98
PELATIHAN VOKASIONAL DALAM BIDANG SENI RUPA DAN DESAIN PADA ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM (ABH) DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS IIB
KARANGASEM
CGR. Padmanaba, IN. Adi Tiaga, IK.D. Noorwatha Program Studi Desain Interior, Institut Seni Indonesia Denpasar,
Jl. Nusa Indah Denpasar-Bali 80235 email: [email protected]
Ringkasan Eksekutif
Sasaran kegiatan Pengabdian masyarakat ini adalah masyarakat umum khususnya pada Anak yang Berkonflik dengan Hukum (ABH). Sebagai mitra dalam kegiatan ini mitra 1 adalah Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II B Karangasem. Mitra 2 adalah Yayasan Seni Sana Sini, sebuah yayasan yang concern terhadap pembinaan anak-anak muda yang putus sekolah, menjadi narapidana dan lain sebagainya. Tujuan dari program IbM ini adalah ingin memberdayakan dan memberikan pelatihan vokasional kepada ABH. Dari permasalahan di lapangan dapat dirumuskan dua masalah yang krusial untuk dipecahkan yaitu: (1) Aspek Produksi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan ABH dan (2) Aspek Manajemen dan Pendidikan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan Yayasan. Metode yang digunakan mayoritas memberikan praktek langsung kepada ABH dalam aspek produksi dan gabungan ceramah dan workshop untuk aspek manajemen dan pendidikan.
Kata kunci: Anak Berkonflik dengan Hukum, Pelatihan Vokasional, Seni Rupa dan Desain
Executive Summary
The target of this public devotion is the general public, especially on Children in conflict with the law (ABH) on Special Children's Development Institute (LPKA) Class II B Karangasem. Partner 2 is Yayasan Seni Sana Sini, a non-profit foundation that is concerned about the development of young people who drop out of school, become a prisoner and others. The purpose of this program is to empower general public and provide vocational training to ABH. Of problems in the field can be formulated two crucial problem to be solved, namely: (1) production aspects, namely matters related to coaching ABH and (2) Aspects of Management and Education, namely matters relating to the Foundation. The method used predominately give directly to ABH practice in aspects of production and combined lectures and workshops on aspects of management and education.
Keywords: Children in conflict with the law, Vocational Training, Art and Design
A. PENDAHULUAN
Generasi muda merupakan masa depan dan motor penggerak suatu bangsa dan pendidikan kepada generasi muda merupakan investasi bagi suatu Negara.
Namun di tengah retorika pandangan dan harapan negara terhadap generasi muda
tersebut, secara realitas lapangan terdapat
generasi muda yang dikarenakan situasi
dan kondisi tertentu mengharuskannya
untuk hidup di balik jeruji besi yaitu
menjadi narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 12 tahun 1995 yang
99 mengatur tentang pemasyarakatan, bahwa pelaku tindakan-tindakan kenakalan remaja yang berusia 18 tahun atau kurang dari 18 tahun yang terbukti bersalah, akan dibina di dalam lembaga pemasyarakatan khusus anak seperti Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II B Karangasem yang pada tahun 2015 (penulisan proposal) disebut dengan Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan (ABH);
dan pada tahun 2016 (pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan) diganti dengan sebutan Anak yang Berkonflik dengan Hukum (ABH).
Menurut Suari Dewi dan Tobing (2014) seorang remaja yang berusia kurang dari 18 tahun dan terbukti secara hukum melakukan tindak pidana, tidak akan mendapatkan hukuman di dalam penjara seperti yang dialami orang dewasa yang terbukti secara hukum telah melakukan tindak pidana, melainkan akan mendapatkan pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan anak dengan sebutan anak pidana. Hal tersebut dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 yang mengatur tentang pemasyarakatan (Dewi dkk, 2014). Proses pembinaan terhadap ABH tersebut merupakan tema besar dalam usulan kegiatan Pengabdian Masyarakat kali ini. Dalam konteks tersebut dipilih dua mitra yang concern terhadap pembinaan terhadap ABH yaitu Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II B Karangasem sebagai tempat pembinaan tersebut dilaksanakan, yang dalam tulisan ini diposisikan sebagai Mitra 1; dan Yayasan Seni Sana Sini yaitu sebuah lembaga nirlaba yang mengadakan pembinaan khususnya dalam bidang seni untuk ABH yang dalam tulisan ini diposisikan sebagai Mitra 2.
B. SUMBER INSPIRASI
Menurut data 2015, dari segi geografik ABH 6 orang berasal dari Bali dan 15 lainnya berasal dari luar Bali yaitu kebanyakan dari Pulau Jawa khususnya Jawa Timur. Hal ini disebabkan Lapas Anak di Amlapura merupakan satu- satunya lapas untuk bagian timur dan tengah Indonesia. Banyaknya ABH yang berasal dari luar bali menyebabkan jarangnya beberapa ABH yang dijenguk oleh keluarganya sendiri. Keadaan tersebut menyebabkan beberapa anak lapas merasa depresi dan sangat mengharapkan kunjungan dari beberapa pihak yang perhatian terhadap keadaan dan keberlangsungan hidup ketika menjalani masa waktu pembinaan (Hasil Wawancara 2015)
Dalam konteks kehidupan
masyarakat, masalahnya adalah ketika
ABH tersebut akan kembali ke masyarakat
setelah melewati masa pembinaannya di
lapas. Menurut beberapa narasumber,
beberapa ABH yang telah bebas ada juga
yang kembali melakukan kegiatan serupa
sehingga masuk ke lapas lagi. Maka perlu
disiapkan kegiatan pembinaan yang sesuai
dengan minat bakat ABH dan menjadi
bekal penghidupannya ketika lepas dari
lapas. Dari pemaparan beberapa aspek di
atas, Mitra 1 mengungkapkan bahwa
permasalahan yang dihadapi dalam
konteks pembinaan lapas adalah kurang
pembinaan yang bersifat rekreasi dan
hiburan yang secara langsung
mengakomodasi minat dan bakat ABH,
agar terhindar dari stres dan depresi ketika
berada di lapas. Menurut narasumber,
kegiatan di lapas masih terbatas jenisnya
dikarenakan tidak adanya para Pembina
yang kompeten yang dapat membimbing
ABH agar dapat berlatih sesuai dengan
teknik yang benar. Permasalahan yang
100 kedua yang dihadapi mitra 1 yaitu berkaitan dengan permasalahan 1 mengenai perlunya suatu kegiatan yang memberikan pendidikan vokasional bagi ABH sehingga dapat dijadikan bekal ketika bebas dari lapas. Permasalahan yang dihadapi mitra 2 lebih bersifat internal dan teknis pengajaran. Selama beberapa bulan Yayasan Seni Sana Sini telah melakukan pembinaan terhadap ABH seperti kegiatan musik (band), kerajinan tangan dan makanan ringan. Permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuan terhadap teknis pengajaran terutama penekanan psikologis mengajar, karena para ABH sangat sulit untuk fokus dan susah diajar secara formal.
Permasalahan kedua adalah permasalahan manajemen pengelolaan yayasan yang masih dirasa kurang, mengingat makin beragamnya objek yang ditangani dan program yang akan dikembangkan disesuaikan dengan objek tersebut.
C. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan IbM ini dilaksanakan di dua tempat dan dua tahap disesuaikan dengan proses pemecahan masalah kedua Mitra, yaitu LPKA Kelas II B Karangasem untuk Mitra 1 dan Laboratorium Desain Interior untuk Mitra 2.
Tahap Pertama adalah Seminar dan Workshop dengan Judul “Pembekalan Manajemen Yayasan dan Pendidikan Seni dalam Rangka kegiatan Ipteks bagi Masyarakat Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan” yang berlangsung di Laboratorium Program Desain Interior ISI Denpasar dari tanggal 16-17 Juni 2016.
