KARYA ILMIAH TERAPAN
UPAYA PENGOPTIMALAN KEMAMPUAN ANAK BUAH
KAPAL DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT DI KAPAL MV. TANTO JAYA
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III
ELDYAN ROMADHONI FAJRIN NIT. 04.16.013.1.41
AHLI NAUTIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
2020
UPAYA PENGOPTIMALAN KEMAMPUAN ANAK BUAH KAPAL DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT
DI KAPAL MV. TANTO JAYA
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III
ELDYAN ROMADHONI FAJRIN NIT. 04.16.013.1.41
AHLI NAUTIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2020
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Eldyan Romadhoni Fajrin Nomor Induk Taruna : 04.16.013.1.41
Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :
UPAYA PENGOPTIMALAN KEMAMPUAN ANAK BUAH KAPAL DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT DI KAPAL MV. TANTO JAYA
Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya sendiri menerima sanksi yang di tetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.
SURABAYA, ………
Materai 6000
Eldyan Romadhoni Fajrin
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah Terapan ini dengan judul : “UPAYA PENGOMTIMALAN KEMAMPUAN ANAK BUAH KAPAL DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT DI KAPAL MV. TANTO JAYA”.
Karya Ilmiah Terapan (KIT) merupakan salah satu persyaratan baku Taruna untuk menyelesaikan studi program DIPLOMA III PELAYARAN dan wajib diselesaikan pada periode yang di tetapkan. KIT merupakan proses penyajian keadaan tertentu yang dialami Taruna pada saat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PRALA) ketika berada di atas kapal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa, susunan kalimat, maupun cara penulisan serta pembahasan materi akibat keterbatasan penulis dalam penguasaan materi, waktu dan data-data yang diperoleh.
Untuk itu penulis senantiasa menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak, olehnya itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada kedua orang tua dan saudara tercinta serta senior – senior yang selalu memberi dukungan baik moril maupun material serta kepada:
1. Kedua Orang Tua Saya yang Saya Hormati dan Saya Banggakan yaitu Mama Saya Elfi Saidah dan Ayah Saya Slamet Hidayat. Serta Adik saya yang tercinta Muhammad Fahmi Jidan.
v
2. Bapak Capt. Heru Susanto, M.M Selaku Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya.
3. Bapak Muhamad Imam Firdaus, S.S.T.Pel., M.M. selaku dosen pembimbing materi.
4. Ibu Anak Agung Istri Wahyuni, S.SiT, M.Adm, SDA selaku dosen pembimbing teknik tulisan.
5. Bapak Daviq Wiratno,M.T., M.Mar selaku Ketua Jurusan Nautika.
6. Para dosen di POLTEKPEL Surabaya pada umumnya dan para dosen jurusan Nautika pada khususnya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
7. Rekan-rekan taruna/i dan pihak yang membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Terimakasih kepada beliau dan semua pihak yang telah membantu, semoga semua amal dan jasa baik mereka mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulisi lmiah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis serta berguna bagi pembaca.
Surabaya, 2020
ELDYAN ROMADHONI FAJRIN
vi
ABSTRAK
Eldyan Romadhoni Fajrin, 2020, “Upaya Pengoptimalan Kemampuan Anak Buah Kapal Dalam Menghadapi Keadaan Darurat Di Kapal MV. Tanto Jaya”.
Nautika Program Diploma III POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.
Pembimbing : (I) I’ie Suwondo, S.Si.T., M.Pd., M.Mar dan (II) Anak Agung Istri Wahyuni, S.Sit, M.Adm SDA.
Kapal merupakan salah satu alat transportasi yang penting dalam proses transportasi ataupun distribusi barang secara masal, oleh sebab itu pelayaran yang aman dan nyaman sangat dibutuhkan, serta keselamatan pelayaran sangat dibutuhkan serta keselamatan pelayaran merupakan faktor mutlak yang harus ditemui agar kapal dapat beroperasi dengan baik.
Dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini, penulis menjabarkan landasan teori tentang upaya pengoptimalan kemampuan anak buah kapal dalam menghadapi keadaan darurat di kapal MV. Tanto Jaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Dalam hal ini data berupa pendekatan terhadap objek melalui observasi, studi perpustakaan, wawancara secara langsung terhadap subjek serta menggunakan studi dokumentasi.
Pada hasil penelitian ini, dalam melaksanakan praktek berlayar, Kurangnya kemampuan awak kapal dalam menghadapi keadaan darurat diatas kapal sangat kurang, dapat terlihat jelas dari sikap yang ditujukan anak buah kapal dalam menjalani latihan diatas kapal yang bahkan ada sebagian dari crew yang tidak mengetahui tugas apa yang dia ambil sesuai dengan muster list. Begitu juga sangat bisa dilihat kesiapan peralatan penolong yang masih kurang. Dikarenakan kurangnya pemeriksaan peralatan yang sangat berdampak pada kurang maksimalnya setiap pelatihan yang digunakan. Namun dengan diadakannya latihan kemampuan crew kapal dapat terus dipantau begitu pula mengenai peralatan pemadam api dan peralatan keselamatan dapat terus diketahui kesiapannya sehingga setiap kerusakan dapat segera ditangani dengan semestinya dan tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Oleh karena kesiapan kemampuan anak buah kapal dalam menghadapi keadaan darurat sangat penting, maka dari itu pemaksimalan setiap dilakukan latihan sangat di perlukan untuk menunjang keselamatan seluruh crew dalam berlayar sehingga pelaksanaannya sangatlah harus diperhatikan untuk mengoptimalkan kemampuan anak buah kapal dalam menghadapi keadaan darurat di atas kapal.
Kata Kunci : ABK, Darurat, Kapal, Latihan
vii
ABSTRACT
Eldyan Romadhoni Fajrin, 2020, “The ability to optimize ship crew capability in the face of emergencies on the ship of MV. Tanto Jaya”. Nautical Program
Diploma III POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.
Advisors: (I) I’ie Suwondo, S.Si.T., M.Pd., M.Mar and (II) Anak Agung Istri Wahyuni, S.Sit, M.Adm SDA.
Ship is one of the important transportation in the process of transportation or distribution of goods in bulk, Therefore, safe and comfortable sailing is needed, as well as the safety of the cruise is needed and the safety of the cruise is an absolute factor that must be found in order for the ship to operate properly.
In the writing of this applied scientific work, the author outlines the foundation of the theory about the optimisation effort of the fruit vessel's ability in the face of emergency on the ship of MV. Tanto Jaya.
The methods used in this research are qualitative methods. In this case data is an approach to objects through observation, library studies, interviews directly to the subject and using documentation studies.
In the results of this research, in carrying out the practice of sailing, the lack of crew ability in the face of emergency on the ship is very lacking, can be seen clearly from the attitude directed by the ship children in the training on the ship There are even some of the crew who do not know what task he took according to the Muster list. So can be seen the readiness of the helper equipment is still lacking. Due to the lack of equipment inspection that greatly impacts the lack of every training used. But with the holding of training crew skills can be continuously monitored as well as about the fire extinguisher equipment and safety equipment can continue to know its readiness so that any damage can be dealt with properly and not inflict greater harm.
Due to the ability of the ship crew in the face of emergency situation really crucial, Therefore, the maximization of each exercise is strictly needed to support the safety of all crew in sailing so that the implementation is very must be considered to optimize the ability of the ship's children in the face of circumstances On board.
Keywords : Crew, Emergencies, Ship, Drill
viii
1 4 4 4 5
6 7 23
25 25 26 26 27
32 34 42 44 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian B. Perumusan masalah C. Batasan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Review Penelitian Sebelumnya B. Landasan Teori
C. Kerangka Penelitian BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi dan Tempat Penelitian C. Jenis dan Sumber Data D. Pemilih Informan E. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian
B. Hasil Penelitian C. Analisis Data D. Pembahasan
ix
46 47 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1 Flowchart Kerangka Penelitian 23
4.1 Ship Particular MV. Tanto Jaya 33
4.2 Program Pelatihan di atas kapal MV. Tanto Jaya 34
4.3 Fire Drill Report MV. Tanto Jaya 38
4.4 Persiapan Drill MV. Tanto Jaya 39
4.5 Persiapan Life Boat Drill MV. Tanto Jaya 40
4.6 Fire Control Plan MV. Tanto Jaya 42
xi
2 6 DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1 Kecelakaan Kapal Tahun 2005-2009 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapal merupakan salah satu alat transportasi yang penting dalam proses transportasi ataupun distribusi barang secara masal, oleh sebab itu pelayaran yang aman dan nyaman sangat dibutuhkan, serta keselamatan pelayaran sangat dibutuhkan serta keselamatan pelayaran merupakan faktor mutlak yang harus ditemui agar kapal dapat beroperasi dengan baik.
Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan gaya dorong pada kecepatan bervariasi melintas berbagai wilayah pelayaran dalam kurun waktu tertentu dapat mengalami berbagai permasalahan yang disebabkan oleh beberapa faktor, baik karena faktor dari alam, maupun faktor dari kapal itu sendiri (kerusakan mesin).
Apabila terjadi kerusakan parah pada kapal sehingga anak buah kapal tidak dapat mengatasinya, maka nakhoda sebagai pimpinan diatas kapal mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan meninggalkan kapal, Pada waktu meninggalkan kapal tersebut, ditekankan dalam UU nomor 21 tahun 1992, bahwa setiap anak buah kapal harus memiliki kemampuan penyelamatan diri di laut.
Dalam, mengatur keselamatan berlayar, dibentuknya IMO (International Maritime Organization) sebagai organisasi dunia dalam bidang maritim mengeluarkan SOLAS (Safety of Life at Sea). Peraturan
1
tersebut dibuat untuk memberikan pelayanan dan keselamatan bagi para penumpang. Namun masih sering terjadinya kecelakaan laut seperti kapal tenggelam, bertabrakan, dan terbakar. Berikut tabel data kecelakaan kapal dari tahun 2005 sampai 2009.
Tabel 1.1 Kecelakaan Kapal Tahun 2005-2009
Tahun Faktor Penyebab Jumlah
Kecelakaan
Jumlah Korban Jiwa Manusia Alam Teknik
2005 56 35 34 125 61
2006 39 67 37 143 111
2007 23 35 87 145 727
2008 31 75 32 138 92
2009 52 41 31 124 247
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Desember 2009
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa setiap kecelakaan menmbulkan korban jiwa, Pada tahun 2009 menunjukkan jumlah kecelakaan paling rendah yaitu 124 kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia dengan korban sebanyak 52 korban jiwa. Jumlah korban meningkat sebesar 168.48 % dari tahun 2008 sebanyak 247 korban jiwa.
(Lee, 2003) menyebutkan bahwa sebagian besar penumpang kapal tidak terbiasa dengan struktur dan kondisi kapal yang menyebabkan para penumpang kapal akan bingung dalam memilih jalur evakuasi. Hal tersebut mendasari suatu kondisi bahwa peranan Anak Buah Kapal (ABK) dan kapten kapal menjadi sangat penting sebagai pemandu dan pengkoordinir para penumpang untuk menyelamatkan diri sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan.
Sebagai contoh adalah kejadian yang terjadi di kapal MV. TANTO JAYA saat taruna melakukan praktek laut. Kejadian bermula saat taruna
2
dan seorang jurumudi melaksanakan tugas jaga 00.00 - 04.00 saat kapal berlabuh jangkar di anchored area pelabuhan tanjung priok. Saat itu hanya ada sebagian crew yang standby diatas kapal. dikarenakan sebagian besar crew kapal bertempat tinggal di Jakarta jadi sebagian crew memutuskan untuk turun ke darat sambil menunggu jadwal kapal untuk sandar. sebelum pertukaran jaga dengan divisi jaga selanjutnya diketahui bahwa saat melakukan penjagaan kelasi sempat pergi ke dapur untuk memasak mie instant pukul 23.00 dan setelah selesai diketahui bahwa kelasi lupa untuk mematikan kompor di dapur. Selama beberapa jam kompor menyala suhu kompor semakin panas dan lama kelamaan menimbulkan asap yang cukup tebal dan berbau sehingga membangunkan mess boy yang kebetulan tertidur di mess room sebelah dapur. Setelah mengecek asal asap dan menyadari itu berasal dari kompor mess boy panik dan langsung berinisiatif mengambil air di toilet dan menyiramkan air pada kompor yang berasap setelah kejadian barulah mess boy memberitahukan pada divisi jaga deck beserta perwira jaga atas kejadian yang terjadi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan suatu pelatihan pentingnya kesiapan diri di kapal kepada awak kapal guna menghadapi kejadian keadaan darurat yang kapanpun bisa terjadi dengan tujuan agar latihan tersebut dapat berguna ketika terjadi gangguan dan keadaan darurat di kapal. Sehingga jiwa dari anak buah kapal, kapal dan lingkungan dapat selamat.
3
Dari berbagai fenomena diatas, mendorong penulis untuk mengangkat masalah ini untuk diteliti dan kemudian menuangkan dalam skripsi yang berjudul “UPAYA PENGOPTIMALAN KEMAMPUAN ANAK BUAH KAPAL DALAM MENGHADAPI KEADAAN DARURAT DI KAPAL MV. TANTO JAYA”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesiapan kemampuan dan keterampilan anak buah kapal dalam menggunakan alat-alat penolong/keselamatan dan alat pemadam kebakaran yang ada di kapal sehubungan dengan pelaksanaan latihan menghadap keadaan darurat?
2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi Anak Buah Kapal dalam melaksanakan latihan menghadapi keadaan darurat dan menggunakan alat-alat penolong/keselamatan dan alat pemadam kebakaran?
C. Batasan Masalah
Dikarenakan banyaknya latihan menghadapi keadaan darurat di kapal, dan keterbatasan waktu, pengalaman, serta kemampuan penulis maka penulis akan membatasi masalah dan membahas mengenai masalah latihan meninggalkan kapal (Life Boat Drill) dan latihan kebakaran (Fire Drill).
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan naskah skripsi ini adalah :
4
1. Mengetahui bagaimana kesiapan kemampuan dan keterampilan anak buah kapal dalam menggunakan alat-alat penolong/keselamatan dan alat pemadam kebakaran yang ada di kapal sehubungan dengan pelaksanaan latihan menghadap keadaan darurat.
2. Mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menangani kendala-kendala yang terjadi dalam upaya peningkatan kemampuan crew kapal dalam menghadapi keadaan darurat diatas kapal.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka penulis berharap akan beberapa manfaat yang dapat di capai :
1. Secara Teoritis.
Dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan sesuai dengan ketentuan Keselamatan Jiwa di Laut (SOLAS) pembaca dapat gambaran bagaimana pelaksanaan latihan meninggalkan kapal dan latihan kebakaran yang benar sehingga dapat diterapkan nantinya apabila terjadi keadaan darurat tersebut.
2. Secara Praktis.
Dengan membaca skripsi ini diharapkan dapat menguasai keadaan darurat apabila terjadi dikapal nantinya dan dapat berupaya untuk menjaga keterampilan dalam mempergunakan peralatan yang dapat di pakai untuk menanggulangi keadaan darurat sehingga kerusakan materi dan lingkungan akibat keadaan darurat dapat diminimalisir.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Review Penelitian Sebelumnya
Beberapa penulis telah melakukan penelitian tentang pentingnya upaya peningkatan keterampilan anak buah kapal dalam menghadapi keadaan darurat di atas kapal. Berikut ini penulis berikan salah satu penelitiannya:
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penulis Judul Penelitian Hasil
Dimas Purnomo
Analisa Pelatihan Penggunaan alat-alat Penolong Diatas
Kapal dalam
Menghadapi Keadaan Darurat
1. Keadaan diatas kapal mengenai kelayakan alat dan pelatihan anak buah kapal dalam menghadapi keadaan darurat masih perlu pembenahan.
2. Pelakasaan pelatihan tidak sesuai dengan tujuan dan manfaat dari pelaksanaan dilaksanakannya latihan keadaan darurat itu sendiri.
3. Kesiapan alat keselamatan masih belum sesuai lengkap (masih belum sesuai dengan jumlah alat yang tertulis dalam sijil kebakaran.
6
B. Landasan Teori 1. Kajian Pustaka.
Pelaksanaan latihan keselamatan diatas kapal harus sesuai dengan konversi internasional tentang jiwa dilaut (SOLAS) 1974 pada bab III membahas tentang persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh kapal-kapal, baik kapal penumpang dan kapal barang.
2. Peraturan-peraturan Keselamatan.
Menurut SOLAS 2014, BAB II-2
a. Peraturan 15 : Instruksi Pelatihan dan Latihan di Kapal.
1) Pelatihan dan latihan di kapal.
2) Pelatihan On-Board dalam penggunaan sistem dan peralatan pemadaman kebakaran kapal harus di rencanakan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan III/19.4.1.
3) Latihan kebakaran harus dilakukan dan dicatat sesuai dengan ketentuan peraturan III/19.3 dan III/19.5.3.
4) Persyaratan tambahan untuk kapal penumpang.
5) Latihan kebakaran selain persyaratan paragraph 2.2.3, latihan pemadaman kebakaran harus dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan III/30, dengan memperhatikan pemberitahuan penumpang dan pergerakan penumpang ke stasiun perakitan dan geladak embarkasi.
b. Peraturan 19 : Pelatihan dan Keadaan Darurat.
1) Pada sebuah kapal yang melakukan perjalanan dimana penumpang dijadwalkan berada di kapal selama lebih dari 24
7
jam, pengumpulan penumpang akan berlangsung selama 24 jam setelah embarkasi mereka.
2) Setiap kali penumpang baru memulai briefing keselamatan penumpang harus diberikan segera sebelum berlayar, atau segera setelah berlayar. Pengarahan harus mencakup instruksi yang diminta oleh peraturan 8.2 dan 8.4, dan harus dibuat dengan cara pengumuman. Pengumuman harus dilakukan pada public kapal.
3) Sistem alamat atau dengan sarana setara lainnya yang kemungkinan di dengar oleh penumpang yang belum mendengarnya selama pelayaran. Briefing dapat dilakukan dalam pengumpulan yang dibutuhkan oleh awak kapal.
4) Jika pengumpulan dilakukan segera setelah keberangkatan.
Kartu informasi atau poster atau program-program video yang ditampilkan pada display kapal video dapat digunakan untuk melengkapi pengarahan, tetapi tidak boleh digunakan untuk mengggantikan pengumuman.
Menurut SOLAS 1974, BAB III, bagian A-Umum c. Peraturan 25 : Muster list dan prosedur darurat.
1) Tugas-tugas khusus yang dilakukan di dalam keadaan darurat harus dibagikan kepada masing-masing anggota awak kapal.
2) Sijil kumpul harus memperlihatkan semua tugas khusus dan harus memperlihatkan khususnya posisi-posisi mana yang
8
harus diambil oleh tiap anggota dan tugas-tugas yang harus dilakukan.
3) Sijil kumpul untuk tiap kapal penumpang harus dalam bentuk yang disetujui oleh badan pemerintahan.
4) Sebelum kapal berlayar, sijil kumpul harus sudah dirampungkan. Turunan-turunannya harus digantungkan diberbagai bagian dari kapal, dan terutama ditempat-tempat kediaman awak kapal.
5) Sijil kumpul harus memperlihatkan tugas-tugas yang ditetapkan untuk berbagai anggota awak kapal berkenan dengan :
a) Penutupan pintu-pintu kedap air, katup-katup dan mekanisme penutupan lubang-lubang pembuangan, lubang-lubang tuang abu dan pintu-pintu kebakaran.
b) Melengkapi sekoci - sekoci penolong (termasuk pesawat radio jinjing untuk pesawat penyelamatan) dan alat-alat penyelamat lain.
c) Peluncuran sekoci penolong.
d) Persiapan umum alat-alat penyelamat lain.
e) Memerikasa kelengkapan para penumpang.
f) Pemadam kebakaran, dengan memperhatikan bagan-bagan pengendalian kebakaran kapal.
6) Sijil kumpul harus memperhatikan berbagai tugas yang dibebankan kepada para anggota bagian pelayanan terhadap
9
para penumpang di dalam keadaan darurat. Tugas - tugas ini harus meliputi :
a) Memperingatkan para penumpang.
b) Memeriksa apakah mereka telah berpakaian dengan layak dan telah mengenakan baju penolong dengan cara semestinya.
c) Memeriksa para penumpang di pos kumpul.
d) Menjaga ketertiban di lorong-lorong dan di tangga-tangga tapak, dan pada umumnya, mengendalikan gerakan - gerakan para penumpang.
e) Memastikan bahwa persediaan selimut-selimut telah dibawa ke sekoci-sekoci penolong.
7) Tugas-tugas yang ditunjukkan oleh sijil kumpul yang berkaitan dengan pemadam kebakaran sesuai dengan sub paragraf 5) (f) Peraturan ini harus meliputi segala sesuatu yang berkenan dengan :
a) Pengawakan regu-regu pemadam kebakaran yang dibebani tugas memadamkan kebakaran.
b) Tugas-tugas khusus yang dibebankan berkenan dengan penanganan perlengkapan dan instalasi pemadam kebakaran.
8) Sijil kumpul harus memperincil isyarat-isyarat tertentu untuk memanggil semua awak kapal ke stasiun-stasiun sekoci, stasiun rakit penolong dan stasiun pemadam kebakaran
10
mereka, dan harus memberikan perincian isyarat - isyarat ini secara lengkap. Isyarat-isyarat ini harus diperdengarkan dengan suling atau sirine dan, kecuali di kapal-kapal penumpang di pelayaran-pelayaran internasional jarak dekat dan di kapal - kapal barang yang panjangnya kurang dari 54,7 meter (150 kaki), isyarat-isyarat harus ditambah dengan isyarat-syarat lain yang harus dijalankan dengan listrik. Semua isyarat ini harus dapat dilayani dari anjungan.
d. Peraturan 26 : Mempraktekkan Muster list dan pelaksanaan latihan.
a) Di kapal-kapal penumpang mengumpulkan para awak kapal untuk latihan sekoci dan latihan kebakaran harus dilaksanakan setiap minggu, jika dapat dilaksanakan dan dapat berkumpul demikian itu harus dilaksanakan bilamana sebuah kapal penumpang meninggalkan pelabuhan terakhir untuk memulai suatu pelayaran internasional yang bukan pelayaran internasional jarak dekat.
b) Di kapal-kapal barang, mengumpulkan para awak kapal untuk latihan sekoci dan latihan kebakaran harus dilaksanakan dengan selang - selang waktu tidak lebih dari satu bulan, dengan ketentuan bahwa mengumpulkan para awak kapal untuk latihan sekoci dan latihan kebakaran itu harus dilaksanakan didalam waktu 24 jam sejak kapal meninggalkan sebuah pelabuhan jika lebih dari 25 persen awak kapal telah diganti di pelabuhan tersebut.
11
c) Pada pelaksanaan berkumpul bulanan di kapal-kapal barang, perlengkapan - perlengkapan sekoci harus diperiksa untuk memperoleh kepastian bahwa benar-benar lengkap.
d) Tanggal pada waktu latihan dilaksanakan, dan perincian- perincian dari setiap latihan dan untuk memadamkan kebakaran yang dilakukan di kapal harus dicatat di dalam buku harian sebagaimana ditetapkan oleh Badan Pemerintahan. Jika disuatu minggu (untuk kapal-kapal penumpang) atau bulan (untuk kapal-kapal barang) tidak dilaksanakan berkumpul atau hanya sebagian saja. Pencatatan harus dilakukan yang menyatakan keadaan-keadaan dan ulasan berkumpul yang telah dilaksanakan itu. Laporan tentang pemeriksaan perlengkapan sekoci di kapal-kapal barang harus dicantumkan dalam buku harian, yang harus juga dicatat kejadian ketika sekoci-sekoci diayunkan keluar dan diturunkan sesuai dengan paragraf (c) Peraturan ini.
e) Di kapal-kapal penumpang, kecuali yang digunakan dalam pelayaran-pelayaran internasional jarak dekat. Pemeriksaan penumpang harus dilaksanakan dalam 24 jam setelah kapal meninggalkan pelabuhan.
f) Kelompok-kelompok sekoci penolong yang berlainan harus digunakan secara bergiliran dalam latihan-latihan sekoci yang dilaksanakan secara beruntun dan tiap sekoci penolong harus diayun keluar. Dan jika praktis dapat dilaksanakan dan wajar.
12
Diturunkan sekurang-kurangnya sekali setiap empat bulan.
Pengumpulan dan pemeriksaan-pemerikasaan harus ditata sedemikian sehingga awak kapal benar-benar menguasai dan terlatih dalam tugas-tugas yang di tunaikan, termasuk petunjuk-petunjuk dalam menangani dan melayani rakit-rakit penolong jika dibawa.
g) Isyarat darurat untuk memberitahukan para menumpang ke pos berkumpul harus terdiri dari tujuh tiup pendek atau lebih secara beruntun disusul oleh satu tiup panjang suling atau sirine. Isyarat ini harus dilengkapkan di kapal-kapal penumpang, kecuali yang digunakan dalam pelayaran- pelayaran internasional jarak dekat oleh isyarat-isyarat lain yang harus dijalankan dengan listrik, meliputi seluruh kapal yang dilayani dari anjungan. Maksud semua isyarat yang diperuntukkan bagi penumpang, dengan petunjuk-petunjuk yang tepat tentang apa yang harus mereka lakukan dalam keadaan darurat, harus dinyatakan secara jelas didalam kabin- kabin mereka dan ditempat-tempat yang luang, di tempat- tempat kediaman para penumpang yang lain.
3. Jenis-Jenis Keadaan darurat.
Gangguan pada saat kapal berlayar dapat disebut sebagai keadaan darurat. Keadaan darurat adalah keadaan diluar keadaan normal yang cenderung dapat mengancam keselamatan awak kapal, dan
13
muatannya. Sehingga keadaan darurat itu dapat dicontohkan sebagai berikut :
a. Tabrakan Kapal di laut.
Keadaan darurat karena tabrakan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga maupun dengan benda terapung lainnya akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada kapal dan dapat menimbulkan korban manusia, tumpahan minyak ke laut pada kapal tangki dan kebakaran. Situasi lainnya adalah kepanikan atau ketakutan bagi penumpang kapal yang justru memperlambat tindakan bagi para anak buah kapal dalam menangani atau berusaha untuk memperkecil keadaan darurat tersebut.
b. Ledakan/Kebakaran di kapal.
Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi di kapal yang mempunyai syarat terjadinya api, diantaranya :
1) Bahan yang mudah terbakar
Semua benda di kapal dapat terbakar jika benda tersebut berada pada tempat yang mempunyai temperatur lebih tinggi daripada titik nyala benda tersebut. Yang dimaksud titik nyala adalah suatu temperatur terendah dari suatu bahan untuk dapat diubah bentuk menjadi uap, dan akan menyala bila tersentuh api. Makin rendah titik nyala suatu bahan/benda maka makin mudah terbakar, sebaliknya makin tinggi titik nyala suatu bahan/benda maka makin sulit terbakar. Bahan yang titik
14
nyalanya rendah digolongkan sebagai bahan yang mudah terbakar, contohnya :
a) Benda padat : Kayu, Kertas, Karet, Tekstil dan Sebagainya.
b) Benda Cair : Bensin, Spiritus, Solar, Oli dan sebagainya c) Benda gas : Asetilin, Butan, L.N.G dan sebagainya 2) Sumber panas yang dapat menimbulkan kebakaran
Panas merupakan salah satu penyebab kebakaran, dengan adanya panas yang dialami oleh suatu benda maka temperatur pada benda tersebut akan berubah dan akhirnya melebihi titik nyala benda tersebut akan terbakar. Sumber panas dapat dihasilkan dari :
a) Sinar Matahari b) Listrik
c) Panas dari Energi Mekanik (Putaran Mesin) d) Kompresi Udara
Panas yang berasal dari sumber diatas dapat berpindah melalui empat cara, diantaranya :
a) Radiasi adalah perpindahan panas yang memancar kesegala arah.
b) Konduksi adalah perpindahan panas yang melalui benda (Perambatan).
c) Konveksi adalah perpindahan panas yang menyebabkan perbedaan tekanan udara.
15
d) Loncatan bunga api adalah suatu reaksi antara energi panas dengan udara (oksigen).
3) Oksigen
Oksigen adalah unsur ketiga yang dapat menyebabkan nyala api. Dalam keadaan normal prosentase oksigen diudara adalah 21% sedangkan pembakaran di udara normal diperlukan minimum oksigen 15%.
Apabila tiga syarat terjadinya api diatas terdapat pada kapal maka akan terjadi api di kapal yang mengakibatkan terjadinya kebakaran di atas kapal. Sebagai upaya pencegahannya kita harus menghilangkan salah satu dari ketiga syarat terjadinya api tersebut. Untuk itu diperlukan anak buah kapal yang terampil dan terlatih.
Walaupun kapal mempunyai anak buah yang terampil, situasi kebakaran di kapal sangat berbeda dengan keadaan darurat lainnya karena pada situasi yang demikian suhu disekitar kapal panas, dimungkinkan akan menimbulkan ledakan dan ruang gerak yang terbatas bagi para anak buah kapal pada waktu akan memadamkannya, kadang-kadang timbul kepanikan anak buah kapal dalam mengatasi keadaan tersebut. Selain itu peralatan yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah.
16
c. Kapal Kandas.
Kapal Kandas yaitu keadaan darurat yang disebabkan karena kandasnya kapal pada suatu perairan baik yang dilakukan secara tidak sengaja sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa manusia termasuk kapal yang tidak dapat di olah gerak yaitu karena suatu keadaan istimewa yang tidak mampu mengolah gerak.
Menurut aturan P2TL pada aturan 27 sebuah kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, kecuali kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan menyapu ranjau di laut harus di perlihatkan.
1) Tiga lampu klip keliling bersusun tegak lurus ditempat, yang dapat kelihatan dengan jelas. Lampu yang tertinggi dan yang terendah harus bewarna merah, sedangkan lampu yang di tengah bewarna putih.
2) Tiga sosok benda bersusun tegak lurus ditempat yang dapat terlihat jelas, sosok benda yang tertinggi dan yang terendah berupa bola sedangkan yang ditengah berupa belah ketupat.
3) Apabila mempunyai laju terhadap air, lampu tiang depan atau lampu tiang, lampu-lampu lambung dan lampu buritan sebagai tambahan atas lampu-lampu yang di tentukan dalam sub- paragraf.
d. Kebocoran Kapal.
Kebocoran pada kapal yang terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi karena tabrakan maupun kebakaran serta
17
kerusakan kulit pelat kapal karena korosi, Sehingga kalau tidak segera diatasi kapal akan segera tenggelam karena air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan untuk mengatasi kebocoran terbatas, bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan ini akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan pelaksanaan penyelamatan tidak di dukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal, karena upaya untuk mengatasi keadaan tidak didasarkan pada asas keselamatan dan kebersamaan.
e. Orang jatuh ke laut (Man over boat).
Orang jatuh ke laut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan/pertolongan.
Pertolongan yang diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta kemampuan dan keterampilan awak kapal yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang tersedia.
f. Pencemaran.
Pencemaran laut dapat terjadi karena pembuangan sampah dan tumpahan minyak, baik pada saat bunkering, pembuangan limbah muatan setelah tank cleaning pada kapal tangki, pembuangan limbah kamar mesin yang melebihi ambang 15 ppm dan juga karena muatan kapal tangki yang tertumpah akibat tertabrak.
18
Upaya untuk mengatasi pencemaran diatas merupakan hal yang sulit karena untuk mengatasi pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan, tenaga manusia yang terlatih dan terampil.
4. Tata Cara Prosedur Keadaan Darurat.
a. Kejadian Tabrakan Kapal di laut (Imminent Collision).
1) Bunyikan sirene bahaya (Emergency alarm sounded).
2) Menggerakkan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tabrakan.
3) Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis ditutup.
4) Lampu-lampu deck dinyalakan.
5) Nahkoda diberitahu.
6) Kamar mesin diberitahu.
7) VHF dipindahkan ke channel 16.
8) Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat.
9) Posisi kapal tersedia di ruangan radio untuk diberitakan dan diperbaharui apabila ada perubahan.
10) Setelah tabrakan, got-got dan tangki-tangki diukur/sounding.
b. Kapal kandas, Terdampar (Grounding).
1) Stop mesin.
2) Bunyikan sirene bahaya.
3) Pintu-pintu kedap air ditutup.
4) Nahkoda diberitahu.
19
5) Kamar mesin diberitahu.
6) VHF dipindah ke channel 16.
7) Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan.
8) Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan.
9) Lampu deck dinyalakan.
10) Got-got dan tangki-tangki diukur/sounding.
11) Kedalaman laut disekitar kapal diukur/sounding.
12) Posisi kapal tersedia dikamar radio untuk diberitahukan dan diperbarui apabila ada perubahan.
c. Kebakaran di Kapal/Board on Fire.
Apabila terjadi kebakaran di atas kapal maka setiap orang diatas kapal yang pertama kali melihat adanya bahaya kebakaran wajib melaporkan kejadian tersebut pada mualim jaga dianjungan.
Mualim jaga akan terus memantau perkembangan upaya pemadam kebakaran dan apabila kebakaran tersebut tidak dapat diatasi dengan alat-alat pemadam portable dan dipandang perlu menggunakan peralatan pemadam kebakaran tetap serta membutuhkan peran seluruh anak buah kapal, maka atas keputusan dan perintah Nahkoda isyarat kebakaran wajib dibunyikan dengan kode suling atau bel yaitu satu tiup pendek dan satu tiup panjang secara terus-menerus.
Setiap anak buah kapal yang mendengar isyarat kebakaran wajib melaksanakan tugasnya sesuai dengan perannya pada sijil
20
kebakaran dan segera menuju ketempat tugasnya untuk menunggu perintah lebih lanjut dari komandan regu pemadam kebakaran.
d. Kebocoran di Kapal (Flooding).
1) Sirene bahaya dibunyikan.
2) Siap-siap dalam keadaan darurat.
3) Pintu-pintu kedap air ditutup.
4) Nahkoda diberitahu.
5) Kamar mesin diberitahu.
6) Posisi kapal tersedia di kamar radio untuk diberitakan dan diperbarui apabila ada perubahan.
e. Berkumpul di sekoci/rakit penolong (meninggalkan kapal).
1) Sirene tanda berkumpul di sekoci/rakit penolong untuk meninggalkan kapal, misalnya kapal akan tenggelam yang dibunyikan atas perintah nahkoda _ _ _ _ _ _ _. _ _ _ _ _ _ _.
Dan seterusnya. (tujuh kali panjang satu kali pendek secara terus menerus).
2) Awak kapal berkumpul di sekoci penolong/rakit penolong f. Orang jatuh ke laut (Man Over Boat).
Bila terdapat orang jatuh ke laut, maka isyaratnya adalah terdiri dari tiga tiupan panjang yang dibunyikan secara terus menerus.
Seorang awak kapal yang melihat orang jatuh kelaut, maka tindakan yang harus dilakukan adalah :
21
1) Berteriak “orang jatuh ke laut” sekeras-kerasnya dan dilambung mana orang tersebut jatuh.
2) Lemparkan pelampung yang dilengkapi dengan lampu apung/asap sedekat orang yang jatuh tersebut.
3) Melaporkan ke mualim yang jaga dan terus mengamati letak/posisi dari pelampung /orang jatuh.
4) Selanjutnya Mualim jaga yang menerima laporan adanya orang jatuh ke laut dapat melakukan manouver kapal untuk berputar mengikuti ketentuan “Willemson Turn” atau “Carnoevan”
untuk melakukan pertolongan, dan bila korban tidak dapat ditolong maka kapal yang bersangkutan wajib menaikan bendera internasional huruf “O”.
5. Tujuan Latihan Keadaan Darurat.
Menurut Purwantomo (2004:08), tujuan dilaksanakan latihan keadaan darurat diatas kapal adalah :
a. Menjaga keterampilan awak kapal dalam mempergunakan peralatan yang dapat dipakai untuk menanggulangi keadaan darurat.
b. Menjaga kesiapan awak kapal baik fisik maupun mental dalam menghadapi dan mengatasi keadaan darurat.
c. Membiasakan diri awak kapal dalam keadaan darurat, sehingga rasa panik dapat dikurangi bila keadaan darurat benar-benar terjadi.
22
d. Memeriksa kondisi peralatan, sehingga semua peralatan selalu dalam keadaan baik dan siap pakai.
C. Kerangka Penelitian
Tujuan dari latihan keadaan darurat adalah untuk mencegah atau meminimalkan kerusakan yang diakibatkan dari keadaan darurat tersebut sehingga diperlukannya anak buah yang terampil dalam mengatasi dari keadaan darurat yang terjadi.
Pada pelaksanaan mendukung keterampilan anak buah kapal, maka salah satunya adalah diadakan latihan-latihan diatas kapal serta briefing sehingga sebelumnya pelaksanaan anak buah kapal mengerti dan tahu apa yang harus dilakukan pada saat pelaksanaan dan awak kapal mengetahui alat-alat keselamatan yang ada pada waktu pelaksanaan serta kegunaannya. Sehingga, didapatkan rancangan berfikir sebagai berikut :
Gambar 2.1 Flowchart Kerangka Penelitian
23
Dari flowchart kerangka penelitian diatas dapat di jelaskan bahwa penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi masalah yang berdasarkan pada peraturan SOLAS 1974 Bab III Peraturan 25 dan 26. Kemudian dilakukan pengumpulan data berdasarkan fakta apa yang terjadi di atas kapal MV. Tanto Jaya, setelah data di dapatkan maka akan dilakukan perbandingan dan evaluasi tentang apa yang terjadi pada kondisi di kapal dengan apa yang di anjurkan oleh prosedur seharusnya berdasarkan peraturan yang berlaku. Setelah itu akan di lakukan kesesuaian apa yang terjadi tentang apa yang terjadi, apa sesuai atau tidak dengan aturan yang berlaku, jika tidak maka akan di lakukan evaluasi masalah mengenai sebab dan alasan penyebab perbedaan kondisi di kapal dengan peraturan. Sedangkan apabila telah sesuai akan di adakan usaha peningkatan sesuai kondisi yang telah di tetapkan menurut peraturan yang berlaku.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode kualitatif dalam Moleong (1990;3), Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata - kata tertulis atau lisan dari orang - orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sementara itu Kirk dan Muller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang - orang tersebut.
Analisis yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif – analitik yang berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistematik/menyeluruh dan sistematis (Magono dalam Metodologi Penelitian Pendidikan (2000;37)).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dikapal MV. TANTO JAYA sesuai dengan penempatan kapal yang dilakukan oleh penyusun sendiri dan dilaksanakan sesuai dengan permasalahan yang diharapkan dapat mendapatkan jalan keluar dari kendala - kendala yang didapatkan selama
25
penelitian untuk mengoptimalkan kemampuan anak buah kapal dalam menangani keadaan darurat di atas kapal.
C. Jenis dan Sumber Data
Adapun sumber data yang diperoleh dalam melaksanakan penelitian ini penulis dapat dari dua sumber.
1. Sumber Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya atau obyek yang akan diteliti antara lain dengan komunikasi dan melakukan pengawasan dan pengamatan (studi lapangan). Penulis melaksanakan pengawasan dan penelitian terhadap pelaksanaan latihan keadaan darurat saat melaksanakan praktek laut di MV. TANTO JAYA.
2. Sumber Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian. Data ini diperoleh dari buku - buku atau literature yang ada, seperti buku - buku dari perpustakaan dan juga dokumen- dokumen mengenai latihan keadaan darurat. Dalam hal ini buku yang ada hubungannya dengan pelaksanaan latihan keadaan darurat.
D. Pemilihan Informan
Penentuan informan kunci dalam penelitian kualitatif dilakukan saat penelitian mulai memasuki lapangan yang bertepatan di MV. TANTO JAYA dan selama penelitian berlangsung yaitu memilih orang tertentu
26
yang dipertimbangankan akan memberikan data yang diperlukan dan selanjutnya berdasarkan data atau informasi kunci yang lainnya yang diharapkan dapat memberikan data yang lebih lengkap, sehingga informan dalam penelitian ini ialah seluruh crew di deck kapal yang meliputi Kapten, Mualim I, Mualim II, Mualim III, karena peneliti sendiri berasal dari jurusan Nautika Pelayaran sehingga lebih banyak berada di anjungan kapal bersama orang - orang deck Departement dan akan meneliti peralatan keselamatan kerja yang ada di deck.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyampaian hasil penelitian kedalam sebuah tulisan tentunya harus disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.
Masing-masing bagian dari tulisan tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.
Oleh sebab itu sangat dibutuhkan data-data yang akurat. Untuk memperoleh data - data tersebut secara akurat dan bisa dijamin tingkat validitasnya, maka diperlukan beberapa metode pengumpulan data.
Metode pengumpulan data ada beberapa macam tergantung dari bagaimana penyampaian hasil penelitian tersebut nantinya.
Dalam penulisan skripsi ini menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data dalam rangka untuk mendapatkan bahan - bahan yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
27
1. Teknik Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian yang dalam hal ini berada di MV. TANTO JAYA. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsung peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang diselidiki, disebut observasi langsung.
2. Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi adalah cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data.
Dalam pengumpulan data pada skripsi ini menggunakan teknik komunikasi secara langsung yaitu teknik pengumpulan data dengan mempergunakan interview sebagai alatnya. Untuk mendapatkan informasi data yang tepat dan obyektif harus mampu menciptakan hubungan baik dengan sumber informasi, yang dalam penelitian ini sebagai sumber informasi adalah para perwira kapal dan para awak kapal. Sehingga untuk mendapatkan informasi tidak begitu sulit karena antara pencari informasi dan sumber informasi sudah tercipta hubungan yang baik sebelumnya. Dimana pencari informasi adalah cadet dan sumber informasi adalah para awak kapal MV.TANTO JAYA.
28
3. Teknik Dokumentasi
Metode ini adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip - arsip dan termasuk juga buku - buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum - hukum, dan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian yang berada diatas kapal MV.
TANTO JAYA. Teknik/study dokumen digunakan dengan maksud sebagai pelengkap data bila terdapat kesulitan dan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan itu. Landasan ini perlu dilakukan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan hanya sekedar penelitian.
4. Teknik Studi Pustaka
Merupakan metode pengumpulan berbagai informasi dan referensi lain yang dilakukan didalam perpustakaan dengan cara merangkum dan mencatat serta mempelajari buku - buku yang diterbitkan oleh Poltekpel Surabaya, serta sumber referansi lain.
Teknik studi pustaka ini merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca sendiri dan mencatat data - data yang berhubungan dengan penelitian, baik merupakan buku maupun karya tulis lainnya. Sebagian data yang terdapat dalam metode ini merupakan teori yang telah teruji kebenarannya. Sehingga dapat dijadikan bahan acuan dalam penelitian. Data yang di dapat dari riset perpustakaan ini dituangkan dalam karya tulis ini, tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti.
29
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian ilmiah sebab dengan adanya analisis data tersebut akan memberikan arahan dan makna yang berguna dalam pemecahan masalah penelitian (Nazir, 2011:405).
Ada berbagai cara untuk menganalisis data. Usman dan Akbar (2000:86) mengemukakan 3 cara menganalisis data, yaitu :
6. Reduksi Data
Menurut Miles and Huberman (dalam mustaji, 2009:45) tahap reduksi adalah proses pemilihan informasi yang relevan dan layak untuk disajikan dari informasi yang yang telah terkumpul demikian banyak dan komplek. Usman dan Akbar (2000:87) menambahkan data - data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari jika sewaktu - waktu diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode - kode pada aspek tertentu.
7. Tampilan Data
Tampilan data ialah menyajikan data dalam bentuk matrik, network, chart, atau grafik dan sebagainya. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data (Usman dan Akbar, 2000:87).
30
8. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi
Menurut Miles and Huberman (dalam mustaji, 2009:45), pada tahap ini peneliti selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang muncul dari data. Disamping menyandarkan pada klarifikasi data, peneliti juga memfokuskan pada abstraksi data. Setiap data yang menunjang komponen, diklarifikasi kembali dengan informan dilapangan. Apabila hasil klarifikasi memperkuat kesimpulan atas data, maka pengumpulan data untuk komponen tersebut siap dihentikan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, P. (Ed.). (1990). Pengembangan Penelitian Kualitatif.
A.R, H. T. (2015). Manajemen Keselamatan Maritim dan Upaya Pencegahan Keselakaan Kapal Ke titik Nol. Jurnal Ilmiah WIDYA , 110-116.
Bungin,Burhan, (2003:70). Langkah langkah teknik analisis data.
Dr. Ridwan, M.B.A, M.Pd. (1999) Proposal Penelitian. Bandung:ALFABETA.
Estria, C. (2008). Evaluasi Sistem Penanggulangan Kebakaran Di Kapal. Depok:
Universitas Indonesia.
Guspita Anjas Asmoro Bangun, W. H. (2019). Analisis Penerapan dan Kesehatan Kerja. 1-6.
Hamid Patilima (1999) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:ALFABETA.
Harnoli Rahman, A. S. (2017). Penentuan Faktor Dominan Penentu Kecelakaan Kapal. 277-284.
Prof. DR. HJ. Sedarmayanti,M.Pd (2001) Metodologi Penelitian. Mandar Maju, Bandung.
Mika Patayang, R. L. (2019). Penerapan Elemen ISM Code untuk Menunjang Keselamatan Pelayaran. 482-488.
Moleong,Patton,(2001:103).analisis data.
Wisarsa, G. A. (2019). Upaya Peningkatan dan Keterampilan Pengetahuan Anak Buah Kapal Terhadap Alat Keselamatan Sekoci. Semarang: Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.