• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 6 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 6 Universitas Kristen Petra"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1. Brand Image

2.1.1. Pengertian Brand

Sebelum menjelaskan tentang brand image maka terlebih dahulu akan dijelaskan arti brand (merek). Merek merupakan unsur penting yang dapat membantu proses pemasaran barang di dalam perusahaan, sehingga merek merupakan salah satu hal yang penting yang menyangkut reputasi perusahaan.

untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai merek, berikut ini pengertian merek menurut American Marketing Association (dalam Kotler &

Keller, 2016, p. 322) mendefinisikan merek sebagai berikut ”a name, term, sign, symbol, or design, or a combination of them, intended to identify the goods or services of one seller or group of sellers and to differentiate them from those of competitors”. Yang artinya merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang, desain atau kombinasi dari semuanya, yang diharapkan mengidentifikasikan barang atau jasa dari sekelompok penjual dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa tersebut dari produk-produk pesaing.

Merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian atau yang lazim disebut dimensi merek, seperti yang dijelaskan oleh Rangkuti (2002, p. 28), yaitu:

a. Atribut: Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.

b. Manfaat: Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

c. Nilai: Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.

d. Budaya: Merek juga mewakili budaya tertentu.

e. Kepribadian: Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.

f. Pemakai: Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

2.1.2. Pengertian Brand Image

Brand image memegang peranan penting dalam pengembangan sebuah merek. Brand image menyangkut reputasi dan kredibilitas suatu produk, yang

(2)

kemudian akan dijadikan pedoman bagi konsumen untuk mencoba dan mengon- sumsi suatu produk atau jasa tertentu. Konsumen lebih sering membeli produk dengan brand yang terkenal karena merasa lebih nyaman dengan hal-hal yang sudah terkenal, adanya asumsi bahwa brand terkenal lebih dapat diandalkan, selalu tersedia dan mudah dicari, dan memiliki kualitas yang tidak diragukan, sehingga brand yang lebih dikenal lebih sering dipilih oleh konsumen daripada brand yang tidak dikenal. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai brand image, berikut ini beberapa pengertian mengenai brand image.

Menurut Kotler & Keller (2016, p. 330), mengemukakan definisi brand image sebagai berikut “brand image describes the extrinsic properties of the product or service, including the ways in which the brand attempts to meet customer’s psychological or social needs”. Brand image menggambarkan sifat ekstrinsik produk atau jasa, termasuk cara dimana brand berusaha memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial pelanggan.

Menurut Yustiawan (2016, p. 4) brand image dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berfikir tentang orang lain.

Asosiasi merek diklarifikasikan dalam tiga tingkatan kategori, yaitu “attri- butes, benefit, dan brand attitudes”, dimana ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut (Keller 1993, p. 3):

1. Attributes

Merupakan suatu bentuk deskriptif yang memberikan karakteristik pada produk dan layanan. Berdasarkan hubungannya dengan produk yang dapat dibedakan menjadi atribut yang tidak berkaitan dengan produk. Atribut ya- ng berkaitan dengan produk membentuk fungsi produk atau layanan. Se- dangkan atribut yang tidak berkaitan dengan produk berhubungan dengan pembelian atau konsumsi, seperti harga, kemasan, informasi, penampilan produk, tipe orang yang menggunakan dan situasi penggunaan.

2. Benefit

(3)

Merupakan suatu penilaian pribadi konsumen terhadap atribut produk atau layanan. Manfaat ini dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) manfaat fungsi- onal; (b) manfaat yang dialami; dan (c) manfaat simbolis. Pertama, man- faat fungsional merupakan keuntungan intrinsik dari pemakaian produk dan jasa, biasanya berkaitan dengan atribut produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kedua, manfaat yang dialami berhubungan dengan apa yang dirasakan pada saat menggunakan produk atau jasa. Ketiga, manfaat simbolis berhubungan dengan atribut yang tidak berkaitan dengan produk serta berhubungan dengan kebutuhan mendasar untuk bermasyarakat.

3. Brand attitudes

Sikap konsumen terhadap merek berkaitan dengan evaluasi yang dilakukan konsumen secara menyeluruh terhadap suatu merek. Hal ini penting, karena sifat konsumen terhadap merek mendasari konsumen dalam pemilihan merek untuk membuat keputusan pembelian yang tepat.

2.1.3. Pengukuran Brand Image

Brand image yang positif dapat diukur melalui tanggapan konsumen tentang asosiasi merek, yang meliputi “strength of brand association, favorable of brand association, uniqueness of brand association” (Kotler dan Keller 2016, p.

56). Ketiga pengukuran brand image tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Strength of brand association (Kekuatan dari asosiasi merek)

Semakin dalam individu berpikir tentang informasi produk dan menghu- bungkannya dengan pengetahuan merek yang ada, maka semakin kuat aso- siasi merek yang akan dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi hal ini adalah program komunikasi pemasaran yang diciptakan dapat menumbuh- kan brand image dalam benak pelanggan dan merupakan program komu- nikasi pemasaran yang konsisten pada suatu waktu dan sepanjang waktu.

2. Favorable of brand association (Keuntungan dari asosiasi merek)

Asosiasi yang menguntungkan bagi merek adalah asosiasi yang diinginkan untuk pelanggan, seperti bentuk kenyamanan, produk yang handal, pesan dapat disampaikan oleh produk atau program komunikasi pemasaran yang

(4)

mendukung. Favourable mengarah kepada kemampuan merek tersebut ya- ng mudah diingat oleh pelanggan. Favorable adalah asosiasi-asosiasi yang dapat diharapkan oleh pelanggan sasaran dan disampaikan secara sukses oleh sebuah produk melalui program komunikasi pemasaran yang mendu- kung merek produk tersebut.

3. Uniqueness of brand association (Keunikan dari asosiasi merek)

Inti dari asosiasi ini adalah merek harus memiliki keunggulan yang berke- lanjutan atau memiliki proposisi penjualan yang unik untuk memberikan a- lasan mengapa pelanggan harus membelinya. Aspek uniqueness bergantung pada dua faktor yaitu sejauh mana asosiasi merek produk yang dibawakan oleh program komunikasi pemasaran memiliki unsur kesamaan/ keseimbangan jika dibandingkan dengan asosiasi merek produk lainnya dan sejauh mana program komunikasi pemasaran memiliki unsur perbedaan jika dibandingkan dengan asosiasi merek produk lainnya.

2.2. Kualitas Produk 2.2.1. Pengertian Produk

Sebelum menjelaskan arti kualitas produk, maka terlebih dahulu akan dije- laskan arti dari produk. Menurut Kotler dan Armstrong (2001: 346) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (dalam Riyono 2016, p. 97).

Mc Charty dan Perreault (2003:107) mengemukakan bahwa, produk meru- pakan hasil dari produksi yang akan dilempar kepada konsumen untuk di distribusikan dan dimanfaatkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya (dalam Riyono 2016, p. 97). Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan pelanggan, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.

2.2.2. Pengertian Kualitas Produk

Kualitas produk merupakan hal yang perlu mendapat perhatian di perusa- haan, karena kualitas produk berkaitan dengan apa yang diharapkan konsumen.

(5)

Menurut Kotler (2009, p. 49) kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari su- atu produk atau pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan/tersirat. Dalam era perdagangan bebas seperti sekarang ini, persaingan produk semakin marak, perkara kualitas produk menjadi sangat penting untuk ditonjolkan. Sebab bila hal ini tidak ditonjolkan maka konsekuensi logisnya ada- lah bahwa kualitas produk yang ditawarkan bisa tergeser oleh kualitas produk lain yang sejenis, yang lebih meyakinkan pelanggan. Kualitas produk harus terus ditingkatkan dengan berjalannya produksi dan distribusi yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Kualitas produk berfungsi sebagai salah satu elemen yang digu- nakan perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar yang ada.

2.2.3. Indikator Kualitas Produk

Fiani dan Japarianto (2012, pp. 1-2) merangkum beberapa indikator yang mempengaruhi kualitas produk tentang makanan, yaitu sebagai berikut:

1. Warna

Warna dari bahan-bahan makanan harus dikombinasikan sedemikian rupa supaya tidak terlihat pucat atau warnanya tidak serasi. Kombinasi warna sangat membantu dalam selera makan konsumen.

2. Penampilan

Ungkapan “looks good enough to eat” bukanlah suatu ungkapan yang ber- lebihan. Makanan harus baik dilihat saat berada di piring, dimana hal tersebut adalah suatu faktor yang penting. Kesegaran dan kebersihan dari makanan yang disajikan adalah contoh penting yang akan mempengaruhi penampilan makanan baik atau tidak untuk dinikmati.

3. Porsi

Dalam setiap penyajian makanan sudah ditentukan porsi standarnya yang disebut standard portion size, yang didefinisikan sebagai kuantitas item yang harus disajikan setiap kali item tersebut dipesan.

4. Bentuk

Bentuk makanan memainkan peranan penting dalam daya tarik mata. Ben- tuk makanan yang menarik bisa diperoleh lewat cetakan bahan makanan tersebut.

5. Tekstur

(6)

Ada banyak tekstur makanan antara lain halus atau tidak, cair atau padat, keras atau lembut, kering atau lembab. Tingkat tipis dan halus serta bentuk makanan dapat dirasakan lewat tekanan dan gerakan dari reseptor di mulut.

6. Rasa

Titik perasa dari lidah adalah kemampuan mendeteksi dasar yaitu manis, asam, asin, pahit. Dalam makanan tertentu empat rasa ini digabungkan se- hingga menjadi satu rasa yang unik dan menarik untuk dinikmati.

2.3. Harga

2.3.1. Pengertian Harga

Harga adalah unsur penentu dalam perusahaan mendapatkan laba. Harga merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan dalam perusa- haan yang berfungsi menciptakan keunggulan bagi perusahaan. Menurut Kotler dan Armstrong (2001) menyatakan bahwa harga adalah jumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah nilai yang konsumen pertukarkan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa (dalam Fure, Lapian, dan Taroreh 2015, p. 369).

Sedangkan menurut Basu Swastha (2003) harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen atau pembeli untuk mendapatkan produk yang ditawarkan oleh penjual. Penetapan harga jual harus disesuaikan dengan daya beli konsumen yang dituju dan dengan mempertimbangkan faktor biaya, laba, pesaing, dan perubahan keinginan pasar (dalam Riyono 2016, p. 100). Dari definisi di atas tersebut menjelaskan bahwa harga adalah unsur penting dalam sebuah peusahaan, dengan adanya harga maka perusahaan akan mendapatkan income bagi keberlangsungan perusahaan. Selain itu, harga juga merupakan alat yang nantinya dijadikan proses pertukaran terhadap suatu barang atau jasa oleh konsumen.

2.3.2. Indikator Harga

Menurut Kotler dan Armstrong (2012) di dalam variabel harga ada beberapa unsur kegiatan utama harga yang meliputi daftar harga, diskon, potongan harga, dan periode pembayaran (dalam Riyono 2016, p. 101).

(7)

Indikator harga menurut Stanton dalam Lembang (2010) dalam Agustin dan Ofela (2016, pp. 3-4), ada tiga indikator yang mencirikan harga yaitu:

1. Keterjangkauan harga

Keterjangkauan harga adalah harga sesungguhnya dari suatu produk yang tertulis di suatu produk, yang harus dibayarkan oleh pelanggan.

Maksudnya adalah pelanggan cenderung melihat harga akhir dan memutuskan apakah akan menerima nilai yang baik seperti yang diharapkan.

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk

Terlebih dahulu harga yang tercantum pada sebuah produk, karena sebelum membeli konsumen sudah berfikir tentang sistem hemat yang tepat. Selain itu konsumen dapat berfikir tentang harga yang di tawarkan memiliki kesesuaian dengan produk yang telah di beli.

3. Daya saing harga

Penawaran harga yang diberikan oleh produsen atau penjual berbeda dan bersaing dengan yang diberikan oleh produsen lain, pada satu jenis produk yang sama.

2.4. Keputusan Pembelian

2.4.1. Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, arti- nya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan pembelian merupakan suatu tindakan yang dilakukan konsumen dikarenakan adanya dorongan-dorongan atau motif-motif yang dirasakan sehingga menimbulkan minat atau dorongan untuk memenuhi kebutuhan (dalam Fure, Lapian, dan Taroreh 2015, p. 369).

Winardi (2010) menyatakan keputusan pembelian konsumen merupakan titik suatu pembelian dari proses evaluasi (dalam Weenas 2013, p. 610).

Sedangkan Peter dan Olson (2009, p. 162) menyatakan keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang dikombinasikan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu di antaranya.

(8)

2.4.2. Proses Keputusan Pembelian

Menurut Yustiawan (2016, p. 5) proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut dalam waktu yang lama setelah pembelian.

Pemasar harus memusatkan perhatian pada keseluruhan proses pembelian dan bu- kan hanya pada keputusan pembelian. Konsumen akan melewati seluruh tahap da- lam pembelian untuk semua pembelian yang dilakukannya. Tetapi, dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering menghilangkan atau membalik urutan beberapa tahap ini. Menurut Kotler dan Armstrong (2008, p. 178) Proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap (dalam Yustiawan 2016, p. 5), yaitu:

1. Pengenalan Kebutuhan

Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang timbul, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana masalah itu bisa mengarahkan konsumen pada produk tertentu ini.

2. Pencarian informasi

Pada umumnya konsumen menerima sebagian besar informasi tentang sebuah produk dari sumber komersial atau sumber yang dikendalikan oleh pemasar. Sumber komersial biasanya hanya memberitahu pembeli, tetapi sumber yang paling efektif cenderung pribadi karena sumber pribadi melegitimasi atau mengevaluasi produk untuk pembeli.

3. Evaluasi alternatif

Pemasar harus mempelajari pembeli untuk menemukan bagaimana cara mereka sebenarnya dalam mengevaluasi pilihan merek. Jika konsumen tahu proses evaluasi apa yang berlangsung, maka pemasar dapat mengambil langkah untuk mempengaruhi keputusan pembeli.

4. Keputusan pembelian

Pada umumnya keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai tetapi dua faktor bisa berada antara riset pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain sedangkan faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan.

Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor

(9)

seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun, kejadian tak terduga bisa mengubah niat pembelian.

5. Perilaku pasca pembelian

Pekerjaan pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli. Setelah mem- beli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar.

Apa yang menentukan kepuasan atau ketidakpuasan pembelian adalah terletak pada hubungan antara ekspektasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk tidak memenuhi ekspektasi, konsumen kecewa. Jika produk memenuhi ekspektasi, konsumen puas. Jika produk melebihi ekspektasi, konsumen sangat puas. Semakin besar kesenjangan antara ekspektasi dan kinerja semakin besar pula ketidakpuasan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa penjual hanya boleh menjanjikan apa yang dapat diberikan mereknya sehingga pembeli terpuaskan.

2.4.3. Indikator Keputusan Pembelian

Seperti yang dikatakan oleh Kotler (2007, p. 212) yaitu proses peng- ambilan keputusan dalam membeli suatu produk yang dimulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, membuat keputusan pembelian, dan akhirnya diperoleh perilaku pasca pembelian yaitu puas atau tidak puas atas suatu produk yang dibeli (dalam Weenas 2013, p. 612). Adapun indikator yang digunakan untuk pengukuran keputusan pembelian sebagai berikut:

1. Kemantapan pada sebuah produk

Dalam melakukan pembelian, konsumen akan memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ada. Pilihan tersebut didasarkan pada kualitas, mutu, harga yang terjangkau, dan faktor-faktor lain yang dapat memantap- kan keinginan konsumen untuk membeli produk apakah produk tersebut benar-benar ingin digunakan atau dibutuhkan.

2. Kebiasaan dalam membeli produk

Kebiasaan konsumen dalam membeli produk berpengaruh terhadap kepu- tusan pembelian. Konsumen merasa produk tersebut sudah terlalu melekat di benak mereka karena mereka sudah merasakan manfaat dari produk ter- sebut. Oleh karena itu, konsumen akan merasa tidak nyaman jika mencoba

(10)

produk baru dan harus menyesuaikan diri lagi. Mereka cenderung memilih produk yang sudah biasa digunakan.

3. Melakukan pembelian ulang

Kepuasan konsumen dalam menggunakan sebuah produk akan menyebab- kan konsumen melakukan pembelian ulang produk tersebut. Mereka merasa produk tersebut sudah cocok dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan harapkan.

4. Memberikan rekomendasi kepada orang lain

Dalam melakukan pembelian, jika konsumen mendapatkan manfaat yang sesuai dengan sebuah produk, mereka akan merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain. Mereka ingin orang lain juga merasakan bahwa produk tersebut sangat bagus dan lebih baik dari pada produk lain.

2.5. Hubungan Antar Konsep

2.5.1. Hubungan Antara Brand Image dengan Keputusan Pembelian

Brand Image memiliki hubungan dengan Keputusan Pembelian, dengan a- danya suatu brand image yang baik maka tingkat keputusan pembelian akan semakin meningkat. Menurut Kotler (2008) citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Citra merek umumnya didefinisikan segala hal yang terkait dengan merek yang ada dibenak ingatan konsumen (dalam Riyono 2016, p. 103). Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustiawan (2006, p. 6) yaitu konsumen dengan citra positif terhadap suatu produk lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian, oleh karena itu kegunaan utama dari iklan diantaranya adalah untuk membangun citra positif terhadap suatu produk. Manfaat lain dari citra produk yang positif yaitu dengan mengembangkan suatu produk dan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap produk lama. Semakin baik citra suatu merek, semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian.

H1: Diduga bahwa brand image memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian.

(11)

2.5.2. Hubungan Antara Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian Kualitas Produk memiliki hubungan dengan Keputusan Pembelian yaitu pelanggan akan cenderung untuk memilih kualitas produk yang baik untuk menunjang gaya hidupnya. Menurut Kotler dan Keller (2007) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan konsumen baik berwujud maupun tidak berwujud yang diterima oleh pembeli agar dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Dalam hal ini konsumen terpuaskan ketika ia mengkonsumsi produk tersebut dan kebutuhannya dapat terpenuhi (dalam Riyono 2016, p. 98). Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustiawan (2006, p. 5) yaitu produk erat kaitannya dengan keputusan pembelian, dimana kualitas produk menjadi salah satu aspek pertimbangan konsumen dalam memutuskan pembelian. Kualitas yang baik akan berujung pada kepuasan konsumen yang selanjutnya akan membuat konsumen tersebut menjadi loyal terhadap produk tersebut.

H2: Diduga bahwa kualitas produk memiliki pengaruh terhadap keputusan pem- belian.

2.5.3. Hubungan Antara Harga terhadap Keputusan Pembelian

Harga memiliki hubungan dengan Keputusan Pembelian harga selalu dika- itkan dengan kulaitas produk, apabila harga yang tidak sesuai dengan kualitas yang kemudian mempengaruhi keputusan konsumen dalam pengambilan suatu keputusan. Menurut Kotler dan Armstrong (2008) harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan faktor penentu yang mempengaruhi pilihan pembelian (dalam Yustiawan 2016, p. 4). Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustiawan (2006, pp. 5-6) yaitu Harga membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang atau jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi yaitu pembeli mengalami

(12)

kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaat secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

H3: Diduga bahwa harga memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian.

2.5.4. Hubungan Antara Brand Image, Kualitas Produk, dan Harga terhadap Keputusan Pembelian

Pada penelitian yang dilakukan oleh Fure, Lapian, dan Taroreh (2015, p.

375) hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa brand image, kualitas produk, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk J.Co Manado town square.

H4: Diduga bahwa brand image, kualitas produk, dan harga memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian.

(13)

2.6. Kerangka Berpikir

H1

H2

H4

H3

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Brand Image (X1)

1. Strength of brand association

2. Favorable of brand association

3. Uniqueness of brand association

Kotler dan Keller (2008, p. 56)

Kualitas Produk (X2) 1. Warna

2. Penampilan 3. Porsi 4. Bentuk 5. Tekstur 6. Rasa

Fiani dan Japarianto (2012, pp. 1-2)

Harga (X3) 1. Keterjangkauan harga 2. Kesesuaian harga

dengan kualitas produk 3. Daya saing harga Ofela dan Agustin (2016,

pp. 3-4)

Keputusan Pembelian (Y) 1. Kemantapan pada sebuah

produk

2. Kebiasaan dalam membeli produk

3. Melakukan pembelian ulang 4. Memberikan rekomendasi

kepada orang lain Weenas (2013, p. 612)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Brand Image (X1) 1.  Strength of brand association 2.  Favorable of brand association 3

Referensi

Dokumen terkait

Motivator; guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta

Dari 40 responden sebagian besar memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 28 responden (70%) dan pengetahuan baik sebanyak 12 responden (30%); Dari 40 responden

Menurut Sodiq dan Abidin (2008:3), usaha peternakan kambing memiliki karakteristik pendukung sebagai berikut:.. Modal awal yang dibutuhkan relatif lebih kecil

Hasil analisis komposisi menunjukkan bahwa pada analisis untuk menentukan kandungan U dan Zr hampir semua sampel uji yang dianalisis mempunyai perbedaan yang cukup besar

Regio Urogenital Ceramah/ Kuliah Pakar, dan praktikum LCD, laptop, power point bahan ajar, Buku penuntun praktikum 2 x 60 menit 3 x 60 menit (praktik um) • Ujian

Dan hasil nilai observasi anak terhadap penggunaan media komik tema alam semesta pada tahap small group evaluation mendapatkan rata-rata pada subtema

Menyetujui memberikan kuasa dan wewenang kepada Direktur Utama Perseroan atau salah satu anggota Direksi Perseroan lainnya dengan hak substitusi untuk melakukan segala tindakan

Dalam karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode multiple linear regression sebagai cara untuk memprediksi hasil dari kedua tim yang akan bertanding.. Dalam