• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN ALAMI CACING SUTRA (Tubifex sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN LELE (Clarias sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN ALAMI CACING SUTRA (Tubifex sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN LELE (Clarias sp."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN ALAMI CACING SUTRA (Tubifex sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN

HIDUP LARVA IKAN LELE (Clarias sp.)

AGNES DENNI SIMANULLANG 140302034

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

HIDUP LARVA IKAN LELE (Clarias sp.)

SKRIPSI

AGNES DENNI SIMANULLANG 140302034

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN ALAMI CACING SUTRA (Tubifex sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN

HIDUP LARVA IKAN LELE (Clarias sp.)

SKRIPSI

AGNES DENNI SIMANULLANG 140302034

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(4)

Nama : Agnes Denni Simanullang NIM : 140302034

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Alami Cacing Sutra terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele (Clarias sp.)” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Medan, Juli 2018

Agnes Denni Simanullang NIM. 140302034

(5)
(6)

AGNES DENNI SIMANULLANG. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Alami Cacing Sutra (Tubifex sp.) terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele (Clarias sp.). Dibimbing oleh Syammaun Usman.

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan tawar yang bernilai ekonomis dan termasuk salah satu komoditas utama perikanan budidaya di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat diperlukan usaha budidaya yang didukung ketersediaan larva yang memadai dengan efisiensi biaya produksi pakan dengan frekuensi pemberian pakan yang tepat. Penelitian ini dilakukan di UPTD. Balai Benih Ikan Tuntungan pada bulan April sampai Mei 2018, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari frekuensi pemberian pakan alami cacing sutra (Tubifex sp.) terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan, sebagai berikut: P1 (frekuensi pemberian pakan alami 3 kali sehari), P2 (frekuensi pemberian pakan alami 4 kali sehari) dan P3 (frekuensi pemberian pakan alami 5 kali sehari). Data dianalisis menggunakan Analisis Variansi (ANOVA), jika terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan namun tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup larva ikan lele. Frekuensi pemberian pakan yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele yaitu perlakuan P3 dengan pertambahan panjang larva sebesar 3.6 cm dan peningkatan berat 928 mg.

Kata kunci : Larva Ikan Lele (Clarias sp.), Cacing Sutra (Tubifex sp.), FrekuensiPemberian Pakan, Pertumbuhan

(7)

ABSTRACT

AGNES DENNI SIMANULLANG. The Effect of Natural Feeding Frequency of Silk Worm (Tubifex sp.) on The Growth and Survival of Catfish Larvae (Clarias sp.). Under the Supervision by SYAMMAUN USMAN.

Catfish is one type of freshwater fish that is economical and includes one of the main commodities of aquaculture in Indonesia. To meet the increasing needs of community, cultivation efforts are supported by the availability of adequate larvae with the efficiency of feed production costs with the appropriate feeding frequency. This research was conducted at UPTD. Balai Benih Ikan Tuntungan in April to May 2018, which aims to determine the effect of natural feeding frequency of the silk worm (Tubifex sp.) on the growth and survival of catfish larvae. Experimental design using a completely randomized design with 3 treatments with 3 replications, as follows : P1 (frequency of feeding 3 times a day), P2 (frequency of feeding 4 times a day) and P3 (frequency of feeding 5 times a day).

The result showed that the different feeding frequency treatment had a very significant effect on growth but did not significantly effect the survival of larvae of catfish. Frequency of feeding the best in increasing larval growth and survival of larvae is P3 treatment with larval length increase og 3.6 cm and weight increase of 928 mg.

Keywords : Larvae of Catfish (Clarias sp.), Silk Worm ( Tubifex sp.), Feeding Frequency, Growth

(8)

Penulis dilahirkan di Purba Manalu, pada tanggal 12 Juni 1996. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan bapak Tohap Simanullang dan ibu Rusmida Togatorop.

Pendidikan pertama penulis dimulai di SD Negeri 173396 Doloksanggul pada tahun 2002–2008. Kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 2 Doloksanggul pada tahun 2008-2011 dan terakhir menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 1 Doloksanggul pada tahun 2011–2014. Penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada bulan Juli–Agustus 2017 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPT. Pembinaan Penangkapan Ikan (PPI) Belawan di Jalan K.L Yos Sudarso No. 64 Medan Kota Belawan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) dan sebagai Asisten Praktikum Avertebrata Air tahun 2016 sampai dengan tahun 2017 dan Asisten Praktikum Rancangan Percobaan pada tahun 2018 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Alami Cacing Sutra (Tubifex sp.) terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele (Clarias sp.)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima yang mendalam kepada semua pihak yang telah ikut membantu serta menjadi motivasi penulis, yaitu kepada:

1. Teristimewa kepada ayah tercinta T. Simanullang dan ibunda R. Simatupang yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayang yang tiada henti, perhatian, dukungan moril maupun materil, nasehat yang tak ternilai serta doa yang tidak pernah pututs bagi penulis. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik semoga Tuhan Yesus Kristus memberikan kesehatan dan panjang umur kepada Ayah dan Ibunda tercinta.

2. Bapak Ir. Syammaun Usman, MP selaku Dosen Pembimbing, Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc dan bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si selaku Dosen Penguji penulis yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan serta seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha

(10)

ilmu kepada penulis.

4. Pegawai UPTD Balai Benih Ikan Tuntungan yang telah memberikan izin sehingga penulis dapat melaksankan dan menyelesaikan penelitian di temapat tersebut.

5. Kakak dan adik-adik tercinta yang penulis sayangi Irma Simanullang, Chandrika Simanullang, Intan Simanullang, Aldo Simanullang, Artha Simanullang dan Alda Simanullang yang selalu memberikan banyak dukungan doa, semangat dan masukan kepada penulis.

6. Kepada bapak tua T. S. Manullang dan Nanguda H. Purba serta keluarga yang selalu memberi dorongan, semangat dan doa kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Sahabat-sahabat tercinta penulis sejak masa perkuliahan Agnes Kartika Silaban, Putri Cristy Simbolon dan Putri Clarita Sihombing yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat tercinta yang penulis sayangi Chatrine Purba, Diana Simanjuntak, Ike Simamora, Juniati Pakpahan, Mayesti Purba, Mika Matondang dan Riris Simanullang yang telah memberikan dukungan doa dan semangat kepada penulis.

9. Tim penelitian penulis yaitu Afniati Sianturi, Yohana Tobing, Tiur Sihombing, Fera Linggga dan Armando Simbolon yang telah membantu dan selalu bekerja sama dalam menyelesaikan peneltian ini.

(11)

10. Seluruh teman-teman seperjuangan MSP 2014 yang telah membantu penulis selama perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari berbagai pihak guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang manajemen sumberdaya perairan.

Medan, Juli 2018

Penulis

(12)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Kerangka Pemikiran ... 4

Tujuan Penelitian ... 6

Hipotesis ... 6

Manfaat Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele (Clarias sp.) ... 7

Pencernaan Ikan Lele (Clarias sp.) ... 9

Pakan Ikan ... 10

Cacing Sutra (Tubifex sp.) ... 12

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan ... 13

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Alat dan Bahan Penelitian ... 15

Rancangan Percobaan ... 15

Prosedur Penelitian ... 16

Menyiapkan Wadah Pemeliharaan ... 16

Menyiapkan Air Media ... 16

Menyiapkan Ikan Uji ... 17

Menebarkan Uji ... 17

Menyiapkan Pakan Uji ... 17

Memelihara Larva Ikan Uji ... 18

Variabel Pengamatan ... 18

Pertambahan Panjang Ikan ... 18

Peningkatan Berat Ikan ... 19

Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan ... 19

Kualitas Air ... 19

Analisis Data ... 19

(13)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 21

Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele ... 21

Peningkatan Berat Larva Ikan Lele ... 23

Tingkat Kelangsungan Hidup ... 26

Kualitas Air ... 27

Pembahasan ... 27

Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele ... 27

Peningkatan Berat Larva Ikan Lele ... 30

Tingkat Kelangsungan Hidup ... 32

Kualitas Air ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

No. Teks Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4 2. Ikan Lele (Clarias sp.) ... 7 3. Cacing Sutra (Tubifex sp.). ... 12 4. Hasil Laju Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele Hari ke-1

sampai Hari ke-28 ... 22 5. Hasil Pertambahan Panjang Rata-rata Larva Ikan Lele dengan

Perlakuan P1, P2 dan P3 selama 28 Hari Pemeliharaan. ... 22 6. Hasil Laju Peningkatan Berat Larva Ikan Lele Hari ke-1 sampai

Hari ke-28 ... 24 7. Hasil Peningkatan Berat Rata-rata Larva Ikan Lele dengan

Perlakuan P1, P2 dan P3 Selama 28 Hari Pemeliharaan. ... 24 8. Hasil Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele dengan

Perlakuan P1, P2 dan P3 Selama 28 Hari Pemeliharaan ... 26

(15)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman 1. Kandungan Nutrisi Cacing Sutra (Tubifex sp.) ... 18 2. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Panjang Larva Ikan Lele

dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 pada Hari Ke 7, 14, 21 dan 28 ... 23 3. Hasil Rata-rata Panjang Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1,

P2 dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28 ... 23 4. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Berat Larva Ikan Lele

dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28... 25 5. Hasil Rata-rata Berat Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2

dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28... 25 6. Hasil Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele

Selama 28 Hari Pemeliharaan ... 25 7. Hasil Analisis Variansi (ANOVA) Tingkat Kelangsungan Hidup . 26 8. Nilai Minimum dan Maksimum Kualitas Air Selama 28 Hari

Pemeliharan. ... 27

(16)

No. Teks Halaman

1. Denah Penempatan Akuarium yang Berisi Larva Ikan Lele ... 39

2. Data Panjang Rata-rata (cm) Larva Ikan Lele ... 40

3. Perhitungan Statistik Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele ... 41

4. Analisis Variansi Panjang Larva Ikan Lele pada Program SPSS ... 43

5. Data Berat Rata-rata (g) Larva Ikan Lele ... 43

6. Perhitungan Statistik Peningkatan Berat Larva Ikan Lele. ... 44

7. Analisis Variansi Berat Larva Ikan Lele pada Program SPSS ... 43

8. Data Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele. ... 46

9. Perhitungan Statistik Tingkat Kelangsungan Hidup Larva ... 47

10. Jumlah Pemberian Pakan Cacing Sutra pada Setiap Perlakuan Selama 28 Hari Pemeliharaan ... 48

11. Dokumentasi Penelitian ... 49

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang bernilai ekonomis penting dan termasuk salah satu komoditas utama perikanan budidaya di Indonesia. Ikan lele banyak disukai masyarakat karena ikan lele memiliki rasa yang enak, harga relatif murah, kandungan gizi tinggi, pertumbuhannya yang cepat, mudah dikembangbiakkan, toleran terhadap mutu air yang kurang baik, relatif tahan terhadap penyakit dan dapat dipelihara hampir disemua wadah budidaya. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat, maka diperlukan peningkatan intensifikasi usaha budidaya yang didukung ketersediaan larva yang memadai (Jaja et al., 2013).

Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi, bergizi dan memenuhi syarat untuk dikonsumsi ikan yang dibudidayakan serta tersedia secara terus menerus sehingga tidak mengganggu proses produksi dan dapat memberikan pertumbuhan yang optimal. Pada budidaya intensif, lebih dari 60% biaya produksi tersedot untuk pengadaan pakan. Untuk meningkatkan keuntungan, para pembudidaya ikan harus lebih mengefisienkan biaya produksi, salah satunya dengan menurunkan biaya pakan dengan memanfaatkan pakan alami yang tersedia di lingkungan (Herlina, 2016).

Pengembangan budidaya ikan dapat terlaksana apabila tersedianya benih bermutu baik dan tersedia dalam jumlah yang cukup, pakan yang tepat, pencegahan dan pengobatan penyakit serta lingkungan hidup yang baik. Tingkat kelangsungan hidup stadia benih dipengaruhi oleh jenis pakan dan dalam jumlah

(18)

sesuai dengan kebutuhan ikan tersebut. Pada kegiatan budidaya, frekuensi pemberian pakan pada ikan sangat penting diperhatikan karena berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi, efisiensi pakan dan kemungkinan terjadinya pengotoran lingkungan (Tahapari dan Suhenda, 2009).

Manajemen pemberian pakan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya, diharapkan agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh ikan secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal. Salah satu penerapannya adalah pengaturan frekuensi pemberian pakan yaitu berapa kali pakan diberikan dalam satu hari. Pembudidaya pada umumnya memberikan pakan pada ikan budidaya hanya menurut kebiasaan, tanpa mengetahui tentang kebutuhan nutrisi masing- masing ikan budidaya, baik itu kualitas, kuantitas dan waktu pemberian pakan yang tepat. Hal ini menyebabkan pakan yang diberikan kurang memberikan pertumbuhan yang optimal bagi ikan karena tidak sesuai dengan kebutuhan ikan.

Manajemen pemberian pakan mengharuskan pakan yang diberikan kepada ikan harus tepat secara kualitas, kuantitas dan tepat waktu pemberiannya demi keberhasilan usaha budidaya (Hanief et al., 2014).

Frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan agar penggunaan pakan menjadi lebih efisien. Frekuensi pemberian pakan ditentukan antara lain oleh spesies dan ukuran ikan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan ikan. Pada dasarnya ketiga faktor tersebut sangat berkaitan satu dengan yang lainnya. Makin kecil ukuran ikan, makin sering frekuensi pemberian pakannya.

Hal ini berhubungan dengan kapasitas dan laju pengosongan lambung; makin cepat waktu pengosongan lambung, frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan

(19)

makin tinggi (Gwither dan Grove, 1981). Setelah terjadi pengurangan isi lambung, nafsu makan beberapa jenis ikan akan meningkat kembali jika makanan tersedia (Tahapari dan Suhenda, 2009).

Cacing sutra (Tubifex sp.) merupakan jenis pakan alami yang baik bagi pertumbuhan benih ikan, cacing jenis ini mempunyai kandunan gizi yang cukup tinggi, yaitu dengan protein sekitar 57% dan diberikan dalam keadaan hidup sehingga disenangi oleh ikan. Cacing sutra termasuk hewan tingkat rendah, karena tidak memiliki tulang belakang (unvertebrata) dan dimassukkan dalam filum Annelida, kelas Oligocheata. Selain itu, cacing sutra mudah dicerna serta diserap oleh dinding usus pemakannya, terutama ikan (Setiawati et al., 2014).

Dalam rangka meningkatkan proses pertumbuhan serta kelangsungan hidup ikan lele, maka perlu dilakukan penelitian mengenai frekuensi pemberian pakan yang terbaik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan lele.

Rumusan Masalah

Permintaan ikan lele ukuran komsumsi terus meningkat, kondisi ini terkait dengan kebutuhan benih dalam jumlah banyak, seragam dan berkesinambungan.

Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi. Biaya produksi pada budidaya intensif tersedot 60% untuk baiya pakan. Untuk meningkatkan keuntungan, para pembudidaya ikan harus lebih mengefisiensikan biaya produksi, salah satunya dengan menurunkan biaya pakan dengan memanfaatkan pakan alami yang tesedia di lingkungan. Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan makan ikan. Pemberian pakan dengan frekuensi yang 3

(20)

lebih sering diharapkan dapat mempertahankan kondisi lambung agar selalu terisi pakan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Cacing sutra merupakan pakan alami yang diberikan untuk larva ikan lele karena memiliki kandungan protein yang baik untuk pertumbuhan ikan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh frekuensi pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele?

2. Berapa frekuensi pemberian pakan yang baik untuk mendukung pertumbuhan larva ikan lele yang optimal?

Kerangka Pemikiran

Pakan menjadi faktor yang memiliki peranan penting dalam kegiatan budidaya perikanan. Kegiatan budidaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kegiatan budidaya perikanan yang dilakukan secara intensif. Untuk mendapatkan larva yang berkualitas baik, harus diperhatikan sistem pemberian pakan, baik komposisi, bentuk, jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan lele dalam rangka memenuhi permintaan pasar adalah dengan melakukan usaha budidaya secara intensif dan terkontrol. Pengembangan budidaya ikan dapat terlaksana apabila tersedianya larva bermutu baik dan tersedia dalam jumlah yang cukup, pakan yang tepat, pencegahan dan pengobatan penyakit serta lingkungan hidup yang baik. Tingkat kelangsungan hidup pada stadia larva dipengaruhi oleh jenis pakan yang diberikan dan dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan ikan tersebut.

Frekuensi pemberian pakan pada ikan sangat penting diperhatikan karena akan

(21)

berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi, efisiensi pakan dan kemungkinan terjadinya pengotoran lingkungan yang akan mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup ikan.

Cacing sutra merupakan jenis pakan alami yang baik bagi pertumbuhan benih ikan, cacing jenis ini mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dan diberikan dalam keadaan hidup sehingga disenangi oleh ikan. Selain itu, cacing sutra mudah dicerna dan diserap oleh dinding usus pemakannya, terutama ikan.

Penggunaan cacing sutra untuk larva ikan lele perlu diteliti dengan frekuensi pemberian yang berbeda untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele secara optimal.

Kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Budidaya Ikan Lele

Budidaya Intensif

Kualitas Air Pakan Hama dan Penyakit

Frekuensi Pemberian Pakan

Cacing Sutra

Analisis Pertumbuhan Kelangsungan Hidup

4

(22)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele.

2. Frekuensi pemberian pakan yang paling baik untuk mendukung pertumbuhan larva ikan lele yang optimal.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan adalah diduga dengan frekuensi pemberian pakan alami cacing sutra yang berbeda akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi khususnya bagi petani ikan lele tentang frekuensi pemberian pakan cacing sutera yang dapat meningkatkan pertumbuhan ikan lele, sehingga produksi ikan lele diharapkan dapat semakin ditingkatkan. Dengan meningkatkan ketersediaan larva ikan juga diharapkan berimbas pada meningkatnya pendapatan petani ikan.

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Lele (Clarias sp.)

Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam ordo Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan yang bertulang sejati. Lele dicirikan dengan tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang menyembul dari daerah sekitar mulutnya (Gambar 2). Nama ilmiah lele adalah Clarias spp. yang berasal dari bahasa Yunani “chlaros”, berarti “kuat dan lincah”. Dalam bahasa inggris lele disebut dengan beberapa nama seperti catfish, mudfish dan walking catfish (Prastiwi, 2016).

Gambar 2. Ikan Lele (Clarias sp.)

Klasifikasi ikan lele berdasarkan SNI (2000) dalam Afifi (2014) adalah sebagai berikut;

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Claridae Genus : Clarias Spesies : Clarias sp.

(24)

Ikan lele umumnya berwarna kehitaman atau keabuan dengan bentuk badan yang memanjang pipih ke bawah (depressed), berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat sungut kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent organ). Insangnya berukuran kecil dan terletak pada bagian kepala belakang. Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung 68-79, sirip dada 9-10, sirip perut 5-6, sirip dubur 50-60 dan jumlah sungut 4 pasang. Sirip dada dilengkapi dengan sepasang duri tajam/patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm, ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel pada rahang (Pratiwi, 2014).

Ikan lele digolongkan sebagai hewan karnivora. Pakan alami yang baik untuk benih ikan lele adalah jenis zooplankton diantaranya Moina, Dapnia dan yang termasuk dapnia adalah cacing, larva (jentik – jentik serangga), siput -siput kecil dan sebagainya. Pakan alami biasanya digunakan untuk pemberian pakan lele pada fase larva sampai benih, akan tetapi lele biasnaya mencari makan di dasar kolam (Iqbal, 2011).

Ikan lele merupakan ikan yang dapat dibudidayakan pada lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar yang tinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ikan lele memiliki daya tahan yang baik terhadap stress dan buruknya kualitas air media budidaya. Ikan lele memiliki toleransi terhadap suhu 22-34°C, derajat keasaman (pH) 6 – 9 dan oksigen terlarut (DO) > 1 mg/l.

Sedangkan untuk kandungan amoniak yang masih dapat ditolerir oleh hewan akuatik adalah berkisar antara 0.08-0.2 mg/l (Afifi, 2014).

(25)

Percernaan Ikan Lele

Pencernaan merupakan proses yang berlangsung terus-menerus. Bermula setelah pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa makanan.

Sistem pencernaan pada ikan lele dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. Struktur anatomi mulut ikan lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan. Sungut berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan. Rongga mulut ikan lele juga terdapat organ pengecap berfungsi untuk menyeleksi makanan (Atang, 2016).

Jenis ikan lele-lelean (catfish) akan makan untuk memenuhi energi metabolismenya dan berhenti makan bila sudah terpenuhi. Waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi makanan kembali dapat diperkirakan dari hubungan antara waktu kosongnya isi lambung dan pengambilan pakan.

Pengaturan frekuensi pemberian pakan dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa tiap jenis dan ukuran setiap ikan mempunyai interval waktu untuk makan yang berbeda, bergantung pada kapasitas dan laju pengosongan lambungnya (Tahapari dan Suhenda, 2009).

Larva ikan lele membutuhkan frekuensi pemberian pakan yang tinggi karena lambung masih berukuran kecil seperti tabung lurus. Semakin kecil kapasitas lambung semakin cepat pula waktu untuk mengosongkan lambung, sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering. Fujaya (2008) menyatakan bahwa semakin kecil ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya semakin sering. Hal ini berhubungan dengan kapasitas dan laju pengosongan lambung, sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering.

8

(26)

Pakan Ikan

Pakan menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya, sebab pakan merupakan sumber energi untuk menunjang pertumbuhan. Pakan yang baik adalah pakan yang sesuai dengan kebutuhan fisiologi dan spesies ikan yang dibudidayakan. Disamping mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ikan tersebut, pemberian pakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik dapat mengoptimalkan usaha budidaya ikan. Pakan harus tersedia dalam jumlah yang cukup, terus menerus (kontinu), dan mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan (Maskur, 2004 dalam Niode et al., 2017).

Menurut Perius (2011) dalam Yanuar (2017), pakan merupakan sumber materi dan energi untuk menopang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan namun di sisi lain pakan merupakan komponen terbesar (50-70%) dari biaya produksi. Kian meningkatnya harga pakan ikan tanpa disertai kenaikan harga jual ikan hasil budidaya adalah permasalahan yang harus dihadapi setiap pembudidaya ikan. Oleh karena itu, upaya pencarian pakan alternatif yakni pakan alami yang murah serta mudah dijangkau terus dilakukan untuk mengurangi biaya produksi.

