• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Melalui Aktivitas Permainan Lego Pada Peserta Didik Usia 4-5 Tahun Di RA AlAbrar Bareng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Melalui Aktivitas Permainan Lego Pada Peserta Didik Usia 4-5 Tahun Di RA AlAbrar Bareng"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS MELALUI AKTIVITAS PERMAINAN LEGO PADA PESERTA DIDIK USIA 4-5

TAHUN DI RA AL-ABRAR BARENG

Skripsi

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh :

SITI MASNAH NIM: 20900117056

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIHAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Masnah

NIM : 20900117056

Tempat/ Tgl. Lahir : Bareng, 17 Maret 1999

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Kompleks P&K Blok C No 8

Judul : Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Melalui Aktivitas Permainan Lego Pada Peserta Didik Usia 4-5 Tahun di RA Al-Abrar Bareng

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi merupakan duplikat, tiruan atau plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, Desember 2022 Peneliti,

Siti Masnah

NIM: 20900117056

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat, hidayah dan taufik-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Melalui Aktivitas Permainan Lego Pada Peserta Didik Usia 4-5 Tahun di RA Al-Abrar Bareng”.

Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan nabi Muhammad saw, serta sahabatnya dan keluarganya yang telah mengibarkan bendera Tauhid semoga Allah memberkahi dan mengampuni mereka.

Dengan perasaan bangga dan terharu peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa pada proses penulisan karya ilmiah ini, dari awal sampai akhir tidak luput dari kekurangan penulis sendiri walaupun berbagai masalah dan kendala yang sifatnya berbagai eksternal. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terimah kasih kepada seluruh pihak yang telah turut membantu peneliti dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Dengan penuh kesadaran dan dari hati yang paling dalam peneliti menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peneliti yaitu bapak tercinta Hasan Ab dan Ibu tercinta Salwa Bahudin yang telah merawat, membesarkan, mendidik dan menyemangati peneliti dengan kasih sayang serta selalu memanjatkan doa-doanya kepada peneliti. Begitu pula peneliti ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhanis, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., selaku Wakil Rektor I, Prof. H.

Wahyuddin Naro, M.Hum., selaku Wakil Rektor II, Prof. Dr. H.

Darussalam Syamsuddin, M.Ag., selaku Wakil Rektor III, dan Dr. H.

Kamaluddin Abunawas, M.Ag., selaku Wakil Rektir IV, yang telah

(5)

v

membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar sebagai tempat Peneliti menuntut ilmu.

2. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. M. Rusdi, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, Dr.

Ilyas, M.Pd., M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, yang telah membina peneliti selama proses penyelesaian studi.

3. Hj. Ulfiani Rahman, M.Si., Ph.D. Dan Wahyuni Ismail, M.Si., Ph.D., Selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Alauddin Makassar, yang telah memberi petunjuk dan arahannya selama penyelesaian studi.

4. Dr. M. Rusdi, M.Ag. dan Wahyuni Ismail, M.Si., Ph.D. selaku Pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah memberikan arahan dan pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing peneliti sampai tahap penyelesaian.

5. Nur Khalisah Latuconsina, S.Ag., M.Pd. dan Umi Kusyairy, S.Psi., M.A. selaku Dewan Penguji I dan II, yang telah memberikan banyak masukan, saran, dan kritikan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta staf yang telah meyiapkan berbagai literatur dan memberikan kemudahan untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan secara maksimal demi penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan pendidikan di kampus UIN Alauddin Makassar.

(6)

vi

8. Pak Arifuddin, mama Puji serta adik Puri, Aji, Riuji yang telah banyak membantu dan menyemangati peneliti selama tinggal di Makassar 9. Kakak Rabiat Hasan yang banyak membantu, dan selalu menyemangati

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman angkatan 2017 yang tidak bisa disebut satu per satu, yang sudah banyak membantu peneliti.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu, peneliti sangat mengharapkan kritikan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan, semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan dan mendapatkan balasaan dari-Nya dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Makassar, Desember 2022 Peneliti,

Siti Masnah

(7)

vii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIHAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

GRAFIK ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Penelitian Terdahulu ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Motorik Halus ... 15

B. Permainan ... 22

C. Permainan Lego ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian dan Desain Penelitian ... 35

B. Lokasi Penelitian ... 36

C. Populasi ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Implikasi Penelitian ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN ... 66

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 88

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 ... 37

Tabel 3.2 ... 38

Tabel 4.1 ... 42

Tabel 4.2 ... 43

Tabel 4.3 ... 43

Tabel 4.4 ... 46

Tabel 4.5 ... 46

Tabel 4.6 ... 47

Tabel 4.7 ... 49

Tabel 4.8 ... 59

Tabel 4.9 ... 50

Tabel 4.10 ... 52

(9)

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 ... 50 Grafik 4.2 ... 51

(10)

x ABSTRAK Nama : Siti Masnah

Nim : 20900117056

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Judul : Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Melalui Aktivitas Permainan Lego Pada Peserta Didik Usia 4-5 Tahun Di RA Al- Abrar Bareng

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) gambaran perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng sebelum melakukan aktivitas permainan lego, (2) gambaran perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng sesudah melakukan aktivitas permainan lego, (3) terdapat peningkatan nilai rata-rata perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng sebelum dan sesudah diterapkan permainan lego.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen dengan menggunakan desain pre-eksperimental design dengan bentuk desain one group postets-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng yang berjumlah 10 orang, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sensus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data deskriptif rata-rata (mean).

Hasil penelitian menujukkan bahwa: (1) gambaran perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng sebelum melakukan aktivitas permainan lego diperoleh nilai terendah 12, nilai tertinggi 27 dan nilai rata- rata 19. (2) gambaran perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng sesudah melakukan aktivitas permainan lego diperoleh nilai terendah 31, tertinggi 38 dan nilai rata-rata 34,7. (3) terdapat peningkatan nilai rata- rata hasil penelitian jika dibandingkan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas permainan lego maka terdapat perbedaan rata-rata yaitu pretest 19 dan posttest 34,7 Implikasi penelitian berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan lego dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia dini, oleh karena itu disarankan kepada pendidik agar memfasilitasi media lego untuk mengembangkan perkembangan motorik halus anak.

Kata Kunci: Motorik halus, permainan lego

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam bahasa inggris disebut education yang berasal kata educare istilah educare berarti menarik keluar atau drawing out atau memunculkan potensi anak didik. Karena setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda, itu sebabnya mereka disebut subyek didik bukan obyek didik. Jadi jelas tugas pendidik bukan “memberi” (mentransfer) tetapi membimbing dan melatih. Peserta didik bukan ember kosong.1

Pendidikan merupakan hak manusia yang harus diberikan, pada zaman modern ini, orang tua seharusnya sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik. Anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan, daya pikir, daya cipta, bahasa, dan komunikasi, yang terdapat dalam kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan agama/religius (RQ).2

Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya ialah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu, PAUD memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal.

Konsekuensinya, lembaga PAUD perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat

1Umar Tirtaharja dan S. L. La Sulo, Pengantar pendidikan (Cet. II, Jakarta: PT Rineka Cipta,2010), hal 34.

2Rizka Amalia, Filsafat Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Media Akademi, 2017), hal 21.

