• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.79846/PP/M.XIIA/15/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.79846/PP/M.XIIA/15/2017"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.79846/PP/M.XIIA/15/2017

Jenis Pajak :PPh Badan Tahun Pajak :2010 Pokok

Sengketa

:bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah koreksi atas Harga Pokok Penjualan berupa Biaya Royalti sebesar USD 2,177,157.00 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

1. Koreksi atas Harga Pokok Penjualan berupa Biaya Royalti sebesar USD 2,177,157.00

Menurut Terbanding

:bahwa terdapat transaksi hubungan istimewa atas transaksi yang dilakukan oleh Pemohon Banding sehingga sebagaimana amanat pada Pasal 18 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan, Terbanding menentukan kembali besarnya pengurangan penghasilan bruto untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak;

Menurut Pemohon

:bahwa dalam proses pemeriksaan, Terbanding melakukan koreksi atas biaya royalti dengan menggunakan

"Twenty-Five Percent Rule" (ROT) yang mana metode tersebut tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan karena tidak termasuk sebagai salah satu kategori yang ditentukan berdasarkan peraturan perpajakan. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 18 ayat (3) dan PER-32/PJ/2011 Pasal 11 yang memungkinkan Terbanding untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa, menyatakan bahwa metode yang dapat diterapkan dalam penentuan harga transfer yang wajar adalah dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price method "CUP"), metode harga penjualan kembali (resale price method "RPM"), metode biaya-plus (cost-plus method "Cost Plus"), atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (profit split method "Profit Split") dan metode laba bersih transaksional (transactional net margin method "TNMM")”

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut majelis

:bahwa koreksi dilakukan Terbanding karena biaya royalty di dalam Harga Pokok Penjualan untuk masa Pajak Oktober 2009 sampai dengan September 2010, Terbanding menghitung biaya royalty dengan menggunakan metode Rule Of Tumb diperoleh biaya royalty yang wajar sebesar USD 3,949,541.00, sedangkan Pemohon Banding menggunakan metode CUP diperoleh biaya royalty wajar sebesar USD 6,126,698.00 sehingga terdapat selisih sebesar USD 2,177,157.00;

bahwa koreksi dilakukan oleh Terbanding karena Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan :

a. Bukti pendaftaran paten yang dimiliki AAA BV Netherland baik yang di Indonesia maupun yang di Belanda;

b. Terdapat transfer Intengible Asset dari AAA BV Netherland ke AAA Indonesia;

c. Dasar perhitungan diperolehnya tariff pembayaran royalty;

d. Kewajaran harga dari pembayaran royalty tersebut sehingga Terbanding menggunakan metode ROT dalam menghitung biaya royalty;

bahwa Pemohon Banding tidak dapat membuktikan transaksi pemanfaatan harta tak berwujud benar-benar terjadi karena Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti pendaftaran dari lembaga yang sah di Belanda yang menunjukkan bahwa AAA BV Nttherland memang pemilik dari royalty yang digunakan;

bahwa Pemohon Banding tidak dapat membuktikan bahwa transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa mempunyai nilai yang sama dengan transaksi antar pihak yang independen;

bahwa biaya royalty baru dapat diperhitungkan sebagai komponen biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan sesuai dengan P3B Indonesia – Belanda jika eksistensi dari royalty tersebut dapat dibuktikan dan kewajaran harga pemanfaatan royalty sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman :

bahwa Terbanding melakukan perhitungan kembali biaya royalty dengan menggunakan “Twenty-Five Percent Rule” dalam menilai Intellectual Property dan berdasarkan Rule of Tumb, Royaltie Rates and Lecensce Profits, diperoleh perhitungan bahwa maksimal biaya royalty adalah sebesar 25% dari Profit Income, dengan perhitungan sebagai berikut:

(a) Sales $144,235,585 (b) COGS $132,258,876 (c) Royalty $ 6,126,698 (d) Opex $ 2,305,243 (e) COGS – Royalty $126,132,178 (f) Gross profit $ 18,103,407 (g) Operating income $ 15,798,164 (h) Rule of Tunb maks

25% OI

25%

(i) Royalty wajar $ 3,949,541

bahwa dengan demikian menurut Terbanding royalty yang wajar dan boleh dibebankan oleh Pemohon Banding adalah sebesar US$ 3,949,541

bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi Terbanding dengan alasan sebagai berikut :

a. Dalam praktek bisnis adalah wajar bahwa atas penggunaan trademark/paten akan dikenakan biaya royalty;

b. Pemohon Banding pernah memberikan daftar nomor paten yang telah terdaftar tersebut kepada Terbanding;

c. Metode ROT tidak memiliki dasar hukum dalam penerapannya;

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh,bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, dalam hal ini royalty dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap;

bahwa biaya royalty yang dibayarkan kepada perusahaan induk adalah merupakan pembayaran yang wajar dimana atas pembayaran tersebut Pemohon Banding mendapat manfaat ekonomis dan memperoleh penghasilan dari hak penggunaan trademark/paten tersebut, sehingga seharusnya biaya royalty tersebut tidak dikoreksi oleh Terbanding;

bahwa Pemohon Banding telah melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas pembayaran royalty tersebut dimana atas objek PPh Pasal 26 tersebut Terbanding tidak melakukan koreksi. Apabila Terbanding tidak mengakui pembayaran royalty sebagai pengurang dalam menghitung penghasilan kena pajak, maka tidak ada objek PPh Pasal 26 berupa royalty;

bahwa AAA BV Netherland tidak memiliki sertifikat paten berupa sertifikat fisik, melainkan hanya berupa nomor paten yang sudah terdaftar di system Pemerintah Belanda dan Pemohon Banding sudah pernah memberikan daftar nomor paten yang telah terdaftar tersebut kepada Terbanding;

bahwa dokumen yang berhubungan dengan sertifikasi paten yang didaftarkan AAA BV Belanda merupakan dokumen milik AAA BV, dimana Pemohon Banding tidak mempunyai kewenangan untuk memiliki dokumen tersebut apalagi entitas yang diperiksa adalah Pemohon Banding, sehingga pihak Terbanding hanya memiliki kewenangan untuk memeriksa dokumen-dokumen milik Pemohon Banding, disamping itu berdasarkan OECD Commentary, royalty adalah Intangible Property yang tidak harus dipatenkan;

bahwa berdasarkan Pasal 12 P3B Indonesia dan Belanda diketahui bahwa paten dan trademark merupakan bagian dari pengertian royalty, sehingga hak penggunaan paten/trademark yang diperoleh Pemohon Banding dari AAA BV tersebut merupakan wujud dari memberikan hak untuk menggunakan aktiva tidak berwujud, sehingga anggapan Terbanding bahwa tidak dapat dibuktikan terdapat transfer intangible asset dari AAA BV ke Pemohon Banding adalah tidak benar;

bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa Pemohon Banding telah nyata-nyata melakukan pembayaran dan apa yang Pemohon Banding bayarkan adalah sesuatu yang wajar karena Pemohon Banding memperoleh atau mendapatkan penghasilan atau dengan kata lain Pemohon Banding memperoleh manfaat ekonomis dari pembayaran tersebut;

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (3) UU KUP dan Pasal 11 PER-43/PJ/2010 memungkinkan Terbanding untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa, menyatakan bahwa metode yang dapat diterapkan dalam menentukan harga transfer yang wajar adalah dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled method

“CUP”), metode harga jual kembali (resale price method “RPM”), metode biaya plus (cost plus method “Cost Plus”), atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (profit split method “Profit Split”), atau metode laba bersih transaksional (Transactional Net Margin Method “TNMM”);

bahwa berdasarkan peraturan di atas, metode ROT tidak termasuk dalam seluruh kategori yang ditentukan berdasarkan peraturan perpajakan, maka penggunaan ROT tidak memiliki dasar hukum;

bahwa metode ROT tidak memperhitungkan perbedaan penerapan, penggunaan dan nilai hak Industrial Property Rights (“IP”) atas jenis industry yang berbeda dan sebagai contoh sangat tidak masuk akal untuk menerapkan rasio pembagian keuntungan di industry makanan pada industry Carbon Black, karena ada perbedaan resiko, kompetensi dan tingkat permintaan;

bahwa ROT tidak memperhitungkan perbedaan dari tiap jenis IP,hal ini menjadi tidak logis dalam menerapkan rasio laba pada umumnya untuk dipergunakan pada lisensi seperti merek dagang disamakan dengan paten, mengingat fungsi operasionalnya berbeda dan tidak dapat diperlakukan dengan sama;

bahwa sesuai dengan dokumentasi Transfer Pricing Pemohon Banding, metode eksternal CUP dinyatakan sebagai metode yang paling tepat untuk menentukan rentang tingkat royalty yang wajar dan pada TP Doc tersebut dapat dilihat bahwa rentang tingkat royalty yang dibayarkan oleh Pemohon Banding kepada AAA BV sebesar 5% adalah termasuk dalam rentang tingkat royalty yang wajar;

bahwa berdasarkan hasil analisa metode eksternal CUP diperoleh rentang tingkat royalty Pemohon Banding sebagai berikut :

Rentang Interkuartil

Kuartil Persentase Royalti

Maksimum 6.00%

Kuartil Atas 5.25%

Rata-rata Tertimbang 5.00%

Kuartil Bawah 3.50%

Minimum 2.00%

bahwa setelah memeriksa Laporan Pemeriksaan Pajak dan Laporan Penelitian Keberatan, Majelis berpendapat sebagai berikut :

bahwa terdapat hubungan istimewa karena penyertaan modal secara langsung sesuai dengan Pasal 18 ayat (4) huruf a UU PPH antara Pemohon Banding dengan AAA BV Netherland dimana kepemilikan saham Pemohon Banding dan saham AAA BV Netherland dimiliki oleh AAA Corp USA;

bahwa dalam proses pemeriksaan Terbanding mempermasalahkan eksistensi, dengan menyatakan bahwa Pemohon Banding tidak dapat menunjukkan bukti pendaftaran paten yang dimiliki AAA BV Netherland yang di Indonesia maupun yang di Belanda dan Pemohon Banding juga tidak dapat membuktikan transaksi pemanfaatan harta tidak berwujud benar-benar terjadi sesuai ketentuan Pasal 17 ayat 2 huruf a PER- 43/PJ./2010;

bahwa Terbanding juga mempermasalahkan kewajaran biaya royalty yang dibayarkan Pemohon Banding kepada AAA BV Netherland dan dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 18 ayat (3) UU KUP dan Pasal 7 PER-43/PJ./2010 Terbanding melakukan perhitungan kembali biaya royalty dengan menggunakan metode Rule of Tumb (ROT), sehingga diperoleh biaya royalty yang wajar sebesar USD 3,949,541;

bahwa dalam proses pemeriksaan Pemohon Banding menyatakan bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Pajak Penghasilan diatur “Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk a). Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha antara lain : 3. Bunga, sewa dan royalty “

bahwa berdasarkan ketentuan tersebut, menurut Pemohon Banding biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, dalam hal ini royalty dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dimana Pemohon Banding telah memberikan dokumen perjanjian royalty pada saat proses pemeriksaan;

bahwa berdasarkan OECD Commentary, royalty adalah intangible property yang tidak harus dipatenkan dimana paten dan trademark merupakan bagian dari royalty sebagaimana dimaksud di dalam P3B antara Indonesia dan Belanda;

bahwa penggunaan paten/trademark yang diperoleh Pemohon Banding dari AAA BV tersebut merupakan wujud dari memberikan hak untuk menggunakan aktiva tidak berwujud, sehingga anggapan Terbanding bahwa tidak dapat dibuktikan terdapat transfer intangible asset dari AAA BV ke Pemohon Banding adalah tidak benar;

bahwa berdasarkan PER-43/PJ./2010 metode yang dapat diterapkan dalam penentuan harga transfer yang wajar adalah metode perbandingan harga antara pihak yang independen (CUP), metode harga jual kembali (RPM), metode biaya plus (Cost Plus) atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (Proft Split) atau metode laba bersih transaksional (TNMM), sedangkan metode ROT tidak termasuk dalam kategori yang ditentukan dalam peraturan tersebut;

bahwa menurut Pemohon Banding dalam Transfer Pricing Documentation, metode eksternal CUP dinyatakan sebagai metode yang paling tepat untuk menentukan rentang tingkat royalty yang wajar dan berdasarkan metode CUP diperoleh perhitungan biaya royalty yang wajar sebesar USD 6,126,698;

bahwa dalam proses keberatan Terbanding menyatakan bahwa Pemohon Banding tidak memberikan sertifikat paten sehingga tidak dapat dibuktikan AAA BV sebagai pemilik paten atas trade mark dengan nama “AAA”

dan possisi Pemohon Banding dengan AAA BV adalah sama-sama anak perusahaan sehingga tidak wajar apabila Pemohon Banding harus membayar royalty atas trademark kepada sesama anak perusahaan;

bahwa berdasarkan TP Study diketahui bahwa teknologi dan aplikasi yang digunakan oleh Pemohon Banding telah diberikan sebelum tahun 2010 dan secara spesifik tidak ada teknologi yang diperbaharui di tahun 2010, sehingga tidak ada tambahan manfaat dari pemanfaatan know how tersebut, dengan demikian tidak wajar apabila Pemohon Banding tetap membayar royalty kepada AAA BV;

bahwa berdasarkan email-email yang diberikan oleh Pemohon Banding yang menunjukkan telah terjadi pengalihan teknologi kepada Pemohon Banding, antara lain berasal dari Neal Aucoin yang berasal dari Ville Platte yang terletak di Evangeline Parish, Lousiana, USA bukan dari Belanda, membuktikan bahwa selama tahun 2010 tidak terdapat know how yang diberikan AAA BV Belanda kepada Pemohon Banding;

bahwa Terbanding berpendapat bahwa transaksi pemanfaatan harta tidak berwujud yang dilakukan oleh Pemohon Banding dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa tidak menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman karena tidak memenuhi ketentuan yaitu adanya bukti kepemilikan, adanya transaksi pemanfaatan harta tidak berwujud benar-benar terjadi dan memberikan manfaat ekonomis dan komersiel kepada Pemohon Banding, sehingga tidak seharusnya Pemohon Banding membayar royalty kepada AAA BV Belanda;

bahwa Terbanding tidak sependapat dengan metode CUP (Comparable Uncontrolled Price) yang diterapkan oleh Pemohon Banding dengan alasan metode CUP digunakan untuk membandingkan barang/IP yang sama persis dan diantara data pembanding yang dipakai Pemohon Banding, hanya FFF Nanotechnologies Inc yang kondisinya hampir sama dengan kondisi Pemohon Banding dimana tariff yang dikenakan adalah sebesar 2%

dari net sale, sedangkan 3 (tiga ) yang lainnya kondisinya jauh berbeda dengan kondisi Pemohon Banding dimana ketiga perusahaan tersebut menerapkan tariff royalty yang tinggi karena IP yang diberikan lebih bervariasi tidak hanya trademark-license/know how dan technical assistance. Selain itu IP yang diberikan masing-masing Licensor kepada Licensee tidak sama persis sehingga tidak dapat dibandingkan;

bahwa oleh karena royalty bersifat unik maka Terbanding berpendapat metode yang lebih tepat digunakan adalah TNMM (Transactional Net Margin Method) dan berdasarkan pencarian pada data base ORIANA diperoleh 4 (empat) data pembanding yaitu :

1. BBB Limited

Country : Pakistan

Core Code Discribtion : Industrial Inorganic Chemicals

Primary Code Discribtion : Industrial Inorganic Chemicals, not elsewhere Specilled

Primary business : Engaged in the manufacture and sale of pure Terephthalic acid (PTA)

Main activity : Manufacturing Weighted Avarage ROS : 8,93%

2. CCC

Country : Thailand

Core Code Discribtion : Miscellaneo us chemical product Primary Code Discribtion : Carbon Blacj Manufacturing Primary Business : Manufacturer on carbon black Main activity : Manufacturing

Weighted Avarage ROS : 9,56%

3. DDD Carbon Product Co Ltd

Country : Thailand

Core Code Discridtion : Miscellaneo us chemical product Primary Code Discribtion : Carbon Black Manufacturing

Primary Business : Engaged in the manufacture and distribution of Carbon related product

Main activity : Manufacturing Weighted Avarage ROS : 9,87%

4. EEE Carbon Black (Thailand) Co Ltd

Country : Thailand

Core Code Discribtion : Miscellaneo us chemocal product Primary Core Discribtion : Carbon Black Manufacturing

Primary Business : Engaged in the manufacture and sale of Carbon black

Main activity : Manufacturing Wholesale Weighted Avarage ROS : 5,66%

bahwa Terbanding menggunakan metode ROT dalam menghitung biaya royalty yang wajar dimana metode ROT digunakan untuk memberikan perkiraan besarnya royalty yang wajar dibayarkan oleh Pemohon Banding;

bahwa perhitungan royalty menurut Pemohon Banding dan Terbanding adalah sebagai berikut : Uraian Besarnya Pembayaran Royalty dengan metode

(Rp)

CUP ROT

- Sales 144.235.585,00 144.235.585,00 - COGS 132.258.876,00 130.081.719,00 - Gross Profit

(Loss)

11.976.709,00 14.153.866,00 - Operating

Expenses

2.305.243,00 2.305.243,00 - Income

(Loss) From Operations

9.671.466,00 11.848.623,00

- Royalty 6,71% 8,21%

bahwa berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa prosentase income from operations dibandingkan dengan sales menurut Terbanding adalah sebesar 8,21% masih masuk dalam range quartile yang wajar dan biaya royalty yang dihitung menggunakan metode ROT sebesar USD 3,949,541 masih dalam rentang wajar;

bahwa berdasarkan Berita Acara Pembahasan Sengketa Perpajakan Nomor BA-1995/WPJ.07/BD.05/2012 tanggal 29 November 2012 diketahui hal-hal sebagai berikut :

bahwa Terbanding bukannya tidak mengakui eksistensi intangible asset atas royalty melainkan menilai kembali kewajaran pembayaran royalty dengan cara menghitung menggunakan Rule of Tumb 25 percent dari net income;

bahwa metode ROT merupakan salah satu cara yang bijaksana dalam menghitung kewajaran pembayaran intellectual property (royalty) oleh Negara-negara yang menjadi anggota OECD;

bahwa pemilihan metode penghitungan pembayaran royalty dengan menggunakan ROT karena hal ini sudah menjadi kewajaran bagi negara-negara yang tergabung dalam OECD;

bahwa dalam proses keberatan Pemohon Banding menyatakan bahwa Pemohon Banding membayar trademark dan production know- how, termasuk bantuan teknik yang dibutuhkan oleh Pemohon Banding dari AAA BV dan AAA BV menyediakan informasi teknis,jasa, saran, bantuan dan hak intelektual (lisensi dan merek dagang) untuk manufaktur, penjualan dan pemasaran dari carbon black yang diproduksi oleh Pemohon Banding. Atas kegiatan yang dilakukan oleh AAA BV tersebut, Pemohon Banding akan membayar biaya royalty kepada AAA BV dimana biaya royalty yang dibayarkan tersebut merupakan pembayaran yang wajar karena Pemohon Banding mendapatkan manfaat ekonomis dan memperoleh penghasilan dari hak penggunaan trademark/paten tersebut;

bahwa sertifikat AAA BV bukan berupa sertifikat fisik melainkan hanya berupa nomor yang sudah terdaftar di system Pemerintah Belanda dimana daftar nomor paten tersebut sudah disampaikan kepada Terbanding, yang merupakan bukti bahwa paten tersebut memang benar-benar ada dan terdaftar di Belanda;

bahwa pendekatan yang dipilih adalah pendekatan pendapatan dimana Pemohon Banding harus membayar royalty sebesar 5% dari penjualan bersih;

bahwa Pemohon Banding memilih untuk menggunakan Intangible Property milik perusahaan afiliasi dikarenakan pihak afiliasi lebih mengerti seluk beluk dan kebutuhan perusahaan Pemohon Banding dalam memenuhi standarisasi formula yang tepat atas produk Pemohon Banding, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangsa pasar baik di Indonesia maupun internasional;

