• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBERADAAN MAHKAMAH PARTAI POLITIK DI INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DAVID JULIANUS SARUKSUK

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018 NIM: 140200396

DEPARTEMEN HUKUM TATA NEGARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Tetaplah Berdoa (1 Tesalonika 5 : 17)

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas kasih dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Judul skripsi ini adalah “Analisis Keberadaan Mahkamah Partai Politik di Indonesia dalam Penyelesaian Perselisihan Internal Partai Politik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011”. Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan, namun dengan lapang dada Penulis menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.

Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya teristimewa kepada Ibu Penulis yaitu Riadame Sihombing dengan rasa penuh cinta kasih dan sayang dalam membesarkan dan mendidik penulis serta tidak pernah lupa memberikan dorongan serta dukungan sehingga Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini dan juga kepada Bapak Penulis yaitu Alm. Lamsihar Saruksuk yang telah lebih dahulu ada di surga sana.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Faisal Akbar Nasution, S.H., M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan- masukan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih telah menjadi ayah bagi kami di Departemen.

7. Ibu Dr. Afnila, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Yusrin, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak Drs. Nazaruddin, SH., M.A., Bapak Armansyah, S.H., M.Hum., dan Bapak Dr. Mirza Nasution, S.H., M.Hum., selaku Dosen di Departemen Hukum Tata Negara yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan-masukan dalam perkuliahan selama ini.

10. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah banyak membantu Penulis dalam urusan perkuliahan selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

11. Bapak Dr. Edy Ikhsan, S.H., M.A., selaku Pembina di Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) Fakultas Hukum USU dan terima kasih telah menjadi ayah bagi kami di GEMBEL.

12. Ibu Windha, S.H., M.Hum., dan Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H., yang penuh perhatian dalam membimbing kami dalam mengikuti National Moot Court Competition (NMCC) A.G. Pringgodogdo V, Universitas Airlangga, Surabaya, sehingga menyisahkan kesan yang sangat berharga serta telah bersedia menjadi dosen yang sudah menjadi keluarga kami dan terima kasih untuk rumah buat kami menginap dan latihan delegasi.

13. Bapak Dr. Mahmud Mulyadi, SH., M.Hum., yang dengan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk membimbing dan mengarahkan kami dalam mengikuti Constitutional Moot Court Competition (CMCC) IV Piala Mahkamah Konstitusi sehingga menyimpan banyak kenangan yang tidak akan terlupakan serta dukungan dari materil dan moril yang sangat berarti.

14. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu serta mendidik dan membimbing Penulis selama mengikuti perkuliahan sampai Penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan baik. Serta kepada seluruh Bapak/Ibu Staf Adminitrasi (Pegawai Tata Usaha) terkhusus bagian kemahasiswaan yang telah banyak membantu dan memberikan pelayanan terbaiknya sehingga Penulis dapat menyelesaikan urusan-urusan adminitrasi dengan baik.

(6)

15. Yang tersayang kepada kakak-kakak terkasih Penulis yaitu Kak Arjuna Saruksuk, S.Pd., dan Kak Jenti Semiwati R. Saruksuk, Am.Keb., yang telah banyak membantu, memberikan dukungan materil, moril dan doa agar Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada Kak Tiara Pasaribu, Bang Hotler Saruksuk, S.Pd., Bang Torang Saruksuk, S.Pd., yang telah banyak mendukung dan mendoakan penulis.

16. Teristimewa kepada abang penulis Bang Kastro Sitorus, S.H, dan Bang Febrian Manurung, S.H., yang selalu memberikan cinta kasih mula-mula.

Bukan sekedar PKK namun lebih dari seorang saudara laki-laki. Kiranya selalu dalam penyertaan Tuhan.

17. Teristimewa kepada Bang Alboin Fransius Pasaribu, S.H., M.H., Kak Mipa Sere Sumantri Sitohang, S.H., dan Kak Wita Rohana Pandingan, S.H., yang telah banyak memberikan masukan-masukan serta menjadi Pembimbing III, IV dan V penulis.

18. Kelompok Kecil ERASTUS, keluarga kecil Penulis yang sangat dikasihi melalui KMK UP FH USU yaitu Herbet Ricardo Manalu, Waristo Ritonga dan Adianto Tobing dan juga Kelompok Kecil ADORIA yaitu Gita Maria Puspita Sitinjak, Intani Kristin Manullang, Sylvia Rouse Haloho, Saut M.P. Hutagalung, S.H., dan Delvina Nova yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada Penulis serta PKK penggati yang tidak kalah dalam mengasihi yaitu Kak Rumondang Siagian, S.H., dan Kak Saidibot Roulina Panjaitan, S.H.

19. Adik-adikku terkasih Kelompok Kecil OTNIEL yaitu Theresia Junita Barus, Olyvia Margareth Barasa dan Nur Cahaya Pasaribu. Terima kasih

(7)

telah mengisi hari-hari abang dan memberikan warna tersendiri dalam kehidupan abang. Tetaplah menjadi “Singa Tuhan” dan teruslah bertumbuh dalam kasih Tuhan.

20. Adik-adikku terkasih Kelompok Kecil ABDIAS DEFANDRA yaitu Penita Azriani Nababan, Sugita Girsang, Andreas Kristian Aldes Simamora, Ober Goklas Sihite dan Michael Fransisko Nainggolan. Terima kasih telah hadir untuk mengisi kehidupan abang. Dari kalian abang mengerti apa arti dari kesabaran dan kerendahan hati.

21. Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) khususnya 2014 yaitu terkhusus kepada Yunita O. Siagian, Elisabeth Aurora S, Tioneni sigiro, Teoli Telaumbanua, Indra Permana Rgg, Elia Silitonga, Iwan Siregar, Waristo Ritonga, Gita Sitinjak, Rahma Dinah, S.H., Sudarman Sinaga, Helen Pasaribu, Herman Gea, Doli Nasution, Alfa Napitupulu, Delvina Nova, Ceperianus Gea dan Hafifah S. Manik yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Salam Persahabatan!!!

22. Abang/kakak penulis di Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) yang dengan setia terus mengajari Penulis, abang/kakak dari stambuk 2007 sampai 2013 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih telah mengajarkan untuk tetap setia sekalipun harus mengalami kekecewaan.

23. Adik-adik penulis di Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) stambuk 2015 dan 2016 semoga semakin semangat menggapai cita dan tetap solid didalam membangun perkumpulan ini. Kalian tahu apa salah dan kalian tahu apa yang harus dilakukan.

(8)

24. Kepada seluruh Pemerintahan XI yaitu Wapres, Menteri, Wakil Menteri dan anggota kementerian, panitia di GEMBEL in Action (GIA) 2015 yaitu Waket, Sekretaris, Bendahara dan seluruh anggota seksi, panitia HUT Ke- 8 GEMBEL, panitia HUT Ke-9 GEMBEL, panitia GEMBEL Peduli 2016 dan panitia Gebyar GEMBEL 1 Dekade.

25. Tim Regenerasi 2017 yaitu Indra, Teoli, Maruli, Tioneni, Iwan, Elisabeth, Doli dan Fanidia tetap semangat serta terkhusus kepada adik-adik regenerasi kami yaitu Ariel Sinaga, Agustina Sinurat, Emry Simarmata, Rizky Gurning, Faradisa Ramadhani, Elvanni Sembiring, Martha Pasaribu, Valentina Simandalahi, Winanda Yani, Selvi Sitio, Jusniar Sinaga dan Cintya Siagian, kalian adalah orang-orang hebat dan orang pilihan.

Selamat berjuang dan teruslah berproses.

26. Komunitas Peradilan Semu (KPS) selaku organisasi pertamaku di Fakultas Hukum USU, terima kasih buat abang/kakak coach dan seluruh teman- teman terkhusus stambuk 2014 serta adik-adikku di KPS yaitu Reinhard Siahaan, Silvia Pratiwi, Dina Damanik, Theresia Junita, Haposan Banjarnahor, Surya Sirait, Yohannes Manalu, Frans Hutabarat dan adik yang lain tetap semangat untuk melanjutkan semangat mooters. Semoga kita segera menemukan masa kejayaan dalam dunia mooter. Salam Mooters!!!

27. Delegasi National Moot Court Competition FH USU Piala A.G.

Pringgodigdo V di Universitas Airlangga, Surabaya yaitu Bang Ritcat H.

Sitorus, S.H., Kak Vinamya, S.H., Kak Amanda, Helen, S.H., Kak Nurliza, S.H., Kak Dermawan, S.H., Fadlan, S.H., Deniel, S.H., Yudika,

(9)

Doli, Irene Manik, Irene Cristna, Riris, Daniel, Hafifah, terimakasih untuk hal baru, berjuang dan belajar bersama demi membanggakan kampus tercinta. Juara 3 berkas terbaik adalah bonus yang kita raih. Keep Fighting, Horas!!!

28. Delegasi Constitutional Moot Court Competition FH USU Piala Mahkamah Konstitusi 2017 di Universitas Tarumanagara, yaitu Tioneni, Kristian, Irene, Tetti dan Fransiskus, semangat selalu dalam perkuliahan dan tetap jaga nama baik kampus kita. Posisi ke 4 tingkat nasional adalah kebanggaan tersediri bagi kita. We must straight to the campion, horas!!!

29. Persatuan Mahasiswa Hukum Tata Negara (PERMATA) terkhusus kepada 2014 yaitu Iwan Siregar, Anggina Pane, Doli Nasution, Mulana Bona, Chengsen Sipahutar, Riwando Manihuruk, Faisal Batubara, Billy Simamora dan Denny Ananta. Salam Konstitusi!!!Harmonis!!!

Teristimewa kepada Tim Academic Constitutional Drafting MPR RI 2017 yaitu Anggina, Doli, Iwan dan Bona yang walaupun kita hanya di posisi 8 yang terpaut nilai yang sangat tipis. Salam Sinergis!!!

30. Terkhusus kepada Anggina Putri Pane teman satu dosen pembimbing yang telah sama-sama berjuang untuk penyelesaian skripsi kita masing-masing, terima kasih atas masukannya selama ini. Apakah harapan untuk sidang bareng akan tercapai? Mari kita kihat saja di hari sidang kita nanti.

31. Sahabat penulis sejak SMA yaitu Christin Desi Marisi Pasaribu, Amd., Bripda Central Plus Marbun, Lybertina Nadeak, S.H., Muamalah Dakhi, S.E., Yosse Ana Maria Silalahi, S.Ked., dan Inca Cristi Tinambunan, c.S.Pd. 7 tahun adalah waktu yang sangat spesial bagi kita untuk saling

(10)

melengkapi. Dengan rasa bangga penulis menyampaikan ribuan terima kasih atas dukungan dan doa yang tidak akan terbalaskan oleh apapun.

Kalian luar biasa sahabatku. I love you so much, ever and forever!

32. Sahabat penulis sewaktu kuliah di Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan yaitu Hirim Uli Manullang, Irma Sari Tarigan, S.Pd., Linsanita Nababan, S.Pd., Sri Erliani Gurning, S.Pd., Veftiana Silalahi, S.Pd., dan seluruh teman-teman kelas Fisika Dik A 2013, maafkan komting kalian yang pindah kampus ini. See you on the top, guys!

33. Sahabat terkasih penulis yang terdiri atas Geng, Grup, Kelompok Penulis selama perkuliahan “walau ada geng dalam geng” yaitu Grup Ubi-Ubi + Tim Klinis (Kristian Hutapea, Tioneni Sigiro, Indra Permana Rgg, Elisabeth Aurora, Monauli Sitanggang, Elia Silitonga, Andree Sergeyevich Gorbachev), Cikole Lepompong (Tioneni, Kristian), Penggila Nangka (Teoli, Tioneni, kristian), Buaya Darat (Kak Sarai Bangun, S.H., Elisabeth, Iwan), Kitos Geng (Teoli, Tioneni, Yunita, Elisabeth), KFC Walkot (Elisabeth, Yunita).

34. Penghuni RUMBEL yang telah menjadi abang penulis selama di perkuliahan yaitu Bang Samuel Marpaung, S.H., Bang Ritcat H. Sitorus, S.H., Bang Wilfrid Lumbantobing, S.H., Bang Hendra Siahaan, S.H., Bang Febrian Manurung, S.H., Lae Yonas Situmorang, S.H., Bang Poltak Sijabat, S.H., Alex Mulandar Manalu dan Bang Defin C. Sirait, S.H., tetap semangat untuk menabur dan menuai.

(11)

35. Komponen pelayanan di UKM Kebaktian Mahasiswa Kristen USU Unit Pelayanan Fakultas Hukum buat dukungan dan doa selama ini. Tuhan terus memberkati pelayanan ini. Mari terus berjaga-jaga dalam doa.

36. Teman-teman seperjuangan Grup E stambuk 2014 Fakultas Hukum USU yang sudah banyak mendukung dan mengajari banyak hal.

37. Keluarga besar Beswan Djarum Regional Medan terkhusus kepada Pembina kami Mas Ahmad Joko Sitepu dan Mas Ronny SMS serta teman- teman Beswan 32 Medan yaitu Chessa Stefany, Laura Arya Wienanta, Mulana Bona Manik, Novianti Artika Sari, Bintang Thunder dan Yunal Pane. Semangat mengejar gelarnya teman-teman seperbeswanan.

38. Keluarga besar Beswan Djarum Nasional angkatan 32 ada 525 orang dan tidak bisa disebutkan satu per satu, namun terkhusus kepada preman dan bosq Marianus Filipe alias Vino (Bandung asal NTT), Nola Aini (Bali), Hand Arga, Angela Dea, Intan dan Tami (Surabaya), Nanda Nugraha dan Eric Untario (Makassar), Claudia dan Muchtar (Jambi), Abrar dan Della (Riau), Aryak, Hasbek, Ivonne dan Rayen (Yogyakarta), Hady dan Brian (Palembang), Yuni (Palu), Gou dan Fayi (Kalimantan), Grace dan Michael (Batam). Terima kasih untuk perjalanan selama di Semarang, Bandung dan Yogyakarta serta telah memaksaku memasukkan nama kalian disini.

Teristimewa kepada Pembina Regional Jakarta Mas Adrian Hadinata tetap semangat membina ya mas.

39. Seluruh sponsor yang telah memberikan bantuan dana pendidikan dan pelatihan kepada penulis selama perkuliahan yaitu PT. Djarum Foundation melalui Djarum Beasiswa Plus, BCA Finance Peduli dan Yayasan

(12)

Beasiswa Oikumene yang telah menghantarkan penulis untuk berkunjung ke beberapa provinsi di Indonesia serta diperkenalkan dengan ratusan mahasiswa berprestasi dari seluruh penjuru Indonesia.

40. Seluruh Panitia Perayaan Natal Keluarga Besar Fakultas Hukum USU 2017, terkhusus kepada seksi acara terimakasih untuk pelayanan kita dan semangat kita, kiranya apa yang boleh kita kerjakan untuk kemuliaan Tuhan.

41. Seluruh sahabat, teman dan keluarga Penulis yang tidak dapat Penulis disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan, semangat dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

42. Teristimewa kepada setiap pribadi yang telah membawakan penulis dalam bagian doa khusus di jam doa pribadinya. Tuhan yang tetap memberkati.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan masukan untuk kita semua. Sekian dan terima kasih.

Medan, 26 Februari 2018 Penulis,

David Julianus Saruksuk

(13)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAKSI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 10

D. Keaslian Penulisan... 12

E. Tinjauan Kepustakaan ... 13

F. Metode Penelitian ... 24

G. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II KEBERADAAN MAHKAMAH PARTAI POLITIK DI INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK DALAM PRAKTEK DI LAPANGAN... 28

A. Tinjauan Tentang Mahkamah ... 28

B. Tinjauan Tentang Mahkamah Partai Politik ... 38

1. Pembentukan Mahkamah Partai Politik ... 38

2. Peran dan Fungsi Mahkamah Partai Politik ... 41

3. Hukum Acara Mahkamah Partai Politik ... 44

C. Keberadaan Mahkamah Partai Politik di Indonesia dalam Penyelesaian Perselisihan Internal Partai Politik dalam Praktek di Lapangan ... 45

1. Kewajiban Mengusahakan Penyelesaian Secara Internal Sebelum Pengajuan Gugatan Ke Pengadilan Negeri ... 45

(14)

2. Apabila Mahkamah Partai Politik Belum Terbentuk Atau MahkamahPartai Politik Tidak Memproses Penyelesaian

Perselisihan Internal Partai Politik ... 49

3. Apabila Gugatan Ke Pengadilan Negeri Diajukan Saat ProsesPenyelesaian di Mahkamah Partai Politik Sedang Berjalan ... 52

BAB III MEKANISME PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011 ... 54

A. Keberadaan Partai Politik dalam Suatu Negara ... 54

1. Partai Politik dalam Negara Demokrasi ... 54

2. Partai Politik dalam Negara Otoriter/Totaliter ... 56

3. Asal Mula Perkembangan Partai Politik ... 58

B. Tinjauan Tentang Partai Politik ... 61

1. Defenisi Yuridis Partai Politik ... 61

2. Ciri-Ciri Partai Politik ... 65

3. Asas Partai Politik ... 67

4. Tujuan Partai Politik ... 68

5. Fungsi Partai Politik ... 69

C. Perselisihan Internal Partai politik ... 76

1. Jenis Perselisihan Internal Partai Politik ... 76

2. Beberapa Perselisihan Internal dan Perpecahan Partai Politik dalam Lintasan Sejarah ... 80

a) Perpecahan Partai Kebangkitan Bangsa ... 81

(15)

b) Perpecahan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan

Intervensi Pemerintahan Orde Baru ... 82

c) Perpecahan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) dan Intervensi Pemerintah Orde Baru ... 85

D. Mekanisme Penyelesaian Perselisihan Internal Partai Politik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 ... 87

BAB IV KEKUATAN MENGIKAT PUTUSAN YANG DIHASILKAN OLEH MAHKAMAH PARTAI POLITIK DALAM PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011 DAN PRAKTEK PUTUSAN PENGADILAN ... 92

A. Kekuatan Mengikat Putusan Yang Dihasilkan Oleh Mahkamah Partai Politik dalam Perselisihan Internal Partai Politik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 ... 92

B. Kekuatan Mengikat Putusan Yang Dihasilkan Oleh Mahkamah Partai Politik dalam Perselisihan Internal Partai Politik dalam Praktek Putusan Pengadilan ... 98

BAB V PENUTUP ... ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011

(16)

ABSTRAKSI David Julianus Saruksuk*

Faisal Akbar Nasution**

Yusrin***

Keberadaan mahkamah partai politik atau sebutan lain dalam suatu partai di Indonesia diakui dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (UU Partai Politik). Menurut Pasal 32 UU Partai Politik menyebutkan bahwa mahkamah partai politik berfungsi untuk menyelesaikan perselisihan internal partai politik sebagaimana diatur di dalam AD dan ART partai politik. Penyelesaian perselisihan internal partai politik harus diselesaikan paling lambat 60 (enam puluh) hari. Putusan mahkamah partai politik bersifat final dan mengikat secara internal dalam hal perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan.

Keputusan mahkamah partai politik tidak boleh diubah, baik oleh pimpinan partai politik maupun oleh pemerintah, terutama hal yang berkenaan dengan kepengurusan.

Tetapi realita dalam pelaksanaan cenderung tidak maksimal dijalankan. Terlebih lagi putusan dari Mahkamah Partai baru bisa dihasilkan kurang lebih dua tahun terhitung dari pelaksanaannya. Hal ini menjadi sebuah kontradiksi dari penjelasan mengenai Pasal 32 UU Partai Politik bahwa selambat-lambatnya penyelesaian internal diselesaikan paling lambat 60 (enam puluh) hari. Hal ini juga terjadi pada partai-partai yang mempunyai permasalahan internal didalamnya, terlebih lagi ada yang sama sekali tidak melewati proses mekanisme Mahkamah Partai dan langsung diajukan ke Pengadilan Negeri sehingga menimbulkan kontradiksi dengan perintah yang diamanatkan dalam UU Partai Politik.

Berdasarkan pokok pemikiran tersebut, dalam skripsi ini akan dibahas mengenai keberadaan mahkamah partai politik di Indonesia dalam penyelesaian perselisihan internal partai politik sesuai amanat dalam UU Partai Politik. Skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu metode penelitian hukum yang melihat tentang isi dan peraturan atau undang-undang yang ada dengan menggunakan data hukum primer, sekunder dan tersier sebagai sumber datanya.

Mahkamah partai politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh partai politik telah diperkuat pelembagaannya dengan putusan yang di keluarkan oleh Mahkamah Agung RI yang membenarkan setiap perselisihan harus terlebih dahulu diselesaikan melalui mahkamah partai politik dan pengadilan tidak akan memproses setiap sengketa internal partai politik apabila belum melalui mekanisme penyelesaian dalam mahkamah partai politik.

Kata Kunci : Keberadaan Mahkamah Partai, Perselisihan Internal Partai

*Mahasiswa Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I dan Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Dosen Pembimbing I dan Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan tidak didasarkan atas kekuasaan (machstaat). Hal ini mengandung arti bahwa negara termasuk di dalamnya pemerintahan dan lembaga-lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakan-tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.1Negara hukum digunakan untuk menerjemahkan, baik rechtsstaat maupun the rule of law, walaupun keduanya berasal dari dua tradisi hukum yang berbeda. Moh. Mahfud MD menyatakan bahwa negara hukum dalam konsepsi rechtsstaat berakar pada tradisi hukum civil law yang menitikberatkan pada administrasi dan mengutamakan wetmatigheid dan rechtmatigheid. Sementara the rule of law berakar pada tradisi hukum common law yang menitikberatkan pada aspek yudisial dan mengutamakan prinsip equality before the law.2

Friedrich Julius Stahl, mengemukakan empat unsure rechtsstaat, yaitu:3

1 Kusumadi Pudjosewojo, Pedoman Pelajaran Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1990), hal. 23.

2 Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi, (Yogyakarta: Gama Media, 1989), hlm. 127.

3 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998),

(i) perlindungan hak asasi manusia; (ii) pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu; (iii) pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatigheid van bestuur); (iv) peradilan administrasi dalam perselisihan. Untuk the rule of law, dalam pandangan Albert Venn Dicey setidaknya ada tiga konsepsi yang terkandung di dalamnya, yakni: (i) tidak seorang pun yang dapat dihukum

(18)

atau dibuat menderita secara hukum kecuali atas dasar pelanggaran terhadap hukum yang telah dibuat sebelumnya; (ii) tidak ada orang yang berada di atas hukum dan setiap orang, apapun derajat dan kondisinya, tunduk di bawah hukum;

(iii) adanya jaminan hak dan kebebasan personal di dalam konstitusi.

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian Pasal UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dan harus merupakan negara hukum.4

Dalam suatu sistem politik terdapat berbagai unsur dan salah satu unsur tersebut adalah partai politik.Partai politik memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Peranan penting partai politik adalah sebagai wadah bagi warga negara (masyarakat) untuk menyalurkan aspirasi dan kepentingan-kepentingan politiknya, sehingga diharapkan aspirasi

Sebagai suatu negara hukum dalam berjalannya suatu negara pasti tidak lepas dari sebuah sistem politik karena pasti sistem politik yang akan menjadi tolak ukur kemajuan dalam suatu negara. Negara yang maju dapat dipastikan bahwa sistem politik didalamnya tertata dengan baik. Sistem politik sendiri dapat diartikan sebagai suatu mekanisme dari seperangkat fungsi, dimana fungsi-fungsi tadi melekat pada suatu struktur-struktur politik, dalam rangka pelaksanaan dan pembuatan kebijakan yang mengikat masyarakat.

