PENGATALOGAN DESKRIPTIF BUKU PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Kertas Karya
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.md) dalam bidang perpustakaan dan
informasi
OLEH
ELVA FENENSIA SIALLAGAN 152201020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Kertas Karya yang berjudul “Pengatalogan Deskriptif Buku PadaUniversitas Negeri Medan”. Kertas Karya ini saya selesaikan sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Ahli Madya (A.md) dalam Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan sebanyak-banyaknya terima kasih kepada kedua orang tua saya Bapak saya Barita Siallagan (+) dan Ibu YulianiBr Ginting selalu memberikan dukungan baik berupa motivasi, dukungan, materi dan doa yang selalu menyertai hingga anakmu dapat menyelesaikan kertas karya ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan penyusunan kertas karya ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.
2. Ibu Hotlan Siahaan, S.sos. M.I.Kom sebagai Ketua Jurusan dan Bapak Dirmansyah M.A sebagai Sekretaris Jurusan Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya.
3. Bapak Drs. Belling Siregar, M.Lib sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir dan juga telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan waktu dalam penyelesaian kertas karya ini.
4. Bapak/Ibu Staf pengajar Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah tulus memberikan pengajaran kepada penulis sampai penulis menyelesaikan pendidikan.
5. Ibu Dedek Khadijjah S.Sos, MM, Kepala Sub bagian Tata Usaha Universitas Negeri Medan (UNIMED) beserta seluruh staf pegawai yang telah mengizinkan penulis melakukan observasi dan mengumpulkan data sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
6. Penulis juga berterima kasih kepada abang Okto Weddy Sinaga, A.Md stambuk 2005 yang telah membantu dan memberi masukan kepada penulis sampai terselesaikannya kertas karya ini.
7. Spesial untuk kakak dan abang ku Eica Fricillia Siallagan dan Berry Felix Siallagan yang selalu memberikan semangat, motivasi, menyediakan telinga untuk mendukung dan menghibur penulis.
8. Teristimewa Sahabat Sri Hariyani Harahap, Trisnawaty Rumahorbo, VepridaYanti Simamora, Sri Egia Alemina Tarigan, dan Rizal Siregar, terima kasih untuk setiap kebersamaan diperkuliahan selama tiga tahun ini.
Sukses untuk kita semua! Loveyou and God Bless.
9. Untuk teman-teman stambuk 2015 dan kelompok PKL “Kelompok D”, terima kasih untuk kebersamaan diperkuliahan dan terima kasih atas kerja sama dalam melaksanakan tugas selama perkuliahan. Salam Sukses!
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan kertas karya ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan kertas karya ini, penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan kertas karya ini.
Medan, Oktober2018 Penulis
Elva Fenenesia Siallagan NIM : 152201020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………i
DAFTAR ISI………..ii
DAFTAR TABEL………..v
DAFTAR GAMBAR………vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 3
1.3 Ruang Lingkup Penulisan 3
1.4 Metode Pengumpulan Data 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengatalogan 4
2.2 Tujuandan Fungsi Katalog 5
2.2.1 Tujuan Katalog 5
2.2.2 Fungsi Katalog 6
2.3 Kebijakan Dalam Pengatalogan……….6
2.4 Peraturan Pengatalogan 9
2.5 Bentuk Fisik Katalog Perpustakaan 10
2.6 Pengatalogan Deskriptif 12
2.7Standar-standar Pengatalogan Deskriptif……….……….14
2.8 Penentuan Tajuk Entri Utama dan Penentuan Tajuk EntriTambahan... 15
2.9 Deskripsi Bibliografi... 19
2.10 Pengindeksan Subjek...23
2.11 Pengatalogan Subjek 24
2.11.1PengertianTajukSubjek 24
2.11.2 PenentuanTajukSubjek 25
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) 3.1.1 Sejarah Ringkas Perpustakaan Universitas Negeri
Medan (UNIMED) 27
3.1.2 Visi dan Misi Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) ………..29
3.2 Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) 30
3.3 Tujuan dan fungsi Pengatalogan di Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) 36
3.4 Pedoman Pengatalogan Deskriptif dan Subjektif………...37
3.5 Koleksi Buku Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) 35
3.6 Pelayanan Teknis Perpustakaan Uniersitas Negeri Medan (UNIMED) 40
3.7 Penentuan Tajuk Entri Utama dan Tajuk Entri Tambahan 43
3.8 Deskripsi Bibliografi Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) ...43
3.9 Pengatalogan di Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) 46
3.9.1 Katalogisasi 48
3.9.2 Penentuan Tajuk Subjek ……….49
3.10 OPAC (Online Public Access Catalogue) 49
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 52
4.2 Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 54 LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar-1 : Pustakawan Dalam Melakukan Inventaris Buku...35
Gambar-2 : Contoh Menginventaris Buku...35
Gambar-3 :Deskripsi Bibliografi Buku... 37
Gambar-4 : Pegawai/Pustakawan Dalam Melakukan Pengatalogan BahanPustaka... 40
Gambar-5: Buku DDC 23... 40
Gambar-6 : LCSH 2015 Secara Online...41
Gambar-7 : OPAC Perpustakaan UNIMED...43
Gambar-8 : Contoh hasil pencarian di OPAC Perpustakaan UNIMED...44
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Urain Tugas Staf UPT. Perpustakaan Universitas Negeri Medan
(UNIMED)……….31 Table 2 : Jumlah koleksi yang dimiliki Perpustakaan Universitas
Negeri Medan (UNIMED) berdasarkan Laporan statistik……….39
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengolahan bahan pustaka adalah salah satu tugas utama perpustakaan, disamping tugas tugas pokok lainnya. Pekerjaan ini sangat penting karena setiap bahan pustaka yang disajikan kepada pengguna harus diolah terlebih dahulu barulah disajikan untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan.
Pengatalogan deskriptif adalah merupakan identifikasi dan penggambaran karakteristik bibliografi dari masing-masing bahan perpustakaan.Dalam katalogisasi deskriptif yang menjadi sasaranadalah entri utama dari sebuah buku dan hasilnya dicantumkan dalam katalog. Yang dimaksud entri utama adalah uraian katalog yang dibuat pertama kali, terdiri atas tajuk dan unsur-unsur katalog lainnya. Tajuk biasanya berupa nama pengarang. Dalam subjek yang menjadi sasaran adalah penentuan entri subjek sebuah buku baik berupa subjek verbal maupun notasi klasifikasi, dan hasilnya dicantumkan dalam katalog.
Pengatalogan deskriptif merupakan suatu kegiatan dalam perpustakaan, saat suatu buku atau segala bentuk koleksi yang merekam informasi diakuisisi oleh perpustakaan. Diawali dari pembuatan katalog dengan bentuk kartu hingga yang terbaca mesin seperti Machine Readable Cataloguing(MARC) pada era elektronik sekarang. Dalam pembuatan sebuah katalog yang mendasari pengatalogan deskriptif diawali dari hasil-hasil Paris Principle, yang dilanjutkan dengan penyusunan sebuah format standar deskripsi bibliografis atau yang lebih lazim dikenal dengan International Standard Bibliographic Description (ISBD) pada awal tahun 1970an. Hal ini pula yang mendasari terbitnya suatu buku yang berisi peraturan- peraturan standar pengatalogan deskriptif yaitu Anglo-American Cataloguing Rules (AACR 2) sebagai pedoman standar internasional dalam pengatalogan deskriptif.
Bahan perpustakaan (Library Materials) biasa dikenal dengan istilah bahan pustaka.Sedangkan kumpulan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan disebut dengan istilah koleksi perpustakaan. Semua istilah tersebut pada intinya adalah ditujukan untuk sebuah karya hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam berbagai bentuk media.
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak informasi yangdibutuhkan sertasemakin banyak pula berbagai jenis bahan pustaka yang tersedia. Hal ini menuntut perpustakaan untuk dapat mengembangkan koleksinya sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan penggunanya dan jenis-jenis bahan pustaka dalam berbagai bentuk media yaitu karya cetak, karya non cetak, bahan grafika, bahan kartografi, bentuk mikro dan sumber daya elektronik.
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur menunjang dalam suatu perguruan tinggi.Perpustakaan perguruan tinggi harus dapat menjadi pendukung bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu lulusan civitas akademikanya.
Tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan layanan informasi untuk kegiatan, edukasi, penelitian. Pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) sebagai salah satu Perpustakaan Perguruan Tinggi diharapkan dapat mendukung terlaksananya Tridarma Perguruan Tinggi tempat bernaung. Koleksi yang dimiliki Perpustakaan UNIMED terdiri dari buku teks,buku refrensi, majalah, jurnal, karya ilmiah, audiovisual dan surat kabar.
Sehubungan dengan hal tersebut yang menjadi pokok permasalahan pada kertas karya ini adalah Pengatalogan Deskriptif Buku di Perpustakaan Universitas Negeri Medan.
Untuk mengetahui lebih jelas pengatalogan deskriptif buku maka penulis tertarik memilih judul “PENGATALOGAN DESKRIPTIF BUKU PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN ” .
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan utama penelitian kertas karya ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengatalogan deskriptif buku di Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED).
2. Untuk dapat meningkatkan pengetahuan penulis tentang pengatalogan dan pengklasifikasian.
3. Untuk mengetahui kegiatan pengatalogan buku yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED).
4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) dalam melakukan kegiatan Pengatalogan Deskriptif
1.3 Ruang lingkup Penulisan
Ruang lingkup kertas karya ini adalah Pengatalogan Deskriptif Buku Pada Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED).
1.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan kertas karya penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan, dilakukan dengan cara mempelajari buku, jurnal, dan dokumen yang sesuai dengan topik yang dibahas kertas karyaini.
2. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED).
3. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan pimpinan dan pustakawan yang bertanggung jawab pada bagian katalogisasi di Perpustakaan Universitas Negeri Medan(UNIMED).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengatalogan
Pengatalogan (cataloging) berasal dari kata katalog yang berarti suatu daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan yang disusun secara sistematis, sedangkan pengatalogan berarti semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan cantuman (record) bibliografi untuk pembuatan katalog yang digunakan sebagai sarana temu balik koleksi perpustakaan. Biasanya sebuah peprustakaan harus memiliki katalog untuk menunjukkan ketersediaan koleksi yang dimilikinya.
Dalam hal ini katalog memegang peranan penting sebagai alat bantu penelusuran bahan pustaka. Alat penelusuran bahan pustaka yang digunakan di perpustakaan diantaranya adalah katalog. Secara sederhana katalog dapat diartikan sebagai suatu daftar pustaka yang ada di perpustakaan.
Hunter yang dikutip oleh Hasugian (2011 : 150) menyatakan bahwa
Katalog adalah suatu daftar isi,indeks ke suatu koleksi buku dan bahan perpustakaan lainnya. Katalog memungkinkan pengguna untuk menemukan suatu bahan perpustakaan tertentu. Katalog juga memungkinkan pengguna untuk mengetahui dimana suatu bahan perpustakaan bisa ditemukan. Dengan demikian,katalog adalah suatu sarana untuk menemukan kembali suatu bahan perpustakaan dari koleksi suatu perpustakaan.
Dengan adanya katalog memungkinkan pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkannya dan pengguna juga dapat mengetahui letak dari suatu bahan pustaka yang dicari sehingga dapat memudahkan pengguna dalam melakukan penelusuran.
Menurut Sulityo Basuki (1991 : 324 )Pengatalogan adalah daftar pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk mencari dan menemukan lokasi bahan pustaka.
Pengertian diatas pada dasarnya adalah sama yaitu katalog perpustakaan merupakan daftar bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Melalui katalog,
perpustakaan dapat memberikan pelayanan pada pengguna dalam menemukan bahan pustaka yang dibutuhkan oleh pengguna.
2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog
Katalog perpustakaan merupakan sarana temu kembali informasi hasil kegiatan pengindeksan. Setiap entri katalog memuat cantuman bibliografi sebagai sajian ringkas bahan pustaka di perpustakaan. Selain cantuman bibliografi, pada entri katalog juga terdapat nomor panggil yaitu kode unik, diberikan pada setiap pustaka yang menunjukkan tempat/lokasi bahan pustaka itu dalam susunan koleksi.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa tujuan dan fungsi katalog perpustakaan, sehingga dapat diketahui lebih jelas lagi kegunaanya dalam membantu pengguna untuk mendapatkan koleksi bahan pustaka yang diinginkan.
2.2.1 Tujuan Katalog
Tujuan katalog menurut Cutter,yang dikutip oleh Sulistyo - Basuki (1991 : 316) ialah :
1. Memungkinkan seseorang menemukan sebuah bahan pustaka diketahui berdasarkan :
a. Pengarangnya b. Judul, atau
c. Subjeknya buku yang dimiliki perpustakaan.
2. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan d. Oleh pengarang tertentu
e. Berdasarkan subjek tertentu f. Dalam jenis literatur tertentu 3. Membantu dalam pemilihan buku
g.Berdasarkan edisinya h. Berdasarkan karakternya
Tujuan pertama menekankan bahwa katalog perpustakaan bertindak sebagai datar temuan bagi dokumen tertentu. Ini memerlukan penyediaan data bagi masing-masing buku dan memungkinkan ancangan berdasarkan pengarang, judul dan subjek. Tujuan kedua menekankan bahwa katalog perpustakaan sebagai daftar temuan bagi kelompok dokumen, ini memerlukan entri seragam bagi setiap kelompok. Tujuan ketiga berkaitan dengan deskripsi dalam katalog sehingga pemakai dapat membedakan berbagai edisi dari buku tersebut dan memungkinkan pemilihan buku dengan penyediaan ciri khusus.
2.2.2 Fungsi Katalog
Katalog bahan pustaka juga berfungsi sebagai bahan petunjuk atau rujukan bagi pemakai perpustakaan terhadap koleksi yang dibutuhkan, apakah koleksi tersedia dan dimana tempatnya.
Menurut Kahar dan Siahaan (2016 : 2) bahwa fungsi katalog perpustakaan adalah :
1. Sebagai sarana atau alat bantu dalam temu balik informasi (information retrieval) di suatu perpustakaan.
2. Dapat menunjukkan dokumen apa saja yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan.
3. Sebagai suatu sistem komunikasi yang dapat menunjukkan kekayaan koleksi yang dimilikinya.
4. Sebagai daftar inventaris dari seluruh bahan pustaka yang dimilikinya.
5. Dapat membantu pada pemilihan sebuah buku berdasarkan edisinya atau berdasarkan karakternya sastra atau topik.
Dengan fungsi di atas disebut sebagai wakil koleksi yang ada diperpustakaan secara umum katalog perpustakaan berfungsi sebagai sarana temu balik bahan pustaka yang dimiliki suatu perpustakaan.
2.3 Kebijakan Dalam Pengatalogan
Dalam melakukan pengolahan bahan pustaka, perlu direncanakan terlebih dahulu kebijakan-kebijakan dalam sistem pengolahan yang akan dilaksanakan, baik dalam menentukan sistem katalog yang akan dihasilkan serta sistem penempatan koleksinya.
Keberhasilan temu balik bahan pustaka dan kualitas rekaman bibliografi tidak hanya dipengaruhi oleh standar-standar yang digunakan dalam pengolahan bahan pustaka.
Menurut Yulia dan B. Mustafa (2009 : 1.25-1.29 ) dalam bukunya Pengolahan Bahan Pustaka menyatakan bahwakebijakan dalam pengatalogan terdiri atas faktor-faktor lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu:
1. Pencatatan keputusan-keputusan tata kerja, Serta pemeliharaan jajaran dan catatan-catatan itu supaya selalu sesuai dengan keadaan kini;
2. Pengaturan tata kerja yang memudahkan tiap tahap pengolahan bahan pustaka;
3. Pemeliharaan dan penyuntingan sistem katalog secara terus-menerus.
Tata laksana faktor-faktor tesebut harus efisien dan didasarkan pada kebijaksanaan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perpustakaan bersangkutan. Karena itu, pelaksanaanya dapat saling berbeda di antara perpustakaan.
Yulia dan B. Mustafa (2009 : 1.24-1.27) mengemukakan ada berbagai masalah yang dapat saja berbeda kebijakannya di antara berbagai perpustakaan yaitu:
A. Pengatalogan Analitik (Analytical Cataloging)
Istilah pengatalogan analitik digunakan untuk pengatalogan yang meliputi bahan pustaka, seperti artikel majalah, karangan yang terbit dalam kumpulan atau bunga rampai, makalah yang terbit dalam laporan seminar (proceedings) dan pertemua sejenisnya, serta karangan tersembunyi lainnya. Tujuan pengatalogan analitik adalah untuk mengeluarkan bagian bahan pustaka yang akan tersembunyi dalam entri yang dibuat untuk bahan pustaka itu secara keseluruhan.Yulia dan B.
Mustafa (2009 : 1.25) menyatakan bahwacara mengeluarkan bagian bahan pustaka ialah dengan membuat entri analitik. Entri ini dapat merupakan:
1. Entri tambahan biasa, jika yang digunakan sistem entri unit, atau 2. Entri khusus untuk bagian bersangkutan dengan menggunakan acuan
yang mengacu ke bahan pustaka yang meliputinya.
B. Pengatalogan Sentral (Centralized Cataloging)
Istilah pengatalogan sentral (centralized cataloging) digunakan untuk pengatalogan yang dikerjakan oleh suatu badan di luar perpustakaan. Tujuannya adalah menghindari duplikasi pengatalogan untuk bahan pustaka yang sama.
Dengan demikian sebuah bahan pustaka hanya sekali di katalog oleh badan sentral itu, dan hasil pengatalogannya dapat dimanfaatkan perpustakaan-perpustakaan yang kebetulan juga hendak memasukkan bahan pustaka ke dalam koleksi.
Yulia dan B. Mustafa (2009 : 1.27) mengajukan 4 langkah pengatalogan sentral dapat menghasilkan, yaitu:
1. Pelayanan kartu katalog yang berupa kartu dasar. Perpustakaan dapat membeli kartu dasar saja dan memperbanyaknya sesuai dengan kartu tambahan yang diperlukan. Atau, yang dibeli dapat juga satu kesatuan kartu-kartu (unit card) sehingga yang perlu dikerjakan hanyalah mnambah tajuk entri tambahan yang diperlukan.
2. Pelayanan bibliografi yang entri-entrinya dapat dikutip untuk keperluan pembentukan katalog. Selain itu bibliografi tersebut dapa dipakai sebagai sarana pembantu dalam pemilihan bahan pustaka.
3. Pelayanan katalog terbacakan mesin (Machine Readable Cataloging) yang menyimpan cantuman bibliografi secara on-line. Perpustakaan dapat mengunakannya langsung untuk penelusuran dengan komputer, dapat menggunakannya sebagai dasar pembentukan katalog tradisional.
4. Katalog dalam terbitan (KDT) atau Catalog in Publication (CIP), yakni hasil pengatalogan yang dicantumkan dalam terbitannya. KDT aadalah hasil kerja sama antara badan pengatalog dan penerbit.
Pekerjaannya adalah sebelelum buku itu diterbitkan. KDT berupa entri utama yang dicetak pada verso halaman judul buku.
Berdasarkan teori diatas dapat diketahuibahwa sebuah bahan pustaka hanya sekali di katalog oleh badan sentral dan hasil pengatalognnya dimanfaatkan perpustakaan untuk memasukan bahan pustaka kedalam koleksi dan pengatalogan sentral dapat menghasilkan pelayanan kartu katalog, pelayanan bibliografi, pelayanan katalog dan katalog dalam terbitan .
2.4 Peraturan Pengatalogan
Peraturan pengatalogan pada tahun 1988 terbitlah Anglo-American Cataloguing Rules edisi 2 (AACR2) yang merupakan revisi dari AACR1 sebagai hasil kerja sama antara American Library Assosiation, Library Assosiation (Inggris), Library of Congress dan Canadian Library AssosiationAnglo-American Cataloguing Rules edisi 2 ( AACR2) digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan katalog dan bisa digunakan untuk semua jenis bahan
pustaka. AACR2 merupakan perangkat peraturan yang flexible, karena dalam AACR2 tersedia aturan yang bersifat alternatif dan pilihan.
A. Mengenal AACR2
Anglo-American Cataloguing Rules edisi 2 dikenal dengan sebutan AACR2 yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan katalog dan bisa digunakan untuk semua jenis bahan pustaka. AACR2 merupakan perangkat peraturan yang flexible, karena dalam AACR2 tersedia aturan yang bersifat alternatif dan pilihan. Artinya beberapa aturan boleh digunakan atau tidak. Dengan demikian pustakawan dapat menentukan kebijakan yang akan digunakan oleh perpustakaannya. Data bibliografi yang dicantumkan dalam katalog dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi perpustakaan. Tentunya kebijakan ini harus dibuatkan pedoman kerjanya sehingga pustakawan yang melaksanakan kegiatan ini akan taat asas dan konsisten.
Tahap-tahap dalam pengatalogan dilakukan dua tahap, yaitu pertama mencatat terlebih dahulu data bibliografi bahan pustaka, dan yang kedua menentukan titik akses yang meliputi penentuan tajuk entri utama, tajuk entri tambahan dan bentk tajuknya. Demikian halnya struktur peraturan dalam AACR2 dibagi atas dua bagian (part). Bagian pertama (part I) peraturan aturan untuk membuat deskripsi bibliografi (description), dan bagian kedua (part II) peraturan untuk menentukan titik akses (heading, uniform titles, and references).
Peraturan untuk deskripsi bibliografi terdiri dari 13 bab. Bab 1 berisi peraturan umum yang berlaku untuk semua jenis bahan pustaka, sedangkan dalam bab 2 sampai bab 10 berisi peraturan bagi satu jenis bahan pustaka tertentu. Bab 11 sampai bab 13 memuat peraturan yang bersifat parsial, sebagian dapat mengikuti peraturan umum sebagian merupakan peraturan khusus, misalnya peraturan untuk pengatalogan bentuk mikro, terbitan berseri dan analisis.
Peraturan pada bab 1 untuk daerah deskripsi didasarkan pada general international standard bibliographic description (ISBD (G)). ISBD (G) diserap dalam AACR2 sebagai kerangka kerja umum deskripsi bibliografis.Dari hasil tersebut kemudian dikembangkan berbagai ISBD untuk berbagai jenis bahan pustaka seperti ISBD (M) untuk monograf.
Ada delapan daerah deskripsi yaitu:
1) Daerah judul dan keterangan penanggung jawab 2) Daerah edisi
3) Daerah data khusus
4) Daerah penerbitan dan distribusi 5) Daerah deskripsi fisik
6) Daerah seri 7) Daerah catatan
8) Daerah nomor standar (ISBN) B. Peraturan umum AACR2
Beberapa ketentuan umum yang dijelaskan dalam AACR2 yaitu peraturan untuk:
1) Sumber informasi 2) Tanda baca 3) Bahasa deskripsi 4) Tingkatan deskripsi 5) Pola deskripsi 6) Singkatan 7) Huruf besar
8) Ketidakakuratan kata-kata
2.5 Bentuk Fisik Katalog Perpustakaan
Bentuk fisik katalog berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hasugian (2009 :151-154) menyatakan bahwa katalog dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk fisiknya antara lain :
1. Katalog berbentuk buku (book catalog)
Katalog berbentuk buku telah lama digunakan di perpustakaan, katalog tersebut sering juga disebut katalog tercetak (printed catalog).
Keuntungan dari katalog berbentuk buku ialah dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan, dapat diletakkan pada berbagai tempat, dan mudah disebarluaskan ke perpustakaan lain. Entri pada katalog berbentuk buku dapat ditemukan dengan cepat, mudah menyimpannya, mudah menanganinnya, bentuknya ringkas dan rapi.
Kelemahan dari katalog berbentuk buku ialah cepat usang atau ketinggalan jaman. Hal itu terjadikarena setiap kali perpustakaan memperoleh buku baru, berarti katalog sebelumnyaharus diperbaharui kembali, atau setidak-tidaknya membuat suplemen. Dengan demikian, katalog berbentuk buku ini tidak luwes. Biaya pembuatan katalog berbentuk buku cenderung lebih mahal, karena bentuk dan jumlah cantumannya sering berubah. Karena biaya membuat katalog berbentuk buku cenderung mahal, dan cepat usang, maka perpustakaan meninggalkannya dan kemudian secara bertahap beralih kebentuk katalog yang lain, terutama katalog kartu.
2. Katalog Kartu (card catalog)
Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaan yang semua deskripsi bibliografinya dicatat pada kartu berukuran 7.5 x 12.5 cm.
Katalog kartu disusun secara sistematis pada laci katalog. Katalog kartu masih banyak digunakan pada berbagai jenis perpustakaan di Indonesia hingga saat ini.
Keuntungan dari katalog kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku baru diperpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan pada jajaran kartu yang ada. Penggunaan katalog kartu tidak dipengaruhi faktor luar, misalnya terputusnya aliran listrik, dan kemungkinan rusak sangat kecil terkecuali jika perpustakaan terbakar. Kelemahannya ialah satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pengguna sering harus antri menggunakannya, terutamabila melakukan penelusuran melalui entri yang sama. Sulit menggunakannya jika berada pada jumlah yang besar, karena harus memilah-milah jajaran kartu sesuai urutan indeksnya.
3. Katalog berbentuk mikro (microform catalog)
Bentuk fisik katalog perpustakaan lainnya ialah katalog berbentuk mikro. Katalog berbentuk mikro semakin terkenal sejalan dengan pengembangan computer-output microform (COM). COM dibuat pada salah satu bentuk microfilm ataumicrofiche. Katalog dalam bentuk mikro lebih murah dibanding dengan katalog berbentuk buku, dan terbukti bahwa biaya pemeliharaannya lebih murah dari padakatalog kartu. Bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya.