(12)

mengembangkan berbagai aspek perkembangan seperti kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik.3

Pendidikan anak usia dini sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut sebagai masa emas perkembangan. Disamping itu, pada usia ini anak-anak masih sangat rentah yang apabila penanganannya tidak tepat justru dapat merugikan anak itu sendiri. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD harus memerhatikan dan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak. Program PAUD tidak dimaksudkan untuk mencuri start apa-apa yang seharusnya diperoleh pada jenjang pendidikan dasar, tetapi untuk memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai bagi anak, agar anak pada saatnya memiliki kesiapan baik secara fisik, mental, maupun sosial/emosionalnya dalam rangka memasuki pendidikan lebih lanjut.4

Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan anak usia dini, dapat dibaca firman Allah dalam QS An-Nahl /16:78.

َرا َصۡب َ ۡ لۡٱَو َعۡم هسلٱ ُمُكَل َلَعَجَو اًئي َش َنوُمَلۡعَت َ

لَ ۡمُكِّتَٰ َههم ُ

أ ِّنو ُطُب ۢنِّ م مُكَجَرۡخ َ أ ُ هللَّٱَو

ِّئۡف َ ۡ لۡٱَو َنوُرُك ۡشَت ۡمُكهلَعَل َةَد ٧٨

Terjemahannya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS An-Nahl: 78)5

Berdasarkan ayat tersebut di atas, dipahami bahwa anak lahir dalam keadaan lemah tak berdaya dan tidak mengetahui tidak memiliki pengetahuan apapun, tetapi Allah membekali anak yang baru lahir tersebut dengan pendengaran, penglihatan

3Suyadi dan Mulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hal 17.

4Mukhtar latif, Rita Subaidah, Zukharirina & Muhammad Afandi, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini ( Jakarta: Prenamedia Group, 2013), h. 3.

5 Al-Qur’an dan Terjemahan, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustakan Mandiri, 2015) hal 275

(13)

3

dan hati nurani yakni akal yang menurut pendapat yang sahih pusatnya berada di hati. Menurut pendapat yang lain adalah otak. Dengan ini manusia dapat membedakan di antara segala sesuatu, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya.6

PAUD merupakan jenjang pendidikan yang penting untuk di tempuh oleh anak. Berbagai kebijakan pemerintah juga telah mengatur tentang PAUD.

Diantaranya dalam UU No 20 tahun 2003 (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional) Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinanaan yang dirujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan dengan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Selain itu, dalam pasal 28 ayat 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional di nyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal atau bentuk lain yang sederajat. Dilengkapi juga dengan Permendiknas No 58 tahun 2009 juga telah mengatur mengenai standar pendidikan anak usia dini.7

Anak usia dini merupakan masa yang sangat cemerlang untuk dilakukan dan diberikan pendidikan. Banyak ahli menyebutkan bahwa masa tersebut sebagai masa golden age atau masa keemasan yang dimiliki seorang anak. Masa dimana anak ini memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang dan memiliki kemampuan.

Pada masa ini merupakan waktu yang sangat tepat untuk anak belajar dan

6 Rizka Amalia, Filsafat Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Media Akademi, 2017), hal 193

7 Rizka Amalia, Filsafat Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Media Akademi, 2017), hal 21-22

(14)

mengembangkan berbagai kemampuan seperti kognitif, bahasa, gerak motorik, dan sosial emosional.8

Kemampuan diatas yang menurut peneliti sangat penting untuk dikembangkan adalah kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus sangat penting untuk perkembangan anak dan sangat pesat kemajuannya pada tahapan anak prasekolah.9 Kemampuan motorik sendiri mempunyai banyak fungsi diantaranya sebagai alat untuk membentuk, membangun serta memperkuat tubuh anak belita.10 Dengan kemampuan motorik anak anak bisa berdiri dengan kedua kakinya dan dapat berlari untuk memperkuat anggota tubuh. Serta sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, dengan koordinasi semacam itu anak akan bisa dalam hal menggambar, mewarnai menggunting, mengancing baju sendiri dan menjahit sendiri. Perkembangan motorik sendiri dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah kemampuan anak melakukan pergerakan yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, berlari, melompat dan memanjat. Motorik halus adalah kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan otot-otot kecil seperti mengamati sesuatu, menjepit, menulis dan mewarnai.11

Permainan lego atau permainan balok bongkar pasang tersebut dari plastik berbentuk persegi panjang dan bergerigi, sehingga dapat disatukan yang dapat dibangun menjadi berbagai bentuk misalnya berbentuk rumah, robot, mobil,

8Mulyasa, Manajemen PAUD (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 35.

9Soemiarti Padmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2008), h 26.

10Ida Hanifa Mahmud dan Hanafiddun Mahadun, Perkembangan Motoric Pada Balita (Jombang: LRTC,2008), h 5.

11Kementrian Kesehatan RI, Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar (Jakarta: Departemen kesehatan RI, 2012), h 7.

(15)

5

pesawat dan lain-lain. Dan mengalami langsung peserta didik diharapkan lebih semnagat belajar, tidak bosan, menyenangkan dan lebih aktif.12

Kegiatan bermain lego memiliki beberapa manfaat bagi perkembangan anak diantaranya, dapat membantu menstimulasi kreativitas anak, imajinatif, konsentrasi dan ketelitian. Di samping itu dapat pula di manfaatkan sebagai sarana mengembangkan motorik halus dan kognitif anak.13

Berdasarkan hasil wawancara 17 Juli 2021 dengan guru RA Al-Abrar Bareng kecamatan Buyasuri Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur masih ada beberapa anak yang kemampuan motorik halusnya belum optimal, hal tersebut terlihat ketika anak menjiblak dan mewarnai masih kaku dan susah sehingga banyak dibantu oleh gurunya. Bahkan anak belum bisa memegang pensil atau crayon dengan baik sehingga proses belajar mengajarnya kurang efektif, dan bahkan kurangnya permaianan yang dilakukan dalam kelas sehingga anak cepat bosan dalam proses pembelajaran. Sehingga upaya yang dilakukan peneliti untuk menarik perhatian anak dalam proses pembelajaran motorik dengan menggunakan permainan lego.

Berdasarkan masalah yang diperoleh pada hasil wawancara, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul: “Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Melalui Aktivitas Permainan Lego pada Peserta Didik Usia 4-5 Tahun di RA Al-Abrar Bareng”

12M. Fadiilah, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana 2013), h 1.

13M. Fadiilah, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana 2013), h 1.

(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng sebelum melakukan aktivitas permainan lego?

2. Bagaimana gambaran perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng setelah melakukan aktivitas permainan lego?

3. Apakah terdapat peningkatan nilai rata-rata perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng sebelum dan sesudah diterapkan aktivitas permainan lego?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng sebelum melakukan aktivitas permainan lego

2. Untuk mengetahui gambaran perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng setelah melakukan aktivitas permainan lego

3. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan nilai rata-rata perkembangan motorik halus peserta didik usia 4-5 tahun di RA Al-Abrar Bareng sebelum dan sesudah diterapkan aktivitas permainan lego

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang telah diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut:

(17)

7

1. Manfaat praktis

a. Bagi pendidik, dapat memberikan gambaran penggunaan lego sebagai media untuk pengembangan motorik halus anak.

b. Bagi anak, dengan adanya permainan lego untuk dapat dijadikan suatu kegiatan untuk mengembangkan motorik halus anak.

c. Bagi sekolah, dapat dijadikan rujukan dalam neingkatkan pembelajaran terntang perkembangan motorik halus anak.

d. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai penggunaan lego sebagai media pengembangan motorik halus.

2. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai permainan lego sebagai alat untuk perkembangan motorik halus.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variaben bebas (X) dan Variabel Terikat (Y). Adapun penjelasan dari ke dua variabel tersebut yaitu:

1. Variabel bebas (independent variable)

Pada penelitian ini yang termasuk variabel bebas yaitu perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus adalah kematangan gerakan otot-otot peserta didik yang membutuhkan koordinasi tangan untuk mengambil, memasang, mencabut serta gerakan mata untuk meletakkan lego yang sesuai, serta ketelitian dalam menyusun lego dengan tepat.

(18)

2. Variabel terikat (dependent variable)

Pada penelitian ini yang termaksud variabel terikat yaitu aktivitas permainan lego. Aktivitas permainan lego adalah kegiatan yang dilakukan dengan, mengambil, mencabut, memasang satu persatu lego yang telah disediakan dan menyatukan lego dengan yang lain untuk membentuk pesawat, dan jenis permainan lego yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lego bricks.

F. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian literatur, peneliti menemukan beberapa kajian yang relevan dengan kajian yang akan dilakukan, yaitu sebagai berikut:

Pertama, penelitian dari Nur Azizah Arif yang berjudul “peningkatan kemampuan motorik halus melalui media lego di taman kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Ponre pada kelompok B kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba”. Masalah utama dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui permainan media lego di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Ponre kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba. Dengan subjek dengan anak kelompok B yang berjumlah 10 anak, terdiri dari 5 perempuan dan 5 laki-laki. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan permainan media lego yang dilakukan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Ponre kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan melakukan analisis data dengan empat tahapan yaitu tahap pengumpulan data, data kualitatif dan data kuantitatif. Meningkatkan perkembangan motorik halus anak pada siklus I mengalami peningkatan deng an kriteria berkembang sesuai harapan (BSH),

(19)

9

dibuktikan dengan setiap indikatornya. Pada siklus II mengalami peningkatan dengan kriteria berkembang sangat baik (BSB).14 Berdasarkan penelitian yang relevan diatas maka peneliti menemukan ada beberapa perbedaan pada peneliti yaitu jenis penelitian yang dimana peneliti terdahulu menggunakan tindakan kelas sedangkan peneliti sekarang menggunakan metode pra-eksperimen dengan desain one group pretest- posttest design, dan subjek yang digunakan kelompok B sedangkan peneliti sekarang menggunakan kelompok A. Sedangkan persamaannya pada permainan yang digunakan dan teknik penggumpulan data peneliti terdahulu menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, peneliti sekarang hanya menggunakan observasi dan dokumentasi.

Kedua, penelitian dari Sri Ayu Lestari, Arvyaty, Hasrlin Yusuf yang berjudul “meningkatkan kemampuan motorik halus melalui media lego pada anak usia dini”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui lego. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan anak TK Mekohia Konawe Selatan yang berjumlah 15 orang anak didik dengan rentang usia 5-6 tahun. Penelitian ini dilakukan di kelompok B taman kanak- kanak Mekohia Konawe Selatan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil analisis data aktivitas mengajar guru siklus I mencapai 78,6%. Aktivitas belajar anak didik siklus I mencapai 64,3%. Hasil belajar anak didik dalam kemampuan motorik halus pada siklus I mencapai 60% atau 9 orang anak mendapat nilai BSB dan BSH. Data siklus II hasil analisis aktivitas mengajar guru mengalamai peningkatan mencapai 92,86%. Aktivitas belajar anak siklus II mengalami peningkatan mencapai

14Nur Azizah Arif, “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Media Lego di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Ponre pada Kelompok B Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”,Skripsi Mahasiswa, 2021. https://digilibadmin.unismuh.ac.id.

(20)

85,71%. Data hasil belajar anak didik dalam kemampuan motorik halus anak pada siklus II mencapai 86,66% atau 13 orang anak yang mendapat nilai BSB dan BSH.15 Pada penelitian terdahulu persamaannya yaitu menggunakan permainan lego dan teknik pengumpulan data peneliti terdahulu menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi sedangkan peneliti sekarang menggunakan observasi dan dokumentasi. Sedangkan perbedaannya yaitu pada peneliti terdahulu menggunakan tindakan kelas sedangkan peneliti sekarang menggunakan one group pretest-posttest design, subjek penelitian terdahulu menggunakan kelompok B dengan Umur 5-6 tahun sedangkan pada peneliti sekarang menggunakan kelompok A umur 4-5 tahun.

Ketiga, penelitian dari Sarah Nandya Mutiara yang berjudul

“meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui permainan lego block”.

Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan yang muncul pada anak Pos PAUD Miana V yaitu rendahnya kemampuan motorik halus anak, menciptakan sesuai dengan berbagai media, menciptakan 2 bentuk dari balok, menyusun menara kubus minimal 8. Tindak lanjut dari permasalahan tersebut perlu adanya perbaikan pembelajaran. Peneliti merancang penelitian melalui permainan lego block untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui profil kemampuan motorik halus anak sebelum diterapkan permainan lego block, mengetahui bagaimana penerapan permainan lego block, dan mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok A sesudah diterapkan permainan lego block di Pos PAUD Miana V. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Subjek pada penelitian ini adalah anak kelompok A Pos PAUD Miana V

15Sri Ayu Lestari, Arvyaty, Hasrlin Yusuf, “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Media Lego Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Riset Golden Age PAUD UHO, Vol 4, No 1, 2018. http://ojs.uho.ac.id.

(21)

11

berjumlah 8 anak. Kondisi akhir kemampuan motorik halus menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan motorik halus anak kelompok A Pos PAUD Miana V setelah diterapkan permainan lego block.

Disimpulkan yang termasuk kategori belum berkembang (BB) pada observasi awal mencapai 100% pada akgir siklus I mencapai 0% dan menjadi 0% pada siklus II, kategori mulai berkembang (MB) pada observasi awal 0% menjadi 53% pada akhir siklus I dan pada akhir siklus II menjadi 8,3%, kategori berkembang sesuai harapan (BSH) pada observasi awal 0% pada akhir siklus I menjadi 48% dan semakin meningkat pada akhir siklus II menjadi 91,7%.

Peningkatan kemampuan terlihat dari semakin banyaknya anak yang sudah mencapai tahap mulai berkembang (MB) dan berkembang sesuai harapan (BSH).16 Pada penelitian terdahulu persamaannya yaitu: pada subjek kelompok A dan permainannya. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti terdahulu menggunakan metode penelitian tindakan kelas, sedangkan peneliti sekarang menggunakan metode eksperimen dengan desain one group pretest-posttest.

Keempat, penelitian dari Siti Umi Kulsum dengan judul “meningkatkan kemampuan motorik halus melalui permainan lego pada anak kelompok B TK Kusuma Mulia IV desa Tarokan kecamatan Tarokan kabupaten Kediri”.

