• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan diuraikan hasil analisis statistika deskriptif yaitu hasil tes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan diuraikan hasil analisis statistika deskriptif yaitu hasil tes"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

32 A. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif dan analisis inferensial.

1. Analisis Statistika Deskriptif

Berikut ini akan diuraikan hasil analisis statistika deskriptif yaitu hasil tes awal sebelum penerapan model kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining dan hasil belajar siswa setelah penerapan model kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining serta peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan

model kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada pembelajaran matematika, hasil observasi aktivitas siswa, hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dan hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas XI MA Guppi Samata. Deskripsi masing-masing

hasil analisis tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Deskripsi Hasil Belajar Matematika

1.) Deskripsi hasil tes sebelum penerapan model Student Facilitator and Explaining

Dari hasil analisis statistika deskriptif sebagaimana yang terlampir pada Lampiran D maka statistik skor hasil belajar siswa pada Kelas XI sebelum dilakukan perlakuan (Pretest) pada materi Program Linear disajikan dalam Tabel 4.1 berikut.

(2)

Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Pretest Matematika dari 23 Siswa Statistik Nilai Statistik

Skor Tertinggi 20

Skor Terendah 3

Skor Ideal 100

Rentang Skor 17

Skor Rata-rata Median

Modus

12,17 12 20 Standar Deviasi 7,07 Sumber : Data Olah Lampiran B

Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa sebelum penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah 12,17 yang ternyata masih jauh dari skor ideal yaitu 100. Jika diurutkan mulai dari skor terendah sampai tertinggi menunjukkan median atau nilai tengahnya berada pada nilai 12 dan skor yang paling banyak diperoleh oleh siswa yaitu 20 dengan penyebarannya sebesar 7,07 yang berarti bahwa hasil tes kelas XI MA Guppi Samata tersebar dari skor terendah 3 sampai skor tertinggi 20. Jika hasil belajar matematika siswa dikategorikan maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Pretest

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 - 54 Sangat rendah 23 100

55-64 65-79 80-89 90-100

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

0 0 0 0

0 0 0 0

Jumlah 23 100

Sumber : Data Olah Lampiran B

(3)

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil pretest siswa yaitu 12,17 jika dikonversi berada pada skala 0-54 dengan kategori sangat rendah. Selanjutnya untuk melihat persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Sebelum Diterapkan Model Student Facilitator and Explaining

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 ≤ x ˂ 80 Tidak Tuntas 23 100

80 ≤ x ≤ 100 Tuntas 0 0

Jumlah 23 100

Sumber : Data Olah Lampiran B

Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar sebanyak 23 orang dengan persentase 100%.

2.) Hasil Analisis Statistika Deskriptif Skor Posttest Siswa Setelah Penerapan Model Student Facilitator and Explaining

Dari hasil analisis statistika deskriptif sebagaimana yang terlampir pada Lampiran B maka statistik skor hasil belajar siswa pada Kelas XI setelah perlakuan (Posttest) pada materi Program Linear dalam Tabel 4.4 berikut

Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Posttest Matematika dari 23 Siswa Statistik Nilai Statistik

Skor Tertinggi 98

Skor Terendah 75

Skor Ideal 100

Rentang Skor 23

Skor Rata-rata Median

Modus

83,43 83 83

Standar Deviasi 5,94

Sumber : Data Olah Lampiran B

(4)

Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dinyatakan bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika siswa (Postest) sebesar 83,43 dari skor ideal 100 dengan frekuensi nilai terbanyak yang diperoleh oleh siswa yaitu nilai 83 sebanyak 8 orang. Jika hasil belajar matematika siswa dikategorikan maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Postest

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 - 54 Sangat rendah 0 0

55-64 65-79 80-89 90-100

Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

0 3 16

4

0 13,04 69,56 17,4

Jumlah 23 100

Sumber : Data Olah Lampiran B

Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dinyatakan bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika siswa (Postest) sebesar 83,43 jika dikonversi berada pada skala 80-89 dengan persentase 69,56% kategori tinggi. Selanjutnya untuk melihat persentase ketuntasan belajar matematika siswa setelah perlakuan (Postest) dengan pembelajaran matematika melalui penerapan model Student Facilitator and Explaining dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Setelah Diterapkan Model Student Facilitator and Explaining

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 ≤ x ˂ 80 Tidak Tuntas 3 13,04

80 ≤ x ≤ 100 Tuntas 20 86,96

Jumlah 23 100

Sumber : Data Olah Lampiran B

(5)

Berdasarkan Tabel 4.6 setelah perlakuan (Postest) dengan pembelajaran matematika melalui model Student Facilitator and Explaining dapat dinyatakan bahwa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 20 orang dari jumlah keseluruhan 23 orang dengan persentase 86,96%, sedangkan yang tidak mencapai ketuntasan belajar sebanyak 3 orang dari jumlah keseluruhan 23 siswa dengan persentase 13,04 %.

3) Hasil Analisis Statistika Deskriptif Normalized Gain atau Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diterapkan Model Student Facilitator and Explaining

Data pretest dan posttest siswa selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus normalized gain. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa kelas XI MA Guppi Samata setelah diterapkan model Student Facilitator and Explaining pada pembelajaran matematika. Hasil pengolahan data yang telah dilakukan (lampiran B) menunjukkan bahwa hasil normalized gain atau rata-rata gain ternormalisasi siswa setelah diajar dengan

menggunakan model kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining adalah 0,83.Untuk melihat persentase peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Deskripsi Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diterapkan Model Pembelajarn Student Facilitator and Explaining Nilai Gain Kategori Frekuensi Persentase (%)

g < 0,30 Rendah 0 0

0,30 g 0,70 Sedang 0 0

g ≥ 0,70 Tinggi 23 100

Jumlah 23 100

Sumber : Data Olah Lampiran B

(6)

Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 23 siswa, sebanyak 100% atau rata-rata keseluruhan siswa memperoleh peningkatan hasil belajar sebesar 0,83. Dari tabel 4.7 juga dapat diketahui bahwa tidak terdapat siswa yang nilai gainnya atau peningkatan hasil belajarnya berada pada kategori sedang yaitu 0,30 g 0,70 maupu kategori rendah yaitu 0,30. Jika rata-rata gain ternormalisasi siswa sebesar 0,83 dikonversi kedalam 3 kategori di atas, maka rata-rata gain ternormalisasi siswa berada pada interval g 0,70. Itu artinya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas XI MA Guppi Samata. setelah diterapkan model kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining umumnya berada pada kategori tinggi.

b) Deskripsi Aktivitas Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Hasil pengamatan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining selama 4 kali pertemuan dinyatakan dalam persentase sebagai berikut:

(7)

Tabel 4.8 Persentase Aktivitas Siswa yang Belajar Melalui Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

No Aspek yang Diamati

Pertemuan ke- Perse

ntase

1 2 3 4 5 6 (%)

1 Siswa yang hadir tepat waktu di dalam kelas

22 21

(91,3%)

22 (95,65%)

23 (100%)

P

95,65

P (95,65%) O

2 Siswa yang memperhatikan guru menyajikan materi

R 18

(78,26%)

21 (91,3%)

20 (86,96%)

20

(86,96%) S 85,87

3 Siswa yang aktif dalam mengerjakan LKS

E 11

(47,83%)

19 (82,6%)

20 (86,96%)

22

(95,65%) T 78,26

4 Siswa yang bersedia tampil mempresentasikan

bagan/ide/pendapatnya

T 12

(52,17%)

19 (82,6%)

20 (86,96%)

19

(82,6%) E 76,08

5 Siswa mendiskusikan ide/bagan yang telah dibuat bersama teman kelompoknya

E 11

(47,83%)

20 (86,96%)

21 (91,3%)

22

(95,65%) S 80,43

6 Siswa aktif menanggapi presentasi kelompok lain tentang bagan/idenya

S 13

(56,52%)

15 (65,22%)

18 (78,26%)

19

(82,6%) T 70,65 Rata- rata persentase keseluruhan 81,15

Sumber : Data Olah Lampiran B

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selama 4 kali pertemuan menunjukan bahwa:

a. Persentase rata-rata banyaknya siswa yang hadir tepat waktu saat pembelajaran berlangsung 95,65%

b. Persentase rata-rata banyaknya siswa yang memperhatikan saat guru menjelaskan materi pelajaran 85,87%

c. Persentase rata-rata banyaknya siswa yang aktif mengerjakan LKS 78,26%

(8)

d. Persentase rata-rata banyaknya siswa yang bersedia tampil mempresentasekan pendapatnya 76,08%

e. Persentase rata-rata banyaknya siswa yang mendiskusikan ide bersama teman kelompoknya 80,43%

f. Persentase rata-rata banyaknya siswa yang menanggapi presentasi kelompok lain 70,65%

Dari deskripsi di atas persentase aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah 81,15%. Sehingga aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dikatakan efektif karena telah memenuhi kriteria aktivitas siswa yaitu

≥ 70% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

c) Deskripsi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Hasil analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yang diisi oleh 23 siswa secara singkat ditunjukkan sebagai berikut:

(9)

Tabel 4.9 Deskripsi Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika Model Student Facilitator and Explaining

No Aspek yang Direspon

Banyaknya Siswa Jawaban Persentase (%) Ya Tidak Ya Tidak

1 Siswa merasa senang belajar matematika 21 2 91,3 8,7

2

Siswa menyukai cara mengajar guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining

22 1 95,7 4,3

3 Siswa merasa senang berdiskusi dengan teman kelompok

pada saat pembelajaran berlangsung 20 3 87 13

4 Siswa merasa senang tampil mempresentasikan

ide/pendapatnya di depan kelas 18 5 78,3 21,7

5

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining membantu siswa memahami

materi pelajaran matematika 20 3 87 13

6

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining membuat siswa menjadi lebih aktif

22 1 95,7 4,3

7

Rasa percaya diri siswa meningkat dalam mengeluarkan ide/pendapat/pertanyaan pada kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining

22 1 95,7 4,3

8 Siswa merasakan ada kemajuan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and

Explaining 23 0 100 0

9

Siswa merasa lebih mudah mengingat materi yang diajarkan dalam pembelajaran matematika melalui model pembajaran kooperatif tipe StudentFacilitator and Explaining.

18 5 78,3 21,7

`10

Siswa merasa senang jika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada pembelajaran matematika berikutnya.

22 1 95,7 4,3

Rata-rata 90,47 9,53

Sumber : Data Olah Lampiran B

(10)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selama 4 kali pertemuan menunjukan bahwa:

1. Persentase siswa yang senang belajar matematika sebesar 91,3%;

2. Persentase siswa yang suka cara mengajar guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining sebesar 95,7%;

3. Persentase siswa yang senang berdiskusi dengan teman kelompok pada saat pembelajaran berlangsung sebesar 87%

4. Persentase siswa yang senang tampil mempresentasikan ide/pendapatnya di depan kelas sebesar 78,3%.

5. Persentase siswa yang terbantu memahami materi pelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining sebesar 87%

6. Persentase siswa yang dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining membuat siswa menjadi lebih aktif

sebesar 95,7%;

7. Persentase rasa percaya diri siswa meningkat dalam mengeluarkan ide/pendapat/pertanyaan pada kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining sebesar 95,7%.

8. Persentase siswa yang merasakan ada kemajuan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining sebesar 100%.

(11)

9. Persentase siswa yang lebih mudah mengingat materi yang diajarkan dalam pembelajaran matematika melalui model pembajaran kooperatif tipe StudentFacilitator and Explaining sebesar 78,3%.

10. Persentase siswa yang senang jika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining pada pembelajaran matematika berikutnya sebesar 95,7%.

Rata-rata persentase respon siswa yang menjawab ya adalah 90,47%.

Dengan demikian respon siswa yang diajar melalui model pembelajaran ini dapat dikatakan efektif karena telah memenuhi kriteria respon siswa yakni ≥75% siswa yang merespon positif.

d) Deskripsi keterlaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Aspek yang diamati pada keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining meliputi beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut diamati langsung oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung yang dimulai dari pertemuan kedua sampai dengan pertemuan kelima.

Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat dilihat pada data olah Lampiran B.

Berdasarkan data tersebut, rata-rata kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikelas dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining memperoleh nilai 3,62. Dalam kriteria kemampuan

(12)

guru yang telah dipaparkan pada bab III, penilaian tersebut berada pada interval 3,50 - 4,00 yang dikategorikan sangat baik sehingga dapat dikatakan efektif.

