• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian

Paparan prosedur penelitian ini merupakan gambaran proses yang penulis lalui selama penelitian. Sebelum penelitian dilakukan peneliti sudah terlebih dahulu mencari informasi tentang jumlah mahasiswa di Universitas AKI semarang. Data-data tersebut terkait dengan jumlah mahasiswa per-angkatan dan jumlah mahasiswa laki-laki dan peremuan setiap angkatan. Hal ini penting dilakukan untuk memersiapkan teknik penentuan sampel penelitian sehingga hasil penelitian data menjelaskan keseluruhan populasi. Peneliti memberikan surat izin dari Program Pasca Sarjana Magister Sains Psikologi kepada Kordinator Bidang Humas di Universitas AKI Semarang.

Penelitian dilakukan di Universitas AKI Semarang dan dilaksanakan pada tanggal 29 November 2019. Penyebaran skala penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri dengan dibantu beberapa rekan untuk membagi dan pengumpulan skala. Pengambilan data dilakukan pada tiga kelompok mahasiswa, angkatan 2019/2020 (semester 1), 2018/2019 (semester 3), dan 2017/2018 (semester 5).

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden di Universitas AKI Semarang berdasarkan semester/angkatan dan gender disajikan dalam Tabel 4.1:

(2)

39 Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Semester/Angkatan

Berdasarkan Tabel.4.1 terlihat bahwa dari 251 responden total responden mahasiswa berjumlah 105 orang (41,8%) sedangkan responden mahasiswi terlihat mendominasi dengan total 146 orang (58,2%).

4.3 Deskripsi Pengukuran Peubah 4.3.1 Peubah Kecanduan Gawai

Untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil pengukuran peubah kecaduan gawai digunakan 4 kategori, yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). Peubah ini terdiri dari 10 aitem.

Angkatan n Total ( %)

Gender

L % P %

2019/2020 100 39.84% 44 44% 56 56%

2018/2019 90 35.86% 35 38,9% 55 61,1%

2017/2018 61 24.30% 26 42,6% 35 57,4%

Total 251 100% 105 41,8% 146 58,2%

(3)

40

Tabel 4.2

Tabel Frekwensi Kelas Interval Peubah Kecanduan Gawai

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden mahasiswa memiliki nilai rataan kecaduan gawai rendah 25,50 setelah untuk mahasiswi memiliki kecaduan gawai yang rendah pula dengan nilai rataan 25,31.

4.3.2 . Peubah Kendali Diri

Untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil pengukuran peubah kendali diri digunakan 4 kategori, yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). peubah ini terdiri dari 36 aitem dan 23 aitem valid.

Kategori Interval Mahasiswa Mahasiswi

f (%) f (%)

Sangat Tinggi 37-45 3 2,86 4 2,74

Tinggi 28-36 32 30,48 42 28,77

Rendah 19-27 64 60,95 91 62,33

Sangat Rendah 10-18 6 5,71 9 6,16

Total 105 100 146 100

Maksimum 39 44

Minimum 10 10

Rataan 25,50 25,31

Standar Deviasi 5,44 5,00

Standar Error 0,88 0,68

(4)

41 Tabel 4.3

Tabel Frekwensi Kelas Interval Peubah Kendali Diri

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden mahasiswa memiliki kendali diri yang termasuk dalam kategori rendah dengan nilai rataan 54,45 setelahnya untuk mahasiswi memiliki kendali diri yang rendah pula dengan rataan 57,45

4.3.3 Peubah Stres Akademik

Untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil pengukuran peubah stres akademik digunakan 4 kategori, yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). peubah ini terdiri dari 16 aitem.

Kategori Interval Mahasiswa Mahasiswi

F (%) f (%)

Sangat Tinggi 74-88 0 0 6 4,11

Tinggi 59-73 30 28,57 60 41,10

Rendah 44-58 66 62,86 74 50,68

Sangat Rendah 29-43 9 8,57 6 4,11

Total 105 100 146 100

Maksimum 75 66

Minimum 23 32

Rataan 54,45 57,55

Standar Deviasi 7,76 8,26

Standar Error 1,25 1,13

(5)

42 Tabel 4.4

Tabel Frekwensi Kelas Interval Peubah Stres Akademik

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden mahasiswa memiliki stres akademik yang termasuk dalam kategori rendah dengan nilai rataan 41,83 setelahnya untuk mahasiswi memiliki stres akademik dengan kategori tinggi dengan rataan 44,16

4.4 Uji Daya Diskriminasi dan Reliabilitas

Perhitungan uji daya diskriminasi dan reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan program komputer Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) versi 25.

Kategori Interval Mahasiswa Mahasiswi

F % f %

Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah

56-66 5 4,76 4 2,74

45-55 35 33,33 60 41,10

34-44 54 51,43 79 54,11

23-33 11 10,48 3 2,05

Total 105 100 146 100

Maksimum 62 66

Minimum 23 32

Rataan 41,83 44,16

Standar Deviasi 7,00 5,53

Standar Error 1,13 0,76

(6)

43 4.4.1 Uji Daya Diskriminasi

4.4.1.1 Kecanduan Gawai

Peneliti Menggunakan Chinese Kecanduan Gawai Scale – Short Version dari Luk et al. (2018). Skala kecanduan gawai yang digunakan dalam penelitian ini berisi 5 aspek meliputi daily-life disturbance, withdrawal, cyber space oriented relationship, overuse, and tolerance dan terdiri dari 10 aitem.

Hasil uji daya diskriminasi terhadap 10 aitem skala kecaduan gawai tidak didapati aitem yang gugur. Koefisien korelasi aitem berkisar antara 0,484 sampai dengan 0,708. Tabel daya diskriminasi skala kecaduan gawai masuk dalam lampiran halaman 88-90 Tabel Uji Daya Diskriminasi Reliabilitas Skala Kecanduan Gawai.

4.4.1.2 Kendali Diri

Peneliti menggunakan skala kendali diri yang disusun oleh Tangney (2004). Skala ini berisi 5 aspek meliputi self-discipline, nonimpulsive action, healthy habits, work ethic, reliability dan terdiri dari 36 aitem. Hasil uji daya diskriminasi terhadap 36 aitem skala kendali diri didapati 13 aitem gugur (1,5,11,13,15,16,17,19,21,24,25,30,35) dan 23 aitem yang memiliki daya diskriminasi yang baik. Koefisien korelasi aitem yang memiliki daya diskriminasi baik berkisar antara 0,310 sampai dengan 0,605. Tabel uji daya diskriminasi skala kendali diri masuk dalam lampiran halaman 78-83 Tabel.8 Uji Daya Diskriminasi Skala Kendala Diri.

(7)

44 4.4.1.3 Stres Akademik

Peneliti menggunakan Educational Stress Scale for Adolescents (ESSA) yang disusun oleh Sun & Dunne (2011) Skala besisi 5 aspek meliputi Pressure from study, Workload, Worry about grades, Self-expectation stress, Despondency dan terdiri dari 16 aitem.

Hasil uji daya diskriminasi terhadap 16 aitem skala stres akademik tidak didapati aitem yang gugur. Koefisian korelasi aitem berkisar antara 0,356 sampai dengan 0,604. Tabel uji diskriminasi skala stres akademik masuk dalam lampiran halaman 84-87 Tabel.9 Uji Daya Diskriminasi Skala Stres Akademik.

4.4.2. Reliabilitas

4.4.2.1 Kecanduan Gawai

Penghitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach skala kecanduan gawai sebesar 0,844. Skala tersebut dikatakan reliabel karena jika koefisien reliabilitas Alpha Cronbach mendekati 1. Tabel reliabilitas skala kecanduan gawai masuk dalam lampiran halaman 51 Tabel.1 Reliabilitas Kecanduan Gawai.

(8)

45 4.4.2.2 Kendali Diri

Penghitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach skala kendali diri sebesar 0,839. Skala tersebut dikatakan reliabel karena jika koefisien reliabilitas Alpha Cronbach mendekati 1.

Tabel reliabilitas skala kendali diri masuk dalam lampiran halaman 51 Tabel.2 Reliabilitas Kendali Diri.

4.4.2.3 Stres Akademik

Penghitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach skala stres akademik sebesar 0,811 Skala tersebut dikatakan reliabel karena jika koefisien reliabilitas Alpha Cronbach mendekati 1. Tabel reliabilitas skala stres akademik masuk dalam lampiran halaman 51 Tabel.3 Reliabilitas Stres Akademik

4.5 Uji statistik

4.5.1 Uji Asumsi Klasik 4.5.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan bagian dari uji asumsi klasik yang menjadi persyaratan statistik yang harus terpenuhi dalam analisis regresi. Uji normalitas sendiri bertujuan untuk mengetahui apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak, dikarenakan model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang berdistribusi normal. Uji normalitas tidak dilakukan pada

(9)

46

masing-masing peubah tetapi pada nilai residualnya. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov dengan dasar pengambilan keputusannya jika nilai signifikansi > 0,05 maka nilai Residual berdistribusi normal dan sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka nilai residual tidak berdistribusi normal.

4.5.1.1.1 Uji Normalitas Mahasiswa

Histogram uji Normalitas pada mahasiswa disajikan pada Gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas Mahasiswa

Berdasarkan histogram uji normalitas mahasiswa pada gambar 4.1 dapat diketahui bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang melenceng ke-kanan yang artinya adalah data berdistribusi normal. Selanjutnya P-P plot uji normalitas mahasiswa disajikan pada gambar 4.2 berikut:

(10)

47

Gambar 4.2 P-P Plot Uji Normalitas Mahasiswa

Berdasarkan P-P plot uji normalitas mahasiswa pada gambar 4.2 dapat diketahui bahwa terlihat titik-titik mengikuti dan mendekati garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Selanjutnya Tabel hasil uji normalitas Kolmogorov Smirnov-Z pada mahasiswa disajikan pada tabel 4.5 berikut:

(11)

48

Tabel 4.5

Uji normalitas Mahasiwa

KD SA

N 105 105

Parameter Normal 4,45295815 5,18904474

Beda Paling Ekstrim ,086 ,076

Kolmogorov Smirnov-Z ,086 ,076

Signifikansi Asimtotik (2-ekor) ,052c ,153c a. Tes terdistribusi normal

KD = Kendali Diri; SA = Stres Akademik

Berdasarkan Tabel 4.5 hasil uji normalitas pada peubah kendali diri mahasiswa diketahui nilai Kolmogorov Smirnov-Z sebesar 0,086 dengan signifikansi sebesar 0,052 > 0,05 maka disimpulkan nilai residual berdistribusi normal. Pada peubah stres akademik untuk mahasiswa diketahui nilai Kolmogorov Smirnov-Z sebesar 0,076 dengan signifikansi sebesar 0,153 >

0,05 maka disimpulkan nilai residual berdistribusi normal.

4.5.1.1.2 Uji Normalitas Mahasiswi

Histogram uji Normalitas pada mahasiswi disajikan pada Gambar 4.3 berikut:

(12)

49

Gambar 4.3 Histogram Uji Normalitas Mahasiswi

Berdasarkan histogram uji normalitas mahasiswi pada gambar 4.3 dapat diketahui bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang melenceng ke kanan yang artinya adalah data berdistribu normal. Selanjutnya P-P plot uji normalitas mahasiswi disajikan pada gambar 4.4 berikut:

Gambar 4.4 P-P Plot Uji Normalitas Mahasiswi

(13)

50

Berdasarkan P-P plot uji normalitas mahasiswi pada gambar 4.4 dapat diketahui bahwa terlihat titik-titik mengikuti dan mendekati garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Selanjutnya Tabel hasil uji normalitas Kolmogorov Smirnov-Z pada mahasiswi disajikan pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Uji normalitas Mahasiswi

KD SA

N 146 146

Parameter Normal 4,05458919 4,67344028

Beda Paling Ekstrim ,062 ,042

Kolmogorov Smirnov-Z ,062 ,042

Signifikansi Asimtotik (2-ekor) ,200c,d ,200c,d

Berdasarkan Tabel 4.6 hasil uji normalitas peubah kendali diri pada mahasiswi diketahui nilai Kolmogorov Smirnov-Z sebesar 0,062 dengan signifikansi sebesar 0,200 > 0,05 maka disimpulkan nilai residual berdistribusi normal. Pada peubah stres akademik untuk mahasiwsi diketahui nilai Kolmogorov Smirnov-Z sebesar 0,042 dengan signifikansi sebesar 0,200 >

0,05 maka disimpulkan nilai residual berdistribusi normal.

(14)

51 4.5.1.2 Uji Multikoliniaritas

Tujuan dilakukannya uji multikoliniaritas dalam penelitian adalah untuk menguji apakah ditemukan korelasi antara peubah gayut dan peubah tak gayut. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara peubah tak gayut atau gejala multikolinearitas. Dasar pengambilan dalam uji multikoliniaritas dengan nilai tolerance dan VIF adalah Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10,00 artinya tidak terjadi multikolinaritas antar peubah tak gayut dalam model regresi. Namun Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10,00 artinya terjadi multikoliniaritas antar peubah tak gayut dalam model regresi.

Hasil uji multikolonieritas kedua peubah tak gayut kendali diri dan stres akademik pada mahasiswa disajikan pada tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7

Uji Multikoliniaritas Mahasiswa Koefisiena

Model

Koefisien Tak Terbakukan

Koefisien

Terbakukan Statistik Kolinieritas

B SE Β T Sig. Tole-

ransi VIF Konst-

anta 39,270 4,330 9,069 0,000

KD -0,378 0,056 -0,539 -6,773 0,000 0,971 1,030 SA 0,162 0,062 0,209 2,626 0,010 0,971 1,030 a. Peubah Gayut: KG

b. Peubah Tak Gayut: KD; SA

(15)

52

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji multikoloniaritas kedua peubah tak gayut pada mahasiswa yang digunakan memiliki toleransi 0,971 > 0,10 dan nilai VIF 1,030 <

10,00. Maka disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinearitas pada peubah yang digunakan. Selanjutnya hasil uji multikolonieritas kedua peubah tak gayut kendali diri dan stres akademik pada mahasiswi disajikan pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel. 4.8

Uji Multikoliniaritas Mahasiswi Koefisiena

Model

Koefisien Tak Terbakukan

Koefisien Terbakukan

Statistik Kolinieritas

B SE Β T Sig. Tole

ransi VIF Konsta

nta

34,907 4,036 8,648

0,000

KD -0,321 0,041 -0,529 -7,828 0,000 0,932 1,073 SA 0,201 0,061 0,222 3,281 0,010 0,932 1,073 a. Peubah Gayut: KG

b. Peubah Tak Gayut: KD; SA

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji multikoloniaritas kedua peubah tak gayut pada mahasiswi yang digunakan memiliki toleransi 0,932 > 0,10 dan nilai VIF 1,073 <

10,00. Maka disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinearitas pada peubah yang digunakan.

(16)

53 4.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari nilai residual satu pengamatan ke-pengamatan lain. Jika variasi nilai residual satu pengamatan ke-pengamatan lain bersifat tetap maka disebut homoskedastisitas, namun jika variance nilai residual satu pengamatan ke-pengamatan lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Regesi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil uji heteroskedastisitas dalam regresi pada mahasiswa disajikan pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9

Uji Heteroskedastisitas Mahasiswa Koefisiena

Model

Koefisien tak terbakukan

Koefisien terbakukan

Statik Kolinieritas

B SE

Β T

Sig. Tole

ransi VIF Konsta

nta

2,630 2,675 ,983

,328

KD -,016 ,034 -,048 -,477 ,634 ,971 1,030 SA ,039 ,038 ,101 1,015 ,312 ,971 1,030 a. Dependent Variable: Abs_RES

(17)

54

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas dengan nilai signifikasi (sig.) untuk peubah kendali diri pada mahasiswa 0,634 > 0,05 dan untuk peubah SA 0,312 > 0,05. Maka disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada peubah yang digunakan. Selanjutnya scatterplot uji heteroskedastisitas mahasiswa pada disajikan pada gambar 4.5 berikut ini:

Gambar 4.5 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Mahasiswa

Berdasarkan scatterplot uji heteroskedastisitas mahasiswa pada gambar 4.5 menunjukkan titik-titik data penyebaran diatas dan dibawah sumbu 0, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Selanjutnya hasil uji heteroskedastisitas dalam regresi pada mahasiswi disajikan pada tabel 4.10 berikut ini:

(18)

55

Tabel 4.10

Uji Heteroskedastisitas Mahasiswi Koefisiena

Model

Koefisien tak terbakukan

Koefisien

terbakukan Statik Kolinieritas

B SE Β T Sig. Tole

ransi VIF Konstant

a -1,561 2,505 -,623 ,534

KD ,012 ,025 ,039 ,463 ,644 ,932 1,073 SA ,088 ,038 ,198 2,327 ,021 ,932 1,073 a. Dependent Variable: Abs_RES

Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas dengan nilai signifikasi (sig.) untuk peubah kendali diri pada mahasiswi 0,644 > 0,05 dan untuk peubah SA 0,021 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada peubah kendali diri sedangkan pada stres akademik terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi. Selanjutnya scatterplot uji heteroskedastisitas mahasiswi pada disajikan pada gambar 4.6 berikut ini:

(19)

56

Gambar 4.6 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Mahasiswi

Berdasarkan scatterplot uji heteroskedastisitas mahasiswi pada gambar 4.6 menunjukkan titik-titik data penyebaran diatas dan dibawah sumbu 0, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

4.5.1.3 Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linieritas hubungan antara peubah tak gayut dengan peubah gayut. Uji linieritas menggunakan taraf signifikansi 0,05 dan dua peubah dikatakan mempunyai hubungan yang linier jika nilai signifikansi pada uji F Regresi Residual Terbakukan untuk linieritas kurang dari 0,05. Hasil uji linieritas hubungan peubah penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

(20)

57

4.5.1.3.1 Uji Linieritas Mahasiswa

Hasil uji linieritas kecaduan gawai terhadap kendali diri pada mahasiswa disajikan pada tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11

Uji Linearitas Kecanduan Gawai Terhadap Kendali Diri Mahasiswa

Db Jk KT F Sig

KG- KD

Antar Kelom pok

(Gabu ngan)

28 1637,474 58,481 3,084 0,000 Linier

itas

1 1016,049 1016,049 53,596 0,000 Simpa

ngan Linier itas

27 621,425 23,016 1,214 0,252

Dalam Kelompok

76 1440,774 18,958

Total 104 3078,248

Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan hasil bahwa kedua hubungan peubah tak gayut dengan peubah gayut pada kelompok mahasiswa adalah bersifat linier karena nilai p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecaduan gawai dan kendali diri pada mahasiswa memiliki hubungan yang linier. Selanjutnya hasil uji linieritas kecaduan gawai terhadap stres akademik pada mahasiswa disajikan pada tabel 4.12 berikut:

(21)

58

Tabel 4.12

Uji Linearitas Kecanduan Gawai Terhadap Stres Akademik Mahasiswa

Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan hasil bahwa kedua hubungan peubah tak gayut dengan peubah gayut pada kelompok mahasiswa adalah bersifat linier karena nilai p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecaduan gawai dan stres akademik pada mahasiswa memiliki hubungan yang linier.

1.5.1.3.2. Uji Linieritas Mahasiswi

Hasil uji linieritas kecaduan gawai Terhadap kendali diri pada mahasiswi disajikan pada tabel 4.13 berikut:

Db Jk KT F Sig

KG- SA

Antar Kelo mpok

(Gabu ngan)

28 1441,425 51,479 2,390 0,001 Linier

itas

1 277,924 277,924 12,904 0,001 Simpa

ngan Linier itas

27 1163,500 43,093 2,001 0,010

Dalam Kelompok

76 1636,823 21,537

Total 104 3078,247

(22)

59

Tabel 4.13

Uji Linearitas Kecanduan Gawai Terhadap Kendali Diri Mahasiswi

Db Jk KT F Sig

KG- KD

Antar Kelo mpok

(Gabu ngan)

35 1980,250 56,579 3,755 0,000 Linier

itas

1 1253,751 1253,751 83,217 0,000 Simpa

ngan Linier itas

34 726,499 21,368 1,418 0,009

Dalam Kelompok

110 1657,257 15,066 Total 145 3637,507

Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan hasil bahwa kedua hubungan peubah tak gayut dengan peubah gayut pada kelompok mahasiswi adalah bersifat linier karena nilai p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecaduan gawai dan kendali diri pada mahasiswi memiliki hubungan yang linier. Selanjutnya hasil uji linieritas kecaduan gawai terhadap stres akademik pada mahasiswi disajikan pada tabel 4.14 berikut:

(23)

60

Tabel 4.14

Uji Linearitas Kecanduan Gawai Terhadap Stres Akademik Mahasiswi

Db Jk KT F Sig

KG- SA

Antar Kelo mpok

(Gabu ngan)

25 1368,491 54,740 2,895 0,000 Linier

itas

1 470,555 470,555 24,886 0,000 Simpa

ngan Linier itas

24 897,936 37,414 1,979 0,009

Dalam Kelompok

120 2269,016 18,908 Total 145 3637,507

Berdasarkan Tabel 4.14 menunjukkan hasil bahwa kedua hubungan peubah tak gayut dengan peubah gayut pada kelompok mahasiswi adalah bersifat linier karena nilai p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecaduan gawai dan stres akademik pada mahasiswi memiliki hubungan yang linier.

4.6 Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan Kendali Diri dan Stres Akademik dengan Kecaduan Gawai Mahasiswa Universitas AKI Semarang ditinjau dari Gender. Hasil dari ada tidaknya hubungan ketiga peubah dilakukan dengan cara :

(24)

61 4.6.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Hasil uji signifikansi secara simultan untuk peubah tak gayut kendali diri dan stres akademik terhadap peubah gayut kecaduan gawai pada mahasiswa disajikan pada tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15

Uji Signifikansi Simultan Kendali Diri dan Stres Akademik Terhadap Kecanduan Gawai Mahasiswa

Keterangan : Kecanduan Gawai (KG)=Y; Kendali Diri (KD)=X1;

Stres Akademik (SA)=X2; db= Derajat Bebas; JK= Jumlah Kuadrat;

KT= Kuadrat Tengah

Berdasarkan Tabel 4.15 nilai F hitung sebesar 30,555 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p<0,05). Sehingga terdapat pengaruh kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai pada mahasiswa dapat diterima. Selanjut hasil uji signifikansi secara simultan untuk peubah tak gayut kendali diri dan stres akademik terhadap peubah gayut kecaduan gawai pada mahasiswi disajikan pada tabel 4.16 berikut:

Model Db JK KT F Signifikansi

Regresi 2 1152,713 576,356 30,555 ,000b Sisa 101 1905,134 18,863

Total 103 3057,846

a .Prediktor: (Konstanta), KD, SA b .Peubah Gayut: KG

(25)

62 Tabel 4.16

Uji Signifikansi Simultan Kendali Diri dan Stres Akademik Terhadap Kecanduan Gawai Mahasiswi

Berdasarkan Tabel 4.16 nilai F hitung sebesar 45,817 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p<0,05). Sehinnga terdapat pengaruh kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai pada mahasiswi dapat diterima.

4.6.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Hasil uji signifikansi secara parsial untuk peubah tak gayut kendali diri dan stres akademik terhadap peubah gayut kecaduan gawai pada mahasiswa disajikan pada tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.17

Uji Signifikansi Parsial Kendali Diri dan Stres Akademik Terhadap Kecanduan Gawai Mahasiswa

Model

Koefisien Tak Terbakukan

Koefisien

Terbakukan Signifikansi

B SE Β T

Konstanta 39,348 4,322 9,103 0,000

KD -0,390 0,057 -0,545 -6,888 0,000

SA 0,178 0,063 0,223 2,823 0,006

Model Db JK KT F Signifikansi

Regresi 2 1420,594 710,297 45,817 ,000b Sisa 143 2216,913 15,503

Total 145 3637,507

(26)

63

Berdasarkan Tabel 4.17 kendali diri dan stres akademik menunjukkan pengaruh secara parsial terhadap kecaduan gawai pada mahasiswa, hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung kendali diri sebesar -6,888 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05).

Dengan demikian, berdasarkan Tabel 4.17 dapat disusun persamaan regresi linier sebagai berikut:

Y=39,348-0,390X1+0,178X2

Interpretasi dari regresi di atas adalah sebagai berikut:

1. Konstantan sebesar 39,348 menyatakan bahwa jika peubah tak gayut dalam hal ini (kendali diri terhadap stres akademik) dianggap konstan, maka nilai peubah kecaduan gawai pada mahasiswa sebesar 39,348

2. Koefisien regresi kendali diri sebesar 0,390 dengan signifikansi 0,000 memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan kendali diri terhadap kecaduan gawai sebesar 0,390 satuan juga.

3. Koefisien regresi stres akademik sebesar 0,178 dengan signifikansi 0,006 memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan stres akademik terhadap kecaduan gawai sebesar 0,178 satuan juga.

Selanjutnya hasil uji signifikansi secara parsial untuk peubah tak gayut kendali diri dan stres akademik terhadap peubah gayut kecaduan gawai pada mahasiswi disajikan pada tabel 4.18 berikut:

(27)

64 Tabel 4.18

Uji Signifikansi Parsial Kendali Diri dan Stres Akademik Terhadap Kecanduan Gawai Mahasiswi

Model

Koefisien Tak Terbakukan

Koefisien

Terbakukan Signifikansi

B SE Β T

Konstanta 34,907 4,036 8,648 0,000

KD -0,321 0,041 -0,529 -7,828 0,000

SA 0,201 0,061 0,222 3,281 0,001

Berdasarkan Tabel 4.18 kendali diri dan stres akademik menunjukkan pengaruh secara parsial terhadap kecaduan gawai pada perempuan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung kendali diri sebesar -7,828 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05).

Dengan demikian, berdasarkan Tabel 4.18 dapat disusun persamaan regresi linier sebagai berikut:

Y=34,907-0,321X1+0,201X2

Interpretasi dari regresi di atas adalah sebagai berikut:

1. Konstantan sebesar 34,907 menyatakan bahwa jika peubah tak gayut dalam hal ini (kendali diri terhadap stres akademik) dianggap konstan, maka nilai peubah kecaduan gawai pada mahasiswi sebesar 34,907

2. Koefisien regresi kendali diri sebesar 0,321 dengan signifikansi 0,000 memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan kendali diri terhadap kecaduan gawai sebesar 0,321 satuan juga.

3. Koefisien regresi stres akademik sebesar 0,201 dengan signifikansi 0,001 memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu

(28)

65

satuan atau satu tingkatan stres akademik terhadap kecaduan gawai sebesar 0,201 satuan juga.

4.6.3 Uji Perbedaan Tingkat Kecanduan Gawai, Kendali Diri, Stres Akademik Berdasakan Gender

Analisis dilakukan dengan uji independen sampel T-test, dengan maksud mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kecaduan gawai, kendali diri, stres akademik. mahasiswa dan mahasiswi. Tabel perbedaan kecaduan gawai, kendali diri, stres akademik berdasarkan gender masuk dalam lampiran D.3. Hasil uji perbedaan berdasarkan tingkat kecanduan gawai, kendali diri, stres akademik berdasakan gender gender disajikan pada tabel 4.19 berikut:

Tabel 4.19

Perbedaan Tingkat Kecanduan Gawai, Kendali Diri, Stres Akademik Berdasakan Gender

Tabel 4.19 Menunjukkan hasil bahwa pada peubah kecaduan gawai dan kendali diri tidak terdapat perbedaan pada tingkat kecaduan gawai dan tingkat kendali diri pada mahasiswa dan mahasiswi. Namun pada

Sig. (P) Kesimpulan Keterangan KG 0,407 p > 0,05 Tidak ada perbedaan KD 1,000 P > 0,05 Tidak ada perbedaan

SA 0,008 p < 0.05 Ada perbedaan

(29)

66

peubah stres akademik terdapat perbedaan tingkat Stres Akademik pada mahasiswa dan mahasiswi.

4.6.4 Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau kontribusi dari peubah kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai mahasiswa di universitas AKI. Hasil koefisien determinasi (R2) mahasiswa peubah kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai disajikan pada tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.20

Analisis Koefisien Determinasi Kendali Diri dan Stres Akademik Terhadap Kecanduan Gawai (R2) Mahasiswa

Berdasarkan Tabel 4.20 menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,614 yang berarti terdapat korelasi secara simultan antara kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0.377 yang berarti bahwa

Model R R Kuadrat R Kuadrat Terkoleri

Kesalahan Tafsiran

1 ,614a 0,377 0,365 4,34312

a. Prediktor: (Konstanta), KD,SA b. Peubah Gayut: KG

(30)

67

sumbangan atau kontribusi pengaruh kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai pada mahasiswa sebesar 37,7% sedangkan sisanya 62,3% dipengaruhi peubah lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Selanjutnya hasil koefisien determinasi (R2) mahasiswi peubah kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai disajikan pada tabel 4.21 berikut:

Tabel 4.21

Analisis Koefisien Determinasi Kendali Diri dan Stres Akademik Terhadap Kecanduan Gawai (R2) Mahasiswi

Model R R Kuadrat R Kuadrat Terkoleri

Kesalahan Tafsiran

1 .625a 0,391 0,382 3,93737

a. Prediktor: (Konstanta), KD,SA b. Peubah Gayut: KG

Berdasarkan Tabel 4.21 menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,625 yang berarti terdapat korelasi secara simultan antara kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,391 yang berarti bahwa sumbangan atau kontribusi pengaruh kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai pada mahasiswi sebesar 39,1% sedangkan sisanya 60,9% dipengaruhi peubah lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(31)

68 4.6.5 Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara peubah gayut kecaduan gawai dengan peubah tak gayut yaitu kendali diri dan stres akademik. Hasil uji korelasi untuk kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai pada mahasiswa disajikan dalam Tabel.4.22 berikut:

Tabel. 4.22

Uji Korelasi Kecanduan Gawai Terhadap Kendali Diri dan Stres Akademik Mahasiswa

Korelasi

KG KD SA

KG 1 - ,573** ,290**

KD - ,573** 1 - ,123

SA ,290** - ,123 1

Berdasarkan Tabel.4.22 menunjukkan kendali diri berhubungan negatif terhadap kecaduan gawai dan stres akademik berhubungan positif terhdapa kecaduan gawai pada mahasiswa, hal ini Nampak dengan nilai kecaduan gawai dengan kendali diri sebesar -0,573 dan kecaduan gawai dengan stres akademik sebesar 0,290. Selanjutnya hasil uji korelasi untuk kendali diri dan stres akademik terhadap kecaduan gawai pada mahasiswi disajikan dalam Tabel.4.23 :

(32)

69

Tabel. 4.23

Uji Korelasi Uji Korelasi Kecanduan Gawai Terhadap Kendali Diri dan Stres Akademik Mahasiswi

Berdasarkan Tabel.4.23 menunjukkan kendali diri berhubungan negatif terhadap kecaduan gawai dan stres akademik berhubungan positif terhadap kecaduan gawai pada mahasiswi, hal ini Nampak dengan nilai kecaduan gawai dengan kendali diri sebesar -0,587 dan kecaduan gawai dengan SA sebesar 0,360.

4.6.6 Sumbangan Efektif

Sumbangan efektif tiap peubah digunakan untuk mengetahui sumbangan efektif peubah tak gayut kendali diri dan stres akademik terhadap peubah gayut kecaduan gawai. Sumbangan efektif tiap peubah dihitung dengan menggunakan rumus :

SE = nilai Beta x koefisien korelasi x 100%

Sumbangan Efektif peubah kendali diri dan stres akademik Terhadap kecaduan gawai Mahasiswa disajikan dalam tabel 4.24 berikut:

Korelasi

KG KD SA

KG 1 - ,587** - ,260**

KD - ,587** 1 ,360**

SA ,360** - ,260** 1

(33)

70 Tabel 4.24

Sumbangan Efektif Peubah Kendali Diri dan Stres Akademik Terhadap Kecanduan Gawai Mahasiswa

Peubah Beta R SE %

KD -0,545 -0,573 31,23%

SA 0,223 0,290 6,47%

Berdasarkan Tabel 4.24 di atas menunjukkan bahwa kendali diri memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kecaduan gawai, sebesar 31,23% sedangkan stres akademik sebesar 6,47% pada mahasiswa, hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini kendali diri memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kecaduan gawai dibandingkan dengan stres akademik pada mahasiswa. Selanjutnya sumbangan efektif peubah kendali diri dan stres akademik Terhadap kecaduan gawai Mahasiswi disajikan dalam tabel 4.25 berikut:

Tabel 4.25

Sumbangan Efektif Peubah Kendali Diri dan Stres Akademik Terhadap Kecanduan Gawai Mahasiswi

Peubah Beta R SE %

KD - 0,587 - 0,529 31,05%

SA 0,360 0,222 7,99%

(34)

71

Berdasarkan Tabel 4.25 di atas menunjukkan bahwa kendali diri memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kecaduan gawai, sebesar 31,05% sedangkan stres akademik sebesar 7,99% pada mahasiswi, hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini kendali diri memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kecaduan gawai dibandingkan dengan stres akademik pada mahasiswi.

4.6.7 Sumbangan Efektif Tiap Aspek

Sumbangan efektif tiap aspek ini berfungsi untuk melihat seberapa besar sumbangan efektif dari tiap aspek dalam sebuah peubah tak gayut kepada peubah gayut. Sumbangan efektif semua peubah tak gayut sama dengan koefisien determinasi (Budiono, 2004). Sumbangan efektif tiap aspek kendali diri terhadap kecaduan gawai mahasiswa disajikan dalam tabel 4.26 berikut:

Tabel.4.26

Sumbangan Efektif Tiap Aspek Kendali Diri Mahasiswa Aspek Β Korelasi Sumbangan Efektif (%) Self Discipline - 0,481 - 0,488 23,47

Nonimpulsive Action

- 0,479 - 0,523 25,05 Healthy Habits - 0,322 - 0,565 18,19 Work Ethic - 0,582 - 0,313 18,22 Reliability - 0,058 - 0,017 0,09

85,02%

(35)

72

Dari Tabel.4.26 menunjukkan bahwa aspek Nonimpulsive Action pada mahasiswa memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap kecaduan gawai. Selanjutnya sumbangan efektif tiap aspek stres akademik terhadap kecaduan gawai mahasiswa disajikan dalam tabel 4.7 berikut:

Tabel.4.27

Sumbangan Efektif Tiap Aspek Stres Akademik Mahasiswa Aspek Β Korelasi Sumbangan Efektif (%) Pressure From Study 0,039 0,126 0,49

Workload 0,247 0,332 8,20

Worry About Grades 0,195 0,179 3,49

Self-Expectation 0,083 0,039 0,32

Study Despondency 0,440 0,434 19,09 31,59%

Dari Tabel.4.27 menunjukkan bahwa aspek Study Despondency pada mahasiswa memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap kecaduan gawai. Selanjutnya sumbangan efektif tiap aspek kendali diri terhadap kecaduan gawai mahasiswi disajikan dalam tabel 4.28 berikut:

Tabel.4.28

Sumbangan Efektif Tiap Aspek Kendali Diri Mahasiswi Aspek β Korelasi Sumbangan Efektif (%) Self Discipline - 0,428 - 0,462 19,77

Nonimpulsive Action - 0,452 - 0,496 22,42 Healthy Habits - 0,420 - 0,390 16,38

Work Ethic - 0,490 - 0,505 24,74

Reliabiltiy - 0,294 - 0,321 9,43

92,02%

(36)

73

Dari Tabel.4.28 menunnjukkan bahwa aspek Work Ethic pada mahasiswi memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap kecaduan gawai. Selanjutnya sumbangan efektif tiap aspek SA terhadap kecaduan gawai mahasiswi disajikan dalam tabel 4.9 berikut:

Tabel.4.29

Sumbangan Efektif Tiap Aspek Stres Akademik Mahasiswi Aspek Β Korelasi Sumbangan Efektif (%) Pressure From Study 0,208 0,279 5,80

Workload 0,273 0,346 9,44

Worry About Grades 0,150 0,066 0,99

Self-Expectation 0,115 0,176 2,02

Study Despondency 0,240 0,273 6,55 24,8%

Dari Tabel.4.29 menunjukkan bahwa aspek Workload pada mahasiswi memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap kecanduan gawai.

4.6.8 Uji Beda t-test

Hipotesis keempat, ada perbedaan signifikan kecaduan gawai ditinjau dari gender. Hasil uji perbedaan data kecaduan gawai disajikan dalam Tabel 4.30 berikut:

(37)

74 Tabel 4.30

Hasil Signifikansi Uji Beda Data Kecanduan Gawai

Uji Levene untuk Kesetaraan

Ragam

Uji t untuk Kesetaraan Rataan

F Sig. T db Sig. (2-

tailed)

KG

Diasumsikan

Ragam Sama 0,691 0,407 0,285 249 0,776 Diasumsikan

Ragam Berbeda 0,282 212,734 0,779

Berdasarkan Tabel 4.30 terlihat bahwa hasil uji beda diperoleh nilai t = 0,285 dengan signifikansi sebesar 0,776 > 0,05. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan pada kecanduan gawai antara mahasiswa dan mahasiswi di Universitas AKI Semarang.

4.7 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Ringkasan hasil persamaan regresi linier berdasarkan uji signifikansi parsial (uji t) disajikan dalam Tabel 31 berikut:

(38)

75 Tabel 4.31

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

MAHASISWA MAHASISWI

Y = 39,348 – 0,390X1 + 0,178X2 Y=34,907-0,321X1+0,201X2

R = 0,614 R = 0,625

R2 = 0,377 R2 = 0,391

SE Peubah KD = 31,23%

Aspek-aspek KD:

Nonimpulsive Action = 25,05%

Self Discipline = 23,47%

Work Ethic = 18,22%

Healty Habits = 18,19%

SE Peubah KD = 31,05%

Aspek-aspek KD:

Work Ethic = 24,74%

Nonimpulsive Action = 22,42%

Self Discipline = 19,77%

Healty Habits = 16,38%

SE Peubah SA = 6,47%

Aspek-aspek SA:

Study Despondency = 19,09%

SE Peubah SA = 7,99%

Aspek-aspek SA:

Workload = 9,44%

4.8 PEMBAHASAN

Hasil analisis data menunjukkan bahwa Kendali Diri berpengaruh terhadap Kecanduan Gawai pada mahasiswa di Universitas AKI Semarang. Hipotesis yang diterima ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hwang et al (2013) bahwa semakin tinggi kendali diri maka semakin randah kecanduan gawai. Menurut Young (2010) pengguna internet yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu mengatur penggunaan internet, sehingga tidak menjadikan internet sebagai tempat melarikan diri dari masalah atau untuk menghilangkan perasaan tidak berdaya, rasa bersalah, cemas dan depresi. Internet merupakan salah satu fitur utama dalam gawai, kebanyakan dari pengguna gawai

(39)

76

menggunakan gawai mereka untuk mengakses internet, bahkan tanpa internet, para pengguna gawai tidak tahu mau melakukan apa dengan gawai mereka. Menurut Widiana (2004) pengguna internet yang memiliki kontrol diri tinggi mampu untuk mengatur perilaku online.

Sehingga dapat disimpulkan mahasiswa yang memiliki kendali diri yang baik akan lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kecanduan terhadap gawai, disebabkan adanya kemampuan untuk mengontrol dan mengelola diri dalam setiap keadaan dan setiap stimulus yang ada di sekitarnya. Sebaliknya mahasiswa yang memiliki kendali diri yang rendah akan lebih besar kemungkinan untuk mengalami kecanduan gawai dikarenakan kurangnya kemampuan dalam diri untuk mengontrol dan mengelola setiap keadaan dan stimulus dan mudah terpengaruh dengan keadaan stimulus di sekitarnya. Hasil temuan dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kendali diri antara gender laki-laki dan perempuan.

Kemungkan hal ini terjadi dikarenakan latar belakang subjek penelitain ini adalah mahasiswa, yang secara konseptual dan pemikiran sudah lebih terbuka pada konsep persamaan gender, dimana laki-laki dan perempuan memiliki peran dan hak yang sama di linkungan kampus tempat mereka menimba ilmu saat ini. Gender mengacu pada dimensi sosialbudaya seseorang sebagai laki-laki atau perempuan Santrock (2003).

Handayani dan Sugiarti (2008) menjelaskan gender sebagai konsep sosial yang membedakan (dalam arti memilih atau memisahkan) peran antara laki-laki dan perempuan, bersifat dapat dipertukarkan, tidak ditentukan oleh perbedaan biologis atau kodrat melainkan dibedakan atau dipilah menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing

(40)

77

dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Konsep gender tidak bisa digeneralisasikan, dikarena tiap lingkungan dan budaya dapat memiliki konsep peran gender yang berbeda dan bersifat relatif karena dapat dipertukarkan dan bersifat dinamis, dapat berubah dari waktu ke waktu seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan jaman. Sementara itu dalam hal pengaruh kendali diri terhadap kecanduan gawai pada mahasiswa ditemukan bahwa 62,86%

mahasiswa berada pada kategori tingkat kendali diri yang rendah.

Hasil pengujian hipotesis secara parsial antara peubah kendali diri dan peubah kecanduan gawai pada mahasiswa menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara peubah kendali diri dan kecanduan gawai.

Istri dan Asyanti (2016) menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan kecanduan internet (salah satu fitur yang ada di smartphone) semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah kecanduan internet. Dari lima aspek dalam peubah kendali diri ditemukan bahwa aspek yang paling memberikan kontribusi terhadap kecanduan gawai pada mahasiswa dalam penelitian ini adalah aspek nonimpulsive action yaitu sebesar 25,05%. Tampak dalam pernyataan bahwa mahasiswa berusaha untuk melakukan tindakan yang tidak impulsif atau selalu berusaha memberikan respon dengan pemikiran yang matang. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Wan dan Chiou (2006) bahwa kontrol diri merupakan salah satu faktor yang memengaruhi ketergantungan yang terjadi pada individu. Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal yang kurang baik yang merugikan diri sendiri atau bahkan orang lain.

(41)

78

Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa Self Discipline memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap kecanduan gawai pada gender lak- laki sebesar 23,47%, yang berarti bahwa mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan disiplin diri seperti tindakan mengikuti peraturan yang ada di lingkungan sosialnya. Menurut Baumeister (2002) kontrol diri merupakan kemampuan untuk menahan keinginan dan dorongan dalam diri sendiri. Kontrol diri mengacu pada kapasitas untuk mengubah tanggapan sendiri, terutama untuk mengarahkan seseorang sesuai dengan standar seperti cita-cita, nilai-nilai, moral, dan harapan sosial, dan untuk mendukung mereka dalam mengejar tujuan jangka panjang (Baumeister, Vohs & Tice, 2007). Aspek Work Ethic memberikan kontribusi terbesar ketiga pada gender laki-laki sebesar 18,22%, yang berarti penilaian mahasiswa terhadap kemampuan regulasi diri dalam pelayanan etika kerja. Biasanya individu mampu memberikan perhatian penuh pada pekerjaan yang sedang dikerjakan.

dan aspek Healthy Habits memberikan kontibusi terbesar keempat sebesar 18,19%, merupakan kemampuan individu dalam mengatur pola perilaku menjadi sebuah kebiasaan yang pada akhirnya menyehatkan.

Biasanya individu yang memiliki kebiasaan baik akan menolak sesuatu yang dapat menimbulkan dampak buruk walaupun hal tersebut menyenangkan baginya.

Sedangkan untuk pengaruh kendali diri terhadap kecanduan gawai pada mahasiswi ditemukan bahwa bahwa 50,68% mahasiswi berada pada kategori tingkat kendali diri yang rendah. Hasil pengujian hipotesis secara parsial antara peubah kendali diri dan peubah kecanduan gawai menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara peubah kendali diri dan kecanduan gawai. Dari lima aspek dalam

(42)

79

peubah kendali diri ditemukan bahwa aspek yang paling memberikan kontribusi terhadap kecanduan gawai pada mahasiswi Aspek Work Ethic memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 24,72% Aspek ini berkaitan dengan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penilaian terhadap regulasi dirinya dalam layanan etika kerja. Biasanya individu mampu memberikan perhatian penuh pada pekerjaan yang dilakukan.

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Averill (1973) bahwa kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang membawa individu ke arah yang positif sehingga tingkah lakunya.

Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa aspek nonimpulsive action memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap kecanduan gawai pada gender perempuan sebesar 22,42%, tentang kecenderungan mahasiswa dalam melakukan suatu tindakan yang impulsive dengan pertimbangan yang baik, bersifat hati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan atau tindakan. Sejalan dengan pernyataan Chaplin (2011), kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impuls. Kontrol diri ini menyangkut seberapa kuat seseorang memegang nilai dan kepercayaan untuk dijadikan acuan ketika bertindak atau mengambil suatu keputusan.

Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa Self Discipline ini memberikan kontribusi terbesar ketiga pada gender perempuan sebesar 19,77% yang mengacu pada kemampuan mahasiswa dalam melakukan disiplin diri seperti tindakan mengikuti peraturan yang ada di lingkungan sosialnya, dan Aspek Healty Habits memberikan kontibusi

(43)

80

terbesar keempat pada gender perempuan sebesar 16,38%. Aspek ini mengacu pada kemampuan mahasiswa dalam mengatur pola perilaku menjadi kebiasaan yang baik bagi dirinya. Mahasiswa dengan healthy habits akan menolak hal-hal yang memberikan dampak buruk bagi dirinya, meskipun hal tersebut menyenangkan. Individu tersebut akan mengutamakan hal-hal yang memberikan dampak positif, meskipun dampak tersebut tidak diterimanya secara langsung. Menurut Skiner, kontrol diri merupakan tindakan diri dalam mengontrol variabel- variabel luar yang menentukan tingkah laku. Dan tingkah laku dapat dikontrol melalui berbagai cara yaitu menghindar, penjenuhan, stimuli yang tidak disukai, dan memperkuat diri (Alwisol, 2009).

Perbedaan yang terjadi pada indikator yang berperan pada aspek kendali diri terhadap kecanduan gawai berbeda antar mahasiswa dan mahasiswi kemungkinan dikarenakan adanya konsep yang berbeda dalam menmandang sesuatu, cara berpikir dan cara menghadapi sesuatu. Hurlock (1999) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif dan prestasi yang mereka capai. Menurut Naomi & Elise (2016) bawha antara pria dan wanita memiliki cara yang berbeda dalam berkomunikasi, bertatap- muka, menulis, juga melalui teknologi komunikasi dan komunikasi.

Mahasiswa akan lebih matang dalam merespon sesuatu lebih disiplin terhadap diri sendiri dalam mengikuti peraturan di lingkungan sosialnya, setelahnya barulah mereka akan memikirkan dampak dari tindakan mereka tersebut bagi diri mereka. Sedangkan mahasiswi sangat memperhatikan pola perilakunya karena dapat membentuk kebiasaan, lalu mereka membangun displin diri dalam melakukan pola

(44)

81

perilaku tersebut dan selanjutnya barulah memikirkan hal itu secara matang.

Selanjutnya hasil penelitian juga menunjukkan dalam hal pengaruh stres akademik terhadap kecanduan gawai pada mahasiswa ditemukan bahwa stres akademik berpengaruh terhadap kecanduan gawai pada mahasiswa di Universitas AKI Semarang. Santrock (2003) mengatakan bahwa stres merupakan respon seseorang terhadap suatu kejadian yang memicu stres yang tidak dapat dihadapi oleh individu. Hicks dan Heastie (2008) mengatakan bahwa mahasiswa rentan mengalami stres akademik dikarenakan tuntutan dari rutinitas belajar dalam dunia perkuliahann tuntutan untuk berpikir lebih tinggi dan kritis, mandiri dan peran dalam kehidupan masyarakat. Stres akademik merupakan dampak yang diakibatkan dari kegiatan, tanggung jawab yang harus di tanggung sebagai akibat dari kegiatan akademik yang sedang di jalani mahasiswa. Sun & Dun dkk (2011) Adanya beban tugas yang menjadi tanggungjawab Akademik dari mahasiswa dapat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan stress akademik. Stres akademik merupakan dampak yang diakibatkan dari kegiatan, tanggung jawab yang harus di tanggung sebagai akibat dari kegiatan akademik yang sedang di jalani mahasiswa.

Penelitian Kurniawan dan Ika (2013) di UNAIR Surabaya, terdapat hubungan yang signifikan antara stres akademik dan smartpone addiction. Mahasiswa yang mengalami stres akademik akan cendrung mencari pengalihan dari stres akademik yang mereka alami. Senada dengan yang di ungkapkan Bian dan Leung (2014) individu yang mengalami stres, dalam penggunaan Gawai mereka biasanya aktif dalam sosial media yang digunakan sebagai tempat untuk meluapkan

(45)

82

semua yang ada di hati dan pikiran mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mengalami stres akademik pada umumnya akan mencari koping dari stres yang dialaminya, dan salah satu kemungkinannya adalah dengan menggunakan gawai secara berlebihan sehingga terjadi Kecanduan gawai.

Adanya hubungan antara stres akademik dengan kecenderungan kecanduan gawai pada mahasiswa mengartikan bahwa stres akademik memberikan sumbangan terhadap kecenderungan kecanduan gawai pada mahasiswa. Stres akademik merupakan sumber stressor yang menuntut mahasiswa untuk lebih efektif dalam bidang akademik. Hal tersebut terjadi karena pada kehidupan perkuliahan, tuntutan dari rutinitas belajar, tuntutan untuk berpikir lebih tinggi dan kritis, kehidupan yang mandiri, serta peran dalam kehidupan sosial bermasyarakat membuat mahasiswa rentan sekali mengalami stres akademik (Hicks & Heastie, dalam Karuniawan & Cahyanti, 2013).

Penggunaan gawai yang merupakan salah satu fasilitas belajar yang saat ini aktif digunakan, menjadikan mahasiswa tidak merasakan dampak negatifnya (Karuniawan & Cahyanti, 2013). Selain itu, gawai dapat menghasilkan kesenangan serta menghilangkan rasa sakit dan stres sehingga membuat mahasiswa lebih sibuk dan aktif saat menggunakan gawai. Saat menghadapi situasi stres, orang secara alami berusaha mengatasi stres dengan menggunakan perilaku positif maupun negatif. Jika mahasiswa menggunakan gawai sebagai coping stress untuk mengatasi stres akademik yang mereka alami dan memiliki konsekuensi positif, hal ini akan menyebabkan penggunaan gawai secara berlebihan dan menyebabkan kecanduan gawai (Karuniawan & Cahyanti, 2013).

(46)

83

Hasil temuan dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan tingkat stress akademik yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Tingkat stres akademik pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini terlihat dalam aspek yang mempengaruhi stres akademik. Pada laki-laki aspek yang memberi pengaruh lebih besar adalah study despondency, sedang perempuan lebih kepada aspek workload. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang Agolla dan Ongori (2009) bahwa terdapat perbedaan tingkat stres akademik pada laki-laki dan perempuan, stres akademik yang terjadi pada laki-laki cenderung menggunakan mekanisme koping yang berorientasi terhadap ego, sehingga laki-laki lebih santai dalam menghadapi stres akademik sedangkan perempuan lebih sering menggunakan mekanisme koping yang berorientasi terhadap tugas, sehingga perempuan lebih mudah diidentifikasi jika mengalami kondisi stres. Perbedaan gender juga memengaruhi persepsi dan reaksi mahasiswa terhadap stressor akademik (Misra, McKean, West, &

Russo. 2000).

Sementara itu dalam hal pengaruh stres akademik terhadap kecanduan gawai pada mahasiswa ditemukan bahwa 51,43%

mahasiswa berada pada kategori tingkat stres akademik yang rendah.

Hasil pengujian hipotesis secara parsial antara peubah stres akademik dan peubah kecanduan gawai menunjukkan bahwa hipotesis diterima.

Dari lima aspek peubah stres akademik ditemukan bahwa aspek yang paling besar memberikan kontribusi terhadap kecanduan gawai mahasiswa adalah aspek study Despondency (keputusasaan), yaitu sebesar 19,09%. Aspek ini berkaitan dengan respon emosional seseorang ketika ia merasa tidak mampu mencapai tujuan dalam

(47)

84

hidupnya. Mahasiswa yang mengalami stres akademik akan merasa bahwa dia tidak mampu memahami pelajaran serta mengerjakan tugas−tugas yang harus ia selesaikan. Menurut Govaerst dan Gregoire (2004), Senada dengan penelitian yang dilakukan Nindyati (2020) di universitas Paramadina, Jakarta, diperoleh bahwa kecerdasan emosi dan jenis kelamin memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap stres akademik mahasiswa secara langsung. Stres akademik mahasiswa dapat dikelola ketika individu memiliki kecerdasan emosi yang baik. Reaksi emosi laki-laki dan perempuan terhadap situasi yang menekan juga berbeda.

Menurut Goleman (2003), kecerdasan emosi merupakan kemampuan individu dalam mengelola perasaan atau emosinya dengan tepat atau selaras, sehingga individu mampu mencapai keseimbangan dalam dirinya. Mahasiswa cenderung mengalami stres akademik karena kecerdasan emosinya cenderung tidak kuat. Hal ini dikarenakan laki-laki pada umumnya lebih sulit mengelola reaksi emosinya ketika menghadapi hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya, khususnya pada situasi yang sulit dalam menghadapi banyaknya tugas-tugas akademis (Kauts, 2018). Hal ini sejalan dengan pendapat Barseli, Ifdil dan Nikmarijal (2017) individu yang berpikir tidak dapat mengendalikan situasi, cenderung mengalami stres lebih besar.

Semakin besar kendali bahwa ia dapat melakukan sesuatu, semakin kecil kemungkinan stres yang akan dialami siswa.

Sedangkan untuk pengaruh stres akademik terhadap kecanduan gawai pada mahasiswi ditemukan bahwa bahwa 54,11% gender perempuan berada pada kategori tingkat stres akademik yang rendah.

Hasil pengujian hipotesis secara parsial antara peubah stres akademik

(48)

85

dan peubah kecanduan gawai menunjukkan bahwa hipotesis diterima.

Dari lima aspek peubah stres akademik ditemukan bahwa aspek yang paling besar memberikan kontribusi terhadap kecanduan gawai pada gender perempuan adalah aspek Workload yaitu sebesar 9,44%. Beban tugas yang diterima mahasiswa yang harus dikerjakan sebagai tanggung jawab akademis dalam menyelesaikan studi. Lazarus dan Folkman (1984) mengatakan bahwa kondisi stres terjadi bila terdapat kesenjangan dan ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan.

Tuntutan adalah segala sesuatu yang jika tidak dipenuhi maka akan dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Berdasarkan hasil studi ini, stres akademik responden termasuk dalam kategori rendah, maka dapat disimpulkan bahwa responden mampu mengelola stres akademik yang disebabkan oleh workload atau beban studi yang dimiliki.

Perbedaan yang terjadi pada indikator yang berperan pada aspek stress akademik terhadap kecanduan gawai berbeda antar mahasiswa dan mahasiswi kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan reaksi antara mahasiswa dan mahasiswi dalam menghadapai sebuah tekanan.

Perbedaan reaksi stres antara laki-laki dan perempuan juga dapat dilihat dari segi strukur otak (Santrock, 2008) dan hormon (Wade & Tavris, 2007). Penelitian Calvarese (2015) menunjukkan bahwa perempuan mengalami reaksi stres yang lebih tinggi daripada laki-laki, sedangkan penelitian Kai-Wen (2009) menunjukkan bahwa laki-laki dalam konteks akademik memiliki stres yang lebih tinggi Dhull & Kumari (2015) menyatakan bahwa stres akademik terlihat berbeda pada kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Kelompok perempuan menunjukkan stres akademik yang lebih besar dibandingkan pada

(49)

86

kelompok laki-laki. Hal ini tidak terlepas dari faktor alamiah bahwa perempuan lebih sensitif dan lebih peka terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Kondisi ini juga membuat perempuan cenderung lebih menganggap semua hal yang terjadi dengan serius, berbeda dengan laki-laki yang terkadang cenderung menganggap enteng dan menunjukkan sikap yang easy going dalam menghadapi situasi yang ada.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa Kendali Diri dan Stres Akademik secara simultan menjadi prediktor terhadap Kecanduan Gawai. Kendali Diri berhubungan negatif terhadap Kecanduan Gawai dan Stres Akademik berhubungan positif terhadap Kecanduan Gawai berdasarkan gender. Jadi dapat dikatakan bahwa makin tinggi kendali diri maka makin rendah kecanduan gawai, semakin rendah kendali diri maka makin tinggi kecanduan gawai, sebaliknya semakin tinggi stres akademik makin tinggi pula kecanduan gawai, semakin rendah stres akademik makin rendah pula kecanduan gawai. Chiu (2014) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa adanya kecenderungan smartphone addiction adalah sebagai salah satu alasan untuk pengalihan rasa stres pada diri seorang individu dikalangan remaja karena tidak adanya kontrol diri yang kuat terhadap pemakaian smartphone sehingga menjadi awal mula terjadinya ketergantungan akan alat komunikasi tersebut.

Hasil uji signifikansi secara simultan untuk peubah tak gayut kecanduan gawai dan stres akademik terhadap peubah gayut kecanduan gawai berdasarkan gender laki-laki diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh kendali diri dan stres akademik terhadap kecanduan gawai secara simultan pada gender laki-laki. Hasil uji signifikansi secara

(50)

87

simultan untuk peubah tak gayut kendali diri dan stres akademik terhadap peubah gayut kecanduan gawai berdasarkan gender perempuan diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh kendali diri dan stres akademik terhadap kecanduan gawai secara simultan pada gender perempuan. Tidak adanya kontrol diri dan tekanan akademik yang kuat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kecanduan gawai.

Seperti yang dikatakan oleh Chiu (2014) bahwa gangguan kecanduan Gawai (Smartphone) adalah sebagai salah satu alasan untuk pengalihan rasa stress yang dialami individu di kalangan remaja, dan tidak adanya kontrol diri yang kuat terhadap pemakaian Gawai (Smartphone) sebagai awal mula dari ketergantungan terhadap Gawai.

Penggunaan gawai yang sudah sangat umum dikalangan mahasiswa mengakibatkan perilaku kecanduan gawai terkadang sudah di anggap sebagai hal yang umum. Chiu (2014) menyatakan bahwa terjadi stres pada kehidupan mahasiswa, yang mengakibatkan mahasiswa menggunakan gawai (smartphone) sebagai pelarian rasa stres yang mereka alami, adanya penggunaan gawai (smartphone) yang tidak terkontrol membuat mahasiswa menjadi kecanduan terhadap gawai.

Sehingga dapat disimpulkan Mahasiswa yang memiliki kendali diri yang rendah dan mengalami stres akademik akan besar kemungkinannya untuk mengalami kecanduan gawai, atau mahasiswa yang memiliki kendali diri yang baik namun mengalami stres akademik akan mampu mengontrol diri untuk tidak mengalami kecanduan gawai.

Seperti kecanduan pada umumnya, kecanduan gawai juga akan membawa dampak yang negatif bagi individu yang mengalami gangguan kecanduan gawai. Yuwanto (2010) menyatakan bahwa individu yang kecanduan tidak mampu mengontrol keinginan mereka

(51)

88

untuk menggunakan gawai (smartphone), merasa cemas, kehilangan, menarik diri dari masalah dan kehilangan produktivitas.

Hasil temuan dalam penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan tingkat kecanduan gawai yang signifikan antara mahasiswa dan mahasiswi yang bermakna tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kecanduan gawai antara subjek laki-laki dan perempuan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian dilakukan oleh Choliz (2012), yang menyatakan bahwa perempuan memiliki tingkat ketergantungan smartphone lebih tinggi dibandingkan dengan laki- laki, perempuan lebih sering menggunakan smartphone daripada laki- laki, perempuan juga lebih cenderung terlibat dalam penyalahgunaan smartphone dan mengalami masalah dengan orang tua karena penggunaan yang berlebihan.

Hasil temuan dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kendali diri antara gender laki-laki dan perempuan Hal ini sesuai dengan penelitian Tairas (2013), menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kendali diri pada remaja laki-laki dan perempuan yang kecanduan internet. Tinggi rendahnya kendali diri seseorang tidak ditentukan oleh gender (Shekarkhan & Gibson, 2011), tingkat kendali diri juga dipengaruhi oleh faktor luar dari individu.

Misalnya, faktor lingkungan, kesempatan, dan kemudahan fasilitas yang dimiliki individu yang dapat mempengaruhi kendali diri pada mahasiswa di Universitas AKI dalam memberikan dorongan pada perilaku individu dalam menggunakan gawai.

Oleh karena itu berdasarkan pembahasan ini, tidak adanya perdaan tingkat kecanduan gawai antara gender laki-laki dan perempuan pada mahasiwa Universitas AKI dikarenakan tidak terdapatnya perbedaan

(52)

89

kendali diri antara gender laki-laki dan perempuan. Menurut Agusta (2016) ada empat faktor penyebab kecanduan gawai salah satunya yaitu faktor inernal, dimana kontrol diri yang rendah merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi kecanduan gawai. Kontrol diri adalah kemampuan individu untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan langkah-langkah dan tindakannya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

4.8 Kekuatan dan Keterbatasan yang Dimiliki Oleh Penelitian yang Dilakukan

4.8.1 Kekuatan

1. Sebagai riset empirik dapat membantu Universitas AKI dalam menyikapi tingkah laku mahasiswa dalam menggunakan Gawai.

2. Menggunakan Smartphone Addiction Scale–Short Version (SAS-SV ) dikalangan mahasiswa.

3. Hasil penelitian yang diperoleh memberikan informasi baru yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dengan memperlihatkan bahwa secara bersama-sama kendali diri dan stress akademik memberi pengaruh terhadap tingkat kecanduan gawai dengan menunjukkan persentasi pengaruh dari masing-masing aspek baik dari kendali diri maupun stres akademik juga menunjukkan tidak adanya perbedaan tingkat kecanduan gawai antara gender.

(53)

90 4.8.2 Keterbatasan

1. Item-item pada skala penelitian kemungkinan tidak bebas dari efek Social Desirability sehingga subyek menjawab berdasarkan harapan sosial, bukan berdasarkan kondisi dirinya.

2. Peubah lain seharusnya dapat ditambahkan untuk memperluas cakupan dari penelitian ini, cotohnya usia, asal daerah, lama penggunaan gawai dan durasi menggunakan gawai setiap hari.

Gambar

Tabel Frekwensi Kelas Interval Peubah Kendali Diri
Tabel Frekwensi Kelas Interval Peubah Stres Akademik
Tabel  reliabilitas  skala  kendali  diri  masuk  dalam  lampiran  halaman 51 Tabel.2 Reliabilitas Kendali Diri
Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas Mahasiswa
+5

Referensi

Dokumen terkait

pendeteksi/detektor, yang bekerja secara fisikokimia, pendeteksi/detektor, yang bekerja secara fisikokimia, piezoelektronik, optik, elektrokimia, dll., yang mengubah sinyal

penelitian ini digambarkan dalam diagram sebagai berikut. 1) Pada tahap pertama penelitian, penulis melakukan tes awal kemampuan pemahaman puisi yang dibaca siswa.

a) Fungsi informatif, yaitu organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Bermakna seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang

Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan

Kajian Ditinjau dari kekerabatan bahasa Jawa tersebut membagi bunyi konsonan dalam Yogyakarta, bahasa Jawa dan bahasa Indonesia bahasa Indonesia menjadi 23 konsonan yaitu

Salah satu jalan yang dilakukan adalah adalah mempertahankan dan meningkatkan kepuasan konsumen yang telah ada, yang dapat dilakukan dengan penelitian secara mendalam

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

Telaah kesulitan yang dihadapi pendidik dalam melaksanakan kegiatan pengukura kesulitan yang dihadapi pendidik dalam melaksanakan kegiatan pengukuran n dan penilaian hasil