4. Katalog komputer terpasang (Online Computer Catalog)
Katalog komputer terpasang (online computer catalog) sering disebut denganonline public access catalogue (OPAC), adalah bentuk katalog terbaru yang telahdigunakan pada sejumlah perpustakaan tertentu.
OPAC cepat menjadi pilihan katalogyang digunakan di berbagai jenis perpustakaan.
2.6 Pengatalogan deskriptif
Katalog adalah daftar buku yang dimiliki satu atau beberapa perpustakaan dan disusun menurut system tertentu. Dalam katalog dicantumkan hal-hal penting dari buku yang diperkirakan digunakan orang dalam menelusur suatu bahan pustaskas dan informasi yang terkandung didalamnya, baik mengenai fisik maupun isi bahan pustaka tersebut, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit, dan sabyek yang twerkandung didalamnya. Jadi pengolahan bahan pustaka atau katalogisasi adalah proses penelaahan dan pengolahan keterangan dan hal-hal penting dari bahan pustaka menjadi katalog.
Dalam katalogisasi deskriptif yang menjadi sasaran adalah pengolahan entri utama dari sebuah buku dan hasilnya dicantumkan dalam katalog. Yang dimaksud entri utama adalah uraian katalog yang dibuat pertama kali, terdiri atas tajuk dan unsur-unsur katalog lainnya. Tajuk biasanya berupa nama pengarang. Dalam subyek yang menjadi sasaran adalah penetuan entri subyek sebuah buku baik berupa subyek verbal maupun notasi klasifikasi, dan hasilnya dicantumkan dalam katalog.
Sebuah katalog yang dibuat mendasari pengatalogan deskriptif, dibuat dengan beberapa tujuan atau fungsi, yaitu :
1. Memungkinkan pemakai menemukan sebuah buku apabila diketahui nama pengarang, judul atau subjeknya.
2. Menunjukkan apa saja yang dimiliki perpustakaan oleh pengarang tertentu, tentang subjek atau bidang tertentu, dan tentang literatur tertentu.
3. Membantu memilih sebuah buku berdasarkan edisinya atau ciri-ciri yang lebih spesifik.
intinya sebuah katalog dibuat untuk memudahkan dalam memudahkan pengawasan koleksi oleh suatu perpustakaan, serta memudahkan pemakai dalam membantu menelusur suatu koleksi yang dicari. Kembali ke pengatalogan deskriptif, sama seperti sebuah katalog juga memiliki tujuan dalam penyusunannya, yaitu sebagai representasi dari sumber informasi yang merupakan koleksi dari suatu perpustakaan dan memungkinkan pemberian deskripsi dengan beberapa titik akses.
Di dalam pengatalogan deskriptif kadang dijumpai hal-hal seperti keterulangan atau redundansi dalam penyusunan cantuman-cantuman bibliografis dan untuk lebih menujukkan hubungan antara dokumen (buku atau yang lainnya), pencipta, dan subjek, maka mulai tahun 2003 disusunlah sebuah konsep atau model Functional Requirements for Bibliographic Records ( FRBR ) dengan beberapa tujuan dalam penyusunannya, yaitu :
1. Find ( menemukan ) maksudnya, menemukan entitas yang cocok dengan kriteria penelusuran yang telah ditetapkan oleh pengguna. Misalnya satu atau beberapa entitas tentang bidang tertentu, pada judul tertentu atau oleh pengarang tertentu.
2. Identify ( mengidentifikasi ) maksudnya, mengidentifikasi suatu entitas.
Misalnya bahwa entitas yang diperoleh adalah yang benar dicari atau membedakan dua entitas atau lebih yang memiliki karakteristik yang mirip.
3. Select ( memilih ) maksudnya, memilih entitas yang cocok dengan kebutuhan pengguna. Misalnya dari segi isinya, format fisik dan menolak yang tidak cocok dengan kebutuhan misalnya memilih teks dalam bahasa Indonesia, program komputer yang kompatible dengan hardwarenya.
4. Obtain ( memperoleh ) maksudnya, memperoleh akses terhadap entitas yang dideskripsikan. Misalnya melalui pinjaman, pembelian, atau akses secara elektronik.
Di dalam pengatalogan deskriptif, ada standar pengatalogan yang digunakan secara internasional yaitu Anglo-American Cataloguing Rules ( AACR ) yang sampai pada saat ini sudah sampai pada edisi revisi ke dua. Secara garis besar AACR terdiri dari dua bagian, yatu :
1. Description ( 13 bab yakni aturan umum deskripsi dan aturan untuk masing-masing bahan yakni bahan buku, bahan kartografi, manuskrip, musik, rekaman suara, film dan rekaman video, bahan grafis, sumber elektronik, artefak tiga dimensi, bentuk mikro, serta sumber yang berkelanjutan dan analisis.
2. Tajuk, judul seragam dan rujukan ( pilihan titik akses, tajuk untuk orang dan badan korporasi, judul seragam dan rujukan ).
AACR juga memiliki susunan yang mnemonic artinya menggunakan kode perpaduan angka dalam penggunaanya, yang menunjuk ke makna tertentu.
Misalnya kode 1.0 adalah aturan umum pengatalogan, 1.1 aturan tentang daerah judul dan keterangan penanggung jawab yang mencakup semua bahan ( aturan umum ); 3.2 aturan tentang edisi untuk item berupa bahan kartografi; 6.5 aturan tentang deskripsi fisik item berupa rekaman suara.
Seperti yang sudah dijelaskan di bagian awal tulisan ini, katalog merupakan hal yang mendasari suatu pengatalogan deskriptif. Suatu entri katalog memiliki unsur-unsur berupa tajuk atau heading, deskripsi delapan daerah, subjek, dan jejakan atau tracing.
2.7Standar-Standar Pengatalogan Deskriptif
Standar-Standar Pengkatalogan Deskriptif Berikut ini standar dan sistem yang digunakan di dunia perpustakaan dan informsi dalam melakukan pengatalogan bahan perpustakaan.
a. Rules dor Dictionary Catalog, Charles Ammi Cutter. (1876) b. Paris Principles. (1961)
c. Anglo American Cataloguing Rule (AACR). 1967. AACR2 1978 ed.
Rev. 1988, 1998, 2002 up date 2005.
d. International Standard Bibliographic Description Monogra. ISBD (M) e. International Stadard Bibliographic Description Serial. ISBD (S)
f. International Standard Bibliographic Description Cartographic Materials (ISBD CM)
g. International Stanfard Bibliographic Description Non Books Material (ISBD) (NBM).
h. Functional Reguirements for Bibliographis Records (FRBR) i. Functional Reguirement for Authority Data (FRADA)
j. Functiobal Requirement Descriptions and Acess (RDA.) 2010.
2.8Penentuan Tajuk Entri Utama dan Penentuan Tajuk Entri Tambahan Tajuk entri utama adalah kata pertama yang dicantumkan dalam katalog utama, disebut juga sebagai tajuk (heading) suatu karya (bahan pustaka). Tajuk digunakan sebagai titik telusur (access point) utama untuk mencari bahan pustaka yang telah diolah dan Pada katalog dapat diberikan tajuk entri tambahan, sehingga karya tersebut dapat ditemukan kembali melalui titik telusur lainnya, selain melalui tajuk entri utama.
1. Penetapan Tajuk Entri Utama dan Tajuk Entri Tambahan untuk Nama Orang:
A. Karya Pengarang Tunggal
Karya pengarang tunggal adalah karya yang ditulis oleh satu orang pengarang. Mempunyai tajuk entri utama pada nama pengarang tersebut.
Contoh:
Satu orang penulis bernama “Firrar Utdirartartmo”, membuat tulisan berjudul “Mengelola banyak PC dalam jaringan”, maka:
Tajuk entri utama : Utdirartartmo, Firrar
Tajuk entri tambahan : Mengelola banyak PC dalam jaringan B. Karya Pengarang Ganda
Karya pengarang ganda adalah yang terdiri dari dua dan tidak lebih dari tiga pengarang. Tajuk entri utama adalah nama pengarang pertama dan tajuk entri tambahan adalah pengarang yang membantu.
Contoh:
Dua orang penulis bernama “Riri Fitri Sari dan Yansen Darmaputra”, menyusun satu buku berjudul “Sistem Operasi medern”, maka:
Tajuk entri utama : Sari, Riri Fitri
Tajuk entri tambahan: Darmaputra, Yansen dan sistem operasi modern
C. Karya Tiga Orang Pengarang
Karya tiga orang pengarang adalah karya yang ditulis oleh tiga orang pengarang. Dari ketiganya mempunyai kedudukan yang sama. Maka tajuk utama adalah pengarang pertama dan tajuk entri tambahan adalah pengarang lainnya.
Contoh:
Tiga orang penulis bernama “Harry Kurniawan, Ikaputra, dan Sandra Forestyana”, menyusun satu buku yang berjudul
“Perancangan Aksesbilitas Untuk Fasilita Publik”, maka:
Tajuk entri utama : Kurniawa, Harry
Tajuk entri tambahan : Ikaputra , Sandra forestyana
, dan perancangan aksesbilitas untuk fasilitas publik.
D. Karya Lebih dari Tiga Orang
Karya lebih dari tiga orang adalah karya yang ditulis lebih dari tiga pengarang yang mempunyai kontribusi yang sama. Tajuk entri utama ditetapkan pada judul dan tajuk entri tambahan untuk pengarang pertama.
Contoh :
Buku yang berjudul “Permainan Tafsir (politik makna di jalan pada penghujung orde baru)”, ditulis oleh lima orang penulis, yaitu
“PM. Laksana, Nugroho Trisnu Brata, Kirik Ertanto, Transpiosa Riomandha, dan Gunawan”, maka :
Tajuk entri utama : Permainan Tafsir (politik makna di jalan pada penghujung orde baru).
Tajuk entri tambahan : Laksana, PM E. Karya Terjemahan
Karya terjemahan adalah karya yang diterjemahkan kedalam bahasa lain. Misalnya buku yang berbahasa inggris makan diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia dan sebaliknya. Maka tajuk entri utama ditentukan pada pengarang aslinya dan tajuk entri tambahan pada penerjemah.
Contoh:
Satu orang bernama “Sahat Simamora” menterjemahkan buku yang diberi judul “Revolusi, Militerisasi dan Konsolidasi Pembangunan”, dengan pengarang asli bernama “Louis Irving Horowitz”, maka :
Tajuk entri utama : Horowitz, Louis Irving
Tajuk entri tambahan: Simamora,Sahat dan Militerisasi dan Konsolidasi Pembangunan.
F. Kumpulan Karya di Bawah Pimpinan Editor
Kumpulan karya di bawah pimpinan editor adalah karya yang berdiri sendiri sebagai hasil dari beberapapengarang atau badan di bawah pimpinan editor. Tajuk utama untuk karya editor adalah judul. Entri tambahan dibuatkan untuk editor lebih dari tiga orang, tajuk tambahan akan dibuatkan untuk editor utama atau editor yang pertama sekali disebutkan dalam karya.
Contoh:
Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS/editor, Dhewiberta Hardjono.
Tajuk entri utama : Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.
Tajuk entri tambahan : Hardjono, Dhewiberta.
G. Karya Saduran
Karya saduran adalah satu karya dari pengarang asli yang disadur oleh orang lain (penyadur). Yang menjadi tajuk entri utama ada penyadur dan tajuk entri tambahan adalah nama pengarang dan judul karya saduran. Maka :
Contoh:
Tajuk entri utama : Damono, Sapardi Djoko
Tajuk entri tambahan : H.B. Jassin dan H.B.Jassin 70 Tahun
2. Penentuan Tajuk Entri Utama dan Tajuk Entri Tambahan untuk Badan Korporasi
semua Badan Korporasi sebagai tajuk entri utama. Hal ini tergantung dari isi karya tersebut. Yulia dan B. Mustafa (2010 : 3.29-3.30) menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan yang mensyaratakan tajuk entri utama badan korporasi, yaitu :
1. Karya tersebut disusun atau dikeluarkan oleh suatu badan korporasi, merupakan hasil usaha badan korporasi, atau disusun atas perintah suatu badan korporasi dan meliputi urusan administrasi yang menyangkut badan itu sendiri, kebijakan intern, peraturan, prosedur, keuangan dan kegiatan operasional badan tersebut, direksi, staf/anggota (misalnya direktori anggota), harta milik badan (misalya katalog, daftar inventaris).
2. Karya tersebut merupakan dokumen berkekuatan hukum, dokumen pemerintahan, atau dokumen relegius seperti: undang- undang, instruksi atau peraturan yang dikeluarkan oleh kepala negara atau pimpinan tertinggi, peraturan pemerintah, perjanjian antar negara, keputusan agama, hukum agama dan liturgy.
3. Karya tersebut berisi hasil pemikiran bersama badan seperti laporan komisi, panitia, pernyataaan resmi mengenai kebijakan ekstren.
4. Karya tersebut merupakan kegiatan bersama suatu konferensi (prosiding, kumpulan makalah, dan sebagainya), ekspedisi (misalnya hasil survai atau eksplorasi), atau uatu kegiatan seperti pameran, pekan raya, festival dan sebagainya, yang tercakup dalam definisi badan korporasi. Pada karya seperti ini nama konferensi dan sebagainnya harus tercantum dengan jelas pada sumber informasi utama.
5. Karya tersebut merupakan rekaman suara, film atau rekaman video hasil uasaha kolektif suatu kelompok pembawa sebagai satu kesatuan (misalnya band, kelompok penyanyi, dan sebagainya) bilamana peranan kelompok itu tidak hanya terbatas pada penyajian saja.
6. Karya berupa bahan kartografi yang disusun atau dikeluarkan oleh suatu badan korporasi yang bertanggung jawab tidak terbatas pada segi penerbitan saja.
Apabila suatu karya disusun oleh atau berasal dari badan korporasitetapi tidak tergolong salah satu kategori di atas, maka entri utama untuk karya tersebut tidak di bawah tajuk badan tersebut.
2.9 Deskripsi Bibliografi
Deskripsi bibliografis disebut juga katalogisasi deskriptif yang merupakan tahap kegiatan pencatatan data dari buku atau pemberian identitas setiap bulan pustaka dan kegiatan yang mencatat data-datadari suatu bahan pustaka mulai dari judul, pengarang, tempat terbit, penerbit, deskripsi fisik hingga nomor standar bahan pustaka. Pencatatan disesuaikan dengan ISBD (International Standard Bibliographic Description) dengan susunan entri-entri katalog berdasarkan AACR2 (Anglo American Cataloguing Rules ed.2 ). Menurut Arief (2004: 78)
“Deskripsi bibliografi adalah data-data yang terdiri dari pengarang, pengarang tambahan,judul, anak judul, judul seragam, penerbit, tempat terbit, edisi, tahun terbit, bibliografi, jumlah halaman, dan lain-lain”.
Menurut ISBD (International Standard Bibliographic Description) bahan pustaka yang akan diolah disusun ke dalam daerah (area), yang tiap daerah terdiri dari beberapa unsur. Daerah-daerah dan unsur-unsur dipisahkan oleh tanda baca.
Setiap daerah, kecuali pada daerah pertama, di awali dengan titik, spasi.
Langkah pertama dalam pengatalogan adalah menentukan deskripsi bibliografi.
Yulia dan B. Mustafa (2009 : 2.22-2.46) menyatakan ada 8 daerah deskripsi, yaitu:
1. Daerah judul dan keterangan penanggung jawab
Terdiri atas unsur-unsur judul sebenarnya, judul lain (termasuk judul pararel, anak judul) dan pernyataan tanggung jawab yaitu:
a. Judul sebenarnya
Judul sebenarnya dinyatakan sesuai dengan kata, susunan dan ejaan yang digunakan dalam sumber informasi utama, sedangkan penggunaan huruf kapital dan tanda bacanya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Contoh:
The articulate mammal Why a duck?
b. Pernyataan jenis bahan umum
Pernyataan jenis bahan umum merupakan tambahan pilihan (optional addition), yang berfungsi untuk menginformasikan sedini mungkin jenis bahan pustaka.
Pernyataan ini biasanya diperlukan untuk jenis bahan non book. Untuk buku biasanya tidak digunakan.
c. Judul pararel
Judul pararel adalah judul resmi yang diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Nyatakan judul pararel sesuai dengan urutan yang terdapat pada sumber informasi utama.
Contoh:
Pengantar hukum internasional = introduction to international law.
d. Judul lain yang terdapat dalam buku bersangkutan tetapi tidak tertera di halaman judul, dinyatakan dalam catatan.
e. Pernyataan tanggung jawab
Pernyataan tanggung jawab tidak terbatas pada pernyataan pengarang, tetapi dapat pula meliputi editor, pehimpun, penggambar, penerjemah, dan lainnya yang terdapat pada halaman judul.
1. Daerah edisi
Terdiri atas unsur-unsur edisi dan pernyataan pengarang yang khusus terkait pada edisi tersebut.
a. Pernyataan edisi
Berikut ketentuan penulisan dalam pernyataan edisi.
1) Nyatakan pernyataan yang berhubungan dengan edisi yang isinya berbeda dari edisi lain dari terbitan yang sama, atau karya yang diterbitkan kembali.
Contoh:
Ed. 2.
Ed. Rev.
2) Bila sebuah karya diketahui tidak mempunyai keterangan fisik, tetapi diketahui berisi perubahan signifikan dari edisi lainnya, berikan pernyataan singkat dalam bahasa atau aksara yang sama dengan judul sebenarnya dan tempatkan di antara kurung siku.
Contoh:
[New ed.]
[Ed. Baru]
[Ed. 5]
3) Bila pernyataan edisi muncul dalam lebih dari satu bahasa, yang dinyatakan hanya pernyataan dalam bahasa yang sama dengan judul sebenarnya. Gunakan singkatan yang baku dan angka arab.
Contoh:
4th. Rev. Ed.
(di halaman judul tertulis : fourth revised edition)
4) Bila pernyataan edisi, sebagian besar atau semua, terdiri atar karakter yang bukan merupakan huruf atau angka, maka nyatakan dengan kata 5) dalam bahasa atau aksara yang sama dengan judul sebenarnya serta
ditempatkan di antara kurung siku.
Contoh:
Edisi [tiga aksterik]
(pada terbitan tertera edisi)
6) Bila pernyataan edisi hanya terdiri atas huruf dan atau angka dan tidak dilengkapi dengan kata, maka tambahkan kata atau singkatan yang sesuai.
Contoh:
3e [ed.]
7) Untuk menentukan apakah sebuah pernyataan merupakan pernyataan edisi atau bukan, periksalah apakah di dalamnya mengandung kata, edisi, versi, edition, issue, version.
Contoh:
Rialah akhlak : surat ayah kepada anak/ A. Hasjimy.- Cet. 2.
Bibliografi hukum indonesia 1949-1972/oleh Eddy Damian dan Robvert Hornick. – Ed. 2.
8) Bila sebuah karya diketahui tidak mempunyai keterangan edisi, tetapi diketahui berisi perubahan signifikan dari edisi lainnya, berikan pernyataan singkat dalam bahasa atau aksara yang sama dengan judul sebenarnya dan tempatkan di antara kurung siku.
Contoh:
[3e ed.]
[Ed.2, sebagian direvisi]
9) Bila terdapat pernyataan edisi dalam lebih dari satu bahasa atau aksara, maka cantumkan pernyataan edisi yang ditulis dalam bahasa atau aksara yang sama dengan judul sebenarnya.
10) Bila sebuah karya kumpulan tidak mempunyai judul kolektif dan mempunyai satu atau lebih pernyataan edisi yang berkaitan dengan setiap karya bagiannya, maka pernyataan edisi untuk setiap karya dinyatakan setelah judul dan pernyataan tanggung jawab karya yang bersangkutan, dipisahkan dengan titik.
b. Pernyataan tanggung jawab berkaitan dengan edisi Tulis pernyataan tanggung jawab seperti contoh berikut.
Contoh:
Economic history of england : a study in social development/by H.O. Meredith. – 5th. ed./ by C. Ellis.
2. Daerah data khusus
Daerah ini tidak digunakan untuk monograf/buku tercetak, tetapi digunakan untuk penomoran dalam terbitan berseri dan bahan nonbuku lainnya.
3. Daerah penerbitan
Daerah penerbitan terdiri atas unsur-unsur tempat terbit, nama penerbit dan tahun terbit. Peraturan umum untuk daerah ini adalah sebagai berikut.
a. Bila terdapat lebih dari satu tempat, nama atau tahun yang dimasukkan di daerah ini, maka nyatakan tempat, nama atau tahun tersebut dalam urutan yang sesuai dengan karya yang dideskripsikan.
b. Masukkan nama tempat, orang atau badan sebagaimana adanya dalam sumber informasi. Hilangkan kata depan yang menyertainya, kecuali bila hal itu akan mempengaruhi pemahaman deskripsi.
c. Bila rincian informasi mengenai karya asli tercakup bersamaan dengan keterangan mengenai reproduksi, cetak ulang, dan sebagainnya. Maka nyatakan informasi mengenai terbitan yang terakhir dalam daerah ini.
Informasi mengenai terbitan yang asli dimasukkan dalam catatan.
4. Daerah deskripsi fisik
Terdiri dari unsur-unsur jumlah satuan fisik, pernyataan ilustrasi, ukuran, dan pernyataan bahan tambahan.
5. Daerah seri
Daerah seri terdiri dari unsur-unsur judul seri, keterangan seri lainnya, international standard serial number (ISSN), nomor seri. Setiap seri disalin dalam tanda kurung biasa.
a. Judul seri
Nyatakan judul seri seperti yang tertera dalam sumber informasi utama.
Peraturan umumnya adalah sebagai berikut:
1) Bila dalam karya yang dideskripsi tertera bentuk lain judul seri ( bukan judul pararel), maka nyatakan judul yang berada pada urutan pertama dalam sumber informasi yang telah ditetapkan untuk daerah seri.
2) Bila judul seri tidak tertera dalam sumber informasi utama yang ditetapkan serta di bagian lain karya muncul bentuk yang berlainan, maka pilihlah judul yang dinyatakan pada sumber lain menurut urutan preferensi sumber.
3) Jika judul seri dicantumkan dalam lebih dari satu bahasa, judul pararel seri perlu di cantumkan.
Contoh:
(sensus penduduk 1971 : seri E = 1971 Population census : Seri E
; no. 16)
b. Keterangan seri lainnya
Informasi tentang judul seri lain sebuah seri hanya dicantumkan bila informasi tersebut diperlukan untuk mengenali seri.
c. ISSN seri
Bila tertera ISSN (international standard serial number) maka nyatakan nomor tersebut dalam deskripsi.
Contoh:
( The critical idiom ; 24, ISSN 0001-0213) d. Penomoran dalam seri
1) Nyatakan nomor untuk karya berseri sebagaimana adanya.
Contoh:
( Windows on Indonesia ; 5)
2) Bila bagian sebuah karya multi bagian terpisah dengan nomor tersendiri dalam sebuah seri, maka nyatakan nomor pertama dan terakhir bila penomoran tersebut bersifat kontinu.
3) Bila karya tersebut memiliki penandaan yang bukan bilangan, maka nyatakan penandaan sebagaimana adanya.
6. Daerah catatan
Meliputi hal-hal yang penting tetapi dapat donyatakan dalam daerah deskripsi sebelumnya. Pencatatannya dimulai pada paragraf baru dalam deskripsi bibliografi. Pengatalog bebas dalam menentukan mengenai apa yang dimasukkan dalam daerah catatan.
7. Nomor standar dan keterangan pengadaan Nyatakan nomor standar seperti contoh berikut:
Contoh:
ISBN 0-9-904576-17-5 :$ 26.0
Nyatakan harga atau keterangan lain yang berhubungan dengan pengadaan dokumen. Nyatakan harga dalam simbol dan angka, dan istilah sesingkat mungkin.
Setiap daerah deskripsi memiliki unsur-unsur deskripsi yang dipisahkan dengan tanda baca. Tanda baca untuk semua unsur deskripsi secara lengkap tanda baca. Tanda baca untuk semua unsur deskripsi secara lengkap tanda baca.
2.10 Pengindeksan Subjek
Setelah melakukan pengatalogan deskriptif yaitu mengindentifikasi ciri- ciri fisik bahan pustaka, yang menghasilkan deskripsi bibiliografi dan tajuk entri, langkah selanjutnya adalah melakukan pengindeksan subjek..
Menurut Clevelend, yang dikutip oleh Siregar (2014 : 1) bahwa pengindeksan adalah proses indentifikasi informasi dalam sebuah catatan pengetahuan baik teks ataupun non teks dan pengorganisasian nilai-nilai informasi untuk pencarian file.
Dalam proses pengindeksan subjek, pustakawan harus mengetahui dalam subjek apa atau mengenai apa bahan pustaka tersebut. Oleh karena itu setiap bahan pustaka yang masuk ke perputakaan harus diadakan analisis terlebih dahulu mengenai apa atau tentang apa bahan pustaka tersebut. Kegiatan ini disebut dengan istilah analisis subjek.
Setelah diketahui subjeknya, kemudian subjek tersebut diterjemahkan ke dalam nomor klasifikasi atau bahasa indeks tertentu. ada dua tahap kegiatan pengindeksan subjek yaitu:
1. Analisis subjek adalah rangkaian pekerjaan untuk menentukan tajuk subjek.
2. Deskripsi indeks yang merupakan sajian ringkas dari kandungan isi bahan pustaka dan berfungsi sebagai titik akses subjek.
