i
STUDI PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PURSE-SEINE DI PT. MULTI INDOFISH BITUNG
TUGAS AKHIR
Oleh : TAUHID 1722020037
PROGRAM STUDI PENANGKAPAN IKAN JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2020
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI Judul : Studi Pengoperasian Alat Tangkap Purse-seine
Di PT Multi Indofish Bitung.
Nama : Tauhid
NIM : 1722020037
Program Studi : Penangkapan Ikan
Jurusan : Teknologi Penangkapan Ikan
Menyetujui, Tim penguji;
1. Hasmawati, S.Pi, M.Si (...)
2. Ir. Widodo Basuki, M.Si (...)
3. Muhammad Aras, S.Pi, M.Si (...)
4. Ir. Muhammad Nadir, M.Si (...)
Mengetahui, Ketua Program Studi,
Muhammad Aras, S.Pi, M.Si NIP. 196912311993031001
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar diploma disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Barru, Agustus 2020
Tauhid
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu tercurahkan dan dipanjatkan Kehadirat Allah SWT. atas segala Rahmat dan hidayahnyalah Sehingnga Penulis dapat memulai dan menyelesaikan Tugas Akhir dengan waktu sebaik-baiknya.
Sholawat serta Taslim Akan selalu tercurahkan kepada Baginda Nabiullah Muhammad SAW., karena berkat perjuangan beliau kenistaan ummat Jahiliyyah menjadi indah di Zaman Islamiah.
Dalam proses penulisan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat dukungan khususnya dari orang tua tercinta, olehnya itu dengan segala kerendahan hati penulis tak lupa mengucapkan terima kasih tak terhinggah kepada kedua orang tuaku yang telah memberikan semangat dan pengorbanan serta doa-doa yang tidak hentinya untuk mendapat pendidikan yang terbaik.
Penulis yakin sepenuhnya bahwa dalam tugas akhir ini tidak akan mungkin dapat terwujud tanpa bantuan dan dukungan semua pihak. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Ir. Darmawan, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
2. Syamsul Marlin amir ST., M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
3. Hasmawati S.Pi., M.Si. dan Ir. Widodo Basuki, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah mendedikasikan waktu, tenaga, dan pikirannya sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
4. Andi Tawakkal S.Pi , selaku Kakanda Di Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan yang telah membantu dalam proses Prakerin sehingga Proses Prakerin dapat terlaksana dengan baik.
vi
5. Serta seluruh rekan-rekan mahasiswa (i) yang turut memberikan bantuan dan saran hingga selesainya tugas akhir ini. Insya Allah, semua amalan kebaikan yang diberikan akan dibalas oleh Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikanpada penulisan selanjutnya. Besar harapan semoga isi tugas akhir ini dapat bemanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri dan sebagai bahan informasi dalam pengembangan di bidang perikanan dan kelautan di masa yang akan datang.
.
