• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Mustika Justice Fakultas Hukum Universitas Ibnu Chaldun - Jakarta Volume 1 No. 1, April 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Mustika Justice Fakultas Hukum Universitas Ibnu Chaldun - Jakarta Volume 1 No. 1, April 2021"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP PEMILIK TANAH BERDASARKAN ALAS HAK (REECHT TITLE) ATAS SENGKETA TANAH

DI PENGADILAN NEGERI PERKARA NO. 41/PDT.G /2014/PN.JAKTIM

Oleh : Nurokhim

Universitas Ibnu Chaldun - Jakarta

Jl. Pemuda I Kav. 97 RT.5/RW.2 Rawamangun, Jakarta Timur, DKI Jakarta Email : nurokhimsh@gmail.com

---

Abstrak :

Sengketa, konflik dan perkara pertanahan sepertinya tidak pernah surut, bahkan cenderung terus meningkat baik intensitas maupun keragamannya, seiring dengan semakin sulitnya akses untuk memiliki tanah dan bertambah senjangnya posisi tawar-menawar antara ketiga aktor pembangunan yakni pemerintah, swasta dan masyarakat untuk memperoleh tanah. Karena berbagai kendala yang dialami oleh para pencari keadilan dalam berperkara di pengadilan, sudah saatnya ditempuh cara penyelesaian sengketa alternatif (non letigasi) yang relatif sederhana, waktunya lebih singkat dan biaya yang lebih murah. Model ini disebut Alternative Dispute Resulution (ADR). Bentuk ADR yang sudah dikenal di Indonesia antara lain mediasi, arbitrase, konsiliasi dan negosiasi. Dari berbagai jenis ADR, yang lebih cocok diterapkan di bidang pertanahan adalah mediasi. Pilihan ini didasarkan pada pertimbangan karena struktur dan mekanismenya lebih sederhana. Disamping itu bagi bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi asas musyawarah untuk mencapai mufakat lembaga ini rasanya tidak asing lagi. Dan akhir-akhir ini cara-cara yang digunakan oleh Komnas HAM dalam menyelesaikan berbagai sengketa juga memanfaatkan prinsip-prinsip mediasi.

Kata kunci : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Atas Tanah

Abstract :

Disputes, conflicts and land cases never seem to subside, they even tend to continue to increase in both intensity and diversity, in line with the increasingly difficult access to land ownership and the increasing gap in bargaining positions between the three development actors, namely the government, the private sector and the community to acquire land. Due to the various obstacles faced by justice seekers in court proceedings, it is time to take alternative (non-letigation) dispute resolution methods that are relatively simple, have shorter time and lower costs. This model is called Alternative Dispute Resulution (ADR). Forms of ADR that are well known in Indonesia include mediation, arbitration, conciliation and negotiation. Of the various types of ADR, what is more suitable to be applied in the land sector is mediation. This choice is based on considerations because the structure and mechanism are simpler. Besides that, for the Indonesian people who uphold the principle of deliberation to reach consensus this institution feels familiar. And recently, the methods used by Komnas HAM in resolving various disputes have also made use of the principles of mediation.

Keywords: Legal Protection of Land Rights Holders.

(2)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Tanah mempunyai arti dan peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena semua orang memerlukan tanah semasa hidupnya sampai meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian sebagian besar yang masih bercorak agraris.Sebagai negara yang bersistem agraris, tanah merupakan lahan penghidupan yang sangat layak dan kompleks bagi tiap-tiap orang untuk mencapai kemakmuran di berbagai bidang, yang mana tanah itu sendiri juga merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu bangsa dan manfaatnya harus dapat diusahakan dengan sebaik-baiknya.1

Tanah bagi kehidupan manusia, mengandung makna yang multidemensional. Pertama, dari sisi ekonomi, tanah merupakan sarana produksi yang dapat mendatangkan kesejahteraan. Kedua, secara politis, tanah dapat menetukan posisi seseoarang dalam pengambilan keputusan masyarakat. Ketiga, sebagai kapital budaya, dapat menetukan tinggi rendahnya status sosial pemiliknya. Keempat, tanah bermakna sakral, karena pada akhir hayat setiap orang akan kembali kepada tanah.2 Karena makna yang multidimensional tersebut ada kecenderungan, bahwa orang yang

memiliki tanah akan

mempertahankan tanahnya dengan cara apapun bila hak-haknya dilanggar.