2.11 Pengatalogan Subjek
Pengatalogan subjek adalah analisa terhadap isi subjek yang terdapat di dalam bahan perpustakaan terutama dalam penentuan tajuk subjek dan nomor klasifikasinya.
Menurut Siregar (2013: 23) menyatakan bahwa:
Pengatalongan Subjek adalah kegiatan untuk menentukan deskripsi subjek suatu bahan pustaka. Deskripsi ini akan menunjukan isi atau subjek suatu bahan pustaka/dokumen. Pada umumnya penentuan subjek suatu dokumen dinyatakan dengan notasi yang diambil dari suatu skema klasifikasi, sedangkan untuk tajuk subjek diambil dari salah satu daftar tajuk subjek, sesuai dengan kebijakan perpustakaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pengatalongan subjek menganalisa isi dokumen/hari bakal di dalam bahan perpustakaan serta melakukan deskripsi subjek suatu bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan terutama dalam penentuan tajuk subjek dan nomor klasifikasi.
2.11.1 Pengertian Tajuk Subjek
Tajuk subjek adalah sebuah kata atau istilah yang digunakan dalam katalog untuk menyatakan tema atau topik pada bahan pustaka.Dalam menentukan tajuk subjek ini, seorang pustakawan dituntut untuk berhati hati dan lebih teliti dalam menentukan. Karena jika salah dalam menetukan sebuah tajuk subjek, ini akan mengakibatkan pemustaka akan kesulitan dalam menemukan bahan pustaka yang di butuhkan.
J.N.B. Tairas dan soekarman K (2002 : ix) menyatakanbahwatajuk subjek adalah kata, istilah atau frase yang digunakan pada katalog atau daftar lain dalam perpustakaan untuk menyatakaan tema atau topik suatu suatu bahan pustaka.
Sulistyo Basuki (2010 : 6.33) menyatakan bahwa tajuk subjek adalah kata atau kumpulan kata yang menunjukkan subjek sebuah buku.
Dari dua pengertian di atas bahwa pengertian tajuk subjek secara ringkas adalah sebuah kata atau istilah yang digunakan dalam katalog untuk menyatakan tema atau topik pada bahan pustaka.
2.11.2 Penentuan Tajuk Subjek
Dalam menentukan tajuk subjek membutuhkan panduan dan cara-cara tersendiri. Panduan membuat tajuk subjek terdapat pada (AACR2) Anglo American Cataloguing Rules 2.
Tajuk untuk subjek bahan perpustakaan yang dihasilkan dari kegiatan analisis subjek belum terdapat pada daftar tajuk subjek, maka dibuatkan tajuk subjek baru dengan cara mengikuti pola dan ketentuan yang digunakan dalam pembuatan tajuk pada Daftar Tajuk Subjek Untuk Perpustakaan Nasional.
Untuk membantu pustakawan dalam penentuan tajuk subjek yang sudah tersedia pada pedoman tajuk subjek, Sembiring (2014 : 182-184) menyatakan ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan pedoman, yaitu:
a. Pilihlah subjek yang paling spesifik (specificity)
Tajuk subjek yang dipilih harus setepat mungkin sesuai dengan inti pembahasan bahan pustaka. Subjek yang ditetapkan endaknya lebih luas dari topik yang dibahas. Contohnya, bilaman sebuah bahan pustaka membahas tentang seluk-beluk hukuman mati, subjeknya harus HUKUMAN MATI; bukan HUKUMAN PIDANA; HUKUMAN; atau KEJAHATAN. Contoh lainnya, bilamana sebuah bahan pustaka membahas tentang plankton, subjeknya tentu harus PLANKTON; bukan BIOLOGI AIR TAWAR; BINTANG AIR TAWAR; BINTANG LAUT;
atau ZOOLOGI. Pencarian sebuah bahan pustakadengan melakukan pendekatan secara umum akan lebih sulit ketimbang melakukan pendekatan melalui subjek yang sebenarnya. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya mencari sebuah rumah dengan hanya mengetahui nama kota dan kecamatannya. Hal ini tentu sangat berbeda bilamana telah diketahui alamat secara spesifik.
b. Pilihlah tajuk subjek yang umum digunakan
Seperti diketahui, tidak jarang suatu subjek mempunyai istilah dan frasa beragam. Misalnya, istilah diabetes mempunyai istilah lain seperti diabetes melitus; penyakit gula; dan penyakit kencing manis. Memilih istilah atau frasa yang paling dikenal tentunya tidak semudah yang dibayangkan karena bisa bersifat relatif. Istilah kremasi misalnya, ppuler didaerah bali, tetapi mungkin tidak demikian halnya didaerah lain yang lebih mengenal frasa pembakaran mayat. Hal yang perlu dilakukan oleh pustakawan adalah membuat semua acuan dari istilah atau frasa yang digunakan.
c. Pilihlah subjek secara taat asas
Penetapan subjek harus dilakukan secara taat asas agar semua bahan pustaka yang mempunyai isi yang sama dapat ditelusuri dengan menggunakan kata kunci yang sama pula. Apabila sebuah perpustakaan mempunyai sepuluh judul bahan pustaka yang membahas tentang karbon,
pastikan bahwa semua judul mempunyai tajuk subjek KARBON bukan ARANG KAYU; BATUBARA; atau GRAFIT.
d. Tambahan subjek baru selesai dengan petunjuk
Tidak bisa dipukiri bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknology dewasa ini demikian pesat. Seiring dengan perkembangan tersebut, sering sekali muncul istilah-istilah atau subjek-subjek baru tersebut belum ada dalam daftar tajud subjek, sedangkan bahan pustakanya sudah masuk keperpustakaan. Untuk mengatasi persoalan ini, pustakawan dapat menetapkan subjek baru sesuai dengan istilah atau frasa yang umum digunakan. Setelah penambah subjek baru dalam daftar tajud subjek, pustakawan pun berkewajiban membuat acuan-acuan yang diperlukan.
e. Buatlah catatan yng jelas untuk subjek-subjek yang tidak terdaftar Selengkap-lengkapnya daftar sebuah tajud subjek, tampaknya belum ada yang ampu mendaftarkan sluruh istilah atau frasa yang ada. Persoalannya adalah terdapat subjrk tertentu yang jumlahnya bisa mencapai ribuan, contohnya adalah nama tanaman dan nama binatang.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) 3.1.1 Sejarah Ringkas Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED)
UPT Perpustakaan Universitas Negeri Medan berdiri seiring dengan berdirinya Institusi induk yaitu IKIP Medan. Pada awalnya merupakan perpustakaan Fakultas FKIP USU. Pada tahun 1959 Perpustakaan dipimpin oleh Ny. Fondoh Hoeres. Pada tahun 1969 perpustakaan baru menempati gedung tersendiri dengan ukuran 800 m2 berlantai dua. Unsur pimpinan berganti pada tahun 1962 dipimpin oleh Ny. Hajani Adnan. Pada tahun 1963 beralih kepada Drs. M. Simatupang dan pada tahun 1965 pimpinan diserahkan kepada Drs. J.
Tumanggor serta pada tahun 1977 pimpinan perpustakaan dijabat oleh Drs. M.
Tambunan.
Sesuai dengan keluarnya PP 30 tahun 1980 maka status perpustakaan menjadi Unit Pelaksana Teknis, dimana Kepala UPT Perpustakaan bertanggung jawab langsung kepada Rektor dengan pembinaan sehari-hari dilakukan oleh Pembantu Rektor I.
Pada bulan Agustus 1984 Kepala Perpustakaan saat itu, Drs. M.
Tambunan, mengikuti tugas belajar ke Amerika Serikat maka perpustakaan dipimpin oleh Drs. Belling Siregar. Dan sejak bulan Mei 1986 setelah Drs. M.
Tambunan kembali dari tugas belajar kepala UPT Perpustakaan IKIP Medan kembali dipimpinnya.
Tahun 1987 UPT Perpustakaan IKIP Medan pindah ke lokasi kampus baru Jl. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate, dengan menempati gedung seluas 3.000 m2 berlantai tiga. Karena kampus IKIP Medan menempati tiga tempat yaitu kampus lama Jl. Merbau, kampus Jl. Pelajar dan Kampus baru Jl. Willem Iskandar Pasar V maka UPT Perpustakaan mengambil kebijakan, sejak tahun 1990 membuka Perpustakaan di tiap-tiap fakultas yang ada dengan sebutan Ruang Baca Fakultas, hal ini dimasudkan untuk mendekatkan koleksi kepada pemakai
perpustakaan terutama bagi pengguna yang masih jauh dari UPT Perpustakaan di kampus baru.
Pada tanggal 15 Agustus 1989, pimpinan UPT Perpustakaan IKIP Medan diserahterimakan dari Drs.M.Tambunan, MLS kepada Drs. Belling Siregar,M.Lib.
