• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KADAR KLOROKUIN FOSFAT DALAM TABLET KLOROKUIN FOSFAT 250 MG SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE YANG DI PRODUKSI PT. MUTIARA MUKTI FARMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN KADAR KLOROKUIN FOSFAT DALAM TABLET KLOROKUIN FOSFAT 250 MG SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE YANG DI PRODUKSI PT. MUTIARA MUKTI FARMA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR KLOROKUIN FOSFAT DALAM TABLET KLOROKUIN FOSFAT 250 MG SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE YANG DI PRODUKSI PT. MUTIARA

MUKTI FARMA

TUGAS AKHIR

KRISTINA L GINTING 142401114

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

PENENTUAN KADAR KLOROKUIN FOSFAT DALAM TABLET KLOROKUIN FOSFAT 250 MG SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE YANG DI PRODUKSI PT. MUTIARA

MUKTI FARMA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

KRISTINA L GINTING 142401114

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(3)

i

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Klorokuin Fosfat Dalam

Tablet Klorokuin Fosfat 250 Mg secara Spektrofotometri Uv-Visible yang di Produksi PT. Mutiara Mukti Farma

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Kristina L Ginting

Nomor Induk Mahasiswa : 142401114

Program Studi : D3 Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2017

Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU

Ketua Pembimbing

Dr. Minto Supeno, M.S Dr. Adil Ginting, M.Sc NIP. 196105091987031002 NIP.195307041980031002

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si NIP. 197404051999032001

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR KLOROKUIN FOSFAT DALAM TABLET KLOROKUIN FOSFAT 250 MG SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE YANG DI PRODUKSI PT. MUTIARA

MUKTI FARMA

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2017

Kristina L Ginting 142401114

(5)

iii

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulisan tugas akhir ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan Medan dengan judul “PENENTUAN KADAR KLOROKUIN FOSFAT DALAM TABLET KLOROKUIN FOSFAT 250 MG SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE YANG DI PRODUKSI PT. MUTIARA MUKTI FARMA”

Selama penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapat dorongan, semangat, bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda R.Ginting dan Ibunda Ir.F.Marpaung,MMA tercinta yang telah banyak memberikan motivasi,doa dan dukungan serta membantu penulis dalam hal materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr.Adil Ginting,M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan tugs akhir ini.

3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Departemen Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam . 5. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam khususnya jurusan Kimia yang telah mendidik penulis dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan .

6. Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan yang telah bersedia mengizinkan melakukan Praktek Kerja Lapangan .

7. Abang tercinta dan terkasih Leonard Ginting,ST dan Benhard Ginting,SH tersayang yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Sahabat serta teman seperjuangan saya Riris, Eva, Dewi, Cintya , Anita serta Joice yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(6)

9. Rekan Sesama PKL dan Staf pegawai di Balai Besar Pegawasan Obat dan Makanan yang memberikan semangat menghadapi kesulitan yang penulis hadapi .

10. Seluruh teman-teman seperjuangan D3 Kimia stambuk 2014 yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini banyak kekurangan maupun kekeliruan baik dari segi isi maupun penyusunan kata. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengharapkan tugas akhir ini bermanfaat bagi para pembaca dalm meningkatkan wawasan pengetahuan di bidang Ilmu Pengetahuan Alam.

Medan, Juli 2017

Penulis

(7)

v

PENENTUAN KADAR KLOROKUIN FOSFAT DALAM TABLET KLOROKUIN FOSFAT 250 MG SECARA

SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE YANG DI PRODUKSI PT. MUTIARA

MUKTI FARMA

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa Klorokuin Fosfat dalam tablet Klorokuin Fosfat 250 Mg . Penentuan kadar Klorokuin Fosfat dilakukan dengan alat Spektrofotometri Uv- Visible. Hasil analisa menunjukkan bahwa kadar Klorokuin Fosfat yang diperoleh dalam tablet Klorokuin Fosfat 250 mg yaitu 94,54% atau 236.34 mg/tablet . Hasil ini memenuhi persyaratan sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014 yaitu bahwa kadar tablet Klorokuin Fosfat tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% .

Kata Kunci : Penentuan Kadar, Klorokuin Fosfat, Spektrofotometri Uv- Visible

(8)

DETERMINATION OF CHLOROQUINE PHOSPHATE LEVEL IN 250 MG TABLET OF CHLOROQUINE

PHOSPHATE BY SPECTROPHOTOMETRIC UV-VISIBLE IN PRODUCTION OF

PT. MUTIARA MUKTI FARMA ABSTRACT

Chloroquine Phosphate has been analyzed in Chloroquine Phosphate 250 Mg tablet. Determination of Chloroquine Phosphate was done by UV-Visible Spectrophotometric . The results showed that Chloroquine Phosphate content obtained in Chloroquine Phosphate 250 mg tablets was 94.54% or 236.34 mg / tablet. This result meets the requirements in accordance with the Pharmacopoeia edition of V 2014, namely that Chloroquine Phosphate tablet content is not less than 93.0% and not more than 107.0%.