4 Lihat Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Penguatan lebih lanjut dipaparkan pada Penjelasan Tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia pada bagian sistem pemerintahan negara yang menyebutkan bahwa sistem pemerintahan negara yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar ialah bagian sub I dijelaskan Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), kemudian dilanjutkan pada poin 1 bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat).

(19)

dan kepentingan politik tersebut dapat diserap dan diwujudkan secara nyata melalui wakil-wakil atau kader-kader partai politik pada lembaga-lembaga pemerintahan negara.

Menurut definisi secara umum, partai politik berarti perkumpulan yang didirikan untuk mewujudkan ideologi politik tertentu. Adapun partai politik berkembang bersamaan dengan berkembangnya proses pemilihan. Partai-partai tersebut muncul sebagai komite pemilihan yang mendapatkan dukungan bagi seorang kandidat dari warga negara yang terkemuka dan mengumpulkan dana yang diperlukan untuk kampanya pemilihan.5

Samuel P. Huntington dalam bukunya “Political Order in Changing Societies” menegaskan bahwa perkembangan demokrasi telah meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan bernegara. Sarana kelembagaan terpenting yang harus dimiliki untuk mengorganisasi perluasan peran serta politik tersebut adalah partai politik.

Dengan penempatan wakil-wakil atau kader-kader partai politik tersebut, partai politik dapat juga dikatakan sebagai bentuk dari partisipasi politik masyarakat secara langsung dengan melibatkan diri dalam perebutan kekuasaan politik yang mempengaruhi jalannya sejarah suatu bangsa dan negara. Sejarah munculnya partai-partai politik di masing-masing negara berbeda-beda. Namun dapat dikatakan bahwa tumbuhnya partai politik secara bebas merupakan indikasi dari munculnya demokrasi.

6

5 Afan Gaffar, Partai Politik dan Kelompok Kelompok Penekan, (Yogyakarta: PT. Bina Aksara, 1984), hal. 3.

6Samuel P. Huntington, Tertib Politik Di Tengah Pergeseran Kepentingan Massa, Terjemahan dari Political Order in Changing Societies, Alih bahasa: Sahat Simamora dan

(20)

Bagi suatu negara demokrasi, partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai politik memainkan peran penghubung yang strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa partai politik-lah yang sebetulnya menentukan demokrasi, seperti dikatakan Schattscheider

“political parties created demoracy”.7 Oleh karena itu, partai politik merupakan pilar yang sangat penting untuk diperkuat derajat pelembagaannya (the degree of institutionalization) dalam setiap sistem politik yang demokratis. Bahkan oleh Schattscheider dikatakan pula “modern democracy is unthinkable save in terms of the parties”.8Itu sebabnya, partai politik merupakan pilar demokrasi. Demokrasi tanpa partai politik akan kehilangan maknanya, sehingga partai politik menjadi instrumen penting dalam berdemokrasi.9

Memperhatikan dalam kondisi dinamika partai politik pasca era reformasi, terdapat banyaknya permasalahan yang ditimbulkan dari internal partai politik itu sendiri. Banyaknya permasalahan yang ditimbulkan dari anggota-anggota partai politik dalam pemerintahan, menimbulkan respon yang sangat serius dari masyarakat itu sendiri sebagai pengamat dan analisis terhadap dinamika politik

7 Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2006), hlm. 52.

8Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 401-402. Meskipun partai politik memeiliki peran penting dalam setiap sistem demokrasi, namun demikian banyak juga pandangan kritis bahkan skeptis terhadap partai politik.

Pandangan yang paling serius diantaranya menyatakan bahwa partai politik itu sebenarnya tidak lebih daripada kendaraan politik bagi sekelompok elit yang berkuasa atau berniat memuaskan

“nafsu birahi” kekuasaannya sendiri. Partai politik hanyalah berfungsi sebagai alat bagi segelintir orang yang kebetulan beruntung yang berhasil memenangkan suara rakyat yang mudah dikelabui, untuk memaksakan berlakunya kebijakan-kebijakan publik tertentu at the expense of the general will atau kepentingan umum.

9Firdaus, “Implikasi Sistem Kepartaian Terhadap Stabilitas Pemerintahan Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Sebelum dan Sesudah Amandemen UUD 1945”, Disertasi, (Bandung:

Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Padjadjaran, 2012), hlm. 35.

(21)

secara tidak langsung. Permasalahan internal di dalam partai politik menjadi suatu kaitan dari yang dijelaskan sebelumnya menjadi puncaknya.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan peran penting bagi perwujudan asas kedaulatan rakyat. Pasal 22E ayat (1) UUD NRI 1945 menetapkan Partai Politik merupakan peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPR RI dan DPRD. Menurut Pasal 6A ayat (2) UUD NRI 1945, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden RI diusulkan oleh Partai Politik atau gabungan Partai Politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum. Hal ini dimaksud merupakan constitutional given.10

Hans Kalsen menyatakan bahwa norma hukum adalah aturan, pola, atau standar yang perlu diikuti.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 (untuk selanjutnya disebut UU Partai Politik) tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik merumuskan :

“Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”

11

10 Kata sambutan Prof. Dr. H. M. Laica Marzuki, S.H. dalam Dwi Darojatun Patra Suwito, Aspek Hukum Perselisihan Internal Partai Politik, (Jakarta: Adhi Sarana Nusantara, 2017), hal.

Vi.

11 Yuliandri, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Baik, Cet. 3,

Secara norma hukum pengertian partai politik dari fungsi dan tugas serta kewenangannya telah jelas tertuang di dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2011. Maka dengan norma hukum yang baik harus disertai juga asas hukum yang baik untuk merumuskan norma hukum yang

(22)

konkret dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.12 Sebagaimana A.

Hamid S. Attamimi berpendapat, bahwa asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut khususnya dalam ranah keIndonesiaan, terdiri atas; Cita Hukum Indonesia; Asas Negara Berdasar Hukum dan Asas-asas lainnya.13

Sebagai contoh permasalahan yang dialami oleh Partai Golongan Karya (Golkar), berawal dari rapat pleno penentuan waktu Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar yang diselenggarakan di Kantor DPP Partai Golkar pada 24-25 November 2014. Akibat tidak ada titik temu dalam kesepakatan penetapan inilah terjadinya awal perpecahan, bahkan diwarnai kericuhan.

Semenjak itulah Golkar terpecah menjadi dua kubu, kubu pertama melaksanakan Munas IX di Bali pada 30 November-04 Desember 2014 juga menetapkan Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum. Sementara kubu kedua melaksanakan Munas IX di Ancol pada 6-8 Desember 2014 dan menetapkan Agung Laksono sebagai Ketua Umum.

Namun demikian, ternyata Undang-Undang Partai Politik tersebut masih memiliki kekurangan-kekurangan yang harus segera diperbaiki, karena dapat menimbulkan potensi ketidakpastian hukum.

14

Kedua kubu saling mengklaim bahwa kubu mereka yang sah dalam menjalani proses Musyawarah Nasional Golkar dan lebih parah permasalahan diajukannya gugatan dari dua kubu kepada Pengadilan Negeri Jakarta. Namun hasil dari pengadilan mengembalikan gugatan tersebut kepada setiap kubu agar diselesaikan melewati proses Mahkamah Partai.Permasalahan tersebut telah

12Ibid, hal. 22.

13Ibid, hal. 24.

