• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN MODA ANTARA KENDARAAN PRIBADI DAN KERETA COMMUTER LINE RUTE BEKASI-JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN MODA ANTARA KENDARAAN PRIBADI DAN KERETA COMMUTER LINE RUTE BEKASI-JAKARTA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN MODA ANTARA KENDARAAN PRIBADI DAN KERETA COMMUTER LINE RUTE BEKASI-JAKARTA

Sony Mario Hasiholan, Septiana Hariyani, Ismu Rini Dwi Ari

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886

Email: sonymario11@gmail.com ABSTRAK

Kota Bekasi sebagai kawasan penyangga ibu kota Jakarta mengakibatkan tingginya pergerakan masyarakat dari Kota Bekasi untuk melakukan aktivitas urban ke Ibukota Jakarta. Pola perjalanan komuter asal Kota Bekasi ke Jakarta pada penelitian Renauly (2014) menyebutkan bahwa rata-rata komuter asal Kota Bekasi menggunakan kendaraan pribadi untuk pergi ke Jakarta, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik faktor-faktor pemilihan moda transportasi pada rute Bekasi-Jakarta. Penelitian ini menggunakan teknik survei home based interview dan google form dengan jumlah responden pada penelitian sebanyak 400 responden. Penelitian ini terbagi dalam 4 jenis responden yang didasarkan pada kepemilikan kendaraan yaitu responden memiliki motor (motor), responden memiliki mobil (mobil), responden memiliki mobil dan motor (mobil1 dan motor1), dan pengguna commuter line. Dengan analisis statistik deskriptif, diketahui bahwa responden yang menggunakan motor (motor dan motor1), mobil (mobil dan mobil1) dan commuter line melakukan tujuan perjalanan ekonomi/bekerja dan melakukan perjalanan pada pagi hari pukul 05.00-09.00.

Pada segi pekerjaan, didominasi sebagai pegawai swasta dengan memilih menggunakan motor pribadi (motor dan motor1), mobil pribadi (mobil dan mobil1), dan commuter line. Adapun dari segi penilaian pelayanan commuter line, pengguna kendaraan pribadi menilai pelayanan commuter line kurang memuaskan dan masih kurang baik. Terdapat penilaian kebijakan transportasi yang masih dianggap kurang mengikat dan kurang mengendalikan pengunaan kendaraan pribadi.

Kata Kunci : Commuter-Line, Motor, Mobil, Pemilihan-Moda, Analisis-Statistik-Deskriptif ABSTRACT

Bekasi City as a buffer area of Jakarta Capital resulted in a high movement of people from the city of Bekasi to conduct urban activities to the capital Jakarta. The pattern of commuter travel from Bekasi City to Jakarta in research Renauly (2014) mentions that the average commuter origin of Bekasi City uses private vehicle to go to Jakarta, So the purpose of this research was to identify the characteristics of the selection of transportation modes on the Bekasi-Jakarta route. The study used a home-based interview and Google form survey with the number of respondents in the study of 400 respondents. The research is divided into 4 types of respondents based on vehicle ownership, respondent were classified into five type; owning a motorcycle (Motorcycle), owning a car (Car), owning both a car and a motorcycle (Car1 and Motorcycle1), and a commuter line user. Using a descriptive statistical analysis, it is known that respondents who use motorcycles (Motorcycle and Motorcycle1), cars (Car and Car1) and commuter lines perform economic/work travel objectives and travel in the morning at 05.00-09.00.

In terms of work, it is dominated as a private officer by choosing to use a personal motorcycle (Motorcycle and Motorcycle1), a private car (Car and Car1), and a commuter line. In terms of commuter line service assessment, users of private vehicles rate the service of commuter line is less satisfactory and still less good. There is assessment transportation policy which is still considered less binding and less controlling the use of private vehicles.

Keywords : Commuter-Line, Motorcycle, Car, Mode-Choice, Statistic-Deskriptive-Analysis

PENDAHULUAN

Menurut Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur), bahwa kawasan Jabodetabekpunjur berperan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN), sehingga menurut

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta arahan pengembangan sistem transportasi di Kawasan Jabodetabek lebih ditekankan pada sistem pengembangan transportasi massal yang saling terintegrasi antar moda dan mampu mengangkut penumpang dalam jumlah banyak. Arah pengembangan sistem transportasi massal sebagai sarana pergerakan komuter

(2)

diprioritaskan dengan peningkatan pemanfaatan jaringan jalur kereta api di Kawasan Jabodetabek (Peraturan Menteri Perhubungan No. 54 Tahun 2013). Berdasarkan Tatrawil Jawa Barat Tahun 2014 terdapat pengembangan dan pembangunan jalur perkeretaapian di tiga wilayah metropolitan, salah satunya kawasan metropolitan Bogor- Depok-Bekasi (Bodetabek) membuat moda transportasi berbasis rel yang beroperasi dapat mengakomodasi kebutuhan transportasi di kawasan Jabodetabek.

Berdasarkan data jumlah pergerakan kendaraan kawasan Jabodetabek tahun 2015, terdapat jumlah pergerakan pada ruas Bekasi- Jakarta sebesar 756,748 unit kendaraan, jumlah pergerakan pada ruas Tangerang-Jakarta sebesar 748,602 unit kendaraan, dan jumlah pergerakan pada ruas Bogor-Depok-Jakarta sebesar 617,274 unit kendaraan (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, 2015). Tingginya pergerakan dari Bekasi dibandingkan daerah daerah penyangga lainnya disebabkan banyaknya penduduk Jakarta yang melakukan migrasi ke Bekasi, tetapi masih bekerja di Jakarta (Suryahadi, 2018). Pola perjalanan komuter asal Kota Bekasi ke Jakarta, menyebutkan bahwa rata-rata komuter asal Kota Bekasi menggunakan kendaraan pribadi (mobil dan motor) untuk pergi ke Jakarta (Renauly, 2014). Hal tersebut menambah volume kendaraan yang masuk ke Jakarta yang kemudian berdampak pada kemacetan (Suryahadi, 2018).

Dampak kemacetan dapat mempengaruhi berbagai macam kegiatan masyarakat karena banyaknya waktu yang hilang dalam kelancaran kegiatan masyarakat (Mangatur, 2018).

Kereta commuter line menjadi salah satu moda transportasi alternatif yang menjadi arahan pengembangan pemerintah untuk mengurangi kemacetan di Kawasan Jabodetabek (Quinta, 2016). Pengoperasian kereta commuter line rute Bekasi-Jakarta adalah salah satu upaya untuk melayani kebutuhan transportasi bagi mereka yang pulang pergi kerja setiap hari (Widiarto, 2018). Pembukaan stasiun Bekasi Timur, Tambun, Cibitung dan Cikarang pada tahun 2018 diharapkan pergerakan pada rute Bekasi-Jakarta maupun sebaliknya dapat dengan dengan mudah melakukan perjalanan tanpa terhambat kemacetan di Bekasi maupun Jakarta.

Pemilihan koridor rute Bekasi-Jakarta dikarenakan Kota Bekasi memiliki sumber daya manusia terbesar untuk mendukung aktivitas di kota Jakarta (Dharsono, 2019), dan Kota Bekasi sebagai kota penyangga bagi Provinsi DKI Jakarta

memiliki kepadatan tertinggi, sehingga menimbulkan permasalahan transportasi (Rahmawati, 2014). Permasalahan transportasi yang terjadi pada rute Bekasi-Jakarta yaitu tingginya penggunaan kendaraan pribadi (mobil dan motor) yang melakukan aktivitas pergerakan dari Kota Bekasi menuju DKI Jakarta yang menimbulkan kemacetan, sehingga akan berdampak langsung terhadap preferensi minat pelaku perjalanan untuk memilih moda yang akan digunakan dalam menunjang aktivitas sehari- hari. Studi penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik faktor-faktor pemilihan moda transportasi pada rute Bekasi- Jakarta dengan menggunakan kendaraan pribadi dan kereta commuter line.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif.

Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini berguna untuk mengetahui karakteristik pelaku perjalanan, karakteristik pergerakan, karakteristik sistem moda transportasi, dan karakteristik kebijakan transportasi rute Bekasi- Jakarta dengan menggunakan motor, motor1, mobil, mobil1, dan kereta commuter line. Pada ruang lingkup pembahasan, pada penelitian ini statistik deskriptif yang digunakan termasuk dalam sebaran frekuensi.

Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan terkait dengan Faktor-Faktor Pemilihan Moda antara Kendaraan Pribadi dan Kereta Commuter Line rute Bekasi- Jakarta terdapat 25 variabel sebagai berikut:

Tabel 1. Variabel Penelitian

No. Variabel Sumber Teori 1. Pendapatan

(XPendapatan) • Miro, 2005

• Sijabat dan Ratnasari, 2013

• Rahmawati, 2014

• Munandar, 2015

Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Sasmito, 2016

• Kawengian, 2017

Setyodhono, 2017

• Taufiq, 2018 2. Usia (XUsia) • Miro, 2005

• Sijabat dan Ratnasari, 2013

• Munandar, 2015

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Quinta, 2016

• Sasmito, 2016

• Kawengian, 2017

• Taufiq, 2018 3. Jenis kelamin

(XJenis Kelamin) • Miro, 2005

(3)

No. Variabel Sumber Teori

• Sijabat dan Ratnasari, 2013

• Rahmawati, 2014

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Sasmito, 2016

• Kawengian, 2017

• Taufiq, 2018 4. Pendidikan

(XPendidikan) • Miro, 2005

• Quinta, 2016

• Kawengian, 2017 5. Kepemilikan

kendaraan pribadi (Xkepemiilikan Kendaraan Pribadi)

• Miro, 2005

• Sijabat dan Ratnasari, 2013

• Rahmawati, 2014

• Munandar, 2015

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Nasir, 2017

• Kawengian, 2017

• Taufiq, 2018 6. Pekerjaan

(XPekerjaan) • Miro, 2005

• Sijabat dan Ratnasari, 2013

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Kawengian, 2017

• Taufiq, 2018 7. Tujuan

Pergerakan (XTujuan Pergerakan)