Barru, Agustus 2020
Tauhid
vii DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFRAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK ... xi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Kegunaan ... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Alat Tangkap Purse-Seine ... 3
2.2 Definisi Alat Tangkap Purse-Seine ... 3
2.3 Kapal Purse-Seine ... 4
2.4 Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse-Seine ... 5
2.5 Alat Bantu Navigasi Kapal ... 7
2.6 Alat Bantu Penangkapan ... 8
2.7 Daerah Penangkapan Ikan ... 12
2.8 Ikan Hasil Tangkapan ... 12
BAB III. METODOLOGI 3.1 Waktu Dan Tempat ... 13
viii
3.2 Metode Pengambilan Data ... 13
3.3 Pengolahan Data ... 13
BAB IV. KEADAAN LOKASI PERUSAHAAN 4.1 Lokasi Perusahaan ... 14
4.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 17
4.3 Struktur Organisasi Di atas Kapal ... 18
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Kapal KM. Mickey 107 ... 19
5.2 Alat Bantu Navigasi KM. Mickey 107 ... 20
5.3 Alat Keselamatan Kerja KM. Mickey 107 ... 24
5.4 Alat Bantu Penangkapan Ikan KM. Micke 107 ... 25
5.5 Daerah Penangkapan Ikan ... 30
5.6 Konstruksi Purse-Seine KM. Mickey 107 ... 32
5.7 Metode Pengoperasian Purse-Seine KM. Mickey 107 ... 33
5.8 Hasil Tangkapan ... 39
BAB VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 43
6.2 Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 5.1 Spesifikasi KM. Mickey 107 ... 20 Tabel 5.2 Lokasi Pemasangan Rumpon/Ponton... 30 Tabel 5.3 Bahan dan ukuran purse-seine di KM. Mickey 107 ... 33
x
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 4.1 Lokasi Perusahaan PT. Multi Indofish Bitung ... 15
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Multi Indofish Bitung ... 18
Gambar 4.3 Struktur Organisasi di atas kapal KM. Micke 107 ... 18
Gambar 5.1 Kapal KM. Mickey 107 ... 19
Gambar 5.2 Kompas ... 21
Gambar 5.3 Global Posision System ... 22
Gambar 5.4 Peta Elektronik (Maps GPS) ... 23
Gambar 5.5 Fish Finder ... 24
Gambar 5.6 Power Block ... 26
Gambar 5.7 Posisi Line Roller KM. Mickey 107 ... 26
Gambar 5.8 Serok ... 27
Gambar 5.9 Winch ... 28
Gambar 5.10 T-Boom ... 29
Gambar 5.11 Ponton (Rumpon) ... 30
Gambar 5.12 Letak Ponton PT. Multi Indofish Cabang Bitung ... 31
Gambar 5.13 Contoh desain purse-seine tipe Jepang ... 32
Gambar 5.14 Ilustrasi posisi kapal sebelum pelingkaran purse-seine ... 36
Gambar 5.15 Ilustrasi posisi kapal pada saat penarikan Tali Kerut ... 38
Gambar 5.16 Ilustrasi posisi kapal pada saat pengangkatan hasil tangkapan .. 40
Gambar 5.17 Diagram Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan ... 41
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1. Gambar Mesin KM. Mickey 107 ... 46
Lampiran 2. Gambar Bagian Alat Tangkap KM. Mickey 107 ... 47
Lampiran 3. Gambar Survei Ponton ... ... 48
Lampiran 4. Gambar Kegiatan Operasi Penangkapan ... 49
Lampiran 5. Proses Pengangkatan Hasil Tangkapan ke Kapal Penampung .... 50
Lampiran 6. Tabel Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan ... 50
Lampiran 7. Gambar Jenis Ikan Tangkapan Utama ... 51
xii ABSTRAK
Tauhid, 1722020037. Studi Pengoperasian Alat Tangkap Purse-Seine Di PT.
Multi Indofish Bitung. Dibimbing oleh Hasmawati dan Widodo Basuki.
Upaya pengelolaan sumber daya perikanan adalah melalui usaha penangkapan ikan. Salah satu teknik penangkapan ikan yang berkembang pada saat ini yakni menggunakan alat tangkap purse seine. Dalam perkembanganya alat ini terus mengalami penyempurnaan tidak hanya dalam bentuk (konstruksi) tetapi juga kapal serta alat bantu yang digunakan. Keberhasilan usaha perikanan tangkap purse seine ditandai dengan banyaknya jumlah hasil tangkapan yang diperoleh, namun semuanya itu sangat tergantung dari kecakapan nahkoda beserta anak buah kapal dalam pengoperasian alat tangkap tersebut.
Tujuan tugas akhir ini untuk mendeskripsikan pengoperasian alat tangkap purse seine di KM. Mickey 107 meliputi deskripsi alat tangkap, alat bantu penangkapan hingga metode penangkapannya. Waktu Pengambilan data dilaksanaan pada Bulan Mei hingga November 2019 dengan metode Interview, Observasi dan studi literatur. Lokasi pengoperasian berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 715 Laut Maluku Utara, perairan Halmahera Utara.