Penelitian ini dilatar belakangi hasil pengamatan dan pengalaman peneliti bahwa bermain lego dianggap mampu mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif, dengan sampel siswa kelompok B TK Kusuma Mulia IV desa Tarokan yang terdiri dari 24 anak. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun metode pengumpulan data

16Sarah Nandya Mutiara, “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Lego Block”, Edukid, Vol 13, Nomor 2, 2016. https://ejournal.upi.edu.

(22)

meliputi observasi dan unjuk kerja. Melalui media lego terbukti berhasil dan mampu mengembangkan kemampuan motorik halus bagi anak kelompok B di TK Kusuma Mulia IV desa Tarokan. Hal ini diketahui dari hasil analisis penggunaan metode sosio drama pada pra tindakan mencapai ketuntasan sebesar 20%, siklus I mencapai 24%, siklus II mencapai 63% dan siklus III mencapai 82%.17 Persamaan pada penelitian terdahulu yaitu menggunakan permainan lego, sedangkan perbedaannya peneliti terdahulu menggunakan subjek kelompok B sedangkan peneliti sekarang menggunakan kelompok A dan metode penelitian peneliti sekarang menggunakan one group pretest-posttest design, dan metode penggumpulan data peneliti terdahulu menggunakan observasi dan unjuk kerja sedang peneliti sekarang hanya menggunakan observasi dan dokumentasi.

Kelima, penelitian dari Siska Rahiliyah Andarwati, Zainal Munir, Wiwim Nur Siam dengan judul “permainan lego (parallel play) terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia 3-6 tahun”. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh permainan lego (parallel play) terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia (3-6 tahun) di TK Pertiwi Lojajar Bondowoso.

Desain penelitian menggunakan tipe pre-eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang dengan teknik sampling jenuh. Kemudian dianalisis dengan uji statistik paired t-test dengan tingkat pemaknaan a ≤ 0,05. Hasil uji statistik didapatkan ƿ value 0,000 (p˂0,05), menunjukkan bahwa ada perbedaan perkembangan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan permainan lego (parallel play).18 Persaaman

17Siti Umi Kulsum, “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Permainan Lego Pada Anak Kelompok B TK Kusuma Mulia IV Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri”, Artikel Skripsi, Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2015. http://simki.unpkediri.ac.id.

18Siska Rahiliyah Andarwati, Zainal Munir, Wiwim Nur Siam, “Permainan Lego (Parallel Play) Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 3-6 Tahun”, Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, Vol 08, Nomor 01, 2020. http://jurnal.umb.ac.id.

(23)

13

dengan peneliti terdahulu yaitu metode pre-eksperimen dengan desain one group pretest-posttest design, dan permainannya. Sedangkan perbedaannya yaitu subjek pada peneliti terdahulu menggunakan umur 3-6 tahun sedangkan peneliti sekarang menggunkan 4-5 tahun.

Keenam, penelitian dari Tunggul Sri Agus Setyaningsi, Hesti Wahyuni dengan judul “alat permainan edukatif lego meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.” Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh penggunaan alat permainan edukatif terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, quasi eksperimental dengan one group pretest-posttest design. Penggambilan data menggunakan teknik purpossive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu alat permainan edukatif lego dan kuesioner pra skrining perkembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata perkembangan anak sesudah diberikan alat permainan edukatif lego yaitu 3,35 dengan standar deviasi 0,702. Ini menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan mengalami peningkatan.

Perkembangan motorik halus anak sebelum diberikan alat permainan edukatif lego nilai minimum 1 (meragukan) dan maksimum 2 (meragukan), sedangkan perkembangan motorik halus anak sesudah diberikan alat permaianan edukatif lego yaitu nilai minimum 2 (meragukan) dan nilai maksimum 4 (sesuai).

Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxo, terhadap P value < 0,05 (=0,000), artinya ada pengaruh alat permainan edukatif terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah. Terdapat 2 anak (11,76%) masih meragukan dan 15 anak (88,23%) sesuai pada aspek perkembangan motorik halus.19 Persaaman dengan penelitian ini adalah sama-

19 Tunggul Sri Agus Setyaningsih, Hesti Wahyuni, “Alat Permainan Edukatif Lego Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah.” Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat, STIKES Cendekia Utama Kudus, Vol 10, No 2 Juli, 2021.

https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id.

(24)

sama menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain one group pretest- posttest design dan permainannya, sedangkan perbedaannya peneliti sekarang tidak menggunakan uji wilcoxon pada penelitian terdahulu menggunakan uji wilcoxon, pengambilan data menggunakan purpossive sampling sedangkan peneliti menggunakan sensus.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diatas maka peneliti dapat melihat bahwa ada beberapa persamaan dan perbedaan dalam penelitiannya, persamaannya yaitu sama-sama ingin mengembangkan kemampuan motorik halus dengan menggunakan permainan lego, sedangkan perbedaannya pada jenis penelitian beberapa peneliti terdahulu menggunakan penelitian tindakan kelas, dan hanya dua penelitian yang sama menggunakan desain penelitian pre- eksperimen dengan metode one group pretest-posttest design, sedangkan subjek penelitiannya hanya satu penelitian terdahulu yang sama subjeknya yaitu penelitian Sarah Nandya Mutiara dengan kelompok A.

(25)

15 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Perkembangan Motorik Halus

1. Pengertian Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan adalah adanya pertambahan kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dan dapat dipridiksi sebagai hasil dari pematangan. Menurut Van De Daele perkembangan adalah perubahan secara kualitatif, hal ini berarti bahwa perkembangan bukan hanya sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang anak atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses sintegrasi dari banyak struktur dan fungsi yang komplesk.20

Departemen Pendidikan Nasional menjelaskan motorik merupakan terjemahan dari kata “motor” yang artinya dasar mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Gerak adalah suatu aktivitas yang didasari oleh suatu proses motorik. Proses motorik ini melibatkan sebuah sistem pola gerakan yang terkoordinasi (otak, syaraf, otot dan rangka) dengan proses mental yang sangat kompleks, disebut sebagai proses cipta gerak. Keempat unsur tersebut tidak bisa bekerja secara sendiri-sendiri, melainkan selalu terkoordinasi. Apabila salah satu unsur mengalami gangguan. Dengan kata lain, gerakan yang dilakukan oleh anak secara dipengaruhi oleh stimulus dari lingkungannya.21

Perkembangan motorik adalah perkembangan mengendalikan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.

20Novi Mulyani, Perkembangan Dasar Anak Usia Dini (Yogyakarta: Gava Media, 2018 ) h 3.

21Anton Komaini, kemampuan motorik anak usia dini (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018) h 16.