Keywords: Determination , Chloroquine Phosphate , Spectrofotometric Uv- Visible

(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Pengertian Obat 4

2.2 Penggolongan Obat 4

2.2.1 Berdasarkan Jenisnya 4

2.2.2 Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat 5 2.2.3 Berdasarkan Tempat Atau Lokasi Pemakaiaannya 6 2.2.4 Berdasarkan Cara Pemberiannya 6 2.2.5 Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkannya 6

2.2.6 Berdasarkan Penamaannya 7

2.3 Klorokuin Fosfat 7

2.3.1 Gambar Struktur Klorokuin Fosfat 7 2.3.2 Sifat Fisika Dan Kimia Klorokuin Fosfat 8

2.3.3 Aktivitas Antimikroba 8

2.3.4 Farmakokinetik 9

2.3.5 Farmakodinamik 10

2.3.6 Identifikasi Klorokuin Fosfat 11 2.3.7 Efek Samping

2.3.8 Pengertian Klorokuin Fosfat

11 12

2.4 Spektrofotometri Uv-Visible 13

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 18

3.1 Alat Dan Bahan 3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan 3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Pengoperasian Alat

18 18 19 19 19

3.2.1.1 Persiapan Analisa 19

(10)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21

4.1 Hasil 21

4.1.1 Data Percobaan 21

4.2 Perhitungan 22

4.3 Pembahasan 24

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 25

5.1 Kesimpulan 25

5.2 Saran 25

Daftar Pustaka 26

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Data Hasil Analisa Kadar pada sampel 22 Tablet Klorokuin Fosfat 250 mg

Tabel 4.3. Data Pembahasan Berdasarkan Standar Farmakope 25

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit malaria merupakan penyakit dengan tingkat kematian tertinggi dari seluruh penyakit parasitik dan penyebab kematian ketiga oleh infeksi setelah tuberculosis dan AIDS (Frederic et al ,2008). Menurut WHO, saat ini sekitar dua

milyar manusia terkena resiko ancaman penyakit malaria dan penyakit ini telah menyebabkan korban sampai 1- 3 juta korban meninggal. Indonesia merupakan daerah endemis malaria, walaupun telah dilakukan program pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga saat ini angka kesakitan dan kematian masih cukup tinggi (Simanjuntak dan Arbani, 2009).

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala demam (panas dingin

menggigil) yang berkepanjangan.Penularan penyakit malaria biasanya melalui gigitan nyamuk anopeles betina.Dalam siklus hidupnya plasmodium mempunyai dua hospes yaitu manusia dan nyamuk.Siklus aseksual yang berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan siklus seksual yang membentuk sporozoit didalam nyamuk seperti sporogoni (Nugroho dan Wagey, 2000).

Faktor penyebab belum berhasilnya program pemberantasan malariadiantaranya adalah karena rantai penularan dan daur hidup parasit malaria yang sangat kompleks, adanya penurunan efektivitas penyemprotan DDT, vektor telah resisten insektisida dan semakin meluasnya populasi parasit yang kebal terhadap obat antimalaria.(Purwantiningsih, 2003).

(13)

2

Dengan banyaknya kasus malaria yang terjadi maka kebutuhan obat antimalaria semakin meningkat dan beberapa obat antimalaria yang telah dikenal seperti quinolinametanol dan 4-aminoquinolin antagonis folat, 8- aminoquinolin dan turunan artemisinin.Quinin dikenal sebagai obat antimalaria sampai tahun 1930-an, kemudian dikembangkan obat semisintetik quinolin seperti klorokuin, meflokuin dan amodiaquin.Resistensi parasit malaria terhadap klorokuin muncul pertama kali di Thailand pada tahun 1961 dan di Amerika Serikat pada tahun 1962.Dari kedua fokus ini resistensi meluas keseluruh dunia.Di Indonesia resistensi Plasmodium falciparum terhadap klorokuin ditemukanpertama kali didaerah Kalimantan Timur pada tahun 1974, kemudian resistensi initerus meluas dan pada tahun 1996 kasus-kasus malaria yang resisten klorokuin, sulfadoksin- primetamin, kina, amodiakuin, meflokuin dan halofantrin sudahditemukan di seluruh provinsi di Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengambil judul tugas akhir sebagai berikut “Penentuan Kadar Klorokuin FosfatDalam Tablet Klorokuin Fosfat 250 Mg Secara Spektrofotometri Uv-Visible Yang DiProduksi PT. Mutiara Mukti Farma”

1.2 Permasalahan

Apakah Klorokuin Fosfatdalam sediaan tablet Klorokuin Fosfattidak kurang dari 93,0% - 107,0% yang tertera pada etiket sehingga hasil penentuan kadar yang dilakukan memenuhi syarat yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi V (2014)

(14)

1.3 Tujuan

Adapun tujuan menetapkan kadar Klorokuin Fosfatdalam sediaan tablet Klorokuin Fosfatsecara Spektrofotometri Uv-Visible untuk mengetahui kadar Klorokuin Fosfatsehingga dapat diketahui apakah sediaan tablet Klorokuin Fosfattelah memenuhi persyaratan kadar yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi V (2014) .

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penetapan kadarKlorokuin Fosfatini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang sediaan tablet Klorokuin Fosfattelah memenuhi persyaratan.

(15)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat

Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005 ).

2.2 Penggolongan Obat

2.2.1 Berdasarkan Jenisnya

Berdasarkan Jenisnya obat dapat dibedakan menjadi tiga , yaitu : 1. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Obat Bebas merupakan obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan warung, tanpa resep dokter, ditandai lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar W = Waarschuwing = peringatan), yakni obat- obatan yang dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai lingkaran biru bergaris tepi hitam.

2. Obat Keras

Obat keras (dulu disebut obat daftar G = Gevaarlijk = berbahaya), yaitu obat berkhasiat keras yang untuk mendapatkannya harus dengan resep dokter, memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya.

(16)

3. Psikotropika dan Narkotika

Psikotropika adalah zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku.Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya kedalam tubuh manusia (Chaerunisaa, 2009).

2.2.2 Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat

Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat dapat dibedakan menjadi lima , yaitu :

1. Obat yang bekerja terhadap penyebab penyakit, misalnya penyakit karena bakteri atau mikroba, contoh: antibiotik.

2. Obat yang bekerja mencegah keaadan patologis dari penyakit, contoh: serum, vaksin.

3. Obat yang menghilangkan gejala penyakit : simptomatik, missal gejala penyakit nyeri, contoh: analgetik, antipiretik.

4. Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat yang kurang, contoh: vitamin, hormon.

5. Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yang tanpa zat berkhasiat untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh: aqua proinjection Selain itu, obat dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya misalkan antihipertensi, cardiaca, diuretic, hipnotik, sedative dan lain-lain (Chaerunisaa, 2009).

(17)

6

2.2.3 Berdasarkan Tempat atau Lokasi Pemakaiaannya

Berdasarkan Tempat atau Lokasi Pemakaiannya Obat dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :

1. Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik, acetaminophen 2. Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur, antibiotik (Anief, 1994).

2.2.4 Berdasarkan Cara Pemberiannya

Berdasarkan Cara Pemberiannya Obat dapat dibedakan menjadi enam , yaitu : 1. Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh: serbuk, kapsul, tablet sirup.

2. Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal. Contoh supositoria, laksatif.

3. Sublingual, dari bawah lidah, kemudian melalui selaput lender dan masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat. Untuk penderita tekanan darah tinggi, Contoh: tablet hisap, hormone.

4. Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk ke darah. Ada yang diberikan secara intravena, subkutan, intramuscular, intrakardial.

5. Langsung ke organ, contoh intrakardial.

6. Melalui selaput perut, intraperitoneal (Anief, 1994).

2.2.5 Berdasarkan Efek yang Ditimbulkannya

Berdasarkan Efek yang Ditimbulkannya Obat dapat dibedakan menjadi dua , yaitu:

(18)

1. Sistemik: masuk ke dalam sistem peredaran darah, diberikan secara oral

2. Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada kulit, telinga, mata (Anief, 1994).

2.2.6 Berdasarkan Penamaannya

Berdasarkan Penamaannya Obatdapat dibedakan menjadi tiga , yaitu : 1. Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.

2. Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang disepakati sebagai nama obat dari suatu nama kimia.

3. Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh masing-masing produsen obat. Obat bermerek disebut juga dengan obat paten.

2.3 Klorokuin Fosfat

2.3.1 Gambar struktur Klorokuin Fosfat Rumus Bangun dari KlorokuinFosfat :

(19)

8

2.3.2 Sifat Klorokuin Fosfat

Rumus Molekul : C18H26CIN3.2H3PO4

Nama Umum : KlorokuinFosfat

Pemeriannya :Serbuk putih atau kekuningan, tidak berbau

Kelarutan: Mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol, dalam klorofom dan dalam eter.

Indikasi : Sebagai Obat Bentuk Sediaan : Tablet 250 mg

Persyaratan :Tablet Klorokuin Fosfatmengandung Klorokuin Fosfat kadar tidak kurang dari93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

(Farmakope Indonesia, EdisiV, 2014 ).

2.3.3 Aktivitas Antimikroba

Cara kerja obat Klorokuin Fosfatadalah dengan menghancurkan bentuk eritrositseksual (gametosit) dari parasit malaria sehingga mencegah penyebaran plasmodia ke nyamuk anopheles (Siswandono,dkk , 2000 ).Masa inkubasi malaria antara 12-30 hari. Dengan gejala penyakit yaitu :penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti demam tinggi seringkali disertaimenggigil, diakhiri berkeringat banyak.Plasmodium sp dapat pula menyerang otakmenyebabkan malaria cerebralis dengan gejala-gejala kaku kuduk, kesadaran yangmenurun seperti pada gejala radang otak yang lain. (Entjang, I , 2000).

Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna, kadar serumtertinggi dicapai dalam 1-2 jam, kemudian obat akan dikumpulkan pada

(20)

jaringantertentu, seperti hati, paru dan ginjal dan tetap tinggal dalam waktu yang lama karenaterikat secara kuat dalam sel-sel yang mengandung melanin.

