• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIFAT SIFAT RUANG VEKTOR ATAS LAPANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SIFAT SIFAT RUANG VEKTOR ATAS LAPANGAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SIFAT – SIFAT

RUANG VEKTOR ATAS LAPANGAN

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sri Wahyuni

DISUSUN OLEH:

Nama : Muh. Zaki Riyanto Nim : 02/156792/PA/08944 Program Studi : Matematika

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2007

(2)

© 2007 oleh Muh. Zaki Riyanto – email: zaki@mail.ugm.ac.id – http://zaki.web.ugm.ac.id

1 Sebelum melangkah lebih jauh untuk membahas sifat – sifat ruang vektor, perlu diberikan terlebih dahulu beberapa definisi dan teorema yang mendasarinya.

Pembaca diharapkan telah memahami beberapa konsep strukur aljabar seperti grup, gelanggang dan lapangan. Diberikan suatu himpunan V dan suatu lapangan F.

Elemen dari V disebut vektor dan elemen dari F disebut skalar.

Ruang vektor mempunyai dua operasi biner, yaitu “+” dan “.” yang masing – masing menotasikan operasi penjumlahan dua vektor dan operasi perkalian antara suatu vektor dan skalar. Berikut diberikan definisi dari ruang vektor.

DEFINISI 1:

Himpunan V disebut ruang vektor (vector space) atas lapangan F jika terhadap operasi biner “+” dan “.” memenuhi aksioma – aksioma di bawah ini. Untuk setiap , ,u v w V∈ dan ,k l F∈ ,

1) u v V+ ∈ , 2) u v v u+ = + ,

3) u+ +(v w) (= + + , u v) w

4) terdapat suatu elemen 0 V∈ sedemikian sehingga u+ = , 0 u 5) terdapat u V− ∈ sedemikian sehingga u+ − = , ( ) 0u

6) .k u V∈ ,

7) untuk suatu skalar 1∈F u u,1. = , 8) .(k u v+ =) k u k v. + . ,

9) (k l u k u l u+ ). = . + . , 10) ( ).kl u k l u= .( . ).

(3)

© 2007 oleh Muh. Zaki Riyanto – email: zaki@mail.ugm.ac.id – http://zaki.web.ugm.ac.id

2 Aksioma 1 – 5 menunjukkan bahwa ( , )V + merupakan grup abelian (grup yang komutatif) terhadap operasi penjumlahan vektor. Aksioma 4 menunjukkan adanya vektor nol yaitu 0 V∈ yang menjadi elemen identitas terhadap operasi penjumlahan. Aksioma 5 menunjukkan adanya elemen invers untuk setiap vektornya yaitu vektor −u. Aksioma 6 menunjukkan bahwa V tertutup terhadap operasi perkalian skalar. Aksioma 8 dan 9 menunjukkan sifat distributif. Dan aksioma 10 menunjukkan bahwa operasi perkalian skalar bersifat assosiatif.

CONTOH 1:

Diberikan Mm n×

( )

himpunan semua matriks berukuran m n× atas dan lapangan dari bilangan – bilangan real terhadap operasi “+” dan “.”. Jika didefinisikan:

⊕ : operasi penjumlahan matriks

: operasi perkalian skalar dengan matriks, maka Mm n×

( )

merupakan ruang vektor atas lapangan .

TEOREMA 1:

Misalkan V adalah suatu ruang vektor atas lapangan F, u vektor pada V dan sebuah skalar k F∈ . Maka

1) 0.u= . 0 2) .0 0k = . 3) ( 1).u− = − . u

4) Jika .k u= , maka 0 k= atau 0 u= . 0

(4)

© 2007 oleh Muh. Zaki Riyanto – email: zaki@mail.ugm.ac.id – http://zaki.web.ugm.ac.id

3 DEFINISI 2:

Subset W dari suatu ruang vektor V disebut subruang V jika W merupakan ruang vektor terhadap operasi yang sama pada ruang vektor V.

Berikut ini deberikan sebuah teorema yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu subset dari ruang vektor itu merupakan subruang dari ruang vektor tersebut. Jadi, untuk menunjukkan bahwa subset tersebut adalah subruang tidak harus menunjukkan ke sepuluh aksioma di atas (definisi 1) berlaku.

TEOREMA 2:

Jika W adalah subset tidak kosong dari suatu ruang vektor V, maka W merupakan subruang V jika dan hanya jika dipenuhi sifat-sifat di bawah ini

1) untuk setiap ,u v V∈ , maka u v W+ ∈ ,

2) untuk setiap k F∈ dan u W∈ , maka .k u W∈ .

Setiap ruang vektor pada V mempunyai paling sedikit dua subruang, yaitu V sendiri dan himpunan

{ }

0 yang elemennya hanya vektor nol saja, subruang ini sering disebut dengan subruang nol.

TEOREMA 3:

Jika V ruang vektor atas lapangan F, dan U, W subruang dari V, maka 1) U W∩ subruang dari V.

2) U W+ = +

{

u w u U w W:,

}

subruang dari V.

(5)

© 2007 oleh Muh. Zaki Riyanto – email: zaki@mail.ugm.ac.id – http://zaki.web.ugm.ac.id

4 Perhatikan sistem persamaan linear berikut.

11 1 12 2 1 1

21 1 22 2 2 2

1 1 2 2

. . ... .

. . ... .

. . ... .

n n n n

m m mn n m

a x a x a x b

a x a x a x b

a x a x a x b

+ + + =

+ + + =

+ + + =

atau, dalam notasi matriks, Ax = b. Suatu vektor

1 2

n

s s s

s

= pada n disebut dengan

vektor penyelesaian (solution vector) dari sistem persamaan tersebut jika

1 1, 2 2,..., n n

x =s x =s x = merupakan penyelesaiannya. Dapat ditunjukkan bahwa s

himpunan semua vektor penyelesaian dari sistem homogen tersebut merupakan subruang dari n, dan disebut dengan ruang penyelesaian (solution space).

DEFINISI 3:

Suatu vektor w disebut kombinasi linear dari vektor – vektor v v1, ,...,2 v jika r vektor tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk

1 1. 2. 2 ... r. r w k v k v= + + +k v dengan k k1, ,...,2 k adalah skalar. r

DEFINISI 4:

Misal V ruang vektor atas lapangan F, dan S =

{

v v1, ,...,2 vr

}

subset V.

Himpunan W yang elemennya terdiri dari semua kombinasi linear dari vektor – vektor di S disebut himpunan yang dibangun oleh v v1, ,...,2 v (dibangun oleh S), dan r

1, ,...,2 r

v v v membangun/pembangun W, dinotasikan dengan W =span( )S .

(6)

© 2007 oleh Muh. Zaki Riyanto – email: zaki@mail.ugm.ac.id – http://zaki.web.ugm.ac.id

5 TEOREMA 4:

Jika V ruang vektor atas lapangan F dan S =

{

v v1, ,...,2 vr

}

subset V, maka 1) W =span( )S subruang V.

2) W merupakan subruang terkecil yang memuat S, yaitu jika terdapat W’

subruang dari V dan S subset W’, maka W subset W’.

3) W =span( )S =

{

U U: subruang danV S U

}

yaitu irisan semua subruang dari V yang memuat S.

TEOREMA 5:

Misal V ruang vektor atas lapangan F, dan S =

{

v v1, ,...,2 vr

}

,

{

1, ,...,2 r

}

S′ = w w w subset – subset V. Maka span( ) span( )S = S′ jika dan hanya jika untuk setiap i, 1 i r≤ ≤ , berlaku wi∈span( )S dan vi∈span( )S′ .

DEFINISI 5:

Misal V ruang vektor atas lapangan F, dan S=

{

v v1, ,...,2 vr

}

subset V.

Himpunan S dikatakan bebas linear jika k v k v1 1. + 2. 2+ +... k vn. n = hanya 0 mempunyai penyelesaian k1 =k2 = =... kn = . Jika terdapat penyelesaian lain yang 0 tidak nol, maka himpunan S dikatakan tidak bebas linear.

TEOREMA 6:

Misal S =

{

v v1, ,...,2 vr

}

adalah himpunan vektor – vektor di n. Jika r n> , maka S tidak bebas linear.

(7)

© 2007 oleh Muh. Zaki Riyanto – email: zaki@mail.ugm.ac.id – http://zaki.web.ugm.ac.id

6 TEOREMA 7:

Misal V ruang vektor atas lapangan F, S subset V dengan S ≥2, maka berlaku :

1) S tidak bebas linear jika dan hanya jika terdapat paling sedikit satu vektor di S yang dapat disajikan sebagai kombinasi linear dari vektor – vektor lain di S.

2) S bebas linear jika dan hanya jika tidak ada vektor dari S yang merupakan kombinasi linear dari vektor – vektor yang lain di S.

TEOREMA 7:

Misal V ruang vektor atas lapangan F, S subset V dengan S < ∞. Jika S memuat vektor nol, maka S tidak bebas linear.

DEFINISI 6:

Misal V ruang vektor atas lapangan F dan S =

{

v v1, ,...,2 vr

}

subset V. Jika S bebas linear dan span(S) = V, maka S disebut basis untuk V.

TEOREMA 8:

Misal V ruang vektor atas lapangan F dan S=

{

v v1, ,...,2 vn

}

basis untuk V dan

{

1, ,...,2 m

}

S′ = w w w subset V.

1) Jika m n> , maka S′ tidak bebas linear.

2) Jika m n< , maka span( )S′ ≠ . V

3) Jika S′ =

{

w w1, ,...,2 wm

}

basis untuk V, maka n = m.

(8)

© 2007 oleh Muh. Zaki Riyanto – email: zaki@mail.ugm.ac.id – http://zaki.web.ugm.ac.id

7 DEFINISI 7:

Dimensi dari suatu ruang vektor V atas lapangan F, ditulis dim(V) didefinisikan sebagai banyaknya vektor dalam basis untuk V. Dimensi dari ruang vektor nol didefinisikan dengan 0.

TEOREMA 9:

Misal V ruang vektor atas lapangan F, S subset tak kosong dari V.

1) Jika S bebas linear dan v V v∈ , ∉span( )S , maka S

{ }

v bebas linear.

2) Jika v S∈ dan v dapat disajikan sebagai kombinasi linear dari vektor – vektor yang lain di S, maka span

(

S

{ }

v

)

=span( )S .

TEOREMA 10:

Misal V ruang vektor atas lapangan F dengan dim(V) = n dan

{

1, ,...,2 n

}

S = v v v subset V, maka S basis untuk V jika span(S) = V atau S bebas linear.

DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howard, 2000, Elementary Linear Algebra: Eight Edition, John Willey and Sons, Inc., New York.

Vanstone, Scott A. and van Oorschot, Paul C., 1989, An Introduction to Error Correcting Codes with Applications, Kluwer Academic Publishers, Massachusetts, USA.

Referensi

Dokumen terkait

Konsentrasi COD dengan keberadaan akar wangi selama 61 hari proses remediasi mengalami penurunan dari 3840 mg/L menjadi 24 mg/L (Gambar 5A). Akar wangi umur 75 HST pada

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh air perasaan daun sendok (APDS) dalam mempercepat proses penyembuhan luka mencit galur Swiss Webster

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena setiap manusia dapat mengalami gangguan pada kesehatan begitupun pada orang lansia dikarenakan memasuki usia lanjut

Kelenjar ini se$ara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar  hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap hormon tiroid

Sebuah himpunan vektor pada ruang hasil kali dalam dinamakan himpunan ortogonal jika semua pasangan vektor-vektor yang berada dalam himpunan tersebut ortogonal.. Sebuah

Mengetahui model dan faktor-faktor penyakit pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Timur menggunakan Regresi Logistik Biner berdasarkan strata dataran tinggi, sedang dan

• Ballast water management bagi kapal yang beroperasi secara eksklusif pada suatu area Review Group telah memfinalisasi petunjuk terkait entry atau re-entry kapal kepada

Pemberi Kuasa, melakukan segala tindakan hukum yang dianggap perlu dan penting serta berguna bagi Pemberi Kuasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.--- Surat