(26)

Pengendalian gerakan tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan anak-anak sejak waktu lahir. Menurut Zulkifli perkembangan motorik yakni gerakan-gerakan tubuh yang dimotori dengan kerjasama antara otot-otot dan syaraf.22

Perkembangan keterampilan motorik terbagi menjadi 2 yaitu keterampilan motorik halus dan keterampilan motorik kasar. Keterampilan mtorik kasar membentuk keterampilan yang memerlukan otot-otot besar seperti melompat, berlari. Keterampilan motorik halus (fine motor skil) membentuk keterampilan yang membutuhkan kemampuan untuk mengendalikan otot-otot kecil atau halus untuk memperoleh aktualisasi keterampilan berhasil. Pemberian edukasi pada keterampilan motorik halus agar dapat terampil dan cermat menggunakan jemari- jemarinya dalam kehidupan sehari-hari seperti menggenggam, memasuk benda kedalam lubang, membalik halaman atau lembar buku, meniru membuat garis, mengambar, melipat, menggunting, menempel, merangkai dan menyusun (permainan yang bisa membangun). Jadi keteampilan motorik tidak saja dengan melompat atau semata-mata membuka halaman buku, namun dapat untuk mengepal, meremas, memipih, emnekan dan menggerakkan, melatih dan memperkuat otot kecil anak. Perkembangan motorik anak berbeda setiap tingkatannya, maka diperlukan stimulus yang tepat sesuai dengan tingkatan perkembangan usianya.23

Perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagaian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Motorik halus merupakan keterampilan menggunakan

22Novi Mulyani, Perkembangan Dasar Anak Usia Dini (Yogyakarta, Gava Media, 2018 ) h. 18.

23Umaemah Marsuki, Eka Damayanti, Umi Kusyairy, “Peningkatan Perkembangan Motori Halus Melalui Permainan Paper Clay Pada Anak Usia 4-5 Tahun” Jurnal Pemikiran dan Penlitian Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol 4 Issue 1 Maret, 2022.

http://scholar.google.com/citations?user=6zm3K10AAAJ&hl=en

(27)

17

media dengan koordinasi mata dan tangan, sehingga gerakan tangan perlu dikembangkan dengan baik agar keterampilan dasar yang meliputi membuat garis horizontal, garis vertikal, garis miring kekiri dan miring kekanan lengkungan atau lingkaran dapat terus ditingkatkan.24

Menurut sujiono tujuan perkembangan motorik anak usia dini adalah untuk membantu mengembangkan kemampuan fisik motorik anak dalam melatih gerak dasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola dan mengontrol gerakan tubuh, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan trampil.25

Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimal jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bisa bergerak bebas, misalnya sekitar mereka terdapat lapangan olaraga, alun-alun atau taan bermain. Kegiatan diluar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot. Untuk anak-anak yang berada lebih banyak didalam ruang, maka untuk memfasilitasi gerak tubuh anak, pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, berlompat, dan menggerakkan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas. Di samping itu, penyediaan peralatan bermain diluar ruangan bisa mendorong anak untuk memanjat, koordinasi dan mengembangkan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah.

Sementara itu, kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak menggali pasir dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan, atau benda-benda kecil lainnya dan bermain

24Maria Indriyani, Identifikasi Perkembangan Motorik Halus Anak TK Kelompok B Kelurahan Balecatur Gamping Sleman Yogyakarta. , jurnal pendidikan Vol 2(1), h.33.

25Anton Komaini, kemampuan motorik anak usia dini (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018) h 4.

(28)

permainan di luar rungan seperti kelereng, dakon dan bekelan. Perkembangan motorik halus ini merupakan model dasar anak untuk menulis. Hampir semua kegiatan motorik halus merupakan akibat dari stabilitas atau keseimbangan tubuh.

Sebelum tubuh seimbang, tangan tidak akan fokus pada keterampilan yang lebih khusus. Sebaliknya jika tubuh sudah seimbang, maka tangan dan jari mulai bisa beraktivitas dengan tangkis.26

Peneliti dapat menyimpulkan perkembangan motorik halus anak adalah suatu perkembangan yang mencakup otot-otot kecil seperti gerakan mata, tangan, dan kaki. Semakin baik perkembangan motorik halusnya anak maka akan membantu anak dalam melakukan aktivitasnya seperti menulis, menggunting, mewarnai, menempel, menggambar, memungut, menjepit dan sebagainya.

2. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini

Karakteristik perkembangan motorik halus anak dapat di jelaskan dalam Departemen Pendidikan Nasional sebagai berikut:

a. Pada saat anak usia 3 tahun: Pada saat anak berusia 3 tahun kemampuan gerakan halus pada masa bayi. Meskipin anak pada saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan itu sendiri masih kaku.

b. Pada usia 4 tahun: Pada usia 4 tahun koordinasi motorik anak secara subtansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat bahkan cenderung ingin sempurna.

c. Pada usia 5 tahun: Pada usia 5 tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, tubuh bergerak dibawah koordinasi mata. Anak juga telah mampu membuat dan melaksanakan kegiatan lebig majemuk, seperti kegiatan proyek.

26Herdina Indrijati Psikologi Perkembangan & Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta:

Kencana, 2016) h 35-36.

(29)

19

d. Pada masa akhir kanak-kanak usia 6 tahun: Pada akhir masa kanak-kanak usia 6 tahun ia telah belajar bagaimana menggunakan jari-jemarinya dan pergelengan tangannya untuk mengerakkan ujung pensilnya.27

Kemampuan motorik halus mengembangkan kemampuan anak dalam menggunakan jari-jarinya, khususnya ibu jari dan jari telunjuk. Beberapa kegiatan yang bisa merangsang kemampuan motorik halus anak adalah sebagai berikut:

1. Menyusun pazzel: Permainan ini biasanya dilakukan oleh anak 3 tahun keatas. Ketika anak masih berusia 2 tahun, biasanya juga mencoba permainan ini, namun ia akan menyerah ditengah jalan.

2. Memasak: Memasak bisa menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan motorik halus.

3. Membentuk adonan maianan atau tanah liat: Bermain dengan tanah liat memberi pengalaman yang luar biasa bagi anak, anak-anak bisa meremasnya, meninjunya, menggulungnya dan menjadikan berbagai bentuk sesuai dengan keinginan anak-anak.

4. Menggunakan pensil

Pertama kalia anak memegang pensil, crayon, bolpoin dan alat tulis lainnya, mereka biasanya memegang erat-erat kelima jari dirapatkan seperti kepalan disekitar alat tulis tersebut.

5. Menggunakan gunting

Belajar memotong dengan gunting membutuhkan banyak koordinasi dan latihan

27Muhammad Riza & Ayu Swaliana, Deteksi Perkembangan Kompetensi Motorik Anak di PAUD Nabila Kec. Bebesen Kab. Aceh Tengah, Jurnal As-Salam Vol.2(3) 2018 h 46.

(30)

6. Membuka dan menutup resleting dan kancing

Membuka dan menutup resleting dan kancing merupakan kemampuan yang tidak hanya menolong diri sendiri atau melatih sikap mandiri anak tetapi juga membantu mengembangkan kemampuan motorik halus mereka.28 3. Fungsi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini

Perkembangan motorik halus juga mempunyai beberapa fungsi diantaranya yaitu:

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang, seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka.

b. Melakukan keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya, pada bulan pertama kehidupannya kekondisi yang tidak berbahaya pada bulan-bulan pertama kehidupan, kekondisi yang bebas dan tidak bergantung anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan dapat menunjang perkembangan rasa percaya diri.

c. Melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah, pada usia prasekolah atau usia kelas awal sekolah dasar anak sudah dapat di latih menggambar, melukis, baris-berbaris dan persiapan menulis.29

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak Menurut Harlock faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus yaitu:

28Novi Mulyani, Perkembangan Dasar Anak Usia Dini (Yogyakarta: Gava Media, 2018 ) h 33-38.