2. Hasil Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial pada bagian ini digunakan untuk pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada bab II. Sebelum dilakukan uji hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebagai uji prasyarat. Berdasarkan hasil perhitungan komputer dengan bantuan program SPSS versi 16 diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah skor rata-rata hasil belajar siswa (pretest-posttest) berdistribusi normal. Kriteria pengujiannya adalah:

Jika Pvalue ≥ α = 0,05 maka distribusinya adalah normal.

Jika Pvalue < α = 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, hasil analisis skor rata- rata untuk pretest menunjukkan nilai Pvalue> α yaitu 0,08 > 0,05 dan skor rata- rata untuk posttest menunjukkan nilai pvalue > α yaitu 0,08 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa skor pretest dan posttest termasuk kategori normal. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.

b. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis dianalisis dengan menerapkan teknik uji-t untuk menganalisis ketuntasan hasil belajar siswa berdasarkan KKM serta untuk menganalisis gain ternormalisasi atau peningkatan hasil belajar siswa. Uji-z untuk menganalisis ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal. Pengujian hipotesis dilakukan

(13)

untuk mengetahui apakah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas

XI MA Guppi Samata Kabupaten Gowa.

1) Rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dihitung dengan menggunakan uji-t yang dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:

melawan : skor rata-rata hasil belajar siswa

Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan menggunakan taraf signifikan 5%

diperoleh thitung = 2,79 dan ttabel = 1,72, sehingga thitung > ttable artinya H0 ditolak dan H1 diterima yang menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining lebih dari 79,0 dan mencapai kriteria ketuntasan minimal.

2) Ketuntasan hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining secara klasikal dihitung dengan menggunakan uji-z yang dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : % melawan H1 : % Keterangan :

: Parameter ketuntasan belajar matematika secara klasikal

Pengujian ketuntasan klasikal siswa dilakukan dengan menggunakan uji-z. Untuk uji proporsi dengan menggunakan taraf signifikan 5% diperoleh

Ztable = 1,64. Selanjutnya dibandingkan dengan Zhitung = 1,71 (Data Olah lampiran B). Sehingga Zhitung = 1,71 > Ztable = 1,64 artinya H0 ditolak dan H1

(14)

diterima dengan proporsi siswa yang mencapai kriteria ketuntasan dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa secara klasikal skor rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining telah memenuhi kritera ketuntasan klasikal.

3) Rata-rata gain ternormalisasi siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dihitung dengan menggunakan Uji-t yang dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut :

0,29 melawan 0,29 Keterangan:

= Skor rata-rata gain ternormalisasi

Berdasarkan hasil analisis (Lampiran B) diperoleh thitung = 36,45 dan ttabel = 1,72, sehingga thitung > ttable artinya H0 ditolak dan H1 diterima yang menunjukan bahwa skor rata-rata peningkatan hasil belajar siswa setelah diajar melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining lebih dari 0,29.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka pada bagian ini akan diuraikan pembahasan hasil penelitian yang meliputi pembahasan hasil analisis deskriptif serta pembahasan hasil analisis inferensial.

1. Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif

Pembahasan hasil analisis deskriptif tentang (1) ketuntasan belajar siswa serta peningkatannya, (2) aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika, (3)

(15)

respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, serta (4) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Keempat aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Hasil Belajar Siswa

Hasil analisis data hasil belajar siswa sebelum diterapkan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining menunjukkan bahwa dari 23 siswa keseluruhan tidak ada siswa yang mencapai ketuntasan individu (mendapat skor prestasi minimal 80), dengan kata lain hasil belajar siswa sebelum diterapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining umumnya masih tergolong sangat rendah dan tidak memenuhi kriteria

ketuntasan klasikal.

Hasil analisis data hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining menunjukkan bahwa terdapat 20 siswa dari jumlah keseluruhan siswa atau 86,96% siswa mencapai ketuntasan individu (mendapat skor prestasi minimal 80).

Sedangkan siswa yang tidak mencapai ketuntasan minimal atau individu sebanyak 3 orang atau 13,04%. Dengan kata lain hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining mengalami peningkatan dengan kategori tinggi dan telah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal. Hal ini berarti bahwa penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat membantu siswa untuk mencapai ketuntasan klasikal.

(16)

Keberhasilan yang dicapai tercipta karena model pembelajaran ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif selama proses pembelajaran, siswa mampu mengembangkan diri dengan belajar berdiskusi bersama rekan kelompok masing-masing. Hal ini didukung oleh pendapat Johnson dan Johnson (Trianto, 2010:109) yang menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif ialah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Dalam penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining siswa juga dapat lebih kreatif dengan mempresentasikan idenya di depan kelas, melatih siswa untuk lebih percaya diri tampil serta menyampaikan gagasannya, penjelasan materi yang dilakukan secara berulang-ulang baik oleh rekan siswa juga oleh guru mampu meningkatkan daya serap siswa. hal ini didukung oleh teori Huda (2014:225) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah salah satu model pembelajaran inovatif dimana

dalam model ini siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya. Model ini digunakan untuk meningkatkan keaktifan, pemahaman dan daya ingat siswa dalam belajar serta memberikan kebebasan kepada siswa untuk menuangkan ide, gagasan, pendapat atau permasalahan yang berhubungan dengan pemahaman konsep maupun penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah sebabnya model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat diterapkan sebagai alternatif model pembelajaran yang efektif.

Dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yang diterapkan selama 4 kali pertemuan, suasana kelas menjadi lebih kondusif dan

(17)

tenang. Terlihat siswa cukup antusias bekerja berkelompok dan memperhatikan guru menjelaskan materi pembelajaran, aktif dalam bertanya maupun menjawab.

Siswa lebih fokus dalam memahami pembelajaran sebab secara tidak langsung memiliki tanggung jawab mengerjakan latihan yang diberikan dan mempresentasikan hasilnya didepan siswa yang lain. Dengan demikian, siswa tanpa sadar telah memperhatikan secara penuh apa yang disampaikan guru di depan kelas, sehingga tujuan pembelajaran pada tiap pertemuan dapat tercapai semaksimal mungkin.

Hasil pengolaan data yang telah dilakukan (lampiran B) menunjukkan bahwa hasil normalized gain atau rata-rata gain ternormalisasi siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah 0,83. Itu artinya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas XI MA Guppi Samata Kabupaten Gowa setelah diterapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining umumnya berada pada kategori tinggi karena nilai

gainnya berada pada interval g 0,70.

b. Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada siswa kelas XI MA Guppi Samata menunjukkan bahwa siswa aktif saat pembelajaraan berlangsung. Dalam hasil pengamatan aktivitas siswa terlihat bahwa guru dan peserta didik aktif, dimana diperoleh bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat yaitu sebesar 81,15% yang berarti telah memenuhi kriteria keefektifan aktivitas siswa yaitu ≥ 70%. Hal ini

(18)

menunjukkan bahwa secara umum dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat, siswa yang diobservasi telah melaksanakan aktivitas dalam penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining sesuai yang diharapkan.

Hal ini didukung dengan hasil penelitian Kristyaswati (2014) pada kelas VII B SMPN 2 Depok yang mengemukakan dalam skripsinya bahwa penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

c. Respon siswa

Dari sejumlah aspek yang ditanyakan, seperti siswa senang terhadap cara mengajar yang diterapkan oleh guru melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, siswa merasa lebih aktif dan kreatif karena

mengemukakan pendapat dengan bertanya maupun menjawab, siswa juga merasa lebih mudah untuk mengerjakan soal-soal dan lebih percaya diri untuk mempersentasikan ide atau gagasannya, sebanyak 90,47% siswa yang memberikan respon positif dan merasakan kemajuan setelah penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Walaupun demikian, sebanyak 9,53% siswa memberikan repon negatif, hal ini sejalan dengan pendapat Huda (2014:229) yang menyatakan bahwa tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mempresentasikan gagasannya didepan kelas karena keterbatasan waktu pembelajaran. Secara umum, rata-rata keseluruhan siswa yang memberikan respon positif sebesar 90,47% dan telah memenuhi standar yang telah ditentukan yaitu 75%.

(19)

d. Keterlaksanaan Pembelajaran

Dari hasil pengamatan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa keterlaksanaan pembelajaran yang merupakan kemampuan guru mengelola pembelajaran melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining guru sudah mengelola pembelajaran dengan sangat baik. Hal itu terlihat dari nilai rata-rata dari keseluruhan aspek yang diamati yaitu sebesar 3,62 dalam interval 3,00 < ̅ ≤ 4,00 dan umumnya berada pada kategori baik. Sesuai dengan kriteria keefektifan menurut Sanjaya (dalam Nurdiana, 2014:10) bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikatakan efektif jika mencapai kriteria baik atau sangat baik, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining sudah efektif.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa tuntas secara klasikal dan terjadi peningkatan hasil belajar dimana nilai gainnya lebih dari atau sama dengan 0.30, aktivitas siswa mencapai kriteria aktif, respon siswa terhadap model pembelajaran Student Facilitator and Explaining positif, serta kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran baik. Sehingga keempat aspek indikator efektivitas telah terpenuhi maka pembelajaran dikatakan efektif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa “Model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas XI MA Guppi Samata Kabupaten Gowa”.

(20)

2. Pembahasan Hasil Analisis Inferensial

Dari hasil analisis (Lampiran B) diperoleh Pvalue untuk data pretest dan posttest sama dengan 0,08. Oleh karena nilai Pvalue = 0,08 > nilai = 0,05 yang berarti data pretest dan posttest berdistribusi normal. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa data pretest dan posttest telah memenuhi uji normalitas yang merupakan uji prasyarat sebelum melakukan uji hipotesis Karena data berdistribusi normal maka memenuhi kriteria untuk digunakannya uji-t dan uji-z.

Rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining lebih dari 79,0 dengan menggunakan uji-t (Lampiran B) diperoleh nilai thitung ttabel = 2,79 > 1,72, yang berarti bahwa hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining mencapai kriteria ketuntasan minimal.

Ketuntasan belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining secara klasikal lebih dari atau sama dengan 75%. Dengan menggunakan uji proporsi (Lampiran B) diperoleh nilai Zhitung Ztabel = 1,71 > 1,64, yang berarti bahwa hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining tuntas secara klasikal.

Selanjutnya dilakukan analisis gain ternormalisasi dengan uji-t diperoleh thitung = 36,45 dan ttabel = 1,72, sehingga thitung > ttable artinya terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada hasil belajar matematika siswa..

(21)

Pengujian gain ternormalisasi menunjukkan bahwa adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Hal ini di dukung berdasarkan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Mawarsih (2015) pada siswa kelas X SMAN 5 Palu yang mengemukakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining ini dapat meningkatkan pemahaman konsep

siswa pada mata pelajaran fisika.

Dari hasil analisis deskriptif dan inferensial yang diperoleh, ternyata cukup mendukung teori yang telah dikemukakan pada kajian teori. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas

XI MA Guppi Samata Kabupaten Gowa”.

Referensi

Dokumen terkait

2) Ijazah yang diperoleh dari Perguruan Tinggi Luar Negeri, yang telah mendapatkan penetapan penyetaraan dari Panitia Penilaian Ijazah Luar Negeri Kementerian Pendidikan

Hal ini kerana menurut satu kajian yang telah dilakukan, kajian mendapati bahawa dalam mengecapi impian dan matlamat yang jangka masanya yang panjang sebagai contoh, dalam usaha

Membuat file konfigurasi qmail, disini silakan anda ganti dursosono.kurowo.edudengan hostname anda yang FQDN (bisa diresolve), misalnya serverku.domain.com.Ingat, hostname tidak

Gangguan jiwa seringkali menyebabkan ODHA tidak patuh terhadap pengobatan ARV dan tidak adanya penurunan perilaku berisiko. Gangguan jiwa dapat.. mempengaruhi ketaatan dalam minum

Hal ini didasarkan pada proposisi bahwa transformasi hunian dilakukan untuk menyesuaikan kondisi hunian terhadap kebutuhan keluarga yang bersifat dinamis (senantiasa

cerah dan lebih indah dengan kandungan lebih dari 10% berbagai jenis vitamin seperti vitamin B5, E, F, dan B3 yang berperan efektif untuk membuat kulit yang kusam dan gelap

Adapun spesifikasi mesin dan peralatan yang digunakan pada Stasiun Kerja Press adalah sebagai berikut.. Oil

Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati dan Budiartha (2013) tentang pengaruh kesadaran Wajib Pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas