• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI JARINGAN PERPIPAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG TUGAS AKHIR KHOIRIEVO RISPANDI HARAHAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI JARINGAN PERPIPAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG TUGAS AKHIR KHOIRIEVO RISPANDI HARAHAP"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBERDAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2022

EVALUASI JARINGAN PERPIPAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH KECAMATAN STM HILIR

KABUPATEN DELI SERDANG

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

KHOIRIEVO RISPANDI HARAHAP

17 0404 013

(2)
(3)
(4)

i KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga Tugas Akhir saya yang berjudul “Evaluasi Jaringan Perpipaan Distribusi Air Bersih Di Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang”

dapat diselesaikan dengan baik.

Sehubungan dengan selesainya Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Yuni Rispandi dan Ilpanetty dimana mereka semua selalu memberikan saya semangat, cinta dan kasih sayang di tengah- tengah kejenuhan yang terjadi.

Kemudian Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih kepada pihak yang telah membantu penulis dari segi materi dan material antara lain:

1. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia M.Sc. selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu saya menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Dr. M. Ridwan Anas ST., MT. yaitu selaku ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Muhammad Faisal, S.T.,M.T selaku dosen pembimbing ke dua saya yang turut membantu tugas akhir ini.

4. Bapak Robi Arianta Sembiring,ST.,M.Eng dan Ibu Nurul Ika Putri Dalimunthe ST.MPSDA 5. Bapak/Ibu staf pengajar, serta pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

6. Terimakasih kepada saudara-saudara penulis antara lain adik kandung saya Putty Dhiara Rispandi dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

7. Terimakasih kepada Nur Zahara S.Pd, yang selalu menyemangati dan selalu setia mendukung penulis.

8. Terimakasih Bang Teuku Rizki yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Terimakasih teman teman seperjuangan saya antara lain, Komting Aldi dan Wakomting Hasmar dan yang lain Jangtu, Fahmek, Pras, Apara, Aqil, Syamsul, Ridhok, Kemal Hypebeast, Dika, Ujik Parwik, Isrok, Agung, dan teman – teman stambuk 2017 lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

(5)

ii 10. Terima kasih keluarga besar sipil usu stambuk 2017, abang kakak stambuk 2011, 2014 serta

adik-adik yang sangat dibanggakan stambuk 2020.

11. Terima kasih kepada Ikatan Mahasiswa Sipil Universitas Sumatera utara yang telah bertugas menjalani peran untuk menjadi wadah para mahasiswa – mahasiswa Teknik Sipil USU.

12. Terimakasih dan rasa hormat kepada Gedung Laboratorium Hidrolika Teknik Sipil, yang telah saya anggap menjadi rumah kedua saya pada saat masa kuliah.

Penulis menyadari terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tugas akhir ini, untuk itu kritik dan saran serta sumbangan pemikiran dari pembaca diperlukan demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Medan, 02 Februari 2021

Khoirievo Rispandi Harahap 17 0404 013

(6)

iii

ABSTRAK

Suplai air bersih pada jaringan perpipaan distribusi air bersih di kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang di kelola oleh PDAM Tirta Deli. Jaringan perpipaan distribusinya masih menggunakan jaringan perpipaan yang lama. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sistem pendistribusian pada jaringan dan sistem pendistribusian air bersih pada area kecamatan STM Hilir dengan menggunakan software EPANET 2.0.

Tahapan-tahapan dalam penyelesaian penelitian tugas akhir ini yaitu pertama- tama mengumpulkan data yang diperlukan berupa data primer dan sekunder.

Kemudian menganalisi dengan menggunkan Software EPANET 2.0 dalam upaya pemenuhan kebutahan air bersih.

Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan air pada tahun 2019 yaitu sebesar 3,019 liter/detik,dengan jumlah penduduk sebnayak 2608 jiwa,setelah dilakukan proyeksi jumlah penduduk 20 tahun kedepan.didapatkan kebutuhan air pada tahun 2030 yaitu 44,732 liter/detik dari jumlah penduduk sebanyak 28.628 jiwa.

Dari penelitian ini, kapasitas reservoir seharusnya di tambah agar jaringan distribusi air minum ini dapat berjalan dengan maksimal. kebutuhan air semakin tahun semakin bertambah, maka diharapkan pemanfaatannya seefektif mungkin.

Kata Kunci : Kebutuhan Air, Evaluasi, EPANET 2,0

(7)

iv DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………. i

ABSTRAK ……… iii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR GAMBAR ………... vii

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ………. ix

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……..……….. 1

1.2 Batasan Masalah ……… 2

1.3 Rumusan Masalah ………. 2

1.4 Tujuan Penelitian ……….. 3

1.5 Manfaat Penelitian ……… 3

1.6 Sistematika Penulisan ………... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 5

2.1 Air Bersih ………. 5

2.1.1 Pengertian Air Bersih ………. 5

2.2 Prinsip – Prinsip dasar penyediaan air minum ………. 6

2.2.1 Kualitas …..……… 6

2.2.2 Kuantitas …...……….. 6

2.2.3 Kontinuitas ………. 7

2.3 Sistem Distribusi Air Bersih ……… 8

2.4 Sumber Air Bersih ……… 10

2.5 Kebutuhan Air ……….. 11

2.5.1 Kebutuhan Domestik ………. 12

2.5.2 Kebutuhan Non Domestik ………. 13

2.5.3 Proyeksi Kebutuhan Penduduk ………. 14

2.5.4 Perhitungan Kebutuhan Air ……….. 15

2.6 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih ……... 17

(8)

v

2.6.1 Sistem Distribusi Air Bersih ..……… 17

2.6.2 Sistem Pengaliran Air Bersih ………. 19

2.7 Sistem Jaringan Perpipaan ………... 20

2.7.2 Sistem Bercabang ……….. 18

2.7.3 Sistem Berbingkai ………. 18

2.7.4 Sistem Petak (Grid) ……….. 19

2.8 Langkah – langkah Perhitungan Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi ……… 19

2.8.1 Pehitingan Hidrolisis ……… 19

2.8.2 Dimensi Pipa ……… 20

2.8.3 Debit Penyadapan ……… 20

2.8.4 Fluktuasi Pemakaian Air ………. 20

2.8.5 Perhitungan Volume Reservoir ………... 21

2.8.6 Perhitungan Hilang Tinggi Tekanan ………... 21

2.9 Aplikasi Epanet 2.0 dalam Analisis Jaringan Distribusi ... 26

2.9.1 Umum ………... 26

2.9.2 Kegunaan Program Epanet 2.0 ………. 26

2.9.3 Input Data dalam Epanet 2.0 ……… 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……….. 34

3.2 Lokasi Penelitian ………... 34

3.3 Variabel Penelitian ……… 34

3.4 Data dan Sumber Data ……….. 35

3.4.1 Data Primer ……… 35

3.4.2 Data Sekunder ……… 35

3.5 Teknik Pengolahan Data ……….. 36

3.6 Metode dan Tahap Penelitian ……….. 36

3.7 Diagram Alir Penelitian ………... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 39

4.1 Menghitung Jumlah Pelanggan ……… 39

(9)

vi

4.2 Menghitung Pemakaian Air Pelanggan ……… 39

4.3 Evaluasi dan Pengembangan ……… 41

4.3.1 Data Jumlah Penduduk ………... 41

4.3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk ………. 41

4.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk ……….. 42

4.3.4 Proyeksi Kebutuhan Air ………. 43

4.4 Hasil Proyeksi Menggunakan EPANET 2.0 ……… 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ..……… 49

5.2 Saran ……… 49 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

(10)

vii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Sistem Penyediaan Air Bersih ……… 9

Gambar 2.2 Sistem Distribusi Pipa Bercabang ……….. 22

Gambar 2.3 Sistem Distribusi Pipa Berbingkai ………. 22

Gambar 2.4 Sistem Distribusi Pipa Petak (Grid) ………... 23

Gambar 3.1 Peta Wilayah STM Hilir ……… 34

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ………. 37

Gambar 4.1 Evaluasi Eksisting Jaringan Distribusi Air Bersih …… 48

Gambar 4.2 Nilai Pressure Hasil Junction pada Junction (Node) …. 51 Gambar 4.3 Nilai Kecepatan Pada Setiap Pipa ………. 52

(11)

viii DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kriteria Perencanaan Air Bersih Berdasarkan SNI Tahun 1997 9

Tabel 2.2 Koefisien Hazen William ………. 26

Tabel 2.3 Harga Untuk Tikungan Pipa ……… 28

Tabel 2.4 Harga Untuk Pipa Bercabang ……….. 28

Tabel 4.1 Jumlah Pelanggan PDAM Tirta Deli di Kecamatan STM HI- LIR Desember 2019………. 39

Tabel 4.2 Kebutuhan air non domestik kota kategori I,II,III,IV ………. 40

Tabel 4.3 Jumlah Fasilitas Non-domestik di Kecamatan STM Hilir 2019 40 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan STM Hilir ………... 41

Tabel 4.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan STM Hilir Dari ta- hun 2015 – 2019 ……… 42

Tabel 4.6 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dengan Metode Aritmatika 43 Tabel 4.7 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dengan Metode Geometrik 44 Tabel 4.8 Nilai Standar Deviasi dan Korelasi ……… 44

Tabel 4.9 Kriteria Perencanaan Air Bersih Domesitik ……….. 45

Tabel 4.10 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan STM Hilir …………... 46

Tabel 4.11 Hasil Junction Node ………. 49

Tabel 4.12 Elevasi dan Panjang Jalur ………. 53

Tabel 4.13 Perhitungan Perencanaan Reservoir ………. 56

Tabel 4.14 Panjang dan Diameter Pipa ……….. 57

Tabel 4.15 Perbandingan perhitungan manual dan EPANET 2.0 …….. 59

Tabel 4.16 Hasil perhitungan Hidrolik dengan manual (Excel) ……… 62

(12)

ix DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Q = Laju aliran (m3/s)

A = Luas penampang aliran (m2) V = Kecepatan Aliran

V1 = Kecepatan Awal didalam pipa (m/s) V2 = Kecepatan akhir didalam pipa (m/s) A1 = Luas penampang Saluran pada pipa (m2) A2 = Luas penampang saluran pada akhir pipa (m2) H1 = Tinggi muka air pada kolam A

H2 = Tinggi muka air pada kolam B

H = Perbedaan tinggi muka air kolam A dan B hf = Head loss flow pada pipa

p = Tekanan z = Ketinggian

ɤ = Berata jenis fluida

G = Percepatan gravitasi =9,81 m/s2 hf = Kerugian head karena gesekan (m)

f = Faktor gesekan (diperoleh dari diagram moody) D = Diameter pipa (m)

L = Panjang Pipa (m)

C = Koefisien Kekasaran pipa Hazen-Williams K = Koefisien Kerugian

n = Jangka Waktu tahun data r = Angka laju pertumbuhan rerata

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Air adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia. Setiap hari kita membutuhkan air untuk aktifitas. Manusia sebagai salah satu mahluk hidup sangat membutuhkan air sebagai penunjang kehidupan mereka Sebagai contoh dalam memasak, mencuci, dan untuk air minum. Air dapat ditemukan mulai dari daerah laut, danau, sungai dan lain lain. Peningkatan eksploitasi sumber air bersih yang berasal dar air tanah jika tidak diatur dengan baik, maka akan menimbulkan degradasi kualitas dan kuantitas air bersih. Oleh karena itu manajemen pengelolaan air bersih menjadi sangat penting.

Manajemen pengelolaan air bersih mencakup pengolahan sumber air baku, pengaliran serta pembagian air bersih sampai ke wilayah pelayanan. Sistem pengelolaan sumber daya air secara terpadu akan mampu memberikan pasokan air yang lebih adil bagi konsumen.

Penyelenggaraan sistem penyediaan air bersih di Indonesia pada umumnya dilaksanakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992, didirikanlah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Perusahaan Daerah Air Minum adalah perusahaan swasta Pemerintah daerah yang memberikan pelayanan di bidang air minum. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mendistribusikan air bersih dengan cara sebagai berikut Sistem perpipaan. Namun, sejauh ini masyarakat sudah mendapatkan air bersih Secara keseluruhan itu masih sangat sepele. Salah satu faktor yang menghambat proses distribusi Air bersih bagi masyarakat merupakan sistem jaringan distribusi air.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Deli Kabupaten Deli Serdang merupakan Badan Usaha milik Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 1981 tentang Pembentukan PDAM Tirta Deli Kabupaten Deli Serdang dan Keputusan Bupati Deli Serdang serta lembaran Daerah Nomor 09 Seri –D Nornor 4, tanggal 12 April 1982, dan disahkan oleh Gubernur Sumatera Utara dengan Surat Keputusan Nomor 539 – 030/KP/1982, tanggal 10 April 1982. Cakupan pelayanan saat ini mencapai 71.17 % dengan penduduk terlayani 23.885 Jiwa dari jumlah penduduk daerah pelayanan sebanyak 854.987 jiwa. Sistem penyediaan air minum PDAM Tirta Deli Kabupaten Deli Serdang untuk pelayanan air minum Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 10 lokasi IKK dengan

(14)

2 kapasitas terpasang 550 L/det Pada wilayah PDAM Kabupaten Deli Serdang, terdapat beberapa daerah yang dilayani PDAM Tirta Deli, salah satu daerah yang dilayani adalah kecamatan S.T.M Hilir dengan Kapasitas terpasang adalah 30 L/det, dan dengan idle capacity 25 L/det.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tahun 2020 Kecamatan STM Hilir memiliki jumlah penduduk 33.159 jiwa, dengan luas wilayah 190,5 Km2. SPAM IKK STM Hilir berlokasi di Desa Rambai Kec. STM Hilir dengan kapasitas 30 lt/dt. Unit air baku SPAM IKK STM Hilir, terdiri dari bangunan bendung intake, bak pengumpul, dan pipa air baku. Pengambilan air baku dilakukan dengan membendung sungai untuk meninggikan muka air dan untuk dialirkan ke sumur intake.

Berdasarkan data produksi dengan perencanaan produksi sebesar 30 ltr/dtk dan yang digunakan hanya memproduksi 5 L/dtk. Dengan idle capacity yang cukup besar, yaitu 25 L/det, pelayanan distribusi di Kecamatan STM Hilir seharusnya dapat di kembangkan

Upaya pengembangan sistem pelayanan air minum di Kecamatan STM Hilir harus dilakukan dengan menganalisa sistem jaringan perpipaan eksisting, yang saat ini dikelola oleh PDAM Tirta Deli. Hal ini ini juga akan dikaitkan dengan tingkat kebutuhan air bersih masyarakat Kecamatan STM Hilir yang diproyeksikan hingga 10 tahun mendatang.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Evaluasi Sistem Jaringan Perpipaan Distribusi Air Bersih Di Kecamatan STM Hilir Menggunakan Epanet Versi 2.0”.

1.2 Batasan Masalah

1. Daerah studi dibatasi hanya pada SPAM IKK STM Hilir.

2. Menentukan kebutuhan air masyarakat kecamatan STM Hilir untuk 10 tahun kedepan.

3. Tidak membahas Pengolahan Air Bersih SPAM IKK STM Hilir.

4. Tidak membahas tingkat pendapatan PDAM tersebut.

5. Mengevaluasi kondisi eksisting menggunakan Epanet 2.0

1.3 Rumusan Masalah

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Kondisi jaringan perpipaan distibusi air bersih di Kecamatan STM Hilir,Kabupaten Deli

(15)

3 Serdang saat ini masih kurang memadai. Dalam penelitian ini akan dilakukan dalam rangka melihat sampai sejauh mana sistem distribusi ini dapat dilakukan agar mencakupi ketersediaan dan Kebutuhan air bersih masyarakat setempat.