1 Heru Nugroho, Menggugat Kekuasaan Negara, Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2001, Hlm.237.

2 Ibid.

Arti penting tanah bagi manusia sebagai individu maupun negara sebagai organisasi masyarakat yang tertinggi, secara konstitusi diatur dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa:

“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat“

Sengketa Tanah yang terjadi Terletak di wilayah Kelapa Dua wetan RT001/RW008 kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur.yang mana tanah tersebut adalah tanah milik adat C 1763, Persil 29 Blok D I Seluas -+

1008m2 yang berasal dari C 151, Persil 29 Blok D I dengan batas- batas:

- Sebelah utara : jalan setapak perumahan wisma haji kementrian agama RI/Tanah milik Drs. Idrus Syech Abubakar (SHM No. 214)

- Sebelah timur : saluran air (kali jodo) Jl Raya Kelapa Dua Wetan - Sebelah selatan : Tanah milik

Entin Supriatin / Mahyudi (SHM No. 716)

- Sebelah Barat: Tanah milik Said Bin Obed Aljabri (SHM) No.

02289 Perumahan Wisma Haji Kementrian Agama RI

dari pengeklaiman kepemilikan tanah adat tersebut diperoleh dari warisan Alm Hargo Saputro yang meninggal dunia dijakarta pada tanggal 02 Desember 2011 sebagaimana ternyata dalam surat keterangan ahli waris “Tertanggal 05 Desember 2011”.

Bahwa semasa hidupnya Alm Hargo Saputro memiliki tanah adat C 1763, Persil 29 Blok D I Seluas -+

(3)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

1008m2 yang berasal dari C 151, Persil 29 Blok D I dengan batas- batas:

- Sebelah utara : jalan setapak perumahan wisma haji kementrian agama RI/Tanah milik Drs. Idrus Syech Abubakar (SHM No. 214)

- Sebelah timur : saluran air (kali jodo) Jl Raya Kelapa Dua Wetan - Sebelah selatan : Tanah milik

Entin Supriatin / Mahyudi (SHM No. 716)

- Sebelah Barat : Tanah milik Said Bin Obed Aljabri (SHM) No.

02289 Perumahan Wisma Haji Karena membeli dari ND Mardani pada Tahun 1989 berdasarkan AJB Nomor 1000/JB/IV/1989 yang dibuat oleh dan dihadapan PPAT di wilayah Jakarta Timur.

Tanah milik adat C 1763, Persil 29 Blok D I Seluas -+ 1008m2 tersebut merupakan Girik perubahan yang berasal dari C 151, Persil 29, Blok D I yang pada tahun 1986 dibeli oleh ND Mardani dari Alm Gunin bin Lamun selaku salah satu ahli waris dan kuasa dari pihak ahli waris Lamun Bin Meran berdasarkan AJB No.99-4/Ps.R/1986 Tanggal 28 Oktober 1989 dibuat oleh dan dihadapan R. Sudibyo Djojopranoto, SH., selaku PPAT di Jakarta.

Bersesuaian dengan surat nomor: 118/1.711.1 Tanggal 24 Februari 2003 yang dibuat oleh Lurah Kelapa Dua Wetan yang menerangkan Bahwa:

1. Berdasarkan catatan pada buku C,Girik C No.151 tercatat atas nama Lamun Bin Meran terdaftar sebagai wajib pajak tahun 1950 tercatat sebagai tanah milik adat, selanjutnya

terjadi perubahan pajak sebagai berikut:

2. Pada tanggal 11-12-1986 tercatat pada buku C No 151, Persil 29 Blok D I yang luasnya +- 10008m2 dijual ke C No.1763 Atas Nama Nyak Dan Murdani berdasarkan AJB No.99- 4/Ps.R/1986 Tanggal 10-1986 3. Pada tanggal 26-4-1989 Tercatat

pada buku C No.1763, Persil 29 Blok D I yang luasnya +- 10008m2 dijual keatas nama Hargo Saputro, berdasarkan AJB No. 1000/JB/VI/1989 sampai hari ini

Dan selama ini ahli waris Hargo Saputro tidak pernah menjual dan atau mengalihkan hak atas tanah tersebut kepada siapapun.

Namun pada kenyataanya sebagian Tanah adat tersebut telah dikuasai oleh Sri Sulistiyorini / Muhammad Erwin Syafitri sebagai tanah sengketa seluas +- 588m2 berdasarkan sartifikat hak milik No.02441, Surat Ukur No.112/2001 Tanggal 30-10-2001, yang dibuat dan ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahaan Kota Administrasi Jakarta Timur. Bahwa sartifikat hak milik No. 02441.Surat Ukur atas nama Sri Sulistiyorini tersebut diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta atas permohonan Sri Sulistiyorini berdasarkan AJB Nomor 16/Ciracas/1999 Tanggal 22 Maret 1999 yang dibuat oleh dan dihadapan Ny Martina Warmansyah,S.H, PPAT di Jakarta,yaitu atas sebidang tanah : sebagian dari berkas tanah milik No.

C 6032 Persil 27,Blok D l Kohir No.

C.602, seluas +- 588m2, antara R.Soetjahyono selaku Penjual dengan Sri Sulistiyorini selaku Pembeli.

(4)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

Sebagian tanah sengketa tersebut juga dikuasai oleh Purwo S yaitu seluas +-588m2 berdasarkan AJB No. 15/Ciracas/1999 Tanggal 22-3- 1999 yang dibuat oleh dan dihadapan Ny Martina Warmansyah, S.H., PPAT di Jakarta yaitu atas sebidang tanah : sebagian berkas dari Tanah milik No.C 6032 Persil 27 Blok D l Kohir No.C.602,seluas +-588m2 antara R.Soetjahyono selaku Penjual dengan Purwo S selaku Pembeli.

Bahwa oleh karena Tanah Milik Adat C No.1763,Persil 29 Blok D I yang luasnya +- 10008 m2 (yang berasal dari C,151,Persil 29, Blok D I), dibeli oleh Alm Hargo Saputro sejak Tahun 1989 berdasarkan akta autentik yaitu AJB No.1000/JB/1989 tanggal 26 April 1989 dan menjadi hak Ahli Waris Alm Hargo Saputro dalam kenyataanya saat ini di kuasai oleh saudara Sri Sulistiyorini / Muhammad Erwin Syafitri dan Purwo S secara Tidak sah meskipun telah terbit Sartipikat Hak Milik karena setelah di cek kembali klaim dari saudara Sri Sulistiyorini / Muhammad Erwin Syafitri dan Purwo S yang membeli Tanah Adat Sengketa tersebut berasal dari Tanah yang dibeli oleh R Soetjahyono pada Alm Meran Bin Lamun (orang tua dari Gunin Bin Lamun ) pada tanggal 29 Mei 1974 dengan AJB No.

483/JB/V/1974 tanggal 29 Mei 1974 Di depan PPAT/Camat Pasat Rebo ternyata Tidak ditemukaan Buku Register dan Minute Akta dimaksud Kecamatan Pasar Rebo.

Sengketa perebutan hak kepemilikan Tanah adat yang melibatkan dua klompok masyarakat tersebut menyebabkan konflik antara keduanya sehingga hubungan kedua belah pihak yang berkonflik sempat memanas. Namun saat ini hubungan kedua pihak berkonflik telah

meredam meskipun sengketa kepemilikan hak belum selesai, kedua pihak yang terlibat konflik

telah menempuh upaya

penyelesaiaan secara mediasi namun gagal dan Ahli waris dari Alm Hargo Saputro akan menempuh PK.

B. Tujuan

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengkaji dan menganalisis perlindungan hukum terhadap pemilik hak atas tanah yang tanahnya mengalami sengketa.

b. Untuk mengkaji dan menganalisis solusi dalam melindungi pemegang hak atas tanah

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi

pengembangan hukum khususnya menyangkut bidang hukum yang berkaitan dengan pertanahan.

2) Bagi perguruan tinggi, diharapkan dapat digunakan untuk menambah khazanah kekayaan literatur di bidang pertanahan.

3) Sedangkan bagi peneliti, dapat digunakan untuk memperluas wawasan dan pengalaman nyata di bidang ilmu hukum

b. Kegunaan Praktis

1) Untuk memberikan sumbangan pengetahuan baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat mengenai

(5)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

pertanahan khususnya sengketa tanah.

2) Sebagai bahan referensi bagi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan masalah hukum.

C. Tinjauan Pustaka

Keterikatan antara orang dengan tanah yang dimiliki, menjadi sangat kompleks dengan berbagai dimensinya, sehingga proses pengambilan tanah penduduk tanpa adanya unsur “kerelaan” dari pemegang hak akan menimbulkan banyak masalah. Persoalan pengadaan tanah, pencabutan hak atau pelepasan hak atau apapun namanya selalu menyangkut dua dimensi yang harus ditempatkan secara seimbang yaitu kepentingan

“Pemerintah” dan kepentingan

“Warga masyarakat”. Dua pihak yang terlibat itu yaitu “Penguasa”

dan “Rakyat” harus sama-sama memperhatikan dan mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai hal tersebut. Bilamana hal tersebut tidak diindahkan akan timbul persoalan-persoalan yang bisa memicu terjadinya sengketa.3

Dominasi kegiatan manusia yang berkaitan dengan tanah dibidang ekonomi diwujudkan melalui pemanfaatan tanah sesuai dengan ketentuan UUPA dengan berbagai jenis hak atas tanah seperti Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan sebagainya.

Akibat pemanfaatan tanah sesuai dengan kebutuhan manusia melalui perbuatan hukum sering menimbulkan hubungan hukum sebagai contoh pemilikan hak atas

3 Saleh, K. Wantjik, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000, Hlm.

10.

tanah. Selain itu tanah juga sering menjadi obyek yang sangat subur untuk dijadikan ladang sengketa oleh berbagai pihak dan kelompok2.

Sengketa tanah dalam masyarakat seringkali terjadi dimana semakin tahun semakin meningkat dan terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Persoalan tanah selama ini sangat relevan untuk dikaji bersama-sama dan dipertimbangkan secara mendalam dan seksama dalam kaitannya dengan kebijakan dibidang pertanahan selama ini. Hal ini karena ditingkat implementasi kebijakan yang diperlihatkan selama ini telah mengabaikan aspek struktural penguasaan tanah yang pada akhirnya menimbulkan berbagai macam sengketa.4

Kasus pertanahan yang seringkali terjadi bila dilihat dari konflik kepentingan para pihak dalam sengketa pertanahan antara lain :

1. Rakyat berhadapan dengan birokrasi negara;

2. Rakyat berhadapan dengan perusahaan negara;

3. Rakyat berhadapan dengan perusahaan swasta;

4. Konflik antara rakyat.

D. Mitode Penelitian

a. Bentuk Penelitian: Normatif Kualitatif

b. Sifat Penelitian: Deskriptif Analitis

c. Teknik Pengumpulan Data:

Penelitian Kepustakaan d. Undang – Undang Dasar 1945 e. KUH Perdata

4 Sudaryo Soimin, Status Tanah dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, Hlm. 43.

(6)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

f. UU Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria

g. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah.

h. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

i. Bahan Hukum Sekunder: Buku- buku ilmiah, jurnal dan makalah j. Bahan Hukum Tersier: Berbagai

kamus hukum, kamus bahasa, majalah, surat kabar dan internet k. Salinan Putusan Pengadilan

Negri Jakarta Timur No.

41/Pdt.G/2014/PN/JKT.Tim l. Teknik Analisa Data: Juridis

Kualitatif

E. Hasil & Pembahasan

Hukum adalah tata aturan (order) sebagai suatu sistem aturan- aturan (rules) tentang perilaku manusia. Dengan demikian hukum tidak menunjuk pada suatu aturan tunggal (rule) tetapi seperangkat aturan (rules) yang memiliki suatu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu sistem.

Konsekuensinya, adalah tidak mungkin memahami hukum jika hanya memperhatikan satu aturan saja.5

Keadilan dapat dimaknai sebagai legalitas. Adalah adil jika suatu aturan ditetapkan pada suatu kasus dimana menurut isinya memang aturan tersebut harus diaplikasikan.

Adalah tidak adil jika suatu aturan diterapkan pada suatu kasus tetapi tidak pada kasus lain yang sama.

Keadilan dalam arti legalitas adalah suatu kualitas yang tidak

5 Jimly Asshiddiqie dan Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Konstitusi Press, Jakarta, Hlm. 13.

berhubungan dengan isi tata aturan positif tetapi dengan pelaksanaannya.

Menurut legalitas, pernyataan bahwa tindakan tersebut sesuai atau tidak dengan norma hukum yang valid untuk menilai sebagai bagian dari tata hukum positif. Hanya dalam makna legalitas inilah keadilan dapat masuk ke dalam ilmu hukum.6

Terjadinya Konflik, dalam pranata kehidupan terbagi menjadi dua yaitu Konflik dalam tingkatan individu serta konflik dalam tingkatan lembaga.

Konflik tingkat individu terdapat dua kategori konflik, yaitu:

1. konflik dalam diri individu yang bersangkutan,

2. konflik antar individu.

Kasus menunjukkan konflik terjadi dengan melibatkan antar individu. Untuk itu Konflik dalam diri seseorang terjadi ketika dia mempunyai dua atau lebih kepentingan yang sifatnya bertentangan. Ketika kepentingan- kepentingan itu sama-sama menarik, atau sama- sama tidak menarik, namun dia harus menentukan pilihan, maka terjadilah konflik dalam diri individu yang bersangkutan. Konflik antar individu, terjadi ketika dua individu mempunyai kepentingan yang sama terhadap satu hal, dan mereka sama-sama tidak mau mengalah.

Bisa juga, konflik terjadi ketika mereka mempunyai perbedaan pandangan atau pendapat, dan masing – masing menganggap pendapatnnyalah yang paling benar.

Pertentangan-pertentangan semacam inilah yang menimbulkan konflik antar individu. Rusmadi Murad mengidentikkan suatu konflik sama

6 Jimly Asshiddiqie dan Ali Safa’at, op.

Cit, Hlm. 14.

(7)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

dengan sengketa, ataupun masalah.

Olehnya sifat suatu konflik terkait dibidang pertanahan ada beberapa macam, antara lain:

1. Masalah / persoalan yang menyangkut prioritas untuk dapat ditetapkan sebagai pemegang hak yang sah atas tanah yang berstatus hak, atau atas tanah yang belum ada haknya.

2. Bantahan terhadap sesuatu alas hak / bukti perolehan yang digunkan sebagai dasar pemberian hak (perdata).

3. Kekeliruan/kesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan peraturan yang kurang/tidak benar.

4. Sengketa / masalah lain yang mengandung aspek-aspek sosial praktis (bersifat strategis).7

Setelah lahirnya UUPA girik atau kikitir sudah tidak berlaku lagi sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah. Berdasarkan UUPA bukti kepemilikan yang sah adalah sertipikat hak atas tanah yang didapat melalui pendaftaran hak atas tanah.

Dengan perkataan lain girik tidak lagi memiliki kekuatan hukum sebagai bukti kepemilikan atau tidak diakui lagi sebagai tanda bukti hak atas tanah. Tetapi permasalahannya di kalangan masyarakat secara umum, termasuk juga, instansi pemerintah seperti instansi perpajakan instansi penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan serta PPAT, masih menganggap girik sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah, sehingga masih banyak pula produk-produk pengadilan berupa putusan yang

7 Rusmadi Murad, Penyalesaian Sengketa Hukum Hak Atas Tanah, Alumni, Bandung, 1991, Hlm.23.

menguatkan keberadaan girik sebagai alat bukti kepemilikan.8

Girik adalah surat pajak hasil Bumi / Verponding / Petuk pajak sebelum berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) diakui oleh masyarakat sebagai bukti kepemilikan tanah, karena dalam Girik tersebut dapat memberikan petunjuk bahwa tanah yang bersangkutan adalah tanah Hak Milik Adat dan pemilik tanah (pemegang Girik) tersebut sebagai orang yang membayar pajak. Sehingga pada waktu sebelum berlakuknya UUPA, seseorang yang menguasai tanah (bukan pemilik tanah) meminta untuk membayar pajak akan ditolak.

Menurut AP. Parlindungan terlalu banyak masalah yang ditimbulkan dari penilaian terhadap tanah adat seperti girik, letter c, petuk, grant sultan dan sejenis hak yang berasal dari hak-hak adat.

Pengadilan direpotkan dengan perkara – perkara tanah yang seharusnya telah dikonversi.9 Setelah berlakunya UUPA, dalam ketentuan Konversi UUPA, tanah-tanah Hak Milik Adat akan “di konversi”

(dirubah secara hukum) menjadi Hak Milik yang dapat dipunyai / dimiliki oleh orang yang memenuhi syarat dalam ketentuan Pasal 21 UUPA, yaitu Warga Negara Indonesia Tunggal dan Badan Hukum yang ditunjuk oleh pemerintah dapat memepunyai tanah dengan Hak Milik.

Dalam rangka pemberian jaminan kepastian hukum tersebut, kepada yang mendaftarkan tanahnya

8 Sudaryo Soimin, Status Tanah dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, Hlm. 23.

9 AP. Parlindungan, Konversi Hak – Hak Atas Tanah, Mandar Maju, Bandung, 1994, Hlm.

21.

(8)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

akan diberikan satu dokumen tanda bukti hak yang berfungsi sebagai alat pembuktian yang kuat. Dalam ketentuan Hukum Tanah Nasional dalam hal ini Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut PP No. 24/1997) hanya sertipikat hak atas tanah yang diakui secara hukum sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah yang menjamin kepastian hukum dan dilindungi oleh hukum.

Penerbitan sertipikat dan diberikan kepada yang berhak, bertujuan agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan kepemilikan tanahnya. Sertipikat tersebut berfungsi sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik (obyek: letak, batas, luas dan ada/tidaknya bangunan atau tanaman diatasnya) dan data yuridis (haknya, pemegang haknya siapa, ada/tidaknya beban – beban diatasnya) yang termuat di dalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam Surat Ukur dan Buku Tanah hak yang bersangkutan. Dikatakan sebagai data yang benar, selama tidak ada bukti lain yang membuktikan ketidak benarannya dan tidak perlu ditambah dengan bukti tambahan.10

Sehingga bagi pemegang hak atas tanah yang telah diterbitkan sertipikat hak atas tanah, maka akan mendapat perlindungan hukum dan tidak perlu ada bukti tambahan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 32 ayat (2) PP No. 24/1997 bahwa Ayat (2) : dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau

10 Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah Di Indonesia, Alumni, Bandung, 1991, Hlm. 13.

badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut.

Berdasarkan pengertian pada Pasal 1 angka 20 PP No. 24/1997 sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c Undang- Undang Pokok Agraria untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. Pasal 19 ayat (2) huruf c pada UUPA menentukan bahwa pemberian surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan, dikatakan demikian karena selama tidak ada bukti lain yang membuktikan ketidak benaranya, maka keterangan yang ada dalam sertipikat harus dianggap benar dengan tidak perlu bukti tambahan.

Tanda bukti hak yang merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai macam hak, subyek hak maupun tanahnya.

(9)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

Penerbitan sertifikat dan diberikan kepada yang berhak dimaksudkan agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan haknya. Sedangkan fungsi sertipikat adalah sebagai alat pembuktian kepemilikan hak atas tanah. Hal ini lebih diperkuat lagi dengan dikeluarkannya PP No. 24/1997.

Ketentuan Pasal 32 tersebut adalah dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan menjadi tampak dan dirasakan arti praktisnya sungguhpun sistem publikasi yang digunakan adalah sistem negatif.11

Khususnya pada ayat (2) Pasal 32 tersebut bahwa orang tidak dapat menuntut tanah yang sudah bersertipikat atas nama seseorang atau badan hukum lain, jika selama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya sertipikat itu dia tidak menuntut/mengajukan gugatan pada pengadilan mengenai penguasaan hak atas atau penerbitan sertipikat tersebut. Jadi sertipikat hak atas tanah adalah salinan buku tanah dan surat ukur tersebut kemudian dijilid menjadi satu dengan sampul yang telah ditetapkan bentuknya, sehingga terciptalah sertipikat hak atas tanah.

F. Kesimpulan

Konflik sengketa Tanah Adat di wilayah Kelapa Dua wetan RT001 / RW008 kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur.yang mana tanah tersebut adalah tanah milik adat C 1763, Persil 29 Blok D I Seluas -+

1008m2 yang berasal dari C 151,

11 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999 Dewaruci Press; Jakarta; 1982, Hlm. 21.

Persil 29 Blok D I dengan batas- batas:

- Sebelah utara : jalan setapak perumahan wisma haji kementrian agama RI / Tanah milik Drs. Idrus Syech Abubakar (SHM No. 214)

- Sebelah timur: saluran air (kali jodo) Jl Raya Kelapa Dua Wetan - Sebelah selatan: Tanah milik

Entin Supriatin / Mahyudi (SHM No. 716)

- Sebelah Barat: Tanah milik Said Bin Obed Aljabri (SHM) No.

02289) Perumahan Wisma Haji Kementrian Agama RI

sudah terjadi pada tahun 2002, dan mulai menguak Sengketa pada tahun 2006 di Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

Berdasarkan analisa konflik sengketa terhadap perebutan hak kepemilikan tanah adat milik Ahli Waris Alm Hargo Saputro yang berada di wilayah Kelapa Dua wetan RT001/RW008 kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur.yang mana tanah tersebut sudah bersartifikat hak milik atas nama Sri Sulistiyorini / Muhammad Erwin Syafitri dan Purwo S tetapi ditemukan ketidak benaran pada AJB No.

483/JB/V/1974 tanggal 29 Mei 1974 Di depan PPAT/Camat Pasat Rebo yang tidak terdaftar/ Tidak ditemukaan Buku Register dan Minute Akta dimaksud Kecamatan Pasar Rebo.

Pandangan penulis terhadap penyelesaian akhir dari sengketa tanah adat tersebut ditemukan penyelesaian yang sulit terhadap sengketa yang terjadi. Sengketa tidak akan dapat terselesaikan sejauh kedua pihak kelompok yang memperebutkan hak kepemilikan

(10)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

tanah adat tidak melakukan kesepakatan mengenai siapa nama dari kepemilikan Tanah adat tersebut. Untuk melakukan hal tersebut pun, perlu dilakukan penelusuran terlebih dahulu asal muasal perolehan Tanah adat Tersebut dan menelusuri kebenaran AJB yang dibuktikan.

Hendaknya perlu penelitian mendalam dengan melibatkan para ahli yang memang dapat membuktikan dengan ilmiah tentang asal usul perolehan tanah adat tersebut. Adapun, yang menjadikan masalah ini sulit diselesaikan adalah tuntutan dan pandangan yang berbeda dari kedua belah pihak.

Yang diharapkan penulis agar nantinya pihak-pihak terkait dapat menerima dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan agar benar-benar kedua pihak dapat menerima keputusan tanpa keberatan, sehingga Tanah Adat di wilayah Kelapa Dua wetan RT001/RW008 kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur.yang mana tanah tersebut adalah tanah milik adat C 1763,Persil 29 Blok D I Seluas -+

1008m2 yang berasal dari C 151,Persil 29 Blok D I dapat dimanfaatkan secara semestinya, sesuai kegunaannya.

Daftar Pustaka Buku-Buku

Salinan Putusan Nomor:

41/Pdt.G/2014/PN.JKT.Tim Surat Permohonan Penjelasan AJB

Nomor 483/JB/V/1974 oleh Kecamatan Pasar Rebo

Penjelasan Riwayat Tanah dan Latter C Nomor 151 atas nama Lamun Bin Meran oleh Kelurahan Kelapa Dua Wetan

Heru Nugroho, Menggugat Kekuasaan Negara, Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2001, Hlm.237.

Ibid

Saleh, K. Wantjik, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000, Hlm. 10

Sudaryo Soimin, Status Tanah dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, Hlm. 43 Jimly Asshiddiqie dan Ali Safa’at, Teori

Hans Kelsen Tentang Hukum, Konstitusi Press, Jakarta, Hlm. 13.

Jimly Asshiddiqie dan Ali Safa’at, op.

Cit, Hlm. 14.

Rusmadi Murad, Penyalesaian Sengketa Hukum Hak Atas Tanah, Alumni, Bandung, 1991, Hlm.23.

Sudaryo Soimin, Status Tanah dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, Hlm. 23.

AP. Parlindungan, Konversi Hak – Hak Atas Tanah, Mandar Maju, Bandung, 1994, Hlm. 21

Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak- Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah Di Indonesia, Alumni, Bandung, 1991, Hlm. 13.

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1999 Dewaruci Press; Jakarta;

1982, Hlm. 21.

Undang – Undang

dengan ketentuan Pasal 32 ayat (2) PP No 24/1997 bahwa Ayat (2) : dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak

(11)

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Tanah Berdasarkan Alas Hak (Reecht Title) Atas Sengketa Tanah Di Pengadilan Negeri Perkara No. 41/Pdt.G /2014/PN.Jaktim

diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut

Referensi

Dokumen terkait

pengambilan sampel produk secara periodik dari titik produksi, atau dari pasar, atau keduanya, yang dilanjutkan dengan kegiatan determinasi terhadap sampel yang telah

Berdasarkan keterbatasan yang adapada penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yaitu : (1) menambahkan sampel

Hal ini dapat dilihat dari uji chi kuadrat, yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan tentang gizi berhubungan positif dan signifikan dengan kejadian anemia pada siswi kelas VII SMP N

Hasil penelitian imenunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran modal kerja terhadap profitabilitas melalui variabel intervening perputaran piutang

Dalam desain Uji coba ini menggunakan Metode Forward chaining , Metode Forward chaining adalah metode pencarian atau teknik pelacakan kedepan yang dimulai dengan

Pada penelitian ini dimana sistem tracking sel surya dengan menggunakan metode Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) yang ditanam pada Arduino agar dapat

Berdasarkan pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil dari pembobotan pada alternatif teknologi dengan menggunakan metode AHP yaitu

Apabila lembaga pendidikan Islam berfokus pada konsep mutu yang akan memberikan kepuasan pada pelanggan maka Total Quality Management (TQM) dapat menjadi salah