... 67

4. Hermeneutik (‘Ilm Fahm) ... 69

BAB IV MENILIK EGALISASI SISI KONTRADIKTIF HADIS PEMBATASAN SOSIAL DAN KEUTAMAAN INTERAKSI SOSIAL ... 72

A. Hadis-Hadis Pembatasan Sosial dan Keutamaan Interaksi Sosial Serta Kualitasnya ... 73

1. Hadis Tentang Pembatasan Sosial ... 73

(11)

2. Hadis Tentang Keutamaan Interaksi Sosial ... 76

3. Kualitas Hadis-Hadis Pembatasan Sosial ... 81

4. Kualitas Hadis-Hadis Keutamaan Interaksi Sosial ... 83

B. Penyelesaian Sisi Kontradiktif Antara Hadis Pembatasan Sosial dan Keutamaan Interaksi Sosial ... 86

1. Analisis Kelompok Hadis Pembatasan Sosial ... 87

2. Analisis Hadis Keutamaan Interaksi Sosial ... 91

3. Kompromi Hadis Pembatasan Sosial dan Interaksi Sosial ... 98

BAB V PENUTUP ... 104

A. Simpulan ... 104

B. Saran dan Rekomendasi ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106 

(12)

 

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan sosial menjadi suatu kebutuhan bagi setiap manusia, dengan mengadakan hubungan atau yang lebih sering dikenal dengan istilah interaksi sosial bisa menjadikan manusia sadar akan hakikat dirinya, bahwa mereka adalah makhluk yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Seorang filsuf Yunani yang bernama Aristoteles mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk zoon politicon yang jika diartikan secara bahasa adalah hewan yang bermasyarakat, secara sederhana ini bisa dimaknai bahwa manusia itu pada dasarnya adalah makhluk yang biasa hidup dalam komunitas dan lingkungan masyarakat sehingga tidak akan bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial.1

Interaksi sosial bisa muncul karena adanya kontak sosial dan komunikasi antar sesama manusia, ketika dua orang saling bertemu mereka akan menyapa, berjabat tangan dan saling berbicara.2 Interaksi sosial menjadi kunci utama dalam menjalin hubungan di kehidupan sosial, di sisi lain Allah Swt. juga mengingatkan manusia di dalam firmannya agar melakukan hubungan sosial, sebagaimana ayat yang tercantum di dalam Al-Qur’an, surah al-Ḥujurāt ayat 13:

      

1 Mukminan, Dasar-dasar Ilmu Sosial I (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial- UNY, 2015), 9.

2 Mukminan, Dasar-dasar Ilmu Sosial I, 10.

(13)

ﱠنِإ اﻮُﻓَرﺎَﻌَـﺘِﻟ َﻞِﺋﺎَﺒَـﻗَو ﺎًﺑﻮُﻌُﺷ ْﻢُﻛﺎَﻨْﻠَﻌَﺟَو ﻰَﺜْـﻧُأَو ٍﺮَﻛَذ ْﻦِﻣ ْﻢُﻛﺎَﻨْﻘَﻠَﺧ ﺎﱠﻧِإ ُسﺎﱠﻨﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ ٌﲑِﺒَﺧ ٌﻢﻴِﻠَﻋ َﻪﱠﻠﻟا ﱠنِإ ْﻢُﻛﺎَﻘْـﺗَأ ِﻪﱠﻠﻟا َﺪْﻨِﻋ ْﻢُﻜَﻣَﺮْﻛَأ .

1

Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui Maha Teliti.

Jika melihat ayat di atas, jelas bahwa Allah Swt. menganjurkan manusia khususnya umat Islam untuk mengadakan interaksi sosial agar bisa menjalin hubungan yang baik antar sesama dan juga untuk saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Hubungan sosial yang baik akan membangkitkan rasa solidaritas dan tolong-menolong antar sesama manusia, akan tetapi jika melihat dari kondisi yang melanda dunia saat ini, terutama beberapa bulan terakhir sungguh interaksi antar manusia secara langsung tidak bisa direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat karena wabah corona yang hadir ke dunia saat ini, sehingga manusia hanya menggunakan media yang itu belum bisa mewakili interaksi sosial ini secara utuh.

Wabah Corona yang melanda dunia saat ini, pada awalnya muncul dari negeri China tepatnya di daerah Wuhan. Virus ini menyebar secara massif dan menyerang saluran pernapasan manusia, sehingga banyak korban jiwa yang berjatuhan akibat virus ini. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa virus ini adalah virus yang menyebabkan flu biasa hingga penyakit yang lebih parah, seperti sindrom pernapasan timur tengah (MERS-CoV) dan sindrom pernapasan akut parah (SARS-CoV).

Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa virus ini sebagai wabah penyakit darurat yang menyerang dunia dan       

1 Al-Qur’an dan Terjemahan Departemen Agama, Penerbit Syaamil Qur’an.

(14)

3  

menjadi perhatian dunia. Sampai saat ini masih belum ditemukan vaksin yang bisa menghentikan virus ini, atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Covid-19.2

Secara perlahan tapi pasti virus ini terus menyebar ke seantero dunia, pada tanggal 5 Oktober 2020 korban positif yang terpapar di seluruh dunia sudah berjumlah 35.109.317, dari jumlah tersebut 1.035.341 orang dinyatakan meninggal dunia, serta 235 negara di dunia telah mengkonfirmasi adanya Covid-19.3 Sedangkan di Indonesia sendiri korban Covid-19 dari hari ke hari terus bertambah, pada tanggal 04 Oktober 2020 dilaporkan ada 303.498 orang yang positif.4 Fakta ini semakin menguatkan bahwa pemerintah perlu untuk mengadakan aturan- aturan tertentu sebagai langkah untuk mengantisipasi penyebaran virus dan meningkatnya korban jiwa akibat virus ini. Selain itu virus ini masih belum diketahui sampai kapan akan berakhir, bahkan dari hari ke hari jumlah korban positif terus bertambah, sehingga berbagai macam upaya diusahakan oleh pemerintah agar virus ini tidak terus berkembang dan meluas di tengah-tengah masyarakat.

Upaya yang pemerintah lakukan untuk mencegah penyebaran virus ini berbanding terbalik dengan keadaan yang dialami oleh masyarakat.

Sebagian besar masyarakat banyak yang mengeluhkan kondisi saat ini menghalangi mereka untuk melakukan interaksi sosial, bahkan mereka hanya bisa berdiam diri di rumah dengan aktivitas yang monoton sehingga hubungan mereka dengan orang-orang sekitar menjadi kurang       

2 Mukharom dan Havis Aravik, “Kebijakan Nabi Muhammad Saw Menangani Wabah Penyakit Menular dan Implementasinya Dalam Konteks Menanggulangi Coronavirus Covid-19”, Salam; Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Vol. 7, No. 3, 2020, 240.

3 WHO.Int diakses pada tanggal 06 Oktober 2020.

4 Covid19.go.id diakses pada tanggal 05 Oktober 2020.

(15)

baik dan tidak harmonis. Hal ini terbukti dengan maraknya kasus kejahatan serta perbuatan yang bertentangan dengan norma di masyarakat, dampak dari pengurungan diri di rumah selama berbulan- bulan. Interaksi secara langsung juga tidak dapat diwujudkan sehingga sering terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi, apalagi melalui media yang ada saat ini masih belum bisa mewadahi interaksi tersebut secara maksimal.

Dengan situasi yang demikian, maka secara garis besar upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran virus corona seperti anjuran untuk selalu memakai masker, senantiasa mencuci tangan, menjaga jarak (social distancing) dan larangan untuk masuk ke daerah lain sudah memenuhi anjuran yang disampaikan oleh baginda Nabi Muhammad Saw. di dalam beberapa sabdanya, berikut ini:

ِﻪﱠﻠﻟا ِﺪْﺒَﻋ ُﻦْﺑ ُﺪﱠﻤَُﳏ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ِﰉَأ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ٍْﲑَُﳕ ِﻦْﺑ

ِرِﺪَﻜْﻨُﻤْﻟا ِﻦْﺑ ِﺪﱠﻤَُﳏ ْﻦَﻋ ُنﺎَﻴْﻔُﺳ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ْﻦَﻋ

ِﻪﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلﺎَﻗ َﺔَﻣﺎَﺳُأ ْﻦَﻋ ٍﺪْﻌَﺳ ِﻦْﺑ ِﺮِﻣﺎَﻋ ا اَﺬَﻫ ﱠنِإ

ﻰَﻠَﻋ َﻂﱢﻠُﺳ ٌﺰْﺟِر َنﻮُﻋﺎﱠﻄﻟ ْﻦَﻣ

َنﺎَﻛ َﻞﻴِﺋاَﺮْﺳِإ ِﲎَﺑ ﻰَﻠَﻋ ْوَأ ْﻢُﻜَﻠْـﺒَـﻗ َنﺎَﻛ اَذِإَو ُﻪْﻨِﻣ اًراَﺮِﻓ ﺎَﻬْـﻨِﻣ اﻮُﺟُﺮَْﲣ َﻼَﻓ ٍضْرَﺄِﺑ َنﺎَﻛ اَذِﺈَﻓ

ﺎَﻫﻮُﻠُﺧْﺪَﺗ َﻼَﻓ ٍضْرَﺄِﺑ .

5

Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ’Abdillah bin Numayr, telah menceritakan kepada kami bapakku, telah menceritakan kepada kami Sufyān, dari Muhammad bin al-Munkadir dari ‘Āmir bin Sa‘d dari Usāmah, dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: Penyakit ṭā‘ūn ini adalah suatu peringatan dari Allah yang ditimpakan kepada umat sebelum kalian atau kepada Banī Isrāīl. Maka apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu lari keluar daripadanya. Dan bila penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu.

Dalam redaksi lain Rasulullah Saw. juga bersabda:

      

5 Muslim b. Hajjāj al-Qushayrī, Jām’i Ṣahīh Muslim (Kairo: Dār al-Ḥadīth, 2010), 720.

(16)

5  

َﺣ ﱠﺪ َـﺛ َﻋ ﺎ َﻨ ْﺒ ُﺪ ْﻟا َﻌ ِﺰ ْﻳ ْﺑ ُﻦ ِﺰ َﻋ ْﺒ ِﺪ َﻗ ِﷲا َﺣ َلﺎ ﱠﺪ َﺛ ِْﲏ َﻣ ِﻟﺎ َﻋ ٌﻚ ْﻦ َُﳏ ﱠﻤ ْﺑ ِﻦ ِﺪ ْﻟا ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺪ َو َﻋ ِر ْﻦ َأ ِﰊ ﱠﻨﻟا ْﻀ ِﺮ

َﻣ ْﻮ ُﻋ َﱃ َﻤ َﺮ ْﺑ ُﻋ ِﻦ َـﺒ ْﻴ ِﺪ َﻋ ِﷲا ْﻦ َﻋ ِﻣﺎ ْﺑ ِﻦ ِﺮ َﺳ ْﻌ ْﺑ ِﻦ ِﺪ َأ َو ﱠﻗ ِﰊ َﻋ ٍصﺎ ْﻦ َأ ِﺑ ْﻴ ِﻪ َأ ﱠﻧ ُﻪ َﻌ ُﻪ َِﲰ َﻳ ْﺴ َﺄ ُل َﺳ ُأ َﻣﺎ َﺔ

ْﺑ َﻦ َز ْﻳ َﻣ َذﺎ ٍﺪ َِﲰ ا ْﻌ َﺖ ْﻦ ِﻣ َر ُﺳ ْﻮ ِل َﺻ ﱠﻠ ِﷲا ُﷲا ﻰ َﻋ

َﻠ ْﻴ ِﻪ َو َﺳ ﱠﻠ َﻢ ِﰲ ﱠﻄﻟا ْﻮ ِن ُﻋﺎ َـﻓ ؟ َﻘ َلﺎ َﺳ ُأ َﻣﺎ ُﺔ َﻗ : َلﺎ

َر ُﺳ ْﻮ ُل َﺻ ﱠﻠ ِﷲا ُﷲا ﻰ َﻋ

َﻠ ْﻴ ِﻪ َو َﺳ ﱠﻠ َﻢ ) ﱠﻄﻟا ْﻮ ُن ُﻋﺎ ْﺟ ِر ٌﺲ ُأ ْر َﻞ ِﺳ َﻋ َﻠ َﻃ ﻰ ِﺋﺎ َﻔ ٍﺔ ْﻦ ِﻣ َﺑ ِﲏ ْﺳ َﺮ ِإ ِﺋا ْﻴ َﻞ

َأ ْو

َﻋ َﻠ َﻣ ﻰ ْﻦ َنﺎ َﻛ َـﻗ ْـﺒ َﻠ ُﻜ ْﻢ َﻓ ِﺈ َذ َِﲰ ا ْﻌ ُﺘ ْﻢ ِﺑ ِﻪ ِﺑ َﺄ ْر َﻓ ٍض ُـﺗ َﻘ َﻼ ﱢﺪ ُﻣ ْﻮ َﻋ ا َﻠ ْﻴ ِﻪ َو ِإ َو ا َذ َﻗ َﻊ ِﺑ َﺄ ْر َو َأ ٍض ْـﻧ ُﺘ ْﻢ

َِ

َﻓ َﻼ َْﲣ ُﺮ َ ُﺟ ْﻮ ِﻓ ا َﺮ ًرا ِﻣ ا ْﻨ ُﻪ َو َﻗ . ( َأ ُﺑ َلﺎ ﱠﻨﻟا ﻮ ْﻀ ِﺮ َﻻ ) ُْﳜ ْﺟ ِﺮ ْﻢ ِإ ُﻜ ِﻓ َﺮ ﱠﻻ ًرا ِﻣ ا ْﻨ ُﻪ (.

6

Telah bercerita kepada kami ‘Abdu al-‘Azīz bin Abdullah berkata, telah bercerita kepada saya Mālik dari Muhammad bin al-Munkadir dan dari Abī Naḍr maula Umar bin Ubaīdillah dari ‘Āmir bin Sa‘d bin Abī Waqqās dari bapaknya, bahwa dia (‘Āmir) mendengar bapaknya bertanya kepada Usāmah bin Zaīd: “Apa yang pernah kamu dengar dari Rasulullah Saw. tentang masalah ṭā‘ūn (wabah penyakit sampar, pes, lepra) ?”. Maka Usāmah berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “ṭā‘ūn adalah sejenis kotoran (siksa) yang dikirim kepada suatu golongan dari Banī Isrāīl atau kepada umat sebelum kalian. Maka itu jika kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang terkena wabah tersebut janganlah kalian mengungsi darinya”. Abū Naḍr berkata:“Janganlah kalian mengungsi darinya kecuali untuk menyelamatkan diri”.

Dua hadis di atas secara jelas menganjurkan orang-orang di sebuah wilayah yang sedang dilanda musibah penyakit menular untuk menjauhkan diri dari kerumunan manusia yang saat ini dianalogikan dengan covid-19, selain itu mereka juga harus tetap berdiam diri di tempat tinggal mereka, tidak boleh memasuki wilayah yang sedang dilanda wabah, serta orang-orang yang berada di wilayah yang sedang terkena wabah harus tetap berdiam diri di sana. Maka secara tidak langsung proses interaksi sosial antar sesama manusia dalam kasus ini terhalang disebabkan wabah yang melanda. Namun dalam keadaan yang       

6 Muḥammad b. Ismā‘īl al-Bukhārī, Ṣahīh al-Bukhārī (Beīrut: Dār Ibnu Katsīr, 1987), III/1281.

(17)

lain, rasul Saw. memerintahkan umatnya untuk menyebarkan salam, menjaga tali silaturahmi, saling berjabat tangan, sebagai bentuk interpretasi dari kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana yang tertuang dalam sabda beliau berikut ini:

َﺣ ﱠﺪ َـﺛ َُﳏ ﺎ َﻨ ُﺪ ﱠﻤ ْﺑا ُﻦ َﺑ ﱠﺸ َﺣ ٍرﺎ ﱠﺪ َـﺛ َﻋ ﺎ َﻨ ْﺒ ُﺪ ْﻟا َﻮ ﱠﻫ ﱠـﺜﻟا ِبﺎ َﻘ ِﻔ َو ﱡﻲ َُﳏ ُﺪ ﱠﻤ ْﺑ ُﻦ َﺟ ْﻌ َﻔ ٍﺮ َو ْﺑا ُﻦ ِﰊَأ َﻋ ِﺪ َو ﱟي

َﲕ َْﳛ ُﻦ ْﺑ َﺳ ِﻌ ْﻴ ٍﺪ ْﻦ َﻋ َﻋ ْﻮ ْﺑ ِف ِﻦ َأ َِﲨ ِﰊ ْـﻴ َﻠ َﺔ َْﻷا ْﻋ َﺮ ﱠِﰊا ْﻦ َﻋ ُز َر َ را َة ْﺑ َأ ْو ِﻦ َﻋ َﰱ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ْﺑ ِﷲا َﺳ ِﻦ َﻼ ٍم

َﻗ َلﺎ َﻟ ﱠﻤ : َﻗ ﺎ ِﺪ َم َر ُﺳ ْﻮ ُل َﺻ ﱠﻠ ِﷲا ُﷲا ﻰ َﻋ

َﻠ ْﻴ ِﻪ َو َﺳ ﱠﻠ َﻢ ْﻟا َﻤ ِﺪ ْـﻳ َﻨ َْﳒا َﺔ َﻔ َﻞ ﱠﻨﻟا ُسﺎ ِإ َﻟ ْﻴ ِﻪ َو ِﻗ ْﻴ َﻞ َﻗ ِﺪ َم َ ر ُﺳ ْﻮ ُل

َﺻ ﱠﻠ ِﷲا ُﷲا ﻰ َﻋ

َﻠ ْﻴ ِﻪ َو َﺳ ﱠﻠ َﻢ

َﻗ ِﺪ َم َ ر ُﺳ ْﻮ ُل َﺻ ﱠﻠ ِﷲا ُﷲا ﻰ َﻋ

َﻠ ْﻴ ِﻪ َو َﺳ ﱠﻠ َﻢ

َﻗ ِﺪ َم َ ر ُﺳ ْﻮ ُل َﺻ ﱠﻠ ِﷲا ُﷲا ﻰ

َﻋ َﻠ ْﻴ َو ِﻪ َﺳ ﱠﻠ َﻢ َﻓ ْﺌ ِﺠ ُﺖ ِﰲ ﱠﻨﻟا َِﻷ ْﻧ ِسﺎ َﺮ ِإ ُﻈ َﻟ ْﻴ ِﻪ َـﻓ َﻠ ْﺳا ﺎ ﱠﻤ َﺘ ْﺜ َﺒ َو ﱡﺖ ْﺟ َﻪ َر ُﺳ ْﻮ ِل َﺻ ﱠﻠ ِﷲا ُﷲا ﻰ َﻋ

َﻠ ْﻴ ِﻪ َو

َﺳ ﱠﻠ َﻢ َﻋ َﺮ ْﻓ ُﺖ َأ َو ﱠن ْﺟ َﻬ ُﻪ َﻟ ْﻴ َﺲ ِﺑ َﻮ ْﺟ ِﻪ َﻛ ﱠﺬ َو َﻛ ٍبا َنﺎ َأ ﱠو َﺷ ُل ْﻲ ٍء َﺗ َﻜ ﱠﻠ َﻢ ِﺑ ِﻪ ْن َأ َﻗ َأ ﱡـﻳ َلﺎ َﻬ ﱠﻨﻟا ﺎ

ُسﺎ َﺴ ِﻋ ْﻴ ْﻮ َأ ُـﺑ َلﺎ َﻗ ٍم. َﻼ ِﺑ َﺴ َﺔ َْﳉا ﱠﻨ ْﻮ َن ُﺧ ُﻠ َﺗ ْﺪ ٌمﺎ ِﻧ َﻴ ُسﺎ ﱠﻨﻟا َو ا ْﻮ َﺻ ﱡﻠ َو َﻌ َمﺎ ﱠﻄﻟا ا ْﻮ ِﻌ ُﻤ َو َأ ْﻃ َم َﻼ ﱠﺴﻟا ا ُﺸ ْﻮ َأ ْﻓ ﻰ

َﻫ َﺬ َﺣ ا ِﺪ ْﻳ َﺻ ٌﺚ ْﻴ ٌﺢ ِﺤ .

7

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bashār, telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-Wahhāb al-Tsaqafī, Muhammad bin Ja‘far, Ibn Abī ‘Adī dan Yahya bin Sa‘īd dari ‘Auf bin Abī Jamīlah al-A‘rabī dari Zurārah bin Aufā dari Abdullah bin Salām berkata: Tatkala Rasulullah Saw. tiba di Madinah, orang-orang bersegera menyambut beliau sambil mengucapkan: Rasulullah Saw.

datang, Rasulullah Saw. datang, Rasulullah Saw. datang, aku mendatangi orang-orang untuk melihat mereka, dan ketika aku telah memastikan wajah Rasulullah Saw. aku baru faham bahwa wajah beliau bukanlah wajah seorang pendusta, dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah: “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan dan laksanakanlah shalat ketika orang- orang sedang tertidur niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” Abu Isa berkata: Hadis ini ṣaḥīḥ.

Melihat penyebaran wabah covid-19 yang semakin meluas saat ini, mengakibatkan interaksi sosial yang dianjurkan nabi tersebut sulit untuk diwujudkan sehingga menimbulkan masalah sosial yang baru,       

7 Muhammad b. Īsa al-Tirmidhī, Sunan al-Tirmidhī, (Beīrut: Dār Iḥyā al- Turāth, 1995), IV/ 652.

(18)

7  

karena manusia tidak bisa mencapai sesuatu yang diinginkannya dan butuh jalan keluar dengan cara-cara yang berlaku di masyarakat.

Akan tetapi secara konkrit dalam menghadapi kenyataan ini, hal yang biasanya berlaku telah berubah atau terhambat pelaksanaannya disebabkan keadaan saat ini, masalah-masalah itu hadir dalam bentuk masalah moral, masalah ekonomi, masalah sosial, masalah agama, masalah pendidikan dan masalah-masalah yang lain.8

Bukan hanya sebatas itu, nabi menganjurkan umatnya untuk saling menjalin hubungan sosial yang baik, bahkan Nabi Muhammad Saw. memberikan motivasi dan jaminan bagi kaum muslimin yang saling bertegur sapa dan bersalaman dengan turunnya rahmat Allah Swt. sebagaimana beliau bersabda:

ْﺑ ُﺪﱠﻤَُﳏ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ُﻦ

َلﺎَﻗ ،ٍْﲑَﻜُﺑ ِﻦْﺑ ِقوُزْﺮَﻣ ْﻤِﻋ ُﻦْﺑ ُﺮَﻤُﻋ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ :

ﻮُﺑَأ ﱡيِﺪْﻌﱠﺴﻟا َناَﺮ

َلﺎَﻗ ، ٍﺺْﻔَﺣ ْﺑ ِﷲا ُﺪْﻴَـﺒُﻋ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ :

ِةَﺮْﺼَﺒْﻟا ﻲِﺿﺎَﻗ ِﻦَﺴَْﳊا ُﻦ ﺎَﻗ ،

َل َﺣ : ٌﺪﻴِﻌَﺳ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪ

ﱡيِﺮْﻳَﺮُْﳉا ِﰊَأ ْﻦَﻋ ، َلﺎَﻗ ،ﱢيِﺪْﻬﱠـﻨﻟا َنﺎَﻤْﺜُﻋ

ُﺖْﻌَِﲰ : ِبﺎﱠﻄَْﳋا َﻦْﺑ َﺮَﻤُﻋ ُلﻮُﻘَـﻳ ،

َلﺎَﻗ :

َر ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ِﷲا ُلﻮُﺳ ﺎَُﳘُﺪَﺣَأ َﻢﱠﻠَﺴَﻓ ِنﺎَﻤِﻠْﺴُﻤْﻟا ِنﻼُﺟﱠﺮﻟا ﻰَﻘَـﺘْﻟا اَذِإ :

َأ ِﷲا َﱃِإ ﺎَﻤُﻬﱠـﺒَﺣَأ ﱠنِﺈَﻓ ِﻪِﺒِﺣﺎَﺻ ﻰَﻠَﻋ ِﻪِﺒِﺣﺎَﺼِﺑ اًﺮْﺸِﺑ ﺎَﻤُﻬُـﻨَﺴْﺣ

َﻟَﺰَـﻧ ﺎَﺤَﻓﺎَﺼَﺗ اَذِﺈَﻓ ،

ْﺖ

9

. ٌةَﺮْﺸَﻋ ِﺢِﻓﺎَﺼُﻤْﻠِﻟَو َنﻮُﻌْﺴِﺗ ﺎَﻤُﻬْـﻨِﻣ يِدﺎَﺒْﻠِﻟ ، ٍﺔَْﲪَر ٌﺔَﺋﺎِﻣ ﺎَﻤِﻬ ْﻴَﻠَﻋ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Marzuq bin Bukair, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Umar bin Imran al-Sa’di Abu Hafs, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin al-Hasan (Hakim di Bashrah), dia berkata: telah menceritakan kepada kami Sa’id al-Jurairi, dari Abi Ustman al- Nahdi, dia berkata: saya mendengar Umar bin Khattab Ra. berkata:

Rasulullah Saw. bersabda: Apabila dua orang muslim saling bertemu, lalu salah satu dari mereka mengucapkan salam kepada       

8 Lue Sudioyono dan Yulia Palupi, Ilmu Sosial dasar (Yogyakarta: Kaliwangi Offset, 2016), 6.

9 Abu Bakr al-Bazzār, Musnad al-Bazzār (Madīnah: Maktabah ‘Ulūm wa al- Hikam, 1988), I/ 437.

(19)

yang lain, maka yang paling dicintai Allah di antara mereka berdua adalah yang paling berseri-seri wajahnya kepada yang lain. Dan apabila mereka berdua saling bersalaman maka Allah turunkan 100 rahmat kepada mereka, untuk yang memulai mengulurkan tangan 90 rahmat dan untuk yang menyambut tangan yang diulurkan 10 rahmat.

Secara tidak langsung dua hadis di atas memberikan gambaran yang berbeda terkait fenomena interaksi sosial. Satu hadis menyatakan adanya pembatasan sosial sehingga tidak sebaiknya mengadakan interaksi sosial ketika sedang terjadi wabah, karena bisa membahayakan kelangsungan hidup manusia. Sedangkan pada hadis lain Rasulullah Saw. memberikan tawaran pahala yang menggiurkan bagi siapa saja yang mau menjalin interaksi sosial, bahkan rahmat Allah akan diturunkan ketika orang-orang tersebut mau berinteraksi sosial seperti saling bersalaman dan menebar salam. Jika melihat sekilas seolah-olah ada kontradiksi antar sabda nabi tersebut, oleh karena itu perlu adanya penelusuran lebih jauh terkait hadis-hadis tersebut.

Dalam cabang disiplin ilmu hadis ada yang namanya mukhtalif al-Ḥadīts. Mukhtalif al-Ḥadīts ini adalah ilmu yang berbicara mengenai hadis-hadis yang menyalahi Al-Qur’an atau hadis lainnya atau logika.10 Akan tetapi mukhtalif al-Ḥadīts ini juga mempunyai beberapa pengertian yang berbeda di kalangan ulama hadis, salah satunya adalah pengertian yang disampaikan oleh Imam al-Nawawi (w.676 H) dalam kitabnya al-Taqrīb wa al-Taysīr fī Ma‘rifah Sunan al-Bashīr wa al-Nadhīr, ia mendefinisikan bahwa mukhtalif al-Ḥadīts ialah adanya dua buah hadis yang secara zahir maknanya saling       

10 Ali Mustafa Yaqub, Cara Benar Memahami Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2019), 185.

(20)

9  

bertentangan, lalu keduanya dikompromikan atau ditarjih (diunggulkan) salah satunya.11 Ini salah satu definisi yang disampaikan oleh Imam al- Nawawi dan tidak menutup adanya definisi lain dari para ulama hadis.

Di sisi lain perlu adanya pemahaman yang komprehensif terutama hadis-hadis mengenai wabah dan interaksi sosial agar tidak terjadi kesalahpahaman di tengah masyarakat. Sehingga perlu adanya sebuah ilmu yang bisa menyingkap makna pada hadis-hadis tersebut, salah satunya adalah ilmu ma‘ānī al-Ḥadīts. Ilmu ma‘ānī al-Ḥadīts berkaitan dengan persoalan bagaimana memberi makna dan memproduksi makna (meaning) terhadap sebuah teks hadis sehingga yang menjadi objek formalnya adalah teks atau redaksi hadis dengan ketentuan hadis tersebut mutawātir, ṣahīh dan ḥasan kemudian bisa dikaitkan dengan objek materialnya, seperti ilmu sosiologi yang melihat hadis itu dari sisi kehidupan sosial dan beragama yang terjadi antar manusia.12 Maka perlu adanya penelisikan lebih jauh untuk mendapatkan pemahaman yang baik dan tidak membuat mata kita buta dengan fenomena sosial yang ada di masyarakat.

Secara seksama saya mengamati adanya kontradiksi hadis antara anjuran nabi untuk menjalin interaksi sosial dengan fenomena wabah covid-19 yang membatasi pergerakan sosial, karena interaksi sosial secara langsung sudah menjadi kebutuhan manusia dan terhalang oleh virus covid-19 yang melanda dunia saat ini. Lalu bagaimanakah sebaiknya umat Islam pada khususnya, dan umat-umat lain pada       

11 Ali Mustafa Yaqub, Cara Benar Memahami Hadis,186.

12 Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadis: Paradigma Interkoneksi Berbagai Metode dan Pendekatan dalam Memahami Hadis Nabi, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2016), 11-12.

(21)

umumnya dalam menyikapi persoalan yang cukup membingungkan tersebut. Sedangkan sumber dari permasalahan tersebut kedua- duanya lahir dari sabda Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya ingin mengulas secara lebih mendalam makna dari sabda-sabda nabi tersebut melalui penelitian yang akan saya lakukan dengan judul “Titik Temu Hadis-Hadis Kontradiktif Antara Pembatasan Sosial Karena Pandemi dan Keutamaan Interaksi Sosial”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah saya uraikan di atas, maka

ada beberapa permasalahan yang saya perhatikan perlu untuk dikaji dan diteliti sebagai berikut:

a. Adanya kecendrungan manusia untuk melakukan interaksi sosial sedangkan wabah covid-19 sedang merajalela di tengah-tengah mereka.

b. Pengamalan hadis-hadis yang berkaitan dengan keutamaan interaksi sosial oleh masyarakat di saat wabah covid-19 sedang melanda bumi ini.

c. Mencari titik temu dari dua kelompok hadis yang seolah-olah terlihat kontradiktif dalam hal ini adalah hadis mengenai pembatasan sosial dan keutamaan interaksi sosial.

d. Wabah covid-19 menjadi penghambat bagi manusia untuk melakukan interaksi sosial.

2. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah yang telah saya utarakan di atas, maka tidak semuanya akan diulas. Oleh karena itu saya hanya membatasi

(22)

11  

permasalahan penelitian ini pada sisi kontradiktif hadis-hadis tentang pembatasan interaksi sosial dengan hadis-hadis yang berkaitan dengan interaksi sosial yang terdapat dalam sabda Nabi Muhammad Saw. seperti berjabat tangan, menjalin silaturahmi dan berkumpul yang mengandung keutamaan sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah Saw. berupa ganjaran yang menggiurkan dan pengguguran dosa-dosa. Setelah itu akan dicarikan titik temu antara dua kelompok hadis yang terlihat kontradiktif tersebut.

3. Perumusan Masalah

Dari identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang saya bangun adalah sebagai berikut:

“Bagaimana penyelesaian hadis-hadis kontradiktif tentang pembatasan sosial dan keutamaan berinteraksi sosial ?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah saya uraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Membuka cakrawala pemikiran umat Islam tentang adanya integrasi antara ilmu hadis dengan ilmu sosial.

b. Memahami secara komprehensif makna hadis-hadis yang disampaikan oleh nabi terkait penyakit menular dan interaksi sosial.

c. Memberikan pemahaman kepada orang-orang awam bahwa hadis itu tidak hanya berkutat dalam kajian matan, rāwi dan sanad semata tetapi ada korelasinya dengan ilmu-ilmu sosial ataupun sains.

D. Manfaat Penelitian

Saya berharap dengan penelitian ini sekiranya bisa memberikan manfaat kepada diri saya sendiri khususnya dan khalayak ramai pada umumnya. Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah:

(23)

1. Menambah khazanah keilmuan tentang kajian hadis terutama yang berkaitan dengan penyakit menular dan keutamaan interaksi sosial, 2. Mendapatkan pemahaman yang utuh dari sabda-sabda yang

disampaikan oleh Rasulullah Saw. khususnya sabda-sabda yang berkaitan dengan keutamaan interaksi sosial dan pembatasan sosial.

3. Terhindar dari pemahaman yang keliru mengenai hadis-hadis kontradiktif sehingga para pengkaji hadis khususnya dan orang-orang awam pada umumnya bisa lebih bijak lagi saat memandang hadis- hadis yang kontradiktif.

4. Memperkaya literatur dalam bidang hadis yang berkaitan dengan ilmu sosial.

E. Kajian Pustaka

Ketika saya melihat beberapa karya tulis yang ada, masih sangat minim tulisan atau penelitian yang membahas tentang wabah covid-19, terutama yang berhubungan dengan interaksi sosial apalagi jika dikaitkan dengan sabda nabi mengingat wabah ini baru beberapa bulan belakangan ini melanda dunia. Oleh karena itu masih sedikit karya ilmiah seperti, skripsi, tesis, disertasi ataupun artikel yang menyinggung permasalahan ini. Meskipun demikian ada beberapa karya ilmiah yang bisa dijadikan rujukan atau pertimbangan sebagai bahan pendukung penelitian ini, di antaranya ialah:

Artikel yang berjudul “Covid-19 Dalam Perjalanan Akhir Zaman:

Sebab, Dampak dan Anjuran Syariat Dalam Menghadapinya” ditulis oleh Mukran H. Usman dan Aswar. Dalam tulisan tersebut penulis membahas tentang bagaimana kajian covid-19 dimaknai sebagai peristiwa wabah yang merupakan suatu rangkaian dari perjalanan spiritual kehidupan manusia di akhir zaman, kemudian menyesuaikannya dengan fenomena

(24)

13  

dan fakta yang ada saat ini, sambil menelaah dan menghubungkannya dengan sabda-sabda nabi, serta dampak dan anjuran syariat Islam dalam menghadapinya.13 Penulis mengaitkannya dengan fenomena akhir zaman dan tidak menyinggung bagaimana interaksi sosial yang terhambat karena pandemi ini dari sudut pandang hadis-hadis nabi.

Kemudian artikel dengan judul “Virus Corona Dalam Perspektif Sunnah” yang ditulis oleh Firdaus. Dari artikel tersebut Firdaus menjabarkan tentang wabah penyakit menular yang terjadis saat ini yaitu virus covid-19 dan mengaitkannya dengan hadis-hadis nabi yang di masa itu dinamakan dengan ṭā’ūn dan implikasinya terhadap peribadatan umat Islam seperti shalat Jum’at, shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha dan shalat berjamaah di masjid.14 Tetapi tidak membahas tentang interaksi sosial di tengah masyarakat yang terhalang oleh covid-19 ini dari tinjauan sabda Nabi Muhammad Saw.

Lalu artikel yang berjudul “Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Hadis Nabi” ditulis oleh Benny Afwadzi dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2016. Penelitian ini secara terang mengupas tentang integrasi yang terjalin antara ilmu-ilmu dimensi ketuhanan (Al- Qur’an dan hadis) dengan ilmu yang berkaitan dengan dimensi kemanusiaan (eksakta dan sosial-humaniora). Kemudian ia menjabarkan bagaimana proses integrasi yang terjadi antara keduanya, melihat bahwa hadis nabi sebagai panduan umat Islam dalam menjalani kehidupan dan tentunya sedikit banyaknya bersingunggan dengan kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk       

13 Mukran H. Usman dan Aswar, “Covid-19 Dalam Perjalanan Akhir Zaman:

Sebab, Dampak dan Anjuran Syariat Dalam Menghadapinya”, BUSTANUL FUQAHA, Vol.1, No.2 (April 2020).

14 Firdaus, “Virus Corona Dalam Perspektif Sunnah”, Al-MUBARAK, Vol.5, No.1 (Juni 2020).

(25)

menginterpretasikan hadis-hadis nabi itu ke dalam ilmu-ilmu sosial.15 Penelitian ini bisa menjadi tambahan wawasan bagi penulis nantinya, karena ada kaitan ilmu sosial dengan sabda-sabda nabi.

Selanjutnya artikel dengan judul “Darurat Moderasi Beragama di Tengah Pendemi Corona Virus Desease 2019 (Covid-19)” yang ditulis oleh Abdul Syatar dkk pada tahun 2020. Penelitian ini membahas tentang kata moderat yang sering disalah artikan oleh masyarakat, karena sebagian masyarakat memandang orang yang moderat itu adalah orang yang tidak berpendirian, tidak serius bahkan tidak menjalankan ajaran agama dengan sungguh-sungguh. Padahal moderat itu harus dipahami dengan percaya diri terhadap ajaran agama yang mengajarkan prinsip adil dan berimbang, yang mengarahkan kepada tujuan yang substansif dari agama itu sendiri. Apalagi dengan wabah covid-19 yang menimpa dunia saat ini banyak di antara mereka yang tidak menjalankan ajaran agama Islam secara komprehensif dan moderat menurut pandangan sebagian besar masyarakat.16 Oleh karena itu penelitian ini bisa menjadi tambahan referensi bagi saya untuk menulis perihal dampak covid-19 bagi kelangsungan interaksi sosial yang tidak diulas oleh peneliti dalam tulisannya ini.

Selanjutnya kajian tentang “Hadis Mukhtalif dan Solusi Aplikasinya”

tahun 2008 yang ditulis oleh Sohari. Tulisan ini memuat perihal kontradiksi yang terdapat dalam lafaz hadis dan cara pengamalannya, karena dalam realitanya sering terdapat lafaz-lafaz hadis yang bertentangan antara satu riwayat dengan riwayat yang lainnya, tidak

      

15 Benny Afwadzi, “Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Hadis Nabi”, Jurnal Living Hadis, Vol.1, No.1 (Mei 2016).

16 Abdul Syatar dkk, “Darurat Moderasi Beragama di Tengah Pandemi Corona Virus Desease 2019 (Covid-19)”, KURIOSITAS, Vol.13, No.1 (Juni 2020).

(26)

15  

hanya dilihat dari segi keṣaḥīhan dan keḍa‘ifan bahkan kadang-kadang ada yang sama-sama ṣaḥīḥ akan tetapi lafaznya yang satu membolehkan sedangkan yang lain tidak membolehkan, sehingga membuat umat Islam terkadang ragu dalam memahaminya dan tidak jadi mengamalkan hadis tersebut.17 Tulisan ini ada hubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan, karena hadis yang akan saya teliti diduga ada ketidaksinkronan makna dan butuh upaya lebih untuk memahaminya.

Kemudian artikel dengan judul “Interaksi Sosial dan Peraturan Islam Dalam Surat Undang-Undang” yang ditulis oleh Roslina Abu Bakar tahun 2017. Penelitian ini mengungkapkan pembahasan yang berhubungan dengan interaksi sosial, sejatinya interaksi sosial itu bisa hadir karena ada beberapa faktor yang mendorongnya bisa terjadi yaitu tindakan sosial, kontak sosial, dan komunikasi sosial. Kemudian penelitian ini lebih menekankan kepada hal-hal yang bersangkutan dengan peraturan dan undang-undang yang disesuaikan dengan konteks syariah dan ajaran Islam sehingga interaksi sosial itu bisa menghantarkan pelakunya untuk membangun semangat keimanan dalam mengajak manusia menuju jalan yang diridhai Allah Swt.18 Maka tulisan ini sangat relevan dengan penelitian yang akan saya lakukan yaitu pentingnya nilai interaksi sosial akan tetapi terhalang oleh penyakit menular seperti covid-19.

Selanjutnya penelitian dengan judul “Kebijakan Nabi Muhammad Saw Menangani Wabah Penyakit Menular dan Implementasinya Dalam Konteks Menanggulangi Coronavirus Covid-19” yang ditulis oleh Mukharom dan Havis Aravik tahun 2020. Secara umum penelitian ini

      

17 Sohari, “Hadis Mukhtalif dan Solusi Aplikasinya”, Al-QALAM, Vol.23, No.1 (April 2008).

18 Roslina Abu Bakar, “Interaksi Sosial dan Peraturan Islam dalam Surat Undang-Undang”, ULUM ISLAMIYAH, Vol.22, No.1 (Desember 2017).

(27)

membahas tentang virus corona yang sedang melanda dunia saat ini, mulai dari penyebarannya sampai kepada korban jiwa yang timbul akibatnya serta upaya apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi virus ini. Di sisi lain peneliti juga menghubungkannya dengan konteks agama, bahwa virus ini didatangkan oleh Allah Swt untuk menguji umat manusia dan dia merupakan makhluk Allah jua. Oleh karena itu manusia dianjurkan untuk kembali kepada jati dirinya yaitu ada Yang Maha Kuasa dibalik semua kejadian di muka bumi ini dan dalam menyikapinya juga mesti mengikuti tuntunan Nabi Muhammad Saw.19 Penelitian ini sejalan dengan apa yang akan saya teliti, walaupun dalam tulisan ini masih belum membahas dampak covid-19 itu terhadap interaksi sosial tetapi telah memberikan sedikit pencerahan akan kaitan covid-19 itu dengan perspektif sabda Nabi Muhammad Saw.

Penelitian selanjutnya adalah artikel dengan judul “Kontradiksi Hadis Penyakit Menular Perspektif Ulama Hadis dan Relevansinya Dengan Dunia Medis” yang ditulis oleh Nur Kholis bin Kurdian tahun 2014.

