• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KELUARGA DALAM METODE PROBLEM SOLVING MELALUI BERMAIN PASARAN UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DI MASA PANDEMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN KELUARGA DALAM METODE PROBLEM SOLVING MELALUI BERMAIN PASARAN UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DI MASA PANDEMI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pasca Sarjana Magister Pendidikan Universitas Muria Kudus Email: parmiwulan7125@gmail.com

Info Artikel

Sejarah Artikel:

Diserahkan: 1 Juni 2021 Direvisi: 5 Agustus 2021 Disetujui: 10 Agustus 2021

Keywords:

Family Role, Problem solving method, cognitive ability

Abstract

The purpose of this study is to find out the extent of the role of family and the effectiveness of Problem Solving methods through role playing to improve early childhood cognitive abilities during pandemic learning. The subjects in this study were parents who had children aged 4-6 years who numbered 10 families, consisting of 5 families with children more than 1 person and 5 fami lies who have only 1 child. Data collection techniques used are interviews, observations and documentation, , the data is analyzed using thematic, namely analysis techniques that emphasize on the preparation of coding by referring to the research questions that have been set, so that the themes are arranged in accordance with the research question and become a reference in describing the phenomenon that occurs. From the results of the study found that: The role of family or mother is very helpful in solving problems during the role of salesman, during online learning during the Covid-19 pandemic.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran keluarga dan efektivitas metode Problem Solving melalui bermain peran untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini pada masa pembelajaran pandemi . Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun yang berjumlah 10 keluarga, terdiri dari 5 keluarga dengan anak lebih dari 1 orang dan 5 keluarga yang memiliki 1 anak saja. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi , data dianalisis dengan menggunakan tematik, yaitu teknik analisis yang menekankan pada penyusunan koding dengan mengacu pada pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan, sehingga tema-tema yang tersusun sesuai dengan pertanyaan penelitian tersebut dan menjadi acuan dalam memaparkan fenomena yang terjadi . Dari Hasil penelitian ditemukan bahwa : Peran keluarga atau ibu sangat membantu anak di dalam memecahkan masalah selama berperan menjadi penjual ,selama pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19.

© 2021 Universitas Muria Kudus

(2)

PENDAHULUAN

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, dalam rangka pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19) serta untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini, di antaranya adalah dengan mengeluarkan PP Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 , PPKM , dan saat ini telah diberlakukan PPKM Darurat Jawa Bali, akibat melonjaknya kasus positif dan meningkatnya kasus yang meninggal dunia, yang berakibat pada pembatasan berbagai aktivitas termasuk di antaranya sekolah.

Sementara itu aktivitas Belajar Dari Rumah (BDR) yang lebih dari satu tahun , pada awal pandemi dulu resmi di keluarkan melalui Surat

Edaran Mendikbud Nomor

36962/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19). Kebijakan ini tentunya tidak hanya berdampak pada hubungan guru dan murid selama BDR , namun juga pentingnya optimalisasi peran orang tua dalam pelaksanaan pembelajaran dari rumah atau BDR. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak, dimulai dari keluargalah tempat berlangsungnya proses pendidikan pertama dan utama . Penguatan dari keluarga dalam mendampingi anak belajar dirumah sangat penting, menciptakan suasana nyaman belajar dirumah dan mendampingin anak belajar sesuai dengan karakter masing-masing anak dengan demikian anak bisa belajar dengan nyaman aman sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Sehingga perasaan belajar di sekolah akan seperti belajar di rumah, atau setidaknya membawa suasan sekolah ke rumah dengan kehangatan yang diciptakan semua anggota keluarga. Semua aspek perkembangan diharapkan berkembang secara optimal, melalui perencanaan yang matang dari sekolah dan diaplikasikan dengan kegiatan di rumah.

Gardner (dalam Susanto, 2011: p 47) dalam (PGPAUD et al., n.d.) menyatakan bahwa

“kognitif merupakan pikiran yang dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah”. (. Pendidikan & Kebudayaan, 2015) menjelaskan bahwa kognitif meliputi tiga macam aspek yaitu pertama, belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, berpikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola. Menurut Winkel (dalam Riyanto, 2010: p 48), dalam belajar kognitif terdapat 2 aktivitas yaitu mengingat dan berpikir. Aktivitas itu yang mengawali anak mempelajari, mengingat dan berpikir hingga memperoleh sebuah konsep. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak yaitu model pembelajaran berbasis masalah problem solving.

