• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. waktu untuk bekerja dan tergantung kepada interaksi sebelumnya dengan suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. waktu untuk bekerja dan tergantung kepada interaksi sebelumnya dengan suatu"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Neutrofil adalah pertahanan imunitas bawaan lini pertama untuk mencegah terjadinya infeksi penyakit. Berbeda dengan respon imun bawaan yang memerlukan waktu untuk bekerja dan tergantung kepada interaksi sebelumnya dengan suatu mikroba yang spesifik, cara kerja dan kemampuan neutrofil dalam membunuh mikroorganisme adalah cepat, non-spesifik dan tidak tergantung terhadap adanya paparan dengan mikroorganisme tertentu sebelumnya (Ngoc NT dkk, 2006).

Neutropenia merupakan masalah tersering yang didapatkan pada perawatan intensif neonatus, dengan angka kejadian sekitar 8% dari seluruh kasus saat perawatan di NICU (Ngoc NT dkk, 2006; Koenig JM, 1989).Risiko terjadinya neutropenia meningkat pada prematuritas, bayi berat lahir sangat rendah sekitar 50%

terjadi pada saat menjelang usia satu minggu (Mouzinho A dkk, 1992). Meskipun demikian, kebanyakan neutropenia hanya bersifat sementara dan terkadang asimtomatis pada neonatus, terjadinya neutropenia dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah berada pada risiko tinggi untuk sepsis dan mortalitas, terlebih apabila terjadi neutropenia berat (Ngoc NT dkk, 2006). Telah ditelusuri lebih lanjut, ternyata terdapat hubungan antara neutropenia terhadap meningkatnya kejadian infeksi pada neonatus (Lanzkowsky P, 2010).

commit to user

(2)

Preeklamsia maternal sering terjadi dan dapat menyebabkan kelahiran prematur, dan pada negara berkembang kelahiran prematur spontan dan hipertensi pada ibu merupakan penyebab terpenting untuk kematian perinatal. Hal ini juga berhubungan dengan angka kejadian sepsis, neutropenia, dan beberapa hal lain yang disebabkan oleh karena hipertensi gestasional (Cunningham FG dkk, 1997).

Bayi dengan neutropenia kerap kali memiliki banyak permasalahan, dan telah banyak penelitian yang membahas tentang hubungan preeklamsia dengan adanya neutropenia, sepsis, ARDS, dan permasalahan lain yang timbul akibat neutropenia (Koenig JM, 1989; Mouzinho A, 1992).

Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta, banyak kejadian ibu dengan preeklamsia yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah prematur, sepsis maupun permasalahan kesehatan lain yang berhubungan dengan keadaan neutropenia. Untuk pemeriksaan neutropenia dapat dilakukan dengan mudah pada pemeriksaan laboratorium.Untuk itu dilakukan penelitian adakah pengaruh eklamsia terhadap kejadian neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah.

A. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh preeklamsia terhadap kejadian neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah?

(3)

B. Tujuan 1. Umum

Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh antara preeklamsia terhadap kejadian neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah.

2. Khusus

a. Untuk menganalisis kadar neutrofil pada bayi prematur berat lahir rendahdari ibu preeklamsia.

b. Untuk menganalisis kadar neutrofil pada bayi prematur berat lahir rendah dari ibu non-preeklamsia.

c. Untuk menganalisis pengaruh preeklamsia terhadap kejadian neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah.

C. Manfaat

1 Bidang Pelayanan Kesehatan

a. Sebagai landasan untuk prosedur tetap untuk pemeriksaan darah rutin pada bayi prematur berat lahir rendahyang dilahirkan dari ibu preeklamsia.

b. Sebagai acuan untuk melakukan pemantauan terhadap kejadian neutropenia.

c. Menambah kewaspadaan bagi para tenaga medis untuk kejadian neutropania pada bayi prematur berat lahir rendah yang dilahirkan dari ibu preeklamsia.

(4)

2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Menambah pengetahuan bahwa bayi prematur berat lahir rendah dari ibu preeklamsia perlu dimonitoring adanya kejadian sepsis.

3. Bidang Penelitian

Sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian tentang kadar neutrofil pada bayi prematur berat lahir rendah dari ibu preeklamsia.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Neutropenia

Neutropenia adalah adanya penurunan jumlah dari absolute neutrofil count (ANC) (Lanzkowsky P, 2010). Neutropenia adalah dimana jumlah ANC kurang dari 1000/mm3 pada bayi usia 2 minggu sampai 1 tahun dan kurang dari 1500/mm3 di atas usia 1 tahun (Maheshwari A, 2008).

Berat ringannya neutropenia dan durasi adanya neutropenia berhubungan dengan kemampuan untuk berkembangnya berbagai jenis infeksi bakteri.Derajat neutropenia dibagi berdasarkan atas ANC sebagai berikut (Maheshwari A, 2008).

- Neutropenia berat : ANC < 500/mm3 - Neutropenia sedang : ANC 500-1000/mm3 - Neutropenia ringan : ANC 1000-1500/mm3

Kegunaan dari ANC sangat membantu dalam deteksi awaldan sensitivitas untuk skrining adanya sepsis bakterial pada neonatus (Omar SA dkk, 2000).

Beberapa peneliti menunjukkan bahwa nilai referensi yang digunakan untuk menghitung neutrofil pada bayi prematur adalah pada usia 28 hari (Christensen RD, 2000). Neutrofil merupakan sel yang penting sebagai pertahanan tubuh untuk melawan infeksi bakteri. Neutropenia dini dilaporkan terjadi pada usia satu minggu,

commit to user

(6)

dengan jumlah setengah dari seluruh kejadian neutropenia berlangsung pada hari pertama dan kejadian ini berlangsung selama < 1 minggu (Omar SA dkk, 2000).

Christensen, Manroe dkk telah menunjukkan beberapa penjelasan untuk kejadian neutropenia dini tersebut. Bayi prematur memiliki kekurangan cadangan penyimpanan neutrofil (neutrofil storage pool) dan dapat mengalami kehilangan neutrofil secara cepat (Omar SA , 2000). Neutropenia dapat menjadi suatu pertanda produksi neutrofil yang tidak adekuat atau meningkatnya pemakaian neutrofil (Al- Mulla ZS, 1995).Bahkan, neutropenia dapat terjadi meskipun berada dalam suplai yang normal, dalam sirkulasi pembentukan neutrofil (Omar SA dkk, 2000).

Neutropenia dini yang terjadi pada bayi prematur sebelumnya dihubungkan dengan sepsis, hipertensi dalam kehamilan, asfiksia berat dan perdarahan intraventrikular. Manroe dkk menyatakan bahwa neutropenia sebagai prediktor tunggal yang paling akurat untuk terjadinya sepsis pada bayi baru lahir. Neutropenia dini pada bayi baru lahir dapat juga terjadi akibat meningkatnya insiden sepsis awitan dini dan infeksi nosokomial (Omar SA dkk, 2000).

Neutropenia diamati pada sekitar 50% neonatus yang dilahirkan oleh wanita hipertensi berat akibat kehamilan. Biasanya sementara, tidak disertai dengan risiko infeksi yang berarti, dan lebih sering pada bayi prematur. Produksi neutrophil dihambat oleh faktor plasenta yang ada dalam serum darah tali pusat (Peter EN, 2011).

(7)

A.1 Manifestasi Klinis

Neutropenia berat memiliki manifestasi klinis :

1. Demam tinggi, menggigil, disertai kelemahan, dan iritabel

2. Nekrosis luas dan lesi ulseratif : oropharyngeal dan jaringan hidung, kulit, traktus gastrointestinal, vagina dan uterus.

3. Septikemia gram negatif

Risiko terjadinya infeksi berbanding lurus terhadap ANC. Jika ANC

<1000/mm3, stomatitis, gingivitis, dan selulitis merupakan gejala klinis yang dominan. Infeksi terjadi semakin berat ketika ANC <500/mm3 dengan abses perirektal, pneumonia, dan sepsis (Maheshwari A, 2008).

