4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Yakult dimulai ketika Dr. Minoru Shirota, pendiri Yakult, memulai studinya di bidang ilmu Kedokteran preventif. Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Kyoto Imperial University, Dr. Minoru Shirota melanjutkan studinya di bidang mikrobiologi pada universitas yang sama.
Pada waktu itu, ilmu Kedokteran sangat menekankan pengobatan terhadap penyakit, tetapi Dr. Minoru Shirota, disamping menyadari pentingnya ilmu pengobatan penyakit, juga menyadari suatu saat kelak ilmu kedokteran preventif akan dihargai sepenuhnya. Karena alasan tersebut, beliau mengambil keputusan untuk mengabdikan diri di bidang ilmu kedokteran preventif. Kemudian beliau menyelidiki langkah-langkah terbaik untuk melakukan perbaikan terhadap ilmu kedokteran preventif di bidang mikrobiologi. Akhirnya beliau berhasil mengkulturkan dan mengaplikasikan Bakteri Asam Laktat (BAL) khusus yang dinamakan Lactobacillus casei Shirota strain, pada tahun 1930.
Studi yang dilakukan Dr. Shirota didasarkan atas konsep kesehatan yang baik bagi manusia. Strain yang diproduksi adalah dengan cara lactid acid bacilli Shirota yang merupakan strain hasil kulturisasi dengan susu dan diproses menjadi minuman kesehatan Yakult.
Disamping memproduksi minuman susu asam (yoghurt) saat ini perusahaan Yakult di Jepang juga memproduksi berbagai jenis produk, seperti: produk kosmetik (skin-care cosmetic for man and ladies make-up), produk minuman ringan (juices and other beverages), produk farmasi (medicines, over-the counter drugs, prescription drugs) dan susu (milk-mile and shoful). Sedangkan perusahaan Yakult di Indonesia hanya memproduksi satu macam produk saja, yaitu minuman susu asam Yakult.
Untuk menjamin kualitas dan pengembangan produk-produknya, perusahaan mempunyai satu lembaga riset yang bernama Yakult Central Institute di Kunitachi, Tokyo. Pada awalnya lembaga ini bertanggung jawab untuk memajukan riset secara luas mengenai hubungan antara
mikroorganisme dengan fisiologi manusia. Tapi sekarang usaha tersebut telah meluas dengan melaksanakan riset genetika, sitologi dan enzimologi.
Produk minuman Yakult di Indonesia diproduksi oleh PT. Yakult Indonesia Persada, yang berdiri pada tanggal 10 Desember 1990 dan produk tersebut mulai aktif dipasarkan pada awal Januari 1991. PT. Yakult Indonesia Persada merupakan perusahaan patungan antara Indonesia (Salin Group) dan Jepang (Yakult-Honsha Co, Ltd). Modal awal yang ditanamkan untuk mendirikan perusahaan ini adalah sebesar US$ 5.750.000, dengan komposisi permodalan: 51 persen milik Salim Group dan 49 persen milik Yakult- Honsha Co, Ltd.
4.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
Visi dari PT. Yakult Indonesia Persada yaitu minuman yang menjadi pelopor probiotik di seluruh dunia. Adapun misi yang hendak dicapainya yaitu menyehatkan seluruh manusia di dunia melalui tindakan preventif yaitu dengan mengkonsumsi minuman probiotik Yakult. Ada beberapa tujuan yang digariskan perusahaan, antara lain: (1). Memenuhi kebutuhan minuman kesehatan probiotik di seluruh dunia dan Indonesia, (2). Memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat, dan (3). Mendapatkan perolehan laba-rugi bagi perusahaan.
4.3. Struktur Organisasi
Pemegang kekuasaan tertinggi pada PT. Yakult Indonesia Persada adalah para pemegang saham. Di bawah tingkatan pemegang saham berturut-turut adalah dewan komisaris dan dewan direktur. Dewan direktur bertugas untuk menentukan berbagai kebijakan perusahaan dan dalam pelaksanaan tugas- tugasnya, dewan direktur diawasi oleh dewan komisaris. Dewan direktur membawahi empat bagian atau divisi perusahaan yaitu:
1. Manajer Pabrik 2. Manajer HUMAS 3. Direktur Pemasaran
4. Manajer Keuangan dan Administrasi.
4.4. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin
Berdasarkan data dari 100 orang responden, sebagian besar responden berjenis kelamin wanita, yaitu sebanyak 69 orang (69%) dan sisanya pria sebanyak 31 orang (31%). Manfaat dari membedakan jenis kelamin antara pria dan wanita bertujuan untuk dapat mengetahui keadaan populasi dari 100 orang responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole Kota Sukabumi dengan jenis kelamin pria dan wanita.
Untuk dapat lebih jelas melihat jenis kelamin responden dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Karakteristik Responden Jenis Kelamin.
b. Klasifikasi Usia
Berdasarkan Gambar 5 pada penelitian ini, Tujuan dari mengidentifikasi klasifikasi usia adalah untuk melihat responden di Kelurahan Gunung Prang Kecamatan Cikole Kota Sukabumi apakah responden tersebut masuk dalam klasifikasi usia remaja, dewasa atau usia lanjut. Berdasarkan hasil penelitiann, klasifikasi usia terbanyak yaitu berada pada klasifikasi usia dewasa sebanyak 83 orang (83%).
Gambar 5. Karakteristik Responden Klasifikasi Usia.
4.4. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin
Berdasarkan data dari 100 orang responden, sebagian besar responden berjenis kelamin wanita, yaitu sebanyak 69 orang (69%) dan sisanya pria sebanyak 31 orang (31%). Manfaat dari membedakan jenis kelamin antara pria dan wanita bertujuan untuk dapat mengetahui keadaan populasi dari 100 orang responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole Kota Sukabumi dengan jenis kelamin pria dan wanita.
Untuk dapat lebih jelas melihat jenis kelamin responden dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Karakteristik Responden Jenis Kelamin.
b. Klasifikasi Usia
Berdasarkan Gambar 5 pada penelitian ini, Tujuan dari mengidentifikasi klasifikasi usia adalah untuk melihat responden di Kelurahan Gunung Prang Kecamatan Cikole Kota Sukabumi apakah responden tersebut masuk dalam klasifikasi usia remaja, dewasa atau usia lanjut. Berdasarkan hasil penelitiann, klasifikasi usia terbanyak yaitu berada pada klasifikasi usia dewasa sebanyak 83 orang (83%).
Gambar 5. Karakteristik Responden Klasifikasi Usia.
31%
69%
Jenis Kelamin
Pria Wanita
14%
83%
3%
Klasifikasi Usia
Remaja Dewasa Usia lanjut
4.4. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin
Berdasarkan data dari 100 orang responden, sebagian besar responden berjenis kelamin wanita, yaitu sebanyak 69 orang (69%) dan sisanya pria sebanyak 31 orang (31%). Manfaat dari membedakan jenis kelamin antara pria dan wanita bertujuan untuk dapat mengetahui keadaan populasi dari 100 orang responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole Kota Sukabumi dengan jenis kelamin pria dan wanita.
Untuk dapat lebih jelas melihat jenis kelamin responden dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Karakteristik Responden Jenis Kelamin.
b. Klasifikasi Usia
Berdasarkan Gambar 5 pada penelitian ini, Tujuan dari mengidentifikasi klasifikasi usia adalah untuk melihat responden di Kelurahan Gunung Prang Kecamatan Cikole Kota Sukabumi apakah responden tersebut masuk dalam klasifikasi usia remaja, dewasa atau usia lanjut. Berdasarkan hasil penelitiann, klasifikasi usia terbanyak yaitu berada pada klasifikasi usia dewasa sebanyak 83 orang (83%).
Gambar 5. Karakteristik Responden Klasifikasi Usia.
Pria Wanita
Remaja Dewasa Usia lanjut
c. Umur
Gambar 6 menunjukan responden berdasarkan kelompok umur, pengelompokan umur responden bertujuan untuk melihat gambaran dari 100 orang responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi apakah berumur 15-20 tahun, 21-35 tahun, 35-60 tahun atau > 60 tahun. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada pada kisaran umur 21-35 tahun sebesar 45 orang (45%).
Gambar 6. Karakteristik Responden Umur.
d. Tempat Tinggal
Untuk dapat melihat dan mengelompokan tempat tinggal responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi perlu diadakan pengelompokan. Apakah responden bertempat tinggal di rumah sendiri, kontrakan, kost-kostan atau lainnya. Berdasarkan Gambar 7, sebagian besar responden bertempat tinggal di rumah sendiri sebanyak 63 orang (63%).
Gambar 7. Karakteristik Responden Tempat Tinggal.
c. Umur
Gambar 6 menunjukan responden berdasarkan kelompok umur, pengelompokan umur responden bertujuan untuk melihat gambaran dari 100 orang responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi apakah berumur 15-20 tahun, 21-35 tahun, 35-60 tahun atau > 60 tahun. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada pada kisaran umur 21-35 tahun sebesar 45 orang (45%).
Gambar 6. Karakteristik Responden Umur.
d. Tempat Tinggal
Untuk dapat melihat dan mengelompokan tempat tinggal responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi perlu diadakan pengelompokan. Apakah responden bertempat tinggal di rumah sendiri, kontrakan, kost-kostan atau lainnya. Berdasarkan Gambar 7, sebagian besar responden bertempat tinggal di rumah sendiri sebanyak 63 orang (63%).
Gambar 7. Karakteristik Responden Tempat Tinggal.
14%
45%
38%
3%
Umur
15-20 Tahun 21-35 Tahun 36-60 Tahun
>60 Tahun
63%
28%
7% 1%1%
Tempat Tinggal
Rumah sendiri Kontrakan Kost
Rumah Saudara Rumah Majikan
c. Umur
Gambar 6 menunjukan responden berdasarkan kelompok umur, pengelompokan umur responden bertujuan untuk melihat gambaran dari 100 orang responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi apakah berumur 15-20 tahun, 21-35 tahun, 35-60 tahun atau > 60 tahun. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada pada kisaran umur 21-35 tahun sebesar 45 orang (45%).
Gambar 6. Karakteristik Responden Umur.
d. Tempat Tinggal
Untuk dapat melihat dan mengelompokan tempat tinggal responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi perlu diadakan pengelompokan. Apakah responden bertempat tinggal di rumah sendiri, kontrakan, kost-kostan atau lainnya. Berdasarkan Gambar 7, sebagian besar responden bertempat tinggal di rumah sendiri sebanyak 63 orang (63%).
Gambar 7. Karakteristik Responden Tempat Tinggal.
15-20 Tahun 21-35 Tahun 36-60 Tahun
>60 Tahun
Rumah sendiri Kontrakan Kost
Rumah Saudara Rumah Majikan
e. Status Pekerjaan
Untuk melihat status sosial dari 100 orang responden yang diteliti perlu diadakan pengelompokan berdasarkan status pekerjaan. Dengan mengetahui status pekerjaan dari masing-masing responden, dapat terlihat banwa responden Yakult di Kelurahan Gunung, Parang Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi apakah belum memiliki pekerjaan atau sudah memiliki pekerjaan seperti buruh, wiraswasta, PNS, pegawai swasta atau lainnya.
Karakteristik status pekerjaan responden terbanyak berdasarkan Gambar 8 adalah status pekerjaan wiraswasta sebanyak 32 orang (32%).
Gambar 8. Karakteristik Responden Status Pekerjaan.
f. Kriteria Usaha
Pengelompokan kriteria usaha responden pada penelitian ini dilakukan untuk melihat kriteria usaha yang dijalankan responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi dengan mengacu kepada teori Kyosaki. Pengelompokan kriteria usaha ini dikelompokan bedarasarka kriteria usaha Business Owner (Pengelola Bisnis), Employee (Pegawai/Karyawan), Self Employee (Tenaga Profesional) atau Investor (Pemegang Saham). Berdasarkan pada Gambar 9 dari 100 orang responden terdapat 18 orang (18%) tidak memiliki kriteria usaha diantaranya 10 orang (10%) belum memiliki pekerjaan, 5 orang (5%) mahasiswa dan 3 orang (3%) ibu rumah tangga. Sehingga total kriteria usaha keseluruhan hanya terdapat 82 orang (82%) saja yang memiliki kriteria usaha dan kriteria usaha terbanyak berada pada kriteria usaha Employee (Pegawai/Karyawan) sebesar 44 orang (44%).
31%
e. Status Pekerjaan
Untuk melihat status sosial dari 100 orang responden yang diteliti perlu diadakan pengelompokan berdasarkan status pekerjaan. Dengan mengetahui status pekerjaan dari masing-masing responden, dapat terlihat banwa responden Yakult di Kelurahan Gunung, Parang Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi apakah belum memiliki pekerjaan atau sudah memiliki pekerjaan seperti buruh, wiraswasta, PNS, pegawai swasta atau lainnya.
Karakteristik status pekerjaan responden terbanyak berdasarkan Gambar 8 adalah status pekerjaan wiraswasta sebanyak 32 orang (32%).
Gambar 8. Karakteristik Responden Status Pekerjaan.
f. Kriteria Usaha
Pengelompokan kriteria usaha responden pada penelitian ini dilakukan untuk melihat kriteria usaha yang dijalankan responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi dengan mengacu kepada teori Kyosaki. Pengelompokan kriteria usaha ini dikelompokan bedarasarka kriteria usaha Business Owner (Pengelola Bisnis), Employee (Pegawai/Karyawan), Self Employee (Tenaga Profesional) atau Investor (Pemegang Saham). Berdasarkan pada Gambar 9 dari 100 orang responden terdapat 18 orang (18%) tidak memiliki kriteria usaha diantaranya 10 orang (10%) belum memiliki pekerjaan, 5 orang (5%) mahasiswa dan 3 orang (3%) ibu rumah tangga. Sehingga total kriteria usaha keseluruhan hanya terdapat 82 orang (82%) saja yang memiliki kriteria usaha dan kriteria usaha terbanyak berada pada kriteria usaha Employee (Pegawai/Karyawan) sebesar 44 orang (44%).
10% 5%
6% 1%
13%
32%
31%
15%
Status Pekerjaan
Belum bekerja Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Guru Honor Buruh wiraswasta
e. Status Pekerjaan
Untuk melihat status sosial dari 100 orang responden yang diteliti perlu diadakan pengelompokan berdasarkan status pekerjaan. Dengan mengetahui status pekerjaan dari masing-masing responden, dapat terlihat banwa responden Yakult di Kelurahan Gunung, Parang Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi apakah belum memiliki pekerjaan atau sudah memiliki pekerjaan seperti buruh, wiraswasta, PNS, pegawai swasta atau lainnya.
Karakteristik status pekerjaan responden terbanyak berdasarkan Gambar 8 adalah status pekerjaan wiraswasta sebanyak 32 orang (32%).
Gambar 8. Karakteristik Responden Status Pekerjaan.
f. Kriteria Usaha
Pengelompokan kriteria usaha responden pada penelitian ini dilakukan untuk melihat kriteria usaha yang dijalankan responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi dengan mengacu kepada teori Kyosaki. Pengelompokan kriteria usaha ini dikelompokan bedarasarka kriteria usaha Business Owner (Pengelola Bisnis), Employee (Pegawai/Karyawan), Self Employee (Tenaga Profesional) atau Investor (Pemegang Saham). Berdasarkan pada Gambar 9 dari 100 orang responden terdapat 18 orang (18%) tidak memiliki kriteria usaha diantaranya 10 orang (10%) belum memiliki pekerjaan, 5 orang (5%) mahasiswa dan 3 orang (3%) ibu rumah tangga. Sehingga total kriteria usaha keseluruhan hanya terdapat 82 orang (82%) saja yang memiliki kriteria usaha dan kriteria usaha terbanyak berada pada kriteria usaha Employee (Pegawai/Karyawan) sebesar 44 orang (44%).
Belum bekerja Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Guru Honor Buruh wiraswasta
Gambar 9. Karakteristik Responden Kriteria Usaha.
g. Pendapatan per Bulan
Penelitian ini menunjukan bahwa merujuk pada Gambar 10, rata-rata pendapatan per bulan dari 100 orang responden yang diteliti terdapat 13 orang (13%) belum memiliki pendapatan diantaranya 10 orang (10%) belum bekerja dan 3 orang (3%) ibu rumah tangga (IRT). Berdasarkan hasil dari pengolahan kuisioner, Pendapatan per bulan responden terbanyak berada pada kisaran pendapatan antara Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 sebanyak 41 orang (41%).
Gambar 10. Karakteristik Responden Rata-rata Pendapantan per Bulan.
j. Pengeluaran per Bulan
Berdasarkan hasil penelitian yang merujuk pada Gambar 11, pengeluaran per bulan responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi yaitu sbb: sebagian besar responden memiliki pengeluaran per bulan antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000 sebesar 42 orang (42%).
12%
Gambar 9. Karakteristik Responden Kriteria Usaha.
g. Pendapatan per Bulan
Penelitian ini menunjukan bahwa merujuk pada Gambar 10, rata-rata pendapatan per bulan dari 100 orang responden yang diteliti terdapat 13 orang (13%) belum memiliki pendapatan diantaranya 10 orang (10%) belum bekerja dan 3 orang (3%) ibu rumah tangga (IRT). Berdasarkan hasil dari pengolahan kuisioner, Pendapatan per bulan responden terbanyak berada pada kisaran pendapatan antara Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 sebanyak 41 orang (41%).
Gambar 10. Karakteristik Responden Rata-rata Pendapantan per Bulan.
j. Pengeluaran per Bulan
Berdasarkan hasil penelitian yang merujuk pada Gambar 11, pengeluaran per bulan responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi yaitu sbb: sebagian besar responden memiliki pengeluaran per bulan antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000 sebesar 42 orang (42%).
30%
44%
5% 3%
Kriteria Usaha
Business Owner Employee Self Employment Investor
8%
16%
41%
10%
Pendapatan per Bulan
< Rp. 500.000
Rp. 500.001 s/d Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 s/d Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.001 s/d Rp. 3.000.000
> Rp. 3.000.000
Gambar 9. Karakteristik Responden Kriteria Usaha.
g. Pendapatan per Bulan
Penelitian ini menunjukan bahwa merujuk pada Gambar 10, rata-rata pendapatan per bulan dari 100 orang responden yang diteliti terdapat 13 orang (13%) belum memiliki pendapatan diantaranya 10 orang (10%) belum bekerja dan 3 orang (3%) ibu rumah tangga (IRT). Berdasarkan hasil dari pengolahan kuisioner, Pendapatan per bulan responden terbanyak berada pada kisaran pendapatan antara Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 sebanyak 41 orang (41%).
Gambar 10. Karakteristik Responden Rata-rata Pendapantan per Bulan.
j. Pengeluaran per Bulan
Berdasarkan hasil penelitian yang merujuk pada Gambar 11, pengeluaran per bulan responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi yaitu sbb: sebagian besar responden memiliki pengeluaran per bulan antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000 sebesar 42 orang (42%).
Business Owner Employee Self Employment Investor
Rp. 500.001 s/d Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 s/d Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.001 s/d Rp. 3.000.000
> Rp. 3.000.000
Gambar 11. Karakteristik Rata-Rata Pengeluaran per Bulan Responden.
4.5. Uji Korelasi Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan Pendapatan per Bulan
Analisis hubungan ini digunakan untuk melihat antara tingkat karakteristik responden di kelurahan gunung parang, kecamatan cikole, kota Sukabumi terhadap tingkat pendapatan per bulan. Hasil dari uji tabulasi silang menjelaskan bahwa setiap perbedaan karakteristik responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole Kota Sukabumi seperti jenis kelamin, klasifikasi usia, umur, tempat tinggal, status pekerjaan, kriteria usaha dan pengeluaran per bulan memiliki pendapatan yang berbeda-beda.
4.5.1. Jenis Kelamin dengan Pendapatan per Bulan
Hasil dari uji tabulasi silang pada Tabel 4 antara jenis kelamin responden dengan pendapatan per bulan, menunjukan bahwa 30%
berjenis kelamin laki-laki dengan pendapatan antara < Rp 500.000 - Rp 2.000.000 dan 57% berjenis kelamin perempuan dengan pendapatan antara Rp. 1.000.001 - > Rp. 3.000.000 sisanya 12% perempuan dan 1%
laki-laki belum memiliki pendapatan karena belum memiliki pekerjaan.
Responden dengan jenis kelamin perempuan di lokasi penelitian, memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan responden berjenis kelamin laki-laki, artinya bahwa jenis kelamin perempuan di Kelurahan Gunung Parang Kecamatan Cikole Kota Sukabumi memiliki pendapatan yang lebih baik dibanding jenis kelamin laki-laki
17 %
Gambar 11. Karakteristik Rata-Rata Pengeluaran per Bulan Responden.
4.5. Uji Korelasi Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan Pendapatan per Bulan
Analisis hubungan ini digunakan untuk melihat antara tingkat karakteristik responden di kelurahan gunung parang, kecamatan cikole, kota Sukabumi terhadap tingkat pendapatan per bulan. Hasil dari uji tabulasi silang menjelaskan bahwa setiap perbedaan karakteristik responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole Kota Sukabumi seperti jenis kelamin, klasifikasi usia, umur, tempat tinggal, status pekerjaan, kriteria usaha dan pengeluaran per bulan memiliki pendapatan yang berbeda-beda.
4.5.1. Jenis Kelamin dengan Pendapatan per Bulan
Hasil dari uji tabulasi silang pada Tabel 4 antara jenis kelamin responden dengan pendapatan per bulan, menunjukan bahwa 30%
berjenis kelamin laki-laki dengan pendapatan antara < Rp 500.000 - Rp 2.000.000 dan 57% berjenis kelamin perempuan dengan pendapatan antara Rp. 1.000.001 - > Rp. 3.000.000 sisanya 12% perempuan dan 1%
laki-laki belum memiliki pendapatan karena belum memiliki pekerjaan.
Responden dengan jenis kelamin perempuan di lokasi penelitian, memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan responden berjenis kelamin laki-laki, artinya bahwa jenis kelamin perempuan di Kelurahan Gunung Parang Kecamatan Cikole Kota Sukabumi memiliki pendapatan yang lebih baik dibanding jenis kelamin laki-laki
13 %
16 %
42 % 12%
Pengeluaran per Bulan
< Rp.300.000
Rp. 300.001 s/d Rp. 500.000 Rp. 500.001 s/d Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 s/d Rp.2.000.000
> Rp. 2.000.000
Gambar 11. Karakteristik Rata-Rata Pengeluaran per Bulan Responden.
4.5. Uji Korelasi Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan Pendapatan per Bulan
Analisis hubungan ini digunakan untuk melihat antara tingkat karakteristik responden di kelurahan gunung parang, kecamatan cikole, kota Sukabumi terhadap tingkat pendapatan per bulan. Hasil dari uji tabulasi silang menjelaskan bahwa setiap perbedaan karakteristik responden di Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole Kota Sukabumi seperti jenis kelamin, klasifikasi usia, umur, tempat tinggal, status pekerjaan, kriteria usaha dan pengeluaran per bulan memiliki pendapatan yang berbeda-beda.
4.5.1. Jenis Kelamin dengan Pendapatan per Bulan
Hasil dari uji tabulasi silang pada Tabel 4 antara jenis kelamin responden dengan pendapatan per bulan, menunjukan bahwa 30%
berjenis kelamin laki-laki dengan pendapatan antara < Rp 500.000 - Rp 2.000.000 dan 57% berjenis kelamin perempuan dengan pendapatan antara Rp. 1.000.001 - > Rp. 3.000.000 sisanya 12% perempuan dan 1%
laki-laki belum memiliki pendapatan karena belum memiliki pekerjaan.
Responden dengan jenis kelamin perempuan di lokasi penelitian, memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan responden berjenis kelamin laki-laki, artinya bahwa jenis kelamin perempuan di Kelurahan Gunung Parang Kecamatan Cikole Kota Sukabumi memiliki pendapatan yang lebih baik dibanding jenis kelamin laki-laki
Rp. 300.001 s/d Rp. 500.000 Rp. 500.001 s/d Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 s/d Rp.2.000.000
> Rp. 2.000.000
Tabel 4.Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Pendapatan per Bulan.
Pendapatan / Bulan
0 < 500rb 500rb -1jt 1jt – 2jt 2jt– 3jt >
3jt Total Jenis
Kelamin Laki2 1 8 16 6 0 0 31
Perempuan 12 0 0 35 12 10 69
Total 13 8 16 41 12 10 100
Dari hasil perhitungan uji Chi square antara jenis kelamin dengan pendapatan per bulan, menunjukan bahwa terdapatnya perbedaan pendapatan per bulan antara jenis kelamin laki – laki dengan jenis kelamin perempuan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai Chi Square hitung > Chi Square tabel (82,468 > 9,236) atau dari P-value (Asymp.
Sig) < 10% (Lampiran 3).
4.5.2.Klasifikasi Usia dengan Pendapatan per Bulan
Hasil dari uji tabulasi silang pada Tabel 5, antara klasifikasi usia dengan pendapatan per bulan menjelaskan bahwa semakin tinggi klasifikasi usia responden maka pendapatan per bulan yang di dapat semakin tinggi. Total klasifikasi usia terbesar berada pada klasifikasi usia dewasa, hal ini menjelaskan bahwa pada klasifikasi usia tersebut adalah dimana tahapan usia seseorang atau individu untuk bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya atau diri sendiri. Dari total 100 orang responden yang ada, terdapat 13% responden belum memiliki pendapatan diantaranya yaitu 4% klasifikasi usia remaja dan 9% klasifikasi usia dewasa.
Tabel 5. Tabulasi Silang antara Klasifikasi Usia dengan Pendapatan per Bulan.
Pendapatan
0 < 500rb 500rb-1jt 1jt – 2jt 2jt– 3jt > 3jt Total Klasifikasi
Usia Remaja 4 8 2 0 0 0 14
Dewasa 9 0 14 41 12 7 83
lanjutUsia - 0 0 0 0 3 3
Total 13 8 16 41 12 10 100
Dari hasil perhitungan uji Chi square antara klasifikasi usia dengan pendapatan per bulan, menunjukan adanya perbedaan pendapatan per bulan pada setiap tingkatan klasifikasi usia. Artinya pada setiap
perbedaan klasifikasi usia remaja, dewasa dan usia lanjut memiliki pendapatan per bulan yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari nilai Chi Square hitung > Chi Square tabel yaitu sebesar (120,166 >15,987) atau dari P-value (Asymp. Sig) < 10% (Lampiran 3).
4.5.3.Umur dengan Pendapatan per Bulan
Dari hasil uji tabulasi silang pada Tabel 6 antara umur dengan pendapatan per bulan responden menjelaskan bahwa semakin tua umur responden, maka pendapatan yang di dapat semakin baik. Dari total 100 orang responden yang diteliti, terdapat 13% yang belum memiliki pendapatan diantaranya yaitu umur 15-20 tahun sebesar 4%, 21-35 tahun sebesar 6% dan 36-40 tahun sebesar 3%.
Sebagian besar umur responden berada pada kisaran 21-35 tahun sebanyak 45%, dengan pendapatan per bulan Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 sebesar 24%. Kondisi ini menunjukan bahwa pada kisaran umur tersebut memiliki pendapatan lebih baik di wilayah Kelurahan Gunung Parang, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi ini. Umur 21-35 tahun merupakan umur yang produktif bagi pria maupun wanita untuk bekerja (mencari nafkah) dibandingkan dengan umur 15-20 atau 36-40 bahkan > 60 tahun. pada rentang usia (21-35 tahun).
Tabel 6. Tabulasi Silang antara Umur dengan Pendapatan per Bulan.
Pendapatan
0 < 500rb 500rb-1jt 1jt – 2jt 2jt– 3jt >
3jt Total
Umur 15-20 tahun 4 8 2 0 0 0 14
21-35 tahun 6 0 15 24 0 0 45
36-60 tahun 3 0 0 17 12 7 39
> 60 tahun 0 0 0 0 0 3 3
Total 13 21 16 41 12 10 100
Dari hasil perhitungan uji Chi square antara umur dengan pendapatan per bulan, menunjukan perbedaan pendapatan pada setiap tingkatan umur responden. Artinya pada setiap perbedaan umur 15-20 tahun, 21-35 tahun, 36-60 tahun dan > 60 tahun memiliki pendapatan per bulan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari nilai Chi Square hitung > Chi Square tabel (166,794 > 22,307) atau P-value (Asymp.Sig) < 10% (Lampiran 3).
4.5.4.Tempat Tinggal dengan Pendapatan per Bulan
Dari hasil uji tabulasi silang antara tempat tinggal responden dengan pendapatan per bulan pada Tabel 7 menjelaskan bahwa jumlah atau persentase responden yang bertempat tinggal di rumah saudara dan rumah majikan memiliki pendapatan per bulan yang lebih besar dibandingkan dengan responden lain yang bertempat tinggal di rumah sendiri, kontrakan dan kost-kostan. Dari total 100 orang responden yang ada, terdapat 13% yang belum memiliki pendapatan, diantaranya responden yang bertempat tinggal di rumah sendiri sebesar 3%, kontrakan 8%, kostan 2%.
Sebagian besar responden bertempat tinggal di rumah sendiri sebesar 63%, dengan pendapatan per bulan antara < Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 sebesar 36%. Namun responden yang bertempat tinggal di rumah sendiri ini memiliki tingkat pendapatan yang lebih rendah dibanding responden yang bertempat tinggal di kontrakan, kost-kostan, rumah saudara dan rumah majikan.
Tabel 7. Tabulasi Silang antara Tempat Tinggal dengan Pendapatan per Bulan.
Pendapatan 0 <
500rb 500rb -
1jt 1jt – 2jt 2jt– 3jt >
3jt Total Tempat
tinggal Rumah
Sendiri 3 8 16 36 0 0 63
Kontrakan 8 0 0 5 12 3 28
Kost-kostan 2 0 0 0 0 5 7
Rumah
Saudara 0 0 0 0 0 1 1
Rumah
Majikan 0 0 0 0 0 1 1
Total 13 8 16 41 12 10 100
Dari hasil perhitungan uji Chi square antara tempat tinggal dengan pendapatan per bulan, menunjukan terdapatnya perbedaan pendapatan per bulan pada setiap perbedaan tempat tinggal. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai Chi Square hitung > Chi Square tabel (137,715 >
28,412) atau P-value (Asymp.Sig) < 10% (Lampiran 3).
4.5.5.Status Pekerjaan dengan Pendapatan per Bulan
Dari hasil perhitungan uji tabulasi silang 100 orang responden, dapat dilihat pada Tabel 8 bahwa terdapat 13% yang tidak memiliki pendapatan diantaranya 10% belum memiliki pekerjaan dan sisanya 3%
ibu rumah tangga. Perbandingan antara status pekerjaan dengan pendapatan per bulan responden menjelaskan bahwa persentase responden dengan status pekerjaan pegawai swasta memiliki pendapatan per bulan yang lebih tinggi dibandingkan dengan status pekerjaan lainnya. Kondisi ini menunjukan bahwa status pekerjaan tersebut memiliki pendapatan per bulan yang lebih baik dibanding status pekerjaan yang lainnya. Sedangkan responden dengan total presentase terbanyak yaitu berada pada status pekerjaan wiraswasta sebesar 32% dengan pendapatan per bulan terbanyak berada pada pendapatan antara Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 sebesar 27%. Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar responden Yakult di Kelurahan Gunung Parang Kecamatan Cikole Kota Sukabumi memiliki status pekerjaan Wiraswasta.
Tabel 8. Tabulasi Silang antara Status Pekerjaan dengan Pendapatan per Bulan.
Status Pekerjaan
Pendapatan
Total Ket 0 <
500rb 500rb
-1jt 1jt – 2jt 2jt– 3jt >
Belum 3jt
Bekerja 10 0 0 0 0 0 10
Mahasiswa 0 5 0 0 0 0 5
uangjajan orang tuaoleh Ibu Rumah
Tangga 3 0 0 0 0 0 3
Guru Honor 0 0 1 0 0 0 1
Buruh 0 0 13 0 0 0 13
Wiraswasta 0 3 2 27 0 0 32
PNS 0 0 0 14 6 0 20
Pegawai
Swasta 0 0 0 0 6 10 16
Total 13 8 16 41 12 10 100
Dari hasil perhitungan uji Chi square antara status pekerjaan dengan pendapatan per bulan, memiliki perbedaan pendapatan per bulan. Artinya pada setiap perbedaan status pekerjaan seperti buruh,
wiraswasta, PNS, Pegawai Swasta memiliki pendapatan yang berbeda- beda. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai Chi Square hitung > Chi Square tabel (353,397 > 51805) atau P-value < 10% (Lampiran 3).
4.5.6. Kriteria Usaha dengan Pendapatan per Bulan
Dari hasil uji tabulasi silang antara kriteria usaha dengan pendapatan per bulan responden, pada Tabel 9 menjelaskan bahwa kriteria usaha Investor memiliki pendapatan per bulan yang lebih besar dan lebih baik dibandingkan dengan kriteria usaha Self Employee, Employee atau Business Owner. Hal ini dikarenakan bahwa kriteria usaha Investor harus menginvestasikan (menanamkan modal) dahulu kemudian mereka baru mendapatkan keuntungan (dividen) sesuai dengan tingkat penanaman modal awal saat mereka menginvestasikan uangnya.
Total persentase terbesar yaitu berada pada kriteria usaha Employee (Pegawai/karyawan) sebesar 44 orang dengan pendapatan per bulan berada antara Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000, kriteria usaha Investor memiliki pendapatan yang lebih baik dibanding kriteria usaha lainnya, dari total 100 orang responden yang diteliti terdapat 18 orang yang belum memiliki kriteria usaha diantaranya mahasiswa 5 orang, ibu rumah tangga 3 orang dan sisanya belum bekerja sebesar 10 orang.
Tabel 9. Tabulasi Silang antara Kriteria Usaha dengan Pendapatan per Bulan.
Pendapatan
< 500rb 500rb -1jt 1jt – 2jt 2jt– 3jt > 3jt Total Kriteria
Usaha Business
Owner 9 16 5 0 0 30
Employee 0 0 36 8 0 44
EmployeeSelf 0 0 0 4 1 5
Investor 0 0 0 0 3 3
Total 9 16 41 12 4 82
Dari hasil perhitungan uji Chi square antara kriteria usaha dengan pendapatan per bulan, menunjukan terdapatnya perbedaan pendapatan.
Pada setiap tingkatan kriteria usaha seperti Business Owner, Employee, Self mployee dan Investor memiliki pendapatan per bulan yang berbeda.
Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai Chi Square hitung > Chi Square
tabel (129,172 > 18,549) atau P-value (Asymp.Sig) < 10% (Lampiran 3).
4.5.7. Pengeluaran per Bulan dengan Pendapatan per Bulan
Dari hasil uji tabulasi silang antara pengeluaran per bulan dengan pendapatan per bulan pada Tabel 10, dapat dijelaskan bahwa bahwa semakin tinggi pendapatan per bulan responden, maka pengeluaran per bulan yang dikeluarkannya pun semakin besar. Presentase dengan total pengeluaran responden terbesar berada pada pengeluaran Rp 500.000 – Rp 1.000.000 sebanyak (42%) dengan pendapatan antara Rp 500.000 – Rp 2.000.000.
Dari 100 orang responden yang diteliti, terdapat 13% responden yang belum memiliki pendapatan diantaranya 10% belum memiliki pekerjaan dan 3% ibu rumah tangga. Mereka mengeluaran pengeluaran per bulan sebesar < Rp 300.000.
Tabel 10. Tabulasi Silang antara Pengeluaran per Bulan Responden dengan Pendapatan per Bulan Responden.
Pendapatan 0 <
500rb 500rb -1jt 1jt –
2jt 2jt–
3jt >
3jt Tot
Pengeluaran < Rp 300.000 13 0 0 0 0 0 13al
Rp300.001 –
Rp 500.000 0 8 8 0 0 0 16
Rp500.001 –
Rp 1.000.000 0 0 8 34 0 0 42
Rp1.000.001 –
Rp 2.000.000 0 0 0 7 10 0 17
Rp>2000.000 0 0 0 0 2 10 12
Total 13 8 16 41 12 10 100
Dari hasil perhitungan uji Chi square antara pengeluaran per bulan dengan pendapatan per bulan, menunjukan bahwa setiap perbedaan pendapatan memiliki pengeluaran per bulan yang berbeda. Hal ini dapat juga dilihat dari besarnya nilai Chi Square hitung > Chi Square tabel (293,816 > 28,412) atau dari P-value < 10% (Lampiran 3).
4.6. Analisis Tingkat Kepentingan Atribut Produk Yakult
Analisis tingkat kepentingan pada atribut produk minuman kesehatan Yakult dilakukan untuk menilai sampai sejauh mana tingkat kepentingan dari setiap atribut produk Yakult dapat memenuhi kebutuhan responden. Atribut
yang akan dianalisis berjumlah 21 atribut dan dinilai oleh 100 orang responden. Atribut-atribut yang mewakili keseluruhan dimensi kualitas produk Yakult yaitu: (1) Rasa (A), (2) Memiliki Izin Depkes (B), (3) Tanpa adanya zat pengawet (C), (4) Tanpa adanya zat pewarna (D), (5) Kebersihan Produk (E), (6) Komposisi Produk (F), (7) Keoptimalan Kondisi Bakteri (G), (8) Kejelasan Tanggal Kadaluarsa (H), (9) Informasi Nilai Gizi (I), (10) Manfaat kesehatan (J), (11) Jenis kemasan (K), (12) Desain kemasan (L), (13) Ukuran Tebal kemasan (M), (14) Ukuran Tipis kemasan (N), (15) Ukuran Diameter kemasan (O), (16) Ukuran Panjang kemasan (P), (17) Ukuran Lebar kemasan (Q), (18) Ukuran Tinggi kemasan (R), (19) Merek (S), (20) Gaya Kemasan (T), (21) Jaminan Pengembalian (U).
Tingkat kepentingan merupakan tingkat harapan konsumen akan suatu produk, apakah suatu atribut itu penting atau tidak penting baik dari kualitas produk maupun pelayanannya. Informasi ini dapat diperoleh melalui kuisioner mengenai tingkat kepentingan setiap atribut-atribut produk minuman kesehatan merek Yakult. Berdasarkan pada Tabel 11, atribut yang dianggap paling penting oleh responden adalah atribut Kejelasan Tanggal Kadaluarsa (H). Atribut ini dipilih oleh responden karena responden lebih mementingkan dan melihat atribut tanggal kadaluarsa produk sebelum melakukan pembelian produk Yakult. Atribut tanggal kadaluarsa produk menunjukan bahwa kualitas keamanan pangan sangat penting untuk diperhatikan, jika ada produk Yakult yang telah melewati tanggal kadaluarsa maka produk tersebut harus segera ditarik dari peredarannya karena dapat membahayakan kesehatan tubuh. Atribut Kejelasan tanggal kadaluarsa (H) dinilai responden sangat penting dibandingkan atribut-atribut lain, hal ini dibuktikan dengan besarnya nilai angka rata-rata tingkat kepentingan sebesar 4, 74.
Penilaian untuk atribut lain yang memiliki nilai rata-rata paling rendah adalah atribut ukuran lebar kemasan (Q) dari produk minuman kesehatan Yakult. Hal ini membuktikan bahwa responden tidak menganggap penting atribut lebar kemasan Yakult karena ukuran lebar kemasan Yakult tidak begitu dipentingkan dan diperhatikan responden dalam pembelian produk
Yakult. Atribut ukuran lebar kemasan (Q) memiliki nilai rata-rata paling rendah sehingga atribut ini menjadi urutan yang paling terakhir dibandingkan dengan atribut lainnya yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 3.61.
Tabel 11. Penilaian Tingkat Kepentingan Atribut Produk Yakult.
No Atribut Produk Rata-Rata
1 Rasa (A) 3,95
2 Memiliki Izin Depkes (B) 4,55
3 Tanpa Adanya Zat Pengawet (C) 4,4
4 Tanpa Adanya Zat pewarna buatan (D) 4,36
5 Kebersihan Produk (E) 4,57
6 Komposisi Produk (F) 4,47
7 Keoptimalan Kondisi Bakteri (G) 4,47
8 Kejelasan Tanggal Kadaluarsa (H) 4,74
9 Informasi Nilai Gizi (I) 4,57
10 Manfaat Kesehatan (J) 4,35
11 Jenis Kemasan (K) 3,87
12 Desain Kemasan (L) 3,73
13 Ukuran Tebal kemasan (M) 3,65
14 Ukuran Tipis kemasan (N) 3,65
15 Ukuran Diameter kemasan (O) 3,64
16 Ukuran Panjang kemasan (P) 3,65
17 Ukuran Lebar kemasan (Q) 3,61
18 Ukuran Tinggi kemasan (R) 3,63
19 Merek (S) 4,57
20 Gaya Kemasan (T) 3,95
21 Jaminan Pengembalian (U) 4,2
4.7. Analisis Tingkat Kepuasan Atribut Produk Yakult
Analisis tingkat Kepuasan atribut produk minuman kesehatan Yakult ini dilakukan untuk menilai tingkat Kepuasan dari setiap atribut-atribut produk Yakult. Dari hasil penelitian, dengan melihat pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa atribut Memiliki Izin DEPKES (B) dari produk Yakult memiliki nilai rata-rata tingkat Kepuasan paling besar yaitu sebesar 4,53. Hal ini membuktikan bahwa responden telah merasa puas akan kinerja atribut tersebut dan dinilai sangat baik dibandingkan atribut lainnya, responden menilai bahwa Yakult telah memiliki izin dari Departemen Kesehatan (DEPKES) sehingga produk yang dikonsumsinya aman karena telah memenuhi standar produk pangan yang telah ditentukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang sudah terdaftar di Departemen Kesehatan dengan nomor registrasi RI MD 206510001370.
Sedangkan untuk atribut yang memiliki tingkat Kepuasan paling rendah adalah atribut ukuran tinggi kemasan (R) yaitu dengan nilai rata-rata tingkat Kepuasan dari atribut tersebut sebesar 3.15. Kemasan produk Yakult memiliki kemasan yang kecil, dari dulu hingga sekarang tidak ada perubahan kemasan sehingga responden lebih terpuaskan oleh atribut lain dibandingkan dengan atribut ukuran tinggi kemasan (R) ini.
Tabel 12. Penilaian Tingkat Kepuasan Atribut Produk Yakult
No Atribut Produk Rata-Rata
1 Rasa (A) 4,06
2 Memiliki Izin Depkes (B) 4,53
3 Tanpa Adanya Zat Pengawet (C) 4,46
4 Tanpa Adanya Zat pewarna buatan (D) 4,48
5 Kebersihan Produk (E) 4,3
6 Komposisi Produk (F) 4,28
7 Keoptimalan Kondisi Bakteri (G) 4,36
8 Kejelasan Tanggal Kadaluarsa (H) 4,48
9 Informasi Nilai Gizi (I) 4,4
10 Manfaat Kesehatan (J) 4,44
11 Jenis Kemasan (K) 3,98
12 Desain Kemasan (L) 3,35
13 Ukuran Tebal kemasan (M) 3,34
14 Ukuran Tipis kemasan (N) 3,29
15 Ukuran Diameter kemasan (O) 3,36
16 Ukuran Panjang kemasan (P) 3,16
17 Ukuran Lebar kemasan (Q) 3,35
18 Ukuran Tinggi kemasan (R) 3,15
19 Merek (S) 4,39
20 Gaya Kemasan (T) 4,08
21 Jaminan Pengembalian (U) 4,17
4.8. Importance Performance Analysis (IPA)
Pada dasarnya setiap atribut kualitas produk yang dapat mempengaruhi Kepentingan dan kepuasan perlu untuk diperbaiki. Berdasarkan nilai indeks kepuasan keseluruhan dan indeks kepuasan per atribut masih dibawah 100 persen, maka perusahaan perlu untuk meningkatkan kepuasan bagi konsumennya. Kepuasan tersebut tercermin dari besarnya nilai customer satisfaction index. Peningkatan kepuasan, agar mendekati 100 persen dapat dilakukan melalui peningkatan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dari masing-masing atribut.
Diagram kartesius diperlukan untuk melihat kedudukan 21 atribut produk Yakult yang diperoleh berdasarkan skor tingkat kepentingan dan skor tingkat
kepuasan yang dinilai oleh 100 orang responden dan dikelompokan menjadi empat kuadran. Pihak Perusahaan dapat mengkaitkan pentingnya atribut- atribut dengan kenyataan yang dirasakan oleh konsumen, posisi masing- masing atribut pada keempat kuadran tersebut dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam memberikan alternatif strategi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan PT. Yakult Indonesia Persada. Tabel 13 memperlihatkan nilai rata- rata tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan atribut-atribut produk Yakult.
Tabel 13. Nilai Rata-Rata Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan.
No Atribut-atribut Produk Yakult
Rata-rata Tingkat Kepuasan
Rata-rata Tingkat Kepentingan
1 Rasa (A) 4,06 3,95
2 Memiliki Izin Depkes (B) 4,53 4,55
3 Tanpa Zat Pengawet (C) 4,46 4,4
4 Tanpa Zat pewarna buatan (D) 4,48 4,36
5 Kebersihan Produk (E) 4,3 4,57
6 Komposisi Produk (F) 4,28 4,47
7 Keoptimalan Kondisi Bakteri (G) 4,36 4,47 8 Kejelasan Tanggal Kadaluarsa (H) 4,48 4,74
9 Informasi Nilai Gizi (I) 4,4 4,57
10 Manfaat Kesehatan (J) 4,44 4,35
11 Jenis Kemasan (K) 3,98 3,87
12 Desain Kemasan (L) 3,35 3,73
13 Ukuran Tebal kemasan (M) 3,34 3,65
14 Ukuran Tipis kemasan (N) 3,29 3,65
15 Ukuran Diameter kemasan (O) 3,36 3,64
16 Ukuran Panjang kemasan (P) 3,16 3,65
17 Ukuran Lebar kemasan (Q) 3,35 3,61
18 Ukuran Tinggi kemasan (R) 3,15 3,63
19 Merek (S) 4,39 4,57
20 Gaya Kemasan (T) 4,08 3,95
21 Jaminan Pengembalian (U) 4,17 4,2
Rata-rata 3.97 4,12
Setelah mendapatkan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dari masing-masing atribut produk Yakult, langkah selanjutnya adalah memplot nilai-nilai tersebut ke dalam diagram kartesius. Diagram kartesius menggambarkan tingkatan prioritas perbaikan berdasarkan tingkat kepentingan dan kepuasan. Garis yang memotong sumbu kepuasan (X) adalah rata-rata dari tingkat kepuasan sebesar 3,97 dan garis yang memotong sumbu kepentingan (Y) adalah rata-rata dari tingkat kepentingan sebesar
4,12. Diagram kartesius secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini.
Gambar 12. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Terhadap Atribut-Atribut Yakult.
Keterangan pada Gambar 12 :
a. Rasa l. Desain Kemasan
b. Memiliki Izin Depkes m. Ukuran Tebal kemasan c. Tanpa Adanya Zat Pengawet n. Ukuran Tipis kemasan d. Tanpa Adanya Zat Pewarna o. Diameter kemasan e. Kebersihan Produk p. Ukuran Panjang kemasan
f. Komposisi Produk q. Ukuran Lebar kemasan
g. Keoptimalan Kondisi Bakteri r. Ukuran Tinggi kemasan h. Kejelasan Tanggal Kadaluarsa s. Merek
i. Informasi Nilai Gizi t. Gaya Kemasan
j. Manfaat Kesehatan u. Jaminan Pengembalian
k. Jenis Kemasan
Dari pemetaan IPA Gambar 12 diatas, pada kuadran A tidak terdapat atribut yang tingkat kepentingannya tinggi dan tingkat kepuasannya rendah sehingga tidak ada atribut yang perlu diprioritaskan oleh pihak PT. Yakult Indonesia Persada untuk diperbaiki tingkat Kinerjanya. Responden telah menilai tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dari 21 atribut yang ada, sangat baik dilakukan oleh pihak perusahaan. Atribut yang terdapat pada kuadran B harus dipertahankan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya, karena responden telah mementingkan dan merasa puas akan atribut seperti
PN R
3 3,5 4 4,5 5
3
Tingkat Kepentingan
4,12. Diagram kartesius secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini.
Gambar 12. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Terhadap Atribut-Atribut Yakult.
Keterangan pada Gambar 12 :
a. Rasa l. Desain Kemasan
b. Memiliki Izin Depkes m. Ukuran Tebal kemasan c. Tanpa Adanya Zat Pengawet n. Ukuran Tipis kemasan d. Tanpa Adanya Zat Pewarna o. Diameter kemasan e. Kebersihan Produk p. Ukuran Panjang kemasan
f. Komposisi Produk q. Ukuran Lebar kemasan
g. Keoptimalan Kondisi Bakteri r. Ukuran Tinggi kemasan h. Kejelasan Tanggal Kadaluarsa s. Merek
i. Informasi Nilai Gizi t. Gaya Kemasan
j. Manfaat Kesehatan u. Jaminan Pengembalian
k. Jenis Kemasan
Dari pemetaan IPA Gambar 12 diatas, pada kuadran A tidak terdapat atribut yang tingkat kepentingannya tinggi dan tingkat kepuasannya rendah sehingga tidak ada atribut yang perlu diprioritaskan oleh pihak PT. Yakult Indonesia Persada untuk diperbaiki tingkat Kinerjanya. Responden telah menilai tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dari 21 atribut yang ada, sangat baik dilakukan oleh pihak perusahaan. Atribut yang terdapat pada kuadran B harus dipertahankan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya, karena responden telah mementingkan dan merasa puas akan atribut seperti
A
B CD E F G
I H
J
L K N OM P
Q
S
T U
3,5 4 4,5
Tingkat Kepuasan
4,12. Diagram kartesius secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah ini.
Gambar 12. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Terhadap Atribut-Atribut Yakult.
Keterangan pada Gambar 12 :
a. Rasa l. Desain Kemasan
b. Memiliki Izin Depkes m. Ukuran Tebal kemasan c. Tanpa Adanya Zat Pengawet n. Ukuran Tipis kemasan d. Tanpa Adanya Zat Pewarna o. Diameter kemasan e. Kebersihan Produk p. Ukuran Panjang kemasan
f. Komposisi Produk q. Ukuran Lebar kemasan
g. Keoptimalan Kondisi Bakteri r. Ukuran Tinggi kemasan h. Kejelasan Tanggal Kadaluarsa s. Merek
i. Informasi Nilai Gizi t. Gaya Kemasan
j. Manfaat Kesehatan u. Jaminan Pengembalian
k. Jenis Kemasan
Dari pemetaan IPA Gambar 12 diatas, pada kuadran A tidak terdapat atribut yang tingkat kepentingannya tinggi dan tingkat kepuasannya rendah sehingga tidak ada atribut yang perlu diprioritaskan oleh pihak PT. Yakult Indonesia Persada untuk diperbaiki tingkat Kinerjanya. Responden telah menilai tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dari 21 atribut yang ada, sangat baik dilakukan oleh pihak perusahaan. Atribut yang terdapat pada kuadran B harus dipertahankan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya, karena responden telah mementingkan dan merasa puas akan atribut seperti
5
Series1Atribu
atribut Izin Depkes (B), atribut Tanpa Adanya Zat Pengawet (C), atribut Tanpa Adanya Zat Pewarna (D), atribut Kebersihan Produk (E), atribut Komposisi Produk (F), atribut Keoptimalan Kondisi Bakteri (G), atribut Tanggal Kadaluarsa (H), atribut Informasi Nilai Gizi (I), atribut Manfaat Kesehatan (J), atribut Merek (S) dan atribut Jaminan Pengembalian (U).
Atribut-atribut yang berada pada kuadran C adalah atribut yang memiliki tingkat kepentingan rendah dan tingkat kepuasannya pun dirasakan biasa saja.
Adapun atribut-atribut yang masuk dalam kuadran ini adalah atribut Desain Kemasan (L) dengan nilai rata-rata 3.73, atribut Ukuran Tebal Kemasan (M) dengan nilai rata-rata 3.65, atribut Ukuran Tipis Kemasan (N) dengan nilai rata-rata 3.65, atribut Ukuran Diameter Kemasan (O) dengan nilai rata-rata 3.64, atribut Ukuran Panjang Kemasan (P) dengan nilai rata-rata 3.65, atribut Ukuran Lebar Kemasan (Q) dengan nilai rata-rata 3.61 dan atribut Ukuran Tinggi Kemasan (R) dengan nilai rata-rata 3.63.
Atribut yang berada pada kuadran D, atribut tersebut dianggap kurang penting oleh respondenn tetapi pihak perusahaan sudah melakukan tingkat kinerja untuk kepuasan terhadap atribut tersebut dengan sebaik mungkin sehingga responden menilai terlalu berlebihan. Adapun atribut yang masuk dalam kuadran ini yaitu atribut Rasa (A), atribut Jenis Kemasan (K) dan atribut Gaya Kemasan (T). Pihak perusahaan tidak usah terlalu fokus pada peningkatan Kinerja terhadap atribut yang masuk dalam kuadran ini, karena kinerja akan atribut tersebut sudah dilakukan dengan sangat baik oleh pihak perusahaan.
1. Prioritas Utama (Kuadran A)
Kuadran ini memuat atribut-atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, sedangkan tingkat kepuasannya dinilai rendah.
Pada diagram kartesius kuadran A (Gambar 12) tidak terdapat atribut yang dianggap penting oleh responden, dalam artian dari seluruh 21 atribut yang ada tidak ada atribut yang harus di prioritaskan pihak perusahaan untuk diperbaiki tingkat kinerjanya. Konsumen telah menyukai atribut-atribut yang terdapat pada produk minuman kesehatan probiotik Yakult sehingga tidak terdapat atribut yang masuk dalam kuadran ini.
2. Pertahankan Prestasi (Kuadran B)
Kuadran B menunjukkan atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan tingkat kepuasan yang tinggi pula, sehingga konsumen telah merasa terpuaskan terhadap atribut-atribut yang berada pada kudran B ini. Atribut-aribut yang terdapat pada kuadran B perlu dipertahankan tingkat kinerjanya oleh pihak perusahaan. Perusahaan sudah melakukan hal-hal yang tepat terhadap atribut-atribut yang memang dinilai penting bagi konsumen dan menjadi unggul di mata mereka. Atribut-atribut tersebut adalah sebagai berikut: atribut Izin Depkes (B), atribut Tanpa Adanya Zat Pengawet (C), atribut Tanpa Adanya Zat Pewarna (D), atribut Kebersihan Produk (E), atribut Komposisi Produk (F), atribut Keoptimalan Kondisi Bakteri (G), atribut Kejelasan Tanggal Kadaluarsa (H), atribut Informasi Nilai Gizi (I), atribut Manfaat Kesehatan (J), atribut Merek (S) dan atribut Jaminan Pengembalian (U).
2.1. Atribut Izin Depkes (B)
Atribut Memiliki Izin dari Departemen Kesehatan (DEPKES) dengan kode atribut (B) sudah dinilai sangat baik oleh responden tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya pun sudah dinilai baik.
Produk minuman kesehatan Yakult telah memiliki izin dari Departemen Kesehatan (DEPKES) yang aman di konsumsi bagi masyarakat karena telah memenuhi standar produk pangan yang telah ditentukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan sudah terdaftar di Departemen Kesehatan dengan no. RI MD 206510001370 sehingga responden dapat mempertahankan atribut tersebut.
2.2. Atribut Tanpa Zat Pengawet (C) dan Atribut Tanpa Zat Pewarna Buatan (D)
Atribut Tanpa Zat Pengawet (C) dan Zat Pewarna Buatan (D), tingkat kepentingannya sudah dinilai baik oleh para responden dan tingkat kepuasannya pun sudah dirasakan baik oleh responden. Asam laktat yang dihasilkan pada produk Yakult terbentuk secara alami selama proses fermentasi dan dapat memperpanjang umur atau massa
simpan Yakult. Pihak PT. Yakult Indonesia Persada tidak mencampurkan zat pengawet ataupun zat pewarna buatan yang dapat mengawetkan ataupun memperpanjang masa simpan produk. Zat pengawet kimia seperti boraks, formalin, pewarna kuning (metanyl yellow), rhodamin B (pewarna merah) dapat membahayakan kesehatan tubuh jika pemakaiannya berlebihan dalam pembuatan suatu produk. Karena harus sesuai dengan syarat atau ketentuan yang telah di tetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Warna khas Yakult juga dihasilkan secara alami dari pemanasan campuran susu bubuk skim dengan glukosa (tanpa menggunakan zat pewarna). Reaksi ini disebut reaksi Maylard atau reaksi amino karbonil yang dihasilkan dari pencampuran antara asam amino dalam susu bubuk skim dan karbonil dalam glukosa yang menyebabkan Yakult berwarna coklat muda. Oleh karena itu Yakult tidak mengandung zat pewarna apapun, sehingga produknya aman untuk di konsumsi masyarakat luas di seluruh dunia.
2.3. Atribut Kebersihan Produk (E)
Atribut Kebersihan produk dengan kode atribut (E) dirasakan para responden sudah sangat baik tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya. Yakult pada waktu di distribusikan disimpan dalam lemari pendingin, selain itu pada bagian kemasan Yakult tertera berat Netto sebesar 65 ml sehingga dapat meyakinkan konsumen bahwa produk Yakult yang dikonsumsinya aman dan terjamin kebersihannya.
2.4. Atribut Komposisi Produk (F)
Atribut Komposisi produk dengan kode atribut (F) sudah dirasakan baik tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya oleh para responden. Perusahaan harus tetap mempertahankan tingkat kepuasan dari atribut komposisi produk karena responden telah menilai atribut ini sangat penting dan kinerjanya pun sudah baik dilakukan oleh pihak perusahaan. Komposisi produk minuman kesehatan probiotik
Yakult terdiri dari susu bubuk skim, glukosa, sukrosa, perisa Yakult dan air. Yang dimaksud dengan perisa Yakult disini yaitu bakteri asam laktat (BAL) Lactobacillus casei Shirota Strain yang dapat meningkatkan daya kekebalan tubuh dan mengurangi racun bakteri yang merugikan di dalam usus.
2.5. Atribut Keoptimalan Kondisi Bakteri (G)
Atribut keoptimalan kondisi bakteri (G) sangatlah penting dalam pembuatan minuman fermentasi Yakult, dalam hal ini responden sudah menilai atribut tersebut sudah sangat baik tingkat kepentingannya dan tingkat kepuasannya pun sudah dirasakan sangat baik. Keoptimalan kondisi bakteri asam laktat (BAL) Lactobacillus casei Shirota Strain ini harus tetap dijaga pada suhu dingin antara 0°C sampai dengan -10°C agar bakteri tersebut dapat tetap aktif/hidup sehingga kita dapat merasakan manfaat kesehatan dengan mengkonsumsi minuman probiotik Yakult.
Bakteri Lactobacillus casei Shirota Strain pada Yakult Setelah mencapai usus dalam keadaan hidup, bakteri tersebut akan berkembang biak sehingga dapat melancarkan pencernaan dan dapat mengurangi jumlah racun ataupun bakteri yang dapat merugikan di dalam usus dengan mengeluarkannya dengan buang air besar.
2.6. Atribut Kejelasan Tanggal Kadaluarsa (H)
Atribut Kejelasan Tanggal Kadaluarsa (H) sudah dinilai sangat baik oleh responden tingkat kepentingannya dan tingkat kepuasannya karena Yakult telah mencantumkan tanggal kadaluarsa (expired date) pada bagian tutup botol kemasan. Pihak PT. Yakult Indonesia Persada juga mencantumkan tanggal kadaluarsa pada pembungkus kemasan Yakult yang berbentuk plastik dan pada pinggang botol Yakult.
Apabila ada produk minuman Yakult yang sudah melewati tanggal kadaluarsa maka harus segera ditarik dari peredarannya karena dapat membahayakan kesehatan tubuh.
2.7. Atribut Informasi nilai gizi (I)
Informasi nilai gizi (I) yang terkandung dalam produk Yakult sudah dirasakan baik tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya oleh para responden. Informasi yang terkandung dalam produk minuman kesehatan probiotik Yakult, terdiri dari lemak total sebesar 0 gr (0%), Protein sebesar 1 gr (2%), Karbohidrat sebesar 11 gr (3%), Gula 11 gr, Natrium 14 mg (1%) dan Kalsium sebesar 30 mg (2%).
2.8. Atribut Manfaat kesehatan (J)
Manfaat kesehatan (J) merupakan faktor paling penting karena dapat menjadi alasan kuat bagi konsumen untuk mengkonsumsi minuman kesehatan probiotik Yakult. Responden telah menilai baik tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan akan atribut manfaat kesehatan ini, sehingga pihak PT. Yakult Indonesia Persada harus tetap mempertahankan atribut dari manfaat kesehatan ini. Adapun manfaat kesehatan setelah kita mengkonsumsi minuman probiotik Yakult ini yaitu untuk dapat melancarkan pencernaan, meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi jumlah racun yang merugikan dalam usus. Kita senantiasa haarus membiasakan hidup sehat dan terus menjaga kesehatan usus agar terbebas dari bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit pada tubuh.
2.9. Atribut Merek (S)
Merek (S) merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan oleh konsumen, karena berkaitan dengan perasaan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas baik. Atribut Merek pada minuman kesehatan probiotik Yakult telah dinilai sangat baik oleh responden tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya, Yakult telah mencantumkan label halal yang dapat meyakinkan orang muslim bahwa produk Yakult yang dikonsumsinya halal.
2.10. Atribut Jaminan Pengembalian (U)
Jaminan Pengembalian (U) sangat berhubungan erat dengan layanan konsumen. Atribut Jaminan Pengembalian (U) telah dinilai sangat baik tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya oleh para
responden. Sehingga perusahaan perlu mempertahankan tingkat kepuasan akan atribut ini karena pada produk Yakult telah memberikan layanan kepada konsumen ataupun pengaduan akan kritik dan saran di No. 0800-1-925858 pada bagian kemasan Yakult 3. Prioritas Rendah (Kuadran C)
Pada kuadran ini terdapat atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang rendah dan tingkat kepuasan yang dirasakan biasa saja, sehingga atribut yang masuk dalam kuadran ini diabaikan oleh responden. Dengan kata lain atribut ini dirasakan kurang puas pengaruhnya oleh para pelanggan, adapun atribut-atribut yang masuk dalam kuadran C ini adalah sebagai berikut: atribut Desain Kemasan (L), atribut Ukuran Tebal Kemasan (M), atribut Ukuran Tipis Kemasan (N), atribut Ukuran Diameter Kemasan (O), atribut Ukuran Panjang Kemasan (P), atribut Ukuran Lebar Kemasan (Q), dan atribut Ukuran Tinggi Kemasan (R).
3.1. Atribut Desain kemasan (L)
Desain kemasan (L) memang penting untuk menarik perhatian konsumen. Pihak PT. Yakult Indonesia persada memilih bentuk kemasan botol yang memiliki pinggang botol untuk memberikan kesan penampilan yang sederhana. Namun hal ini kurang dianggap penting oleh responden dan tingkat kepuasannya pun dirasakan biasa saja, karena desain kemasan Yakult merupakan tampilan fisik saja.
Responden tidak terlalu terpengaruh dengan desain kemasan yang dinilai konsumen terlalu kecil, responden telah mengetahui bahwa desain kemasan dari botol Yakult sejak dulu hingga sekarang tetap sama.
3.3. Atribut Ukuran Tebal Kemasan (M), Atribut Ukuran Tipis Kemasan (N), Atribut Ukuran Diameter Kemasan (O), Atribut Ukuran Panjang Kemasan (P), Atribut Ukuran Lebar Kemasan (Q) dan Atribut Ukuran Tinggi Kemasan (R).
Ukuran Tebal, tipis, diameter, panjang, lebar dan tinggi kemasan minuman kesehatan probiotik Yakult memang kurang dianggap penting oleh konsumen dan tingkat kepuasannya pun dirasakan biasa