Pelepasan obat keperedaran darah sangat pelan, dengan waktu paro antara 70-120 jam. Dosis oral untukpencegahan malaria : 300 mg/hari. Dimulai 2 minggu sebelum ke daerah yang didugaadanya malaria, dan dilanjutkan 8 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.Untuk pengobatan malaria dosis awal : 600 mg, diikuti dengan 300 mg pada jam ke6 , 24 dan 48. (Siswandono,dkk , 2000).

2.3.4 Farmakokinetik

Absorpsi Klorokuin Fosfatsetelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan makanan mempercepat absorpsi ini. Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Kira-kira 55% dari jumlah obat dalamplasma diikat pada nondifussible plasma constituent. Klorokuin Fosfatlebih banyak diikat di jaringan.

Metabolisme Klorokuin Fosfatdalam tubuh berlangsung lambat sekali dan metabolitnya, monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresi melalui urin. Sejumlah kecil Klorokuin Fosfatmasih ditemukan dalam urin bertahun-tahun setelah pemberian dihentikan. Dosis harian 300 mg menyebabkan kadar mantap kira-kira 125 μg/l, sedangkan dengan dosis oral 0,5 gram tiap minggu dicapai kadar plasma antara 150-250 μg/l dengan kadar lembah antara 20-40 μg/l. Jumlah ini berada dalam batas kadar terapi untuk P. Falciparum yang sensitive dan P.

vivax, yaitu 30 dan 15 μg/l. Metabolisme Klorokuin Fosfatdihambat oleh SKF 525-A, amodiakuin, hidroksiklorokuin, dan pamakuin.(Ganiswara, 1995).

(21)

10

2.3.5 Farmakodinamik

Aktivitas malaria adalahKlorokuin Fosfathanya efektif terhadap parasit dalam faseeritrosit, sama sekali tidak efektif terhadap parasit di jaringan.

Efektifvitasnya sangattinggi terhadap P. vivax dan P. falciparum. Selain itu, Klorokuin Fosfatjuga efektif terhadapgamet P. vivax. Efek supresi terhadap P.

vivax lebih kuat dibandingkan dengan kinadan kuinakrin. Gejala klinik serangan akut malaria menghilangkan 24-48 jam setelahpengobatan, sedangkan parasit umumnya tidak ditemukan lagi di apus darah tepisetelah 48-72 jam.Klorokuin Fosfatmenyembuhkan infeksi P. falciparum dengansempurna. Tetapi kambuhnya infeksi P. vivax tidak dapat dihindari .

Mekanisme kerja obat ini diduga berhubungan dengan sintesis asam nukleatdan nucleoprotein yaitu dengan menghambat DNA polymerase. Secara fisik terjadiinterkalasi Klorokuin Fosfatdengan guanine rantai DNA. Hal ini terjadi juga denganprimakuin dan kuinin, tetapi tidak dengan meflokuin. Parasit yang menginfeksieritrosit akan segera mengambil dan mengakumulasi obat tersebut di dalambadannya. Parasit ini juga menggumpalkan pigmen yang dihasilkan daripenghancuran hemoglobin. Kepekaan plasmodia intraerosit terhadap Klorokuin Fosfatberhubungan dengan kemampuannya untuk menumpuk didalam eritrosit. Prosesambilan obat dan pengumpulan pigmen oleh parasit dihambat secara bersaing olehamodiakuin, kuinin, dan meflokuin. Ambilan Klorokuin Fosfatoleh plasmodia ini bersifatbutuh energi (energi dependent), terjenuhkan (saturable), dan berlangsung denganbantuan carrier. Ada dugaan bahwa pigmen dilepaskan dari degradasi Hb bertindaksebagai reseptor untuk

(22)

Klorokuin Fosfatdan turunannya. Pigmen ini atau kompleksnya danKlorokuin Fosfatdapat menyebabkan lisis parasit. (Ganiswara, 1995).

2.3.6 Identifikasi Klorokuin Fosfat

Menurut Farmakope Indonesia Edisi Vdapat dilakukan sebagai berikut : - Spektrum serapan ultraviolet larutan yang digunakan untuk pengukuranserapan pada penetapan kadar menunjukkan maksimum dan minimum padapanjang gelombang yang sama seperti pada Chloroquine DiposphatBPFI.Perbandingan serapan pada 343 nm dan 329 nm adalah 1,00 dan 1,15.

- Larutkan sejumlah serbuk tablet dalam20 ml air hingga mengandung lebihkurang 20 mg zat, saring. Ke dalam filtrat tambahkan 5 ml trinitrifenol LP,terbentuk endapan kuning. Saring dan cuci dengan air hingga air cuciantidak berwarna. Keringkan di atas silica gel P, akan melebur antara 205º dan210º.