Hasil pengamatan di KM. Mickey 107 yaitu tipe alat tangkap purse-seine adalah tipe Jepang. Pengoperasian dengan menggunakan alat bantu navigasi dan alat bantu penangkapan. Fishing ground disekitar ponton (rumpon) milik perusahaan, sebelum melakukan setting kapal induk dibantu oleh 2 kapal lampu (kapal ayuda) untuk pemantauan ikan sekaligus sebagai sumber cahaya dalam mengumpulkan kawanan ikan. Proses penanganan ikan hasil tangkapan dilakukan di kapal penampung dengan metode pendinginan es curah. Hasil tangkapan utama adalah cakalang, tuna dan tongkol sebanyak 98 % dan tangkapan sampingan 2 %.
Kata Kunci :Alat bantu, Pengoperasian, Purse-seine
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor Perikanan memiliki peranan strategis dalam pembangunan Nasional.
Ditinjau dari potensi sumber daya alam Indonesia dikenal sebagai Negara Maritim terbesar di dunia karena memiliki potensi kekayaan sumber daya alam perikanan yang relatif besar. Sektor perikanan juga banyak menyerap tenaga kerja, mulai dari kegiatan penangkapan, budidaya, pengelolaaan, distribusi dan perdagangan serta Pembangunan perikanan yang hakikatnya kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan dan sekaligus untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. (Triarso, 2012 dalam Martha dkk, 2017).
Salah satu upaya untuk mengelolah sumber daya perikanan adalah melalui usaha penangkapan ikan. Salah satu Teknik penangkapan ikan yang berkembang pada saat ini yakni menggunakan alat tangkap purse seine. Dalam perkembanganya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (konstruksi) tetapi juga perahu atau kapal serta alat bantu yang digunakan dalam usaha perikanan.
Keberhasilan usaha perikanan tangkap khususnya purse-seine ditandai dengan banyaknya jumlah hasil tangkapan yang diperoleh, namun semuanya itu sangat tergantung dari kecakapan nahkoda beserta anak buah kapal dalam pengoperasian alat tangkap tersebut. Oleh karena itu penulis mengambil judul studi pengoperasian alat tangkap purse seine KM. Mickey 107 di PT. Multi Indofish Bitung.
2 I.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini untuk mendeskripsikan pengoperasian alat tangkap purse seine KM. Mickey 107 di PT. Multi Indofish Bitung mulai dari deskripsi alat tangkap, alat bantu penangkapan hingga metode penangkapannya.
I.3 Kegunaan
Sebagai sarana informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan terkait dengan studi pengoperasian alat tangkap purse seine.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Perkembangaan Alat Tangkap Purse-Seine
Sejarah Perkembangan Purse Seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent, Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan di seluruh Pantai Atlantik, Amerika Serikat terutama di perairan Rhode Island. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia tyranus). Tahun 1870 bentuk purse seinediperkenalkan di Negara Skandivaria. Selanjutnya dari Skandivaria purse seine menjadi popular tahun 1880 di Norwegia, Swedia. Negara Denmark dan Jerman mengenal alat tangkap purse seinepada tahun 1913. Purse seine pertama kali di Indonesia diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) pada tahun 1970, kemudian diterapkan di Muncar dan berkembang pesat sampai sekarang (Susanti dalam Hidayat, 2004).
2.2 Defenisi Alat Tangkap Purse-Seine
Pukat cincin (Purse-seine) adalah alat penagkap ikan dari jaring yang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan sehingga alat terbentuk seperti mangkuk pada saat proses penangkaapan ikan. Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol. Cara pengoperasian pukat cicin adalah dengan melingkari gerombolan ikan, kemudian tali kolor (purse-seine) ditarik dari kapal sehingga bentuk jaring menyerupai mangkuk.