Pada tahun 1992 kepala perpustakaan mengikuti tugas belajar di Inggris, maka perpustakaan dipimpin oleh Dra. Ratnawati Dora, SIP sampai tahun 1994.
Setelah Drs. Belling Siregar, MLib. Selesai tugas belajar UPT Perpustakaan kembali dipimpin sampai tahun 1998.
Pada tanggal 14 Juli 1998 kepala UPT Perpustakaan diserahterimakan dari Drs. Belling Siregar, M.Lib. Kepada Dra. Ratnawati Dora, SIP. Pada September 2013 UPT Perpustakaan Universitas Negeri Medan pindah ke gedung baru Gedung Digital Library Universitas Negeri Medan dengan luas 13.585 m2. Pada hari Sabtu, 14 Desember 2013 Gedung Digital Library Universitas Negeri Medan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof.
Dr. Ir. KH. Muhammad Nuh, DEA didampingi Rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar MSi, Pembantu Rektor I Prof. Dr. Khairil Anshari, M.Pd Pembantu Rektor II Drs. Chairul Azmi, M.Pd. Dirjen Dikti Prof. Dr. Djoko Santoso dan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudyaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Tanggal 01 Juni 2017 Dra. Ratnawati Dora, SIP memasuki Purna Bakti maka kepala UPT Perpustakaan diserahterimakan kepada Tessa Simahate, S.Sos., M.I.Kom hingga sekarang.
Gedung Digital Library Unimed terdiri dari 5 lantai dengan fasilitas yang lebih baik. Adapun fasilitas Gedung baru Digital Library Universitas Negeri Medan yaitu; Lantai 1 terdiri dari: Ruang Kepala Perpustakaan, Locker Room, Discussiom Room, Ruang Pemasyarakatan Perpustakaan dan Teknologi Informasi, Book Shop, Ruang Baca, Peminjaman, Pengembalian, Koleksi Pinjam Singkat, Kolesi Referensi, Terbitan Berseri (Jurnal, Majalah, Koran), Informasi, Mushola. Lantai 2 terdiri dari: Ruang Tata Usaha, Ruang Kasubbag Tata Usaha, Koleksi Standard, Discussion Room, Ruang Perawatan Koleksi. Lantai 3 terdiri dari: Ruang Koleksi Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian),
Pelayanan Teknis, Ruang Arsip. Lantai 4 terdiri dari: Ruang Sidang, Ruang Seminar, Ruang Internet. Lantai 5 terdiri dari : Multimedia, (Home Theatre, Audio Visual ), Kubikus.
Nama Gedung Digital Library Universitas Negeri Medan yang terpasang pada gedung baru perpustakaan menjadi tantangan berat bagi perpustakaan untuk mewujudkan perpustakaan digital yang mampu bersaing secara nasional dan internasional. Salah satu program kerja dalam menjawab tantangan tersebut yaitu;
dengan terwujudnya Digital Repository http://digilib.unimed.ac.id yang sangat memberikan kontribusi yang besar dalam pencitraan Universitas Negeri Medan baik secara nasional maupun internasional, hal ini terbukti sejak 2012 Digital Repository Unimed dijalankan, pada edisi Juli 2013 masuk rangking 8 Indonesia, 67 Asia, 523 dunia dan 485 Top Institusional versi webometrics dunia, data tersebut dapat dilihat pada http://repositories.webometrics.info/ dan edisi Februari 2014 masuk rangking 6 Indonesia, 57 Asia, 470 dunia dan 449 Top Institusional.
3.1.2 Visi dan Misi Perpustakaan Negeri Medan (UNIMED) A. VISI
Perpustakaan sebagai sumber informasi yang lengkap bagi kebutuhan sivitas akademika Universitas Negeri Medan.
B. MISI
1. Menyediakan fasilitas pelayanan informasi untuk memenuhi dan mendukung seluruh kebutuhan informasi sivitas akademika Universitas Negeri Medan dalam menunjang belajar mengajar.
2. Mengelola informasi dengan standar nasional, regional dan internasional.
3. Mengembangkan sistem pelayanan perpustakaan berbasis Information Communication and Technology.
4. Mengembangkan data digital hasil karya sivitas akademika Universitas Negeri Medan berbasis web.
5. Mengembangkan sistem akses data digital secara global.
3.2 Struktur Organisasi Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED)
STRUKTUR ORGANISASI LOKAL UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN TAHUN 2018
Gambar -1 : Struktur Organisasi Perpustakaan
REKTOR
WR.
I WR.
III
WR.
II
WR.
IV
BAA K
BAU
K BAPSI
KEPALA PERPUSTAKAAN TessaSimahate,S.Sos,M.I.kom
Kasubbag. Tata Usaha CaturDedekKhadijah,S.Sos,MM
Ketua Kelompok Pustakawan Drs. Banu Susanto, M.Si
Koordinator Pemasyarakatan Perpustakaan dan Teknologi Informasi
Drs. Banu Susanto, M.Si
KoordinatorPelayananTeknis Maknun, S.Sos
KoordinatorPelayananPemustaka Donni Yudha Prawira, S.Sos
KoordinatorPerawatanKoleksi Supriadi
Kelompok
Pustakawan Hubungan Masyarakat, Sosialisasi Perpustakaan, Pengelolaan Kelas literasi informasi, Pengelolaan Software&Hardware(IT)Layanan:
Yusdi Hariadi,S.Kom
HendraMulyana
Elsya Fitri Utami,S.Pd
Ketatausahaan,KartuAnggota, Pra Katalogisasi:
Renaldi Syafaruddin,SE
YuniChairani,S.Pd
Teknisi, Kelola Gedung:
BatangariSiregar
Pengolahan:
PardameanMarpaung
Dra. Ratnawati Dora,SIP
Harly Christy Siagian,S.Sos
Beatrix Nainggolan,A.Md
Siti Nurbaidah,S.Sos
Anggi Putri KristianiGultom, S.Sos
Pelayanan Sirkulasi:
Mhd. ArsyadHasibuan
AnggikaRahmiBatubara,S.Sos
Serah Terima Repository:
Aris Hadiana,S.Pd
Fifri JuandaHarahap, S.Sos
Kelengkapan bahan pustaka,
upload cover buku, serah terima buku ke pelayanan:
• Brian N. Rajagukguk,SE
• KhairitaKesumawati
Locker
Erna
Pelayanan Referensi, Publikasi KaryaDosen,LayananDigitaldan LiterasiInformasi:
Gusti Lisa Utami,S,Sos
Ina AstinaHartono Pengolahan dan Pelayanan Terbitan Berseri:
Dessy Happy Sihombing,S.S Pengolahan dan Pelayanan Grey Literatur:
Ruang Baca Pascasarjana:
Susiani,S.Sos
Cecilia Tampubolon,S.Sos Ruang BacaFIP:
Irawadi,A.M.d
Khaidir Ruang Baca FMIPA:
Pranandiah P. Pitaloka,S.Sos
Puspita Winda Misa,S.Sos Ruang Baca FIK :
Elyda Marpaung
Ruang Baca FBS:
Lit Mulina Sembiring,S.Sos
Saripadani Harahap,S.Pd Ruang Baca FT :
CaturSitumorang
MargaretT.Panggabean,S.Sos Ruang Baca FIS :
Layanan Koleksi standar dan
pengawasan lantai II, Pensortiran buku, Penanganan koleksi rusak ringan dan berat,
Berikut adalah uraian tugas staf UPT. Perpustakaan Universitas Negeri Medan : Tabel 1
Uraian Tugas Staf UPT. Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) Sumber : Perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED)
BAGIAN STAF TUGAS
Tata Usaha Catur Dedek
Khadijah
Kasub Tata Usaha 1. Menyusun rencana kerja strategis dan
operasional.
2. Teknisi: Listrik, air, dan pengolahan limbah.
Batangari Siregar 2,3,5,6
3. Ketatausahaan: surat menyurat, inventarisasi sarana prasarana, penerimaan barang.
Yuni Chairani, S.Pd
3,5,7,8,9
4. Melakukan pelayanan registrasi keanggotaan perpustakaan.
Fifri Juanda Harahap, S.Sos
5,6,7,8,10
5. Pra katalogisasi: inventarisasi dan scan cover buku baru.
Renaldi
Safarudin Akbar, SE
3,4,5,8,10
6. Mengelola dan maintenance penggunaan gedung.
Aris Hadiana, S.Pd
5,7,8,10
7. Manajemen praktek kerja lapangan (PKL).
8. Layanan khusus: penerimaan hardcopy dan softcopy dan upload data skripsi repository.
9. Pembuatan laporan dan statistik.
10. Data digital koleksi, watermark dan perbaikan.