29Muhammad Riza & Ayu Swaliana, Deteksi Perkembangan Kompetensi Motorik Anak di PAUD Nabila Kec. Bebesen Kab. Aceh Tengah, Jurnal As-Salam Vol.2(3) 2018 h. 46-47.

(31)

21

1. Perkembangan sistem syaraf

2. Kemampuan fisik yang memungkinkan untuk bergerak 3. Keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak 4. Lingkungan yang mendukung

5. Aspek psikologis anak 6. Umur

7. Jenis kelamin 8. Genetik

9. Klainan kromosom

Rusmin dan Sundari mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik halus adalah sebagai berikut:

a. Faktor genetika, individu mempunyai beberapa faktor keterunan yang dapat menunjang kemampuan motorik halus misalnya otot kuat, syaraf baik, kecerdasan yang menyebabkan kemampuan motorik individu tersebut menjadi baik dan cepat.

b. Faktor kesehatan pada periode prental janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kekurangan vitamin dapat membantu perlancar kemampuan motorik anak.

c. Faktor kesehatan gizi, kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca melahirkan akan mempercepat kemampuan motorik bayi.

d. Faktor rangsangan, adanya rangsangan bimbingan orang tua dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat kemampuan motorik bayi.

e. Faktor kebudayaan, peraturan daerah setempat dapat mempengaruhi kemampuan motorik anak misalnya ada daerah yang tidak mengizinkan

(32)

anak putri naik sepeda maka tidak akan diberi pelajaran naik sepeda roda tiga.30

5. Prinsip Dalam Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini

Departemen Pendidikan Nasional, untuk mengembangkan motorik halus anak usia 4-6 tahun di TK secara optimal perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

a. Memberikan kebebasan ekspresi pada anak

b. Melakukan penganturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar dapat merangsang anak untuk kreatif

c. Memberi bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik/cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media

d. Menumbuhkan keberadaan anak dan hindarkan petunjuk yang dapat merusak keberanian dan perkembangan anak

e. Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan f. Memberi rasa gembira dan ciptakan suasana yang menyenangkan pada

anak

g. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan31 B. Permainan

1. Pengertian Permainan

Bermain dan permainan adalah dua hal yang tidak tidak terpisahkan daslam kehidupan anak sehari-hari. Anak usia dini tidak tidak terlepas dari dunia bermain

30 Ika Apriati W.P, Marselina Huring, “Efektivitas Penggunaan Building Blocks “Lego”

Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini” Jurnal Pendas Mahakuan, Vol 5 (1). 77-86 2020.

31Dema Yulianto & Titis Awalia, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Kelompok B RA Al-Hidayah Nanggungan Kec Prambol Kab Nganjuk, jurnal PINUS Vol 2(2) 2017 h.120.

(33)

23

dan melakukan permainan dilingkungan tempat berada. Bermain akan membuat anak mengesplorasi seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

Menurut Tedjasaputra permainan adalah bentuk dari kegiatan bermain yang ditandai oleh adanya aturan-aturan dan persyaratan-persyaratan yang disepakati bersama. Menurut Ralibi diambil dari kata Musabaqah, permainan adalah bentuk kegiatan terkendali oleh aturan bahkan terkadang menjadi sebuah pertandingan.

Menurut Ruswandi permainan adalah sebuah bentuk kegiatan yang memberikan pengalaman belajar bagi pelakunya. Dengan demikia permainan adalah bentuk kegiatan bermain yang ditandai dan dikendalikan oleh aturan-aturan berdasarkan kesepakatan bersama untuk memberi pengalaman belajar bagi anak.32

Permainan merupakan kebutuhan yang muncul secara alami dalam diri setiap individu. Setiap manusia memiliki nalurih untuk memperoleh kesenangan, kepuasaan, kenikmatan, kesukaan dan kebahagiaan hidup. Permainan merupakan aktivitas yang bertujuan memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan seseorang tertentu dengan cara menggembirakan seseorang.

Kegiatan bermain berhubungan dengan kegiatan interaksi seseorang dengan orang lain33

2. Karakteristik bermain Anak Usia Dini

Menurut Juffree, Mcconkey dan Hewson sebagaimana dikutip oleh Yulian, karakteristik bermain pada anak di klasifikasikan menjadi enak yaitu, sebagai berikut:

32Pupung Puspa Ardini dan Anik Lestariningrum. Bermain & Permainan Anak Usia Dini.

(Demang Palanh: Adjie Media Nusantara, 2018) hal 43

33Sigit Purnama, dkk Pengembangan Alat Permainan Edukatif Anak Usia Dini (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2019) hal 37-38.

(34)

a. Bermain muncul dari dalam diri anak

Keinginan bermain harus muncul dari dalam diri anak sehingga anak dapat menikmati dan bermain sesuai dengan cara sendiri. Dengan kalimat lain bermain dilakukan dengan kesukarelaan bukan paksaan.

b. Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat dan kegiatannya untuk dinikmati.

c. Bermain adalah aktivitas nyata dan sesungguhnya d. Bermain harus didominasi oleh pemain

e. Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain f. Dilakukan melalui aktivitas fisik dan imajinasi

g. Dilakukkan menggunakan berbagai objek konkret dilingkungan sekitar Pendapat lain menjelaskan bahwa karakteristik bermain adalah sebagai berikut:

a. Perhatian pribadi

Perhatian pribadi adalah kejelian, observasi, peniruan, keterlibatan, secara timbal balik, keingintahuan, renungan, membuat keputusan, dan tindakan dengan sungguh-sungguh, mengembangkan aliran dan kompleksitas dalam bermain

b. Keterlibatan dan motivasi pribadi

Keterlibatan dan motivasi itu adalah mengambil risiko, menggabungkan atau menawarkan cara untuk mengetahui dan membangun dunia, memiliki watak bermain, dan tindak menyenangkan.

c. Keterlibatan emosi

Bermain dalam dan dengan kondisi perasaan dan suasana hati, spontanitas, ketahanan, daya tanggap terdapat emosi yang terlibat. Menjadi pemain memerlukan ketahanan yang pantas.

(35)

25

d. Potensi atau imajinasi

Anak menggunkan pengetahuan setiap hari untuk menginformasikan dan mempertahankan sebuah episode bermain, mengubah ide dalam pikiran, dramatisasi, membangkitkan kekuatan magis dan superhero.

e. Potensi dan kapabilitas komunikasi

Anak menghadikan, mendengar, membangun makna bersama, keterbukaan pada bentuk representase multimodal, menciptakan makna dan representasi bersama, menggunakan sumber bermain dan material, menggunakan penggunaan dan makna dengan cara yang imajinatif.

f. Potensi relasional

Relasional membutuhkan kepercayaan, kebebasan untuk bertindak yang berbeda dalam model “bagaimana jika” dan “seolah-olah”, kapasitas membuat sensasi negosiasi-konteks dan nyata-khayalan, mengatur kelancaran, ketidakpastian dan risiko.

g. Potensi penciptaan masalah dan pemecahan masalah

Anak-anak memiliki pilihan, kebebasan, dan kontrol yang cukup untuk mengembangkan strategi dan keterampilan pikiran yang fleksibel

h. Rasa humor

Akal, fleksibilitas dan spontanitas kognisi menceritakan dan menertawakan ketika ada canda dan cerita yang lucu dan menggoda.34 3. Tujuan Permainan