• Miro, 2005

• Sijabat dan Ratnasari, 2013

• Rahmawati, 2014

• Munandar, 2015

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Nasir, 2017

• Kawengian, 2017

• Taufiq, 2018 8. Waktu

Perjalanan (XWaktu Perjalanan)

• Miro, 2005

• Sijabat dan Ratnasari, 2013

• Munandar, 2015

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Sasmito, 2016

• Nasir, 2017

• Taufiq, 2018 9. Panjang

Perjalanan (XPanjang Perjalanan)

• Miro, 2005

• Munandar, 2015

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Nasir, 2017

• Taufiq, 2018 10. Jenis

Perjalanan (XJenis Perjalanan)

• Miro, 2005

• Munandar, 2015

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Taufiq, 2018 11. Waktu Relatif

Perjalanan (XWaktu relatif perjalanan)

• Miro, 2005

• Munandar, 2015

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Nasir, 2017

• Setyodhono, 2017

• Taufiq, 2018 12. Biaya

perjalanan (XBiaya Perjalanan)

• Miro, 2005

• Rahmawati, 2014

• Munandar, 2015

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Sasmito, 2016

• Nasir, 2017

• Setyodhono, 2017

• Taufiq, 2018

No. Variabel Sumber Teori 13. Kenyamanan

(XKenyamanan) • Permenhub RI Nomor 48 tahun

2015 tentang standar pelayanan minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

14. Keamanan

(XKeamanan) • Permenhub RI Nomor 48 tahun

2015 tentang standar pelayanan minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

15. Keterjangkauan

(XKeterjangkauan) • Iskandar, 1995

• Munandar, 2015

• Adirinekso, 2016 16. Keselamatan(XK

eselamatan) • Permenhub RI Nomor 48 tahun

2015 tentang standar pelayanan minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

17. Kehandalan

(XKehandalan) • Permenhub RI Nomor 48 tahun

2015 tentang standar pelayanan minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api

18. Kemudahan

(XKemudahan) • Permenhub RI Nomor 48 tahun

2015 tentang standar pelayanan minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

19. Kesetaraan

(XKesetaraan) • Permenhub RI Nomor 48 tahun

2015 tentang standar pelayanan minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

20. Headway

(XHeadway) • Permenhub RI Nomor 48 tahun 2015 tentang standar pelayanan minimal Angkutan Orang dengan Kereta Api

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

21. Kebijakan Biaya

Pajak (XPajak) • Undang-Udang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah

• Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 13 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Taufiq, 2018 22. Kebijakan Biaya

Parkir (XParkir) • Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Parkir serta Terminal

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Taufiq, 2018 23. Kebijakan Biaya

Pembuatan SIM (XSIM)

• Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kepolisian Negara Republik Indonesia

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

• Taufiq, 2018 24. Kebijakan

Integrasi Moda (XIntegrasi Moda)

• Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor,

(4)

No. Variabel Sumber Teori

Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur)

• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi Tahun 2018-2029

• Taufiq, 2018 25. Kebijakan

Subsidi Kereta Commuter Line (XSubsidi)

• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 124 Tahun 2015 tentang perubahan dari Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2012 tentang Kewajiban Pelayanan Publik dan Subsidi Angkutan Perintis Bidang Perkeretaapian, Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara, serta Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara

• Jannah, Agustin, dan Utomo, 2016

Definisi Operasional

Faktor-faktor pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan setiap moda transportasi (Miro, 2005).

Faktor pemilihan moda dapat terjadi ketika adanya interaksi antar guna lahan, lalu seseorang akan mengambil keputusan bagaimana interaksi antar guna lahan tersebut dilakukan (Tamin, 2000). Pada penelitian ini interaksi antar guna lahan di Kota Bekasi dan DKI Jakarta yaitu tingginya aktivitas pergerakan komuter pada rute tersebut menimbulkan adanya faktor-faktor pemilihan moda transportasi pada pergerakan rute Bekasi-Jakarta.

Kendaraan pribadi (Private Transportation) adalah moda transportasi yang dikhususkan untuk pribadi seseorang dan seseorang tersebut bebas dalam memakainya kemana saja dan dalam waktu kapan saja, bahkan mungkin saja tidak memakainya sama sekali. Terdapat beberapa yang termasuk dalam kendaraan pribadi diantaranya yaitu jalan kaki, sepeda untuk pribadi, sepeda motor untuk pribadi, dan mobil pribadi, dan lain-lain (Miro, 2005). Pada penelitian ini kendaraan pribadi yang dimaksud adalah motor dan mobil yang disertai adanya bentuk kepemilikan kendaraan perseorangan yang dipakai untuk melakukan aktivitas sehari-hari pada rute Bekasi-Jakarta. Kendaraan umum (Public Transportation) adalah moda transportasi yang diperuntukkan untuk orang banyak, kepentingan bersama, menerima pelayanan bersama mempunyai arah dan titik tujuan yang sama, serta terikat dengan peraturan trayek yang sudah ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan (Miro, 2005). Pada penelitian ini kendaraan umum yang dimaksud adalah kereta

commuter line yang pengoperasian kereta api pada kegiatan sehari-hari dengan mayoritas bekerja, dan dikhususkan untuk mengangkut konsumen yang hendak menuju ke tempat tujuan atau meninggalkan pusat kota (Vuchic, 1981).

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah jumlah penduduk yang terdapat di Kota Bekasi yang terbagi dalam 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Utara, dan Bekasi Timur.

Populasi tersebut ditentukan dikarenakan pada hasil penelitian “Kajian Pemanfaatan Moda Transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line dalam Pergerakan Komuter Bekasi-Jakarta”

didalam karakteristik komuter pengguna kereta Commuter Line, daerah asal komuter di Kota Bekasi sebagian besar berasal dari Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Utara, dan Bekasi Timur serta memiliki usia penduduk > 15 tahun (Quinta, 2016). Jumlah populasi penduduk usia > 15 tahun pada Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Utara, dan Bekasi Timur tahun 2017 sebesar 697.524 (BPS Kota Bekasi dalam Angka, 2018).

Rumus yang dipakai untuk menentukan jumlah sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus slovin dengan perhitungan berikut:

𝑛 =!.#!!$% ... (1-1) 𝑛 = !"#.%&'

!"#.%&' ) %%!+,= 399 ≈ 400

Hasil perhitungan berdasarkan rumus Slovin yang telah dihitung kemudian diproporsikan berdasarkan jumlah tiap faktor- faktor pilihan moda (mobil pribadi, motor pribadi, Kereta Commuter Line rute Bekasi-Jakarta).

Berdasarkan hasil sampel dari ketiga kecamatan kemudian dilakukan teknik purposive sampling untuk menghitung jumlah responden tiap pilihan moda dengan pembagian berdasarkanpengguna kendaraan pribadi sepeda motor sebesar 56%, mobil 21%, dan transportasi umum sebesar 23%

pada pergerakan komuter Jabodetabek (BPS, 2015), sehingga jumlah sampel pada tiap modanya dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel 2. Perhitungan Jumlah Sampel Tiap Jenis Moda

Jenis Moda Persentase

(%) Jumlah

Responden Moda Motor Pribadi 56% 224 responden

Moda Mobil Pribadi 21% 84 responden

Moda Kereta Commuter Line

(Bekasi-Jakarta) 23% 92 responden

Total 400 100%

Pembagian kuisioner pada penelitian ini menggunakan teknik survei dengan cara home

(5)

based interview atau wawancara terstruktur secara langsung dengan jenis survei mengidentifikasi pilihan masyarakat dalam faktor-faktor pemilihan moda ke rumah-rumah responden di Kota Bekasi, dan survei online/google form dengan masuk ke e-mail peneliti, agar tidak mengganggu perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dan kereta commuter line perjalanan rute Bekasi-Jakarta.

Penelitian ini dilakukan dengan survei primer untuk memperoleh data melalui kuisioner yang dibuat dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda, dengan jenis kuisioner tertutup. Data Kuisioner yang didapat dari hasil survei primer yang kemudian dikelompokkan berdasarkan masing- masing pilihan moda. Data yang telah dikelompokkan kemudian akan digambarkan secara deskriptif dan menampilkan grafik untuk menunjukkan persentase data pada tiap variabel yang ditentukan.

Metode Analisis

Analisis statistik deskriptif berguna untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul (Sugiyono, 2004). Analisis deskriptif statistik pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul yaitu mengidentifikasi karakteristik variabel faktor-faktor pemilihan moda rute Bekasi-Jakarta dengan menggunakan motor, mobil dan kereta commuter line. Pembahasan pada analisis statistik deskriptif yang digunakan termasuk dalam analisis frekuensi. Menurut Miro (2005) analisis frekuensi termasuk dalam analisis statistik deskriptif dimana kegiatan pada penelitian ini mencakup pengelompokkan data, pengumpulan data, penentuan nilai data, dan pembuatan grafik dan gambar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umumu Wilayah Studi

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur), pengembangan sistem pusat permukiman mendorong pengembangan Pusat Kegiatan Nasional Kawasan Perkotaan, dengan kota inti adalah Jakarta dan kota satelit adalah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan kota lainnya.

Keterkaitan antar Kota Bekasi dan Kota Jakarta dapat dilihat berdasarkan struktur ruang dari segi

sistem perkotaan nasional. Kota Bekasi termasuk sebagai WP Bodebekpunjur dalam pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur (RTRW Jawa Barat, 2009- 2029). Berdasarkan Dokumen Rencana Induk Transportasi Jabodetabek tahun 2015, salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya jumlah pergerakan di Jabodetabek adalah peningkatan intensitas dari aktivitas wilayah Kabupaten/Kota, yang di identifikasi dari perkembangan tata guna lahan seperti perkembangan lahan permukiman, perdagangan dan jasa serta pengembangan kawasan industi di Jabodetabek.

Kota Bekasi didalam WP Bodebekpunjur diarahkan dalam pengembangan PKN kawasan perkotaan Jabodetabek, menjadi simpul pelayanan dan jasa perkotaan, serta mengembangkan sektor perdagangan, jasa dan industri padat tenaga kerja (RTRW Jawa Barat, 2009-2029). Posisi wilayah Kota Bekasi yang berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta membawa konsekuensi pada arah kebijakan pembangunan Kota Bekasi yang berorientasi pada kepentingan nasional bersama-sama dengan Bogor, Depok dan Tangerang sekaligus menjadi bagian dari kawasan penyeimbang ibu kota DKI Jakarta (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi, 2017). Bekasi dan Jakarta memiliki keterkaitan satu sama lain sehingga menyebabkan Kota Bekasi memiliki konektivitas yang tinggi terhadap Kota Jakarta yang dapat dilihat sebagai berikut (Gambar 1).

Wilayah studi pada penelitian rute Bekasi- Jakarta dengan moda kereta commuter line memiliki panjang perjalanan sebesar 30.640 km dengan melewati 18 stasiun dengan 16 stasiun pemberhentian, dimana terdapat 2 stasiun yang tidak termasuk rute pemberhentian yaitu Stasiun Cipinang dan Stasiun Gambir. Waktu tempuh perjalanan yang dibutuhkan dengan menggunakan kereta commuter line pada perjalanan rute Bekasi-Jakarta rata-rata sebesar 1 jam 15 menit dengan kecepatan rata-rata 40km/jam. Rute tersebut dapat digambarkan kondisi eksistingnya dengan diurutkan mulai dari stasiun keberangkatan yaitu Stasiun Bekasi Timur sampai stasiun pemberhentian terakhir Stasiun Jakarta Kota sebagai berikut (Gambar 2).

(6)

Gambar 1. Keterkaitan Kawasan Jabodetabek

Gambar 2. Rute Kereta Commuter Line Kota Bekasi-Jakarta Kota A. Karakteristik Pelaku Perjalanan

Karakteristik pelaku perjalanan pada penelitian ini adalah pendapatan, usia, jenis kelamin, pendidikan, kepemilikan kendaraan dan pekerjaan. Berdasarkan hasil survei kuisioner didapatkan bahwa pelaku perjalananan yang beraktivitas pada pergerakan rute Bekasi-Jakarta terdapat variabel pendapatan didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line sebesar > Rp.

5.000.000. Faktor jenis kelamin dan usia pada pelaku perjalanan rute Bekasi-Jakarta didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line oleh laki-laki memiliki usia 35-45 tahun. Faktor tingkat pendidikan terakhir pada pelaku perjalanan rute Bekasi-Jakarta didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line yaitu sarjana. Faktor jenis pekerjaan pada pelaku perjalanan rute Bekasi-

Jakarta didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line yaitu pegawai swasta. Tabel karakteristik pelaku perjalanan dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 3).

B. Karakteristik Pergerakan

Karakteristik pergerakan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah tujuan pergerakan, waktu perjalanan, panjang perjalanan, dan jenis perjalanan. Hasil survei kuisioner didapatkan bahwa pelaku perjalananan yang beraktivitas pada pergerakan rute Bekasi- Jakarta terdapat variabel tujuan pergerakan didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line yaitu tujuan pergerakan ekonomi. Faktor waktu perjalanan pada pelaku perjalanan rute Bekasi- Jakarta didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta

(7)

commuter line yaitu waktu pagi pukul 06.00- 10.00. Faktor panjang perjalanan pada pelaku perjalanan rute Bekasi-Jakarta didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line yaitu perjalanan jarak jauh (30-45km). Faktor Jenis perjalanan pada pelaku perjalanan rute Bekasi-Jakarta didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line yaitu perjalanan multi trip. Tabel karakteristik pergerakan dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 4).

C. Karakteristik Sistem Moda Transportasi Karakteristik sistem moda transportasi pada penelitian ini adalah waktu relatif perjalanan, biaya perjalanan, kenyamanan, keamanan, keterjangkauan, keselamatan, kehandalan, kemudahan, kesetaraan dan Headway. Dalam menilai kenyamanan, keamanan, keselamatan, kehandalan, kemudahan, kesetaraan dan Headway dapat diketahui berdasarkan penilaian persepsi pelaku perjalanan dengan sangat buruk, buruk, sedang, baik dan sangat baik. Hasil survei kuisioner didapatkan bahwa pelaku perjalananan yang beraktivitas pada pergerakan rute Bekasi-Jakarta terdapat variabel waktu relatif perjalanan didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line yaitu 1-2 jam. Faktor biaya perjalanan pada pelaku perjalanan rute Bekasi-Jakarta didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line sebesar Rp.

30.000-Rp. 45.000. Keterjangkauan atau pergantian moda pada pelaku perjalanan rute Bekasi-Jakarta didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line sebanyak 1 kali. Persepsi pelaku

perjalanan pada tingkat pelayanan kenyamanan, keamanan, kehandalan, dan headway pada pelaku perjalanan rute Bekasi-Jakarta didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line yaitu penilaian sedang, sedangkan pada tingkat pelayanan keselamatan, kemudahan, dan kehandalan pada pelaku perjalanan rute Bekasi-Jakarta didominasi secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line yaitu penilaian baik. Tabel karakteristik sistem moda transportasi dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 5).

D. Karakteristik Kebijakan Transportasi Kebijakan transportasi yang dibahas dalam penelitian ini adalah biaya pajak, biaya parkir, biaya pembuatan SIM, integrasi moda dan subsidi kereta commuter line. Biaya pajak, biaya pembuatan SIM, integrasi moda dan subsidi kereta commuter line dalam penelitian ini dapat diketahui berdasarkan penilaian persepsi pelaku perjalanan. Berdasarkan hasil survei kuisioner didapatkan bahwa pelaku perjalananan yang beraktivitas pada pergerakan rute Bekasi-Jakarta terdapat variabel kebijakan biaya pajak dan kebijakan biaya pembuatan SIM mayoritas secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line memberikan penilaian sedang. Kebijakan biaya parkir pada pelaku perjalanan rute Bekasi-Jakarta mayoritas secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line memberikan penilaian biaya parkir sebesar Rp. 3.000-Rp. 5.000.

Penilaian kebijakan integrasi moda dan kebijakan subsidi kereta commuter line mayoritas secara keseluruhan pada pengguna kendaraan pribadi dan kereta commuter line memberikan penilaian tinggi. Tabel karakteristik kebijakan transportasi dapat dilihat sebagai berikut (Tabel 6).

Tabel 3. Karakteristik Pelaku Perjalanan

No. Karakteristik Pelaku Perjalanan

Responden

Motor Mobil Motor1 Mobil1 Kereta Commuter

Line

1. Pendapatan 3.000.000-

4.000.000 (36%)

>5.000.000

(40%) 4.000.000-

5.000.000 (30%) >5.000.000

(71%) 4.000.000-

5.000.000 (28%)

2. Usia 15-25 Tahun

(31%) 35-45 Tahun

(38%) 25-35 Tahun

(28%) 45-55 Tahun

(30%) 35-45 Tahun (28%) 3. Jenis Kelamin Laki-laki (52%) Perempuan

(57%) Laki-laki (71%) Perempuan

(62%) Perempuan (54%) 4. Pendidikan SMA (42%) Sarjana (49%) Sarjana (46%) Sarjana (47%) Sarjana (51%) 5. Kepemilikan Kendaraan 1 Kendaraan

(48%) 1 Kendaraan

(40%) 2 Kendaraan

(55%) 2 Kendaraan

(64%) 2 Kendaraan (28%)

6. Pekerjaan Pegawai Swasta

(45%) Pegawai

Swasta (51%) Pegawai Swasta

(45%) Pegawai Swasta

(55%) Pegawai Swasta (58%)

(8)

Tabel 4. Karakteristik Pergerakan

No. Karakteristik Pergerakan

Responden

Motor Mobil Motor1 Mobil1 Kereta Commuter

Line

1. Tujuan pergerakan Ekonomi (41%) Ekonomi (62%) Ekonomi (49% Ekonomi (58%) Ekonomi (40%) 2. Waktu perjalanan 06.00-10.00

(45%) 06.00-10.00

(49%) 06.00-10.00

(51%) 06.00-10.00

(46%) 06.00-10.00 (47%) 3. Panjang perjalanan Dekat (<15km)

(42%) Sedang (15-

30km) (43%) Sedang (15-

30km) (53%) Sedang (15-

30km) (55%) Jauh (30-45km) (50%)

4. Jenis perjalanan Multi trip (66%) Single trip (54%) Multi trip (67%) Multi trip (51%) Multi trip (59%)

Tabel 5. Karakteristik Sistem Moda Transportasi

No. Karakteristik Sistem Moda Transportasi

Responden

Motor Mobil Motor1 Mobil1 Kereta Commuter

Line 1. Waktu relatif perjalanan 1-2 Jam (42%) <1 Jam (59%) 1-2 Jam (52%) 1-2 Jam (43%) <1 Jam (50%) 2. Biaya perjalanan Rp. 30.000-Rp.

45.000 (34%) Rp. 15.000- Rp. 30.000 (35%)

Rp. 30.000-Rp.

45.000 (42%) Rp. 30.000-Rp.

45.000 (36%

%)

Rp. 30.000-Rp. 45.000 (40%)

3. Kenyamanan Baik (38%) Sedang (43%) Buruk (36%) Sedang (40%) Sedang (50%) 4. Keamanan Sedang (46%) Baik (54%) Sedang (45%) Baik (40%) Sedang (46%) 5. Keterjangkauan 1 Kali (54% 1 Kali (57%) 2 Kali (48%) 1 Kali (62%) 1 Kali (49%) 6. Keselamatan Baik (41%) Baik (51%) Sedang (43%) Baik (45%) Baik (61%) 7. Kehandalan Sedang (43%) Baik (49%) Sedang (43%) Sedang (47%) Sedang (50%)

8. Kemudahan Sangat baik

(38%) Baik (62%) Baik (40%) Baik (60%) Baik (59%) 9. Kesetaraan Sedang (38%) Baik (68%) Baik (41%) Baik (55%) Baik (53%)

10. Headway Sedang (54%) Baik (60%) Sedang (49%) Baik (53%) Baik (50%)

Tabel 6. Karakteristik Kebijakan Transportasi

No. Kebijakan Transportasi

Responden

Motor Mobil Motor1 Mobil1 Kereta Commuter

Line 1. Kebijakan biaya

pajak Sedang (30%) Sedang (38%) Sedang (30%) Sedang (47%) Sedang (32%) 2. Kebijakan biaya

parkir Rp3.000/Rp5.000

(44%) Rp3.000/Rp5.000

(52%) Rp2.000/Rp5.000

(38%) Rp3.000/Rp5.000

(53%) Rp3.000/Rp5.000

(60%) 3. Kebijakan biaya

pembuatan SIM Sedang (33%) Rendah (35%) Sedang (34%) Sedang (45%) Sedang (34%) 4. Kebijakan

integrasi moda Tinggi (45%) Tinggi (51%) Sangat tinggi

(40%) Tinggi (49%) Tinggi (55%) 5. Kebijakan subsidi

kereta commuter line

Tinggi (42%) Tinggi (54%) Tinggi (32%) Tinggi (45%) Tinggi (50%)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis yang telah dilakukan pada penelitian mengenai Pemilihan Moda antara Kendaraan Pribadi dan Kereta Commuter Line rute Bekasi-Jakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor pada pemilihan moda antara kendaraan pribadi dan kereta commuter line rute Bekasi-Jakarta sebagai berikut:

a. Karakteristik Pelaku Perjalanan - Pendapatan: > Rp. 5.000.000 - Usia: 35-45 Tahun

- Jenis Kelamin: Laki-laki - Pendidikan: Sarjana

- Kepemilikan Kendaraan: 2 Kendaraan - Pekerjaan: Pegawai Swasta

b. Karakteristik Pelaku Perjalanan - Tujuan Pergerakan: Ekonomi

- Waktu Perjalanan: 06.00-10.00 - Panjang Perjalanan: Jauh (30-45 km) - Jenis Perjalanan: Multi Trip

c. Karakteristik Sistem Moda Transportasi Sistem pelayanan moda transportasi pada penelitian ini menggunakan indikator standar pelayanan berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI No.

48 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api dan dinilai dari persepsi pelaku perjalanan:

- Waktu Relatif Perjalanan: 1-2 Jam - Biaya Perjalanan: Rp. 30.000-Rp. 45.000 - Kenyamanan: Sedang (Sudah ada fasilitas

penunjang kenyamanan seperti petugas kebersihan gerbong lampu penerangan,

(9)

pendingin ruangan, tetapi rak bagasi tidak berfungsi dengan normal)

- Keamanan: Sedang (Sudah tersedia satu dari CCTV, hanya satu petugas keamanan, hanya satu stiker informasi, dan lampu penerangan di dalam kereta) - Keterjangkauan: 1 kali

- Keselamatan: Baik (Sudah tersedia semua alat perlengkapan keselamatan)

- Kehandalan: Sedang (Terlambat antara 2- 5 menit)

- Kemudahan: Baik (Semua informasi tentang rute, infromasi stasiun yang dilewati secara audio dan visual, dan nomor urut kereta sudah tersedia) - Kesetaraan: Baik (Ada perbedaan

gerbong khusus perempuan dan umum, ada kursi untuk penumpang diffable, namun masih dilanggar pada saat kondisi keadaan kereta penuh)

- Headway: Sedang ((10-15 menit) Cukup sesuai antara waktu ideal dan waktu jam puncak terhadap waktu antara kereta commuter line, meskipun terdapat keterlambatan waktu tunggu beberapa menit)

d. Kebijakan Transportasi

Sistem kebijakan transportasi pada penelitian ini menggunakan indikator kebijakan biaya pajak, biaya parkir, biaya pembuatan SIM, integrasi moda, dan subsidi kereta commuter line yang berlaku pada rute Bekasi-Jakarta dan dinilai dari persepsi pelaku perjalanan:

- Kebijakan Biaya Pajak: Sedang (Pajak progresif 6% dari harga kendaraan pribadi)

- Kebijakan Biaya Parkir: Rp. 3.000 motor/Rp. 5.000 mobil

- Kebijakan Biaya Pembuatan SIM: Sedang (Biaya Pembuatan SIM 20% melebihi aturan tarif penerbitan SIM sebesar Rp.144.000 untuk SIM A dan Rp.120.000 untuk SIM C)

- Kebijakan Integrasi Moda: Tinggi (Terintegrasinya jaringan prasarana dan sistem pelayanan intramoda maupun antarmoda, dan tiket/tarif, sistem informasi, dan pembiayaan dan kelembagaan, namun belum seluruh masyarakat mengetahui tentang kebijakan ini)

- Kebijakan Subsidi Kereta Commuter Line:

Tinggi (Harga Tiket Kereta Commuter Line Bekasi-Jakarta sebesar Rp. 5.000) DAFTAR PUSTAKA

Adirinekso, G. P. 2016.Karakteristik Penggunaan Pelaku Perjalanan dalam Pemilihan Moda Transportasi Pekerja di Kota Jakarta Barat. Jrmb. 11(1): 73-89.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2008. RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029. Provinsi Jawa Barat. Bappeda.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi. 2017. Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Kota Bekasi.

Bappeda Kota Bekasi.

Badan Pusat Statistik. 2018. Kota Bekasi dalam Angka. Kota Bekasi. BPS.

Badan Pusat Statistik. 2015. Berita Resmi Statistik DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta. BPS.

Dharsono, M.S. 2019. Pengembangan Sistem Transportasi Perkotaan Berbasis Transit Oriented Development untuk Meningkatkan Efisiensi Energi. Jurnal Teknik Sipil. 4(2): 13-21.

Iskandar, A. 1995. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

Jannah, F., Agustin, I.W. & Utomo, D.U. 2016.

Faktor-Faktor Pemilihan Moda Antara Kendaraan Pribadi Dengan Kereta Api Tujuan Malang - Surabaya. Jurnal Planning for Urban Region and Environment. 5(0341): 91-100.

Kawengian, E. 2017. Model Pemilihan Moda Transportasi Angkutan dalam Provinsi.

Jurnal Sipil Statik. 5(3): 133-142.

Kementrian Perhubungan. (2013). Tatrawil Jawa Barat Tahun 2014.

Mangatur. 2018. Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas Terhadap Pendapatan Masyarakat dan Aksesibilitas Di Kota Jambi. Jurnal Pembangunan Berkelanjutan. 1(1): 1-10.

Miro, F. 2005. Perencanaan Transportasi. Jakarta.

Penerbit Erlangga.

Munandar, A. 2015. Pemilihan Moda Transportasi Setelah adanya Kereta Commuter Line (Studi Daerah Penyangga Jakarta).

Jurnal Spasial Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi. 13(1): 41-49.

Nasir, A.A. 2017. Analisis Pemilihan Moda

(10)

Angkutan Umum dalam Menunjang Kegiatan Sosio ekonomi Masyarakat di Kota Enrekang. Skripsi. Makassar. UIN Alauddin.

Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Parkir serta Terminal.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 13 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 48 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api.

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 54 Tahun 2013 tentang Rencana Umum Jaringan Angkut Massal pada Kawasan Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur).

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 124 Tahun 2015 tentang Perubahan dari Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2012 tentang Kewajiban Pelayanan Publik dan Subsidi Angkutan Perintis Bidang Perkeretaapian, Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara, serta Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara.

Quinta, F. 2016. Kajian Pemanfaatan Moda Transportasi Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line dalam Pergerakan Komuter Bekasi-Jakarta contributor of commuters in DKI Jakarta. Jurnal Arsitektur dan Perencanaan. 3(4): 1-10.

Rahmawati, A. 2014. Analisis Pemilihan Moda Sepeda Motor dan KRL ke Propinsi DKI Jakarta. Diponegoro Journal of Economics. 3(2): 1-7.

Renauly, M. 2014. Pola Perjalanan Penglaju Kota Bekasi ke Jakarta. Jurnal Geografi.

10(1): 1-17.

Sasmito, R.A. 2016. Studi Analisis Alternatif Pemilihan Moda Transportasi Darat Antara Kereta Api dan Bus Akdp Jurusan Kota Padang - Kota Pariaman. Jurnal Teknik Sipil. 3 (1): 68-78.

Setyodhono, S. 2017. Faktor yang Mempengaruhi Pekerja Komuter di Jabodetabek Menggunakan Moda Transportasi Utama. Warta Penelitian Perhubungan, 29(1): 21-32.

Sijabat, R., & Ratnasari, A. 2013. Model Pemilihan Moda Pergerakan Komuter di Kecamatan Sayung. Jurnal Teknik PWK.

2(4): 988-997.

Suryahadi, A. 2018. Preferensi Penduduk Kota Bekasi Dalam Memilih Bus Transjabodetabek untuk Melakukan Komuter ke DKI Jakarta. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan. 4(3):

28-40.

Tamin, O. Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung. Penerbit ITB.

Taufiq, D.N.M. 2018. Pemilihan Moda Kereta Gantung pada Rute Perjalanan Kota Malang-Kota Batu. Tidak dipublikasikan. Skripsi. Malang:

Universitas Brawijaya.

Undang-Udang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Vuchic, V.R. 1981. Urban Public Transportation Systems and Technology, Prentice-Hall, Englewood Cliffs. New Jersey.

Widiarto, E. 2018. Operational Performance of Railways on Jakarta Kota-Bekasi Route.

Advances in Transportation and Logistics Research. 105-119.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dalam pelaksanaanya tidak memenuhi ketentuan/syarat termaksud diatas, maka rekomendasi ini menjadi tidak berlaku dan segala sesuatu yang berkaitan dengan

Persaingan perbankan menjadi sebuah tantangan bagi semua perbankan yang ingin masuk ke pasar global terutama bank-bank swasta nasional maupun asing harus dapat strategi all

Dari hasil uji tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Struktur Modal (X₁) secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan (Y)

Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa mahasiswa tidak memiliki pemahaman dasar yang baik tentang kajian linguistik, yang seharusnya mereka peroleh pada semester

Apakah Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru secara bersama-sama berpengaruh terhadap mutu pendidikan pada sekolah- sekolah SMP di Imogiri Kabupaten

Salah satu alternatif yang dapat digunakan un- tuk menurunkan kadar kolesterol total pada pero- kok aktif adalah dengan mengkonsumsi seduhan.. teh kelopak bunga Rosella (

Pembelajaran PAI merupakan pembelajaran agama Islam yang terdapat di sekolah umum. Kewajiban pihak sekolah untuk memberi pelajaran agama kepada siswa sesuai

Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan model belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam memecahkan permasalahan. Siswa