Pakan ikan terdiri atas pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan pakan awal dan utama bagi benih ikan karena memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap dan mudah dicerna. Sementara pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatnya. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, sumber dan kualitas bahan baku, serta nilai ekonomis (Niode et al., 2017).

(27)

Pakan alami merupakan pakan yang sudah tersedia di alam, baik dengan atau tanpa bantuan aktifitas manusia dalam hal pengadaannya. Pakan alami ikan merupakan organisme hidup yang menghuni suatu perairan, baik berupa tumbuhan maupun hewan dan dapat dikonsumsi oleh ikan. Jenis-jenis pakan alami yang dimakan oleh ikan sangat bermacam-macam tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Pada saat benih ikan mulai belajar mencari makan dari luar, makanan yang pertama-tama mereka makan adalah plankton yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva (Djarijah, 1995).

Kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya. Apabila pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi dan kondisi lingkungan mendukung maka dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan menjadi cepat sesuai yang diharapkan. Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan berkualitas jelek, jumlahnya tidak mencukupi dan kondisi lingkungannya tidak mendukung dapat dipastikan pertumbuhan ikan akan terhambat (Amri dan Khairuman, 2002).

Pakan alami menjadi pakan awal dan utama bagi benih ikan karena memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. Kandungan gizi yang terdapat dalam pakan alami yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Nilai kandungan gizi yang cukup tinggi dan baik sangat diperlukan oleh benih ikan pada masa kritis untuk hidup, tumbuh dari fase larva ke fase selanjutnya. Pakan yang diberikan kepada benih ikan harus memenuhi syarat yaitu berukuran lebih kecil dari diameter bukaan mulut larva, kandungan nutrisi tinggi, mudah dicerna, dan memiliki warna yang mencolok, dapat bergerak terapung atau tersuspensi dalam air sehingga dapat merangsang benih untuk memakannya (Djarijah, 1995).

10

(28)

Tiga prinsip yang diperhatikan dalam memilih pakan alami yakni tipe atau ukuran pakan, jumlah pakan, dan kandungan nutrisinya. Pakan ikan seharusnya mempunyai ukuran yang relatif kecil, mengandung gizi yang cukup untuk kebutuhan larva atau benih, mudah ditelan dan dicerna, dapat menarik perhatian ikan, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Larva ikan membutuhkan nutrisi yang tepat dan seimbang untuk memperoleh tingkat sintasan dan pertumbuhan yang optimum (Djajasewaka, 1985 dalam Prastiwi, 2016)

Cacing Sutra (Tubifex sp.)

Tubifex sp. (Gambar 3) merupakan cacing yang mudah untuk dikenali dari

bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30-60 segmen atau ruas. Tubifex sp. membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makan dan ekornya disembulkan di permukaan dasar untuk bernafas.

Tubifex sp. berkembang biak pada media yang mempunyai kandungan oksigen terlarut berkisar antara 28-30°C, dan pH air antara 6-8 (Widiyanti, 2012).

Gambar 3. Cacing Sutra (Tubifex sp.)

(29)

Klasifikasi Cacing Sutera Menurut Barnes (1974) dalam Hariati (2010) adalah sebagai berikut:

Filum : Annelida Kelas : Oligochaeta Ordo : Haplotaxida Famili : Tubificidae Genus : Tubifex Spesies : Tubifex sp.

Tubifex sp. merupakan jenis cacing air tawar yang sangat disukai oleh

benih-benih ikan. Cacing berwarna merah, karena mengandung erythrocruorin yang larut dalam darah. Pada umumnya cacing ini mengandung asam-asam amino yang cukup lengkap dan biasanya diberikan sebagai makanan ikan, pakan alami ini diberikan umumnya untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan laju pertumbuhannya menurut Scheurman (1990) dalam Tarigan (2014).

Pada dasarnya hampir semua jenis ikan menyukai cacing sutra sebagai pakan terutama ikan–ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging) dan ikan omnivora (pemakan segalanya), ikan–ikan dewasa pun menyukai cacing sutra.

Kandungan nutrisi yang terdapat pada cacing sutra yaitu protein 57%, karbohidrat 2,04%, lemak 13,30%, air 87,19% dan kadar abu 3,60% (Hariati, 2010).

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan

Pertumbuhan adalah pertambahan panjang atau berat dalam kurun waktu tertentu. Pertumbuhan dalam individu diperoleh dari penambahan jaringan akibat penambahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan sejumlah 12

(30)

besar zat makanan penghasil energi dan asam amino (protein) yang mendorong proses pertumbuhan (Effendie, 1997).

Dalam hal ini perlu upaya peningkatan kelangsungan hidup yang dapat dilakukan dengan pengaturan padat tebar, kualitas air dan ketersediaan pakan sesuai dengan kebutuhan ikan. Padat penebaran yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal dan kelangsungan hidup yang maksimal. Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara. Ikan yang lebih kecil akan rentan terhadap penyakit dan parasit. Kelangsungan hidup ikan disuatu perairan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya kepadatan dan kualitas air. Umumnya laju kelangsungan hidup benih lebih tinggi dibandingkan larva, karena benih lebih kuat (Effendie, 2004).

Kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah organisme yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode.

Tingkat kelangsungan hidup dapat digunakan untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup. Mortalitas ikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam tubuh ikan yang mempengaruhi kematian adalah perbedaan umur dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Faktor luar meliputi kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, meningkatnya predator, parasit, kurang makanan, penanganan terhadap ikan, penangkapan dan penambahan jumlah populasi ikan dalam ruang gerak yang sama. Kematian ikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah oleh kondisi abiotik, ketuaan, predator, parasit, penangkapan dan kekurangan makanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010).

(31)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2018 di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan di Jl. Bunga Ganyong, Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah wadah akuarium, aerator, ember, selang sifon, tanggok, millimeter block, penggaris, timbangan digital, pH meter, thermometer, DO meter, test kit, kamera, dan alat tulis (Lampiran 8).

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ikan lele berumur 4 hari, berat 0.008±0.009 g dan panjang 0.8±0.9 cm, air sumur gali yang bersumber dari air sumur dan cacing sutra dan garam non beryodium (Lampiran 8).

Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga kali ulangan. Menurut Gasperz (1991) model linear yang digunakan adalah :

Dimana : Xij : Hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangaan ke-j μ : Rataan Umum

σi : Pengaruh perlakuan ke-i

ԑij : Pengaruh faktor random pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j Xij = μ + σi + ԑij

(32)

Perlakuan-perlakuan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

P1 : Frekuensi pemberian pakan 3 kali dengan interval 6 jam (pukul 09.00, 15.00 dan 21.00) per hari.

P2 : Frekuensi pemberian pakan 4 kali dengan interval 4 jam (pukul 09.00, 13.00, 17.00 dan 21.00) per hari

P3 : Frekuensi pemberian pakan 5 kali dengan interval 3 jam (pukul 09.00, 12.00, 15.00, 18.00 dan 21.00) per hari.

Prosedur Penelitian

Menyiapkan Wadah Pemeliharaan

Wadah yang digunakan adalah akuarium dengan ukuran 40×20×20 cm.

Akuarium tersebut ditempatkan dalam ruang BBI Kelurahan Baru Ladang Bambu.

Jumlah akuarium yang akan digunakan yaitu sebanyak 9 buah, yakni untuk 3 perlakuan dengan 3 ulangan. Akuarium terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan lalu diisi air sebanyak 12 liter dengan tinggi air 15 cm. Akuarium tersebut dilengkapi dengan aerasi yang bertujuan untuk menambah suplai oksigen dalam air dan kemudian dilakukan pengukuran kualitas air.

Menyiapkan Air Media

Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan dalam penelitian ini adalah air yang berasal dari sumur gali yang berada di BBI Kelurahan Baru Ladang Bambu, dimana air diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam selanjutnya dimasukan ke dalam akuarium dan akan dilakukan diaerasi selama 4 hari guna meningkatkan kadar oksigen serta melepas zat-zat berbahaya pada air media pemeliharaan.

(33)

Menyiapkan Ikan Uji

Ikan yang digunakan adalah larva ikan lele yang berumur 4 hari dengan berat 7±9 mg dan panjang 0.9±1.0 cm sebanyak 24 ekor/akuarium. Larva ikan lele yang digunakan harus homogen berasal dari induk (genetik) yang sama. Sebelum larva dimasukkan kedalam akuarium perlakuan, terlebih dahulu ikan diadaptasi dalam akuarium selama 2 hari agar mampu menyesuaikan kondisi dengan lingkungan media pemeliharaan barunya.

Menebarkan Ikan Uji

Larva ikan lele ditebar di dalam akuarium sebanyak 24 ekor pada masing- masing akuarium dengan total ikan lele sebanyak 216 ekor untuk 9 akuarium.

Pengukuran panjang larva dilakukan pada awal penebaran ikan menggunakan penggaris dan berat larva menggunakan timbangan analitik. Kemudian larva ditebar kedalam masing-masing media pemeliharaan pada setiap perlakuan.

Menyiapkan Pakan Uji

Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah cacing sutra dengan terlebih dahulu mencelupkan kedalam air garam non beryodium dengan takaran 10 g garam untuk 1 liter air bersih. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghilangkan zat-zat berbahaya pada cacing sutra diharapkan agar tidak membawa sumber penyakit terhadap ikan. Jumlah pakan yang akan diberikan pada setiap perlakuan setiap minggunya akan berbeda dimana berat biomassa larva ikan dihitung pada setiap perlakuannya. Pakan cacing sutra yang akan diberikan pada setiap perlakuan ditimbang sebanyak 10% dari berat biomassa larva ikan, penimbangan akan dilakukan kembali setelah menghitung berat biomassa pengukuran panjang dan berat larva ikan lele pada minggu selanjutnya.

16

(34)

Kandungan nutrisi pada cacing sutra dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini:

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Cacing Sutra (Tubifex sp.)

No. Kandungan Nutrisi Hasil (%)

1. Protein 57

2. Karbohidrat 2.04

3. Lemak 13.30

4. Air 87.19

5. Kadar Abu 3.60

Sumber : Akhyar et al., (2016) Memelihara Larva Ikan uji

Pemeliharaan larva ikan dilakukan selama 28 hari. Evaluasi dilakukan setiap 7 hari sekali dan melakukan pengantian air dengan penyiponan dengan membuang air sebanyak 10% dari volume air pada akuarium dan mengganti dengan air yang baru.

Variabel Pengamatan

Pengamatan hasil pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup dari larva ikan lele dilakukan setiap 7 hari sekali selama pemeliharaan. Pengamatan hasil meliputi pengkuran panjang dan berat ikan, kelangsungan hidup, serta kualitas air.

1. Pertambahan Panjang Ikan

Pengukuran panjang larva ikan lele dilakukan setiap 7 hari sekali selama penelitian. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris kemudian dicatat panjang ikan. Pertumbuhan panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan panjang menurut Effendie (1997) yaitu:

Dimana L : Pertumbuhan panjang (cm) Lt : Panjang akhir ikan (cm) Lo : Panjang awal ikan (cm)

L = Lt – Lo

(35)

2. Peningkatan Berat Ikan

Pengukuran berat larva ikan lele dilakukan setiap 7 hari dimana pada awal dan akhir penelitian semua jumlah ikan yang digunakan pada semua percobaan ditimbang beratnya. Pengukuran berat larva ikan lele menggunakan timbangan digital. Berat ikan lele yang telah ditimbang kemudian dicatat. Namun pada pengukuran hari ke 7, 14 dan 21 dilakukan sampling pada 3 ekor larva ikan untuk mewakili berat ikan pada setiap wadah percobaan. Pertumbuhan Berat menggunakan rumusan pertumbuhan berat menurut Effendie (1997) yaitu:

Dimana : ΔW : Pertumbuhan mutlak (gram) Wt : Berat akhir (gram)

Wo : Berat awal (gram) 3. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah dengan membedakan jumlah ikan yang hidup pada akhir periode dengan jumlah ikan yang mati pada akhir periode tertentu pada setiap perlakuan. Kelangsungan hidup larva ikan lele diamati setiap harinya selama penelitian dan dicatat. Tingkat kelangsungan hidup dinyatakan dengan rumus (Zonneveld et al., (1991) :

Dimana : SR : Survival Rate / Kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah Ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) No : Jumlah Ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

ΔW = Wt – Wo

SR = Nt / No x 100 %

18

(36)

4. Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur meliputi: suhu, kandungan oksigen terlarut dan pH. Pengukuran suhu dan pH dilakukan setiap hari pada pagi dan sore selama penelitian. Pengukuran DO dilakukan setiap seminggu sekali selama masa pemeliharaan.

Analisis Data

Data yang diperoleh diuji dengan analisis statistik dan deskriptif. Analisis statistik dengan menggunakan analisis ragam Analysis of variance (ANOVA) dan uji F pada selang kepercayaan 95%. Jika berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut antar perlakuan dengan menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).

Selanjutnya data juga dianalisis menggunakan ragam ANOVA pada selang kepercayaan 95% dengan bantuan perangkat lunak IBM SPSS Statistics 21. Data yang diolah dengan ragam ANOVA yaitu panjang rata-rata, berat rata-rata dan tingkat kelangsungan hidup dan data kualitas air dijelaskan secara deskriptif.

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengambilan sampel larva ikan lele dilakukan setiap 7 hari sekali selama 28 hari masa pemeliharaan yang menghasilkan panjang rata-rata, berat rata-rata, jumlah pemberian pakan, kelangsungan hidup dan kualitas air. Dari pengolahan data diperoleh data pertambahan panjang, peningkatan berat, tingkat kelangsungan hidup serta data parameter kualitas air antar perlakuan P1 (Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari), P2 (Frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari) dan P3 (Frekuensi pemberian pakan 5 kali sehari).

Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele

Pertambahan panjang larva ikan lele selama 28 hari pemeliharaan bertambah seiring bertambahnya frekuensi pemberian pakan yang diberikan pada ikan. Pertambahan panjang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 dari 0.8 menjadi 4.4 cm, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 0.8 menjadi 4.0 cm dan panjang terendah pada perlakuan P1 dari 0.8 menjadi 3.6 cm. Hasil dari laju pertambahan panjang larva ikan lele pada perlakuan P1, P2 dan P3 dari hari ke 1, 7, 14, 21 dan 28 dapat dilihat pada Gambar 4.

Pertambahan panjang rata-rata larva pada masing-masing perlakuan setiap pengukuran berkisar antara 0.8 sampai pada ukuran 4.4 cm. Panjang rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar 3.6 cm kemudian diikuti perlakuan P2 sebesar 3.2 dan terendah pada perlakuan 2.8 cm. Hasil pertambahan panjang rata-rata larva ikan lele selama 28 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 5.

