• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

AFRIRA SYUHANA

090502059

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: apakah terdapat perbedaan pada kinerja perusahaan sebelum dan sesudah dilakukannya right issue pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, apakah terdapat perbedaan antara kinerja perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue, dan apakah right issue berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan yang melakukan right issue yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah dilakukanya right issue, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue, dan untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh yang signifikan right issue terhadap kinerja perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin (NPM) sebelum dan sesudah perusahaan melakukan right issue yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin antara perusahaan issuer dan nonissuer yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dan right issue berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover ratio (TATO), return on assets (ROA) dan net profit margin (NPM) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan 26 sampel perusahaan issuer dan 26 perusahaan nonissuer sebagai sampel pembanding. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perusahaan yang melakukan right issue periode 2007-2009. Metode pengumpulan data adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis data, yaitu: hipotesis pertama dengan paired sample t test, hipotesis kedua dengan independent sample t test, dan hipotesis ketiga dengan analisis regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan net profit margin sebelum dan setelah melakukan right issue. Namun, kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan current ratio, debt ratio, total asset turnover, dan return on asset tidak ada perbedaan sebelum dan setelah melakukan right issue, 2) Tidak ada perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan yang melakukan right issue dan perusahaan yang tidak melakukan right issue, dan 3) Right issue berpengaruh negatif dan signifikan terhadap debt ratio dan net profit margin. Namun, right issue berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap current ratio dan return on asset, dan right issue berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap total asset turnover.

(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE RIGHT ISSUE ON THE COMPANY’S PERFORMANCE LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

The formula of problem in this research are: is there a diference in a company’s

performance before and after execution of a right issue at company listed on Indonesia

Stock Exchange, is there a diference between companies’s performance which execution

of a right issue and the companies that do not, and is a right issue significantly influence

the company’s performance that execution right issue listed on Indonesia Stock Exchange. This research aimed to determine whether there is difference in companies’s

performance before and after the execution of a rights issue, whether there are

differences in companies’s performance which execution of a right issue and the

companies that do not, and to analyze whether there is a significant influence on companies listed on the Indonesia Stock Exchange.

Hypothesis in this research are: there is a diference in a company’s performance

at current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin before and after execution of a right issue at company listed on Indonesia Stock

Exchange. There is a diference on the companies’s performance at current ratio, debt

ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin between issuer companies and nonissuer companies, and a right issue influence on the companies’s performance at current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin listed on Indonesia Stock Exchange.

The sample is 26 issuer companies and 26 nonissuer companies as a sample comparison in this research. This research uses secondary data sourced from financial statements of companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) and conduct a rights issue from 2007 to 2009. Data collection method is a quantitative approach by data analysis techniques that the first hypothesis is paired sample t test, the second hypothesis is independent sample t test, and the third hypothesis is simple regression analysis.

The results of this research in that: 1)There is a difference in a company's financial performance proxied by net profit margin before and after execution of the rights issue. While there is no difference in the company's financial performance proxied by the current ratio, debt ratio, total asset turnover, and return on assets before and after execution of the rights issue, 2) There is no difference in financial performance between companies that conduct a rights issue and the companies that do not, and 3) Right issue influences negatively and significant to the company's financial performance by the debt ratio and the net profit margin. But the right issue influences positively and not significant to the financial performance by the current ratio, and return on assets, and right issue influences negatively and not significant to the company's financial performance by total asset turnover.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr.Wb.

Segala kehormatan, keberkahan, dan kebaikan hanya tercurah kepada Allah SWT. Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT karena atas limpahan hidayah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Tak lupa penulis mengucapkan shalawat berangkaikan salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang diutus oleh-Nya sebagai rahmatan lil’alamiin, semoga kita mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Amin Ya Rabbal’Alamiin.

Skripsi ini berjudul “PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA”, selama menyelesaikan penulisan skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan, motivasi, dan doa dari berbagai pihak.Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta, yaitu: Ayahanda Suyatno dan Ibunda Elly Supina. Tak lupa penulis ingin menghaturkan terimakasih dengan hati yang tulus kepada: 1. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak selaku Pelaksana tugas Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie MSi., selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen

(5)

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi

Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Dosen Pembaca Nilai yang telah

memberikan kritik dan saran atas penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen, seluruh staf serta para pegawai Departmen

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Adik – adikku tercinta: Kahfi Dwi Kurnia, Hasnul Tri Syura, dan Gilang

Maulana Akasa atas perhatian dan bantuannya.

9. Sahabat, teman, dan rekan mahasiswa stambuk 2009: Asih, Yanti, Yohana,

Afni, Arum, Ros, Efendi, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, yang telah memberikan perhatian, dukungan, dan doa.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan kita senantiasa mendapatkan limpahan Rahmat dan Karunia dari Allah SWT.

Medan, Maret 2013 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Right Issue ... 11

2.2. Struktur Modal ... 15

2.3. Kinerja Keuangan ... 17

2.3.1. Rasio Likuiditas ... 21

2.3.2. Rasio Leverage ... 23

2.3.3. Rasio Aktivitas ... 24

2.3.4. Rasio Profitabilitas ... 26

2.4. Hubungan Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan ... 27

2.4.1. Hubungan Right Issue Terhadap Current Ratio ... 28

2.4.2. Hubungan Right Issue Terhadap Debt Ratio ... 30

2.4.3. Hubungan Right Issue Terhadap Total Asset Turnover ... 31

2.4.4. Hubungan Right Issue Terhadap Return on Assets ... 31

2.4.5. Hubungan Right Issue Terhadap Net Profit Margin ... 32

2.5. Penelitian Terdahulu ... 33

2.6. Kerangka Konseptual ... 45

2.7. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 52

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

3.2.1. Tempat Penelitian ... 52

3.2.2. Waktu Penelitian ... 52

3.3. Batasan Operasional ... 52

3.4. Definisi Operasional ... 53

3.5. Populasi Penelitian ... 56

3.6. Jenis Data ... 58

3.7. Metode Pengumpulan Data ... 59

3.8. Teknik Analisis Data ... 59

3.8.1. Teknik Analisis Data Hipotesis Pertama ... 59

(7)

3.8.3. Teknik Analisis Data Hipotesis Ketiga ... 62

3.8.3.1. Uji Normalitas ... 65

3.8.3.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 65

3.8.3.3. Koefisien Determinasi ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ... . 67

4.1.1. Perusahaan yang Melakukan Right Issue yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia ... 67

4.1.2. Perusahaan yang Tidak Melakukan Right Issue yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia ... 77

4.2. Hasil Penelitian ... 78

4.2.1. Statistik Deskriptif ... 78

4.2.1.1. Statistik Deskriptif Hipotesis Pertama ... 78

4.2.1.2. Statistik Deskriptif Hipotesis Kedua dan Ketiga ... 81

4.2.2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 84

4.2.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama... 84

4.2.2.2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 87

4.2.2.3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 93

4.3. Pembahasan ... 102

4.3.1. Perbedaan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Melakukan Right Issue ... 102

4.3.2. Perbedaan Antara Kinerja Perusahaan yang Melakukan Right Issue dengan Perusahaan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 103

4.3.3. Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Keuangan ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 106

5.2. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Offering Right Issue antara Tahun 2005 – 2011 ... 5

1.2 Perbandingan Perusahaan Indoexchange dan Charoen Pokphand Indonesia Tbk Sebelum dan Sesudah melakukan Right Issue………..………... 7

1.3 Perbandingan Perusahaan Dharma Samudera Fishing dan Barito Pacific Tbk Sebelum dan Sesudah Melakukan Right Issue ………... 8

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... ………….…… 42

3.1 Ringkasan Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 55

3.2 Kriteria Sampel ... 57

3.3 Kriteria Sampel Perusahaan Nonissuer ... 58

4.1 Statistik Deskriptif Pada Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, dan Net Profit Margin yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. ... 77

4.2 Statistik Deskriptif Perusahaan Issuer dan Nonissuer Pada Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, Return on Asset, dan Net Profit Margin yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia ... 81

4.3 Paired Samples t- TestPerbedaan Current Ratio Sebelum dan Setelah Melakukan Right Issue ... 84

4.4 Paired Samples t - Test Perbedaan Debt Ratio Sebelum dan Setelah Melakukan Right Issue ... 85

4.5 Paired Samples t - Test Perbedaan Total Asset Turnover Sebelum dan Setelah melakukan Right Issue ... 86

4.6 Paired Samples t- Test Perbedaan Return on Asset Sebelum dan Setelah Melakukan Right Issue ... 86

4.7 Paired Samples t - Test Perbedaan Net Profit Margin Sebelum dan Setelah Melakukan Right Issue ... 87

4.8 Independent Samples t - Test Perbedaan Current Ratio Pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue dan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 88

4.9 Independent Samples t - Test Perbedaan Debt Ratio Pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue dan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 89

(9)

Pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue

dan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 91 4.12 Independent Samples t-TestPerbedaan Net Profit Margin

Pada Perusahaan yang Melakukan Right Issue

dan yang Tidak Melakukan Right Issue ... 92 4.13 Uji Normalitas Pengaruh Right Issue Terhadap

Current Ratio ... 93 4.14 Uji Normalitas Pengaruh Right Issue Terhadap Debt Ratio ... 93 4.15 Uji Normalitas Pengaruh Right Issue Terhadap

Total Asset Turnover ... 94 4.16 Uji Normalitas Pengaruh Right Issue Terhadap

Return on Asset ... 94 4.17 Uji Normalitas Pengaruh Right Issue Terhadap

Net Profit Margin ... 94 4.18 Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Right Issue Terhadap

Current Ratio ... 95 4.19 Koefisien Determinasi Pengaruh Right Issue Terhadap

Current Ratio ... 96 4.20 Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Right Issue Terhadap

Debt Ratio. ... 97 4.21 Koefisien Determinasi Pengaruh Right Issue Terhadap

Debt Ratio. ... 98 4.22 Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Right Issue Terhadap

Total Asset Turnover ... 98 4.23 Koefisien Determinasi Pengaruh Right Issue Terhadap

Total Asset Turnover ... 99 4.24 Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Right Issue Terhadap

Return on Asset ... 99 4.25 Koefisien Determinasi Pengaruh Right Issue Terhadap

Return on Asset ... 100 4.26 Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Right Issue Terhadap

Net Profit Margin ... 101 4.27 Koefisien Determinasi Pengaruh Right Issue Terhadap

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual Hipotesis Pertama ... 48 2.2. Kerangka Konseptual Hipotesis Kedua ... 49 2.3. Kerangka Konseptual Hipotesis Ketiga ... 50

(11)

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE RIGHT ISSUE ON THE COMPANY’S PERFORMANCE LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

The formula of problem in this research are: is there a diference in a company’s

performance before and after execution of a right issue at company listed on Indonesia

Stock Exchange, is there a diference between companies’s performance which execution

of a right issue and the companies that do not, and is a right issue significantly influence

the company’s performance that execution right issue listed on Indonesia Stock Exchange. This research aimed to determine whether there is difference in companies’s

performance before and after the execution of a rights issue, whether there are

differences in companies’s performance which execution of a right issue and the

companies that do not, and to analyze whether there is a significant influence on companies listed on the Indonesia Stock Exchange.

Hypothesis in this research are: there is a diference in a company’s performance

at current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin before and after execution of a right issue at company listed on Indonesia Stock

Exchange. There is a diference on the companies’s performance at current ratio, debt

ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin between issuer companies and nonissuer companies, and a right issue influence on the companies’s performance at current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, dan net profit margin listed on Indonesia Stock Exchange.

The sample is 26 issuer companies and 26 nonissuer companies as a sample comparison in this research. This research uses secondary data sourced from financial statements of companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) and conduct a rights issue from 2007 to 2009. Data collection method is a quantitative approach by data analysis techniques that the first hypothesis is paired sample t test, the second hypothesis is independent sample t test, and the third hypothesis is simple regression analysis.

The results of this research in that: 1)There is a difference in a company's financial performance proxied by net profit margin before and after execution of the rights issue. While there is no difference in the company's financial performance proxied by the current ratio, debt ratio, total asset turnover, and return on assets before and after execution of the rights issue, 2) There is no difference in financial performance between companies that conduct a rights issue and the companies that do not, and 3) Right issue influences negatively and significant to the company's financial performance by the debt ratio and the net profit margin. But the right issue influences positively and not significant to the financial performance by the current ratio, and return on assets, and right issue influences negatively and not significant to the company's financial performance by total asset turnover.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Setiap perusahaan baik perusahaan manufaktur, perdagangan dan jasa pasti

menginginkan kinerja yang baik diperusahaanya. Kinerja yang baik itu

dilaksanakan untuk mencapai tujuan kuantitatif dan kualitatif perusahaan. Tujuan

kuantitatif adalah tujuan yang berorientasi pada laba optimal, sedangkan tujuan

kualitatif adalah tujuan yang dilaksanakan dari misi operasional perusahaan

sebagai bagian dari tujuan kuantitatif. Namun, perubahan globalisasi sangat cepat,

sehingga tidak hanya memberikan manfaat, juga memberikan kerugian yang dapat

diderita perusahaan. Perubahan globalisasi yang memberikan manfaat tentu tidak

menjadi masalah bagi perusahaan, tetapi perubahan globalisasi yang memberikan

kerugian yang menjadi prioritas perhatian perusahaan. Masalah kerugian

perusahaan dapat membuat perusahaan mengambil kebijakan untuk melakukan

perampingan tenaga kerja ataupun likuidasi.

Kerugian terburuk yang dapat diderita perusahaan adalah kesulitan

keuangan (financial distress) yang kemungkinaan dapat menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan. Untuk itu perusahaan harus meningkatkan kinerja

perusahaanya baik kinerja non keuangan dan keuangan. Kinerja non keuangan

adalah kinerja yang dinilai tidak berdasarkan ukuran-ukuran angka, seperti:

(13)

yang dinilai berdasarkan ukuran angka, dimana anggaran disesuaikan dengan

realisasi anggarannya.

Analisis kinerja perusahaan diutamakan pada kinerja keuangan perusahaan

karena kinerja keuangan yang akan mempengaruhi kinerja non keuangan. Selain

itu kinerja keuangan juga akan mempengaruhi perusahaan dalam bertindak untuk

mempertahankan dan mengembangkan perusahaan. Tindakan tersebut dilakukan

dengan membandingkan kinerja secara internal dan eksternal. Tindakan internal

adalah membandingkan perusahaan saat ini dan sebelumnya, sedangkan tindakan

eksternal adalah membandingkan kinerja perusahaan dengan pesaing lainnya

(competitive benchmarking).

Tindakan–tindakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan

dilakukan dengan strategi dan taktis perusahaan yang terbaik agar dapat

berproduksi secara efektif dan efisien. Tindakan tersebut dilakukan untuk

meramalkan keuntungan dan dividen di masa mendatang yang sangat diperhatikan

perusahaan umumnya dan khususnya para pemegang saham. Hal ini dapat dinilai

salah satunya dengan menggunakan analisis rasio dengan menggunakan laporan

keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:94) akan melibatkan “1) membandingkan kinerja perusahaan dengan

kinerja dari perusahaan–perusahaan lain dalam industri yang sama dan 2)

mengevaluasi tren posisi keuangan perusahaan dari waktu ke waktu”.

Analisis rasio sering digunakan karena memberikan interpretasi yang

sesuai dengan kondisi perusahaan yang menjelaskan hubungan yang saling terkait

(14)

keuangan memiliki beberapa bagian yang berbeda menurut beberapa ahli.

Menurut Brigham dan Houston (2006:95-111) terbagai atas 5 (lima) kelompok,

yaitu:

1) Rasio Likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang menunujukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. 2) Rasio Manajemen Aktiva (asset management ratio) adalah serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola aktiva–aktivanya. 3) Rasio Manajemen Utang (leverage ratio) adalah penggunaan pendanaan melalui utang. 4) Rasio Profitabilitas (profitability ratio) adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek–efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil–hasil operasi. 5) Rasio Nilai Pasar (market value ratio) adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per lembar sahamnya.

Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:72), yaitu:

1) Rasio leverage (leverage ratio) memperlihatkan seberapa besar utang perusahaan. 2) Rasio likuiditas (liquidity ratio) mengukur seberapa mudah perusahaan dapat memegang kas. 3) Rasio efesiensi (efficiency ratio) atau rasio tingkat perputaran (turnover ratio) mengukur seberapa produktif perusahaan menggunakan aset–asetnya. 4) Rasio profitabilitas (profitability ratio) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi perusahaan.

Pada dasarnya analisis rasio dalam laporan keuangan dilakukan untuk

melakukan tindakan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Tindakan tersebut

salah satunya dalam hal kinerja keuangan, yakni: pendanaan atau pembiayaan

perusahaan untuk menanggulangi kesulitan keuangan (financial distress). Dikarenakan terjadi ketidakseimbangan finansial perusahaan, antara aktiva dan

pasiva perusahaan. Pendanaan atau pembiayaan perusahaan dapat dilakukan

dengan modal sendiri atau pinjaman. Modal sendiri atau ekuitas adalah sumber

(15)

pinjaman adalah sumber dana yang berasal dari utang baik utang jangka pendek

ataupun utang jangka panjang.

Pendanaan atau pembiayaan menggunakan modal atau pinjaman adalah

keputusan yang saling melengkapi. Namun, pertimbangan dalam memilih antara

pendanaan atau pembiayaan dengan modal atau pinjaman harus diperhatikan,

seperti: tingkat suku bunga, rasio utang terhadap modal sendiri (debt to equity

ratio), besarnya dana yang diperlukan, kondisi pasar modal dan apresiasi pasar. Pendananan dengan modal adalah pendanaan jangka panjang atau lebih tepat

dikatakan sebagai pembiayaan, yang menjadi alternatif pilihan pendanaan yang

sering dilakukan perusahaan karena modal merupakan sumber pembiayaan

internal yang tindakannya mudah dan cepat. Namun, tidak hanya itu pembiayaan

dengan modal dilakukan karena pertimbangan pinjaman kurang atau tidak

memadai dan kurang atau tidak menguntungkan.

Pembiayaan modal banyak dilakukan perusahaan dengan menjadi

perusahaan go public, dimana perusahaan memasuki pasar modal. Hal itu dilakukan untuk lebih mudah dalam mendapatkan modal dengan pasar modal

sebagai wadah ataupun alternatif sumber pembiayaan perusahaan. Setelah

perusahaan tercatat atau listed di bursa efek maka perusahaan dapat melakukan penawaran saham, salah satu penawaran perusahaan dengan right issue.

Right Issue adalah hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), dimana merupakan penawaran umum saham terbatas. Menurut Gitman (2009:284) yaitu:

(16)

shares are either closely owned or publicly owned and not actively traded. (Dalam rights issue, perusahaan memberikan hak kepada pemegang saham. Instrumen keuangan ini memungkinkan pemegang saham untuk membeli saham tambahan dengan harga di bawah harga pasar, dalam proporsi langsung dengan jumlah saham yang dimiliki mereka. Rights digunakan terutama oleh perusahaan-perusahaan kecil yang sahamnya baik milik sendiri atau milik publik dan tidak aktif diperdagangkan).

Secara umum right issue ditujukan untuk memperkuat permodalan suatu perusahaan. Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan,

misalnya: melakukan ekspansi usaha, melunasi pembayaran utang atau akusisi

internal. Selain itu right issue juga merupakan tindakan pencegahan terhadap

penerbitan saham baru agar tidak mengurangi jumlah kepemilikan saham.

Tindakan right issue ini tentu harus memberikan hasil yang sesuai harapan perusahaan dan para pemegang saham, yakni peningkatan yang lebih baik

terhadap kinerja perusahaan. Namun right issue juga dapat tidak memberikan hasil yang sesuai terhadap kinerja perusahaan.

Tindakan right issue juga dapat dilihat dari perkembangan penawaran

(offerings) right issue, yang mengalami perubahan pada tren penawarannya (offerings) pada pasar modal. Berikut perkembangan penawaran (offerings) right

issue antara tahun 2005-2011, yaitu:

Tabel 1.1

Perkembangan OfferingsRight Issue antara Tahun 2005-2011 No. Tahun

Rights Offerings

Shared Issued (Lembar) Fund Raised (Rp Miliar)

1. 2005 36.572.716583 5.812

2. 2006 47.196.323.644 12.583

3. 2007 54.251.932.669 29.497

4. 2008 146.967.890.026 56.610

5. 2009 14.073.644.764 8.557

6. 2010 162.557.830.573 48.161

7. 2011 116.304.201.131 42.141

(17)

Dari Tabel 1.1 Perkembangan Offerings Right Issue antara tahun

2005-2011 menunjukkan perubahan tren hasil penawaran. Pada tahun 2005-2006

shared issue meningkat 29,05% dan fund raised meningkat 37,24%, pada tahun

2006-2007 shared issue meningkat 14,95% dan fund raised meningkat 134,42%, pada tahun 2007-2008 shared issue meningkat 170,90% dan fund raised meningkat 91,91%, pada tahun 2008-2009 shared issue menurun –9,04% dan

fund raised menurun -84,88%, pada tahun 2009-2010 shared issue meningkat 10,55% dan fund raised meningkat 462,77%, dan pada tahun 2010-2011 shared issue menurun –28,45% dan fund raised menurun -12,50%.

Shared issue dan fund raised pada tahun 2005-2008 tetap terus meningkat, walaupun mengalami persentasi peningkatan yang berbeda–beda. Namun, tahun

2008-2009 ternyata rights offerings mengalami penurunan yang sangat besar, yakni: shared issue menurun dari 170,90% (tahun 2008) menjadi -9,04% (tahun 2009) dan fund raised menurun dari 91,91% (tahun 2008) menjadi –84,88%

(tahun 2009). Pada tahun 2009-2010 rights offerings mengalami peningkatan kembali, yakni: shared issue meningkat menjadi 10,55% dan fund raised

meningkat menjadi 462,77%. Walaupun pada tahun 2008-2009 mengalami

penurunan yang sangat besar, tetapi pada tahun 2009-2010 persentasi fund raised adalah peningkatan persentase tertinggi selama tahun 2005-2011.

Tindakan right issue yang dapat dilihat dari perkembangan penawaran (offerings) right issue pada pasar modal juga dapat terlihat bagaimana pengaruh

(18)

keuangan. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan yang melakukan right

issue antara tahun 2007-2009. Selain itu periode pengamatan dalam penelitian ini untuk melihat kinerja perusahaan diperlukan hanya laporan keuangan dua tahun

sebelum melakukan right issue dan setelah melakukan right issue.

Permasalahan dalam pengaruh right issue terhadap kinerja perusahaan dapat terlihat dengan perbandingan menggunakan rasio dua tahun sebelum

melakukan right issue dan setelah melakukan right issue. Untuk melihat pengaruh right issue dapat sesuai harapan dan tidak sesuai dengan harapan perusahaan.

Berikut perbandingan Perusahaan Indoexchange dan Charoen Pokphand Indonesia

Tbk sebelum dan sesudah melakukan right issue. Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang mengalami peningkatan yang paling besar dari perusahaan issuer

lain.

Tabel 1.2

Perbandingan Perusahan Indoexchange dan Charoen Pokphand Indonesia Tbk Sebelum dan Sesudah Melakukan Right Issue

No Kode Nama Perusahaan

Waktu Rasio Kinerja Perusahaan CR

(x)

DR (x)

TATO (x)

ROA (%)

NPM (x) 1. INDX Indoexchange

Tbk

Sebelum 4.54 4 0.13 -987,13 -78.83 Sesudah 3.96 0.70 0.20 0.21 0.01

2. CPIN Charoen

Pokphand Indonesia Tbk

Sebelum 1.32 0.76 2.11 1.57 0.01 Sesudah 1.82 0.45 2.72 30.15 0.11 Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2012 (Data diolah)

Dari Tabel 1.2 Perbandingan Perusahan Indoexchange yang bergerak pada

sub sektor computer and service dan Charoen Pokphand Indonesia Tbk yang bergerak pada sub sektor animal feed sebelum dan sesudah melakukan right issue, yang menunjukkan bahwa terdapat perubahan perbandingan perusahaan sebelum

(19)

sesusai dengan harapan perusahaan, yang mana perubahan terjadi sangat besar

terhadap kinerja perusahan, yaitu rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio (CR), rasio leverage diproksikan dengan debt ratio (DR), rasio aktivitas

diproksikan dengan total asset turnover (TATO), dan rasio profitabilitas diproksikan dengan Return on asset (ROA) dan Net Profit Margin (NPM).

Selain dengan melihat perubahan right issue terhadap kinerja pada

perusahaan yang mengalami peningkatan dan sesuai harapan. Right issue juga dapat tidak memberikan hasil yang sesuai terhadap kinerja perusahaan. Untuk itu

berikut perbandingan perusahaan Dharma Samudera Fishing dan Barito Pacific

Tbk sebelum dan sesudah melakukan right issue, tetapi dengan perubahan yang menurun, yaitu:

Tabel 1.3

Perbandingan Perusahan Dharma Samudera Fishing dan Barito Pacific Tbk Sebelum dan Sesudah melakukan Right Issue

No Kode Nama Perusahaan

Waktu Rasio Kinerja Perusahaan CR

(x)

DR (x)

TATO (x)

ROA (%)

NPM (x)

1. DSFI Dharma

Samudera Fishing Industries

Sebelum 1.27 0.48 1.30 0.23 0.00 Sesudah 0.52 0.88 1.20 -71.63 - 0.60

2. BRPT Barito Pacific Tbk

Sebelum 1.18 0.54 0.36 29.98 0.84 Sesudah 2.16 0.46 0.88 3.34 0.04 Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2012 (Data diolah)

Dari Tabel 1.3 Perbandingan Perusahan Dharma Samudera Fishing yang

bergerak pada sub sektor fishery dan Barito Pacific Tbk yang bergerak pada sub

sektor chemicals sebelum dan sesudah melakukan right issue menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan right issue tidak memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapankan. Perubahan yang terjadi sangat besar terhadap kinerja

(20)

rasio leverage diproksikan dengan debt ratio (DR), rasio aktivitas diproksikan

dengan total asset turnover (TATO), dan rasio profitabilitas diproksikan dengan return on asset (ROA) dan net profit margin (NPM). Tentu hal ini menujukkan

kinerja perusahaan yang semakin buruk, sehingga dapat mengurangi kepercayaan

para pemegang saham.

Berdasarkan latar belakang, maka penelitian ini berjudul sebagai berikut: “Pengaruh Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan yang Tercatat Di

Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pada kinerja perusahaan sebelum dan sesudah

dilakukannya right issue pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah terdapat perbedaan antara kinerja perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue?

3. Apakah right issue berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan yang

melakukan right issue yang tercatat di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan

(21)

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja perusahaan yang melakukan

right issue dengan perusahaan yang tidak melakukan right issue.

3. Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh yang signifikan right issue terhadap

kinerja perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh, yaitu:

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan

peneliti mengenai Pengaruh Right Issue terhadap Kinerja Perusahaan yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Emiten

Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan mengetahui kinerja

keuangan perusahannya sebelum dan sesudah melakukan right issue, serta kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue dengan perusahaan

yang tidak melakukan right issue. c. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat membantu para investor mengetahui kinerja

keuangan perusahaan dengan melihat likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas perusahaan sebelum melakukan investasi.

d. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan

informasi bagi pihak yang ingin melakukan pengembangan mengenai pengaruh

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Right Issue

Right Issue adalah hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), dimana

merupakan penawaran umum saham terbatas. Penawaran umum saham terbatas

ini merupakan saham tambahan yang diterbitkan perusahaan yang telah go public

atau sering disebut penawaran tambahan (seasoned offering). Menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007:421), “Perusahaan publik bisa menerbitkan sekuritas,

baik dengan melakukan penawaran kas umum pada investor secara umum atau

dengan melakukan penawarn umum terbatas (right issue)”. Menurut Gitman (2009:284), yaitu:

In a rights offering, the firm grants rights to its shareholders. These financial instrument allow stockholders to purchase additional shares at a price below the market price, in direct proportion to their number of owned shares. Rights are used primarily by smaller corporations whose shares are either closely owned or publicly owned and not actively traded. (Dalam rights issue, perusahaan memberikan hak kepada pemegang saham. Instrumen keuangan ini memungkinkan pemegang saham untuk membeli saham tambahan dengan harga di bawah harga pasar, dalam proporsi langsung dengan jumlah saham yang dimiliki mereka. Rights digunakan terutama oleh perusahaan-perusahaan kecil yang sahamnya baik milik sendiri atau milik publik dan tidak aktif diperdagangkan).

Sedangkan Van Horne dan Wachowicz (2007:327) menyatakan, “Hak

memesan efek terlebih dahulu ; penjualan sekuritas baru dimana pemegang saham

lama diberikan keutamaan dalam pembelian sekuritas ini hingga sejumlah bagian

saham biasa yang mereka miliki disebut juga rights offering”. Dikatakan

demikiaan disebabkan para pemegang saham lama dapat menerima satu hak beli

(23)

sekuritas membutuhkan hak atas saham dengan jumlah tertentu. Hak tersebut

menunjukkan opsi jangka pendek atas pembelian sekuritas baru dengan harga

pendaftaran.

Right issue adalah salah satu tindakan corporate action yang menurut

peraturan perdagangan BEI, corporate action merupakan tindakan emiten yang memberikan hak kepada seluruh pemegang saham dari jenis dan kelas yang sama

seperti hak untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), hak untuk

memperoleh dividen tunai, saham dividen, saham bonus, Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu, Waran, atau hak-hak lainnya.

Menurut Anoraga dan Kartika (2008:72), Right merupakan “salah satu jenis opsi yang merupakan derivatif (turunan) dari efek yang sebenarnya dan

mempunyai masa hidup yang singkat. Di Indonesia right issue diatur dalam peraturan Bapepam No. IX.D1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih dahulu khususnya butir 2 disebutkan bahwa “Apabila suatu perusahaan telah melakukan

Penawaran Umum saham atau perusahaan publik bermaksud untuk menambah

modal sahamnya, termasuk melalui penerbitan Waran atau Efek Konversi, maka

setiap pemegang saham harus diberi Hak Memesan efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan mereka”.

Secara umum right issue ditujukan untuk memperkuat permodalan suatu

perusahaan. Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya: melakukan ekspansi usaha, melunasi pembayaran utang atau akusisi

(24)

Tindakan right issue ini tentu harus memberikan hasil yang sesuai harapan

perusahaan dan para pemegang saham. Didalam memenuhi harapan para

pemegang saham right issue sangat terkait dengan pre-emptive right/hak prioritas

(hak yang dimiliki oleh pemegang saham lama untuk mempertahankan porsi

kepemilikannya dalam perusahaan).

Berdasarkan pre-emptive right/hak prioritas maka perusahaan harus

memberikan hak atas saham (right) untuk setiap lembar saham biasa yang dimiliki oleh para pemegang saham lama. Hak atas saham bermanfaat bagi para pemegang

saham opsi untuk membeli right issue sesuai dengan klausal penawaran dengan periode umumnya tiga minggu atau kurang. Klausal penawaran adalah hak atas

saham yang dibutuhkan untuk membeli right issue dalam jumlah saham

tambahan, harga pembelian per lembar dan tanggal kadaluarsa penawaran

tersebut.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:328) ada 3 (tiga) pilihan yang

dilakukan para pemilik hak atas right issue, yaitu:

1) Menggunakan haknya dan membeli saham tambahan, 2) Menjual haknya, karena memang dapat dipindahtangankan, 3) Tidak melakukan apapun dan membiarkan hak tersebut kadaluarsa. Di dalam pemilihan tersebut para pemegang saham yang rasional akan memilih pilihan terakhir jika pemegang saham memiliki saham dalam jumlah yang sedikit atau nilai atas saham dapat diabaikan.

Pilihan terakhir bila dilakukan akan memiliki dampak bagi pemegang

saham menurut Anoraga dan Kartika (2008:72–73), yaitu: “1) dilusi

(berkurangnya proporsi kepemilikan pemegang saham yang tidak menggunakan

haknya), 2) mengurangi ROI (return on onvestment) dengan bertambahnya saham

(25)

kepada pemegang saham. Pada hakikatnya right issue tidak terpisahkan dari

strategi perusahaan untuk memperkuat daya saing (competitive position).

Namun, tindakan dalam menawarkan right issue tidak selalu diterima oleh

para pemegang saham, sehingga sering terjadi pro dan kontra di kalangan

pemegang saham. Padahal diketahui right issue memiliki keterikatan hubungan yang tidak terpisahkan dengan strategi perusahaan untuk memperkuat daya saing

(competitive position). Untuk itu para pemegang saham akan menelaah setiap tindakan dalam melakukan hak atas right issue. Tindakan tersebut dilihat dari

keuntungan dan kelemahan perusahaan melakukan right issue, menurut Aini (2009:15), yaitu:

1. Keuntungan right issue, yaitu:

a. Salah satu sumber dana bagi perusahaan

b. Tidak memerlukan prosedur dan aturan yang ketat seperti halnya dengan penawaran umum perdana atau go public

c. Right issue dapat dikombinasikan dengan derivatif efek lainnya, seperti warrant atau convertible stock.

2. Kelemahan right issue, yaitu:

a. Belum ada peraturan mengenai penggunaan right issue

b. Adanya perubahaan harga saham setelah dilakukannya right issue c. Adanya dilusi, yaitu: pengurangan persentasi kepemilikan dari

pemegang saham lama jika tidak digunakan right issue tersebut.

Keuntungan dan kelemahan perusahaan melakukan right issue juga harus mempertimbangkan beberapa hal dalam menelah right issue, menurut Fakhruddin

(2008:220–221), sebagai berikut: “latar belakang dilakukannya right issue, tujuan right issue, rencana penggunaan dana hasil right issue, kinerja keuangan emiten setelah right issue, dan harga pelaksanaan, serta rasio right issue”. Pertimbangan

(26)

meningkatkan perdagangan saham. Bagi para pemegang saham tindakan right

issue diharapkan hasilnya sesuai dengan tujuan jangka panjang untuk mempertahankan tingkat kepemilikan saham dengan menggunakan haknya dalam

membeli tambahan saham.

2.2. Struktur Modal

Struktur modal, menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:232) adalah “bauran (atau proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang

diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa”. Jadi struktur

Modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham

preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Dimana

keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan

operasional perusahaan. Keputusan Struktur Modal yang diambil oleh manajer

tidak hanya berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga

berpengaruh terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan.

Modal menunjukkan dana jangka panjang pada suatu perusahaan yang

meliputi semua bagian di sisi kanan neraca perusahaan, kecuali utang jangka

pendek. Untuk itu modal, yaitu:

a. Modal Pinjaman

Modal pinjaman didalam struktur modal hanya semua pinjaman jangka

panjang yang diperoleh perusahaan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:324), “utang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka

(27)

Pemberi dana biasanya meminta return yang paling kecil atas segala jenis modal

jangka panjang menurut Sundjaja dan Barlian (2002:240) karena:

1. Modal pinjaman mempunyai prioritas lebih dahulu bila terjadi tuntutan atas pendapatan/aktiva yang tersedia untuk pembayaran. 2. Modal pinjaman mempunyai kekuatan hukum atas pembayaran dibandingkan dengan pemegang saham prefern atau saham biasa. 3. Bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak, maka biaya modal pinjaman yang sebenarnya secara substansial menjadi lebih rendah.

b. Modal Sendiri (Ekuitas)

Modal sendiri/ekuitas merupakan dana jangka panjang yang diperoleh dari

pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:240), “Modal sendiri atau equity capital adalah dana jangka panjang

perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang

terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa) serta laba ditahan”. Pendanaan dengan modal sendiri akan menimbulkan opportunity cost.

Tidak seperti modal pinjaman yang harus dibayar pada tanggal tertentu di masa

yang akan datang, modal sendiri diharapkan tetap dalam perusahaan untuk jangka

waktu yang tidak terbatas.

Di dalam penelitian ini perusahaan menggunakan modal sendiri karena

mengeluarkan right issue. Perubahan struktur modal dengan penerbitan right issue

diharapkan berpengaruh positif terhadap return perusahaan. Struktur modal merupakan masalah yang penting karena kinerja keuangan didapat dari baik atau

buruknya struktur modal. Struktur modal yang kurang baik dengan jumlah hutang

yang sangat tinggi akan membebani perusahaan yang bersangkutan, sedangkan

menerbitkan saham baru menyebabkan perubahan struktur modal yang akan

(28)

2.3.Kinerja Keuangan

Perkembangan perusahaaan sangat perlu diperhatikan dan diketahui baik

oleh perusahaan, pemegang saham, ataupun investor baru. Hal itu diperlukan

untuk mengambil keputusaan untuk perusahaan paling tidak untuk lima tahun

terakhir, dimana dilakukan baik perusahaan dalam proses perkenalan,

perkembangan, maturity ataupun decline. Kinerja keuangan adalah kinerja yang

dinilai berdasarkan ukuran angka, dimana anggaran disesuaikan dengan realisasi

anggarannya. Tindakan tersebut dilakukan dengan membandingkan kinerja secara

internal dan eksternal. Tindakan internal adalah membandingkan perusahaan saat

ini dan sebelumnya, sedangkan tindakan eksternal adalah membandingkan kinerja

perusahaan dengan pesaing lainnya (competitive benchmarking).

Untuk itu dilakukan analisis laporan keuangan diperusahaan dan juga

diperlukan data keuangan masa lalu agar dapat diperkirakan untuk tahun – tahun

berikutnya. Analisis laporan keuangan dapat diketahui dengan tingkat keuangan

perusahaan dan hasil perusahaan tersebut, sehingga dapat digunakan untuk

mengambil keputusan. Analisis laporan keuangan, menurut Syamsuddin (2007:37) merupakan “perhitungan rasio – rasio untuk menilai keadaan keuangan

perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan”.

Sedangkan analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:94) akan melibatkan “1) membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja dari

(29)

Analisis laporan keuangan memerlukan data laporan tahunan (annual

report) sebagai input dalam analisis rasio. Laporan tahunan, menurut Brigham dan Houston (2006:45) adalah “sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan

untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan

juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek – prospek perusahaan di masa mendatang”. Di dalam analisis laporan keuangan data

yang paling dibutuhkan dalam laporan tahunan adalah laporan keuangan, seperti :

neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Laporan

keuangan menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2007:56–64), yaitu:

1) Neraca menampilkan potret asset (aktiva) dan kewajiban perusahaan pada waktu tertentu. Asset tersebut – mewakili penggunaan kas yang didapatkan – didaftar pada sisi kiri neraca. Kewajiban yang mewakili sumber kas itu – didaftar di sebelah kanan. 2) Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang memperlihatkan pendapatan, beban, dan laba bersih perusahaan selama periode tertentu. 3) Laporan arus kas memperlihatkan arus kas masuk dan keluar dari operasi serta dari investasi dan aktivitas pendanaan.

Laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:46–58), sebagai

berikut:

(30)

Ada beberapa cara dalam melakukan analisis laporan keuangan tersebut,

tetapi analisis rasio keuangan paling umum dan sering digunakan. Dikarenakan

analisis rasio keuangan dapat menunjukkan kekuatan ataupun kelemahan

perusahaan dan juga pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Rasio keuangan menurut Harahap (2008:297) adalah “angka yang diperoleh dari hasil

perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang

mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”. Dengan analisis rasio

keuangan dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio

keuangan rata – rata industri atau dengan rasio keuangan perusahaan lainnya.

Teknik rasio keuangan paling umum digunakan, dimana menyederhanakan

informasi hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Penyederhanaan

tersebut menilai secara cepat hubungan antara pos dan dapat membandingkannya

dengan rasio lain untuk mendapat informasi dan memberikan penilaian. Hal itu

dapat dilakukan dengan cross sectional approach untuk mengetahui baik/buruk

operasi yang dilakukan perusahaan dibandingkan perusahaan lain, selain itu

dengan time series approach untuk membandingkan rasio perusahaan saat ini

dengan sebelumnya sehingga dapat diketahui perusahaan maju atau mundur.

Namun, analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dan keterbatasan, menurut

Harahap (298 -299), yaitu:

1. Keunggulan analisis rasio

1) Rasio merupakan angka – angka ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3) Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

(31)

5) Menstandarisir size perusahaan

6) Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time series”.

7) Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2. Keterbatasan analisis rasio

1) Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2) Keterbatasan yan dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti.

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berebeda.

3) Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4) Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5) Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

Walaupun analisis rasio memiliki keunggulan dan keterbatasan, analisis

rasio merupakan cara yang tepat untuk merangkum sejumlah besar data dari

laporan keuangan dan membandingkan kinerja perusahaan agar dapat digunakan

manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Untuk itu ada beberapa

pembagian rasio, tetapi pada umumya rasio dibagi empat, yaitu : rasio likuiditas,

rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Di dalam penelitian

penggunaan rasio sesuai yang sering digunakan, yaitu rasio likuiditas diproksikan

dengan current ratio, rasio leverage diproksikan dengan debt ratio, rasio aktivitas

(32)

2.3.1. Rasio likuiditas

Rasio likuiditas, menurut Harahap (2008:301) menggambarkan “kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya”.

Likuiditas, menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:77) adalah “kemampuan untuk menjual sebuah asset guna mendapatkan kas pada waktu singkat”. Dengan

kata lain rasio ini kas dapat diubah dengan cepat dan murah. Rasio likuiditas ini

menggambarkan perusahaan mampu melunasi utang – utangnya, biasanya

dilengkapi dengan anggaran kas. Namun, dengan menghubungkan jumlah kas dan

aktiva lancar dengan kewajiban lancar dapat memberikan ukuran likuiditas yang

cepat dan mudah digunakan.

Rasio likuiditas dianalisis bersumber pada sumber informasi tentang modal

kerja yakni pos – pos aktiva lancar dan utang lancar. Beberapa rasio likuiditas

yang paling umum digunakan menurut Darsono dan Ashari (2005:52-54), yaitu:

1.Current ratio

Current ratio merupakan kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. 2.Quick test ratio

Quick test ratio yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar.

3.Net working capital

Net working capital merupakan selisih antara current asset (aktiva lancar) dengan current liabilities (utang lancar). Jumlah net working capital ini akan lebih berguna untuk kepentingan pengawasan intern di dalam suatu perusahaan daripada digunakan sebagai angka pembanding dengan perusahaan lain.

4.Defensive Interval ratio

(33)

Pada penelitian rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio (CR)

karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

finansialnya. Hal ini yang paling sering dan umum digunakan para kreditur dalam

mengambil keputusan pemberian pinjaman saat perusahaan mengalami kesulitan

keuangan atau membutuhkan dana tambahan dalam operasi perusahaan. Dengan

kata lain para kreditur melihat ketepatan waktu perusahaan membayar utangnya

pada saat jatuh tempo.

Current ratio adalah rasio likuiditas yang membandingkan current asset

dengan current liabilities. Current asset umumnya, yaitu: kas, sekuritas, piutang usaha, dan persediaan, sedangkan current liabilities, yaitu: utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak,

dan beban – beban akrual lainnya. Di dalam rasio ini apabila current liabilities meningkat lebih cepat dari current asset maka menyebabkan penurunan yang cepat pada current ratio. Hal ini menunjukkan adanya masalah karena current

ratio merupakan dasar penilaian terbaik dari perubahan current asset menjadi kas dalam pemenuhan current liabilities.

Sebaliknya jika current asset meningkat lebih cepat dari current liabilities itu juga tidak baik. Hal itu menunjukkan perusahaan tidak menguntungkan karena

current asset tidak dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu yang dikatakan

perusahaan yang baik dalam current rationya harus dianalisis dengan memperhatikan beberapa faktor seperti: rata – rata rasio industri, frekuensi

(34)

2.3.2.Rasio Leverage

Rasio leverage yang dikenal juga dengan pengungkit keuangan (financial leverage), menurut Brealey, Myers, dan Marcus (2008:77) “mengukur seberapa

besar leverage keuangan yang ditanggung perusahaan”. Leverage keuangan dapat berupa utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Tingkat leverage ditunjukkan di dalam neraca yang mana terlihat besarnya modal pinjaman yang

digunakan dalam operasi perusahaan. Perlu diketahui utang dapat meningkatkan

pengembalian saham pada pemegang saham pada masa baik dan sebaliknya pada

masa buruk.

Menurut Brigham dan Houston (2006:101) ada 3 (tiga) hal penting dalam

leverage, yaitu:

1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat memeprtahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. 2) kreditur akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proprosi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi oleh kreditor. 3) jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atu diungkit (leveraged).

Pengukuran utang didasarkan pada data–data yang berasal dari neraca dan

rasio yang biasanya yang digunakan menurut Syamsuddin (2007:54-55), yaitu:

1. Debt Ratio

(35)

2. Debt Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumalah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.

3. Debt to Total Capitalization Ratio

Rasio ini mengukur berapa besar modal jangka panjang perusahaan (total capitalization) yang dibiayai oleh kreditur jangka panjang.

4. Times Interest Earned

Rasio ini sering juga disebut “the total interest coverage ratio” yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban – kewajiban tetap berupa bunga. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik/mampu suatu perusahaan di dalm membayar bunga – bunga atas segala utang – utangnya.

5. Total Debt Coverage

Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban – kewajiban kepada kreditur baik yang berupa bunga maupun pinjaman pokok (principal) ataupun pembayaran sinking fund.