Menurut komite kebijakan laboraturium perkembangan anak, seperti yang dikutip Cantro dan Allen, mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak ingin di capai melalui permainan secara terperinci meliputi segala hal sebagai berikut:

34Sigit Purnama, dkk Pengembangan Alat Permainan Edukatif Anak Usia Dini (Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2019) hal 18-20

(36)

a. Dalam kegiatan bermain selalu ada nilai diri dan kepercayaan diri yang membuat anak-anak yang selalu bermain dan memahami nilai kebaikan dan kepercayaan diri yang kuat

b. Dalam kegiatan bermain selalu ada kepercayaan, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama, sehingga anak-anak yang suka bermain akan memiliki sikap kepercayaan, tanggung jawab, dan kepedulian yang baik c. Dalam kegiatan bermain selalu meningkatkan hubungan interpersonal anak-

anak melalui keterampilan berkomunikasi yang efektif yang didapat anak- anak saat melakukan kegiatan bermain

d. Dalam kegiatan bermain ada pengembangan kemampuan untuk bersikap, dan berfikir secara mandiri dan mengembangkan kontrol diri anak-anak dengan sangat baik.

e. Dalam kegiatan bermain selalu mengembangkan keterampilan untuk mengemukakan gagasan dan perasaannya pada teman sebaya atau anak- anak lainnya.

f. Dalam kegiatan bermain akan selalu memberi pemahaman dan pengelolaan informasi tentang lingkungan fisik dan sosialnya di sekitar anak-anak dengan sangat baik.

g. Dalam kegiatan bermain akan terjadi pemerolehan dan penggunaan keterampilan untuk memecahkan masalah yang dikuasai oleh anak-anak dan akan diimplementasikan dalam kehidupan anak-anak.

h. Dalam kegiatan bermain selalu meningkatkan rasa ingin tahu anak-anak, terutama tentang dunia sekitar dan rasa nyaman dalam belajar dan bereksplorasi.

Dengan tujuan kegiatan bermain ini maka setiap permainan akan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Disisi lainnya

(37)

27

kegiatan bermain akan selalu dapat mengasah kemampuna anak terutama dalam menumbuh optimisme dan aktualisasi diri anak. 35

4. Jenis Permainan

Menurut Parten dari berbagai jenis permaianan, dapat diidentifikasikan ada enam kategori permainan sebagai berikut:

a. Permainan Unoccupied

Permainan ini mengondisikan anak-anak untuk memiliki perhatian dalam melihat segala sesuatu yang menarik perhatiaannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol, baik dilakukan secara individual maupun kelompok. Misalnya senam dan menari yang dilakukan oleh anak sendirian ataupun bersama teman- temannya.

b. Permainan Solitary

Permainan ini mengondisikan anak-anak dalam sebuah kelompok asyik bermain sendiri-sendiri dengan bermacam-macam alat permainan sehingga tidak terjadi kontak secara langsung antara satu sama lain dan tidak peduli terhadap apapun yang terjadi. Misalnya, permainan balok bersama-sama oleh anak-anak dalam suatu ruangan di mana setiap anak asyik menyusun balok-balok itu sendirian tanpa terlibat dengan teman- temannya.

c. Permainan Unlooker

Permainan ini mengondisikan anak-anak untuk melihat dan memperhatikan anak-anak lain yang sedang bermain. Anak ikut berbicara dengan anak-anak lain itu dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tetapi ia tidak ikut terlibat dalam aktivitas permainan tersebut. Misalnya

35 Heru Kurniawan, dkk Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2020) hal 104-105

(38)

permainan tanya jawab dalam memperagakan suatu gerakan yang mengondisikan anak-anak yang bertanya dan ada anak-anak yang memperagakan.

d. Permainan Paralel

Permainan ini mengondisikan anak-anak untuk melakukan kegiatan bermain dengan alat-alat permaianan yang sama, tetapi tidak terjadi kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukar alat permainan. Misalnya bermain menaiki atau prosotan dimana setiap anak bermain bersama dengan satu media yang sama tetapi antara anak tidak terjadi kontak dalam komunikasi dan interaksi secara intensif.

e. Permainan Assosiative

Permainan ini mengondisikan anak-anak untuk bermain bersama-sama saling pinjam alat permaianan, tetapi permainan itu tidak mengarah pada satu tujuan, tidak ada pembagian peranan dan pembagian alat-alat permainan. Misalnya permainan dagang-dagangan yang melibatkan alat- alat bermain secara bersama-sama dan tidak ada pembagian atas alat-alat bermain tersebut.

f. Permainan Cooperative

Permainan ini mengondisikan anak-anak bermain dalam kelompok yang terorganisir, dengan kegiatan-kegiatan kontruksi dan membuat sesuatu yang nyata, dimana setiap anak mempunyai peran sendiri-sendiri, dalam permainan ini setiap kelompok ini dipimpin dan diarahkan oleh satu atau dua orang anak sebagai pimpinan kelompok. Misalnya bermain sepak bola yang melibatkan dua kelompok yang di pimpin oleh salah satu anak yang menjadi kedua kelompoknya dalam bermain.36

36 Heru Kurniawan, dkk Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2020) h 109-110

(39)

29

C. Permainan Lego 1. Pengertian Lego

Lego adalah sejenis alat permainan balok yang terbuat dari plastik kecil yang terkendali dunia khususnya dikalangan anak-anak remaja tidak memandang laki-laki atau pun perempuan. Balok-balok ini serta kepingan lain bisa disusun menjadi model apa saja. Mobil, kereta api, bangunan, kota, patung, istana, kapal terbang, rumah, semua bisa dibuat. Bermain bongkar pasang balok warna alias lego memang mengasyikkan. Permainan ini tidak mengenal batas usia. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa senang bermain lego.

Permainan lego adalah seperangkat mainan susun bangunan yang terbuat dari plastik berbentuk persegi, persegi panjang dan bergerigi, sehingga dapat disatukan dan di bangun menjadi berbagai bentuk misalnya bentuk robot, mobil, pesawat, rumah, gedung dan lain-lain.37

2. Fungsi Permainan Lego bagi Perkembangan Anak

Menurut salah satu promotor mainan lego Ardi Lazuardi ada bebrapa manfaat yang diperoleh dari mainan lego bagi anak usia dini, yaitu dengan mainan lego anak dapat belajar cara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dan melalui permainan lego anak dapat mengembangkan aspek sosial. Sedangkan menurut Pramudian permainan lego mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Belajar menciptakan visi b. Belajar mengerti fondasi c. Belajar mengerti alat baku

d. Belajar berkomunikasi dan sharing ide e. Belajar resource allocation

f. Belajar seni

37M. Fadiilah, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana 2013) h. 89.