(38)

Gambar 4. Hasil Laju Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele Hari ke-1 sampai Hari ke-28

Gambar 5. Hasil Pertambahan Panjang Rata-rata Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 Selama 28 Hari Pemeliharaan

Analisis variansi (ANOVA) panjang larva ikan lele dilakukan menggunakan Uji Duncan pada program Statistical Pakage of Social Science (SPSS). Berdasarkan data pada Tabel 2 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap pertambahan panjang larva ikan lele pada setiap perlakuan selama 28 hari masa pemeliharaan.

(39)

Tabel 2. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Panjang Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28

Sumber

Variasi df Hari ke-

H7 H14 H21 H28

P1 2 ** ** ** **

P2 2 ** ** ** **

P3 2 ** ** ** **

Error 192 0.013 0.030 0.035 0.356

** Significantly (p ≤ 0.01)

Tabel 3. Hasil Rata-rata Panjang Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28

Hari ke-

H7 H14 H21 H28

Perlakuan

P1 1.100a 1.568a 2.500a 3.588a

(0) (0.006) (0.010) (0.014)

P2 1.333b 2.202b 2.966b 3.958b

(0.006) (0.010) (0.012) (0.016)

P3 1.534c 2.567c 3.667c 4.409c

(0.006) (0.006) (0.006) (0.014)

a, b, c

Perbedaan notasi huruf menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara perlakuan

Peningkatan Berat Larva Ikan Lele

Peningkatan berat larva ikan lele selama 28 hari pemeliharaan bertambah seiring bertambahnya frekuensi pemberian pakan yang diberikan pada ikan.

Peningkatan berat tertinggi terdapat pada perlakuan P3 dari 8 menjadi 936 mg, kemudian diikuti perlakuan P2 dari 8 menjadi 815 mg dan berat terendah pada perlakuan P1 dari 8 menjadi 710 mg. Hasil dari laju peningkatan berat larva ikan lele pada perlakuan P1, P2 dan P3 dari hari ke 1, 7, 14, 21 dan 28 dapat dilihat pada Gambar 6.

Peningkatan berat rata-rata larva pada masing-masing perlakuan setiap pengukuran berkisar antara 8 sampai pada ukuran 936 mg. Berat rata-rata tertinggi 22

(40)

terdapat pada perlakuan P3 sebesar 928 mg kemudian diikuti perlakuan P2 sebesar 807 mg dan terendah pada perlakuan P1 sebesar 702 mg. Hasil peningkatan berat rata-rata larva ikan lele selama 28 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 6. Hasil Laju Peningkatan Berat Larva Ikan Lele Hari ke-1 sampai Hari ke-28

Gambar 7. Hasil Peningkatan Berat Rata-rata Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 Selama 28 Hari Pemeliharaan

Analisis variansi (ANOVA) panjang larva ikan lele dilakukan menggunakan Uji Duncan pada program Statistical Pakage of Social Science

(41)

(SPSS). Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap peningkatan berat larva ikan lele pada setiap pengukuran selama 28 hari masa pemeliharaan.

Tabel 4. Analisis Variansi (ANOVA) terhadap Berat Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28

Sumber Variasi df Hari ke-

H7 H14 H21 H28

P1 2 ** ** ** **

P2 2 ** ** ** **

P3 2 ** ** ** **

Error 196 1.603 3.927 5.050 7.117

** Significantly (p ≤ 0.01)

Tabel 5. Hasil Rata-rata Berat Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28

Hari ke-

H7 H14 H21 H28

Perlakuan

P1 136.33a 368.67a 563.67a 710.44a

(1.034) (2.502) (2.951) (3.099)

P2 156.05b 425.30b 667.26b 822.86b

(0.636) (2.048) (1.309) (5.056)

P3 188.57c 497.51c 730.09c 943.78c

(0.662) (1.068) (1.813) (2.269)

a, b, c

Perbedaan notasi huruf menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara perlakuan

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele selama 28 hari masa pemeliharaan menunjukkan nilai yang tertinggi pada perlakuan P2 dan P3 yaitu sebesar 87.50% dan terendah terdapat pada perlakuan P1. Data kelangsungan hidup diperoleh dengan menghitung jumlah ikan pada awal penelitian dan jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele dapat dilihat pada Gambar 8.

24

(42)

Tabel 6. Hasil Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele Selama 28 Hari Pemeliharaan

Perlakuan Rata-rata Kelangsungan Hidup Hari Ke-

SR (%)

0 7 14 21 28

P1 100 95.83 91.66 88.88 86.11 86.11

P2 100 97.22 94.44 90.27 87.50 87.50

P3 100 95.83 93.05 90.27 87.50 87.50

Gambar 8. Hasil Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele dengan Perlakuan P1, P2 dan P3 Selama 28 Hari Pemeliharaan

Dari hasil penelitian diperoleh tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele selama pemeliharaan (Lampiran 6) yang kemudian data tersebut dianalisis menggunakan analisis variansi (ANOVA) yang dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil analisa menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele (Fhitung<Ftabel).

Tabel 7. Hasil Analisis Variansi (ANOVA) Tingkat Kelangsungan Hidup Sumber

Keragaman (SK)

Derajat Bebas

(db)

Jumlah Kuadrat (JK)

Kuadrat Tengah (KT)

Fhitung

Ftabel 0.05 0.01

Perlakuan 2 3.846 1.923

0.333 5.14 10.92 Galat Percobaan 6 34.611 5.768

Total 38.457 7.691

* = Tidak berpengaruh nyata

(43)

Kualitas Air

Hasil pengamatan kualitas air dalam 28 hari masa pemeliharaan relatif stabil. Hal ini disebabkan karena pemeliharaan dilakukan dengan cara intensif, dimana tempat penelitian dilakukan di dalam ruangan sehingga kondisi lingkungan relatif homogen dan lebih mudah di kontrol. Data pengamatan kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Minimum dan Maksimum Kualitas Air Selama 28 Hari Pemeliharaan

Waktu Kualitas Air P1 P2 P3

Min Maks Min Maks Min Maks

Pagi

Suhu (°C) 26.4 26.8 26.5 26.8 26.4 26.7

pH 7.3 8.2 7.4 8.1 7.5 8.2

DO (mg/l) 7 7.5 7 7.5 7 7.4

Sore

Suhu (°C) 27.6 28.1 27.5 28.3 27.6 28.2

pH 7.6 8.5 7.7 8.4 7.6 8.4

DO (mg/l) 6.8 7.1 6.7 7 6.8 7.1

Malam

Suhu (°C) 26.2 26.7 26.1 26.8 26.2 26.7

pH 7.2 8.1 7.1 8.0 7.0 8.0

DO (mg/l) 6.9 7.1 7 7.2 7 7.2

Pembahasan

Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele

Pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan suatu kegiatan usaha budidaya perikanan khususnya dalam pencapaian target produksi. Menurut Effendie (1997), pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang, bobot maupun volume dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga diartikan sebagai pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi dan protein. Dalam hal ini frekuensi pemberian pakan pada ikan pakan adalah faktor yang sangat perlu diperhatikan. Pertumbuhan yang terjadi pada larva ikan 26

(44)

lele dalam penelitian ini meningkat seiring bertambahnya waktu pemeliharaan dan frekuensi pemberian pakan yang diberikan.