Gambar 1. Maturasi neutrophil pada sumsum tulang (Christensen RD, 2000)

(8)

Diagnosis neutropenia pada neonatus berdasarkan adanya jumlah neutrofil yang rendah dalam darah. ANC dapat dihitung dari pemeriksaan darah rutin dalam rumus :

ANC = leukosit (/uL) x persentase neutrofil

Di mana persentase neutrofil dihitung dari jumlah persentase neutrofil batang, neutrofil segmen, metamielosit dan prekursor lain dari neutrofil yang terlihat dari hitung jenis (Maheshwari A, 2008).

Interpretasi ANC pada neonatus biasanya merupakan perbandingan antara rentang referensi yang ada. Berdasarkan data statistik, neutropenia diartikan sebagai ANC dibawah 2 standar deviasi untuk nilai rata-rata berdasarkan umur (Maheshwari A, 2008; Athens JW, 1975). Atau, dapat dilihat dari nilai ANC yang terdapat pada batas bawah nilai normal berdasarkan umur. Nilai referensi yang terbanyak digunakan adalah yang dibuat oleh Manroe dan kawan-kawan dari Southwestern Medical Center di Dallas. Data yang diperoleh berdasarkan studi Kohort dari 434 neonatus yang lahir pada usia kehamilan 38.9±2.4 minggu pada 28 hari pertama setelah lahir. Puncak nilai neutrofil terlihat antara 12-24 jam postnatal, dengan nilai kepercayaan 95% pada 7800-14500 sel/uL (gambar 2). Jumlah neutrofil kemudian akan mengalami penurunan, mencapai nilai terendah yang menetap sekitar 1750 pada usia 72 jam pertama (Maheshwari A, 2008).

(9)

Gambar 2. Neutropenia (Prober CG, Stevenson DK, Neu J, Johnson JD, 1979)

Nilai rujukan yang dilaporkan oleh Manroe dkk dapat diterima baik untuk bayi cukup bulan maupun preterm akhir, tetapi hanya sedikit yang tidak sesuai untuk bayi berat lahir sangat rendah (Maheshwari A, 2008). Mouzinho dkk menerjemahkan nilai rujukan konsentrasi neutrofil untuk bayi BBLSR (gambar 2). Hitung jenis dihitung mulai sejak lahir sampai usia 28 hari dari bayi normal dengan usia kehamilan 29.9±2.3. Tidak terdapat perbedaan pada batas atas normal (neutrofilia) yang diamati pada BBLSR dan kontrol yang dilaporkan pada tahun 1979. Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang bermakna pada batas bawah dari nilai rentang neutropenia yang diartikan sebagai konsentrasi kurang dari 2000/uL pada usia 12 jam

(10)

pertama dan kurang dari 1000/uL setelah usia 48 jam. Pada beberapa penelitian dibandingkan nilai rentang rujukan pada bayi BBLSR dengan sepsis, gambaran dari Manroe dkk diamati untuk menunjukkan adanya sensivitas yang bermakna, tetapi nilai rentang yang ditunjukkan oleh Mouzinho dkk lebih spesifik pada neonatus dengan sepsis awitan dini dengan infeksi Streptokokus grup B yang dibandingkan dengan kelompok kontrol (Maheshwari A, 2008; Engle WD dkk, 1997).

Nilai rentang rujukan sangat berguna untuk interpretasi yang akurat dan follow-up dari hitung jenis neutrofil. Definisi dari neutropenia, batas bawah normal neutrofil dilaporkan bervariasi 1500/uL, 1800/uL, dan 1100/uL. Nilai batasan bertujuan untuk membantu dokter untuk memulai pemeriksaan dan terlebih lagi untuk terapi (Maheshwari A, 2008). Sampai sekarang hubungan antara jumlah neutrofil dan risiko untuk berkembangnya infeksi pada neonatus belum dapat dipastikan.

Diramalkan bahwa dari neutropenia berat kronik dan penelitian mengenai kemoterapi pada anak, neonatus dengan jumlah neutrofil di atas 1000/uL tidak begitu meningkatkan risiko (Dale DC, 1998). Neonatus dengan jumlah neutrofil kurang dari 500/uL bisa meningkatkan risiko, apalagi jika neutropenia berat menetap beberapa hari atau minggu. Neonatus dengan jumlah neutrofil antara 500 dan 1000/uL merupakan dalam risiko sedang (Gray PH, Rodwell RL 1999).

(11)

A.2 Evaluasi Klinis Neutropenia Pada Neonatus

Neutropenia dapat terjadi karena penurunan jumlah neutrofil sekunder, peningkatan destruksi neutrofil, atau kombinasi dari kedua mekanisme tersebut.

Penyebab terbanyak yang menyebabkan neutropenia neonatus adalah hal yang berhubungan dengan hipertensi pada kehamilan, sepsis, twin-twin transfusion, alloimmunization, dan penyakit hemolitik (Maheshwari A, 2008; Calhoun DA, 2000).

Neutrofil merupakan hal penting terhadap adanya pertahanan diri dari proses infeksi bakteri (Christensen RD, 2008). Seseorang yang kekurangan sel netrofil, baik itu disebabkan oleh kelainan kongenital ataupun bawaan, akan mengalami riwayat infeksi lokal dan sistemik berulang bahkan sampai mengalami kematian dini (Alter BP, 2002). Neutropenia berat yang kronik merupakan kumpulan diagnosis yang secara nyata akan menimbulkan gejala klinis yang khas sesuai dengan adanya jumlah neutrofil yang sangat rendah sejak lahir (Funke A dkk, 2002).

Neutropenia kronik berat (severe chronic neutropenia) terdiri dari beberapa kelompok diagnosis yang memiliki gambaran serupa dari adanya jumlah neutrophil yang sangat rendah dalam sirkulasi semenjak lahir.

Penyebab neutropenia pada neonatus (Maheshwari A, 2008).

- Menurunnya produksi neutrofil

o Bayi dari ibu hipertensi (penyebab pasti tidak diketahui; kemungkinan adanya plasenta yang menghambat produksi neutrofil, menurunnya respon terhadap prekursor granulocyte colony stimulating factor (G- CSF)).

(12)

o Donor dari twin to twin transfusion o Bayi dengan Rh hemolytic disease

o Neutropenia kongenital/ sindrom kegagalan sumsum tulang

 Kostmann syndrome

 Reticular dysgenesis

 Barth syndrome

 Shwachman-Diamond syndrome

 Cartilage-hair hypoplasia

 Neutropenia siklik

o Kelainan metabolisme bawaan

 Organic acidemias

 Glycogen storage disease type 1b

o Infeksi viral (infeksi progenitor neutrofil, hipersplenisme)

 Rubella

 Cytomegalovirus o Defisiensi tembaga

o Alloimune neutropenia, berhubungan dengan antibodi anti-NB1 (antigen NB1 terdapat pada prekursor neutrofil).

(13)

- Meningkatnya destruksi neutrofil (Maheshwari A, 2008) o Sepsis bakterial atau fungal

o Necrotizing Entero Collitis

o Alloimune neonatal neutropenia(analog dengan Rh-hemolytic disease of erythrocyte, darah ibu memproduksi antibodi yang melawan antigen neutrofil bayi yang diwariskan dari ayah).

o Neonatal autoimmune neutropenia (sifat dibawa secara pasif yaitu antibodi anti-neutrofil dari ibu, yang menderita autoimun neutropenia) o Autoimmune neutropenia of infancy (bayi menjadi tersensitisasi terhadap

antigen neutrofil dan memproduksi antibodi untuk menghancurkan neutrofil).

- Penyebab lain (Maheshwari A, 2008) o Idiopathic neutropenia of prematurity

o Drug-induced neutropenia (hal ini dapat terjadi pada penggunaan obat dalam jumlah yang banyak)

o Pseudoneutropenia o Artefactual neutropenia

Berbagai keadaan neutropenia pada neonatus yang secara umum dapat menjadi neutropenia kronik berat :

- Kostmann syndrome, tipe autosomal resesif

- Severe congenital neutropenia, tipe autosomal dominan - Shwachman-Diamond syndrome

(14)

- Barth syndrome

- Cartilage-hair hypoplasia - Cyclic neutropenia

- Glycogen storage disease type 1b

- Severe neonatal immune-mediated neutropenias

Kebanyakan pasien dengan neutropenia kronik berat tidak terdiagnosis hingga mencapai usia beberapa bulan sampai terjadi tanda-tanda infeksi yang mengarah kepada keadaan defisiensi imunologis (Calhoun DA dkk, 1997).

Neutropenia neonatal yang tidak dikategorikan sebagai neutropenia kronik berat : - Neutropenia karena hipertensi dalam kehamilan (Pregnancy-induced

hypertension)

- Severe intra uterine growth restriction

- Pendonor pada twin-twin transfusion syndrome - Rh hemolytic disease

- Infeksi bakteri - Infeksi jamur

- Necrotizing enterocolitis

- Chronic idiopathic neutropenia of prematurity

(15)

Neutropenia yang terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan adalah kasus neutropenia yang paling banyak ditemukan pada neonatal intensive care unit. 50%

bayi yang dilahirkan dari ibu dengan hipertensi dalam kehamilan memiliki keadaan neutropenia ini. Kadar ANC dapat sangat rendah, yang tersering adalah kadar kurang dari 500/uL, tetapi angka ini akan meningkat secara spontan dalam hari pertama dan akan mencapai jumlah lebih dari 1000/uL pada hari ke-2 atau ke-3 (Maheshwari A, 2008).

A.3 Pengaruh Neutropenia Terhadap Bayi Prematur

Risiko infeksi dan mortalitas pada neonatus berhubungan dengan derajat neutropenia (risiko berbanding terbalik dengan nilai ANC), pada bayi berat lahir sangat rendah, risiko terjadinya infeksi akibat neutropenia dan mortalitas yang berhubungan dengan infeksi dan neutropenia secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan bayi aterm ( Funke A, 2000).

(16)

Gambar 3. Diagnostik neutropenia (Lalezari P, Khorshidi M, Petrosova M, 1986)

(17)

Gambar 4. Algoritma neutropenia(Boxer LA, 2003)

(18)

B. PREEKLAMSIA B.1 Definisi

Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan post partum (Cunningham FG dkk, 1997).

Penanganan kasus preeklamsia masih tetap kontroversi, karena sampai saat ini etiologi dan patofisiologi penyakit hipertensi dalam kehamilan masih belum jelas diketahui sehingga penanganan dan pencegahannya yang baik dan sempurna belum bisa dilaksanakan dan masih bersifat empiris (Mabie WC, Sibai BM, 1996).

Penyebab dari preeklamsia sampai saat ini belum diketahui namun berada pada uterus gravida. Kenaikan tekanan darah dan tanda-tanda maternal lainnya hanyalah gambaran sekunder semata-mata yang merupakan refleksi dari suatu problema intra uterin. Dengan demikian tanda-tanda preeklamsia harus benar-benar dipandang sebagai konsekuensi dari suatu proses patologis yang lebih fundamental pada sistim target maternal yang spesifik yaitu sistim arteri, hepar, ginjal dan sistim koagulasi (Cunningham FG, 1997).

Tiga kelainan sistim target maternal yang sering terjadi bersamaan pada kasus preeklamsia dan eklamsi pertama sekali dilaporkan oleh Pritchard pada tahun 1954 yaitu kelainan laboratorium berupa hemolisis intravaskuler, peninggian kadar enzim- enzim hepar dan jumlah trombosit yang rendah. Weinstein pada tahun 1982 menyebutnya sebagai varian preeklamsia berat yang unik dan untuk pertama kalinya memperkenalkan istilah sindroma HELLP yang merupakan singkatan dari haemolysis

(19)

(H), elevated liver enzymes (EL) dan low platelet counts (LP) (Cunningham FG dkk, 1997).

Sibai (1990) berkesimpulan bahwa sindroma HELLP merupakan suatu kondisi pada wanita hamil yang perlu benar-benar diperhatikan dalam kaitannya dengan proses patologis pada sistim target maternal dibalik tanda-tanda klasik preeklamsia dan eklamsia (Sibai BM, 1990).

Sindroma ini juga dihubungkan dengan keadaan penyakit yang berat atau akan berkembang menjadi lebih berat serta dengan prognosis maternal dan luaran perinatal yang lebih jelek, walaupun angka-angka kematian maternal dan perinatal yang dikemukakan masih sangat bervariasi mengingat perbedaan kriteria diagnostik yang digunakan serta saat diagnosis ditegakkan (Sibai BM, 1990).

B.2 Diagnosis Preeklamsia

Diagnosis antepartum dari preeklamsia ringan, sedang dan berat berdasarkan pada kriteria yang ditemukan pada usia kehamilan >20 minggu (Mabie WC, 1996).

Preeklamsia berat (PEB) adalah dimana didapatkan tekanan darah sistolik >160 mmHg, atau diastolik >110 mmHg dan juga ditemukan adanya proteinuria ≥ 5g/hari.

Preeklamsia dikatakan berat jika terdapat kelainan multiorgan seperti trombositopenia (trombosit < 100.000/uL), edema pulmo, atau oliguria (<500 ml/hari). Sedangkan preeklamsia ringan (PER) ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistolik

<160 mmHg atau diastolik < 120 mmHg disertai proteinuria > 300 mg/dL dan < 5 g/hari (Sibai BM, 2003)

(20)

Dari gejala klinik, preeklamsia dibagi menjadi : (Angsar MD, 2010) a. Preeklamsia ringan

Preeklamsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. Preeklamsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu.

- Hipertensi : sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥30 mmHg dan kenaikan diastolik ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklamsia.

- Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik

- Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklamsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata (Cunningham FG, Gant N, 2005)

b. Preeklamsia berat (Hnat MD, Sibai BM, 2003)

Preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam. Preeklamsia digolongkan berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :

- Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

(21)

- Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.

- Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.

- Kenaikan kadar kreatinin plasma.

- Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.

- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson).

- Edema paru-paru dan sianosis.

- Hemolisis mikroangiopatik.

- Trombositopenia berat: <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.

- Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan kadar alanin dan aspartat aminotransferase.

- Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.

- Sindrom HELLP (Angsar MD, 2010).

Sindrom HELLP ( Hemolysis Elevated Liver enzymes Low Platelets ) merupakan suatu komplikasi obstetrik yang dapat membahayakan nyawa. Sindrom HELLP biasanya dihubungkan dengan kondisi preeklamsia. Angka kejadian dilaporkan sebesar 0.2-0.6 % dari seluruh kehamilan, dan 10-20% terjadi pada pasien dengan komorbid preeklamsia (Foley MR, 2004; Wahjoeningsih S, 2005; Maulydia, 2012).

Manifestasi klinis pasien dengan sindrom HELLP sangat bervariasi. Secara umum terjadi pada kehamilan multipara, wanita kulit putih, dengan usia kehamilan

(22)

minimal 35 minggu (Mills JS, 2002). Sebanyak 20% kasus tidak disertai hipertensi, 30% disertai hipertensi sedang, dan 50% kasus disertai hipertensi berat (Foley MR, 2004; Wahjoeningsih S, 2005). Gejala lainnya adalah nyeri kepala (30%), pandangan kabur, malaise (90%), mual/muntah (30%), nyeri di sekitar perut atas (65%), dan parestesia. Kadang-kadang juga bisa disertai edema (Foley MR, 2004; Mills JS dkk, 2002).

Kriteria sindrom HELLP adalah hemolytic anemia, elevated liver enzymes, low platelet count. Komplikasi yang dapat menyertai adalah terlepasnya plasenta (abruption), edema paru-paru, acute respiratory distress syndrome (ARDS), hematom pada hati dan pecah, gagal ginjal akut, disseminated intravascular coagulation (DIC), eklamsi, perdarahan intraserebral, dan kematian maternal (Maulydia, 2012).

B.3 Patofisiologi

Penyebab sindrom HELLP secara pasti belum diketahui, sindrom menyebabkan terjadinya kerusakan endothelial mikrovaskuler. Aktivasi platelet akan menyebabkan pelepasan tromboksan A dan serotonin, dan menyebabkan terjadinya vasospasme, aglutinasi, agregasi platelet, serta kerusakan endothelial lebih lanjut. Kaskade ini hanya bisa dihentikan dengan terminasi kehamilan (Maurin OH, 1999).

Sel-sel darah merah yang mengalami hemolisis akan keluar dari pembuluh darah yang telah rusak, membentuk timbunan fibrin. Adanya timbunan fibrin di

(23)

sinusoid akan mengakibatkan hambatan aliran darah hepar, akibatnya enzim hepar akan meningkat (Maurin OH, 1999).

Proses ini terutama terjadi di hati, dan dapat menyebabkan terjadinya iskemia yang mengarah kepada nekrosis periportal dan akhirnya mempengaruhi organ lainnya. Ada beberapa kondisi yang diduga sebagai penyebab terjadinya preeklamsia- eklamsia. Salah satunya adalah adanya peningkatan sintesis bahan vasokonstriktor (angiotensin dan tromboksan A2) dan sintesis bahan vasodilator yang menurun (prostasiklin), yang mengakibatkan terjadinya kerusakan endotel yang luas.Manifestasinya adalah vasospasme arteriol, retensi Na dan air, serta perubahan koagulasi (Wahjoeningsih S, 2005, Mills JS, 2002). Penyebab lain adalah diduga terjadinya akibat iskemia plasenta, hubungan antara lipoprotein dengan densitas yang rendah dengan pencegahan keracunan, perubahan sistem imun, dan perubahan genetik (Wahjoeningsih S, 2005).

Berkurangnya resistensi vaskular serebral, ditambah dengan adanya kerusakan endotel, menyebabkan terjadinya edema serebri. Meskipun dikatakan bahwa kejang diakibatkan oleh eklamsia tidak akan menyebabkan kerusakan otak yang menetap, tetapi perdarahan intrakranial dapat terjadi (Maulydia, 2012).

B4. Pengaruh preeklamsia terhadap kejadian neutropenia

Preeklamsia merupakan penyakit kehamilan yang mempengaruhi sekitar 5-8%

wanita hamil yang ada di AS. Preeklamsia diketahui menjadi penyebab terjadinya neonatal neutropenia dan trombositopenia. Sebelumnya telah terdapat postulat bahwa

(24)

baik neutropenia maupun trombositopenia adalah akibat dari menurunnya produksi sel darah putih dan platelet dari insufisiensi plasenta (Christensen RD, 2006; Beiner M, 2003; Chakravorty S, 2005).

Bayi baru lahir dari ibu preeklamsia memiliki insiden kejadian neutropenia sebesar 50% (ANC<500) yang dapat berlangsung beberapa hari sampai minggu pada bayi. Mekanisme biologis dari preeklamsia terhadap kejadian neutropenia ini belum diketahui secara pasti. Salah satu mekanisme potensial bahwa preeklamsia akan menyebabkan insufisiensi uteroplasental, akan menghambat sumsum tulang janin dalam memproduksi serial myeloid sehingga terjadi penurunan produksi neutrophil (Koenig JM, 1991; Mouzinho A, 1992).

Neutropenia yang terjadi akibat preeklamsia maternal juga berhubungan dengan berkurangnya jumlah sirkulasi dari colony forming unit-granulocyte macrophage (CFU-GM) dan berkurangnya cadangan penyimpanan neutrophil (Koenig JM, 1989).

Kejadian neutropenia ini secara umum bersifat self-limited meskipun pada beberapa kasus dapat menjadi sangat berat sehingga memerlukan terapi dengan granulocyte- colony stimulating factor (G-CSF) (Kocherlakota P, 1998).

Dalam beberapa studi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko untuk kejadian infeksi nosokomial di antara beberapa bayi premature berat lahir rendah bahkan setelah terjadi resolusi dari keadaan neutropenia, tapi pada beberapa studi lain ada juga yang menunjukkan bahwa tidak terdapat kecenderungan peningkatan infeksi (Gray P, Rodwell RL, 1999).

(25)

C. Kerangka Konsep

(26)

Pada bayi prematur berat lahir rendah baik dari ibu preeklamsia maupun non- preeklamsia dapat terjadi suatu keadaan neutropenia dimana terjadi imaturitas sumsung tulang sehingga terjadi produksi neutrofil yang tidak adekuat dan menyebabkan kekurangan penyimpanan cadangan neutrofil. Namun yang terjadi pada bayi prematur berat lahir rendah yang dilahirkan dari ibu preeklamsia adalah terjadi suatu keadaan patologis dari plasenta, yaitu terjadi penurunan perfusi uteroplasental yang akan menyebabkan aktivasi endotel sehingga terjadi aktivasi koagulasi dan vasospasme. Hal ini mengakibatkan terjadinya suatu keadaan trombositopenia dan infark plasenta, abruptio (terlepasnya) plasenta sehingga menyebabkan lesi vaskular dan kalsifikasi plasenta. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya abnormalitas hematologi pada bayi.

D. Hipotesis

Terdapat pengaruh antara preeklamsia terhadap kejadian neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah.

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan metode case-control untuk mencari pengaruh preeklamsia terhadap kejadian neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Oktober 2014 - Maret 2015.

C. Populasi

Populasi sasaran adalah semua bayi prematur berat lahir rendah. Populasi terjangkau adalah semua bayi prematur berat lahir rendah yang lahir di RSUD Dr. Moewardi Surakarta antara bulan Oktober 2014 – Maret 2015.

commit to user

(28)

D. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling pada bayi baru lahir di RS. Dr. Moewardi, yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut:

Kriteria inklusi:

1. Bayi baru lahir di RSUD Dr. Moewardi dengan prematur berat lahir rendah, dari ibu preeklamsia Oktober 2014 - Maret 2015.

2. Bayi baru lahir di RSUD Dr. Moewardi dengan prematur berat lahir rendah, dari ibu non-preeklamsia Oktober 2014 - Maret 2015.

3. Orang tua atau wali menandatangani informed consent penelitian.

Kriteria eksklusi:

1. Bayi gemelli.

2. Bayi dengan kelainan kongenital.

3. Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan KPD > 18 jam.

E. Besar Subjek

Besar subjek dihitung berdasarkan Rule of Thumb dimana jumlah sampel 15-20 subjek per variabel independen (Hair, 1998). Pada penelitian ini subjek yang akan diambil minimal 30 subjek.

(29)

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah bayi prematur berat lahir rendah 2. Variabel tergantung adalah neutropenia

3. Variabel perancu adalah kelainan kongenital, sepsis

G. Definisi Operasional

1. Bayi prematur / bayi kurang bulan

Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu.

2. Bayi berat lahir rendah

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 1500 gram - <2500 gram tanpa memandang masa gestasi.

3. Neutropenia

i. Definisi : Neutropenia adalah jumlah neutrofil yang rendah dalam darah.

ii. Cara penghitungan : ANC dapat dihitung dari pemeriksaan darah rutin dalam rumus : ANC = leukosit (/uL) x persentase neutrofil, sampel darah diambil pada usia hari ke-3 (72 jam).

iii. Satuan : /mm3

iv. Skala data: data dinyatakan dalam skala numerik, kemudian diubah menjadi skala ordinal (ringan, sedang, berat) :

Neutropenia berat : ANC < 500/mm3 Neutropenia sedang : ANC 500 - <1000/mm3

(30)

Neutropenia ringan : ANC 1000 - 1500/mm3

4. Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria, ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah sistolik >140 mmHg atau diastolik >90 mmHg disertai proteinuria sesuai dengan kriteria Obstetri (Obsgyn).

H. Analisis Data

Semua bayi baru lahir yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dimasukkan dalam sampel penelitian kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk hitung jenis dan dilakukan penghitungan kadar ANC. Masing-masing sampel diamati berapa banyak yang mengalami neutropenia.

I. Cara Kerja

Semua orang tua atau wali neonatus dengan diagnosis berat bayi lahir rendah prematur dari ibu preeklamsia maupun non preeklamsia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi mengisi formulir penelitian. Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium pada saat usia bayi 72 jam dan dilihat jumlah ANC.

1. Pemeriksaan hitung jenis neutrophil

Pemeriksaan hitung jenis neutrophil dengan pengambilan darah vena sebanyak lebih kurang 1-2 mL yang sebelumnya dilakukan desinfeksi

(31)

menggunakan alkohol 70%. Pengambilan dilakukan oleh petugas laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Sampel darah diperiksa dengan menggunakan alat merk Advia 1200.

J. Izin Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas persetujuan orang tua atau wali dengan cara menandatangani informed consent yang diajukan oleh peneliti, setelah sebelumnya mendapat penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut. Penelitian dilaksanakan dengan persetujuan dari Komite Etik yang ada di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

(32)

K. Alur Penelitian

Gambar 5. Alur Penelitian

L. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS 17.0.

Karakteristik dasar subyek (berat lahir, usia kehamilan) dideskripsikan dalam persentase. Variabel bebas diukur dengan skala dikotomi, variabel tergantung diukur dengan skala dikotomi. Untuk menguji hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan uji Chi-Kuadrat.

Bayi baru lahir di RSDM September 2014-Maret 2015

Kriteria Inklusi

Kriteria Eksklusi consecutive

sampling

Riwayat ibu preeklamsia Riwayat ibu non preeklamsia

neutropenia

analitik Non-neutropenia

neutropenia Non-neutropenia

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian case-control ini dilakukan di bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama periode bulan Oktober 2014 - Maret 2015. Neonatus yang terdiagnosis BBLR prematur dari ibu preeklamsia maupun non preeklamsia sebanyak 45 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian serta keluarga setuju untuk ikut dalam penelitian. Jumlah sampel ini memenuhi persyaratan besar subjek yang dibutuhkan.

Tabel IV.I Karakteristik dasar subyek (n=45) Variabel

Jenis Kelamin Bayi

Laki-laki Neutropenia 6

Non-neutropenia 17

Perempuan Neutropenia 3

Non-neutropenia 19 Umur kehamilan (mean , dalam minggu) 34 minggu

Berat badan (mean, dalam gram) 1950 gram

Usia ibu (mean, dalam tahun) 30 tahun

Preeklamsia

Dengan preeklamsia 28

Tanpa preeklamsia 17

commit to user

(34)

Karakteristik dasar subyek yang diperlihatkan pada tabel IV.1 yaitu jumlah subyek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki sebanding dengan jenis kelamin perempuan yaitu 23 dan 22. Umur kehamilan rata-rata adalah 34 minggu. Usia rerata ibu adalah 30 tahun. Bayi prematur berat lahir rendah yang lahir dari ibu preeklamsia lebih banyak dibanding yang lahir dari ibu non-preeklamsia yaitu 28 dan 17.

Tabel IV.2 Uji Chi-kuadrat mengenai hubungan preeklamsia dengan kejadian neutropenia

Preeklamsia Neutropenia Total

Dengan neutropenia

Tanpa

neutropenia p

f f f

Dengan

preeklamsia 6 14 20 0,758

Tanpa

preeklamsia 3 22 25

Total 9 36 45

Tabel IV.2 menunjukkan hasil bayi prematur berat lahir rendah dari ibu preeklamsia yang mengalami neutropenia sebanyak 6 subjek sedangkan yang tidak mengalami neutropenia sebanyak 14 subjek, sementara bayi prematur berat lahir rendah dari ibu non-preeklamsia yang mengalami neutropenia sebanyak 3 subjek dan yang tidak mengalami neutropenia sebanyak 22 subjek. Pada tabel didapatkan

(35)

kejadian neutropenia lebih banyak pada bayi dari ibu preeklamsia dibandingkan non- preeklamsia, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara preeklamsia dengan kejadian neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah.

Tabel IV.3 Uji Chi-kuadrat mengenai hubungan jenis kelamin bayi dengan kejadian neutropenia

Preeklamsia Neutropenia Total

Dengan neutropenia

Tanpa

neutropenia p

f f f

Laki-laki 6 17 23 0,297

Perempuan 3 19 22

Total 9 36 45

Pada tabel IV.3 menunjukkan bahwa bayi prematur berat lahir rendah dengan jenis kelamin laki-laki mengalami kejadian neutropenia sebanyak 6 subjek dan perempuan mengalami kejadian neutropenia sebanyak 3 subjek. Pada tabel ini tidak didapatkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin bayi dengan kejadian neutropenia.

(36)

Tabel IV.4 Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor Risiko Kejadian Neutropenia

Neutropenia CI(95%)

OR P Min Max

Preeklamsia 0,786 0,759 0,160 366

Jenis kelamin (laki2) 0,447 0,304 0,97 2,07

Pada hasil analisis regresi logistik didapatkan bahwa preeklamsia dan jenis kelamin tidak berpengaruh atau bukan merupakan faktor risiko kejadian neutropenia (p=0.76; p=0.35).

Tabel IV.5 Hasil Uji t tidak berpasangan BBLR dengan kejadian neutropenia

n reratas.b p

Neutropenia 9 1844 0.374

Tidak neutropenia 36 1959

Pada tabel IV.5 menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata berat badan bayi antara kelompok neutropenia dan tidak neutropenia.

B. Pembahasan

Neutropenia pada neonatus didapatkan sekitar 40-50% pada neonatus yang lahir dari ibu yang memiliki hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan atau HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count) syndrome. Variasi dari kejadian neutropenia ini dapat berat, dengan jumlah ANC kurang dari 500/uL, tetapi biasanya terjadi sementara, berlangsung hanya beberapa hari. Beberapa data

(37)

menyebutkan bahwa kejadian neutropenia merupakan prediktor bebas untuk terjadinya infeksi nosokomial. Kejadian neutropenia merupakan hasil dari berkurangnya produksi neutrofil karena terdapat inhibitor produksi neutrofil pada plasenta yang timbul pada tali pusat.Penjelasan kinetik dari hal ini adalah, neutropenia dari maternal hipertensi tidak disertai dengan pergeseran ke kiri leukosit.

Tanpa terapi yang spesifik, kejadian neutropenia ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 5 hari setelah lahir. (Maheshwari, 2008)

Kejadian neutropenia pada neonatus ini sebelumnya diasumsikan terjadi terutama pada bayi yang lebih kecil, usia kehamilan lebih muda, dan tergantung pada beratnya hipertensi yang dialami ibu selama kehamilan, dan yang terpenting adalah, dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya infeksi nosokomial (Mouzinho A, 1992).

Pada penelitian ini subyek yang diambil adalah neonatus yang terdiagnosis prematur BBLR. Pemilihan subyek berdasarkan riwayat obstetri ibu dengan preeklamsia dan non-preeklamsia, kemudian dilakukan pemeriksaan hitung jenis neutrofil pada saat usia 72 jam untuk mengetahui adanya neutropenia atau tidak.

Penelitian ini menggunakan 45 subyek neonatus yang dirawat di RSUD DR.

Moewardi Surakarta. Rentang waktu pengambilan subyek penelitian antara bulan Oktober 2014-Maret 2015. Data penelitian berasal dari anamnesis keluarga dan rekam medis ibu dan bayi untuk mengetahui kejadian preeklamsia dan kelahiran prematur BBLR. Selain itu data lain adalah hasil pemeriksaan laboratorium.

(38)

Dari hasil penelitian didapatkan persentase neonatus dengan neutropenia yang dilahirkan dari ibu preeklamsia lebih banyak dibandingkan yang tidak non- preeklamsia. Kejadian neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah dari ibu preeklamsia 2x lebih banyak dibandingkan bayi dari ibu non preeklamsia, namun tidak bermakna secara signifikan. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang mengalami neutropenia dibandingkan perempuan yaitu 26.1%.

Pada penelitian yang pertama kali dilakukan oleh Mouzinho A dkk pada tahun 1992, dilakukan studi prospektif pada bayi berat lahir rendah terutama dengan berat badan lahir <2200 gram, 40%-50% subjek pada kelompok studi mengalami neutropenia, dan berat badan lebih kecil serta usia kehamilan yang lebih muda dibandingkan dengan kelompok kontrol (P<0.01), dan kejadian neutropenia terutama pada usia kehamilan < 30 minggu dan berat badan lahir < 1500 gram, pada penelitian ini disebutkan tidak ada perbedaan antara kejadian neutropenia dari kelompok kontrol (ibu dengan normotensi) dan kelompok studi (ibu dengan preeklamsia), dimana kejadian pada bayi berat lahir <1500 gram terjadi dua kali lebih sering (82% vs 44%) (Mouzinho, 1992).

Penelitian yang dilakukan oleh Mouzinho serupa pada penelitian yang dilakukan oleh Renato S pada tahun 2010 mengenai sepsis dan neutropenia pada bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yang dilahirkan oleh ibu preeklamsia, didapatkan hasil yaitu kejadian neutropenia lebih tinggi pada bayi yang lahir dari ibu preeklamsia. Hal ini dapat terjadi karena subjek pada penelitian Renato berat badan

(39)

yang dijadikan acuan adalah <1500 gram, sementara pada penelitian ini antara 1500 gram sampai dengan <2500 gram (Renato SP, 2010).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ahmet Bolat dkk pada tahun 2013 menunjukkan hasil terjadi neutropenia secara signifikan pada kelompok subjek yang disertai dengan preeklamsia dibandingkan kelompok kontrol, penelitian yang dilakukan oleh Ahmet Bolat dkk ini membandingkan pada kelompok kontrol dan subjek dengan pemeriksaan darah yang diambil langsung dari tali pusat dan subjek diamati selama 1 tahun untuk kejadian infeksi. Antara subjek yang memiliki kejadian neutropenia jumlah subjek yang mengalami kejadian neutropenia ringan, sedang dan berat ditemukan lebih tinggi pada kelompok studi (p<0.05) (Bolat A, 2013).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Fraser SH (1995) bahwa kejadian neutropenia secara statistik tidak bermakna, mereka membandingkan subtipe kelompok hipertensi pada kehamilan. Neutropenia berat lebih sering terjadi pada preeklamsia berat. Insiden untuk terjadinya kelainan hematologi pada bayi dari ibu preeklamsia lebih besar sebanyak 2.2-4.6% (SH Fraser, 1996).

Pada studi yang dilakukan oleh Mosayebi Z et al (2013) melaporkan bahwa insiden neutropenia pada bayi yang dilahirkan dari ibu preeklamsia sebanyak 50%, penelitian ini dilakukan pada 125 subjek (p=0.2), pada penelitian ini dilakukan secara retrospektif sehingga tidak dapat mencatat data secara lengkap, dan jumlah subjek dan kelompok kontrol yang sedikit (n=125) (Mosayebi Z, 2013).

(40)

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa neutropenia yang terjadi dari ibu dengan hipertensi dalam kehamilan diduga berhubungan dengan tingkat maturasi/

perkembangan janin. Perlu diperhatikan bahwa pada usia kehamilan 28-30 minggu dengan risiko preeklamsia pada kehamilan tidak hanya menimbulkan peningkatan sensitivitas pada efek vasokonstriktor yang dipengaruhi angiotensin II, tapi juga menunjukkan perubahan pada resistensi vaskular plasenta meskipun tidak ada tanda- tanda yang mengarah kepada hipertensi. Terdapat interaksi penting antara fungsi plasenta (produksi dari neutrophil-stimulating factor) dan produksi neutrophil fetal, yang kemungkinan dapat terganggu akibat adanya preeklamsia. Secara alternatif, fetal memberikan respon terhadap perubahan fungsi plasenta yang akhirnya menimbulkan kejadian neutropenia, atau preeklamsia menimbulkan produksi dari faktor inhibitor untuk produksi neutrophil, seperti yang dilaporkan pada studi Koenig dan Christensen (Koenig JM, 1989).

Bayi berat lahir rendah prematur yang dilahirkan dari ibu preeklamsia harus lebih ketat untuk monitor dan evaluasi dalam hal abnormalitas hematologi.

Pemeriksaan darah lengkap dan gambaran darah tepi tetap dapat dilakukan untuk parameter yang signifikan untuk diagnosis dini dari kemungkinan komplikasi yang dapat timbul.

(41)

C. Keterbatasan Penelitian

Subyek penelitian ini hanya melihat berat badan bayi lahir rendah dan tidak membandingkan dengan bayi prematur berat lahir sangat rendah. Selain itu laboratorium darah dilakukan pemeriksaan saat usia pasien 3 hari saja. Akan lebih baik apabila dilakukan penelitian dengan melihat serial laboratorium yaitu pemeriksaan saat usia 3 hari dan usia 5 hari, serta penelitian dengan jumlah subyek yang lebih besar lagi, sehingga hasil yang didapatkan akan lebih baik dan benar- benar menggambarkan keadaan sesungguhnya dalam populasi.

(42)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Dari penelitian ini disimpulkan tidak ada pengaruh preeklamsia terhadap kejadian neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah. Jumlah neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah dari ibu preeklamsia lebih banyak dibandingkan bayi dari ibu non-preeklamsia, namun tidak bermakna secara signifikan.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian dengan membandingkan antara BBLR dan BBLSR di kemudian hari, pengambilan sampel darah serial, dan jumlah sampel yang lebih besar lagi serta periode pengamatan yang lebih lama, sehingga hasil penelitian yang didapatkan lebih baik lagi.

C. Implikasi Penelitian 1. Bagi Bidang Akademik

Preeklamsia tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian neutropenia pada bayi prematur berat lahir rendah, akan tetapi harus tetap hati-hati terhadap prognosis pasien yang buruk. Bayi prematur berat lahir rendah tetap memiliki segala risiko untuk kejadian infeksi pada neonatus atau bahkan

commit to user

(43)

sepsis baik yang preeklamsia maupun non-preeklamsia. Sehingga apabila terjadi neutropenia yang akan berakibat timbulnya infeksi maupun sepsis, tatalaksana yang cepat dan tepat dapat segera diberikan, sehingga angka kematian dapat ditekan lagi.

2. Bagi Bidang Pelayanan Kedokteran Keluarga

Bagi seorang dokter keluarga, pemahaman tentang bayi prematur berat lahir rendah, neutropenia dan sepsis pada neonatus sangatlah penting. Diagnosis dan tatalaksana yang cepat dan tepat dapat menurunkan angka mortalitas.

Selain itu dokter keluarga diharapkan mampu memberikan motivasi kepada keluarga pasien mengenai bayi prematur berat lahir rendah dan segala risiko yang dapat terjadi di kemudian hari, terutama pada bayi prematur berat lahir rendah yang lahir dari ibu preeklamsia, sangat diperhatikan untuk risiko terjadinya neutropenia di kemudian hari.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mulla ZS, Christensen RD. 1995. Neutropenia in the neonate.Clin Perinatol;

l22:711–39.

Alter BP. 2002. Bone marrow failure syndromes in children. Pediatric Clinical North America; 49:973-88.

Angsar MD. 2010. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam: Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta;h.542-5.

Athens JW. 1975. Disorders of neutrophil proliferation and circulations: a patophysiological view. Clin haematol; 4:553-66.

Beiner M, Simchen M, Sivan E, Chetrit AM, Kuint J, Schiff E. 2003. Risk factors for neonatal 
 thrombocytopenia. Am Journ of Perinat; 20: 49–54. 


Bolat A, Gursel O, Kurekci E, Atay A, Ozkan O. 2013. Bloods parameters changes in cord blood of newborns of hypertensive mothers. Eur J pediatric; 172:1501-9.

Boxer LA. 2003. Neutropenia. In: Practical algorithms in pediatric hematology and oncology Sills RH, Albany NY;

Chakravorty S, Murray N, Roberts I. 2005. Neonatal Thrombocytopenia. Early Hum Dev; 81: 35–41. 


Christensen RD, Calhoun DA, Rimsza LM. 2000. A practical approach to evaluating and treating neutropenia in the neonatal intensive care unit. Clinical Perinatology; 27:577–601.

Christensen RD. 2000. Expected hematologic values for term and preterm neonates.

In: Christensen RD, ed. Hematologic Problems of the Neonate. Philadelphia, PA:WB Saunders Co; p.117–36.

Christensen RD, Henry E, Wiedmeier SE, Stoddard RA, Lambert DK. 2006. Low blood 
 neutrophil concentrations among extremely low birthweight neonates:

data from a 
 multihospital health-care system. Journ of Perinatol; 26: 682–7.

commit to user

(45)

Christensen RD. 2008. The role of recombinant leukocyte colony stimulating factors in the neonatal intensive care unit. In: Hematology, immunology and infectious disease: neonatology questions and controversies. Saunders, Elsevier; 33-43.

Coulombel L, Dehan M, Tchernia G. 1979. The number of polymorphonuclear leukocytes in relation to gestasional age in the newborn. Acta Paediatr Scand;

68:709-11.

Cunningham FG, Gant N. 2005. Wiliams Obstetrics 22nd ed. McGraw Hill, Medical Publishing Division; 762-4.

Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF. 1997. Hypertensive disorders in pregnancy. In: William Obstetrics. 20th ed. Connecticut: Appleton & Lange;

p.693-744.

Dale DC. 1998. Immune and idiopathic neutropenia. Current Opinion Hematology;

5:33-6.

Engle WD, Rosenfeld CR, Mouzinho A.1997. Circulating neutrophils in septic preterm neonates comparison of two reference ranges. Pediatrics; 99:E10.

Foley MR, Strong TH, Garite TJ. 2004. Hypertensive emergencies. In: Foley MR, ed.

Obstetric intensive care manual. California: McGraw-Hill; p.56-62.

Fraser SH, Tudehope DI. 1996. Neonatal neutropenia and thrombocytopenia following maternal hypertension. Journal pediatric; Child Health; 32: 31-4.

Funke A, Berner R, Traichel B, Schmeisser D, Leititis JU, Niemeyer CM. 2000.

Frequency, natural course, and outcome of neonatal neutropenia.Pediatrics;106:45–51.

Gray PH, Rodwell RL. 1999. Neonatal neutropenia associated with maternal hypertension poses a risk for nosocomial infection. Europe Journal Pediatric;158:71-3.

(46)

Hnat MD, Sibai BM. 1986. Severe preeclampsia remote from term. In: Belfort MA, Thornton S, Sade GR. Hypertension in pregnancy. New York: Marcel Dekker, Inc;2003.p.85-115.Journal of Pediatrics; 109:764-9.

Kocherlakota P, La Gamma EF. 1998. Preliminary report: rhG-CSF may reduce the incidence of neonatal sepsis in prolonged preeclampsia-associated neutropenia. Pediatrics; 102:5:1107-11.

Koenig JM, Christensen RD. 1989. Incidence, neutrophil kinetics, and natural history of neonatal neutropenia associated with maternal hypertension.

NEJM; 321:557-62.

Koenig JM, Yoder MC. 2004. Neonatal neutrophils: the good, the bad, and the ugly.

Clinical Perinatology; 31:9–51.

Lalezari P, Khorshidi M, Petrosova M: Autoimmune neutropenia of infancy.

Lanzkowsky P. 2010.Disorders of white blood cells. In: Manual of pediatric hematology and oncology. 4th ed. British:Elsevier; p.214-27.

Lloyd BW, Oto A. 1982. Normal values for mature and immature neutrophils in very preterm babies. Arch Dis Child.1982;57:233-5.

Mabie WC, Sibai BM. 1996. Hypertensive state of pregnancy. In: De Cherney AH, Pernoll ML. Current Obstetrics&Gynecologic Diagnosis & Treatment.

Appleton&Lange; 380-97.

Maheshwari A. 2008. Practical approaches to the neutropenic neonate. In:

Hematology, immunology and infectious disease: neonatology questions and controversies. Saunders:Elsevier; p.75-87.

Maulydia, Rahardjo E. 2012. Sindrom HELLP, eklamsi, dan perdarahan intracranial. Indonesian Journal of Intensive Care Medicine; 2:44-6.

Maurin OH. 1999. HELLP syndrome: recognition and perinatal management.

American Family Physician; 60(3):829-36.

(47)

Mills JS, Maguire LS, Barker MJ. 2002. Preeklamsia and eklamsi. In: The clinical anaesthesia viva book. New York: Cambridge University Press; p. 118-21.

Mouzinho A, Rosenfeld CR, Sanchez PJ, Risser R. 1992. Effect of maternal hypertension on neonatal neutropenia and risk of nosocomial infection.

Pediatrics; 90:430-5.

Mosayebi Z, Nariman S, Hosseini L, Movahedian AH. 2013. Evaluation of laboratory disorders in admitted neonates in NICU who were born to preeclamptic mothers. Journal of Comprehensive Pediatrics; 3(5): 194-9.

Ngoc NT, Merialdi M, Abdel-Aleem H, Carroli G, Purwar M, Zavaleta N,et al.

2006. Causes of stillbirths and early neonatal deaths: data from 7993 pregnancies in six developing countries. Bull World Health Organization;

84:699-705.

Omar SA, Salhadar A, Wooliever DE, Alsgaard PK. 2000. Late-onset neutropenia in very low birth weight infants. Pediatrics;106:e55.

Prober CG, Stevenson DK, Neu J, Johnson JD. 1979. The white cell ratio in the very low birth weight infant. Clinical Pediatric (Philadelpia);18:481-6.

Sastroasmoro S. 1995.Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Binarupa Aksara;h.201-2.

Sibai BM. 2003. Diagnosis and management of gestasional hypertension and preeclampsia. Obstetrics and Gynecology;102:181-92.

Sibai BM. 1990. The HELLP Syndrome (hemolysis,elevated liver enzymes and low trombosit counts) : Much ado About Nothing? American Journal Obstetric Gynecologic;162:311-6.

Wahjoeningsih S. 2005.Anesthesia pada pasien dengan preeklamsia-eklamsia.

Dalam: Preeceding book 1st Indonesian symposium pediatric anesthesia and critical care. Surabaya; p.95-104.

(48)

Lampiran 1

PENJELASAN PENELITIAN Bapak/Ibu yang terhormat,

Neutropenia adalah keadaan jumlah neutrofil pada sirkulasi darah yang berkurang.

Keadaan neutropenia pada bayi dapat menimbulkan berbagai keadaan infeksi hingga menyebabkan sepsis (infeksi berat) bahkan dapat sampai mengakibatkan kematian.

Neutropenia ini dapat timbul pada bayi-bayi yang lahir dengan keadaan prematur, karena adanya gangguan pematangan dari sumsung tulang.

Neutropenia berat dapat menimbulkan permasalahan yang serius bagi bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan kejadian neutropenia pada bayi prematur yang lahir dari ibu yang mengalami preeklamsia dan non-preeklamsia.

Untuk penelitian ini diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Anamnesis meliputi umur gestasi/kehamilan, berat badan lahir, dan riwayat tekanan darah tinggi pada ibu yang didapat saat kehamilan. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan hitung jenis neutrofil. Pemeriksaan ini mungkin memberikan rasa sakit pada pasien tetapi kami akan berusaha untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Data hasil pemeriksaan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak akan diketahui oleh orang lain.

Besar harapan kami Bapak/Ibu dapat memberikan izin anak Bapak/Ibu untuk mengikuti penelitian ini. Kami berharap dapat memberi manfaat pada anak Bapak/Ibu. Apabila masih ada hal yang belum jelas mengenai penelitian ini, Bapak/Ibu dapat menghubungi kami, dr Meirdhania Andina di Bagian Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta atau melalui telepon dengan nomer HP 081220022896.

Demikian penjelasan ini kami buat dan terima kasih atas kepercayaan yang Bapak/Ibu berikan kepada kami

Penelitian ini tidak dipungut biaya. Jika terdapat hal-hal yang kurang jelas, Bapak/Ibu dipersilahkan untuk menghubungi peneliti secara langsung. Bapak/Ibu juga memilki kebebasan bila tidak berkenan mengikut sertakan putra/putri Bapak/Ibu dalam penelitian ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terimakasih.

Hormat Kami, Dr. Meirdhania Andina

(49)

Lampiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :...

Umur :...

Alamat :...

Telp :………...

Pekerjaan :...

Adalah orang tua/wali dari :

Nama :...

Umur :...

Jenis kelamin : L / P

Menerangkan bahwa setelah mendapatkan keterangan yang jelas dan lengkap tentang tujuan penelitian, menyatakan bersedia mengikuti penelitian.

Mengetahui

Surakarta,...

Orangtua / wali

...

Peneliti

dr. Meirdhania Andina

(50)
(51)

DATA DASAR HASIL PENELITIAN

Nama UK JK BB Preeklamsia Neutropenia Gravida usia ibu

By. Ny M 36 L 2100 1 2310 G1P0A0 37

By. Ny. SW 36 P 2300 1 1256 G1P0A0 24

By. Ny. IY 28 L 1600 1 1974 G1p0A0 23

By. MO 30 L 1500 1 4241 G1P0A0 28

By. Ny. N 32 L 1550 1 684 G2P0A1 35

By.Ny. H 34 P 2200 1 5049 G3P1A1 35

By. Ny. S 35 P 2300 1 3670.8 G1P0A0 32

By. Ny Y 35 L 2250 1 3233.6 G4P3A0 48

By. Ny. S 27 L 1600 1 1710 G5P3A1 40

By. Ny W 36 L 2100 1 95.463 G3P2A0 34

By. Ny. M 37 L 1800 1 11100 G2P1A0 29

By. Ny Y 37 P 2100 1 3294 G4P3A0 41

By. Ny S 37 L 2300 1 3534 G2P1A0 26

By. Ny S 32 L 2150 1 3660 G1P0A) 25

By. Ny S 36 P 1900 1 11649 G2P1A0 32

By. Ny S 35 L 2000 1 1105 G2P1A0 26

By. Ny N 35 L 1600 1 1458 G2P1A0 30

By. Ny SF 36 P 2100 1 13394.5 G3P2A0 33

by. Ny. RD 33 L 1850 1 1966.8 G1P0A0 26

By. Ny SW 35 P 2100 1 4805.2 G2P1A0 38

By. Ny S 33 P 2100 1 5751 G5P3A1 44

By. Ny Sul 36 P 1700 1 2115 G4P3A0 34

By. Ny DN 35 L 2200 1 1345 G2P1A0 27

By Ny Y 35 L 1700 1 5984 G4P3A0 48

by.Ny. W 37 L 2100 1 8950.7 G2P1A0 32

By. Ny. Sa 37 P 2300 0 3276 G2P1A0 34

by. Ny. Wa 36 P 1900 0 1100 G1P0A0 20

By.Ny.Ma 28 L 1500 0 1626.9 G2P1A0 39

By. Ny. Ri 37 L 2400 0 3696 G2P1A0 21

By. Ny. Sug 31 L 1950 0 2376.5 G3P1A1 37

By.Ny I 28 L 1500 0 1225 G4P3A0 29

By. Ny A 32 P 1750 0 1350 30

By. Ny. F 35 P 2300 0 6658.8 G1P0A0 16

(52)

By. ND 31 L 1800 0 3608 G3P2A0 25

By. Ny IS 31 P 1800 0 2340 G3P2A0 24

By. Ny DN 34 L 2250 1 3584 G1P0A0 17

By. Ny W 33 P 1650 0 2348 22

By. Ny G 37 P 1800 0 3273.6 G5P4A0 33

By. Ny Im 35 L 1900 0 3240 25

By. Ny EY 37 P 2100 0 7989.1 G1P0A0 21

By. Ny LW 33 P 1900 0 14755.2 G2P1A0 29

By. Ny E 36 P 2100 1 9070.6 27

By. Ny Suy 33 P 1700 0 12164.4 G1P0A0 26

By. Ny. RK 34 P 1850 0 13580 24

By Ny Suh 37 P 2100 1 11576.5 G1P0A0 24

Keterangan :

UK : Umur kehamilan JK : Jenis kelamin BB : Berat badan

(53)

ANALISIS UNIVARIAT

Jenis Kelamin

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a katsex(

1) -.804 .782 1.058 1 .304 .447 .097 2.071

Consta

nt -1.041 .475 4.810 1 .028 .353

(54)

katsex

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid .00 22 48.9 48.9 48.9

1.00 23 51.1 51.1 100.0

Total 45 100.0 100.0

a. Variable(s) entered on step 1: katsex.

Statistics katsex

N Valid 45

Missing 0

Mean .5111

Median 1.0000

Std. Deviation .50553

Minimum .00

Maximum 1.00

(55)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2- sided)

Exact Sig. (1- sided)

Pearson Chi-Square 1.089a 1 .297

Continuity Correctionb .450 1 .502

Likelihood Ratio 1.108 1 .292

Fisher's Exact Test .459 .252

Linear-by-Linear

Association 1.065 1 .302

N of Valid Cases 45

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.40.

b. Computed only for a 2x2 table

sex

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 23 51.1 51.1 51.1

P 22 48.9 48.9 100.0

Total 45 100.0 100.0

(56)

katsex * ketnetrop Crosstabulation

ketnetrop

Total

0 1

katsex .00 Count 19 3 22

Expected Count 17.6 4.4 22.0

1.00 Count 17 6 23

Expected Count 18.4 4.6 23.0

Total Count 36 9 45

Expected Count 36.0 9.0 45.0

Uji Chi-kuadrat Hubungan preeklamsia dan neutropenia

ketnetrop

Total

0 1

peb 0 Count 14 3 17

Expected Count 13.6 3.4 17.0

1 Count 22 6 28

Expected Count 22.4 5.6 28.0

Total Count 36 9 45

Expected Count 36.0 9.0 45.0

(57)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2- sided)

Exact Sig. (2- sided)

Exact Sig. (1- sided)

Pearson Chi-Square .095a 1 .758

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .096 1 .757

Fisher's Exact Test 1.000 .538

N of Valid Cases 45

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.40.

b. Computed only for a 2x2 table

Statistics

Umur Kehamilan

N Valid 45

Missing 0

Mean 34.0667

Median 35.0000

Std. Deviation 2.77489

Minimum 27.00

Maximum 37.00

(58)

Statistics umuribu

N Valid 45

Missing 0

Mean 30.00

Median 29.00

Std. Deviation 7.514

Minimum 16

Maximum 48

Umur ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 16 1 2.2 2.2 2.2

17 1 2.2 2.2 4.4

20 1 2.2 2.2 6.7

21 2 4.4 4.4 11.1

22 1 2.2 2.2 13.3

23 1 2.2 2.2 15.6

24 4 8.9 8.9 24.4

(59)

25 3 6.7 6.7 31.1

26 4 8.9 8.9 40.0

27 2 4.4 4.4 44.4

28 1 2.2 2.2 46.7

29 3 6.7 6.7 53.3

30 2 4.4 4.4 57.8

32 3 6.7 6.7 64.4

33 2 4.4 4.4 68.9

34 3 6.7 6.7 75.6

35 2 4.4 4.4 80.0

37 2 4.4 4.4 84.4

38 1 2.2 2.2 86.7

39 1 2.2 2.2 88.9

40 1 2.2 2.2 91.1

41 1 2.2 2.2 93.3

44 1 2.2 2.2 95.6

48 2 4.4 4.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengamatan dilakukan pada 7 hari setelah aplikasi dengan cara mengoleksi bahan tanaman yang terserang penggerek batang lada dan diamati di laboratorium untuk memastikan

Aneka souvenir yang dibuat di antaranya adalah bros dar sedotan plastik, tempat pensil dari bekas botol plastik, tas dari bekas kemasan minyak goreng, dan piring anyaman

Adanya sinergitas antara Presiden, DPR, serta Jaksa Agung sejatinya merupakan satu-satunya solusi utama penegakkan keadilan terkait kasus pelanggaran HAM, terlebih

Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika awal adalah kepekaan terhadap cara berpikir ilmiah dan membangun konsep yang ditunjukkan dengan

Pengelolaan sumber daya manusia yang baik dibutuhkan dalam upaya untuk menciptakan semangat kerja yang tinggi bagi karyawan dalam suatu perusahaan, diantaranya mencakup

Jika matahari tinggi maka radiasi yang jatuh hampir tegak lurus pada permukaan bumi, sedangkan jika matahari rendah ma- ka radiasi akan disebarkan dalam area yang luas sehingga

membentuk lapisan &gt;e(/2 atau hidrksida yang terus menerus bertambah seiring dengan  berjalannya waktu. Piringan pisau menggunakan bahan dasar durall . Bahan dasar durall 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah tepung tapioka dapat digunakan sebagai bahan pengganti tepung terigu, serta mencari tahu tingkat kesukaan