Penelitian ini membahas hadis-hadis yang berhubungan dengan penyakit menular dan memastikan keotentikannya, lalu menghubungkannya dengan dunia medis karena selain sebagai penyampai risalah, nabi juga sosok yang pakar di bidang medis dan pengobatan yang dilakukan oleh nabi dikenal dengan al-Ṭīb al-Nabawī. Kemudian sang penulis berupaya untuk membuktikan akan kebenaran penyakit menular itu dari perspektif hadis nabi dan mencari kebenaran dari kontradiksi antara dunia medis dan

      

19 Mukharom dan Havis Aravik, “Kebijakan Nabi Muhammad Saw Menangani Wabah Penyakit Menular dan Implementasinya Dalam Konteks Menanggulangi Coronavirus Covid-19”, Salam; Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Vol. 7, No. 3 (April 2020).

(28)

17  

sabda nabi akan kebenaran penyakit menular tersebut.20 Tulisan ini bisa memberikan wawasan baru bagi saya untuk menuliskan hal yang berkaitan dengan covid-19, walaupun dalam penelitian ini tidak menjabarkan dari sudut pandang interaksi sosial tetapi dari sudut pandang medis.

Kemudian artikel dengan judul “Kredibilitas Hadis dalam Covid-19:

Studi atas Badhl al-Mā’ūn fī Faḍl al-Ṭāūn karya Ibn Ḥajar al-Asqalānī”

yang ditulis oleh Saifuddin Zuhri Qudsy dan Ahmad Sholahuddin tahun 2020. Tulisan ini mencoba untuk menyingkap hubungan ṭā‘ūn yang terjadi pada masa lalu dengan Covid-19 yang saat ini sedang mewabah di seluruh dunia, sang penulis berupaya untuk menunjukkan bahwa masyarakat muslim dahulu sudah mempunyai cara-cara tersendiri menghadapi wabah penyakit menular yang terjadi di masa lalu sebagaimana Ibn Ḥajar al-Asqalānī telah menuliskannya di dalam kitab beliau yang berjudul Badhl al-Mā’ūn fī Faḍl al-Ṭāūn walaupun dengan cara-cara yang sederhana sambil menelisik kredibilitas literatur terkait.21 Upaya yang dilakukan oleh penulis untuk membahas kredibilitas hadis dalam kitab karya Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī tentang wabah penyakit menular, menjadi asupan pengetahuan bagi diri saya untuk mengembangkan penelitian tentang dampak covid-19 terhadap interaksi sosial perspektif hadis nabi.

Dan yang terakhir adalah artikel dengan judul “Relevansi Shāhīd Ma’nāwī Dengan Peristiwa Pandemic Covid-19: Studi Matan Pendekatan

      

20 Nur Kholis bin Kurdian, “Kontradiksi Hadis Penyakit Menular Perspektif Ulama Hadis dan Relevansinya Dengan Dunia Medis”, Al-Majaalis, Vol.2, No.1 (November 2014).

21 Saifuddin Zuhri Qudsy dan Ahmad Sholahuddin, “Kredibilitas Hadis dalam Covid-19: Studi atas Badhl al-Mā’ūn fī Faḍl al-Ṭāūn karya Ibn Ḥajar al-Asqalānī”, Al Quds, Vol.4, No.1 (April 2020).

(29)

Ma‘ānī al-Ḥadīts” yang ditulis oleh Dede Mardiana dan Wahyudin Darmalaksana tahun 2020. Penelitian ini mengkaji hadis yang berhubungan dengan covid-19 lalu dikuatkan dengan hadis lain yang saling berkaitan melalui perspektif syāhid ma’nawī dan relevansinya dengan pencegahan covid-19, sembari menelusuri perawi hadis terkait dan menjelaskan makna hadisnya secara garis besar (studi ma‘ānī al- Ḥadīts).22 Penelitian ini menjadi bahan tambahan bacaan bagi saya nantinya, karena menjabarkan kandungan hadis-hadis terkait covid-19 bahkan menjelaskan syahid ma’nawīnya akan tetapi masih belum sampai kepada pengaruh covid-19 tersebut kepada interaksi sosial yang menjadi kebutuhan dasar seorang manusia sehingga menyebabkan interaksi itu terhalang.

Dari beberapa tinjauan pustaka yang telah saya jabarkan di atas masih belum ada tulisan yang mengulas secara komprehensif dan spesifik mengenai kontradiksi hadis-hadis tentang penyakit menular dengan keutamaan interaksi sosial. Walaupun ada yang mengaitkan virus covid- 19 ini dengan hadis-hadis nabi tetapi tidak menyinggungnya dengan ilmu sosial apalagi yang berhubungan dengan interaksi sosial yang membuat manusia di seluruh dunia terhalang memenuhi kebutuhan dasar mereka sebagai makhluk sosial

.

F. Metode Penelitian

Dalam menulis sebuah karya ilmiah dibutuhkan metode tertentu yang sistematis dan bisa dipertanggung jawabkan agar bisa memudahkan proses penyusunannya dan tidak asal-asalan. Oleh karena itu perlu adanya       

22 Dede Mardiana dan Wahyudin Darmalaksana, “Relevansi Syahid Ma’nawi Dengan Peristiwa Pandemic Covid-19: Studi Matan Pendekatan Ma‘ānī al-Ḥadīth”, Jurnal Perspektif, Vol.4, No.1 (Mei 2020).

(30)

19  

metode untuk menyusun karya ilmiah, berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (Library research) dengan menggunakan metode kualitatif dan analisa data dengan menggunakan metode deskriptif analitis.

Penelitian secara kualitatif cocok untuk penelitian ini, karena bisa diterapkan untuk menggambarkan secara komprehensif sumber-sumber kepustakaan dan bisa menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan terkait dengan tema penelitian.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang diperoleh untuk melakukan penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah rujukan utama yang menjadi landasan dasar sebuah data yang akan diteliti dan dianalisis. Sedangkan sumber sekunder adalah sumber pendukung atau sumber tambahan yang bisa memberikan data tambahan dan kelengkapan bagi penelitian ini.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber primer adalah hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ Bukhari (Bab Am Ḥasibta anna Aṣḥāb al-Kahf wa al-Raqīmi), Ṣaḥīḥ Muslim (Bab Ṭā‘ūn wa al-Ṭiyarah wa al- Kahānah dan bab Faḍl al-Ijtimā‘ ‘alā tilāwah al-Qur’ān wa ‘alā al- dhikr), Sunan Abu Dawud (Bab Fī al-Muṣāfaḥah), Sunan Ibnu Majah (Bab Iṭ‘ām al-Ṭ‘ām) dan Musnad Ahmad (Musnad al-Ansar hadis Khuzaymah bin Tsābit). Karena di dalam kitab-kitab tersebut terdapat hadis-hadis nabi yang berkaitan dengan penyakit menular dan keutamaan interaksi sosial.

(31)

Sedangkan untuk sumber sekunder saya menggunakan kitab syarah hadis seperti ‘Aūn al-Ma‘būd syarah sunan Abu Daud dan ‘Umdah al- Qārī syarah Shahih Bukhari. Kemudian kitab Badhl al-Mā’ūn fī Faḍl al- Ṭāūn karya Ibn Ḥajar al-Asqalānī serta Teologi Wabah Memahami dan Menyikapi Wabah Corona karya Mukti Ali Qusyairi dan Roland Gunawan yang membahas penyakit menular secara komprehensif.

Adapun untuk pembahasan mukhtalif al-Ḥadīts saya menggunakan buku Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadis: Paradigma Interkoneksi Berbagai Metode dan Pendekatan dalam Memahami Hadis Nabi juga kitab Nāfidh Ḥusayn Ḥammād yang berjudul Mukhtalaf al-Ḥadīts Bayna al-Fuqahā’

wa al-Muḥaddisīn. Dan berbagai literatur-literatur terkait dengan penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan semua sumber data terkait penelitian dari kitab-kitab hadis yang telah saya sebutkan sebelumnya seperti Ṣaḥīḥ Bukhari, Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah dan Musnad Ahmad melalui media Maktabah Shāmilah dengan kata kunci ṭāūn untuk hadis- hadis yang berbicara tentang penyakit menular. Adapun untuk hadis-hadis yang membahas tentang keutamaan interaksi sosial penulis menggunakan kata kunci fayataṣāfahāni, al-Arhām dan ijtam’a. Kemudian saya juga menelusuri beberapa kitab syarah hadis terkait penelitian. Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, baik dari sumber primer ataupun sekunder, maka data-data tersebut diolah dan dianalisa sehingga mendapatkan hasil penelitian yang utuh dan komprehensif.

(32)

21  

4. Pengolahan Data

Proses pengolahan data yang akan saya lakukan adalah mengumpulkan data-data terkait penelitian seperti hadis-hadis tentang penyakit menular dan keutamaan interaksi sosial, setelah itu menjabarkan hadis-hadis yang berhubungan dengan penyakit menular dan hadis-hadis yang berhubungan dengan keutamaan interaksi sosial dalam Islam.