Winarno (dalam Hidayati, 2008: 7.21) menjelaskan bahwa “ Metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan proses belajar mengajar, atau bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik di sekolah”. Pembelajaran berbasis problem solving adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan belajar untuk belajar, Duch (dalam Riyanto, 2010: p 285), sementara Burner (dalam Riyanto, 2010: p 13) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah diterapkan melalui pemberian masalah kepada anak sehingga anak dapat menjadi problem solver dalam memperoleh sebuah konsep. Penerapan metode problem solver salah satu kemampuan yang harus dikembangkan sejak dini, hal ini dikarenakan pemecahan masalah berkaitan dengan cara anak mengembangkan kemampuan kognitif anak dikutip dalam (Pg-paud et al., n.d.). Metode Problem solving yaitu penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan cara melatih peserta didik untuk menghadapi berbagai masalah, baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama- sama”dalam (J. Pendidikan et al., 2015). Hal ini sangat jelas bahwa anak akan menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan cara yang sederhana. Kemampuan anak dalam memecahkan masalah (problem solving) juga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya baik dalam kemampuan berpikir maupun kreativitasnya memecahkan masalahnya sendiri, mereka masih memerlukan bantuan orang tua atau guru dalam menerapkan problem solving di dalam masalah sehari-hari. berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab-akibat. Ketiga, berpikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan. Aspek perkembangan kognitif mengajarkan anak belajar memperoleh dan dapat menggunakan bentuk bentuk representasi yang mewakili objek yang dihadapinya.

(3)

Menurut Winkel (dalam Riyanto, 2010: p 48), dalam belajar kognitif terdapat 2 aktivitas yaitu mengingat dan berpikir. Aktivitas itu yang mengawali anak mempelajari, mengingat dan berpikir hingga memperoleh sebuah konsep.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak yaitu model pembelajaran berbasis masalah problem solving. Pembelajaran berbasis problem solving adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan belajar untuk belajar, Duch (dalam Riyanto, 2010: p 285), sementara Burner (dalam Riyanto, 2010: p 13) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah diterapkan melalui pemberian masalah kepada anak sehingga anak dapat menjadi problem solver dalam memperoleh sebuah konsep. Penerapan metode problem solving, adalah pemecahan masalah berkaitan dengan cara anak mengembangkan kemampuan kognitif anak . Kemampuan anak dalam memecahkan masalah (problem solving) juga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya baik dalam kemampuan berpikir maupun kreativitasnya memecahkan masalahnya sendiri, mereka masih memerlukan bantuan orang tua atau guru dalam menerapkan problem solving di dalam masalah sehari-hari, melalui bermain.

Menurut Vygotsy (Iva Rifa, 2012: 12) menyatakan bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognitif anak, dimana seorang anak kecil tidak mampu berpikir abstrak sehingga dibutuhkan cara agar mereka dapat memahami suatu objek, baik secara konkret maupun abstrak. Bermain adalah aktivitas yang tidak dapat terlepas dalam kehidupan seorang anak, banyak hal yang dapat dilakukan dan ditemui anak dalam aktivitas bermainnya tersebut. Bermain dapat melatih kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik anak, selain itu dengan bermain anak dapat belajar mengembangkan kreativitas, bersosialisasi dan bekerjasama dengan orang lain.

Kegiatan bermain yang banyak mengeksplor anak untuk memecahkan masalah sederhana antara lain permainan ular tangga, bermain maze, bermain congklak, bermain pasaran, juga bermain peran.(Utami, 2017) mengatakan bahwa dalam pemecahan problem- problem baru yang dihadapi diperlukan kesanggupan untuk berpikir. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya sekolah turut bertanggung jawab mempersiapkan anak didik dengan

menggunakan metode problem solving dalam mengajarkan berbagai mata pelajaran. Metode ini memusatkan kegiatan pada murid. Jadi berbeda dengan metode ceramah yang mengutamakan guru. Pada tingkat ini, anak didik belajar memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey (dalam Abu Ahmadi, 2005) belajar memecahkan masalah ini berlangsung sebagai berikut : individu menyadari masalah bila dia dihadapkan pada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya kesulitan.

METODE PENELITIAN

Metode yang penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengekplorasi data lebih dalam. Dalam hal ini penelitian menganalisis peran orang tua mengenai peran mereka dalam mendampingi anak selama pandemi Covid19 terjadi. Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun yang berjumlah lima keluarga Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi , data dikumpulkan dan dianalisis yang bertujuan untuk memahai literasi informasi peneliti saat menggunakan open acces (Heriyanto H. , 2018)

Untuk lebih jelasnya, paparan alur penelitian dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Alur Penelitian

Wawancara mendalam merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dari narasumber. Dalam penelitian kualitatif, wawancara terjadi ketika peneliti menanyakan berbagai pertanyaan yang bersifat terbuka (Neumann, 2014). Wawancara terbuka disarankan dilakukan dalam penelitian kualitatif agar para subjek penelitian mengetahui bahwa ia sedang diwawancarai dan memahami maksud serta tujuan peneliti. Studi dokumentasi bermanfaat untuk mendukung hasil observasi atau wawancara. Wawancara kami lakukan pada

(4)

Orang tua kelompok usia 4-6 tahun pada TK Negeri 1 Kaliori. Tujuan wawancara yang paling utama adalah memperoleh informasi secara langsung, memperoleh data yang benar, serta pelengkap penelitian dan penyelidikan mengenai peran keluarga dalam metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak.

Adapun tujuan dari observasi adalah untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai objek yang diamati, dimana kesimpulan tersebut disusun dalam sebuah laporan yang relevan dan bermanfaat bagi bahan pembelajaran pengembangan keterampilan social anak usia dini.

Dokumentasi dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu: 1) Dokumentasi studi dokumen foto dan video; , penilaian anak . Foto dan video menghasilkan data deskriptif. Penggunaan foto dan video untuk melengkapi sumber data memiliki manfaat namun perlu diberikan catatan khusus mengenai keadaan yang terjadi dalam foto tersebut (Moeloeng, 2011).Catatan penilaian digunakan untuk mengetahui perkembangan kemampuan anak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran keluarga yaitu: menjaga dan memastikan anak - anak untuk menerapkan hidup bersih dan sehat, mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekolah, melakukan kegiatan bersama selama di rumah, bermain bersama anak menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak, menjalin komunikasi yang intens dengan anak, menjadi role model bagi anak, memberikan pengawasan pada anggota keluarga, menafkahi dan memenuhi kebutuhan keluarga, dan membimbing dan memotivasi anak, memberikan edukasi, memelihara nilai keagamaan, melakukan variasi dan inovasi kegiatan di rumah. Diperlukan panduan bagi orang tua dalam membantu mendampingi kegiatan anak yang berbasis pada kebutuhan anak selama pandemi dan selama belajar dari rumah selama pandemi. (kurniati, 2020)

Komunikasi yang positif akan membangun pengasuhan positif dalam keluarga, yang ditunjukkan dengan mendengarkan dengan penuh perhatian serta fokus terhadap pembicaraan. Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila dalam kegiatan komunikasi.

Orang tua memiliki pengaruh awal dan penting pada kemampuan anak-anak mereka untuk belajar. Perilaku rangtua seperti interaksi

verbal, responsif, dan stimulasi, memiliki dampak signifikan pada anak. Menurut teori perkembangan dan temuan empiris, kualitas dan kuantitas perilaku pengasuhan positif dan interaksi orang tua-anak mempengaruhi bahasa awal anak, literasi (Joo, 2020)

Bermain Bersama Anak Orang tua menyampaikan bahwa selama pandemi berlangsung, kegiatan bermain menjadi aktivitas yang paling sering dilakukan, khususnya pada orang tua yang memiliki anak usia PAUD dan SD awal (Gloria, 2020; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017; Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2017). Hal tersebut menunjukkan hakikat dasar dunia anak, yakni bermain. Anak dapat banyak belajar tentang sesuatu melalui kegiatan bermain, dan bermain juga salah satu bagian dari pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat penting (Prasetyono, 2008:5). Sejalan dengan yang tercantum pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2017) bahwa dunia anak adalah bermain, melalui bermain, menuntun pada perkembangan anak yang cerdas, ceria dan selalu sehat. Sebagian besar anak-anak menggunakan waktunya untuk bermain, baik itu bermain sendiri maupun dengan temannya. .

Ft.1 Keg. Bermain pasaran bersama keluarga

Kegiatan bermain bersama akan mendorong anak-anak untuk berperilaku positif sesuai dengan kebutuhan dan harapan anak, dan diharapkan hubungan yang terjalin saat bermain bersama akan secara konsisten dapat mencegah perilaku bermasalah serta sebagai salah satu cara membangun dan mempertahankan suasana keluarga yang positif (Bluth & Wahler, 2011).

Kebersamaan dan keakraban dalam keluarga akan membangun pengasuhan positif, yang mana didalamnya mengandung dimensi kasih sayang (compassion), yang didefinisikan sebagai keinginan untuk mewakili emosi seseorang dalam meringankan penderitaan (Lazarus dan Lazarus, 1994, dalam Duncan et al., 2009).

Orang tua merupakan pemimpin di dalam keluarga, di mana orang tua adalah seseorang yang paling dewasa di antara anggota keluarga lainnya. Dalam struktur keluarga, anak-anak akan mengikuti dan mencontoh perilaku orang tua(Wulandari, 2020) menyatakan

(5)

bahwa anak akan meniru perilaku orang tuanya karena anak melihat hal tersebut baik itu yang positif ataupun yang negatif, hal yang ditiru oleh anak contohnya meniru kebiasaan, pergaulan orang tua, perilaku, ataupun aktivitas sehari-hari yang dilakukan orang tua. Dengan begitu orang tua menjadi sumber pertama anak untuk belajar karena pada dasarnya anak memiliki dorongan untuk meniru suatu pekerjaan, baik itu dari orang tua maupun dari orang lain (Taubah, 2015)

(Cabrera, 2018) Membimbing dan Memberi Motivasi Kepada Anak Kegiatan belajar dari rumah (BDR) yang dilakukan anak- anak selama pandemi berlangsung memunculkan beragam kondisi diantaranya adalah jenuh dan menurunnya semangat anak-anak dalam belajar.

Seperti yang disebutkan dalam penelitian Nurkholis (2020) bahwa dampak dari situasi pandemi Covid-19 pada peserta didik adalah kejenuhan dan kebosanan, Intensitas atau frekuensi kontak dengan anak - anak dapat mempengaruhi perkembangan anak-anak (Cabrera, 2018) Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa Bermain pasaran adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak, benda apapun dapat menjadi barang dagangannya. Manfaat dari bermain pasaran ( bermain peran menjadi penjual dan pembeli ) antara lain

Dapat mengajarkan kepada anak tentang dasar – dasar keuangan.

Di era sekarang ini tidak dapat dipungkiri lagi kita sudah hidup di dunia mata uang virtual dan transaksi keuangan dapat dilakukan dengan sangat cepat. namun anak – anak tidak mungkin langsung belajar dan memahami keuangan virtual tanpa belajar dasar keuangan tunai. Oleh karena itu bermain jual beli akan memperkenalkan kepada mereka tahapan pertukaran uang tunai, atau transaksi pertukaran uang dan barang.

2.Belajar mengambil keputusan.

Meski masih kecil, belajar untuk mengambil keputusan adalah hal yang penting.

Mereka berlatih untuk berani menentukan pilihan dari hal yang sederhana, misalnya apa yang mau mereka beli hari ini. Meski terlihat sederhana hal ini akan berpengaruh bagi kehidupan mereka kelak

3. Belajar matematika dasar. Kemampuan untuk melakukan matematika cepat sangat berguna dalam kehidupan dan bisnis. Bermain jual beli dengan anak merupakan sebuah momen untuk orang tua mengajarkan mereka

matematika dasar seperti penambahan dan pengurangan

4. Melatih komunikasi

Secara tidak langsung saat bermain jual beli dengan anak tentu akan berinteraksi dengan mereka. Hal inilah yang akan membuat mereka terbiasa untuk belajar bagaimana berkomunikasi secara lebih jelas dan lancar.Mereka juga akan dengan perlahan belajar mendeskripsikan sesuatu yang ingin mereka beli atau yang mereka tawarkan. Dengan bermain bersama anak yang lebih tua dan lebih muda, kecerdasan emosional akan pun akan semakin terlatih ( dr.

Soedjatmiko, Sp.AK, MSi ) 5. Melatih kreativitas.

Proses belajar seorang anak tentu dimulai dari bagaimana mereka mampu berimajinasi.

Saat bermain pasar-pasaran, daya imajinasi seorang anak akan sangat terlatih.Secara tidak langsung mereka akan berimajinasi apa yang sedang mereka jual atau apa yang ingin mereka beli.

5. Melatih Kecermatan

Hal yang tak kalah penting adalah mengajarkan mereka bagaimana lebih cermat dalam memilih dan mempertimbangkan sesuatu.Saat bermain jual beli, anak-anak akan langsung belajar memilih barang yang baik untuk dibeli. Bukan hanya itu, saat menjadi penjual mereka juga akan berusaha agar selalu mendapatkan untung.

Peran Orang Tua dalam Bermain

Menurut peneliti, berdasarkan teori yang ada, sudah jelas bahwa peran orang tua dalam kegiatan bermain anak tergantung dari berbagai faktor. Hasil penelitian didapatkan lebih dari 50% orang tua sebagai responden memiliki peran yang cukup dalam kegiatan bermain anak. Dalam penelitian ini, peran orang tua dalam kegiatan bermain dibagi dalam 3 indikator yaitu peran memotivasi, peran mengawasi, dan peran menjadi mitra bermain. Dari hasil penelitian, peran orang tua cukup yaitu orang tua yang masih melarang anaknya untuk bermain, orang tua yang tidak mengawasi anaknya dalam bermain, orang tua yang kurang bisa menyediakan waktu khusus ditengah kesibukan untuk bermain dengan anak, orang tua yang sering melarang jika anaknya mencoba hal yang baru. Peran orang tua yang cukup ini disebabkan karena banyaknya orang tua yang bekerja sehingga orang tua kurang memiliki waktu yang maksimal dengan anak mereka

(6)

Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-6 di TK Negeri 1 Kaliori

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di TK Negeri 1 Kaliori pada 15 Juli – 20 Juli 2021 didapatkan 8 ( delapan) responden perkembangan kognitifnya baik 1 ( satu ) responden memiliki perkembangan kognitif cukup, dan 1 responden memiliki perkembangan kognitif kurang. Dari hasil tersebut dapat diidentifikasikan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 8 ( delapan ) anak memiliki perkembangan kognitif baik. Secara teoritis, Gardner dalam Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak- Kanak oleh Departemen Pendidikan Nasional (2007), mengemukakan bahwa intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih. Selanjutnya Susanto, (2011) menyebutkan perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran merupakan proses dari berpikirnya otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan, dan pengertian. Jadi dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif (perkembangan mental dan kognitif) adalah dari pikiran. Pikiran merupakan bagian dari proses berpikirnya otak.

Bagian ini digunakan untuk proses pengakuan, mencari sebab akibat, proses mengetahui dan memahami.

SIMPULAN

Peran orang tua sangat penting di masa pembelajaran pandemi, antara lain menjaga dan memastikan anak - anak untuk menerapkan hidup bersih dan sehat, mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekolah, melakukan kegiatan bersama selama di rumah, bermain bersama anak menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak, menjalin komunikasi yang intens dengan anak, menjadi role model bagi anak, memberikan pengawasan pada anggota keluarga, menafkahi dan memenuhi kebutuhan keluarga, dan membimbing dan memotivasi anak, memberikan edukasi, memelihara nilai keagamaan, melakukan variasi dan inovasi kegiatan di rumah. Melalui metode pembelajaran dengan metode problem solving melalui kegiatan bermain pasaran, terbukti meningkatkan kemampuan kognitif anak, dari data yang

dianalisa, 8 (delapan) anak dari 10 yang melaksanakan permainan bersama orang tua dan keluarga, terbukti telah mampu memecahkan masalah sederhana yang dihadapi, menjadi problem solver yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Cabrera, N. J. (2018). Fathers Are Parents, Too!

Widening the Lens on Parenting for Children's Development. Child Development Perspectives, 12(3), 152- 157.

Heriyanto, H. (2018). Thematic Analysis sebagai Metode Menganalisa Data untuk Penelitian Kualitatif. Available Online at:

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/an uva.

Joo, Y. S. (2020). What Works in Early Childhood Education Programs?: A Meta–Analysis of Preschool Enhancement Programs. Early Education and Development, 1-26.

kurniati. (2020). Analisis Peran Orang Tua dalam Mendampingi Anak di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 241.

Taubah, M. (2015). PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA PERSPEKTIF ISLAM. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 109-136.

Utami, L. O. (2017). Penerapan Metode Problem Solving Dalam Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak. Tunas Siliwangi, 175-180.

Wulandari, H. (2020). Pencapaian

Perkembangan Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak selama

Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.

Referensi

Dokumen terkait

SAK EMKM dirancang sebagai standar akuntansi yang sederhana yang dapat digunakan untuk entitas mikro kecil dan menengah, sehinga UMK dapat menyusun laporan keuangan untuk

Dari hasil survei volume lalu lintas hari minggu pukul 06.00 – 08.00 tidak ada kendaraan yang melewati lengan simpang Khatib Sulaiman (S) dikarenakan adanya car free day dan jika

Dalam masa pandemi ini semua pembelajaran dilakukan secara daring guna memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 sehingga pembelajaran yang awalnya dilakukan

Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat mitra dalam upaya pemutusan rantai penyebaran Covid-19 10 melalui pembentukan satuan

terhadap ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sebagai langkah preventif dan/atau pencegahan penyebaran Corona Virus Disease

bahwa dalam rangka pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) melalui penyelenggaraan

bahwa untuk mengendalikan dan memutus mata rantai penularan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), Pemerintah Kota Bandung telah menerbitkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 83

40 tahun 2020, tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona virus disease, dampak virus covid 19 proses pembelajaran dilakukan dari rumah secara