2.3.7 Efek Samping

Jika diberikan sebagai kemoprofilaksis, efek samping Klorokuin Fosfat sedikit. Efeksamping yang kadang-kadang muncul pada dosis besar ketika digunakanuntuk pengobatan klinik malaria meliputi mual dan muntah, pusing danpenglihatan kabur, sakit kepala dan symptom urtikaria. Kadang-kadang padadosis besar timbul retinopati. Injeksi intravena bolus klorokuin dapatmenyebabkan hipotensi dan jika menggunakan dosis tinggi dapat terjadidisrithmia fatal. Klorokuin Fosfataman untuk wanita hamil.Klorokuin Fosfatmempunyai margin keamanan yang rendah dan sangat berbahayajika overdosis.Klorokuin Fosfatdosis besar digunakan untuk mengobati rheumatoidarthritis daripada untuk malaria, dengan demikian efek samping

(23)

12

Klorokuin Fosfatlebih sering terjadi pada penderita arthritis. Secara umum Klorokuin Fosfatmudahditolerir.

Klorokuin Fosfatmempunyai rasa yang tidak enak dan dapat menimbulkanpruritus yang dapat berakibat parah pada orang kulit hitam. Efek sampingyang kurang umum meliputi sakit kepala, berbagai erupsi kulit, dan gangguansaluran cerna seperti mual, muntah, dan diare. Toksisitas terhadap susunansaraf pusat yang jarang terjadi meliputi konvulsi dan gangguan mental.Penggunaan kronik (>5 tahun terus menerus untuk profilaksis) dapatberakibat kerusakan mata seperti keratopati dan retinopati. Efek sampingtidak umum lainnya meliputi myopati, berkurangnya pendengaran,fotosensitivitas dan rambut rontok. Gangguan darah seperti anemia aplastiksangat jarang terjadi. Overdosis akut sangat berbahaya dan kematian dapatterjadi dalam waktu beberapa jam. Penderita yang mengalami pusing danmerasa ngantuk disertai gangguan saluran cerna dan sakit kepala dapatsecaratiba-tiba mengalami gangguan penglihatan, konvulsi, hipokalemia,hipotensi dan kardiak aritmia.(Ganiswara, 1995).

2.3.8 Pengertian Klorokuin Fosfat

Klorokuin fosfat merupakan obat pilihanuntuk pencegahan dan pengobatan seranganakut malaria.Kombinasi denganprimakuin digunakan untuk pencegahanserangan semua jenis malaria. Pada dosiskumulatif, profilaksis lebih dari 100 gram(lebih dari 5 tahun profilaksis) meningkatkanrisiko retinopati, yang diduga berhubungandengan deposisi klorokuin pada jaringanyang kaya akan melanin.

(24)

Klorokuin adalah derivat 4-aminokuinolin.Klorokuin hanya efektif pada fase eritrosit.Efektivitasnya sangat tinggi terhadap P. vivaxdan P. falciparum, juga efektif terhadapgamet P. vivax.Efek supresi terhadap P. vivaxjauh lebih kuat dibandingkan dengan kinadan kuinakrin.( Nugroho dan Wagey, 2000

2.4 Spektrofotometri Uv-Visible

Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yangmemakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190- 380) dan sinar tampak (380- 780) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yangdianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatifketimbang kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995 ).Spektrofotometer terdiri atasspektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum denganpanjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yangditranmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yangkontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alatuntuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).

Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupalarutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan pelarut yangdipakai antara lain:

1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi padastruktur molekulnya dan tidak berwarna.

2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.

(25)

14

3. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis.(Mulja dan Suharman, 1995 ).

Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan visibe tergantungpada struktur elektronik dari molekul. Serapan ultraviolet dan visibel dari senyawa-senyawaorganik berkaitan erat transisi-transisi diantara tingkatan- tingkatan tenagaelektronik. Disebabkan karena hal ini, maka serapan radiasi ultraviolet atau terlihat seringdikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi- transisi tersebut biasanya antara orbital ikatan antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atauorbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran dari pemisahan tingkatan-tingkatantenaga dari orbital yang bersangkutan. Spektrum ultraviolet adalah gambar antarapanjang gelombang atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan (transmitasi atauabsorbansi). Sering juga data ditunjukkan sebagai gambar grafik atau tabel yang menyatakanpanjang gelombang lawan serapan molar atau log dari serapan molar, Emax atau log Emax(Sastrohamidjojo, 2001).

Sumber tenaga radiasi terdiri dari benda yang tereksitasi menuju ke tingkat yang lebihtinggi oleh sumber listrik bertegangan tinggi atau oleh pemanasan listrik. Monokromatoradalah suatu piranti optis untuk memencilkan radiasi dari sumber berkesinambungan.Digunakan untuk memperoleh sumber sinar monokromatis. Alat dapat berupa prisma ataugrating (Khopkar, 1990).

Pengukuran pada daerah UV harus menggunakan sel kuarsa karenagelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegimaupun berbentuk silinder dengan ketebalan 10 mm. Sel tersebut adalah sel pengabsorpsi,merupakan sel untuk meletakkan cairan ke dalam berkas cahaya

(26)

spektrofotometer. Sel haruslah meneruskan energi cahaya dalam daerah spektral yang diminati. Sebelum seldipakai dibersihkan dengan air atau dapat dicuci dengan larutan detergen atau asam nitratpanas apabila dikehendaki (Sastrohamidjojo, 2001).

Skema susunan UV/Vis spektrometer

Sumber yang berasal dari radiasi yang memiliki panjang gelombang melewati filtermonokromator kemudian mengenai sampel. Pada sampel terjadi absorbansi panjang gelombang.Setelah melewati sampel kemudian panjang gelombang tersebut mengenai detektor dan direkam.Hasil dari rekaman data tersebut merupakan grafik hubungan antara panjang gelombang denganabsorbansi. Berikut ini dijelaskan komponen komponen dari spektrometer UV vis :

1. Sumber Radiasi

Sumber radiasi terdiri dari bahan yang dapat tereksitasi ke tingkat energi yang tinggimelalui:

a. proses pemanasan dengan bantuan arus listrik

b. proses pelepasan elektron pada beda tegangan yang tinggiketika kembali ke tingkat energi yang lebih rendah, bahan akan melepaskan foton.Panjang gelombang yang dihasilkan beragam pada daerah pita energi yang luas Intensitasradiasi yang dihasilkan harus sama dan tetap sehingga tidak ada beda Po pada saatstandarisasi dengan Po pada saat pengukuranhal ini sangat penting untuk model single-beam.Pada double-beam, setiap saat Po dan P selalu diukur dan dibandingkan secara simultan sehinggakestabilan sumber radiasi tidak selalu diperhitungkan.Sumber radiasi UV,Lampuhidrogen,Lampu deutorium,adiasi yang dihasilkan mempunyai panjang gelombang 180-350 nm.

(27)

16

2. Monokromator

Fungsi dari monokromator untuk memecah radiasi polikromatis dengan pita energi yanglebar yang dihasilkan sumber radiasi menjadi radiasi dengan pita energi yang lebih sempit ataumenjadi radiasi monokromatis. Monokromator mampu menghasilkan radiasi dengan lebarpitaefektif sebesar 35 - 0,1 nm.Lebar pita efektif yaitu kisaran panjang gelombang dimananilaitransmitansi minimal ½ dari nilai maksimalnya.Komponen –komponen monokromator: Celah untuk masuknya radiasi polikromatis dari Lensa/cermin untuk menyerap cahaya,Pendispersi cahaya yang berupa prisma atau gratingyang dapat memecah radiasi menjadi komponen-komponen panjang gelombang,Lensa/cerminpemfokus cahaya,Celah keluar .

3. Wadah sampel (cuvet)

Cuvet terbuat dari kuarsa atau silika untuk radiasi UV dan gelas biasa atau kuarsauntuk radiasi sinar tampak.Tebal cuvet bervariasi dari 1-10 cm.Cuvet ditempatkan setelahmonokromator supaya kemungkinan terjadinya dekomposisi/fluorescence oleh panjanggelombang berenergi tinggi yang masih ada didalam radiasi polikromatis dapatdiminimalkan.Posisi permukaan cuvet tegak lurus datangnya radiasisehingga kehilanganradiasi akibat pantulan/ refraksi dapat dikurangi.

4. Operasi single-beam dan double-beam

Single-beamRadiasi dari monokromator yang masuk didispersikan oleh prisma/

grating.Ketika alat pendispersi dirotasikan, berbagai pita radiasi yang telah terpecah difokuskan padacelah keluar. Radiasi dilewatkan sampel dan diterima detektor.Sinar dari monokromator diarahkan ke sel blangko dan sel sampel

(28)

dengan bantuan beamsplitter (chopper). Kedua sinar dibandingkan terus menerus/

bergantian secaraberulang-ulang.Fluktuasi pada intensitas sumber cahaya respon detektor dan hasil penguat sinyaldikompensasi dengan mengamati perbandingan sinyal antara blangko dengan sampel,

5. Menentukan koefisien absorbansi

Penentuan sifat optik penting dalam pembuatan lapisan tipis untuk menentukan strukturdari semi konduktor. selain itu konstanta dalam optik dapat memberikan informasi mengenaistrukur dari lapisan tipis. spektrum transmisi dan absorbansi dengan panjang gelombang antara300-1100 nm. dari data tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai koefisien absorbansiband gap energi dan konstanta optik yang lainya.

(29)

18

BAB 3

METODOLODI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

a. Alat Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu

b. Neraca analitik Matrixtype esj 210

c. Beaker gelas Pyrex

d. Pipet volume Pyrex

e. Pipet tetes -

f. Kertas saring -

g. Kertas perkamen -

h. Lumpang dan alu -

i. Erlenmeyer Pyrex

j. Labu ukur 100 mL Pyrex

k. Bola karet -

l. Pinset -

m. Corong pisah 250 mL Pyrex

n. Gelas ukur50 mL250 mLdan 1L Pyrex

o. Kaki tiga -

p. Spatula -

q. Combi shaker -

(30)

3.1.2. Bahan

a. Ammonium Hidroksida 6N b. Klorokuin Fosfat 250 mg c. Kloroform P

d. HCl P (1 dalam 1000) e. HCl P ( 1 dalam 250) f. Air

3.2.Prosedur Percobaan 3.2.1 Pengoperasian alat

3.2.1.1 Persiapan Analisa Penetapan Kadar

I . Pembuatan Baku

- Timbang 5 mg baku Klorokuin Fosfat BPFI , penimbangan dengan cara ditimbang bobot wadah + zat Klorokuin Fosfat BPFI diperoleh hasil 17,325 mg dan ditimbang bobot wadah + sisa diperoleh 12,258 mg , lalu dikurangkan dan hasilnya 5,067 mg , masukkan ke dalam labu ukur 50 ml,larutkan dengan HCl (1 dalam 1000 ) sampai garis tanda.

- Kemudian pipet 5 ml masukkan kedalam labu ukur 50 ml, cukupkan dengan HCl (1 dalam 1000 ) sampai garis tanda.

- Ukur absorbansi dengan alat spektrofotometri dengan panjang gelombang 343 nm menggunakan blangko larutan asam klorida P(1 dalam 1000) hingga kadar lebih kurang 10 µg/ml

(31)

20

II.Larutan Uji

- Timbang tablet Klorokuin Fosfat sebanyak 1,4 mg Klorokuin Fosfat , penimbangan dengan cara ditimbang bobot zat Uji wadah + zat diperoleh 1,6283 mg dan ditimbang bobot zat uji wadah + sisa diperoleh 0,1627 mg lalu dikurangkan dan hasilnya 1,4656 mg , dilakukan duplo .

- Lalu haluskan tablet Klorokuin Fosfat

- Masukkan ke dalam labu ukur 200 ml ,tambahkan lebih kurang 100 ml air dan kocok secara mekanik selama lebih kurang 20 menit .

- Tambahkan air sampai tanda, saring, buang 50 ml filtrat pertama .

- Pipet 50 ml filtrat ke dalam corong pisah 250 ml,tambahkan 5ml ammonium hidroksida 6N ,kocok dan ekstraksi lima kali, tiap kali dengan 25 ml kloroform P .

- Cuci kumpulan ekstrak kloroform dengan 10 ml air , dan ekstraksi air cucian dengan 10 ml kloroform P.

- Uapkan kumpulan ekstrak kloroform di atas penangas uap hingga lebih kurang 10 ml.

- Tambahkan 50 ml larutan asam klorida P (1 dalam 250)

- Uapkan lagi di atas penangas uap sampai bau kloroform hilang. Pindahkan sisa kedalam labu ukur 200 ml, cuci cawan penguap dengan larutan asam klorida P (1 dalam 1000)

- Tambahkan cucian kedalam labu ukurdan tambahkan asam klorida P (dalam 1000) sampai garis tanda

- Pipet 1 ml larutan, masukan kedalam labu ukur 100 ml lalu cukupkan dengan larutan asam klorida P (1 dalam 1000)

(32)

- Ukur absorbansi larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang 343 nm menggunakan blangko larutam asam klorida P(1 dalam 1000)

(33)

22

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil

Dari hasil Penentuan Kadar Klorokuin Fosfat diperoleh data sebagai berikut :

4.1.1 Tabel Data Hasil Analisa Kadar pada sampel tablet Klorokuin Fosfat 250 mg

Nama Contoh : Klorokuin Fosfat Jenis Contoh : Tablet

Komposisi : Klorokuin Fosfat 250 mg Tanggal Mulai Pengujian : 22 Februari 2017

Tanggal Selesai Pengujian : 22 Februari 2017

Nama Zat Bobot (mg) Faktor Panjang Absorbansi Pengenceran Gelombang

Wadah + Wadah+

Zat Sisa Baku

Pembanding 17,325 mg 12,258 mg 500 343 nm 0,3650 Zat Uji 1

Zat Uji 2

1,6283 mg 0,1627 mg 80.000 343 nm 0.3408 1,6197 mg 0,1530 mg 80.000 343 nm 0.3400

(34)

4.2 Perhitungan

1. Perhitungan kadar Klorokuin Fosfat pada tablet Klorokuin Fosfat 250 mg

Untuk menghitung kadar Klorokuin Fosfat pada tablet Klorokuin Fosfat 250 mg dapat menggunakan rumus :

Kadar =

x

x

x

x 100%

Keterangan : Au = Absorbansi Uji Ab = Absorbansi Baku

Bb = Bobot Baku Bu = Bobot Uji

Fu = Faktor Pengenceran Uji

Fb = Faktor Pengenceran Baku Br = Bobot Rata- Rata

Ke = Kadar klorokuin fosfat per tablet yang terterapada etiket dalam mg

(35)

24

Contoh Perhitungan : Diketahui :

Zat Uji 1 Zat Uji 2

Au = Au =

Ab = Ab =

Bb = Bb =

Bu = Bu =

Fu = Fu =

Fb = Fb =

Br = Br =

Ke = Ke =

Ditanya :Kadar Klorokuin Fosfat pada tablet Klorokuin Fosfat 250 mg pada Zat Uji 1 Dan Zat Uji 2 ?