bahwa Intangible Property yang diterima oleh Pemohon Banding berupa merek dan nama barang AAA merupakan jaminan kualitas produk, sehingga meningkatkan loyalitas customer dengan profit yang lebih tinggi di pasar Indonesia. Selain itu nama dagang juga merupakan alat pemasaran yang penting yang mengindikasikan standar kualitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan jumlah klien dan penghasilan perusahaan;

bahwa dalam hal Intangible Property yang diterima oleh Pemohon Banding merupakan proses technology, maka Pemohon Banding dapat meningkatkan efisiensi dari proses produksi carbon black dikarenakan dapat memproduksi carbon black dengan hasil maksimal dengan seminimal bahan baku;

bahwa dalam hal Intangible Property yang diterima oleh Pemohon Banding merupakan technical assistance, maka dapat meminimalisasi kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan teknik, dimana hal ini akan membantu Pemohon Banding dalam meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensinya :

bahwa dalam menentukan tariff royalty yang wajar (“arm’s length”) Pemohon Banding menggunakan metode Comparable Uncontolled Price (CUP) sebagaimana disarankan oleh OECD, sedangkan mengenai kondisi transaksi pembanding dalam penentuan tariff royalty yang wajar dapat dilihat di dalam TP Study;

bahwa dalam penjelasan akhir Pemohon Banding yang disampaikan dalam persidangan dengan surat Nomor Ref : 2289/PSSC-TAX/2014 tanggal 20 Juni 2014, Pemohon Banding menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. bahwa dalam proses keberatan Terbanding melakukan analisis dengan metode TNMM yang mana hasilnya digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa biaya royalty yang dihitung dengan metode ROT sebesar USD 3,949,541 masih dalam rentang wajar dan tetap mempertahankan koreksi Terbanding yang didasarkan pada ROT;

2. bahwa berdasarkan OECD Guidelines dalam menganalisis sifat kewajaran transaksi royalty sehubungan dengan intangible property antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, mengacu kepada faktor-faktor kesebandingan antara transaksi independen dan transaksi hubungan istimewa, OECD Guidelines lebih mengutamakan penggunaan metode CUP, sehingga Pemohon Banding meyakini bahwa metode CUP adalah metode yang paling sesuai untuk dipergunakan dalam menganalisis transaksi royalty ini;

3. bahwa dengan menggunakan metode CUP tersebut telah memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dengan alasan :

a. Prinsip kewajaran dan kelaziman usaha adalah sebuah prinsip yang mengatur bahwa harga suatu transaksi afiliasi harus sama dengan harga transaksi pihak independen;

b. Untuk menentukan kewajaran harga harus menggunakan pembanding yaitu transaksi independen sebanding yang dipergunakan sebagai acuan dalam menentukan kewajaran harga dan keberadaan transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa;

c. Dalam S-153/PJ.4/2010 disebutkan terdapat 5 (lima) metode transfer pricing yang dapat dipilih dalam menerapkan prinsip kewajaran yaitu Harga Pasar Sebanding (Comparable Uncontrolled Price), Harga Jual Kembali (Resale Price), Harga Pokok Plus (Cost Plus), Pembagian Laba (Profit Split) dan Laba Bersih Transaksi (Transactional Net Margin Method). Metode CUP yang Pemohon Banding gunakan merupakan salah satu metode TP yang diatur dan diakui dalam peraturan perundang-undangan perpajakan di Indonesia;

4. Metode ROT yang digunakan Terbanding tidak dapat dijadikan sebagai dasar koreksi karena:

a. ROT tidak memiliki dasar hukum dan dapat menimbulkan ketidakpastian hukum;

b. ROT bukan merupakan metode untuk penentuan harga wajar karena ROT sama sekali tidak menggunakan pembanding yang diharuskan digunakan sebagai acuan atas kewajaran suatu harga;

c. ROT tidak memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha karena metode ini tidak mempertimbangkan ataupun menggunakan transaksi independen dalam menentukan kewajaran harga royalty;

d. ROT hanya diambil dari sebuah artikel yang diterbitkan di luar negeri dan sudah tidak digunakan lagi (di Amerika);

5. Metode TNMM yang digunakan pihak Peneliti Keberatan untuk menilai metode ROT tidak dilakukan dengan cermat, dengan alasan :

a. Metode TNMM tidak dapat ditetapkan sebagai metode transfer pricing yang sesuai untuk diterapkan kepada Pemohon Banding karena Terbanding tidak melaksanakan analisis kesebandingan dalam rangka mengkarakterisasikan transaksi antara pihak yang memiliki hubungan istimewa;

b. Tim Peneliti telah salah dalam menerapkan TNMM karena tidak memperhatikan kriteria independensi dalam memilih perusahaan pembanding

6. Ketidakkonsistenan Terbanding dalam menerapkan metode transfer pricing atas transaksi yang sama yaitu :

a. Dalam proses pemeriksaan untuk menganalisis prinsip kewajaran dan kelaziman dari biaya royalty Terbanding menggunakan metode Rule of Tumb, sedangkan dalam proses keberatan Terbanding menggunakan metode TNMM;

b. Dalam proses pemeriksaan Tahun Pajak 2009, Terbanding melakukan pengujian atas pembayaran royalty dengan menggunakan metode CUP, sedangkan dalam Tahun Pajak 2010 Terbanding menggunakan metode ROT;

bahwa berdasarkan pemeriksaan atas dokumen yang disampaikan oleh Terbanding maupun Pemohon Banding dan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan, Majelis berpendapat sebagai berikut :

bahwa transaksi yang dilakukan oleh Pemohon Banding dengan AAA BV merupakan transaksi yang dilakukan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa karena Pemohon Banding dan AAA BV sama-sama merupakan anak perusahaan dari AAA Corporation USA yang mempunyai kepemilikan 82% saham atas Pemohon Banding, sesuai ketentuan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan yang menyatakan bahwa “Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan (4) dianggap ada apabila Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung”;

bahwa Terbanding telah mengakui adanya eksistensi intangible asset atas pembayaran royalty yang dilakukan oleh Pemohon Banding kepada AAA BV, namun Terbanding tidak mengakui kewajaran pembayaran royalty yang perhitungannya didasarkan metode CUP, sehingga Terbanding menilai kembali kewajaran pembayaran royalty tersebut dengan menggunakan metode Rule of Tumb (ROT) 25% dari net income;

bahwa sengketanya adalah penerapan metode dalam menghitung kewajaran pembayaran royalty, dimana Terbanding menggunakan metode ROT sedangkan Pemohon Banding menggunakan metode CUP;

bahwa dengan metode ROT, Terbanding memperoleh nilai royalty yang wajar sebesar USD 3,949,541 sedangkan dengan metode CUP Pemohon Banding memperoleh nilai royalty yang wajar sebesar USD 6,126,698 sehingga terdapat selisih/koreksi sebesar USD 2,177,157;

bahwa dalam proses pemeriksaan Terbanding menggunakan metode ROT dalam menghitung kewajaran pembayaran royalty, sedangkan dalam proses keberatan Terbanding menggunakan metode TNMM untuk menguji dan mendukung kebenaran metode ROT yang diterapkan Terbanding dalam proses pemeriksaan;

bahwa dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan diatur bahwa :

“Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya plus atau metode lainnya”;

bahwa dalam Penjelasan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan ditegaskan bahwa :

“Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadi penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya.

Dalam hal demikian, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan/atau biaya sesuai dengan keadaan seandainya di antara para Wajib Pajak tersebut tidak terdapat hubungan istimewa. Dalam menentukan kembali jumlah penghasilan dan/atau biaya tersebut digunakan metode perbandingan harga antara pihak independen (comparable uncontrolled price method), metode harga penjualan kembali (resale price method), metode biaya plus (cost plus method) atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (profit split method) dan metode laba bersih transaksional (transactional net margin method)”;

bahwa dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-43/PJ/2010 Pasal 11 diatur hal-hal sebagai berikut :

Ayat (1)

“Dalam penentuan metode harga wajar atau laba wajar wajib dilakukan kajian untuk menentukan metode Penentuan Harga Transfer yang paling tepat”;

Ayat (2)

“Metode Penentuan Harga Transfer yang dapat diterapkan adalah :

a. metode perbandingan harga antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP);

b. metode harga penjualan kembali (Resale Price Method/RPM) atau metode biaya plus (Cost Plus Method/CPM);

c. metode pembagian laba (Profit Split Method/PSM) atau metode laba bersih transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM);

Ayat (3)

“Dalam menerapkan metode Penentuan Harga Transfer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. penerapan metode Penentuan Harga Transfer dilakukan secara hirarkis dimulai dengan menerapkan metode perbandingan harga antara pihak yang independent (CUP) sesuai dengan kondisi yang tepat;

b. dalam hal metode CUP tidak dapat diterapkan, wajib diterapkan metode RPM atau metode CPM sesuai kondisi yang tepat;

c. dalam hal metode RPM atau metode CPM tidak tepat untuk diterapkan, dapat diterapkan metode PSM atau metode TNMM;

Ayat (4)

“Kondisi yang tepat dalam menerapkan metode CUP adalah :

a. barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik dalam kondisi yang sebanding;’

b. kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak- pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa identik atau memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau dapat dilakukan penyesuaian yang akurat untuk menghilangkan pengaruh dari perbedaan kondisi yang timbul;

bahwa bardasarkan ketentuan tersebut di atas, Majelis berpendapat bahwa metode ROT untuk menentukan harga wajar tidak diatur dalam ketentuan perpajakan, sedangkan metode CUP diatur secara rinci baik dalam Undang-Undang Perpajakan maupun aturan pelaksanaannya;

bahwa setelah memeriksa ke empat data pembanding yang dipergunakan oleh Pemohon Banding untuk menentukan kewajaran transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa, Majelis berpendapat bahwa perusahaanperusahaan pembanding tersebut bergerak dalam usaha memproduksi, menjual, memasarkan dan mendistribusikan GGGgen, pigmen titanium dioxide, cairan electrolyzed oxidative dan titanium pigment dan other titanium materials yang memiliki karakteristik yang identik dengan produksi carbon black yang dipergunakan oleh Pemohon Banding;

bahwa keempat perusahaan pembanding mempunyai kesamaan perjanjian lisensi dengan Pemohon Banding yaitu lisensi manufacturing, patent, technologi, trade mark dan know how;

bahwa hasil perhitungan TP Study dari rentang kewajaran tariff royalty dari ke empat perjanjian yang menjadi pembanding diperoleh data :

- Highest observed value 6,00%

- Upper Quartile 5,25%

- Median 5,00%

- Lower quartile 3,50%

- Lowest observe value 2,00%

bahwa menurut TP Study rentang kewajaran adalah antara 3,50% sampai 5,25% dengan median 5,00% dimana tariff efektif royalty Pemohon Banding untuk Tahun 2010 sesuai dengan perjanjian antara Pemohon Banding dengan AAA BV adalah sebesar 5% masih masuk dalam rentang kewajaran;

bahwa berdasar penelitian Majelis terdapat 1 (satu) perusahaan yang tidak dapat dijadikan sebagai data pembanding karena antara Licencor dan Licensee memiliki hubungan istimewa karena Licensee merupakan perusahaan joint venture yang dibentuk oleh Licencor sebagai berikut:

No. Effektive Date

Licensor Licensee Payment term

Modification of IP

Exclusivity Agreement Type Product Describtion 4 24-Apr-

07

Alatimano, Inc

Aisher Titania LLC Formed by FFFnano Inc and The Sherwin Williams Co.

5% of net sales

Technology- yes

Exclusives License, Manufacturing, Sale

Exclusive patent technology, know how and

proprietary information license to process produce manufacture, sell, and sublicense white titanium dioxide pigment and other

titanium materials except battery or nano

electrode materials, with

bahwa berdasarkan penelitian Majelis terdapat 1 (satu) perusahaan yang memiliki 3 (tiga) tarif untuk perhitungan pembayaran royaltynya yakni 4%/5%/6% dari penjualan bersih yang menimbulkan bias dalam perhitungan Interquartile ranges royalty yang terdapat pada TP Study sehingga untuk menghilangkannya Majelis berpendapat untuk menggunakan tarif nilai tengahnya yakni 5% untuk data pembanding sebagai berikut:

No. Effective Date Licensor Licensee Payment Term

2. 23 Jan 2004 FFF Nanotechnologies, Inc KKK, Inc 4% of net sales 5% of net sales 6% of net sales

bahwa dengan demikian Majelis berpendapat hanya terdapat 3 (tiga) perusahaan yang dapat diajdikan sebagai data pembanding dengan tarif royalty sebagai berikut:

No. Effective Date Licensor Licensee Payment Term

1. 1 Okt 2001 GGG Enviromental Resources, Inc

JJJ Energy, Inc 5% of net sales 2. 23 Jan 2004 FFF Nanotechnologies, Inc KKK, Inc 5% of net sales 3. 16 Sep 2005 HHH Unlimited Inc LLL Science,

LLC

2% of net sales

bahwa Majelis berpendapat Interquartile ranges royalty atas trade mark, know-how and technical assistance license agreements dihitung kembali sehingga menjadi sebagai berikut:

Inter-quartile range of royalty rate Quartile Royalty Rate Higest observed value 5.00%

Upper Quartile 5.00%

Median 5.00%

Lower Quartile 3.50%

Lowest observe value 2.00%

bahwa tarif royalty yang dibayarkan oleh Pemohon Banding berada pada Q1 – Q3 dengan demikian Pemohon Banding dapat membuktikan bahwa pembayaran royalty kepada AAA BV sebesar 5% dari penjualan telah memenuhi prinsip kewajaran sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 43/PJ/2010;

bahwa menurut Majelis perhitungan harga wajar atas biaya royalty Pemohon Banding yang dilakukan oleh Terbanding dengan menggunakan metode ROT tidak memiliki dasar hukum yang kuat dan tidak dapat dijadikan sebagai acuan sebagai dasar koreksi Terbanding;

bahwa menurut Majelis metode TNMM yang digunakan pihak Peneliti Keberatan untuk menilai metode ROT tidak dilakukan dengan cermat, dengan alasan :

a. Metode TNMM tidak dapat ditetapkan sebagai metode transfer pricing yang sesuai untuk diterapkan kepada Pemohon Banding karena Terbanding tidak melaksanakan analisis kesebandingan dalam rangka mengkarakterisasikan transaksi antara pihak yang memiliki hubungan istimewa;

b. Tim Peneliti telah salah dalam menerapkan TNMM karena tidak memperhatikan kriteria independensi dalam memilih perusahaan pembanding;

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Harga Pokok Penjualan berupa Biaya Royalti sebesar USD 2,177,157.00 tidak dapat dipertahankan;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Menimbang :bahwa dalam sengketa Banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif pajak;

Menimbang :bahwa dalam sengketa Banding ini terdapat sengketa mengenai kredit pajak;

Menimbang :bahwa dalam sengketa Banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

Menimbang :bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, rekapitulasi pendapat Majelis atas pokok sengketa adalah sebagai berikut

No. Uraian Sengketa

Nilai Sengketa (USD)

Dipertahankan Majelis

Tidak dapat Dipertahankan

Majelis 1. Harga Pokok

Penjualan

2,177,157.00 0,00 2,177,157.00

Jumlah 2,177,157.00 0,00 2,177,157.00

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menimbang :bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding, sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2010 Pemohon Banding sebagai berikut:

No Uraian Menurut

Pemohon Banding (USD)

Terbanding (USD)

Majelis (USD)

Koreksi yang dibatalkan

(USD) 1 Peredaran Usaha 144,235,585.00 144,235,585.00 144,235,585.00 0,00 2 Harga Pokok

Penjualan

132,258,876.00 130,081,719.00 132,258,876.00 2,177,157.00 3 Penghasilan

Bruto Usaha (1 - 2)

11,976,709.00 14,153,866.00 11,976,709.00 2,177,157.00

4 Biaya Usaha 2,293,443.00 2,293,443.00 2,293,443.00 0,00

5 Penghasilan Neto Dalam Negeri (3 - 4)

9,683,266.00 11,860,423.00 9,683,266.00 2,177,157.00

6 Penghasilan (Rugi) dari Luar Usaha

(1,364,795.00) (1,364,795.00) (1,364,795.00) 0,00

7 Penyesuaian Fiskal:

Penyesuaian Fiskal Positif

334,756.00 334,756.00 334,756.00 0,00

Penyesuaian Fiskal Negatif

994,926.00 994,926.00 994,926.00 0,00

Jumlah (660,170.00) (660,170.00) (660,170.00) 0,00

8 Penghasilan Neto Luar Negeri

0,00 0,00 0,00 0,00

9 Penghasilan Neto (5+6+7+

8)

7,658,301.00 9,835,458.00 7,658,301.00 2,177,157.00

10 Kompensasi Kerugian

7,658,301.00 9,835,458.00 7,658,301.00 2,177,157.00 11 Penghasilan

Kena Pajak (9 - 10)

0,00 0,00 0,00 0,00

12 PPh Badan Terutang

0,00 0,00 0,00 0,00

13 Kredit Pajak 2,834,460.00 2,834,460.00 2,834,460.00 0,00 14 PPh Badan

Kurang (Lebih) Bayar (12 - 13)

(2,834,460.00) (2,834,460.00) (2,834,460.00) 0,00

15 Sanksi Administrasi

0,00 0,00 0,00 0,00

16 Jumlah yang Masih Harus (Lebih) Dibayar

(2,834,460.00) (2,834,460.00) (2,834,460.00) 0,00

Mengingat :Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan peraturan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan sengketa ini;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Memutuskan :Mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor: KEP- 663/WPJ.07/2013 tanggal 22 April 2013, tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2010 Nomor: 00006/406/10/052/12 tanggal 27 Januari 2012, sebagaimana telah dibetulkan dengan Keputusan Terbanding Nomor: KEP-2090/WPJ.07/2013 tanggal 10 Oktober 2013, atas nama : XXX, sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2010 Pemohon Banding sebagai berikut:

Penghasilan Netto USD 7,658,301.00 Kompensasi Kerugian USD 7,658,301.00 Penghasilan Kena

Pajak

USD 0,00 PPh Terutang USD 0,00 Kredit Pajak USD 2,834,460.00 PPh Kurang (Lebih)

Bayar

USD (2,834,460.00)

Demikian diputus di Jakarta pada hari Rabu tanggal 3 Febuari 2014 berdasarkan musyawarah Majelis XIIA Pengadilan Pajak yang ditunjuk dengan Penetapan Ketua Pengadilan Pajak Nomor: Pen.00337/PP/PM/IV/2013 tanggal 12 April 2013 dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut:

Drs. AAA, SH., MM., MH.

sebagai Hakim Ketua, BBB, SH. sebagai Hakim Anggota, Drs. CCC, MSi sebagai Hakim Anggota, DDD sebagai Panitera Pengganti,

Putusan Nomor : PUT.79846/PP/M.XIIA/15/2017 diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Senin tanggal 16 Januari 2017 dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut:

BBB, S.H. sebagai Hakim Ketua, Drs. CCC, MSi sebagai Hakim Anggota, FFF, Ak., M.M., C.A. sebagai Hakim Anggota, DDD sebagai Panitera Pengganti,

dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, tidak dihadiri oleh Pemohon Banding dan tidak dihadiri oleh Terbanding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pasal 2 ayat (3) huruf b dijelaskan bahwa kriteria unit tertentu dari badan pemerintah yang tidak dikenakan pajak

“Menimbang, bahwa Pasal 32 ayat (5) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menyebutkan Putusan Mahkamah

Angka (19) : Diisi Direktur Jenderal apabila pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Kantor Wilayah/KPU, atau diisi Direktur Jenderal dan Kepala Kantor Wilayah/KPU yang

Karena seorang operator yang baik dapat dianggap sebagai tuan rumah suatu hotel dimana petugas operator lah yang menyambut serta menerima setiap panggilan, memperkenalkan

Menurut Direktorat Jenderal Pajak dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23)

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 117 tahun 2008 tentang Nomor Kode Lokasi Satuan Kerja Perangkat Daerah Dan

Adapun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo, melalui model Round Teble .Penelitian

Mata pelajaran Ekonomi merupakan mata pelajaran yang menarik dan penting dipelajari karena memiliki keterkaitan yang erat dengan permasalahan kehidupan masyarakat