Selanjudnya hasil tangkapan dipindahkan ke kapal dengan menggunakan serok (scoop). Purse seine disebut juga pukat atau jaring kantong karena bentuk jaring pada saat dioperasikan menyerupai kantong. Alat tangkap ini juga disebut jaring
4 kolor, karena pada bagian bawah jaring dilengkapi dengan tali kolor yang berfungsi untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali kolor tersebut (Diniah, 2008).
Menurut Von Brandt (2005) dalam Balendina (2012). menyatakan bahwa karakteristik purse seine terletak pada cincin dan purse line atau tali kolor. Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek dari tali ris bawahnya, sedangkan alat tangkap yang termasuk kelompok ini seperti lampara memiliki tali ris atas yang lebih panjang dari tali ris bawah. Purse seine dikelompokkan ke dalam kelompok surrounding nets. Ada dua tipe purse seine yaitu purse seine tipe Amerika dan purse seine tipe Jepang. Purse seine tipe Amerika berbentuk empat persegi panjang dengan bagian pembentuk kantong terletak di bagian tepi jaring.
Purse seine tipe Jepang berbentuk empat persegi panjang dengan bagian bawah
jaring berbentuk busur lingkaran dan bagian pembentuk kantong terletak di tengah jaring.
2.3 Kapal Purse-Seine
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan pasal 1, kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidaya ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal atau perahu penangkapan merupakan sarana pendukung dalam operasi penangkapan ikan, dan berfungsi sebagai alat transportasi di perairan. Kapal pukat cincin (purse seiner) adalah kapal yang secara khusus dirancang dan dibangun untuk menangkap ikan dengan jenis alat tangkap pukat cincin (purse seine) dan sekaligus menampung,
5 menyimpan, mendinginkan dan mengangkut hasil tangkapannya. Kapal purse- seine merupakan kapal yang khusus dioperasikan untuk menangkap jenis ikan
pelagis yang selalu bermigrasi dalam bentuk berkelompok. Secara umum karakteristik purse seiner adalah di atas dek terdapat power block dengan tiangnya di bagian depan ruang nahkoda. Dek bagian lambung hingga haluan luas untuk kegiatan operasional, sedangkan bagian buritan cenderung digunakan sebagai ruang nahkoda, ruang mesin dan kamar ABK (Diniah 2008).
Alat tangkap purse seine dioperasikan dengan kapal motor yang mempunyai kekuatan > 100 GT (Gross Tonage) untuk ukuran besar sedangkan mini purse seine hanya berkekuatan 30 sampai dengan 50 ton. Alat tangkap purse seine
ukuran besar mempunyai daya jelajah lebih dari 200 mil dari Juana (fishing base) ke perairan (fishing ground) Selat Makasar, Kepulauan Natuna, Kepulauan Matasiri, kepulauan Samataha dan sekitarnya. Waktu yang diperlukan untuk operasi penangkapannya dalam satu trip 30 sampai dengan 40 hari (Yusron, 2005).
2.4 Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse-Seine
Pengoperasiann alat tangkap purse-seine dapat dilakukan pada siang maupun malam hari, namun biasanya banyak dioperasikan pada malam hari karena ikan relatif tidak bergerak cepat dan lebih mudah dikumpulkan dengan media lampu. Penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine dapat dilakukan dengan beberapa tahapan kerja. Menurut Inoue (1961) dalam Warsito (1981), ada tiga faktor yang penting dalam metode penangkapan dengan purse seine yaitu pengamatan ikan (searching of fishing), pengumpulan ikan (luring
6 fish), pengoperasian jaring (operation of net), penarikan jaring dan pengangkatan
hasil tangkapan.