Adapun sebagai pembicara dari kegiatan tersebut untuk tanggal 16 Agustus 2016 yang berlangsung dari jam 08.00-11.00 adalah Drs. I Ketut Karyana, M.Pd, yang
mempresentasikan tentang Pendidikan Seni dan dilanjutkan keesokan harinya (17 Juni 2016) oleh Dr. Luh Gede Sri Artini, SE M.Si yang pada jam yang sama mempresentasikan tentangManajemen Yayasan. Peserta kegiatan adalah dari Yayasan Seni Sana Sini dan beberapa mahasiswa sebagai pelaksana kegiatan.
Tahap Kedua bertempat di LPKA Kelas II B Karangasem dilaksanakan dari tanggal 24 Juni 2016 sampai 11 November 2016. Tahap Kedua diawali denganAcara Pembukaan, Penanda tanganan MoU dan Tenik Finishing Frame. Pada Acara Pembukaan dihadiri oleh Bapak Kepala LPKA Haryoto, A.Md, S.Sos, Staff LPKA,dilanjutkan dengan pengajaran teknik finishing frame oleh Ayub Kristanto dari PT Propan Raya. Ada 3 Jenis teknik finishing frame kayu berbasis kuas yang diberikan oleh instruktur yaitu Teknik Clear Finish, Gold Finish (Prada) dan Opaque Finish.
Kegiatan berikutnya adalah Teknik Cetak Saring atau sering dikenal dengan sablon. Bertindak sebagai instruktur adalah Drs. I Nengah Sudika Negara, M.Erg seorang dosen Prodi Desain Komunikasi Visual FSRD ISI Denpasar. Pelatihan teknik cetak saring rencananya akan dibagi 2 sesi yaitu yang pertama (15 Juli 2016) akan diberikan materi dasar pengenalan sablon dan dilanjutkan dengan pembelajaran gambar/ desain yang akan dipindahkan ke media t-shirt melalui teknik sablon yang akan diberikan pada sesi kedua (29 Juli 2016).
Tim Pengabdian juga telah
memamerkan poster kegiatan dalam
pameran pembangunan Provinsi Bali tahun
2016 yang bertempat di Gedung
Ksirarnawa, Art Center-Denpasar yang
101 berlangsung dari tanggal 13 Agustus 2016 sampai 11 November 2016.
Tahap kedua ditutup pada tanggal 11 November 2016 yang sekaligus menutup seluruh rangkaian kegiatan IbM. Acara penutupan dilangsungkan di LPKA Karangasem yang dihadiri oleh Staff LPKA, Tim Pengabdian, ABH dan Pihak Yayasan Seni Sana Sini. Evaluasi kegiatan dilakukan pada setiap sub-kegiatan dengan jalan : 1) Evaluasi antusiasme peserta 2) Evaluasi adopsi teknologi/kemampuan teknis peserta, dan 3) Evaluasi terhadap kualitas karya yang tercermin melalui karya yang telah diselesaikan.
D. KARYA UTAMA
Karya utama dari kegiatan IbM Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan (Andikpas) di LPKA Kelas II B Karangasem adalah finishing pada bingkai kayu dan sablon pada t-shirt.
Gambar 1. Hasil Karya ABH dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat
E. ULASAN KARYA UTAMA
Secara Umum ABH cukup antusias mengikuti pelatihan, baik pada pelatihan finishing maupun cetak sablon dengan hasil yang cukup baik seperti yang terlihat pada gambar 1. Dengan latar belakang yang berbeda-beda menyebabkan ada beberapa perbedaan keseriusan ABH
terhadap pelatihan yang dilakukan, maupun kemampuan yang ditunjukkan.
Dari kedua pelatihan yang diberikan, umumnya mereka lebih tertarik pada ketrampilan sablon, terutama pada saat pelatihan cetak sablon, dimana beberapa ABH sampai membuka baju yang dipakai untuk praktek sablon, dan bahkan ada yang mengambil celana pendeknya ke kamar agar disablon.
Untuk pelatihan ini, panitia sudah memberikan beberapa peralatan dan bahan finishing kayu dan cetak sablon sehingga bisa dipraktekkan oleh ABH dalam kegiatan kesehariannya. Kepada ABH juga sudah diberikan masing-masing satu buah T-shirt yang sudah dicetak sablon sendiri oleh masing-masing ABH sesuai dengan pilihan desain yang ada.
Proses Pelatihan Finishing
102 Proses Pelatihan Sablon
Gambar 2. Proses Pelatihan
Masing-masing ABH mencoba setiap tahapan dari pelatihan sehingga mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman baru khususnya dalam memindahkan kreasinya ke dalam media t- shirt dengan teknik sablon. Antusias yang tinggi juga tercermin melalui langsung dipakainya t-shirt hasil sablon masing- masing ABH. Hasil karya ABH cukup bagus, meskipun baru sekali diajarkan teknik sablon, semakin diasah ABH memiliki bekal yang cukup untuk berproses sablon secara mandiri. Tampak kreativitas ABH dalam mendesain ilustrasi baju kaos juga tampak sangat antusias, beberapa ABH telah memiliki kemampuan desain grafis dasar (coreldraw) dan beberapa mempunyai kemampuan menggambar secara manual.
Untuk Mitra 2 yang akan dipersiapkan sebagai pelatih di LPKA setelah program pengabdian ini berakhir,
juga telah dilakukan proses pelatihannya sendiri.
Gambar 3. Pelatihan bagi Mitra 2
Antusiasme pihak yayasan mengikuti kegiatan ini cukup tinggi, dibuktikan dengan masih berlangsung proses konsultasi kepada para pakar untuk peningkatan kualitas yayasan.
F. KESIMPULAN
1. Permasalahan kedua mitra 2 dapat dipecahkan melalui program pengabdian kepada masyarakat ini.
Permasalahan Aspek Produksi yang dihadapi oleh mitra 1 LPKA telah diselesaikan melalui proses pelatihan finishing frame dan cetak saring oleh ABH. Aspek Manajemen yang dihadapi oleh mitra 2 Yayasan Seni Sana Sini telah diselesaikan dengan mengadakan workshop pelatihan manajemen yayasan dan teknik pengajaran seni rupa.
2. Kedua Mitra merasakan keberhasilan
program dengan banyaknya
103 keterampilan maupun pengetahuan yang didapatnya. Dari Pihak ABH mengapresiasi positif karena telah diberikan pelatihan dan bimbingan dalam hal pelatihan finishing frame dan teknik sablon sebagai bekal pendidikan vokasional ketika kembali ke masyarakat. Pihak Yayasan Seni Sana Sini telah merasakan manfaat yang besar setelah mendapat seminar dan workshop manajerial dan teknik pendidikan seni rupa untuk meningkatkan kualitas layanan bagi masyarakat.
G. DAMPAK DAN MANFAAT
Secara Umum ABH cukup antusias mengikuti pelatihan, baik pada pelatihan finishing maupun cetak sablon dengan hasil yang cukup baik seperti yang terlihat pada gambar 5.9 dan gambar 5.10 Dengan latar belakang yang berbeda-beda menyebabkan ada beberapa perbedaan keseriusan ABH terhadap pelatihan yang dilakukan, maupun kemampuan yang ditunjukkan. Dari kedua pelatihan yang diberikan, umumnya mereka lebih tertarik pada ketrampilan sablon, terutama pada saat pelatihan cetak sablon, dimana beberapa ABH sampai membuka baju yang dipakai untuk praktek sablon, dan bahkan ada yang mengambil celana pendeknya ke kamar agar disablon.
Untuk pelatihan ini, panitia sudah memberikan beberapa peralatan dan bahan finishing kayu dan cetak sablon sehingga bisa dipraktekkan oleh ABH dalam kegiatan kesehariannya. Kepada ABH juga sudah diberikan masing-masing satu buah T-shirt yang sudah dicetak sablon sendiri oleh masing-masing ABH sesuai dengan pilihan desain yang ada.
H. DAFTAR PUSTAKA