Kemudian menelisik sisi kontradiktif dari dua kelompok hadis tersebut, setelah itu dicarikan titik temu antara keduanya dengan teori mukhtalif al- Ḥadīts khususnya dengan metode al-Jam‘ wa al-Tawfīq. Setelah data tersebut diolah, kemudian diuraikan secara umum makna yang terkandung dalam hadis-hadis tersebut dengan menggunakan teori ma‘ānī al-Ḥadīts.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada rekomendasi pihak program studi Ilmu Hadis dan keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun untuk pedoman transliterasi mengikuti ketentuan yang terdapat dalam skrispi ini.

G. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini bisa tersusun rapi dan sistematis, maka penulis uraikan gambaran besar susunan penelitian sebagai berikut:

Bab pertama, adalah pendahuluan, mencakup latar belakang dari penulisan lalu identifikasi masalah yang berisi rumusan masalah dan batasan masalah. Kemudian tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut serta tinjauan pustaka, lalu diakhiri dengan metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

(33)

Bab kedua, menjelaskan pengertian penyakit menular yang saat ini dianalogikan kepada covid-19, lalu menyebutkan macam-macam penyakit menular yang menjadi wabah di zaman dahulu kala. Menjelaskan pengertian interaksi sosial, urgensi interaksi sosial, dan dampak wabah covid-19 saat ini terhadap hubungan interaksi sosial.

Bab ketiga, menguraikan metode penyelesaian hadis-hadis kontradiktif dengan menjelaskan pembahasan umum tentang ilmu mukhtalif al-Ḥadīts dan menjelaskan teori umum tentang ilmu ma‘ānī al-Ḥadīts sebagai salah satu langkah untuk memahami sabda-sabda nabi.

Bab keempat, Mengurai keabsahan hadis-hadis tentang penyakit menular dan keutamaan interaksi sosial, lalu menjabarkan penyelesaian dari kedua kelompok hadis tersebut dengan menggunakan ilmu mukhtalif al-Ḥadīts, sambil menjelaskan makna yang terkandung dalam hadis tersebut.

Bab kelima, penutup, berisi kesimpulan dari pembahasan serta saran.

Dalam bab ini penulis akan menyimpulkan permasalahan yang telah penulis jabarkan di bab-bab sebelumnya sekaligus menjawab rumusan masalah yang ada di atas. Sehingga dalam uraian bab terakhir ini bisa menjadi saran dan kritikan bagi penulis untuk perkembangan studi ilmu hadis yang lebih baik.

(34)

 

BAB II

PENYAKIT MENULAR DAN INTERAKSI SOSIAL

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari pola komunikasi antar sesama mereka, baik melalui komunikasi verbal maupun non-verbal. Komunikasi ini yang membangun hubungan antar sesama manusia sehingga tercipta sebuah interaksi untuk membangun ikatan sosial yang harmonis di lingkungan masyarakat. Ikatan sosial ini yang bisa menjadikan manusia menjalin interaksi sosial. Akan tetapi, terkadang interaksi sosial tidak bisa terjalin dengan sempurna karena beberapa sebab yang menghalanginya, salah satunya adalah penyakit menular. Oleh karena itu perlu untuk menelisik arti dari penyakit menular secara komprehensif begitu juga dengan interaksi sosial, sehingga tidak sedikit para ahli mengemukakan definisi tentang penyakit menular dan interaksi sosial serta berbagai seluk beluknya agar bisa mendapatkan pemahaman yang utuh dan terhindar dari kesalahpahaman.

A. Pengertian Penyakit Menular

Hari ini manusia masih dihantui oleh wabah covid-19 yang menyebar ke seantero dunia. Manusia khawatir dengan kehadiran virus ini, karena virus ini bisa merenggut nyawa manusia. Bahkan di beberapa negara banyak korban jiwa yang berjatuhan disebabkan oleh virus ini. Tidak terkecuali negara Indonesia, termasuk salah satu negara yang mempunyai penduduk terbanyak di dunia. Virus ini menular dengan mudah kepada setiap orang, melalui media-media penyebaran yang dekat dan sering digunakan oleh manusia sehingga tanpa disadari seseorang bisa terkena virus tersebut.

(35)

Maka tidak heran jika virus ini sering disebut-sebut dengan epidemi atau pandemi. Padahal kenyataannya antara epidemi dan pandemi mempunyai arti yang berbeda. Kedua istilah ini identik dengan wabah virus yang menular. Secara bahasa, epidemi diartikan penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbukan banyak korban. Sedangkan, pandemi adalah epidemi yang terjadi di seluruh dunia, atau di wilayah yang sangat luas, melintasi batas internasional dan menjangkiti manusia dalam jumlah besar. Perbedaan antara keduanya terletak pada luas cakupan geografi penyebaran penyakit tersebut.1

Dalam bahasa Inggris penyakit menular disebut dengan transmissible disease, communicable disease atau contagious disease adalah penyakit yang berpindah dari satu individu ke individu lain, baik pada manusia maupun hewan. Penyakit menular ini disebabkan oleh agen biologi seperti mikroorganisme patogenik (virus, bakteri, fungi dan parasit).

Keberadaan mereka di dalam tubuh manusia bisa mengakibatkan infeksi, dan ketika terjadi perpindahan agen infeksi atau parasit tersebut dari individu yang terinfeksi ke individu yang sehat maka dapat menyebabkan penularan penyakit. Penyakit menular dapat ditularkan atau berpindah dari orang yang sakit ke orang yang sehat atau orang yang belum terkena penyakit menular tersebut dan penularannya bisa terjadi secara langsung atau melalui perantara.2

Selain itu, penyakit menular disebut juga dengan wabah dalam bahasa arab dikenal dengan istilah wabā. Wabā jama’ nya awbīah atau awbā’

      

1 Ivan Muhammad Agung, “Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi Sosial”, Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, vol. 1, no. 2 (Mei, 2020), 69.

2 Qanita Khalisah, Penyakit Menular Dan Virus Corona Covid-19, Makalah, SMA Negeri 3 Medan (2020), 5.

(36)

25  

adalah segala bentuk penyakit umum yang menyebar dan terjadi di suatu wilayah.3 Definisi ini selaras dengan pengertian yang diberikan oleh dunia kedokteran dalam Islam yaitu sebuah penyakit yang penularannya sangat cepat dan berbahaya sehingga merajalela di tengah-tengah khalayak masyarakat.

Armaidi Darmawan mengklasifikasikan ada tiga kelompok utama penyakit menular. (1) Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi; (2) penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama; (3) penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian atau cacat tetapi dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi.4

Ibn Ḥajar al-Asqalānī dalam kitabnya Badhl al-Mā’ūn fī Faḍl al-Ṭāūn menyebutkan beberapa pengertian wabah yang beliau kutip dari beberapa pendapat para ulama:

1. Ibn ‘Arabī dalam kitab Sharh al-Tirmidhī mengatakan bahwa wabah adalah penyakit yang menyengsarakan manusia sehingga menghilangkan ruh kehidupan. Dinamakan wabah karena menyerang seluruh manusia tanpa pandang bulu, mudah tersebar dan membunuh siapa saja.

2. Abu Walīd al-Bājī dalam kitab Sharh al-Muwaṭṭa’ menyebutkan jika wabah adalah penyakit umum yang menyerang manusia dalam jumlah besar di seluruh penjuru negeri dan tidak seperti penyakit manusia pada umumnya.

3. Ibn Atsīr berkata dalam kitab al-Nihāyah, Rasulullah Saw. bersabda:

“Kehancuran umatku adalah karena ṭa’n (fitnah) dan ṭā’ūn.

      

3 Jamāl al-Dīn Ibn Manẓūr, Lisān al-‘Arab (Beirut: Dār Ṣādir, 1994), I/189.

4 Armaidi Darmawan, “Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular”, JMJ, vol. 4, no. 2 (November 2016), 195-96.

(37)

(H.R.Ahmad) ṭa’n: pembunuhan dengan tombak, dan ṭā’ūn: penyakit umum, wabah yang menyebar di tempat terbuka sehingga merusak organ tubuh. Maksud hadis: Sebagian besar kejadian yang menghancurkan umat ini adalah fitnah yang dapat menumpahkan darah manusia yaitu wabah. Lafaz ṭā’ūn berulang kali disebutkan dalam hadis.