Setelah nelayan selesai mempersiapkan alat tangkap dan bahan yang akan dibawa melaut, kapal mulai meninggalkan fishing base menuju daerah penangkapan. Penentuan daerah penangkapan ikan tidak lagi ditentukan oleh juru mudi karena penggunaan rumpon sebagai usaha membuat daerah penangkapan ikan. Daerah penangkapan yang dituju memiliki arus yang sedang dan air laut yang cerah. Setelah kapal tiba di daerah penangkapan dan nelayan melihat adanya gerombolan iikan yang ditandai dengan adanya perubahan warna permukaan laut, terdapat gelembung-gelembung air dan atau adanya lompatan ikan di permukaan air maka nelayan segera melemparkan jaring untuk melingkari gerombolan ikan tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk melingkari gerombolan ikan adalah 2-3 menit (Nurnaningsih 2003).
Selanjutnya juga dijelaskan cara pengoperasian alat tangkap (purse seine) dan penanganan sementara hasil tangkapan di laut, yaitu sebagai berikut:
a. Setting
Setting dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, sayap dan badan sehingga melingkari gerombolan ikan. Setelah ikan berada dalam lingkaran jaring, maka ABK menarik tali selambar kemudian menarik tali kolor dengan bantuan gardan.
Gardan adalah alat yang mempunyai sepasang capstan dan berfungsi sebagai alat penarik tali kolor sebelum jaring ditarik ke atas kapal.
b. Hauling
Hauling dilakukan bila semua cincin bersatu dan jaring berbentuk seperti mangkuk. Pada saat penarikan tali kolor, semua nelayan membantu dengan
7 pembagian tugas yang jelas. Pembegian tugas tersebut adalah enam orang nelayan berdiri di sebelah kiri kapal dan bertugas untuk menarik jaring dan pelampung ke atas kapal dan dua orang nelayan menata kembali alat tangkap setelah cincin diangkat seluruhnya. Selanjutnya badan jaring ditarik sedikit demi sedikit hingga ke bagian kantong. Setelah itu hasil tangkapan diangkat dan diletakkan di dek kapal. Lama waktu hauling sekitar 45 – 50 menit, tergantung hasil tangkapan yang diperoleh. Setelah semua jaring diangkat ke atas kapal,
2.4 Alat Bantu Navigasi Kapal Purse-Seine
Alat bantu Navigasi adalah suatu proses pengendalian gerakan alat angkutan baik di udara, laut, sungai, atau suatu tempat ke tempat yang lain dengan lancar, aman dan efisien. Seiring dengan perkembangan zaman, modernisasi peralatan navigasi sangat membantu akurasi penentuan posisi kapal di permukaan bumi, sehingga dapat menjamin terciptanya aspek-aspek ekonomis. Menurut (Hafid 2003), dalam Jufriman 2018).
Adapun alat bantu navigasi yang sering digunakan pada kapal Purse-seine adalah adalah sebagai berikut.
a. Global Posision Sistem (GPS).
Global posision sistem adalah alat bantu yang tidak kalah pentingnya dengan fungsi kompas. Dengan fungsi khususnya GPS ini sangat berguna karna dapat dimanfaatkan untuk menentukan posisi kapal, mencari kembali posisi yang telah dilalui, menyimpan posisi atau kordinat pemasangan alat bantu penangkapan ikan seperti (Rumpon,bubu, maupun Gill net dan long- line) serta menentukan arah haluan kapal dengan haluan sejati, sehingga
8 tidak perlu menghitung variasi deviasi sebagaimana fungsi kompas. (Ceivin S. dkk, 2018).
b. Radio
Radio berfungsi sebagai alat komunikasi diatas kapal ke kapal lain ataupun ke darat atau pantai, yang bertujan untuk mengetahui kabar dan berita. Adapun merek radio kapal pukat cincin yang sering digunakan adalah jenis VHF marine dengan radius 10 km. (Jufriman 2018).
c. Kompas
Kompas berfungsi sebagai penentu arah haluan kapal serta untuk menentukan arah baringan suatu target. Kompas menunjukkan arah berdasarkan pengaruh medan magnet bumi. Kutub utara magnet bumi berada didekat kutub utara bumi, sedangkan kutub selatan magnet bumi berada didekat kutub selatan bumi. (Jufriman 2018).
