• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan Kota yang keras dan sangat tidak bersahabat untuk mereka. Mereka harus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lingkungan Kota yang keras dan sangat tidak bersahabat untuk mereka. Mereka harus"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyandang masalah kesejahteraan sosial atau disingkat menjadi PMKS, sesungguhnya mereka adalah masyarakat yang tersisihkan dan termarginalkan dari perlakuan kasih sayang, karena kebanyakan dari mereka harus berhadapan dengan lingkungan Kota yang keras dan sangat tidak bersahabat untuk mereka. Mereka harus bertahan hidup dengan cara-cara yang kurang atau bahkan tidak dapat diterima oleh masyarakat umum, sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarganya. Merekapun sering dicap sebagai pengganggu ketertiban dan membuat Kota menjadi kotor, sehingga yang namanya razia atau disebut dengan penjangkauan bukan lagi hal yang mengagetkan mereka.

PMKS merupakan komunitas yang paling beresiko mengalami kegagalan dalam hidup mereka, dikarenakan permasalahan ekonomi, ditelantarkan keluarga, dll.

Peran serta pemerintah dalam menuntaskan permasalahan tersebut yaitu dengan memberikan perlindungan dan pembinaan/rehabilitasi terhadap PMKS melalui dinas.

Dinas yang bersangkutan disini yaitu Dinas Sosial Kota Sukabumi.

Berikut adalah data jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kota Sukabumi dari tahun 2016-2017:

(2)

Tabel 1.1 Rangkuman Rekapitulasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kota Sukabumi Tahun 2016-2017

Sumber: Dinas Sosial Kota Sukabumi

Tabel 1.2 Rangkuman Rekapitulasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kota Sukabumi

Kecamatan

Jml Kel

Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Baros 4 19 2 1 1 14 3 - 1 -

Lembursitu 5 57 2 11 4 5 1 3 1 5

Cibeureum 4 53 12 36 1 18 7 4 1 3

Citamiang 5 39 2 1 4 15 11 - - -

Warudoyong 5 72 8 2 8 9 7 4 8 -

Gunung Puyuh 4 23 1 3 1 16 15 1 3 -

Cikole 6 82 22 30 30 26 4 1 11 1

Jumlah 33 345 59 84 49 103 48 13 25 9 Sumber: Dinas Sosial Kota Sukabumi

TAHUN

Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 2017 345 59 84 49 103 48 13 25 9 2016 345 49 84 49 1.575 66 13 26 13

(3)

Keterangan

A1: Anak Terlantar A4: Anak Jalanan A7: Gelandangan A2: Anak Berhadapan

Dengan Hukum

A5: Lanjut Usia Terlantar

A8: Korban Narkoba

A3: Balita Terlantar A6: Pengemis A9: Tuna Susila

Kondisi Kota Sukabumi dari tahun 2016 hingga tahun 2017 mengalami beberapa kesamaan, kenaikan dan penurunan dalam jumlah PMKS, yang mengalami kenaikan dan kesamaan jumlah tersebut yaitu diantaranya adalah :

1. Anak Terlantar

Dari data yang telah diperoleh, menunjukan bahwa jumlah anak terlantar di Kota Sukabumi pada tahun 2016 hingga 2017, jumlahnya masih tetap sama yaitu 345.

2. Anak Berhadapan Dengan Hukum

Dari data yang telah diperoleh, menunjukan bahwa jumlah anak tberhadapan dengan hukun di Kota Sukabumi pada tahun 2016 yaitu 49, namun pada tahun 2017 meningkat menjadi 59.

3. Balita Terlantar

Dari data yang telah diperoleh, menunjukan bahwa jumlah balita terlantar di Kota Sukabumi pada tahun 2016 hingga 2017, jumlahnya masih tetap sama yaitu 84.

(4)

4. Anak Jalanan

Dari data yang telah diperoleh, menunjukan bahwa jumlah anak jalanan di Kota Sukabumi pada tahun 2016 hingga 2017, jumlahnya masih tetap sama yaitu 49.

5. Gelandangan

Dari data yang telah diperoleh menunjukan bahwa jumlah gelandangan di Kota Sukabumi pada tahun 2016 hingga 2017, jumlahnya masih tetap sama yaitu 13.

Dari data jumlah tersebut diatas, anak terlantar mempunyai jumlah yang terbanyak dari keseluruhan kategori di tabel 1.1 dan tabel 1.2, dan memerlukan penanganan yang serius. Penanganan tersebut diawali dengan razia atau disebut dengan penjangkauan.

Penjangkauan adalah salah satu solusi dalam pengentasan masalah PMKS dijalanan. Namun realitanya penjangkauan mengalami kebuntuan, dikarenakan tidak adanya tindak lanjut setelah penjangkauan dilaksanakan. Seharusnya tahap selanjutnya setelah penjangkauan dilaksanakan yaitu tahap rehabilitasi, dimana para PMKS diberikan pembinaan dan keterampilan. Tujuan rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 16 Peraturan Daerah Kota Sukabumi No. 6 Tahun 2016, rehabilitasi sosial bertujuan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar, pemulihan dan pengembangan

(5)

ditujukan untuk mengembalikan keberfungsian secara fisik, mental, dan sosial, serta memberikan dan meningkatkan keterampilan.

Pemerintah dalam memberikan pelayanan terhadap PMKS tentunya memerlukan sarana dan prasarana. Dalam pasal 11 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Sukabumi No 06 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial di Daerah meliputi:

a. Pusat Kesejahteraan Sosial;

b. Rumah Singgah;

c. Rumah Perlindungan Sosial

Namun nyatanya pasal tersebut belum rampung sepenuhnya, salah satu penyebabnya yaitu belum adanya rumah singgah. Keberadaan rumah singgah tentunya sangat diharapkan juga oleh pihak Dinas Sosial sendiri, agar dapat melaksanakan tugas pelayanan secara maksimal.

Pelayanan secara maksimal juga tidak hanya bergantung kepada sarana dan prasarana saja, namun faktor sumber daya manusianya pun harus mencukupi. Kondisi sumber daya manusia di Dinas Sosial sendiri mengalami kekurangan, sumber daya manusia yang dibutuhkan setiap bidang adalah 16 orang, namun nyatanya hanya ada 6 orang di setiap bidang nya. Hal tersebut menjadi penyebab dimana adanya keterlambatan pelayanan yang diberikan oleh pihan Dinas Sosial dalam pengentasan permasalah PMKS. Kondisi tersebut ditambah dengan kosongnya jabatan Kepala Dinas Sosial selama satu tahun terakhir dan diganti dengan Pelaksana Tugas yaitu Sekretaris Dinas.

(6)

Berikut adalah fenomena masalah yang terjadi tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Kota Sukabumi yang diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Tidak adanya tindak lanjut setelah dilakukannya razia atau disebut dengan penjangkauan. Seharusnya setelah penjangkauan para PMKS diberikan pembinaan dan perlindungan.

2. Belum adanya sarana dan prasarana untuk memberikan pembinaan dan pelatihan/rehabilitasi, yaitu Rumah Singgah.

3. Dinas Sosial Kota Sukabumi ternyata masih kekurangan SDM dalam pengentasan permasalahan PMKS.

Dengan adanya Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 6 Tahun 2016, tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Artinya adanya upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Karenanya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian skripsi terkait rumah singgah dengan judul “Implementasi Kebijakan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial oleh Dinas Sosial di Kota Sukabumi (Upaya Pengadaan Rumah Singgah)”.

(7)

1.2 Fokus Masalah dan Pertanyaan Pokok Penelitian 1.2.1 Fokus Masalah

Adapun fokus masalah dari penelitian ini adalah: Implementasi Kebijakan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial oleh Dinas Sosial di Kota Sukabumi (Upaya Pengadaan Rumah Singgah).

1.2.2 Pertanyaan Pokok Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan pokok penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial oleh Dinas Sosial di Kota Sukabumi (upaya pengadaan rumah singgah)?

2. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial oleh Dinas Sosial di Kota Sukabumi (upaya pengadaan rumah singgah)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah yang telah dirumuskan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial oleh Dinas Sosial di Kota Sukabumi (upaya pengadaan rumah singgah).

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan di atas, maka diharapkan penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

(8)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran pada pengembangan wawasan ilmu pengetahuan mengenai implementasi kebijakan khususnya terkait masalah Implementasi Kebijakan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

1.4.2 Kegunaan Praktis

Ditinjau dari aspek praktis, bagi peneliti diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai Peran dan Usaha Dinas Sosial dalam memberikan perlindungan sekaligus pembinaan dan pelatihan/rehabilitasi terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kota Sukabumi. Sedangkan untuk Dinas Sosial, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi Dinas Sosial Kota Sukabumi dalam mencapai kesejahteraan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial).

Referensi

Dokumen terkait

Usulan perbaikan untuk mengatasi permasalahan penggunaan material handling yang berulang-ulang untuk satu kegiatan yaitu dengan cara membuat panduan prinsip-prinsip

Masukan sel rata kanan : Jika data lebih panjang dari panjang sel maka lebihnya akan mengisi sel disebelah kirinya yang kosong, jika sel sebelah kiri terisi maka data akan

Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi,

Dilihat dari isinya peta dapat dikelompokkan menjadi peta umum, peta khusus dan chart (Basuki Sudiharjo, 1977). Kecamatan Mojolaban merupakan daerah yang masuk dalam wilayah

Dari hasil pengukuran bathimetri ini nanti bisa diketahui besarnya laju sedimentasi yang terjadi yang selanjutnya digunakan untuk memprediksi berapa sisa usia guna Waduk

Sampaikan kepada peserta bahwa mereka akan berpartisipasi dalam kegiatan satu komputer yang terakhir dalam portofolio ini – kegiatan yang sangat berpusat pada siswa,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pengungkapan wajib perusahaan publik menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam masa transisi IFRS di

1) Character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi