1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pada abad 21 ini persaingan dalam berbagai bidang kehidupan sangat ketat. Kita dihadapkan pada tuntutan akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu berkompetisi. Sumber daya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas dapat menjadi kekuatan utama untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pendidikan. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Saat ini peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya peningkatan mutu pendidikan sains masih terus diupayakan karena sangat diyakini bahwa sains sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan IPTEK (Widhy H 2013).
Dilain hal, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menjadi kekuatan pendorong untuk meningkatkan kualitas SDM. Sebagai pemakai teknologi maka manusia harus mampu memanfaatkan hasil teknologi tersebut dengan baik. Hal ini dilakukan agar generasi penerus tidak ketinggalan dalam hal perkembangan teknologi baru. Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan melalui teknologi pendidikan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Teknologi Pendidikan merupakan aspek yang sangat potensial dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia, karena teknologi pendidikan menyangkut berbagai proses penataan, perencanaan dan penggunaan sumber daya yang bertujuan untuk melaksanakan misi pendidikan dengan efisien dan efektif (Widhy 2013)
Pendekatan teknologi pendidikan telah berevolusi dari penggunaan bantuan audiovisual secara dini kepada individu dengan menggunakan jaringan komputer, dan telah berevolusi untuk mencakup berbagai teknologi, smratphone,, Augmented Reality, lingkungan immersive berbasis Avatar, serta perangkat yang dapat dipakai untuk mengetahui lokasi (Huang R, J. Michael Spector 2019). Kehadiran teknologi tersebut sangat membantu pertumbuhan pengetahuan manusia hal ini sesuai dengan definisi kurikulum dan metode pendidikan yakni menghasilkan sumber daya manusia yang mampu bersaing dan commit to user
2
beradaptasi dengan segala perubahan zaman (Pevac, Milanovic, & Milosavljevic 2005). Komponen penting dalam kurikulum pendidikan salah satunya adalah pada komponen metode dan media pembelajaran. Hal ini karena perkembangan media pembelajaran yang terintegrasi ke dalam PC (Personal Computer) maupun ponsel pintar (smartphone) sangat banyak dikembangkan untuk memudahkan dan meningkatkan capaian kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik serta target tujuan pembelajaran (Putrawangsa & Hasanah 2018).
Namun yang terjadi pembelajaran dibanyak sekolah masih menggunakan metode dan media yang konvensional seperti metode ceramah bervariasi serta media 2D atau buku teks. Dalam buku teks sangat banyak membahas tentang teori akan tetapi banyak peserta didik yang tidak tertarik, bahkan tidak membacanya karena menganggap bahwa buku adalah media yang membosankan atau kurang menarik. Hal ini karena sifat buku yang monoton serta hanya menggunakan satu indra yaitu mata. Buku memuat gambar dan teks sehingga hal tersebut tidak cukup dalam menyampaikan suatu materi yang menyenangkan untuk peserta didik (Purba, Liliana, & Runtulalu 2017). Azhar &
Iqbal (2018) mengatakan banyak guru yang menunjukkan sikap kesulitan menggunakan metode pembelajaran berbasis teknologi tersebut dikarenakan sebuah antarmuka atau interface program yang rumit. Meskipun demikian penggunaan teknologi dalam pembelajaran sudah tidak dapat dihindari, sehingga para pendidik yang mayoritas berasal dari generasi yang lebih tinggi dari siswa harus mempunyai tingkat adaptasi yang tinggi terhadap perubahan teknologi.
Kurangnya kreativitas guru dalam mengembangkan media yang inovatif berdampak pada hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya pada mata pelajaran fisika. Pelajaran fisika adalah sebuah materi pendidikan yang sangat umum yang bergerak pada ilmu alam. Menurut Rodrigues &
Oliveira (2008) pelajaran Fisika mempunyai hubungan dengan berpikir kritis.
Pembelajaran Fisika dapat meningkatkan performa pemikiran kritis seorang siswa, begitu juga dengan siswa yang memiliki pemikiran yang kritis akan meningkatkan nilai akademik pada pelajaran tersebut. Meskipun demikian strategi pembelajaran dan aktivitas pembelajaran sangat mempengaruhi performa akhir siswa. Pelajaran fisika yang menggunakan metode klasik seperti commit to user
3
drilling, menghafal rumus, atau ceramah tidak memberikan dampak yang signifikan pada performa siswa.
Tercatat pada data Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik, 2019) rata- rata pelajaran Fisika pada jenjang SMP di Indonesia pada tahun ajaran 2018/2019 adalah 48,79. Angka tersebut mengalami kenaikan 0,74 dari tahun ajaran sebelumnya tetapi jika dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya yakni tahun ajaran 2016/2017, angka tersebut mengalami penurunan sebesar 3,57 poin.
Dari rerata yang dicapai peserta didik secara umum menunjukkan bahwa pelajaran fisika masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor siswa yang kesulitan memvisualisasikan konsep-konsep fisika, dan faktor guru yang menggunakan metode ceramah yang kaku ketika pembelajaran juga dapat membuat siswa tidak mendapatkan prestasi dalam ujian Nasional. (Insani, 2016; Santika, Putra, Dwisarini & Putri, 2015).
Hal yang sama terjadi di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. Dari hasil Observasi awal melalui wawancara bersama guru mata pelajaran IPA terpadu di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta, sekolah sudah menerapkan kurikulum 2013 dan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam kurikulum tersebut adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Permendikbud, 2013). Namun kenyataanya kompetensi yang menjadi tuntutan kurikulum 2013 belum tercapai dengan baik. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang biasa digunakan adalah metode ceramah yang masih terpusat pada guru, sedangkan media yang biasa digunakan adalah papan tulis dan slide power point. Kendala lain yang dihadapi adalah kurang seimbangnya penguasaan kompetensi teori dan praktik yang dikuasai.
Hal ini terjadi karena kegiatan pembelajaran lebih terfokus pada teori dan sebagian praktik serta kurangnya inovasi strategi pembelajaran yang dapat mengkonstruksikan ide-ide dan pengetahuan siswa, serta mengoptimalkan penyampaian materi secara tuntas sehingga siswa dapat belajar mandiri.
Kurangnya kreatif guru berimbas pada pencapaian berpikir kritis siswa rendah dibuktikan dengan masih banyak siswa yang pasif dan belum mampu memecahkan permasalahan secara mandiri. Selain itu rendahnya kemampuan commit to user
4
berpikri kritis siswa dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang masih belum maksimal dibawah nilai KKM dengan standar nilai 78, rata-rata pembelajaran Fisika di SMP Kristen Kalam Kudus pada semester 1 tahun ajaran 2019/2020 adalah:
Tabel 1.1.Nilai Rata- Rata Ulangan Harian Fisika No Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-rata
1 Reguler A 27 70.05
2 Reguler B 26 80.60
3 Reguler C 27 70.70
4 Reguler D 27 70.01
5 Reguler E 26 70.40
6 Reguler F 26 68.30
Sumber : Nilai Ulangan kelas VIII SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta Tahun 2019/2020
Dengan demikian sekolah maupun guru harus mengakomodasi peserta didik yang kesulitan belajar dengan menyediakan sejumlah alternatif metode maupun inovasi media pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik (Zein, 2014). Menurut Syah.M.B, Asrowi & Deny T.A (2019: 86) bahwa media inovatif di era teknologi digital sangat perlu dikembangkan untuk mengubah paradigma pengajaran tradisional secara khusus pada metode dan media pembelajaran yang sering digunakan oleh guru. Pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran yang berfungsi sebagai alat komunikasi atau perantara yang akan digunakan dalam proses pembelajaran untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemampuan peserta didik sehingga tercapai pembelajaran yang efektif dan efisien. (Seels & Richey, 1994; Risnawati, Amir, & Sari, 2018). Hal ini didukung oleh hasil studi yang dilakukan Insani terhadap siswa SMP didapatkan 77%
siswa yang menggunakan bantuan media internet untuk pembelajaran fisika, siswa lebih mudah paham sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar (Insani, 2016: 89).
Bahan ajar digital berbasis google edukasi merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Putria, Akhyar, & Sutimin (2017) bahwa dengan penggunaan bahan ajar digital mampu mengintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih commit to user
5
kaya dibandingkan dengan buku konvensional. Begitu halnya dengan hasil penelitian (Aprilia, Sunardi, & Djono 2017) bahwa media buku digital (Ebook) dalam proses pembelajaran IPA memiliki manfaat yang sangat besar salah satunya adalah sebagai penyederhana materi yang bersifat abstrak. Bahan ajar ini dikemas sedemikian rupa dengan bantuan google edukasi. Google edukasi merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
Google edukasi telah dikembangkan oleh perusahan raksasa dari Amerika (Google, 2019) yang menekankan pada inovasi dan produktivitas dari pendidikan. Produk berbasis web internet ini bertujuan melengkapi dan mendorong para siswa agar mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan jaman. Teknologi ini dianggap sebagai bagian dari solusi permasalahan yang terjadi pada pendidikan, yakni membantu siswa belajar menurut gaya mereka masing-masing, berkolaborasi dengan orang lain secara online, dan menjadi makhluk yang mempunyai pemikiran kritis dalam menyelesaikan masalah.
Hal ini telah dibuktikan oleh Shaharanee, Jamil, & Rodzi (2016) bahwa bahan ajar digital dengan bantuan Google edukasi sangat efektif dipelajari oleh siswa. Selain itu peran google edukasi dalam bahan ajar ini adalah membuat proses pembelajaran menjadi lebih produktif dan bermakna (Ventayen, R.J., Estira, K.L., Guzman, M.J., Cabaluna, C.M., & Espinosa 2017). Penelitian Heggart &Yoo (2018) mengatakan bahwa Google Edukasi dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar. Menurut Teknowijoyo (2019) bahan ajar tersebut memudahkan peserta didik untuk belajar secara mandiri dan disajikan secara jelas, berisi soal-soal yang didesain bermakna dan menarik, serta dapat merangsang peserta didik dalam berpikir kritis, sehingga meningkatkan pemahaman materi dan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Merujuk pada permasalahan yang telah dipaparkan di atas, diperlukan strategi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satunya dengan cara memanfaatkan penggunaan alat/media yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.
Media yang dapat menarik minat dan membantu meningkatkan keaktifan dan kemandirian siswa dalam pembelajaran sehingga dapat diharapkan menjadi commit to user
6
solusi untuk meningkat hasil belajar siswa, terutama pada materi yang memiliki rata-rata dibawah ketuntasan minimal. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis berinsiatif untuk mengembangkan sebuah bahan ajar digital berbasis google edukasi pada mata pelajaran fisika untuk meningkatkan berpikir kritis siswa di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. Harapannya dengan adanya bahan ajar yang berbasis web dapat merangsang berpikir kritis siswa sehingga dapat menyelesaikan permasalahan rendahnya prestasi siswa dalam mata pelajaran Fisika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana Bahan ajar Fisika yang selama ini digunakan di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta?
2. Bagaimana pengembangan bahan ajar digital berbasis Google Edukasi pada mata pelajaran IPA untuk siswa di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta?
3. Bagaimana kelayakan bahan ajar digital berbasis Google Edukasi pada mata pelajaran IPA untuk siswa di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta?
4. Bagaimana keefektifan bahan ajar digital berbasis google edukasi pada mata pelajaran Fisika untuk meningkatkan berpikir kritis siswa di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan bahan ajar Fisika yang selama ini digunakan di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta.
2. Mendeskripsikan pengembangan bahan ajar digital berbasis Google Edukasi pada mata pelajaran IPA untuk siswa di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta.
3. Mendeskripsikan kelayakan bahan ajar digital berbasis Google Edukasi pada mata pelajaran IPA untuk siswa di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta?
4. Mendeskripsikan keefektifan bahan ajar digital berbasis google edukasi pada mata pelajaran Fisika untuk meningkatkan berpikir kritis siswa di SMP Kristen Kalam Kudus Surakarta. commit to user
7 D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian pengembangan ini bermanfaat untuk memberikan sebuah pilihan media yang modern, berbasis internet, interaktif dalam menguasai materi Fisika. Media Google Edukasi akan membantu siswa mengembangkan pikiran mereka menjadi lebih kritis karena setiap materi ajar dibuat dengan model mind mapping yang mana mempermudah siswa memahami gambaran besar dari sebuah materi Fisika. Dan dengan model tautan, siswa dimungkinkan untuk memperoleh informasi-informasi pendukung yang menarik, dan mendapatkan umpan balik terhadap kemampuannya.
2. Manfaat Praktis
Para pendidik dalam praktiknya mendapatkan media pembelajaran alternatif yang membantu mereka memberikan pembelajaran yang menarik dan interaktif, sehingga memberikan hasil belajar yang lebih baik dibanding menggunakan model klasikal.
E. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Bahan ajar yang dikembangkan adalah media interaktif yang berbasis website bersumber pada Google edukasi. Spesifikasi produk tersebut antara lain:
1. Bahan ajar digital berbasis google edukasi
2. Media website Google Edukasi menggunakan web browser Google Chrome.
3. Buku panduan singkat bagi guru, yang berisi bagaimana mengoptimalkan produk tersebut.
F. Pentingnya Pengembangan
Pentingnya pengembangan bahan ajar dengan Google Edukasi, sebagai berikut.
1. Menciptakan proses pembelajaran menyenangkan yang merangsang motivasi peserta didik dalam pembelajaran Fisika.
2. Materi dikemas secara menarik diharapkan memberi kemudahan bagi peserta didik dalam memahami materi Fisika tersebut.
3. Bahan ajar dirancang dengan materi yang kontekstual sesuai dengan lingkungan peserta didik.
commit to user
8
4. Bahan ajar dapat secara langsung dimanfaatkan peserta didik, memungkinkan adanya kegiatan belajar mandiri sehingga memberi kemudahan bagi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
5. Penelitian ini diharapkan merangsang motivasi guru untuk mengembangkan bahan ajar yang kreatif, lebih menarik dan inovatif.
commit to user