14http://www.artefak.org/berita-update/berita-nasional/kronologis-dualisme-kepengurusan- golkar, dikses pada tanggal 20 Januari 2017

(23)

berujung hingga tahap kasasi, Mahkamah Agung secara bersamaan telah memberikan putusan kasasi untuk kasus Partai Golkar Nomor 490K/TUN/2015, yang menyatakan secara jelas bahwa sengketa internal partai politik tersebut telah selesai.15

Keputusan mahkamah partai politik tidak boleh diubah, baik oleh pimpinan partai politik maupun oleh pemerintah, terutama hal yang berkenaan dengan kepengurusan. Tetapi realita dalam pelaksanaan cenderung tidak maksimal dijalankan. Terlebih lagi putusan dari Mahkamah Partai baru bisa

Akan tetapi perlu ditegaskan kembali, bahwa permasalahan perselisihan sengketa internal partai politik ini mesti diluruskan, agar kedepan tidak terulang kembali demi mewujudkan amanat dari Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

Menurut Pasal 32 UU Partai Politik menyebutkan bahwa perselisihan partai politik diselesaikan oleh internal partai politik sebagaimana diatur di dalam AD dan ART. Dikatakan, perselisihan partai politik dilakukan oleh suatu mahkamah partai politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh partai politik.

Susunan mahkamah partai politik disampaikan oleh pimpinan partai politik kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Penyelesaian perselisihan internal partai politik harus diselesaikan paling lambat 60 (enam puluh) hari. Putusan mahkamah partai politik bersifat final dan mengikat secara internal dalam hal perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan.

(24)

dihasilkan kurang lebih dua tahun terhitung dari pelaksanaannya. Hal ini menjadi sebuah kontradiksi dari penjelasan mengenai Pasal 32 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 bahwa selambat-lambatnya penyelesaian internal diselesaikan paling lambat 60 (enam puluh) hari. Hal ini juga terjadi pada partai-partai yang mempunyai permasalahan internal didalamnya. Terlebih lagi ada yang sama sekali tidak melewati proses mekanisme Mahkamah Partai dan langsung diajukan ke Pengadilan Negeri.

Apabila tidak melewati Mahkamah Partai, maka gugatan yang diberikan kepada Pengadilan Negeri tentu bersifat prematur. Mekanisme penyelesaian internal partai melewati Mahkamah Partai tentu memakai sistem persidangan pada umumnya, yang dimana kedua belah pihak yang mempunyai permasalahan dipanggil untuk memberikan penjelasan mengenai latar belakang gugatannya dan diserahkan kepada pemimpin sidang. Setelah melewati proses tersebut baru dalam ke depan memang adanya pertimbangan dari Mahkamah Partai untuk memutuskan perselisihan tersebut bersifat final tentunnya.

Dengan melihat ketentuan dalam Pasal 33 bahwa dalam hal penyelesaian internal partai politik yang dilakukan oleh mahkamah partai politik seabagaimana dijelaskan dalam Pasal 32 tidak tercapai, maka penyelesaian perselisihan internal partai politik tersebut dapat dilakukan melalui pengadilan negeri. Putusan pengadilan negeri adalah putusan tingkat pertama dan terakhir, sehingga tidak dapat diajukan banding. Putusan pengadilan negeri hanya dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung RI. Pengadilan negeri wajib member putusan paling lama 60 (enam puluh) hari sejak gugatan perkara terdaftar di kepaniteraan pengadilan negeri. Putusam kasasi Mahkamah Agung dijatuhkan paling lama 30

(25)

(tiga puluh) hari sejak memori kasasi terdaftar di kepaniteraan Mahkamah Agung.

Baik putusan pengadilan negeri maupun putusan kasasi Mahkamah Agung mengikat semua pihak, termasuk Pemerintah cq Kementerian Hukum dan HAM RI. Pemerintah wajib melakukan penyesuaian (aanpassing) terhadap putusan peradilan dimaksud.16

Sehingga dengan mengacu pada tujuan dibentuknya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik, maka seyogyanya penyelesaian perselisihan partai politik tidak memandang sebelah mata terhadap penyelesaian melalui mahkamah partai politik sebagaimana diamanatkan dalam UU Partai Politik dan tidak langsung menjadikan pengadilan negeri sebagai langkah pertama dalam penyelesaian perselisihan internal partai politik. Karena pada dasarnya, dengan dibentuknya mahkamah partai politik maka asas hukum yang demokratis dan asas keterbukaanyang diterapkan terhadap penguatan semangat pelembagaan partai politik dapat tercapai, sehingga terwujudnya cita-cita dalam penataan dan penguatan Partai Politik yang ada di Indonesia.

Dengan pemaparan dari pemahaman di atas, maka penulis bertujuan untuk mengkajinya dalam sebuah penelitian hukum guna penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Keberadaan Mahkamah Partai Politik di Indonesiadalam PenyelesaianPerselisihan Internal Partai Politik Berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2011”.

(26)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pokok yang menjadi bahan dalam skripsi ini yaitu :

1. Bagaimanakah keberadaan mahkamah partai politik di Indonesia dalam penyelesaian perselisihan internal partai politik dalam praktek di lapangan?

2. Bagaimanakah mekanisme penyelesaian perselisihan internal partai politik berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011?

3. Bagaimanakah kekuatan mengikat putusan yang dihasilkan oleh mahkamah partai politik dalam perselisihan internal partai politikberdasarkanUndang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 dan praktek putusan pengadilan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan dalam skripsi ini, maka tujuan dari penulisan skripsi ini, antara lain :

a. Untuk mengetahui keberadaan mahkamah partai politik di Indonesia dalam menyelesaikan perselisihan internal partai pilitik dalam praktek yang terjadi di lapangan.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme penyelesaian perselisihan internal partai politik berdasarkan Undang-Undang nomor 2 tahun 2011.

c. Untuk mengetahui kekuatan mengikat putusan yang dihasilkan oleh mahkamah partai politik dalam perselisihan internal partai politik

(27)

berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 dan praktek putusan pengadilan.

2. Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan dibagian sebelumnya, maka beberapa manfaat dari penulisan skripsi ini, antara lain :

a. Kegunaan Teoritis

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum dalam proses mekanisme hukum yang berlaku. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan pranata hukum khususnya dibidang Partai Politik bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya

2. Mengetahui proses pelaksanaan penyelesaian perselisihan internal partai politik, agar bisa dapat memberikan suatu analisis dari landasan hukum dalam mekanismenya.

b. Kegunaan Praktis

1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para praktisi, terutama praktisi hukum dan praktisi dalam ilmu politik dalam hal dapat memberikan masukan untuk memecahkan masukan berbagai masalah dalam dinamika berjalannya partai politik.

2. Mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dan pihak terkait dalam menyelesaikan perselisihan internal partai politik, guna terciptanya kepastian serta perlindungan hukum terhadap partai politik.

(28)

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui dan mendalami mengenai Undang-Undang nomor 2 tahun 2011 tentang Partai Politik

D. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul “Analisis Keberadaan Mahkamah Partai Politik di Indonesia dalam Penyelesaian Perselisihan Internal Partai Politik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011” maka terlebih dahulu dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 22 Januari 2018 yang menyatakan bahwa

“tidak ada judul yang sama” dan tidak terlihat adanya keterkaitan.

Surat dari Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tersebut kemudian dijadikan dasar bagi Dr. Faisal Akbar Nasution, S.H., M.Hum. (Ketua Departemen Hukum Tata Negara) untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat di lingkungan Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media internet dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut, namun substansinya berbeda dengan substansi

(29)

dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran Penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Oleh karena itu, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Adapun tinjauan kepustakaan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Pengertian Partai Politik

Kata partai politik atau political party berasal dari bahasa latin PARS, artinya bagian, ten gedeelte van het geheel. Dari makna PARS yang berarti bagian atau penggalan, berarti manakala terdapat suatu bagian tertentu maka terbuka pula peluang bagi bagian-bagian lain guna membentuk suatu komunitas kelompok lain. Keberadaan partai-partai politik sebagai wujud lukisan mosaic pada suatu pameran. Negara satu partai (“eenpartij-staat”) bertentangan dengan hakikat dan makna PARS, merupakan contradictio in adjecto, bertentangan dengan fitrah keberadaan suatu partai politik, “tegenstrijdigheid door de toevoeging”.17

Partai politik adalah hasil perwujudan dari suatu wadah ketika adanya kebebasan untuk berserikat. Dijelaskan sebelumnya bahwa pengertian partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir dimana para anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai serta tujuan yang sama. Tujuan kelompok ini adalah bertujuan untuk merebut dan mempertahankan kedudukan politik secara

(30)

konstitusional yang bertujuan untuk melaksanakan dan mewujudkan kebijakannya.

Dalam berbagai teori, seperti yang disebutkan oleh Carl J. Friedrich bahwa partaipolitik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasan pemerintah bagi pemimpin partainya, dan berdasarkan penguasan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil.18Ramlan Surbakti mendefinisikan partai politik sebagai kelompok anggota yang terorganisasikan secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentudan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun.19

Sigmun Neuman seperti yang dikutip oleh Miriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik mengemukakan definisi partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

Dengan demikian partai politik merupakan perantara besar yang menghubungkan kekuasaan-kekuasaan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan Inu Kencana mengemukakan definisi partai politik sebagai sekelompok orang-orang memiliki ideologi yang sama, berniat merebut dan mempertahankan kekuasaan dengan tujuan untuk memperjuangkan kebenaran, dalam suatu levelnegara.

18 Miriam Budiarjo, Op. Cit., hal. 12.

19 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, Jakarta, 1992), hal. 116.

(31)

yang resmi dan yang mengkaitkannya dengan aksipolitik di dalam masyarakat politik yang lebih luas.20

Defenisi partai politik telah dikemukakan oleh beberapa sarjana, yang mana dengan melihat defenisi tersebut dapat memberikan gambaran yang dimaksud dengan partai politik itu. Miriam Budiardjo memberikan defenisi partai politik sebagai suatu kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita- cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.21

Mark N. Hagopian menjelaskan bahwa partai politik adalah suatu organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk karakter kebijaksanaan publik dalam rangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologi tertentu melalui praktek kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan.22

Dari sudut pandang pemikir dunia Islam, Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahwa partai adalah mazhab dalam politik dan mazhab adalah partai dalam fikih.

Dia menegaskan “ketika kita mengizinkan penerapan multipartai dalam negara Islam, itu bukan berarti kita membolehkan beragamnya partai dan kelompok yang didukung oleh orang-orang tertentu yang mempunyai tujuan atau kepentingan sendiri”. Qardhawi menganalogikan partai politik dengan mazhab fikih. Para pendukung partai tidak ubahnya pendukung mazhab fikih. Masing-masing mereka

20 Miriam Budiarjo, Op.Cit, hal. 13.

21Ibid., hal. 159-160.

22 Mark N. Hagopian dalam Margono, Pendidikan Pancasila; Topik Aktual Kenegaraan dan

(32)

mendukung apa yang dilihatnya lebih dekat kepada kebenaran dan patut didukung.23

J. A. Corry dan Henry J. Abraham mengungkapkan pendapatnya tentang partai politik seperti yang dikutip oleh Ichsanul Amal dalam bukunya Teori-teori Mutakhir Partai Politik, ”Political party is a voluntary association aiming to get control of the government by filling elective offices in the government with its members”.24

Partai politik juga berbeda dengankelompok penekan (pressure group) atau yang lebih dikenal dengan kelompok kepentingan (inters group).Kelompok kepentingan hanya bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan tertentu dengan mempengaruhi pembuat keputusan. Kelompok kepentingan biasanya berada di luar partai politik, yaitu berasal dari kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat.Partai politik yang ada haruslah memilki tujuan yang bersifat umum.

Dari berbagai definisi di atas, dapat dilihat bahwa tujuan utama partai politik adalah menguasai pemerintahan sehingga mereka dapat lebih leluasa melaksanakan keinginan-keinginan mereka serta mendapatkan keuntungan. Partai politik berbeda dengan gerakan (movement). Suatu gerakan biasanya menggunakan politik untuk mengadakan suatu perubahan terhadap suatu tatanan yang ada dalam masyarakat, bahkan ada yang sampai ingin menciptakan tatanan masyarakat yang benar-benar baru. Partai politik memiliki tujuan yang lebih luas dari sekedar perubahan, partai politik juga ikut mengadu nasibnya dalam pemilihan umum.

23 Yusuf Qardhawi, “Fiqih Negara: Ijtihad Baru Seputar Sistem Demokrasi Multi Partai Keterlibatan Wanita di Dewan Perwakilan Partisipasi dalam Pemerintahan Sekuler” dalam Prof.

Dr. H. Ahmad Sukardja, S.H., M.A., Hukum Tata Negara & Hukum Administrasi Negara Dalam Perspektif Fikih Siyasah, Cet. Ke-2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hal. 147.

24 Ichsanul Amal, Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1996), hal. 24.

(33)

Dalam hal ini bertujuan untuk kepentingan masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.

2. Pengertian Mahkamah Partai Politik

UU Partai Politik sudah mengamanatkan setiap partai politik membentuk suatu lembaga untuk menyelesaikan perselisihan internal partai politik yang disebut mahkamah partai politik. Meskipun telah diamanatkan pembentukannya, UU Partai Politik ternyata sama sekali tidak memberikan defenisi apa yang dimaksud dengan mahkamah partai politik.

Defenisi dari mahkamah partai politik atau lembaga penyelesaian perselisihan internal dengan nama lainnya, justru dapat ditemui dalam anggaran dasar beberapa partai politik antara lain sebagai berikut :

1) Partai Demokrat

Pasal 22 ayat (1) Anggaran Dasar Partai Demokrat

“Dewan Kehormatan adalah badan yang bertugas dalam proses pengambilan keputusan untuk menjatuhkan sanksi, dan/atau menyelesaikan perselisihan internal partai atas laporan Komisi Pengawasan”.25

2) Partai Keadilan Sejahtera

Pasal 32 Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahtera

“Majelis Tahkim adalah penyelenggara tugas kemahkamahan partai berkenaan dengan struktur organisasi dan kepengurusan partai, pemeriksaan terhadap anggota yang diduga melanggar peraturan partai, melakukan uji materiel, memberikan penafsiran atas peraturan partai dan memutus perselisihan kewenangan”.26

25 Dwi Darojatun Patra Suwito, Op. Cit., hal. 42.

(34)

3) Partai Kebangkitan Bangsa

Pasal 46 ayat (2) Anggaran Dasar Partai Kebangkitan Bangsa

“Majelis Tahkim adalah lembaga khusus bersifat ad hoc di lingkungan partai yang mempunyai kewenangan untuk menerima pengaduan, memeriksa serta mengadili setiap perkara dan atau pengaduan yang diajukan oleh anggota partai yang independen dan professional”.27

Dwi Darojatun P. Suwito dalam bukunya memberikan pendapat, mahkamah partai politik adalah suatu lembaga yang dibentuk dan berada dalam internal partai politik yang memperoleh kewenangan secara atribusi dari Undang- Undang untuk menyelesaikan perselisihan internal partai politik sebagai refleksi dari kekuasaan kehakiman.28

a) MahkamahPartaiadalahbentukpenyelesaiansengketainternalpartaidiluarpeng adilan.

Dalam Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik, mahkamah partai merupakan sebutan suatu badan yang dibentuk oleh partai politik berwenang menyelesaikan perselisihan sengketa internal partai politik berdasarkan AD dan ART masing-masing partai politik.

Denganmerujukdaririsalahrapatpanitiakerja(panja)pembentukanUndang- UndangNomor2Tahun2011TentangPerubahanAtasUndang-

UndangNomor2Tahun2008TentangPartaiPolitik,yangmenyatakanuntukhadirnyais tilahMahkamahPartaidalamtubuhpartaiadalahbuahpemikirandaripemerintahyangdi wakilkanolehDirjenAdministrasiHukum,kemudiandibahasmelaluipanitiakerjadeng anbutir-butiryangdapatdirangkumolehpenulis,yaknisebagaiberikut;

27Ibid.

28Ibid, hal. 43.

(35)

b) SetiappartaimemilikiMahkamahPartaiyangtelahdiaturdalamADdanARTmasi ng-masingpartai.

c) MekanismepenunjukananggotaMahkamahPartaisekurang- kurangnyaberjumlahlima,tujuhhinggasembilan

dandilaporkankeKementerianHukumdanHAM olehKetuaDPT,KetuaUmumdanSekjenpartai.

d) MekanismeberacaraMahkamahPartaidiaturdalamADdanARTmasing- masingpartai.

e) DalampenyelesaiansengketainternalpartaiolehMahkamahPartaidiberikanesti masiwaktuselamaenampuluh(60)hari.

f) MahkamahPartaibersifatfinaldanmengikatsecarainternal.

g) ApabilasengketainternalpartaitidakdapatselesaidiMahkamahPartai,diberikan ruangmelaluipengadilandakasasidiMahkamahAgung.

Makadengankesimpulandariperumusantersebut,panitiakerjamenginginkanh arapanyanglebihterhadappartai,untukdapatmenyelesaikanperselisihansengketainter nalpartainyamelaluikewenanganyangdiberikankepadamahkamahpartai,sehinggada patmewujudkanpenataandanpenyempurnaanpartaidenganasasdemokratisdankema ndirianpartaisecaraakuntabel.

Semangat di balik keberadaan mahkamah partai yang diatur dalam UU Partai Politik bertujuan untuk menciptakan prosedur dan mekanisme internal dalam menyelesaikan perselisihan internal. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi dan menghormati kedaulatan dan otonomi partai dalam menyelesaikan setiap permasalahan internalnya yang berkeadilan dan berkepastian hukum. Sebagai salah satu alat kelengkapan partai yang wajib ada,

(36)

penggunaan istilah ‘Mahkamah’ di samping kata ‘Partai’, menunjukkan bahwa penyelesaian perselisihan secara internal dilakukan melalui mekanisme dan prosedur peradilan internal partai. Sebuah prosedur dan mekanisme baru yang mengintrodusir prinsip negara hukum demokrasi dalam pelembagaan partai.

Prinsip yang dimaksud secara kelembagaan membagi fungsi mengatur, fungsi mengurus, dan fungsi memutus, sehingga kedaulatan dan otonomi kelembagaan dalam mengelola seluruh permasalahan internal partai menjadi terjamin.

Diperkenalkannya prinsip-prinsip negara hukum dalam mekanisme kelembagaan partai yang diletakkan pada organ terpisah, bertujuan agar tercipta keseimbangan dan kontrol (check and balances) dalam kelembagaan partai.

Prinsip demikian diharapkan dapat menciptakan budaya demokrasi internal partai yang mengacu pada prinsip kebebasan dan kesetaraan sesama anggota. Prinsip ini dapat menghindari terjadinya diskriminasi serta budaya demokrasi diktator mayoritas terhadap minoritas maupun sebaliknya. Karena kedudukan lembaga yang secara struktural menjadi pusat kekuasaan internal, tidak dapat diganggu gugat keputusan-keputusannya. Awal instabilitas internal yang berujung pada ancaman konflik dan perpecahan partai terjadi ketika tidak terdapat mekanisme kelembagaan sebagai jalan mencari keadilan dan kebenaran.

Menegakkan aturan-aturan partai terutama anggaran dasar (konstitusi) dan anggaran rumah tangga (peraturan penyelenggaraan partai) ketika terjadi perselisihan internal, merupakan bagian dari tugas utama mahkamah partai.

Penegakan AD/ ART adalah bagian utama dari seluruh ikhtiar menegakkan dan melembagakan nilai-nilai partai. Pelembagaan nilai-nilai partai dalam berbagai kebijakan partai oleh fungsionaris maupun anggota partai, tidak jarang

(37)

menimbulkan perselisihan, baik karena sudut pandang yang berbeda maupun karena kepentingan yang berbeda (conflict of interest). Mekanisme musyawarah mufakat sebagaimana lazimnya digunakan untuk menyamakan persepsi dan mengalokasikan kepentingan bagi para pihak yang berselisih, tidak jarang mengalami kegagalan dalam mendamaikan konflik.

Mahkamah partai dikonstruksi oleh UU sebagai mekanisme peradilan internal. Secara fungsional mahkamah partai merupakan delegasi negara melalui partai politik untuk menyelesaikan perselisihan internal dengan kewenangan bersifat atributif. Mahkamah partai menjadi pintu pertama penyelesaian perselisihan internal. Bahkan untuk perselisihan kepengurusan, mahkamah partai menjadi pintu pertama dan terakhir dengan kekuatan putusan final dan mengikat secara internal. Tidak ada satu perkara perselisihan internal partai yang dapat diteruskan ke Pengadilan Negeri (PN) sebelum diperiksa, diadili dan diputus oleh mahkamah partai. Fungsi dan kedudukan yang demikian strategis dalam menyelesaikan dan memutus konflik, sejatinya menempatkan mahkamah partai menjadi satu role model pelembagaan dan penguatan otonomi partai yang berbasis pada mekanisme peradilan internal. Dalam kenyataannya, keberadaan mahkamah partai belum dapat menjadi satu lembaga penyelesaian perselisihan internal yang efesien dan efektif bagi pelembagaan dan penguatan otonomi partai.

3. Perselisihan Internal Partai Politik

Bangsa Indonesia mengenal partai politik sejak masa pra-kemerdekaan.

Hal ini tidak terlepas dari adanya gejala modernisasi yang muncul di Eropa.

Inggris adalah negara yang pertama sekali memperkenalkan institusi partai politik yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Pada akhir abad

(38)

19 dan awal abad 20, partai politik mulai menyentuh kawasan Asia, Afrika dan Amerika Latin.29

Munculnya partai politik di Indonesia dapat dibaca sebagai dampak dari perubahan sosial, politik dan ekonomi di negeri Belanda maupum Hindia Belanda pada waktu itu. Titik tolak yang paling relevan dalam hal ini adalah adanya kebijakan politik etis yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Aspek terpenting dari politik etis adalah diperkenalkannya sistem pendidikan modern (Barat) bagi putera-puteri Inlander. Tujuan pendidikan bukanlah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melainkan hanya sekedar memenuhi tuntutan kebutuhan administrasi dan birokrasi kolonial pada tingkat rendahan, seperti klerk (juru tulis) atau dokter.30

Meskipun mempelajari ilmu politik ditabukan oleh pemerintah kolonial namun para pemuda terdidik dari kalangan Inlander sangat berminat untuk terlibat dalam gerakan-gerakan yang berorientasi politik. Munculnya gerakan-gerakan politik yang diprakarsai kaum muda terdidik pada penghujung abad 19 dan permulaan abad 20 telah menandai sebuah fase dalam sejarah bangsa Indonesia yang disebut dengan era kebangkitan nasional. Gerakan-gerakan politik dengan tujuan kemerdekaan ini dalam perkembangannya tidak sedikit yang bermetamorfosis menjadi partai politik.31

29 Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, S.H., Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi, Op. Cit., hal. 159.

30Ibid.

31Ibid, hal. 160.

Dalam suasana itu semua organisasi, apakah itu bertujuan sosial seperti Budi Utomo dan Muhammadiah, ataukah terang-terangan menganut asas politik/agama seperti Syarikat Islam dan Partai

(39)

Katolik, atau asas politik/sekuler seperti PNI dan PKI, memainkan peran penting dalam berkembangnya pergerakan nasional.32

Seiring berkembangnya partai politik di Indonesai, perselisihan internal partai politik yang kemudian menjadi sebuah perpecahan telah terjadi sejak masa pra-kemerdekaan. Fenomena perselisihan internal dan perpecahan partai politik terus berlanjut pada era-era berikutnya, baik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, pada masa pemerintahan Orde Baru hingga era reformasi.33

Menurut Nazaruddin Sjamsuddin, Zulkifli Hamid dan Toto Pribadi, perselisihan dalam partai politik bisa disebabkan oleh tiga hal yaitu adanya perbedaan ideoloi dari para anggotanya, perbedaan pelaksanaan kebijaksanaan dan persaingan terkait kepemimpinan dalam partai.34 Menurut H. Anto Djawamaku, beberapa macam konflik atau perselisihan internal dalam tubuh partai politik terjadi karena partai tidak memiliki platform yang jelas, sehingga tidak ada ikatan ideologis yang kuat diantara kader partai.35

32 Miriam Budiardjo, Op.Cit, hal. 171.

33 Dwi Darojatun P. Suwito, Op.Cit., hal. 19.

Adanya faktor kepemimpinan tunggal serta manajemen yang buruk juga akan memicu perselisihan internal. Figur pemimpin partai politik yang terlalu kuat dapat berpotensi mematikan kaderisasi di tubuh partai politik. Dalam satu sisi, figur yang kuat dapat menjadi perekat, namun demikian di sisi lain, kader yang memiliki kualifikasi serupa pada saat bersamaan tidak dipersiapkan sebagai calon pengganti. Hal ini dapat menjadi boomerang bagi partai itu sendiri. Selain itu yang dapat memicu perselisihan internal partai politik ialah terkait dengan proses regenerasi yang seharusnya dilakukan. Gagalnya muncul tokoh baru dalam partai

34http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VII-7-I-P3DI-April-2015- 43.pdf diakses pada 19 Februari 2018.

(40)

politik telah menunjukkan kegagalan partai politik tersebut dalam melakukan reformasi internal partai. Revitalisasi dan regenerasi tidak terjadi.

Hal yang hingga kini masih terjadi sebagaimana yang dikatakan oleh Nurcholish Madjid adalah belum adanya kedewasaan berpolitik dalam partai politik. Perselisihan dalam partai politik umumnya disebabkan oleh egoisme politik yang begitu besar. Hal ini merupakan indikasi ketidakdewasaan partai tersebut. Ketidakdewasaan partai politik terkait untuk menjadi independen dalam ideologinya.

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuannya dapat dipertanggungjawabkan maka digunakan metode penulisan, lalu melakukan penelitian dengan cara-cara yang telah ditentukan.

1. Jenis, sifat, dan pendekatan penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian yuridis normatif yaitu metode penelitian hukum yang melihat tentang isi dan peraturan atau undang-undang yang ada.

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang keadaan yang menjadi objek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan dan dapat membantu memperkuat teori lama atau membuat teori baru.

Pendekatan penlitian dalam skripsi ini adalah pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan komparatif (comparative approach).36

36 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi (Jakarta: Kencana 2014), hlm. 33.

Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua

(41)

undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani.37

2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data a. Sumber

Sumber penelitian ini diambil penulis melalui data sekunder. Data sekunder ini adalah bahan-bahan kepustakaan hukum dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan. Terutama dari buku- buku dan literature yang sudah ada yang terdiri dari:

1) Bahan hukum primer, yaitu peraturan hukum yang mengikat dan mengatur berdasarkan peraturan perundang-undangan

2) Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku dan literature lainnya yang berkaitan dengan pokok permasalahan dalam skripsi ini.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis ini adalah dengan pengumpulan data melalui studi pustaka, dimana penulis memperoleh data atau bahan-bahan yang ada dengan cara mengumpulkan dan membahasnya melalui bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.

G. Sistematika Penulisan

Dalam suatu karya ilmiah atau pun penulisan skripsi sistematika penulisan sangat diperlukan. Ini bertujuan untuk mempermudah para pembaca memahami isi dari karya ilmiah. Sistematika ini sendiri memberikan gambaran singkat

(42)

mengenai karya ilmiah. Dalam penulisan skripsi ini akan dibagi menjadi 5 (lima) bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang pendahuluan dan latar belakang bagaimana penulis mengambil topik atau judul yang akan dibahas di bab berikutnya oleh penulis. Bab ini terdiri dari rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan dan sistematika penulisan

BABII: KEBERADAANMAHKAMAH PARTAI POLITIK DI INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK DALAM PRAKTEK DI LAPANGAN

Dalam bab ini, akan membahas mengenai pokok permasalahan yang mendasar mengenai tinjauan tentang mahmakah, tinjauan tentang mahkamah partai politik mulai dari pembentukan mahkamah partai politik di Indonesia, peran dan fungsi mahkamah partai politik dan hukum acara mahkamah partai politik, dibahas juga mengenai keberadaan mahkamah partai politik di Indonesia dalam penyelesaian perselisihan internal partai politik dalam praktek yang terjadi di lapangan yakni kewajiban menyusahakan penyelesaian secara internal, apabila mahkamah partai belum terbentuk atau mahkamah partai tidak memproses penyelesaian sampai dengan apabila gugatan diajukan ke pengadilan negeri saat proses penyelesaian di mahkamah partai sedang berjalan.

(43)

BAB III : MEKANISME PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai keberadaan partai politik di suatu negara baik negara demokrasi, otoriter maupun totaliter, asal- mula perkembangan partai politik, tinjauan tentang partai politik yakni defenisi yuridis partai politik, ciri partai politik, asas, tujuan serta fungsi partai politik dan membahas tentang perselisihan internal partai politik yang pernah terjadi di Indonesia serta mekanisme dalam penyelesaian perselisihan internal partai politik berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011.

BAB IV : KEKUATAN MENGIKAT PUTUSAN YANG DIHASILKAN OLEH MAHKAMAH PARTAI POLITIK DALAM PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI POLITIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2011 DAN PRAKTEK PUTUSAN PENGADILAN

Bab ini akan membahas mengenai kekuatan mengikat dari putusan yang dihasilkan oleh mahkamah partai politik apabila ditinjau dari Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2011 dan berdasarkan praktek putusan pengadilan.

BAB V :PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran atas permasalahan yang dikemukakan. Dalam hal ini penulis skripsi memberikan jawaban terhadap keberadaan mahkamah partai politik di Indonesia dalam menyelesaikan perselisihan internal partai politik berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011.

(44)

BAB II

KEBERADAAN MAHKAMAH PARTAI POLITIK DI INDONESIA DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN INTERNAL PARTAI

POLITIK DALAM PRAKTEK DI LAPANGAN

A. Tinjauan Tentang Mahkamah

Dalam perkembangan sejarah, teori dan pemikiran tentang pengorganisasian kekuasaan dan teori tentang organisasi negara berkembang sangat pesat. Hal ini disebabkan tuntutan keadaan dan kubutuhan nyata, baik faktor-faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya di tengah dinamika gelombang pengaruh globalisme versus lokalisme yang semakin kompleks menyebabkan variasi struktur dan fungsi organisasi serta institusi kenegaraan berkembang dalam banyak ragam dan bentuknya.38Negara melakukan eksperimen kelembagaan (institutional experimentation) melalui berbagai bentuk organ pemerintahan yang dinilai lebih efektif dan efesien sehingga pelayanan umum (public service) dapat benar-benar terjamin. Kelembagaan tersebut disebut dengan istilah dewan (council), komisi (commission), komite (committee), badan (board) atau otorita (authority).39

Setelah era reformasi, kelembagaan di Indonesia dapat dikatakan terus berkembang dan mengalami restrukturisasi dandifferensiasi struktural secara mendasar.Perubahan-perubahan pasca reformasi merupakan kelanjutan logis dari dinamika perkembangan kelembagaan dalam jangka panjang. Begitu juga dalam hal penyelesaian sengketa yang berkaitan dengan etika atau kode etik suatu lembaga tertentu.Untuk menggambarkan perkembangan tahap demi tahap etika,

38 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, (Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), hal. 1.

39Ibid., hal. 5.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Administrasi Negara Tentang Hak dan Kewenangan Kepala Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 (Studi Desa Silebo

Di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa pengertian Retribusi adalah pungutan daerah sebagai

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, setiap partai politik berhak mendapat uang

Bahwa Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana yang telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan mewajibkan Wajib Pajak

Membentuk dan memiliki Organisasi Sayap Partai Politik merupakan hak bagi setiap partai politik sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

Sebelum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 disahkan, kewenangan dan kedudukan Pengadilan Agama tidak mandiri, karena setiap putusan-putusan badan Peradilan Agama memerlukan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik di atas menyebutkan salah satu fungsi partai politik adalah sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas