• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Teori Pembelajaran kognitif (Cognitive Theories of Learning)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Teori Pembelajaran kognitif (Cognitive Theories of Learning)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Teori Pembelajaran kognitif (Cognitive Theories of Learning)

Teori pembelajaran kognitif di kemukakan oleh (Dahar, 1988) , teori ini mendasari pemikiran bahwa sesungguhnya proses belajar tidak cukup hanya diterapkan pada hubungan stimulasi dan respon (S-R) serta pemberian penguatan atau reinforcement seperti yang diuraikan dalam teori pembelajaran perilaku atau Bihavioral Theories of Learning, namun juga berkaitan dengan hubungan logis dan rasional yang melibatkan proses perolehan atau perubahan dari dalam (insight), pandangan (outlook), harapan-harapan atau pola-pola berfikir (Gestalt- field (Ratna Wilis Dahar, 1988: 24).

Teori kognitif lebih menekan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktifitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifar relatif dan berbekas.

Teori kognitif mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan sekitar individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Dalam pembelajaran

(2)

2. Teori Deterrence (Deterrence Theory)

Deterrence theory merupakan salah satu teori yang terkait dengan kepatuhan wajib pajak. Teori ini didasarkan pada paradigma manfaat. Teori ini menggambarkan suatu model yang memperhitungkan biaya dan manfaat potensial yang akan diperoleh dari suatu tindakan yang dipilih. Sanksi legal merupakan kerugian potensial yang timbul akibat dari tindakan illegal yang telah dilakukan.

Persepsi seseorang terhadap kepastian hukum akan mempengaruhi komitmennya terhadap tindakan illegal. Seseorang akan berusaha untuk menghindari segala bentuk kerugian potensial akibat tindakan melanggar aturan.

Secara rasional, setiap wajib pajak akan memilih dan berusaha melakukan pembayaran pajak seminimal mungkin dengan tingkat rasio (sanksi) yang rendah.

Menurut Becker (1968), besarnya optimalitas sanksi dapat ditentukan dengan rasionalitas masing-masing individu yang terlibat didalamnya guna memaksimalkan fungsi utilitas. Apabila biaya yang diperlukan untuk melakukan pelanggaran lebih kecil dari manfaat yang diperoleh, maka wajib pajak cenderung melanggar. Sebaliknya jika biaya yang diperlukan lebih besar dari manfaat yang diperoleh, maka wajib pajak cenderung menghindari pelanggaran.

3. Kepatuhan Wajib Pajak

a. Pengertian Kepatuhan Wajib pajak

Pajak menurut Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007 (www.pajak.co.id) tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara

(3)

langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan definisinya, ciri-ciri pajak antara lain: (1) pajak dipungut berdasarkan undang-undang, (2) Tidak mendapatkan jasa timbal balik ( kontraprestasi perseorangan) yang dapat ditunjukkan secara langsung, (3) Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan, (4) Pemungutan pajak dapat dipaksakan, (5) Berfungsi mengisi anggaran (budgeter) dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan Negara dalam bidang ekonomi dan sosial (regulasi).

Berdasarkan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan No. 2, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Ada dua macam kepatuhan pajak, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua ketentuan

(4)

material perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang perpajakan.

Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir.

Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela. Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut sistem Self Asessment di mana dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melapor kewajibannya.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000. kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang

perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir

d. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada

(5)

pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.

e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh dua jenis faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri Wajib Pajak sendiri dan berhubungan dengan karakteristik individu yang menjadi pemicu dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak adalah faktor pendidikan, faktor kesadaran keberagaman, faktor kesadaran perpajakan, faktor pemahaman terhadap undang-undang dan peraturan perpajakan dan faktor rasional. Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri Wajib Pajak, seperti situasi dan lingkungan di sekitar Wajib Pajak. Hasil penelitian Suyatmin (2004) menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak PBB.

b. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut Chaizi Nasucha dalam Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:

111) kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari:

1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri.

2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan.

3. Kepatuhan dalam menghitung dan membayar pajak terutang.

(6)

4. Kepatuhan dalam pelaporan dan pembayaran tunggakan.

Identifikasi indikator-indikator kepatuhan wajib pajak orang

pribadi tersebut sesuai dengan kewajiban pajak dalam self assessment system yaitu:

1. Mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak

Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak, dan dapat melalui eregister (media elektronik online) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Menghitung pajak oleh wajib pajak

Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajaknya, sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak (prepayment). Selisih antara pajak yang terutang dengan kredit pajak dapat berupa kurang bayar, lebih bayar atau nihil.

3. Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak

a. Membayar pajak yaitu melakukan pembayaran pajak tepat waktu sesuai jenis pajak, misal: angsuran PPh 25 dilakukan setiap bulan oleh wajib pajak sendiri, PPh 29 pelunasan pada akhir tahun dan sebagainya.

(7)

b. Pelaksanaan pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP2KP terdekat atau e-payment.

4. Pelaporan dilakukan wajib pajak

Pelaporan yang dimaksud adalah pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT), dimana SPT tersebut berfungsi sebagai sarana bagi wajib pajak di dalam melaporakan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, untuk melaporkan pembayaran dan pelunasan pajak, baik yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, serta melaporkan harta dan kewajiban wajib pajak (Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, 2006: 83- 84).

4. Pemahaman Peraturan Perpajakan a. Pengertian Peraturan Perpajakan

Pemahaman wajib pajak adalah pemahaman wajib pajak terhadap sistem pemungutan pajak yang ada di Indonesia dan segala macam peraturan perpajakan yang berlaku. Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah sistem self assessment yang merupakan sistem yang mempercayakan sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung, membayarkan, dan melaporkan sendiri besar nya pajak yang terutang. Di dalam sistem pemungutan pajak seperti ini tentu diperlukan berbagai macam peraturan yang digunakan sebagai alat kontrol dan pemahaman wajib pajak terhadap peraturan ini juga berpengaruh terhadap sukses atau tidaknya penerapan sistem pemungutan self assessement ini.

(8)

Menurut hasil penelitian Ardianto (2012) menyatakan pemahaman self assessment sistem berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi, begitu juga dengan hasil penelitian Syahril (2013) yang menyatakan tingkat pemahaman wajib pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

b. Indikator Pemahaman Peraturan Perpajakan

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010: 141) terdapat beberapa indikator wajib pajak dalam mengetahui dan memahami peraturan perpajakan, yaitu:

1. Pengetahuan mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sudah diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1983 yang kemudian mengalami beberapa perubahan atau penyempurnaan yang menghasilkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang. Perlu diadakan pembaharuan sistem perpajakan yang berlaku dengan sistem yang memberikan kepercayaan kepada subjek pajak untuk melaksanakan kewajiban serta memenuhi haknya di bidang perpajakan, sehingga dapat mewujudkan perluasan dan peningkatan kesadaran kewajiban perpajakan serta meratakan pendapatan masyarakat. Isi dari ketentuan umum dan tata cara perpajakan tersebut antara lain mengenai hak dan kewajiban wajib pajak, Surat Pemberitahuan (SPT), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), tata cara pembayaran pajak, dan pemungutan serta pelaporan pajak.

(9)

2. Pengetahuan mengenai sistem perpajakan di Indonesia.

Saat ini, Indonesia menganut sistem self assessment dalam pemungutan pajaknya. Artinya, wajib pajak diberikan keleluasaan untuk mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya (pajak.go.id). Menurut Valentina Sri (2006: 9) self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang penuh kepada wajib pajak untuk menghitung dan melaporkan jumlah harta kekayaan dan pajakterutang ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan menyetorkan pembayaran sendiri pajaknya ke Kantor Kas Negara.

Tujuan utama melalui adanya sistem self assessment adalah kepatuhan sukarela dari wajib pajak untuk jujur melaporkan usahanya.

3. Pengetahuan mengenai fungsi perpajakan a. Fungsi penerimaan (budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah (Waluyo, 2011: 6).

Dengan demikian fungsi pajak adalah sebagai sumber pendapatan Negara, yang bertujuan agar posisi anggaran pendapatan dan pengeluaran mengalami keseimbangan

b. Fungsi mengatur (regular)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi (Waluyo, 2011: 6). Fungsi ini mempunyai pengertian bahwa pajak dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan tertentu (pajak.go.id).

(10)

5. Kualitas Pelayanan

a. Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan pajak merupakan salah satu hal yang meningkatkan minat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan diharapkan petugas pelayanan pajak harus memiliki kompetensi yang baik terkait segala hal yang berhubungan dengan perpajakan di Indonesia. Dengan semakin meningkatnya kualitas pelayanan pajak oleh instansi pemerintah diharapkan semakin membuat wajib pajak mengerti betapa pentingnya membayarkan pajak demi pembangunan negara. Ada beberapa dampak yang ditimbulkan akibat kasus kesalahan petugas pelayanan pajak, menurut pengamat perpajakan Kodrat Wibowo (www.solopos.com) masyarakat menjadi malas membayarkan pajak dikarenakan kasus perpajakan yang melibatkan pegawai Ditjen Pajak Gayus Tambunan telah membuat masyarakan berpikir bahwa uang hasil pajak rawan disalahgunakan.

Menurut Rustiyaningsih (2011) kualitas pelayanan yang baik kepada wajib pajak akan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, demikian juga sebaliknya dan menurut Chotimah (2007) dalam Rustiyaningsih (2011) membuktikan terdapat pengaruh positif signifikan pelayanan informasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Dengan demikian, kualitas yang dimaksud adalah kondisi yang menghasillkan (Supadmi, 2009) :

(11)

1. Produk yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.

2. Jasa yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.

3. Suatu proses yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.

4. Lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.

b. Indikator Kualitas Pelayanan

Yeyen Rumi Nuroctaviani (2012) mengemukakan 5 (lima) dimensi kualitas jasa yaitu:

1. Keandalan (Reliability)

Keandalan merupakan kemampuan untuk memberikan jasa seperti yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya sesuai yang diharapkan pelanggan yang tercermin dari ketepatan waktu, layanan yang sama untuk semua orang dan tanpa kesalahan.

2. Ketanggapan (Responsiveness)

Daya tanggap adalah kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada pengguna. Dimensi ini menekankan pada perhatian, kecepatan, dan ketepatan dalam menghadapi permintaan, pertanyaan, complain dan masalah dari pengguna layanan. Daya tanggap dikomunikasikan pada konsumen melalui waktu tunggu untuk dilayani, jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan atau perhatian mereka terhadap masalah-masalah yang ada, juga meliputi fleksibilitas dan kemampuan untuk melayani kebutuhan pelanggan.

3. Jaminan (Assurance)

Jaminan adalah pengetahuan karyawan dan kesopanan/keramahannya, kemampuan perusahaan serta karyawannya untuk menumbuhkan rasa percaya

(12)

pelanggan kepada perusahaan, yang mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya risiko atau keragu-raguan.

4. Empati (Emphaty)

Empati merupakan perhatian tulus, caring (kepedulian), yang diberikan kepada pelanggan yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan.

Pelanggan ingin perusahaan memahami mereka dan sangat penting bagi perusahaan mereka.

5. Bukti Langsung (Tangible)

Bukti langsung, didefinisikan sebagai penampilan fasilitas fisik, peralatan, personal, dan alat komunikasi. Semua peralatan tersebut mewakili pelayanan secara fisik atau memberikan image pelayanan yang akan digunakan oleh penguna untuk mengevaluasi kualitas.

6. Sanksi Pajak

a. Pengertian Sanksi Pajak

Sanksi pajak merupakan alat kontrol yang mengontrol agar wajib pajak tetap memenuhi kewajiban perpajakannya dikarenakan dengan adanya kerugian yang akan didapat oleh wajib pajak apabila tidak membayarkan pajak yang secara otomatis akan membuat wajib pajak harus berpikir apabila tidak ingin memenuhi kewajiban perpajakannya. Menurut Jatmiko (2006) wajib pajak akan memenuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi pajak akan lebih merugikannya dan oleh karena itu diduga pelaksanaan sanksi pajak yang tegas merupakan salah satu

(13)

alasan masyarakat patuh membayarkan pajak. Menurut Jotopurnomo dan Mangoting (2013) sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Surabaya, begitu juga menurut Najib (2013) yang menyatakan pelaksanaan sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum pajak. Dalam undang- undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. sanksi administrasi dapat berupa bunga, denda, dan kenaikan.

Menurut lubis (2010) ada pula sanksi-sanksi perpajakan bagi wajib pajak orang pribadi yaitu sebagai berikut:

1. Rp 100.000 apabila surat pemberitahuan (SPT) masa tidak di sampaikan atau di sampaikan tidak sesuai dengan batas waktu. Misalnya paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.

2. Sanksi bunga untuk Pajak Penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi, yaitu sebesar 2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan atas jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

3. Sanksi pidana bagi wajib pajak orang pribadi yang karena kealpaannya.

Sanksi perpajakan di berikan kepada wajib pajak agar wajib pajak mempunyai kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak. Sanksi perpajakan dalam Undang- Undang dapat berupa sanksi administrasi (denda dan bunga) dan sanksi pidana.

(14)

b. Indikator Sanksi Pajak

Menurut M. Zain (2008) sebagaimana dikutip dalam penelitian Suryo Wibowo Pusponegoro (2013) persepsi wajib pajak atas sanksi perpajakan dapat diukur dengan:

1. Sanksi perpajakan yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat. Sanksi perpajakan yang cukup berat digunakan sebagai alat

pencegah agar wajib pajak tidak melanggar aturan-aturan perpajakan atau Undang-Undang yang telah ditetapkan sehingga tercipta kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pajaknya.

2. Pengenaan sanksi pajak yang cukup berat merupakan salah satu

sarana untuk mendidik wajib pajak. Pengenaan sanksi pajak yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk mendidik wajib pajak dimaksudkan agar wajib pajak yang dikenai sanksi akan menjadi lebih baik dan lebih mengetahui hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak sehingga tidak lagi melakukan kesalahan atau pelanggaran yang sama.

3. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.

Maksud dari sanksi pajak dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi adalah untuk menghukum wajib pajak yang dikenai sanksi tanpa toleransi atau keringanan sanksi atau hukuman apapun sehingga mereka akan menjadi jera dan tidak lagi melakukankesalahan atau pelanggaran yang sama.

7. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang di lakukan oleh Cindy Jotopurnomo dan Yenni Mangoting (2013) berdasarkan hasil analisis yang di lakukan bahwa menunjukkan kesadaran

(15)

wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus , sanksi perpajakan, dan lingkungan Wajib Pajak berada secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Karena sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia menuntut Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya sendiri yaitu mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melapor. Maka dari itu apabila Wajib kesadaran Wajib Pajak tinggi akan meningkatkan tingkat kepatuhan, apabila Wajib Pajak memahami fungsi pajak akan meningkatkan tingkat kepatuhan

Penelitian yang di lakukan oleh Randi Ilhamsyah, Maria G Wi Endang dan Rizky Yudhi Dewantara (2016) berdasarkan analisis yang di lakukan Pengetahuan dan Pemahaman Pajak Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan berpengaruh positif secara bersama-sama (simultan) dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Variabel Pemahaman Pajak Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan berpengaruh secara parsial terhadap variabel kepatuhan wajib pajak. Begitu juga dengan variabel Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak. Variabel Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh I Gede Putu Pranadata (2014) Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan bahwa pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sedangkan kualitas pelayanan perpajakan dan pelaksanaan sanksi pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Untuk variabel kualitas pelayanan

(16)

perpajakan merupakan variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Putu Rara Susmita dam Ni Luh Supadmi (2016) melakukan penelitian ini menunjukan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi Artinya, pengenaan hukuman kepada wajib pajak orang pribadi yang melanggar peraturan pajak berupa sanksi pajak apabila diterapkan secara tegas dapat menaikkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Penegakan sanksi pajak juga diharapkan dapat dilakukan dengan baik oleh aparat pajak dengan mematuhi undang-undang pajak dan pengenaan sanksi pajak terhadap wajib pajak orang pribadi dapat dikenakan secara adil sesuai dengan pelanggarannya sehingga dapat meningkatkan kepatuhan Wajib pajak Orang pribadi.

Penelitian yang di lakukan oleh Nurlis dan Islamiah Kamil (2015) berdasarkan analisis yang di lakukan penelitian ini menunjukan bahwa Kesadaran wajib pajak ,Pengetahuan , Denda Pajak dan Jasa Pajak memiliki dampak yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Wajib pajak untuk memenuhi dalam membayar kewajiban pajak mereka dalam upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak. penelitian ini direkomendasikan sejauh ivolvement variabel independen lain untuk menentukan variabel yang mempengaruhi pada Pemenuhan wajib pajak, memperkuat atau melemahkan variabel dependen, terutama hatinya tidak ke variabel Pemenuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan secara mandiri

(17)

Enni Savitri dan Musfialdy (2015) melakukan penelitian ini menunjukan bahwa ini menyatakan bahwa menyelidiki sosialisasi pajak efek, denda pajak, biaya kepatuhan pada kepatuhan wajib pajak dengan kualitas pelayanan sebagai variable mediasi. Kualitas pelayanan memilik peran mediasi penuh dalam hubungan antara kesadaran wajib pajak, denda pajak, biaya kepatuhan dan kepatuhan wajib pajak.

Redae Berhe Redae, Professor Shailinder Sekhon (Ph.D) (2015) melakukan penelitian ini menunjukan bahwa ini menyatakan perilaku pengetahuan dan kepatuhan pajak wajib pajak 'telah menerima perhatian besar sekitar Dunia. pengetahuan wajib pajak 'menunjukkan untuk mendapatkan tingkat kepatuhan pajak sukarela. Karena itu, pengetahuan dan kepatuhan perilaku wajib pajak pemahaman 'merupakan masalah penting bagi setiap pemerintah dan Pendapatan mengumpulkan otoritas terutama di lingkungan self-assessment.

Mariah Qibthiyyah Brainyyah (2015) melakukan penelitian ini menunjukan bahwa ini untuk mengetahui dan memastikan pengaruh keadilan yang dirasakan pajak, pengetahuan pajak, dan pajak kompleksitas variabel dependen yang kepatuhan pajak.

Dusa Sumartaya dan Atin Afidiah (2014) melakukan penelitian ini menunjukkan bahwa ini masyarakat harus membayar pajak dengan benar sesuai dengan hukum. Namun, dalam kenyataannya, banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pajak. Pemerintah berusaha meningkatkan dan melakukan pelayanan pajak sebanyak mungkin tapi masih ada banyak orang-orang bisnis yang menghindari kewajiban pajak.

(18)

Tabel 2.1

Peneliti Variable Hasil Penelitian Cindy Jotopurnomo

dan Yenny

Mangoting (2013)

Variable independen:

kesadaran wajib pajak, kualitas fiskus, sanksi perpajakan

Variable dependen:

kepatuhan wajib pajak

Hasil penelitian

menunjukkan kesadaran Wajib Pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, dan

lingkungan Wajib Pajak berada secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

kesadaran Wajib Pajak tinggi akan

meningkatkan tingkat kepatuhan, apabila Wajib Pajak memahami fungsi pajak akan meningkatkan tingkat kepatuhan

Randi Ilhamsyah, Maria G Wi Endang, Rizky Yudhi Dewantara (2016)

Variable independen:

Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan

perpajakan, kesadaran

perpajakan, kualitas perpajakan dan sanksi perpajakan

Variable dependen:

kepatuhanwajib pajak

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengetahuan dan Pemahaman Pajak Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan berpengaruh positif secara bersama-sama (simultan) dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Variabel Pemahaman Pajak Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan berpengaruh secara parsial terhadap variabel kepatuhan wajib pajak I Gede Putu

Pranadata (2014) Variable independen:

Pemahaman wajib

Hasil penelitian menunjukan bahwa variable pemahaman

(19)

pajak , perbandingan pelayanan perpajakan dan pelaksanaan sanksi pajak

Variable dependen:

Kepatuhan wajib pajak

wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Kualitas pelayanan pajak dan pelaksanaan sanks pajak berpengaruh secara signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak.

Untuk variable kualitas pelayanan perpajakan menggunakan variable bebas yang paling dominan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Putu Rara Susmita, Ni Luh Supadmi (2016)

Variable

independen: sanksi perpajakan

Variable dependen:

kepatuhan waijb pajak

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi Artinya, pengenaan hukuman kepada wajib pajak orang pribadi yang melanggar peraturan pajak berupa sanksi pajak apabila diterapkan secara tegas dapat menaikkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Penegakan sanksi pajak juga diharapkan dapat dilakukan dengan baik oleh aparat pajak dengan mematuhi undang-undang pajak dan pengenaan sanksi pajak terhadap wajib pajak orang pribadi dapat dikenakan secara adil sesuai dengan pelanggarannya

(20)

sehingga dapat meningkatkan

kepatuhan Wajib pajak Orang pribadi.

Nurlis, Islamiah

Kamil (2015) Variable independen:

Taxpayer awareness, knowledge and services tax

Variable dependen:

Tax compliance

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kesadaran wajib pajak , Pengetahuan , Denda Pajak dan Jasa Pajak memiliki dampak yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Wajib pajak untuk memenuhi dalam membayar kewajiban pajak mereka , dalam upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak

Enni Savitri,

Musfialdy (2015) Variable independen:

Socialization tax effects, tax

penalties, quality of service

Variable dependen:

Tax compliance

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa menyelidiki sosialisasi pajak efek, denda pajak, biaya kepatuhan pada kepatuhan wajib pajak dengan kualitas pelayanan sebagai variable mediasi.

Kualitas pelayanan memilik peran mediasi penuh dalam hubungan antara kesadaran wajib pajak, denda pajak, biaya kepatuhan dan kepatuhan wajib pajak Redae Berhe Redae,

Professor Shailinder Sekhon (Ph.D) (2015)

Variable dependen:

Taxpayers’

Knowledge and Tax Compliance

Variable independen : Tax compliance

Hasil penelitian ini perilaku pengetahuan dan kepatuhan pajak wajib pajak 'telah menerima perhatian besar sekitar Dunia. pengetahuan wajib pajak 'menunjukkan untuk mendapatkan tingkat kepatuhan pajak sukarela. Karena itu, pengetahuan dan kepatuhan perilaku wajib pajak pemahaman 'merupakan masalah penting bagi setiap pemerintah dan Pendapatan

(21)

terutama di lingkungan self- assessment.

Mariah Qibthiyyah

Brainyyah (2015) Variable dependen:

The effect of tax fairness, knowledge and tax complexity Variable

independen:

Tax compliance

Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

memastikan pengaruh keadilan yang dirasakan pajak,

pengetahuan pajak, dan pajak Kompleksitas variabel dependen yang kepatuhan pajak

Dusa Sumartaya ,

Atin Afidiah (2014) Variable dependen : The influence of taxpayer’s

awareness and tax morale toward tax evasion

Variable independen:

Tax compliance

Hasil penelitian ini bertujuan untuk Masyarakat harus membayar pajak dengan benar sesuai dengan hukum. Namun, dalam kenyataannya, banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pajak. Pemerintah berusaha meningkatkan dan melakukan pelayanan pajak sebanyak mungkin tapi masih ada banyak orang-orang bisnis yang menghindari kewajiban pajak.

Sumber: diringkas dari bebarapa jurnal B. RERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan teori yang telah diuraikan yaitu teori atribusi, teori kepatuhan wajib pajak dan teori-teori lainnya pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini. Pembahasan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Dinyatakan bahwa pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan merupakan penyebab internal yang dapat mempengaruhi

(22)

persepsi wajib pajak dalam membuat keputusan perilaku kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Masyarakat yang paham tentang perpajakan berarti wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak adanya kerugian dalam pemungutan pajak yang dilakukan dan tidak terdapat paksaan. Namun, pemahaman terhadap perpajakan seringkali diartikan salah oleh masyarakat, karena masyarakat merasa terbebani dengan adanya pengeluaran tambahan dalam hal membayar pajak. Jika masyarakat memiliki pandangan seperti ini, maka tingkat kepatuhan pajak akan sangat rendah dan membuat bangsa mengalami pendapatan yang turun dalam sektor perpajakan.

Wajib pajak dapat belajar melalui proses sebuah model pada individu wajib pajak tentang seberapa paham atas peraturan perpajakan dalam membantu wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan. Apabila wajib pajak telah memenuhi dalam peraturan perpajakan maka wajib pajak mempunyai kewajiban dalam menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak terutang. Penggunaan kewajiban perpajakan harus sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sehingga kewajiban perpajakan oleh wajib pajak dapat mempunyai pemahaman yang baik dan benar mengenai peraturan perpajakan. Nurlis (2010) dan Widayanti (2013) menunjukkan bahwa pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarakan hal tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

(23)

Ha1 : Pemahaman Peraturan Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

2. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kualitas pelayanan yaitu penyebab eksternal karena dilakukan oleh pihak aparat pajak sehingga dapat mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam melakukan sikap maupun tindakan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan. Wajib pajak dapat melakukan proses perhatian dan proses reproduksi motorik melalui pengamatan maupun pengalaman oleh aparat pajak dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak.

Kualitas pelayanan adalah seluruh pelayanan terbaik yang diberikan untuk tetap menjaga kepuasan bagi wajib pajak di kantor pelayanan pajak dan dilakukan berdasarkan undang-undang perpajakan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andriana (2011) dan Farid (2013) mendapatkan hasil bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan WP OP. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

Ha2 : Kualitas Pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

3. Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Sanksi pajak termasuk dalam penyebab eksternal karena adanya pengaruh persepsi wajib pajak dalam membuat penilaian mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

(24)

Berdasarkan teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar melalui proses pengalaman dan pengamatan dalam pemberian sanksi pajak oleh aparat pajak kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan.

Undang-undang di Indonesia menjelaskan bagaimana sanksi perpajakan diterapkan untuk menjaga agar wajib pajak tetap patuh dan mematuhi segala ketentuan perpajakan. Sanksi perpajakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sanksi pidana (penjara atau kurungan) dan sanksi administrasi (bunga, denda, dan kenaikan). Menurut Nugroho (2006), sanksi perpajakan yang diterapkan secara tegas oleh pemerintah akan membuat wajib pajak patuh karena mereka sadar akan adanya hukum perpajakan dan konsekuensi apabila melanggar hukum tersebut berupa kerugian secara material. Hasil penelitian Arabella (2013) mengungkapkan bahwa sanksi perpajakan yang dilaksanakan secara tegas berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak. Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

Ha3 : Sanksi Pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

Untuk membantu memahami pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen maka diperlukan suatu rerangka pemikiran.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan Wajib Pajak.

Berdasarkan telah pustaka dan penelitian terdahulu, variabel independen penelitian yaitu faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak adalah

(25)

pemahaman peraturan perpajakan, kualitas pajak dan sanksi pajak. Model dari kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut:

Rerangka Konseptual

Gambar 2.1

Ha1 Ha2

Ha3

C. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesis kausal merupakan hipotesis yang menyatakan ada pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya sebagai berikut :

Ha1 : Pemahaman Peraturan Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Ha2 : Kualitas Pelayanan Pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN

KUALITAS PELAYANAN PAJAK

SANKSI PAJAK

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG

PRIBADI

(26)

Ha3 : Sanksi Pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Selain data kuantitatif maka peneliti melengkapi data awal dengan hasil kualitatif dengan wawancara yakni diperoleh hasil bentuk perundungan yang terjadi di sekolah

2 Kendala kepala sekolah dalam membangun citra sekolah swasta menuju sekolah unggul berkompetitif di SMP Ar-Rohmah Putri Malang, antara lain; a adanya kendala terkait

Pengukuran waktu kerja dengan analisis regresi linier sederhana menggunakan data seluruh proses operasi dari persiapan awal hingga finishing di kaitkan dengan jumlah

Pengujian dilakukan pada 5 spesimen dan setiap spesimen di tekan pada 5 titik yang berbeda, yaitu pada bagian atas, tengah, bawah. Pada uji kekerasan kali ini menggunakan gaya

Udara lingkungan kerja yang bercampur debu akan terhirup ke dalam saluran pernapasan dan sebagian akan tinggal di dalam paru sehingga akan mengakibatkan terjadinya gangguan paru

Perceraian yang terjadi pada pasangan suami istri, apapun alasannya, akan selalu berakibat buruk pada anak, meskipun dalam kasus tertentu perceraian dianggap

Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan meliputi sintesis senyawa mono para hidroksi kalkon dengan substituen bromo dengan cara kondensasi aldol silang, dilanjutkan dengan

Dari empat subkelompok dalam Kelompok ini, Subkelompok yang menyumbang terhadap kenaikan indeks pada Kelompok ini adalah Subkelompok Perlengkapan Rumah Tangga yang