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi jaringan sistem penyediaan (distribusi) air bersih di PDAM Tirta Deli, Khusunya wilayak Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang. Parameter Utamanya yang perlu di evaluasi adalah debit, tekanan, Headloss.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut ini: 1. Memberikan masukan kepada instansi/institusi terkait, alternatif terkait yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sistem perpipaan pada pendistribusian air bersih. 2. Memberikan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem jaringan pipa PDAM Tita Deli pada Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang

(16)

4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini memuat teori mengenai hal-hal yang berkaitan dan pedoman dasar dalam pembahasan masalah dalam penelitian.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, metodologi yang digunakan, metode pengumpulan serta pengolahan data hingga analisis data penelitian.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi data hasil perencanan dan pembahasan masalah.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh kegiatan tugas akhir ini serta memberikan saran untuk hal-hal yang bisa di laksanakan dan dikembangkan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.

(17)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Bersih

2.1.1 Pengertian Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan atau komponen dari alam yang sangat diperlukan untuk kehidupan makhluk hidup seperti manusia, tanaman dan hewan yaitu sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, sebagai bahan pelarut, dan juga merupakan sumber enrgi serta berbagai keperluan lainnya. (Sasongko, DKK. di dalam Arsyad, 1989).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990 (Dalam Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 hal. 3 dari 41)

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Kepmenkes Nomor 907 Tahun 2002)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menyebutkan bahwa kebutuhan air rata-rata secara wajar adalah 60 l/orang/hari untuk segala keperluaannya. Kebutuhan akan air bersih dari tahun-ketahun diperkirakan terus meningkat. (Sasongko, dkk., 2014).

Dalam Undang Undang No 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum Nasional disebutkan bahwa Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana yang mengikuti proses dasar manajemen penyediaan Air Minum kepada masyarakat.

(18)

6 2.2 Perinsip dasar penyediaan air minum

2.2.1 kualitas air

Menurut Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Secara umum syarat-syarat kualitas air minum, terdiri dari:

1. Syarat fisika : air bebas dari pencemaran dalam arti kekeruhan, warna, rasa, dan bau.

2. Syarat kimia : air minum tidak boleh mengandung zat kimia yang beracun sehingga dapat menganggu kesehatan, estetika, dan gangguan ekonomi.

3.

Syarat bakteriologi : air yang dipengaruhi sebagai air bebas dari kuman penyakit, dimana termasuk bakteri, protozoa, virus, ccing, dan jamur

4.

Syarat radioaktif : air minum yang bebas dari sinar alfa dan beta yang dapat mmerugikan kesehatan.

Air baku yang digunakan menghasilkan air bersih yang telah memenuhi syarat yang tertuang dalam peraturan pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pada pasal 8 PP mengenai klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

1. Kelas I yaitu air yang diperuntukan untuk air baku air minum yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaannya.

2. Kelas II yaitu air yang diperuntukan untuk (prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan, untuk mengaliri tanaman.

3. Kelas III yaitu air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar peternakan, untuk mengaliri tanaman. Atau untuk peruntukan lainnya yang sama jenis kegunaannya.

Kelas IV yaitu air yang digunakan untuk mengaliri tanaman atau untuk peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu yang sama kegunaannya.

2.2.2 Kuantitas

Secara umum penyediaan air bersih berasal dari sumber air permukaan atau air dalam tanah. Untuk wilayah kelurahan pipa reja, sumber penyediaan air yang dikelola oleh PDAM berasal dari air sungai. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan adalah agar kebutuhan masyarakat akan tersedianya air bersih dapat terlayani dangan baik. Untuk hal-hal yang dapat mengurangi jumlah air yang didistribusikan antara

(19)

7 lain disebabkan oleh banyaknya sambungan pipa dan panjangnya jalur pipa sedapat mungkin dihindarkan.

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih dapat ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani.

Persyaratan kuantitas juga bisa ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Dan kuantitas adalah syarat yang terpenting dalam melayani konsumen agar kebutuhannya sehari – hari berjalan sesuai dengan kemampuan konsumen masing – masing.

Untuk membuktikan kondisi tersebut menggunakan rumus kontinuitas :

Q1 = Q2

A1 x V1 = A2 x V2

Dimana :

Q1 = debit didaerah 1 (m3/det) Q2 = debit didaerah 2 (m3/det)

A1 = luas penampang didaerah 1 (m2)

V1 = kecepatan rata-rata didaerah 1 (m/det) V2 = kecepatan rata-rata didaerah 2 (m/det)

Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan masyarakat tersebut, sehingga pemakaian air sering kali di pakai sebagai salah satu tolak ukur tinggi rendahnya kemajuan suatu masyarakat.

2.2.3 Kontinuitas

Dalam penyediaan air bersih tidak hanya berhubungan dengan kualitas dan kuantitas air saja, tetapi dari segi kontinuitas juga harus mendukung. Kontinuitas adalah di mana air harus bisa tersedia secara terus-menerus meskipun dimusim kemarau selama umur rencana. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi air adalah agar kebutuhan masyarakat akan terpenuhi secara terus- menerus walaupun musim kemarau. Salah satu cara menjaga agar kontinuitas air tetap tersedia

(20)

8 adalah dengan membuat tempat penampungan air (reservoar) untuk menyimpan air sebagai persediaan air musim kemarau.Persyaratan kontinuitas juga sangat penting untuk menghitung aliran kelanjutan pemakaian air baku untuk air bersih secara terus – menerus setiap harinya.

Kontinuitas aliran dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kebutuhan konsumen dan aspek reservoir pelayanan air. Aspek kebutuhan konsumen, sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya dalam jumlah yang tidak dapat ditentukan. Karena itu diperlukan aspek ini pada waktu yang tidak ditentukan. Dan aspek pelayanan reservoir diperlukan karena fasilitas energi reservoir yang siap setiap saat.

Sistem pada air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.

Kontinuitas dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air harus tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap pemakaian air.

Pemakaian air dapat diprioritaskan, yaitu minimal selama 12 jam per hari pada jam – jam aktifitas kehidupan . jam aktifitas di Indonesia adalah pukul 06.00 sampai dengan 18.00. Sistem jaringan perpipaan dirancang untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh lebih dari 0,6 – 1,2 m/dt.

Ukuran pipa pun harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi.

Dengan analisis jaringan pipa distribusi, maka dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kualitas aliran terpenuhi.

2.3 Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi air bersih adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan

(21)

9 perlengkapannya, hidran kebakaran, sistem pemompaan (bila diperlukan dari reservoir distribusi) Sistem penyediaan air bersih harus dapat menyediakan jumlah air yang cukup untuk kebutuhan yang diperlukan. Peraturan Pemerintah N0.16 Tahun 2005 tentang sistem pengembangan air minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri dari :

1. Unit air baku 2. Unit produksi 3. Unit distribusi 4. Unit pelayanan 5. Unit pengolahan

Gambar 2.1. Skema Sistem Penyediaan Air Bersih

1. Unit Air Baku, dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan pengambilan / penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sitem pemompaan dan bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air baku merupakan saran pengambilan dan penyediaan air baku. Air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Unit Produksi, merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan biologi. Unit produksi dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.

3. Unit Distribusi, terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran, yang

(22)

10 memberikan jaminan pengaliran 24 jam per hari.

4. Unit Pelayanan, terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran harus dipasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin keakuratannya, meter air wajib ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.

5. Unit Pengolahan, terdiri dari pengolahan teknis dan pengolahan nonteknis.

Pengolahan terknis terdirir dari kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit baku, unit produksi, dan unit distribusi. Sedangkan pengelolaan nonteknis terdiri dari administrasi dan pelayanan. (Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Tri Joko 2010). Sistem penyediaan air minum harus dapat menyediakan jumlah air yang cukup untuk kebutuhan yang diperlukan. Unsur-unsur sistem dari sumber air, fasilitas penyimpanan, fasilitas transmisi ke unit pengolahan, fasilitas pengolahan, fasilitas transmisi dan penyimpanan, dan fasilitas distribusi.

2.4 Sumber Air Bersih

Macam-macam sumber air yang dapat digunakan untuk air bersih adalah sebagai berikut :

1. Air Laut

Mempunyai sifat asam, karena mengandung garam (NaCL), kadar garam NaCL dalam air laut 3%. Dalam keadaan ini air laut tidak mempunyai syarat untuk air bersih.

2. Atmosfir (hujan)

Dalam keadaan murni air hujan sangat bersih, tetapi karena adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran industri dan lainnya, maka air ini menjadi tercemar. Maka dari itu untuk menyediakan air hujan sebagai sumber air bersih hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran yang diakibatkan adanya pencemaran udara.

3. Air permukaan

(23)

11 Air permukaan adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi, pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu dan kotoran industri dan sebagainya.

Air permukaan ini terdiri dari beberapa macam yaitu :

a. Air sungai, dalam penggunaannya sebagai air bersih haruslah melalui suatu pengolahan yang sempurna, karena air sungai ini pada umumnya tingkat kotorannya sangat tinggi.

b. Air danau/rawa, kebanyakan air danau atau rawa ini berwarna, hal ini disebabkan oleh adanya benda-benda yang membusuk seperti tumbuhan, lumut yang menimbulkan warna hijau.

4. Air tanah

Air tanah adalah air yang mempunyai rongga-rongga dalam lapisan geologi.

Air tanah merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan dimuka bumi.

Jenis-jenis air tanah antara lain:

a. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal ini terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan benda lain sehingga air tanah akan jernih. Air tanah ini terdapat pada kedalaman ± 15 meter. Sebagai sumber air bersih, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitasnya agak baik, tetapi kuantitas kurang dan tergantung pada musim.

b. Air tanah dalam

Air tanah dalam setelah lapisan air yang pertama, pengambilan air tanah dalam tidak sama dengan mata air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya, kedalaman 100-300 meter. Jika tekanan air tanah besar maka air akan menyembur keluar, sehingga dalam keadaan ini disebut sumur artesis. Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

(24)

12 c. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Sehingga mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim.

(Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Tri Joko 2010)

2.5 Kebutuhan Air

Kebutuhan air pada suatu daerah sangat berhubungan dengan ketersediaan air, kebutuhan hidup, pola kebiasaan hidup, kondisi sosial ekonomi dan topogradi.

Jenis pelayanan air yang banyak dikenal yaitu sambungan rumah dan kran umum.

Sambungan rumah dirincikan dengan adanya kran yang disediakan sampai kedalam rumah. Penggunaan sambungan rumah terutama ditentukan oleh jumlah populasi rata-rata dalam satu rumah tangga yang dikategorikan rumah permanen. Unit sambungan umum / kran umum berupa kran atau tempat pengambilan air secara kolektif yang disediakan pada sekelompok rumah. Kran umum terutama ditujukan untuk daerah penduduk padat dan berpenghasilan rendah, sehingga penyambungan belum mungkin dilakukan. Penentuan jumlah kebutuhan kran umum didasarkan dengan hasil survey lapangan mengenai kondisi sosial di daerah pelayanan kebutuhan air domestik atau non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa kategori antara lain :

1. Kota Kategori I (Metro) 2. Kota Kategori II (Kota Besar) 3. Kota Kategori III (Kota Sedang) 4. Kota Kategori IV (Kota Kecil) 5. Kota Kategori V (Desa)

2.5.1 Kebutuhan Domestik

Kebutuhan air domestik sangat ditentukan oleh jumlah penduduk, dan konsumsi perkapita. Kecenderungan populasi dan sejarah populasi sipakai sebagai dasar perhitungan kebutuhan air domestik terutama dalam penentuan kecenderungan laju pertumbuhan (Grow Rate Trends). Pertumbuhan ini juga tergantung dari rencana pengembangan dari tata ruang kabupaten.

(25)

13 Estimasi populasi untuk masa yang akan datang merupakan salah satu parameter utama dalam penentuan kebutuhan air domestik. Laju penyambungan juga menjadi parameter yang dipakai untuk analisis. Propensitas untuk penyambungan perlu diketahui dengan melalukan survey kebutuhan nyata, terutama di wilayah yang sudah ada sistem penyambungan air bersih dari PDAM. Untuk penentuan penyambungan di masa yang datang maka laju penyambungan yang ada pada saat ini dapat dipakai sebagai dasar analisis.

Kebutuhan air perorangan perhari disesuaikan dengan standar yang biasa digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan kategori kotanya. Dalam setiap kategori tertentu, kebutuhan air perorangan perhari berbeda-beda.

Tabel 2.1 Kriteria Perencanaan Air Bersih Berdasarkan SNI Tahun 1997

No. Uraian

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (jiwa)

>1.000.0 00

500.000 - 1.000.000

100.000 – 500.000

20.000 – 100.000

< 20.000

Metro Besar Sedang Kecil Desa

1. Konsumsi Unit Sambungan

Rumah (SR) liter/orang/hari 190 170 150 130 100

2. Konsumsi Unit Hidran Umum

(HU) liter/orang/hari 30 30 30 30 30

3. Konsumsi Unit Non Domestik

(%) 20-30 20-30 20-30 20-30 10-20

4. Kehilagan Air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20

5. Faktor Maksimum Perhari 1,15 1,15 1,15 1,15 1,15

6. Faktor Pada Jam Puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5

7. Jumlah Jiwa Per SR 5 5 5 5 5

8. Jumlah Rumah Per HU 100 100 100 100 100

9. Sisa Tekan di Jaringan

Distribusi (meter) 10 10 10 10 10

10. Jam Operasi (jam) 24 24 24 24 24

11. Volume Reservoir 20 20 20 20 20

12. SR : HU 50:50 s/d

80:20

50:50 s/d

80/20 80:20 70:30 70:30

13. Cakupan Pelayanan (%) 90 90 90 90 70

(Sumber : Dirjen Cipta Karya 1997 )

(26)

14 2.5.2 Kebutuhan Non Domestik

Yang dimaksud dengan pelayanan non domestik adalah jenis dan tingkat pelayanan untuk pelanggan bukan rumah tangga yang bersifat komersil, kebutuhan institusi, dan kebutuhan industri. Kebutuhan air komersil cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan penduduk dan perubahan tata guna lahan. Kebutuhan ini bisa mencapai 20% - 25% dari total suplai (produksi) air. Kebutuhan untuk industri saat ini dapat diidentifikasi, namun kebutuhan industri yang akan datang cukup sulit untuk mendapat data yang akurat. Hal ini disebabkan jenis dan macam kegiatan industri.

2.5.3 Proyeksi Jumlah Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk digunakan untuk meninjau pertumbuhan penduduk suatu daerah yang akan digunakan untuk perencanaan kebutuhan air.

Rumus Rasio jumlah penduduk :

r = x 100%

Dengan :

r = angka pertumbuhan penduduk per tahun (%) Pn = jumlah penduduk setelah tahun ke-n (jiwa) Po = jumlah penduduk saat ini (jiwa)

n = jumlah tahun proyeksi (tahun)

1. Metode Geometri

Persamaan yang digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk dengan metode Geometrik ialah (Pedoman/Petunjuk Teknik dan Manual Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan) :

Pn = Po (1+r)

n

Dengan :

Pn = jumlah penduduk setelah tahun ke-n (jiwa) Po = jumlah penduduk saat ini (jiwa)

r = angka pertumbuhan penduduk per tahun (%) o = jumlah tahun proyeksi (tahun)

(27)

15 2. Metode Aritmatika

Prediksi jumlah penduduk dengan metode ini didasarkan pada angka pertambahan penduduk per tahun. Rumusan yang digunakan adalah (Pedoman/Petunjuk Teknik dan Manual Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan) :

Pn = Po (1 + r.n)

Dengan :

Pn = jumlah penduduk setelah tahun ke-n (jiwa) Po = jumlah penduduk saat ini (jiwa)

r = angka pertumbuhan penduduk per tahun (%) n = jumlah tahun proyeksi (tahun)

3. Metode Eksponensial

Perkiraan jumlah penduduk berdasarkan metode Eksponensial dapat didekati dengan persamaan berikut (Pedoman/Petunjuk Teknik dan Manual Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan) :

Pn = Po . e

r.n

Dengan :

Pn = jumlah penduduk setelah tahun ke-n (jiwa) Po = jumlah penduduk saat ini (jiwa)

r = angka pertumbuhan penduduk per tahun (%) n = jumlah tahun proyeksi (tahun)

e = bilangan logaritma natural (2,7182818)

2.5.4 Perhitungan Kebutuhan Air

Langkah pertama dalam suatu perencanaan penyediaan air bersih adalah memperkirakan jumlah kebutuhan air. Sulit untuk mendapatkan angka yang pasti jumlah pemakaian air suatu daerah, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah memperhitungkan rata-rata pemakaian setiap orang perhari, memperkirakan jumlah penduduk pada jangka waktu tertentu dan umur rencana konstruksi. Data masa lalu tentang suatu daerah merupakan petunjuk yang baik dalam pemilihan suatu angka tentang penggunaan air perkapita bagi tujuan-tujuan perencanaan.

Disamping itu data-data mengenai jumlah penduduk sangat membantu memperkirakan atau meramalkan jumlah penduduk pada jangka waktu tertentu.

Berikutadalah perhitungan kebutuhan air bersih pada Kecamatan STM Hilir.

(28)

16 1. Jumlah penduduk tahun n = . . . jiwa

2. Jumlah SR = jumlah penduduk / 5

3. Persentase layanan tahun n direncanakan sebesar 30%, sehingga jumlah penduduk yang dilayani adalah :

= h x 30%

= h x 0,3

= . . . jiwa

4. Target pelayanan air bersih pada tahun ke-n

= % %

5. Kebutuhan air domestik (Qd) tahun n

Qd = Jumlah penduduk x Kebutuhan Air x (Persentase/100) = . . . Jiwa x 120 ltr/org/hr x (n/100)

= . . . ltr/hr

6. Kebutuhan Non-Domestik (Qnd) Qnd = 30 x Qd

= 30 x ltr/hr = . . .ltr/hr 7. Kebutuhan Sosial

Qs =10% x Qd

= 0,1 x n ltr/hr

= … ltr/hr 8. Total Kebutuhan air

Q = Qd + Qnd +Qs = … ltr/hr

9. Total kebutuhan harian rerata dengan tingkat kehilangan air 30%

Qr = total kebutuhan + (kebutuhan total x 30%) = … ltr/hr

10. Kebutuhan air harian maksimum (Qmax) Qmax = 1,2 * Qr

= … ltr/hr

11. Kebutuhan air jam puncak (Qpeak) Qpeak = 1,2 x Qr

(29)

17

= 1.2 x n ltr/hr = n ltr/hr = … ltr /dt

2.6 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih 2.7.1 Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi air bersih adalah sistem yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan.

Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, sistem pemompaan (bila diperlukan dan reservoir distribusi (Enri Damanhuri, 1989).

Dalam pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, yang dimaksud dengan:

a. Tingkat Pelayanan adalah presentasi jumlah penduduk yang dilayani dari total jumlah penduduk daerah pelayanan, dimana besarnya tingkat pelayanan diambil berdasarkan survey yang dilakukan oleh PDAM terhadap jumlah permintaan air minum oleh masyarakat atau dapat juga dilihat berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM untuk menyediakan air minum.

b. Unit adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau penyedia air baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/ penyadapan, peralatan pengukuran dan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan pembawa serta kelengkapannya.

c. Unit Produksi adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi meliputi bangunan pengolahan dan kelengkapannnya, perangkat operasional, peralatan pengukuran dan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.

d. Unit Distribusi adalah sarana untuk mengalirkan air minum dari pipa transmisi air minum sampai ke unit pelayanan.

(30)

18 e. Unit Pelayanan adalah sarana untuk mengambil air minum langsung oleh

masyarakat yang terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran.

f. Jaringan Pipa Transmisi Air Baku adalah ruas pipa pembawa air dari sumber air sampai unit produksi.

g. Jaringan Pipa Transmisi Air Minum adalah ruas pipa pembawa air minum dari unti produksi/bangunan penangkap air sampai ke reservoir atau batas distribusi.

h. Pipa Transmisi adalah pipa pembawa air dari sumber air ke instalasi pengolahan atau pipa pembawa air bersih dari instalasi pengolahan ke unti distrubusi utama atau reservoir.

i. Pipa Distribusi adalah pipa yang dipergunakan untuk mendistribusikan air minum dari reservoir ke daerah pelayanan atu konsumen.

j. Pipa Pelayanan adalah pipa yang menghubungkan jaringan distribusi dengan sambungan rumah.

k. Katup adalah suatu alat yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliaran dalam pipa.

l. Reservoir adalah tempat penyimpanan air sementara sebelum didistribusikan kepada konsumen.

Penentuan kapasitas reservoar berdasarkan grafik fluktuasi pemakaian air dapat dihitung dengan persamaan (Al-layla,1978):

VR = Qrata-rata.fmaks.A%.86400 + Vkebakaran

A% =

Dimana:

VR = Volume reservoar (m3 )

P = Jumlah penduduk (dalam ribuan) Vkebakaran = l/menit A% = Luas Reservoir

(31)

19 Penyediaan air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem menurut Kamala (1999) adalah sebagai berikut :

a. Continuous system

Air minum disuplai kepada konsumen sistem pengaliran terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap waktu dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun.

Sedangkan kerugiannya adalah pemakaian air akan cenderung lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang akan hilang sangat besar.

b. Intermitten system

Pada sistem ini air bersih disuplai 2 – 4 jam pada pagi hari dan 2 – 4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan atau konsumen tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter(pemadam kebakaran) akan sulit didapat.Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja.

Sedangkan keutungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.

2.6.2 Sistem Pengaliran Air Bersih

1. Metode Gravitasi , Metode ini merupakan suatu proses pendistribusian air, dimana sumber penyediaan air berada pada tempat yang lebih tinggi dari daerah yang akan dilayani sehingga pengaruh tekanannya dapat memenuhi keperluan untuk domestik dan kran – kran umum. Metode ini paling baik pengalirannya jika dari sumber penyediaan air ke tempat pelayanan memungkinkan menggunakan pipa berukuran seekonomis mungkin dan pengalirannya dengan lancar dan baik.

2. Distribusi pompa dengan menggunakan reservoir, Metode ini cukup ekonomis, karena pemompaannya tidak berlangsung secara terus menerus.

Air yang dipompakan yang akan mengalir ke seluruh reservoar, jika kebutuhan air memuncak maka air yang berada dalam reservoar akan mengalir ke daerah .

(32)

20 3. Metode gabungan, Dalam hal ini tangki penyimpanan digunakan untuk

menjaga tekanan yang dibutuhkan selama periode penggunaan tinggi dan dalam keadaan darurat misalnya pada saat terjadi kebakaran atau energy yang tidak mencukupi selama periode ini saat tingkat pemanfaatan rendah, sisa air dipompa dan disimpan di tangki air distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai tempat penampungan air selama periode penggunaan tinggi atau penggunaan puncak, pompa ini dapat dioperasikan di bawah kapasitas debit rata-rata.

2.7 Sistem Jaringan Pemipaan

Sistem jaringan pemipaan perlu dilakukan dengan pengembangan jaringan piapa distribusi yang sudah ada sebelumnya maupun membuat jaringan pipa distribusi yang baru. Sistem jaringan pemipaan dibuat dengan perhitungan yang mampu membawa air bersih dengan kecepatan tertentu tanpa harus kehilangan energy serta mampu menahan tekanan aliran yang dihasilkan oleh air bersih pada saat mendistribusikan ke konsumen. Ukuran pipa harus ekonomis ataupun tidak melebihi diameter yang sudah didesain sebelumnya. Dengan perencanaan jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi ataupun ukuran pipa yang diperlukan sesuai kebutuhan serta ekonomis.

Berikut ialah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis system jaringan pipa distribusi :

1. Peta distribusi beban, berupa peta tata guna lahan, kepadatan dan batas wilayah.

Juga pertimbangan dari kebutuhan/beban (area pelayanan).

2. Daerah pelayanan sektoral dan besar beban. Juga titik sentral pelayanan (junction points).

3. Kerangka induk, baik pipa induk primer maupun pipa induk sekunder.

4. Untuk sistem induk, ditentukan distribusi alirannya berdasarka debit puncak.

5. Pendimensian, dengan besar debit diketahui dan kecepatan aliran yang diijinkan, dapat ditentukan diameter pipa yang diperlukan.

6. Kontrol tekanan dalam aliran distribusi, menggunakan prinsip kesetimbangan energi. Kontrol atau analisa tekanan ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, diesuaikan dengan rangka distribusi.

7. Detail sistem pelayanan (sistem mikro dari distribusi) dan perlengkapan distribusi (gambar alat bantu).

(33)

21 8. Gambar seluruh sistem, berupa peta tata guna lahan, peta pembagian distribusi,

peta kerangka, peta sistem induk lengkap, gambar detail sistem (Kusuma, 2011).

Secara umum jaringan pipa distribusi dapat disusun sebagai berikut : a. Pipa induk

Pipa induk merupakan pipa yang terhubung langsung antara tempat penampuangan dengan pipa tersier. Pipa ini merupakan pipa yang mempunyai ukuran pipa terbesar dalam jaringan pipa distribusi. Pipa ini dirancangan untuk memenuhi ketahanan dalam menjangkau kebutuhan pelayanan konsumen hingga 10-20 tahun kedepannya, hal tersebut menjadikan jenis pipa ini tidak diperbolehkan untuk disadap langsung oleh pipa service atau pipa langsung mengalirkan air ke rumah-rumah.

b. Pipa sekunder atau pipa retikulasi

Pipa sekunder atau retikulasi ini merupakan pipa penghubung antara pipa induk dengan pipa yan berada pada tingkatan dibawahnya. Pada system jaringan pipa distribusi yang besar pipa retikulasi dapat terhubung langsung ke pipa service serta pipa yang melayani langsung ke rumah-rumah.

c. Pipa service

Pipa service berfungsi menghubungkan dari pipa retikulasi langsung ke rumah- rumah. Pada pipa retikulasi dihubungkan dengan pipa service dengan menggunakan clamp saddle. Diameter pipa jenis ini adalah 17 terkecil dari pipa jenis lain. Pipa service umumnya dirancang untuk melayani kebutuhan air 1-2 tahun kedepan (Dharmasetiawan Martin, 2001)

(34)

22 2.7.2 Sistem Bercabang

Gambar 2.2. Sistem Distribusi Pipa Bercabang

Sistem ini memiliki kerugian dalam segi teknis yaitu bila terjadi kerusakan pada salah satu pipa, maka pipa-pipa yang berada dibawah percabangannya akan berhenti bila pipa yang bocor diperbaiki.

Keuntungannya adalah dari segi perhitungan lebih mudah, lebih ekonomis, dan lebih mudah dilaksanakan.

2.7.3 System Berbingkai (Ring)

Sistem ini memiliki pipa induk yang dibuat melingkar. System ini diuntungkan pada saat dilakukan perbaikan akibat kebocoran maka distribusi air tetap berjalan dengan baik.

Kerugiannya adalah dalam pelaksanaanya sedikit rumit untuk dilakukan, kemudian tidak ekonomis untuk perumahan yang cukup besar karena dapat harus banyak menggunakan pipa dan sambungan.

Gambar 2.3. Sistem Distribusi Pipa Berbingkai

(35)

23 2.7.4 System Petak (Grid)

Gambar 2.4. Sistem Distribusi Pipa Petak (Grid)

Pada system ini distribusi jaringan pipa disetiap ujung cabang disambung satu sama lainnya, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya aliran yang tertutup pada pipa atau staguasi.

2.8 Langkah – langkah Perhitungan Evaluasi Jaringan Pipa Distribusi 2.8.1 Perhitungan Hidrolis

Perhitungan hidrolis untuk kehilangan tinggi tekan (Head Loss) akibat gesekan (Hgs) menggunakan persamaan Manning-Gauckler-Strickler, yaitu : Hgs = 2

2 3/4

Hgs = 2.. .43/4 3/4

v = Q / A = 4 2

v2 = 16 2 2 2 4

Hgs = 16 243/4 2 2 3/4 4

Hgs = 101,61 * Q

n karena, Hgs = K . Q n

2 2 16/3

Maka K = 101,61

2 2 16/3

Dimana :

I = Panjang Pipa

Kst = Koefisien kekasaran saluran

(36)

24 d = Diameter pengaliran

Kst = 1/n, dimana n merupakan konstanta numeric 2.8.2 Dimensi Pipa

Dimensi perencanaan suatu jaringan pupa distribusi, pendimensian pipa sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan didalam suatu perencanaan. Rumus yang dipergunakan adalah :

Q = v.A

A = ¼. . 2

D =

Dimana :

Q = Debit pengaliran ( m3 detik ) v = Kecepatan pengaliran (m/detik) A = Luas penampang (m)

d = Diameter (mm)

2.8.3 Debit Penyadapan

Debit penyadapan untuk satu sambungan rumah atau fasilitas umum per detiknya dapat dihitung dengan cara :

Debit penyadapan 1 sambungan rumah atau 1 fasilitas umum :

= / /

/

2.8.4 Fluktuasi Pemakaian Air

Fluktuasi pemakaian air adalah penggunaan air oleh konsumen dari waktu ke waktu dalam skala jam, hari, minggu, bulan maupun dari tahun ke tahun yang hampir sama secara terus menerus. Sesuai dengan keperluan perencanaan sistem yang penyediaan air bersih maka terdapat 2 pengertian yang ada kaitannya dengan fluktuasi pelayanan air, yaitu :

2.8.4.1 Fluktuasi kebutuhan air pada hari maksimum ( Fhari maks = 1.25 ) Kebutuhan air pada hari maksimum = Keb.Air x Fhari maks

(37)

25 2.8.4.2 Fluktuasi kebutuhan air pada jam maksimum (Fjam maks =

2.5 ) Kebutuhan air pada jam maksimum = Keb.Air x Fjam maks

2.8.5 Perhitungan Volume Reservoir

Perhitungan volume reservoir ini digunakan untuk mengetahui persen tiap jam pemakaian air sehingga dapat ditentukan berapa volume reservoir dengan cara sebagai berikut :

Produksi Air Kumulatif = 3600

1000

Pemakaian Air = Produksi Air x 24 x % pemakaian air Pemakaian Kumulatif = Pemakaian Air + Pemakaian Air Selanjutnya Sisa Air = Produksi Kumulatif – Pemakaian Air Volume Reservior = Jumlah sisa air terbesar – Jumlah sisa

air tercukupi

2.8.6 Perhitungan Hilang Tinggi Tekanan

Tekanan terhadap aliran dalam pipa yang menyebabkan hilang tinggi tekanan, tidak hanya disebabkan oleh panjang pipa akan tetapi juga oleh perlengkapan pipa seperti lengkung dan katup yang menyerap energi dengan menimbulkan turbulensi yang relatif besar. Persoalan aliran dalam pipa hanya mencakup masalah pipa yang penuh dialiri cairan. Hilang tinggi tekanan di klasifikasikan sebagai berikut :

2.8.6.1 Hilang Tinggi Tekanan Besar

Dalam aliran pipa, hilang tinggi tekanan besar terutama adalah hilang tinggi tekanan akibat gesekan dan dinyatakan dengan Hgs.

2.8.6.1.1 Persamaan Dary – Weisbach Hgs = λ ..22

Dimana :

Hgs = Hilang tinggi tekanan karena gesekan (m) λ = Koefisien gesekan Darcy (faktor gesekan)

= Panjang pipa (m)

v = Kecepatan aliran (m/det) d = Diameter pipa (m)

(38)

26 g = Percepatan karena gaya tarik bumi (m/s)

(Sumber : Hidrolika I Edisi Pertama)

2.8.6.1.2 Persamaan Hazen William

Persamaan Hazen William yang paling umum dipakai. Persamaan ini lebih cocok untuk menghitung kehilangan tekanan untuk pipa dengan diameter lebih besar yaitu diatas 100mm. Selain itu rumus ini sering dipakai karena mudah digunakan.

Persamaan Hazen William secara empiris menyatakan bahwa debit yang mengalir didalam pipa adalah sebanding dengan diameter pipa dan kemiringan hidrolis (S) dinyatakan sebagai kehilangan tekanan (ℎ ) dibagi dengan panjang pipa (L) atau S = (ℎ /L). Disamping itu ada faktor C yang menggambarkan kondisi fisik dari pipa seperti kehalusan dinding dalam pipa yang menggambarkan jenis pipa dan umur. Secara umum rumus Hazen William adalah sebagai berikut :

Q = 0,2785.C.d2,63 . S 0,54 Dimana :

S = (ℎ /L)

L = Panjang pipa dari 1 ke 2

Apabila kehilangan tekanan atau hL yang akan dihitung, Maka :

L = (Q/0,2785.C. d2,63 . S 0,54 )1,85. L

C = Koefisien Hazen William

Tabel 2.3 Koefisien Hazen William

No Jenis Pipa Nilai C

1 Asbes Cement 120

2 Poly Vinyl Chloride (PVC) 120-140

(39)

27 3 High Density Poly Ethylene

(HDPE)

130

4 Medium Density Poly Ethylene (MDPE)

130

5 Ductile Cast Iron Pipe (CIP) 110 6 Besi Tuang Cast Iron (CIP) 110 7 Galvanized Cast Iron (GIP) 110

8 Steel Pipe (Pipa Baja) 110

Dalam suatu pipa hilang tinggi tekanan sering diabaikan karena tidak menyebabkan kesalahan yang terlalu banyak pada perhitungan.

Persamaan dasar untuk menghitung hilang tinggi tekanan kecil adalah:

hL = C - Dimana :

hL = Hilang tinggi tekanan kecil (m) C = Koefisien hilang tinggi tekanan v = Kecepatan aliran fluida ( m/dt2 ) g = Gravitasi (m/dt)

(Sumber Ir.Martin Dharma sctiawan, Msc)

2.8.6.2 Hilang Tinggi Tekanan Kecil

Hilang tinggi tekanan kecil disebabkan oleh : Pembesaran tiba-tiba dan penyempitan tiba-tiba

hL = C.1 -

Nilai C untuk pembesaran tiba-tiba adalah 1,0 – 1,2 sedangkan nilai C untuk penyempita tiba-tiba adalah 0,4 – 0,5.

Keterangan :

A1 = Luas pipa awal ( 2) A2 = Luas pipa akhir ( 2) Perubahan arah/tikungan pipa

(40)

28 Tabel 2.4 Harga Untuk Tikungan Pipa

Dinding A

15˚ 30˚ 45˚ 60˚ 90˚

Halus 0,042 0,130 0,236 0,471 1,129 Kasar 0,062 0,165 0,320 0,684 1,265

Sumber : PEDC,(1982) Pipa Bercabang

Koefisien hiang tinggi tekanankarena percabangan dengan sudut tajam dan diameter tajam d = da.

Tabel 2.5Harga Untuk Pipa Bercabang A

90˚ 45˚

0 0,95 0,04 0,09 -0,04

0,2 0,88 -0,08 0,68 -0,06

0,4 0,89 -0,05 0,50 -0,04

0,6 0,95 0,07 0,38 0,07

0,8 1,10 0,21 0,35 0,20

1 1,28 0,35 0,48 0,33

Sumber : PEDC,(1982)

Untuk sistem jaringan melingkar, dalam menentukan hilang tinggi tekanan dapat menggunakan cara Hardy Cross yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu :

1. Menghitung hilang tinggi tekanan (Hgs) di tiap pipa dengan menggunakan persamaan :

Hgs = K x Q 2 K = 101,61 .

2 2 16/3

Dimana :

K = Koefisien hilang tekanan Q = Debit pengaliran ( m3/det ) l = Panjang pipa (m)

d = Diameter pipa (m)

(41)

29 2. Membagi jaringan menjadi beberapa keliling pipa tertutup

sehingga tiap pipa termasuk dalam sedikitnya satu keliling.

3. Hitung jumlah aljabar dari hilang tinggi tekanan dalam tiap keliling

∑ dengan mengambil konvensi tanda yang baik. Hanya jika pembagian aliran yang dimisalkan itu kebetulan benar, ∑ tidak sama dengan nol maka debit yang dimisalkan tersebut harus dikoreksi kembali.

4. Perbaiki debit dengan menggunakan koreksi ∆ yang diperoleh sebagai berikut :

Q = Q0 + ∆ Dimana :

∆ = Koreksi debit

Sehingga Hgs = K. Q2 = K (Q0 + ∆ )

Untuk keliling pipa yang tertutup maka ∆ adalah sebagai berikut :

∆ = − Σ . 02 2Σ . 0

5. Ulangi terus sampai koreksi debitnya menjadi kecil atau mendekati nol.

(Sumber : Sumber Daya Air Edisi Ketiga Jilid I)

(42)

30 2.9 Aplikasi Epanet 2.0 dalam Analisis Jaringan Distribusi Air Bersih

2.9.1 Umum

Dalam melakukan analisa jaringan perpipaan distribusi air bersih, dibutuhkan perangkat bantuan untuk mempermudah dalam melakukan analisa. Perangkat yang biasa digunakan seperti program Epanet 2.0, WaterCad 8.0, dan pipe Flow Expert 2010.

Namun, diantara software-software tersebut, software Epanet yang paling mudah digunakan karena tidak memerlukan spesifikasi komputer yang tinggi (Al Amin, 2011).

Epanet adalah suatu perangkat lunak yang dikembangkan oleh Divisi Riset Air Minum dari EPA (Environmental Protection Agency) Amerika Serikat yang mensimulasikan pemodelan hidraulik dan kualitas air pada suatu sistem jaringan distribusi. Jaringan distribusi terdiri dari titik/node/junction pipa, pompa, katup dan reservoir. Didalam permodelan jaringan distribusi air, langkah pertama dimasukkan data-data tersebut diatas kemudian kondisi diawalnya, estimasi penggunaan air dan suatu set sitem pengoperasian distribusi air yang diinginkan. Selanjutnya program Epanet akan memprediksi arah dan debit aliran di tiap pipa, tekanan di tiap node, tinggi air di dalam tangki dan konsentrasi bahan kimia di sepanjang jaringan selam periode simulasi dilakukan.

Menurut Ramana, sudheer dan Rajasekhar (2015), keunggulan dari penggunaan software Epanet 2.0 untuk analisa jaringan distribusi adalah laju aliran dalam jaringan diperoleh dengan metode linear dan kehilangan tekanan akibat gesekan dihitung dengan menggunakan rumus Darcy-Weisbach atau Manning. Selain itu Software ini juga memiliki kemampuan dalam mempertimbangkan minor loses, dapat menduplikasi tuntutan yang bervariasi dari waktu ke waktu, serta dapat menangani pola permintaam yang berbeda disetiap node.

2.9.2 Kegunaan Program EPANET 2.0

Adapun kegunaan progam EPANET yaitu :

1.

Didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang ada dalam air pipa distribusi.

2.

Didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang ada dalam air pipa distribusi.

3.

Dapat membantu menentukan alternatif strategis managemen dan sistem jaringan pipa distribusi air bersih seperti:

(43)

31 a. Sebagai penentuan alternatif sumber / instalasi, apabila terdapat banyak

sumber / instalasi.

b. Sebagai simulasi dalam menentukan alternatif pengoperasian pompa dalam melakukan pengisian reservoir maupun injeksi ke sistem distribusi.

c. Digunakan sebagai pusat treatment seperti dimana dilakukan proses khlorinasi, baik diinstalasi maupun dalam sistem jaringan.

d. Dapat digunakan sebagai penentuan prioritas terhadap pipa yang akan dibersihkan/ diganti.

Epanet merupakan analisis hidrolis yang terdiri dari:

1. Analisis ini tidak dibatasi oleh letak lokasi jaringan.

2. Kehilangan tekanan akibat gesekan (friction) dihitung dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams, Darcy-Weisbach atau Chezy- Manning formula.

3. Disamping mayor losses, minor losses (kehilangan Tekanan di bend, elbow, fitting) dapat dihitung.

4. Model konstanta atau variabel kecepatan pompa.

5. Perhitungan energi dan biaya pompa.

6. Berbagai tipe model valve yang dilengkapi dengan shut off, check.

Pressure regulating dan valve yang dilengkapi dengan kontrol kecepatan.

7. Reservoir dalam berbagai bentuk dan ukuran..

8. Faktor fluktuasi pemakaian air.

9. Sebagai dasar operating system untuk mengontrol level air di reservoir dan waktu.

Epanet juga memberikan analisa kualitas air:

1. Model pergerakan unsur material non reaktif yang melalui jaringan tiap saat.

2. Model perubahan material reaktif dalam proses desinfektan dan sisa khlor.

3. Model unsur air yang mengalir dalam jaringan.

4. Model reaksi kimia sebagai akibat pergerakan air dan dinding pipa.

2.9.3 Input Data dalam EPANET 2.0

Data data yang dibutuhkan dalam Epanet 2.0 sangat penting sekali dalam proses analisa, evaluasi dan simulasi jaringan air bersih berbasis epanet. Input data yang dibutuhkan adalah:

(44)

32 1. Peta Jaringan

2. Node/junction/titik dari komponen distribusi 3. Elevasi

4. Panjang Pipa Distribusi 5. Diameter dalam Pipa 6. Jenis pipa yang digunakan 7. Umur Pipa

8. Jenis Sumber (mata air, sumur bor, IPAM, dan lain lain) 9. Spesifikasi Pompa (bila menggunakan pompa)

10. Bentuk dan ukuran Reservoir.

11. Beban masing – masing node (besarnya tapping) 12. Faktor fluktuasi pemakaian air.

13. Konsentrasi khlor di sumber.

Output yang dihasilkan diantaranya adalah : 1. Hidrolik head masing – masing titik

2. Tekanan dan kualitas air ( Epanet 2.0 Users Manuals )

Dalam menghitung kehilangan tekanan pada aplikasi ini menggunakan rumus Hazen-William. Secara umum rumus Hazen-William adalah sebagai berikut:

hL =

, . . .

dimana :

C = Koefisien Hazen-William. Untuk pipa Poly Vinyl Chloride (PVC) nilai C adalah 130

d = Diameter pipa dalam (m) S = Kemiringan lahan

hL = Headloss mayor (m) L = Panjang pipa (m)

(45)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan, jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif yang bertujuan untuk menemukan fakta yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3.2 Lokasi Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan PDAM Tirta Deli IPA STM Hilir dan wilayah pelayanan PDAM Tirta Deli Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Terlihat batas wilayah penelitian pada Gambar 3.1 .

Gambar 3.1 Peta Wilayah STM Hilir 3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah parameter yang akan dikaji didalam melakukan penelitian. Adapun variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain tekanan air dan debit air pada jaringan distribusi.

(46)

35 3.4 Data dan Sumber Data

Bentuk data-data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak – pihak terkait. Data tersebut meliputi :

 Jaringan pipa distribusi eksisting lengkap dengan aksesoris – aksesoris perpipaan.

 Elevasi seluruh sistem penyediaan air minum Kecamatan STM Hilir

 Data Fasilitas umum 3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data dari instansi terkait. Data tersebut meliputi antara lain :

a) PDAM Tirta Deli

a. Data Jaringan Perpipaan Kecamatan STM Hilir b. Data Pelanggan Kecamatan STM Hilir

c. Data Fluktuasi penggunaan air bersih di Kecamatan STM Hilir d. Business Plan PDAM Tirta Deli

b) Dinas Perumahan & Kawasan Pemukiman a. RISPAM Terbaru

c) Balai Pusat Statistik

a. Data Kependudukan 5 tahun terakhir di Kecamatan STM Hilir b. Data Fasilitas umum di Kecamatan STM Hilir

d) Sumber lain

a. Peta Rupa Bumi Indonesia b. Peta Google Maps

c. Refereni

d. Peraturan terkait 3.5 Teknik Pengolahan Data

Data-data yang dikumpulkan yaitu data topografi, peta jaringan eksisting, jumlah penduduk, kapasitas dan sumber eksisting. Data-data tersebut diolah sehingga bisa didapatkan hasil yang nantinya bisa di proyeksikan menggunakan program Epanet 2.0

(47)

36 3.6 Metode dan Tahap Penelitian

Penelitian Evaluasi sistem perpipaan distribusi air bersih di kecamatan STM Hilir menggunakan Software Epanet 2.0 ini dilakukan dengan analisis deskriptif dan kuantitatif. Data yang digunakan pada analisis ini adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi pemerintahan yang bersinggungan. Penelitian ini dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu; tahap studi literatur, pengumpulan data sekunder, analisis data dan tahap penyusunan laporan. Adapun paparan mengenai tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap studi literatur

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan sumber literatur seperti buku, jurnal, maupun sumber referensi lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian untuk dipelajari.

Luaran dari tahap ini adalah gambaran awal mengenai penelitian yang akan dilakukan.

2. Tahap pengumpulan data sekunder

Pada tahap ini dilakukan pengambilan data penelitian berupa,Data jumlah penduduk, Peta Kecamatan STM Hilir, Peta jaringan pipa induk, data pengolahan eksisting dan data densitas jaringan.

3. Tahap analisis data

Pada tahap ini dilakukan analisis berdasarkan data sekunder yang sudah diperoleh.

Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan Data jumlah penduduk dan Peta Kecamatan STM Hilir dari BPS Kecamatan STM Hilir

b. Mengumpulkan Peta jaringan induk, data pengolahan eksisting dan data densitas jaringan dari PDAM Tirta Deli

c. Melakukan analisis Evaluasi sistem perpipaan distribusi air bersih di kecamatan STM Hilir menggunakan Software Epanet 2.0

d. Mengolah hasil evaluasi sistem jaringan distribusi air bersih di kecamatan STM Hilir dengan Software Epanet 2.0 untuk mendapatkan hasil sisa tekanan air bersih di ujung jaringan SPAM STM Hilir.

4. Tahap penyusunan laporan

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian. Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan dan pemberian saran atau rekomendasi terhadap hasil penelitian yang sudah dilakukan. Data-data dan hasil penelitian disusun untuk kemudian dijadikan satu laporan hasil penelitian.

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Perencanaan Air Bersih Berdasarkan SNI Tahun 1997
Gambar 2.2. Sistem Distribusi Pipa Bercabang
Tabel 2.3 Koefisien Hazen William
Tabel 2.5 Harga Untuk Pipa Bercabang  A  90˚  45˚  0  0,95  0,04  0,09  -0,04  0,2  0,88  -0,08  0,68  -0,06  0,4  0,89  -0,05  0,50  -0,04  0,6  0,95  0,07  0,38  0,07  0,8  1,10  0,21  0,35  0,20  1  1,28  0,35  0,48  0,33  Sumber : PEDC,(1982)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cindekna, kamampuh nulis biografi singget siswa kelas VII-C SMPN 45 Bandung dumasar kana hasil tés saméméh jeung sabada ngagunakeun média movie maker kaasup

Untuk kriteria hasil dibagi menjadi beberapa subkriteria. Subktriteria pertama adalah hasil pelayanan kesehatan dan proses. Subkriteria ini mendapatkan skor 90 dari 120 skor

Hasil uji normalitas terhadap kelompok kontrol diperoleh harga kai kuadrat sebesar 14.029 pada p=0.511 (p&gt;0.05), sedangkan hasil uji normalitas terhadap kelompok

Berdasarkan hasil penelitian tingkat demensia sebelum dilakukan senam otak (brain gym) didapatkan bahwa dari hasil pretest kedua kelompok dapat di ketahui bahwa

• Terbentuknya Global Satellite Laboratory/research center di Universitas pengusul yang diakui menjadi bagian dari mitra WCP ( World Class Professor ). • Wajib menghasilkan

Saring dan tampung filtratnya (filtrat 2 dan residu 2), hingga seterusnya dilakukan dengan metode yang sama secara berulang sampai pada filtrate tidak lagi

Faktor yang mempengaruhi efektifitas ekstraksi dengan teknik emulsi membran cair antara lain lama waktu ekstraksi, pebandingan volume fasa membran dan fasa internal,

Alat Bantu Perakitan Pesawat Udara ( Fixture) Aircraft Tools Jig and 216 2. Instalasi Hidrolik dan Pneumatik Pesawat Udara Hydraulic and Pneumatic Installation) (Aircraft 2163.