6. The overall coverage ratio

The overall coverage ratio ini hampir sama dengan total debt coverage hanya dengan tambahan terhadap kewajiban – kewajiban finansial tetap lainnya seperti pemabayaran lease dan dividen untuk saham preferen.

Pada penelitian ini rasio leverage yang digunakan adalah debt ratio (DR)

menggambarkan solvabilitas yang menggambarkan total utang terhadap total

aktiva. Debt ratio menunjukkan bahwa semakin tinggi debt ratio semakin besar

jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi

perusahaan yang sangat diinginkan pemegang saham. Namun, para kreditur lebih

menyukai debt ratio yang lebih rendah karena semakin rendah membuat kreditur

tidak mengalami dampak yang cukup besar ketika terjadi likuidasi.

2.3.3.Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah kegiatan perusahaan dalam melakukan operasi

perusahaan seperti kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Dirancang

(36)

tingkat penjualan saat ini dan ke depan. Untuk itu dapat melihat perusahaan

efektif dan efisien atau tidak dalam mengelola aktivanya, sehingga aktiva yang

rendah menunjukkan keuntungan yang rendah dan sebaliknya aktiva yang tinggi

menunjukkan biaya modal modal yang terlalu tinggi juga dan menyebabkan

keuntungan tertekan.

Rasio aktivitas menurut Harahap (2008:308-309), yaitu:

1. Inventory turnover ratio

Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.

2. Receivable Turn over

Rasio ini menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.

3. Fixed Aset Turn Over

Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya kemampuan aktiva tetap mencipatakan penjulan yang tinggi.

4. Total asset turn over

Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.

5. Average Collection period

Rasio ini menunjukkan berapa lama perusahaan melakukan penagihan piutang. Semakin pendek periodenya semakin baik. Rasio ini sejalan dengan informasi yang digambarkan Receivable Turn Over.

Pada penelitian ini menggunakan rasio perputaran total aktiva (total assets turnover ratio/TATO) mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan.

Semakin tinggi rasio maka semakin baik maka seandainya rasio ini rendah maka

dapat melakukan langkah – langkah seperti meningkatkan penjualan, menjual

(37)

2.3.4.Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukkan pada laba perusahaan atau disebut juga

dengan rasio rentabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2006:107) rasio profitabilitas adalah “sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek – efek

dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil – hasil operasi”. Untuk

mendapatkan laba dapat melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti

kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

Rasio profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2006:107–110), yaitu:

1. Profit margin on sales

Margin laba atas penjualan (Profit margin on sales), yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Dimana margin laba yang rendah mungkin akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas inivestasinya pemegang saham karena leverage keuangan.

2. Basic earning power

Rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (Basic earning power) dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva. Rasio ini bermanfaat dalam membandingkan perusahaan dengan berbagai situasi pajak dan tingkat pengungkitan keuangan yang berbeda.

3. Return on total assets

Rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak.

4. Return on common equity

Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, yang diukur sebagai tingkat pengembalian ekuitas saham biasa (Return on common equity).

Pada penelitian ini menggunakan return on asset (ROA) dan net profit margin (NPM) dalam melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Return

on Asset (ROA) sering digunakan manajer dalam mengukur kinerja perushaan dalam menghasilkan laba. Dikarenakan laba bersih mengukur keuntungan setelah

dipotong beban bunga, sehingga profitabilitas terlihat jelas dari perusahaan

(38)

dapat membeli asset yang sama saat ini dan tingkat pengembalian yang tinggi dan

sebaliknya.

Net profit margin menunjukkan pendapatan bersih yang diterima dari

setiap penjualan. Semakin besar NPM semakin baik karena terlihat perusahaan

baik dalam mendapatkan laba yang cukup tinggi. Namun, hal itu belum tentu

karena margin yang tinggi berarti volume penjualan rendah. Maka margin yang

rendah dan volume penjualan tinggi juga dapat menunjukkan kemampuan

perusahaan yang baik.

2.4. Hubungan Right Issue Terhadap Kinerja Perusahaan

Pada dasarnya analisis rasio dalam laporan keuangan dilakukan untuk

melakukan tindakan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Tindakan tersebut

salah satunya dalam hal kinerja keuangan, yakni: pendanaan atau pembiayaan

perusahaan untuk menanggulangi kesulitan keuangan (financial distress). Pembiayaan modal banyak dilakukan perusahaan dengan menjadi perusahaan go public, dimana perusahaan memasuki pasar modal. Hal itu dilakukan untuk lebih

mudah dalam mendapatkan modal dengan pasar modal sebagai wadah ataupun

alternatif sumber pembiayaan perusahaan. Setelah perusahaan tercatat atau listed

di bursa efek maka perusahaan dapat melakukan penawaran saham, salah satu

penawaran perusahaan dengan right issue.

Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya: melakukan ekspansi usaha, melunasi pembayaran utang atau akusisi

internal. Selain itu right issue juga merupakan tindakan pencegahan terhadap

(39)

Tindakan right issue ini tentu harus memberikan hasil yang sesuai harapan

perusahaan dan para pemegang saham. Untuk itu hubungan right issue terhadap kinerja perusahaan haruslah berpengaruh baik pada perusahaan. Dengan kata lain

right issue memberikan peningkatan pada kinerja keuangan dengan melihat pada

rasio keuangan baik rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio

profitabilitas di dalam penelitian ini.

2.4.1. Hubungan Right Issue Terhadap Current Ratio

Current ratio (CR) merupakan salah satu rasio dalam rasio likuiditas yang mana merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus

segera dipenuhi. Current ratio paling sering dan umum digunakan terutama oleh para kreditur karena menunjukkan tingkat keamanan sebuah perusahaan dalam

memenuhi kewajibannya saat melakukan peminjaman.

Pada dasarnya apabila current liabilities meningkat lebih cepat dari current asset maka current ratio mengalami penurunan yang cepat. Hal ini

menunjukkan adanya perubahan current asset menjadi kas menjadi lambat. Sebaliknya jika current asset meningkat lebih cepat dari current liabilities itu juga tidak baik. Hal itu menunjukkan perusahaan tidak menguntungkan karena current

asset tidak dimanfaatkan de

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hipotesis Pertama
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Hipotesis Kedua
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Hipotesis Ketiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

terhadap abnormal return saham dan 2) untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengumuman right issue terhadap volume perdagangan saham perusahaan yang terdaftar di

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013. Pengujian

: Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap Kinerja perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2010- 2012). Menyatakan dengan

PENGARUH STATUS PERUSAHAAN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN.. MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

PENGARUH LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERCATAT DI.. BURSA

Hasil analisis dengan menggunakan uji t untuk masing kelompok yaitu kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesian

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengumuman right issue terhadap abnormal return

dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Dengan ketulusan dan kerendahan