(40)

g. Belajar bersabar38

Ada beberapa manfaat dari permainan lego yaitu sebagai berikut:

1. Mengenal warna, ukuran, bentuk dan hitungan

2. Meningkatkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah 3. Melatih koordinasi tangan mata dan kealihan motorik

4. Meningkatan kemampuan bersosialisasi dan kerja sama 5. Mengembangkan logika

6. Dan yang juga penting adalah belajar bersabar

Sedangkan menurut CNN Indonesia manfaat lego adalah:

a. Mengembangkan keterampilan b. Kemampuan matematis

c. Meningkatkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah d. Kemampuan bersosialisasi

e. Meningkatkan kemampuan berbahasa39 3. Prosedur Permainan Lego

Prosedur permainan lego ini cukup sederhana, maka prosedur yang harus diikuti dalam perbuatannya adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan lego

2. Guru mendemontrasikan cara membentuk sebuah objek dari kepingan lego 3. Memberi tugas kepada anak untuk membentuk sebuah objek berdasarkan

imajinasinya

38Siti Umi Kulsum, “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Permainan Lego Pada Anak Kelompok B TK Kusuma Mulia IV Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri”, Artikel Skripsi, Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2015, h 4. http://simki.unpkediri.ac.id

39Evin Diswiko, Pengaruh Permainan Lego Terhadap Perkembangan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD Melati Desa Martapura Kec. Sikap Dalam, h.20.

(41)

31

4. Guru membantu anak-anak yang mengalami kesulitan dalam bermain lego khususnya dalam pembelajaran dan sesuai dengan tema yang telah ditentukan

5. Mengumpulkan hasil karya anak dan memberi apresiasi positif terhadap karya anak40

Adapun aturan bermain lego adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan lego-lego yang akan dimainkan dengan beragam bentuk dan warna

b. Memberi arahan kepada anak-anak tentang bentuk dan konsep yang akan dibuat dalam permainan

c. Menyusun lego-lego tersebut dengan imajinasi dan keinginan anak d. Permainan ini dapat dimainkan secara individu maupun kelompok41 Lego juga dapat melatih motorik halus anak, karena dari proses bermain lego yang dilakukan anak, pasti timbul ide-ide yang cemerlang untuk membangun atau mengganbungkan lego, saat mengganbung atau melepas lego, otot-otot pada jari tangan anak akan bekerja untuk menggenggam, mencengkram dan menarik lego.

Kegiatan membangun dengan lego membutuhkan koordinasi antara mata dengan tangan. Saat anak melihat satu bentuk dan disusun, terjadi koordinasi antara mata dan motor. Lalu jari-jarinya itu akan menjadi kuat, terlatih dan trampil

40Siti Umi Kulsum, “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Permainan Lego Pada Anak Kelompok B TK Kusuma Mulia IV Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri”, Artikel Skripsi, Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2015, h 4. http://simki.unpkediri.ac.id

41Lina Inviana, Penerapan Penggunaan Lego Kontruktif Sebagai Media Pengembangan Motorik Halus Anak di KB Tunas Bangsa II Mojisari Wonolelo Pleret Bantul, h. 20.

(42)

sehingga anak bisa menulis, menggambar, mencoret, dan lain sebagainya. Oleh sebeb itu, bermain lego dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak.42

4. Jenis-Jenis Permainan Lego

Ada beberapa jenis-jenis permainan lego yaitu sebagai berikut:

a. Lego bricks adalah sebuah mainan plastik yang berwarna-warni dan dapat dibongkat dengan berbagai macam cara. Lego bricks sangat cocok untuk anak karna sifat dari permainan ini adalah bongkar dan pasang, hal ini sesuai dengan rasa ingin tahu anak. Dimana mereka selalu mencoba menemukan hal-hal baru untuk dicoba.43

b. Lego puzzle bingo games merupakan media edukatif berbasis pendidikan karakter. Permainan ini merupakan pepaduan antara permainan pazzel dan bingo. Desain yang digunakan dalam permainan lego sesuai dengan permainan pazzel, terdiri dari potongan-potongan gambar yang dengan backgroud yang sangat menarik sesuai dengan implementasi dari 18 nilai- nilai pendidikan karakter.44

42Lina Inviana, Penerapan Penggunaan Lego Kontruktif Sebagai Media Pengembangan Motorik Halus Anak di KB Tunas Bangsa II Mojisari Wonolelo Pleret Bantul, h. 20.

43Mutia Rahma Setyani, Sylmi Wulan Dita, Intan Nur Tunggadewi, Penerapan Lego Bricks Pembelajaran Berbagai Strategi Untuk Meningkatkan Kecerdasan Matematis Siswa dalam Menghitung Bilangan Berpangkat, Jurnal pendidikan matematika dan matematika, Vol 3 No 1 2017, https//jurnal.umj.ac.id/index.php/fbc

44Muhammad Yusuf Abdullah, Widya Hastuti, Karmila A. Lego (Puzzle Bingo) Games Media Edukatif Berbasis Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Sekolah Dasar dalam Mewujudkan Generasi Indonesia Emas, Jurnal Pena, Vol 2 No 1, https://media.neliti.com

(43)

33

c. Balok unik (unit blocks) Balok unik adalah potongan-potongan terbuat dari kayu kertas atau plastik dengan berbagai ukuran dan bentuk, antara lain berupa balok berbentuk kubur, persegi empat, tiang/setengah tiang, segitiga, silinder. Balok unit dapat membantu anak-anak belajar dalam mengembangkan konsep, menyeleksi dan membangun. Balok unik juga biasanya digunakan dalam ruangan.

d. Balok hollow (hollow blocks)

Balok hollow adalah jenis permainan yang juga terbuat dari kayu tetapi telah dibentuk sedemikian rupa menjadi kotak-kotak kayu besar berbentuk persegi empat atau segitiga. Ukurannya yang besar menjadikan balok hollow ini digunakan diluar ruangan.45

5. Manfaat Lego

Sama halnya dengan permainan bulding block, permainan lego memerlukan imajinasi, fikiran, dan pemahaman dari player. Bukan cuman sekerdar itu, dalam bermain lego manfaat bagi tumbuh kembang anak adalah menyatukan pemikiran yang dilakukan secara berkelompok.

Permainan lego dilaksanakan dengan system yang terstruktur, yaitu dengan visi (bangunan yang akan dibuat), strategi (membuat rencana

45Siti Asiatun, Pengaruh Permainan Balok Susun Warna (Lego) Terhadap Perkembangan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun di PAUD Nurul Amanah Sidangsari Candipuro Lampung Selatan, Skripsi Mahasiswa, UIN Raden Intan Lampung, 2020, https//repository.radenintan.ac.id

Referensi

Dokumen terkait

Media yang dikembangkan bernilai valid dan layak untuk digunakan pada kegiatan pembelajaran dimana penilaian Media Pembelajaran Matematika oleh validator diperoleh

,engingatkan kembali ke&#34;ada ibu tentang &#34;ers/nal $ygiene &#34;ada balita  dengan membiasakan kebiasaan 9u9i tangan setela$ melakukan aktiitas?.

 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas

Menurut kartu hadir, karyawan Anisa bekerja selama seminggu sebanyak 40 jam, dengan upah per jam Rp 1.500, sedangkan karyawan Hasna selama perioda yang sama bekerja 30 jam

Pelatihan kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas yang tinggal di asrama BRTPD Pundong dilakukan dalam 2 kelas : kelas laki-laki dan kelas perempuan dengan

[r]

1) Dari 22 karangan mahasiswa asing (68.175 kata) ditemukan 1097 kata yang mengalami afiksasi. Jenis afiks yang digunakan yaitu Prefiks, sufiks dan konfiks.

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa peningkatan produksi keripik pare ke depan lebih menjanjikan dari pada keripik sayur lainnya, disamping pula ada