d. Peta Navigasi
Peta navigasi atau Nautical chart merupakan peta tofografi di daerah maritim atau wilayah pesisir disekitarnya. Peta ini memuat informasi- informasi yang ditemukan didaerah maritim seperti kedalam laut, tinggi tanah, fitur alami, seperti saebed, detail garis pesisir, informasi pasut arus, jembatan dan pelabuhan. (Jufriman 2018).
e. Fish Finder
Prinsip kerja fish finder adalah pengukuran kedalaman laut berdasarkan pula getaran suara. Pulsa-pulsa getran suara tersebut dipancarkan dari transducer kapal merambat melalui media air laut secara vertikal kedasar laut, kemudiaan dasar laut atau target lainya seperti ikan
9 dan lain-lain memantulkan pulsa tadi dan akan diterima oleh transducer kapal. (Ceivin S dkk, 2018).
2.5 Alat Bantu Penangkapan
Kelancaran dan keberhasilan operasi penangkapan tidak terlepas dari peranan alat bantu penangkapan yang digunakan. Tujuan dari penggunaan alat bantu tersebut adalah untuk meningkaatkan efektifitas dan efisiensi operasi penangkapan. (Ceivin S dkk, 2018).
Adapun alat bantu penangkapan yang sering digunakan di kapal Purse-seine adalah sebagai berikut.
2.5.1 Power Block
Pada kapal purse-seine peranan power block sangat membantu selama proses hauling. Power block bekerja dengan sistem hydraulic dan sumber tenaganya dikopling dari mesin. Untuk mengatur putaranya, power block dikemudikan dengan tuas pengontrol yang biasanya dihandle oleh fishing master maupun Chip engginer.
2.5.2 Winch
Winch berperan untuk memudahkan penarikan tali kerut/ purse liner
untuk mengumpulkan cincin pada saat hauling sehingga jaring akan membentuk sebuah kantong yang dan kawanan ikan tidak dapat meloloskan diri lagi. Winch juga digunakan untuk memudahkan penarikan badan jaring, mengangkat sibu-sibu, dan penurunan rumpon. Tenaga winch digerakkan dengan tenaga hydraulic dan tenaga mesin.
2.5.3 Roller Line
10 Line roller adalah alat bantu yang digunakan untuk menggulung tali
kerut (wire) serta Tali pelampung pada saat hauling.
2.5.4 T-Boom
T-boom memiliki dua block besar. Kedua block ini sebagai media
lewatya tali kerut pada saat penarikan tali kerut Pada saat proses hauling.
(Ceivin S. dkk, 2018).
2.5.5 Rumpon
Rumpon atau Fish Agreggating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yangg dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam, pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkgai tempat berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap. Definisi rumpn menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor Per.02/men/2011tentang jalur penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan diwilayah pengelolaan Republik indonesia adalah alat bantu untuk mengungpulkan ikan dengan menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat atau atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul. (Samsuri, 2018)
Menurut Yusfiandayani (2004), rumpon adalah suatu bangunan yang menyerupai pepohonan yang dipasang ditengah laut. Disebut dengan alat bantu penangkapan, fungsinya hanya sebagai pembantu, yaitu untuk mengumpulan ikan pada suatu titik atau tempat tertentu yang kmeudian dilakukan operasi penangkpan ikan. Selanjutnya dikatakan pula bahwa tertariknya ikan yang berada disekitar rumpon disebabkan :
11 a. Rumpon sebagai tempat berteduh bagi beberapa jenis ikan tertentu;
b. Rumpon sebagai tempat mencari makan bagi ikan ikan tertentu;
c. Rumpon sebagai substrat untukmeletakkan telur, bagi ikan ikan tertentu;
d. Rumpon sebagai tempat berlindung;
e. Rumpon sebagai tempat atau titikk acuan navigasi bagi ikan ikan yang beruaya.
Pemasangan rumpon pada kegiatan penangkapan ikan akan lebih efektif dan efisien karena tidak perlu lagi berburu ikan atau dengan mengikuti ruayanya tetapi cukup melalukan kegiatan penangapan ikan disekitar rumpon tersebut (Jungjunan O. 2009).
2.5.6. Lampu Cahaya
Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu penangkapan ikan dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya buatan itu sendiri. Masuknya cahaya kedalam air sangat erat hubunganya dengan panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang gelombangya maka semakin kecil daya tembusnya kedalam perairan. Faktor lain yang juga menentukan masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbsi (penyerapan) cahaya oleh partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis, maka nilai aluminasi (Lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut. (Wiyono, 2006 Dalam Rosyidah dkk, 2011).
Penempatan lampu bisa di permukaan air atau di dalam air. Lampu dipasang diperairan 2-3 jam sebelum operasi penangkapan dilaukan. Untuk lampu dipermukaan air, bisa mengunakan lampu gas tekan (Petromak) dan neon,
12 sedangkan untuk lampu dibawah air mengunakan lampu neon atau wolfram. Salah satu faktor yang mempengaruhi tertarik dan berkumpulnya ikan disekeliling lampu adalah kekuatan dan warna lampu yang digunakan. (Yudianto, 2006 dalam Samsuri, 2018).
2.6 Daerah Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan adalah daerah perairan yang banyak berkumpulnya ikan-ikan dan merupakan tempat yang paling baik melakukan operasi penangkapan. Menurut Sadhori (1985), dalam surisman (2018) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan penangkapan ikan antara lain:
1. Kondisi fishing ground.
2. Jenis habitat ikan.
3. Daerah perairan yang subur.
4. Cara mengumpulkan ikan.
Untuk operasi penangkapan yang menggunakan rumpon kapal dapat langsung menuju lokasi rumpon yang telah dipasang sebelumnya untuk menangkap ikan. Sedangkan operasi penfgangkapan yang tidak menggunakan rumpon (menggunakan lampu) pencarian fishing ground bebas dengan mengikuti kebiasaan ikan dalam suatu areal tertentu. Hal ini tentu saja memerlukan pengalaman yang cukup lama untuk mengenal daerah tersebut (Baskoro dan Taurusman, 2011 dalam Surisman 2018).
2.7 Ikan Hasil Tangkapan
Ikan hasil tangkapan yang menjadi tujuan utama penangkapan alat tangkap purse-seine adalah ikan-ikan yang “pelagig shoaling spesies” yang berarti ikan-
ikan tersebut haruslah membentuk gerombolan (shoal), berada dekat dengan permukaan air (Sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan ikan lain haruslah sedekat mungkin.
13 Dengan kata lain dapat juga di katakan persatuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan
volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
(Afiq M, 2008).
14
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Pengambilan data tugas akhir dilaksanakan pada bulan Mei sampai November 2019 di KM. Mickey 107 PT. Multi Indofish cabang Bitung, Provinsi sulawesi Utara, dengan posisi Geografis PT. Multi Indofish yaitu 01°27’24.23”LU dan 125°12’42.54”BT. Fishing Ground di laut Halmahera Utara dengan titik kordinat dimulai dari 01°45’26” hingga 01°51’8”LU .dan 130°16’14”BT hingga 130°23’27”BT.
3.2 Metode Pengambilan Data.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Wancara langsung (Interview) dengan Nakhoda dan ABK KM. Mickey 107.
2. Observasi dengan cara mengamati secara langsung dan melaksanakan Praktek berdasarkan arahan dari Nahkoda Atau ABK selama kegiatan pengambilan data di KM. Mickey 107
3. Dokumentasi berupa pemgambilan gambar dan studi literatur.
3.3. Pengolahan Data
Pengolahan data yang digunakan di ssusun berdasarkan imformasi dan Data yang didapatkan. Data-data tersebut disajikan dalam bentuk Tabel dan Gambar.