- Kadar Klorokuin FosfatZat Uji 1 Kadar =

x

x

x

x 100%

Kadar 1 = × × × × 100% = 94,68%

- Kadar Klorokuin FosfatZat Uji 2 Kadar =

x

x

x

x 100%

Kadar 2 = × × × × 100% = 94,39%

Maka kadar rata-rata sampel adalah 94,54% = 236.34 mg/tablet

(36)

4.3Pembahasan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan kita dapat membuat uraian berdasarkan standart atau norma yang telah ditetapkan yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.3.Data Pembahasan Berdasarkan StandartFarmakope

Berdasarkan uraian diatas bahwa kandungan Klorokuin Fosfat dalam tablet Klorokuin Fosfat 250 mg sudah memenuhi standart yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi V yaitu sebesar 93,0% - 107,0% . serta dari hasil analisa yang telah dilakukan didapatkan kadar Klorokuin Fosfatdalam tablet Klorokuin Fosfat250 mg sebesar 94,68% dan 94,39%.

URAIAN Standart Farmakope Perlakuan

Zat uji 1 Zat uji 2 Kandungan 93,0% - 107,0% 94,68% 94,39%

Klorokuin Fosfat dalam tablet Klorokuin Fosfat 250 mg

(37)

26

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

- Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap sampel tablet Klorokuin Fosfat250 mg maka diperoleh kadar Klorokuin Fosfat:

Zat Uji 1 (94,68%) ; Zat Uji 2 (94,39%) maka kadar rata-rata sampel yaitu 94,54% = 236.34 mg/tablet .

Hasil ini memenuhi persyaratan sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014 yaitu bahwa kadar tabletKlorokuin Fosfattidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% .

5.2 Saran

Diharapkan kepada balai besar pengawan obat dan makanan pada pengujian selanjutnya menggunakan parameter yang berbeda seperti uji keseragaman bobot pada sediaan tablet Klorokuin Fosfat ..

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anief,M.1994. Farmasetika Dasar.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Chaerunissa,A .Y .2009 .Farmasetika Dasar . Bandung : Widya Padjajaran

Dachriyanus.2004.Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri . Padang : Andalas University Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Kebijakan Obat Nasional.

Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995 . Malaria: Tes resistensiuntuk Plasmodium falciparum.Jakarta :Dirjen P2M dan PLP

Depkes RI .2014 .Farmakope Indonesia edisi V .Jakarta :Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Frederic., et al. 2008. Selection of a trioxaquine as an antimalarial drugcandidate.Journal Pharmacology .

Entjang Indan.2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Bandung : PT.

CitraAditya Bakti

Ganiswara, S.G.1995.Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia

Khopkar, S. M .1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : PenerbitUniversitas Indonesia

Munson, J.W. 1991, Analisis Farmasi Metode Modern, Parwa B. Surabaya : Universitas Airlangga

Mulja, M., Suharman .1995 .Analisis Instrumen, Cetakan 1.Surabaya :AirlanggaUniversity Press

Nugroho, A dan Wagey, M.T. 2000. Siklus hidup Plasmodium malaria.Dalam:

Harijanto, P.N. (editor) Malaria, epidemologi, patogenesis,manifestasi klinis dan pelayanan.. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Purwantiningsih. 2003.Artemisinin dari Artemisia saccarum, Ledep danTurunannya Sebagai Komponen Bioaktif Antimalaria.Bogor : KaryaUtama Doktor Kimia, FMIPA Kimia IPB

Roth, J.H., dan Blaschke, G. 1998 .Analisis Farmasi, Cetakan III, diterjemahkan oleh Kisman, S., dan Ibrahim, S. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press

Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi .Yogyakarta :Liberty

Simanjuntak, C.H dan Arbani, P.R. 2009 .Status malaria di Indonesia.Cermin dunia kedokteran.Jakarta :PenerbitUniversitas Indonesia

Siswandono dan Soekardjo, B. 2000 .Kimia Medisinal, Edisi 2.Surabaya :Airlangga University Press

Referensi

Dokumen terkait

Does reading reviews help you decide what movie you are going to watch?. State

Pada pembuatan aplikasi Cache Konfigurator dapat dilihat kemudahan yang diberikan oleh Microsoft Visual Basic antara lain aplikasi ini dapat dibuat dari versi 4.0 hingga versi

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat digunakan sebagaimana

KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA/JUMLAH KASUS TAHUN

Namun terdapat kesepakatan bahwa mise en scene merupakan sebuah elemen penting yang menjadikan seorang sutradara mendapat predikat tertentu, dan dapat dikatakan menjadi ciri khas

KLINIK PRSHN/ PELAYANAN KESEHATAN. PEMERIKSAAN

Film in the Gallery, cinema of exhibition, spatiovisual art, intersubjective spectatorship Travel-lingering Through American Night:.. Rethinking Space in ‘Film in the

Binwasnaker & K3, Triwulan IV Tahun 2016, Diolah Pusdatinaker. PENYIDIKAN NORMA KETENAGAKERJAAN