4. ‘Iyāḍ berkata: Ṭā’ūn berasal dari luka yang ada di tubuh, sedangkan wabah lebih umum. Dinamakan ṭā’ūn karena bisa menghancurkan apapun akan tetapi dia berbeda dengan wabah. Maka bisa diartikan bahwa semua ṭā’ūn adalah wabah dan bukan semua wabah itu ṭā’ūn.

Wabah adalah setiap penyakit yang menular dengan sangat cepat, ṭā’ūn mempunyai arti yang lebih khusus, yaitu sejenis penyakit bisul, penyakit yang membengkak dengan rasa sakit yang luar biasa, terasa panas dan sekitarnya memerah, menghijau, menghitam, menghasilkan detak jantung yang keras dan muntah, mengeluarkan cairan dari ketiak, tangan, jari-jari dan seluruh badan.5

Dari beberapa pengertian di atas penyakit menular dikategorikan sebagai penyakit yang berbahaya sehingga bisa menyerang siapa saja.

Dan jika penyakit menular tersebut sudah menyebar dan menjangkiti orang-orang di dalam suatu wilayah maka akan berubah statusnya menjadi wabah. Beberapa penyakit menular sudah pernah terjadi di masa lalu, bahkan di zaman Rasulullah Saw. penyakit menular sudah merajalela. Penyakit menular yang terjadi di zaman Rasulullah Saw.

disebut dengan ṭā’ūn atau wabā dan sebagainya. Oleh karena itu, tidak heran jika Rasulullah Saw. memberikan peringatan kepada umatnya untuk       

5 Ibn Ḥajar al-Asqalānī, Badhl al-Mā’ūn fī Faḍl al-Ṭāūn (Riyadh: Dār al-

‘Asimah, t.th), 95-7.

(38)

27  

menjaga diri dan mengantisipasi penyebaran penyakit menular di sekitarnya.

B. Penyakit Menular Yang Pernah Terjadi Dalam Sejarah

Beberapa wabah ṭā’ūn yang pernah terjadi dalam sejarah Islam di antaranya: Ṭā’ūn pertama yang terjadi dalam sejarah Islam adalah ṭā’ūn shirawaih, terjadi ketika Nabi Muhammad Saw. masih hidup tepatnya pada tahun ke-6 Hijriyah. Kemudian pada tahun 18 H atau sekitar tahun 639 M terjadi suatu musibah yang memakan banyak korban jiwa, musibah ini dinamakan dengan ṭā’ūn amwās karena ṭā’ūn ini pertama kali muncul di kota Amwās, sebuah kota yang terletak di daerah Syam.6

Wabah yang menimpa umat manusia tidak hanya terjadi dalam sejarah Islam. Wabah yang mematikan juga pernah terjadi dalam sejarah dunia. Wabah-wabah ini berpengaruh besar dalam konstruksi sosial masyarakat, kondisi ekonomi, bentuk demografi dunia bahkan mengubah arah perjalanan sejarah dunia. Di antara wabah mematikan yang pernah terjadi dalam sejarah dunia adalah wabah Justinianus, wabah Emmaus di negeri Syam, wabah Hitam (maut hitam), flu Spanyol, Ebola dan wabah- wabah yang lainnya.

1. Wabah Justinianus

Wabah Justinianus pertama kali muncul di Mesir pada tahun 541 M.

Wabah ini menyebar melalui pelabuhan Alexandria lalu ke Konstatinopel (ibukota Kekaisaran Byzantium) atau Roma Timur pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus. Sang kaisar sendiri juga terpapar virus tersebut sehingga wabah itu dikenal dengan wabah Justinianus. Melalui perawatan yang intensif sang kaisar akhirnya sembuh dari wabah ini.

      

6 Muhammad Rasyid Ridho, “Wabah Penyakit Menular Dalam Sejarah Islam Dan Relevansinya Dengan Covid-19”, JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam), vol. 4, no. 1 (Juli 2020), 26-7.

(39)

Wabah ini menyebar luas hingga merambah ke sebagian besar kota yang berbatasan dengan laut Mediterania. Beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa wabah ini merenggut banyak nyawa sekitar 30-50 juta orang. Penyebaran wabah ini memberikan konsekuensi besar bagi perekonomian dunia saat itu, karena menyebabkan perdagangan antar kota terhenti.7

2. Wabah Emmaus

Wabah Emmaus merupakan wabah pertama yang melanda wilayah Arab dan wabah yang paling terkenal. Wabah ini ada pada masa kekhalifahan Umar Ibn al-Khattab Ra, sekitar tahun 18 H atau 640 M.

Mulanya wabah ini muncul di sebuah kota yang bernama Emmaus dekat Yerussalem, kemudian menyebar di negeri Syam. Wabah ini telah merenggut 30 ribu nyawa warga Syam termasuk juga para sahabat, sehingga Umar bin Khattab mengambil inisiatif untuk melakukan lockdown total dengan menutup semua akses untuk memasuki wilayah yang terkena wabah dan memerintahkan orang yang berada di wilayah tersebut untuk tetap menetap di sana.8 Peristiwa ini tercantum di dalam beberapa sabda nabi dan langkah yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab juga diikuti beberapa negara yang saat ini terpapar virus covid- 19.

3. Maut Hitam (Black Death)

Wabah maut hitam adalah bencana terbesar yang dihadapi oleh umat manusia pada abad ke-14 M. Wabah maut hitam pertama kali muncul pada tahun 1331 M di China, lalu menyebar ke Asia Tengah,       

7 Mukti Ali Qusyairi dan Roland Gunawan, Teologi Wabah Memahami dan Menyikapi Wabah Corona (Bekasi: Islam Damai Publishing, 2020), 44-5.

8 Mukti Ali Qusyairi dan Roland Gunawan, Teologi Wabah Memahami dan Menyikapi Wabah Corona, 46.

(40)

29  

Konstatinopel dan terus menyebar hingga ke Eropa dan Timur Tengah.

Kemudian pada tahun 1349 M, maut hitam telah menyebar ke seluruh kota dan negara di benua Eropa serta menjangkiti ratusan ribu bahkan jutaan manusia. pada 1351 M wabah ini telah membunuh hampir setengah populasi penduduk Eropa.9

Wabah ini diperkirakan merenggut 75 sampai 200 juta warga Eropa, sehingga memberikan perubahan besar pada tingkat sosial-ekonomi dan mengubah demografi di Eropa terutama penduduk Yahudi, karena orang Yahudi banyak yang meninggal disebabkan wabah ini. Wabah maut hitam juga telah menyebabkan hilangnya seluruh kelas sosial masyarakat Eropa. Beberapa negara Eropa seperti Spanyol dan Belanda memutus kontak penyebaran virus ini dengan menangguhkan pertukaran perdagangan dengan negara-negara yang terpapar wabah. Adapun Italia, khususnya Florence berusaha mengisolasi orang-orang yang terpapar wabah di suatu tempat dan menahan kapal-kapal yang datang ke daerah mereka selama 40 hari sebelum berlabuh di pelabuhan. Dengan ini mereka berhasil membatasi penyebaran sampai batas tertentu.10

4. Flu Spanyol (1918)

Wabah ini merupakan bencana yang paling terkenal di abad ke-20 dan merenggut korban jiwa paling banyak. Wabah ini muncul pada akhir perang dunia pertama tahun 1918, yang menambah penderitaan manusia pasca perang dunia pertama. Beberapa teori menyebutkan bahwa virus ini bermula dari China lalu menular ke Amerika Utara dan Eropa tetapi teori ini tidak bisa dibuktikan kevalidannya. Awal mula kasus ini tidak muncul       

9 Mukti Ali Qusyairi dan Roland Gunawan, Teologi Wabah Memahami dan Menyikapi Wabah Corona, 47.

10 Mukti Ali Qusyairi dan Roland Gunawan, Teologi Wabah Memahami dan Menyikapi Wabah Corona, 48.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari analisa dan perencanaan peningkatan jalan alternatif manyaran-mijen untuk memberikan solusi peningkatan kualitas pelayanan jalan, yaitu tersedianya ruas

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, atas limpahan rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

Menurut Indah dan Santi (2013: 87) teks prosedur memiliki kerangka atau struktur yakni, tujuan atau judul, bahan atau segala sesuatu yang dibutuhkan, dan

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari (2007), bahwa terdapat perbedaan kepuasan kerja pada karyawan berdasarkan masa kerja, yaitu

Analisa tanah setelah penelitian menunjukkan bahwa pada P0 sampai P9 memiliki kandungan Nitrogen dalam kategori rendah sekali sampai kategori rendah, P dan K dalam kategori

[r]

Peran orang tua siswa sangat penting dalam mendukung kegiatan-kegiatan sekolah yang positif misalnya mengikuti lomba-lomba cerdas cermat, maupun baris berbaris sehingga