Larva ikan lele mengalami pertambahan panjang rata-rata yang berbeda pada masing-masing perlakuan yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan yang berbeda juga berpengaruh terhadap pertambahan panjang larva ikan lele. Panjang rata-rata larva ikan lele pada awal penelitian yaitu 0.8 cm. Pada akhir penelitian terjadi perbedaan pertumbuhan yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 2., dimana pertambahan panjang yang diperoleh pada perlakuan P3 yaitu sebesar 3.6 cm yang diikuti pada perlakuan P2 sebesar 3.2 cm dan pada P1 sebesar 2.8 cm. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan yang berbeda pada setiap perlakuan berpengaruh terhadap pertambahan panjang larva ikan lele.

Tingginya pertambahan panjang pada perlakuan P3 diduga karena tersedianya pakan yang cukup setiap hari bagi larva ikan lele dan pakan dapat dimanfaatkan dengan optimal. Menurut Mudjiman, 1984 dalam Deftari et al, 2015 menyatakan bahwa pertumbuhan pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan untuk kelangsungan hidup, metabolisme, pergerakan dan pertumbuhan.

Berdasarkan hasil analisis ANOVA panjang larva ikan lele menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pakan yang berbeda berpengaruh sangat nyata (Fhitung>Ftabel)terhadap pertambahan panjang larva ikan lele. Pada Lampiran 3 hasil uji lanjut BNT memperlihatkan perbedaan notasi dimana menunjukkan perbedaan yang signifikan pada semua perlakuan. Perlakuan P1 berbeda sangat

(45)

nyata terhadap perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 juga berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3.

Perbedaan frekuensi pemberian pakan cacing sutra memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan panjang larva ikan lele. Pada perlakuan P3 dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali sehari memberikan pertambahan panjang yang lebih tinggi terhadap larva ikan lele dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan Setiawati et al, 2014 peneliti terdahulu yang dilakukan pada ikan toman dengan perlakuan pemberian pakan yang sama yang menyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan yang lebih tinggi memberikan pertambahan panjang dan peningakatan berat yang lebih tinggi juga dimana larva ikan dapat memanfaatkan pakan yang lebih baik dengan optimal sehingga diperoleh pertumbuhan lebih baik.

Pada perlakuan P1 yaitu frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari dengan interval 6 jam akan menyebabkan pakan tidak seluruhnya dapat dikomsumsi ikan karena pada saat lambung penuh, ikan akan segera berhenti mengambil makanan dan pemanfaatan pakan menjadi tidak efisien. Pada perlakuan P2 yaitu frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari dengan interval 4 jam, juga kurang mencapai pertambahan panjang tertinggi. Sedangkan pada perlakuan yaitu frekuensi pemberian pakan dengan 5 kali sehari dengan interval 3 jam menghasilkan pertambahan panjang tertinggi, karena sesuai dengan volume dan kapasitas lambung dimana hampir keseluruhan pakan yang diberikan dimanfaatkan dengan baik dan interval waktu pemberian pakan yang tepat pada saat ikan lapar kembali.

Pengaturan frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa tiap jenis dan ukuran ikan mempunyai interval waktu untuk makan yang 28

(46)

berbeda, bergantung pada kapasitas dan laju pengosongan lambungnya (Gwither dan Grove, 1981 dalam Tahapari dan Suhenda, 2009).

Peningkatan Berat Larva Ikan Lele

Kebutuhan protein pada pakan sangat dibutuhkan oleh larva ikan khususnya pada stadia awal pertumbuhan, hal ini karena protein sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan mempertahankan jaringan sel-selnya (Herawati dan Agus, 2014). Pakan yang diberikan pada larva ikan yaitu pakan alami yaitu cacing sutra (Tubifex sp.). Berdasarkan nilai komposisi nutrisi cacing sutra yaitu kandungan protein hampir 57% dapat meningkatkan pertambahan panjang dan peningkatan berat dari larva ikan lele. Nilai kandungan gizi yang cukup tinggi dan baik dalam pakan alami sangat diperlukan oleh larva ikan pada masa kritis untuk hidup dan tumbuh dari fase larva ke fase selanjutnya (Djarijah, 1995).

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa ada perbedaan berat rata-rata larva ikan lele pada masing-masing perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan larva ikan lele. Peningkatan berat tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 sebesar 928 mg, kemudian diikuti oleh perlakuan P2 sebesar 807 mg dan yang terendah pada perlakuan P1 sebesar 702 mg. Frekuensi pemberian pakan untuk larva berbeda (lebih sering) dengan ikan yang sudah dewasa. Hal ini disebabkan larva atau benih lebih banyak membutuhkan energi untuk pemeliharaan, perkembangan serta penyempurnaan organ-organ di dalam tubuhnya (Affandi et al, 2005). Frekuensi pemberian pakan larva ikan lele lebih sering karena ukuran lambungnya relatif lebih kecil seperti

(47)

tabung lurus. Menurut Menurut Gwither dan Grove (1981), makin kecil kapasitas lambung maka makin cepat waktu pengosongan lambung sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering.

Perlakuan dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali sehari dengan interval waktu 3 jam (P3) memiliki berat rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan frekuensi pemberian pakan 4 kali dengan interval waktu 4 jam dan perlakuan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari dengan interval waktu 6 jam.

Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P3 ikan dapat memanfaatkan pakan yang lebih baik sehingga diperoleh pertumbuhan lebih baik dibandingkan perlakuan P2 dan perlakuan P1. Frekuensi pemberian yang meningkat akan mengikuti peningkatan pertumbuhan ikan dimana berhubungan dengan kapasitas tampung dari lambung ikan. Fujaya (2008) menyatakan bahwa semakin kecil ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya semakin sering. Hal ini berhubungan dengan kapasitas dan laju pengosongan lambung, sehingga frekuensi pemberian pakan yang dibutuhkan lebih sering. Setelah terjadi pengurangan isi lambung, nafsu makan beberapa jenis ikan akan meningkat kembali jika makanan tersedia.

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA), menunjukkan bahwa perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda berpengaruh sangat nyata (Fhitung>Ftabel) terhadap peningkatan berat larva ikan lele. Pada Lampiran 6 hasil uji lanjut BNT memperlihatkan perbedaan notasi dimana menunjukkan perbedaan yang signifikan pada semua perlakuan. Perlakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P2 dan P3. Perlakuan P2 juga berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3.

30

(48)

Tingkat Kelangsungan Hidup

Pengamatan terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung jumlah larva ikan pada awal dan akhir penelitian. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele selama penelitian berkisar antara 86.11-87.50%. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) Tabel 7 menunjukkan bahwa setiap perlakuan yang ada dalam media pemeliharaan yaitu perlakuan P1, P2 dan P3 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele sehingga uji ANOVA tidak dapat dilanjutkan untuk melihat perbedaan antar perlakuan .

Tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele selama pemeliharaan tergolong baik. Dari Tabel 8 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yaitu pada P1 dengan 86.11 %, P2 dengan 87.50% dan P3 dengan 87.50%. Menurut Mulyani et al, (2014) menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup (SR) ≥50% tergolong

baik, kelangsungan hidup 30-50% sedang dan kurang dari 30% tidak baik.

Kematian larva hanya terjadi pada awal pemeliharaan, hal ini disebabkan karna larva baru beardaptasi terhadap kondisi lingkungan media pemeliharaanya serta pengaruh respon dari luar misalnya pada saat penyiponan dan penanganan pada saat menimbang ikan.

Kualitas air selama penelitian masih dalam keadaan yang layak untuk menunjang tingkat kelangsungan hidup larva ikan lele. Selain itu pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh ikan, dimana pakan yang tersisa atau tidak dimakan yang berada dibawah oleh ikan selalu diangkat agar kualitar air pada media pemeliharan tetap terjaga. Menurut Effendie (1997) menyatakan bahwa survival rate atau derajat kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor

(49)

biotic yaitu persaingan, parasit, umur, predator kepadatan dan penanganan manusia, sedangkan faktor abiotik adalah sifat fisika dan kimia dalam perairan.

Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan karena diperlukan sebagai media hidup. Air yang digunakan dalam media pemeliharaan larva ikan lele perlu dijaga kualitasnya. Pengukuran kualitas air yang dilakukan selama penelitian yaitu suhu, pH, dan kandungan oksigen menunjukkan hasil yang masih berada pada batas yang baik bagi pertumbuhan larva ikan lele. Sumber air yang digunakan yaitu air sumur sebelumnya telah dilakukan pengendapan selama 24 jam dan selanjutnya air diaerasi selama 4 hari guna meningkatkan kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan. Penyiponan juga dilakukan setelah proses pengukuran panjang dan berat dengan membuang 10% dari total air yang ada.

Pengukuran kualitas air yaitu suhu, kandungan oksigen dan pH dilakukan 3 kali pengkuran dalam sehasri yaitu pada pagi, siang dan malam hari.

Kisaran suhu selama penelitian pada setiap perlakuan adalah 26.8-29.3°C, dimana suhu tersebut masih dalam kisaran normal. Pada Tabel 8 menunjukkan kisaran suhu pada P1 dengan 26.8–28.9°C, P2 dengan 27.1–29.3°C dan pada P3 dengan 26.9–29.3°C. Hasil ini telah sesuai dengan suhu yang optimal bagi pertumbuhan larva ikan lele, dimana penelitian dilakukan pada ruangan tertutup dan dalam lingkungan yang relatif homogen. Menurut Afifi (2014) menyatakan bahwa ikan lele memiliki toleransi terhadap suhu 22-34°C. Suhu air yang sesuai akan meningkatkan aktivitas makan ikan, sehingga pertumbuhan larva ikan lele akan semakin baik. Perbedaan perlakuan frekuensi pemberian pakan selama penelitian tidak menyebabkan perubahan suhu air yang besar.

32

(50)

Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa. Derajat keasaman (pH) pada setiap perlakuan selama penelitian berkisar antara 7.6-8.0, hasil ini masih dalam keadaan normal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele. Menurut Afifi (2014) menyatakan bahwa ikan lele memiliki toleransi terhadap derajat keasaman (pH) dengan kisaran 6-9. Keadaan pH yang dapat mengganggu kehidupan ikan adalah pH yang teralu rendah (sangat asam) dan pH yang terlalu tinggi (sangat basa).

Oksigen merupakan satu parameter yang sangat penting bagi seluruh organisme dalam kehidupannya. Kandungan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ikan dapat menyebabkan penurunan daya hidup ikan yang mencakup seluruh aktifitas ikan, seperti berenang, pertumbuhan dan reproduksi. Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa kandungan oksigen terlarut (DO) pada setiap perlakuan selama penelitian yaitu berkisar antara 7.0-8.0 mg/l. Kisaran nilai oksigen yang tinggi selama masa pemeliharaan ini disebabkan karna kontrol kualitas air yang baik seperti aerasi terhadap air dan pengangkatan sisa pakan di dasar akuarium yang tidak dimakan oleh larva ikan dari media pemeliharan serta melakukan penyiponan setiap minggunya. Nilai oksigen terlarut yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah >3 mg/l (Mahyuddin, 2008).

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang dan berat namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelangsungan hidup larva ikan lele.

2. Frekuensi pemberian pakan yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele adalah perlakuan P3 (frekuensi pemberian pakan 5 kali sehari) dengan pertambahan panjang larva sebesar 3.6 cm dan peningkatan berat sebesar 928 mg.

Saran

Pemeliharaan larva ikan lele sebaiknya dilakukan pemberian pakan dengan frekuensi lima kali sehari, karna menghasilkan pertumbuhan yang baik.

Selanjutnya perlu penelitian lebih lanjut mengenai frekuensi pemberian pakan yang berbeda untuk larva-larva ikan jenis lainnya.

(52)

Affandi, R., D. S. Sjafei., M. F. Rahardjo dan Sulistiono. 2005. Fisiologi Ikan:

Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Afifi, I. M. 2014. Pemanfaatan Bioflok pada Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dengan Padat Tebar Berbeda terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival Rate (SR). Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.

Akhyar, S., Muhammadar, dan I. Hasri. 2016. Pengaruh Pemberian Pakan Alami yang Berbeda terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Larva Ikan Peres (Osteochilus sp.,). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1 (43) : 425-433.

Amri, K dan Khairuman. 2002. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Atang. 2016. Sistem Pencernaan dan Pernafasan pada Ikan Lele (Clarias batrachus). Fakultas Biologi. Universitas Soedirman.

Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta.

Effendie, M. I. 1997. Metoda Perancangan Percobaan. CV Armico. Bandung.

Effendie, M. I. 2004. Pengantar Akuakultur. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Fujaya, Y. 2008. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta.

Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. CV.Armico. Bandung.

Gwither, D dan D. J. Grove. 1981. Gastric Emptying in Limanda limanda L. and Return of Appetite. J. Fish Biol, 18 (1) : 245-259.

Hanief, M. A. R., Subandiyono dan Pinandoyo. 2014. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Tawes (Puntius javanicus). Jurnal of Aquaculture Management and Technology, 3 (4) : 67- 74.

Hariati, E. 2010. Potensi Tepung Cacing Sutra (Tubifex sp.) dan Tepung Potensi Tepung Tapiokauntuk Substitusi Pakan Komersil Ikan Patin (Pangasius hypothalamus). Skripsi. Universitas Atmajaya Yogyakarta. Yogyakarta.

Herawati, V. E dan M. Agus. 2014. Analisis Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Lele (Clarias gariepenus) yang Diberi pakan Daphnia sp. Hasil Kultur Massal Menggunakan Pupuk Organik Difermentasi. Jurnal Pena Unikal, 26 (1) : 1 – 11.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Budidaya Ikan Lele
Gambar 2. Ikan Lele (Clarias sp.)
Gambar 3. Cacing Sutra (Tubifex sp.)
Gambar 4. Hasil Laju Pertambahan Panjang Larva Ikan Lele Hari ke-1                          sampai Hari ke-28
+3

Referensi

Dokumen terkait

sangatlah berpengaruh pada perkembangan pribadi siswa untuk mematangkan kesediaannya dalam belajar dengan begitu siswa akan mudah dan siap menerima sesuatu yang

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis kualitatif, maksudnya adalah analisis data yang dilakukan dengan cara menafsirkan data,

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (R 2 ) maka disimpulkan interaksi edukatif guru dan siswa dan motivasi belajar pada mata pelajaran sosiologi siswa

Agama mempengaruhi dan sistem nilai budaya faktor-faktor ekonomi dan sosial (Suseno 2001: 83). Disamping itu menurut beberapa penelitian, agama dinilai berpengaruh terhadap

Uraian tersebut didukung oleh penelitian Setiawan (2015) yang menyatakan bahwa. adanya sistem pengendalian internal juga dimaksudkan untuk

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal dengan sebagai Hipertensi.. merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari

Menu pilih susu akan menampilkan form pilih susu, dimana pengguna dapat memilih susu sesuai dengan kriteria yang diinginkan yaitu usia Balita, harga susu, berat, kemasan,

Hasil pengujian secara simultan variabel kepercayaan diri, motivasi berprestasi, dan keberanian mengambil risiko terhadap kemampuan Prakerin diperoleh F hitung =