• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

JURIA BESTY PASARIBU 147011029/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JURIA BESTY PASARIBU 147011029/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Nomor Pokok : 147011029

Program Studi : KENOTARIATAN

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Pembimbing Pembimbing

(Notaris Syafnil Gani, SH, MHum) (Notaris Suprayitno, SH, MKn )

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,MHum)

Tanggal lulus : 30 Januari 2017

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum

2. Notaris Suprayitno, SH, MKn

3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

4. Dr. Bastari, MM

(5)

Nim : 147011029

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN PPAT

DALAM MEMBANTU PIHAK TERKAIT ATAS

KELENGKAPAN DAN PELAYANAN BEA

PEROLEHAN HAK ATAS TANAH (STUDI KASUS : PUTUSAN MA NOMOR : 46/PK/PID/2013)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama : JURIA BESTY PASARIBU

Nim : 147011029

(6)

i

pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah kewajiban bagi yang memperoleh hak atas tanah dan Bangunan .Sehingga Undang-undang ini memiliki asas Self Assessment bagi wajib Pajak. Dengan diberlakukan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menjadi kewenangan Daerah Oleh karena itu pengumpulan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di daerah menjadi kewenagan daerah dengan Wajib Pajak menghitung, dan menyetorkan pajak sendiri ke kantor pajak.

Metode yang digunakan dalam Tesis ini adalah Metode atau cara peneliitian adalah merupakan serangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan Metode penelitian adalah ilmu untuk mengungkapkan dan menerangkan gejala-gejala alam dan social dalam kehidupan manusia dengan menggunakan prosedur kerja sistematis, teratur, tertib, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode yuridis Normatif dengan menggunakan penelitian pendekatan undang-undang dan pendektan kasus. Metode yuridis Normatif dengan mengacu pada pendekatan undang-undang Maksudnya adalah menelaah semua undng-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitandenganisutelahdihadapai yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap., Dalam pendekatan kasus yang perlu dipahami adalah alasan-alasanhukum yang dgunakan dalam proses pengambilan keputusan terdahulu .Alasan hukum tersebut dapat dtemukan dengan memperhatikan fakta materil baik berupa orang , tempat dan waktu.

Dalam kaitannya dengan Pejabat Pembuat Akta Tanah ,PPAT adalah pejabat

yang berwenang membuat akta . Oleh karena itu sering berhadapan dengaan namanya

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Dilapangan banyak ditemukan pihak

yang menitipkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan kepada PPAT oleh

karena itu penerapan asas Self Assessment Belum bisa berjalan seperti yang

diharapkan. Ruang lingkup yang dibahas dalam tesis ini terkait dengan BPHTB apa

alasan PPAT sering membantu Wajib Pajak dalam menyetorkan BPHTB. Meskipun

tidak ada dasar hukum yang jelas PPAT dapat membantu Wajib Pajak menyetorkan

BPHTB namun dilapangan karena PPAT mendapat uang tambahan dari pembayaran

BPHTB selain itu karena itu banyak dijumpai masalah antara PPAT dengan Wajib

Pajak terkait pembayaran BPHTB hal ini seperti kasus Nomor 46PK/Pid/2013

(7)

ii

BPHTB; therefore, this law has Self Assessment principle for taxpayers. So that Law No. 28/2009 on Local Tax of BPHTB becomes the regional authority in which taxpayers count and pay it to the tax offices by themselves.

The research used a method which was a series of scientific activities in order to solve a problem. A research method is a science which reveals and explains natural and social phenomena in human life by using systematic, regular, and orderly procedure can be accounted for scientifically. It also used judicial normative method which referred to legal and case approach which meant that it analyzed all legal provisions and regulations related to the legal problems of this research. Case approach was done by analyzing any issues which had been the court’s decision and had been final and conclusive. In the case approach, any legal grounds used in the process of decision making should be understood. The legal ground can be found by considering material facts like persons, places, and time.

Concerning the official empowered to draw up and deeds, PPAT has the authority to draw up deeds or certificates.Therefore, he is often encountered with BPHTB. In practice, there are many people who entrust their BPHTB to notaries so that the principle of Self Assessment still does not run well. The scope of this research is about what the reason for PPAT to help taxpayers pay their BPHTB. Although there is no legal ground for PPAT in helping taxpayers pay their BPHTB, in practice PPAT get extra money from the taxpayers. Besides that, there are many problems in this relationship between PPAT and taxpayers concerning the payment of BPHTB as in the case Number 46PK/Pid/2013.

Keywords: Duty on Land and Building Acquisition, Principle of Self Assessment

(8)

iii

dengan judul “TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN PPAT DALAM MEMBANTU PIHAK TERKAIT ATAS KELENGKAPAN DAN PELAYANAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH (STUDI KASUS : PUTUSAN MA NOMOR : 46/PK/PID/2013)”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Dengan penyusunan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang menyampaikan ucapan terimakasih yang mendalam dan tulus kepada yang sangat terhormat dan amat terpelajar yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN.

2. Bapak Notaris Syafnil Gani, SH, MHum 3. Bapak Notaris Suprayitno, SH, MKn

Serta kepada dosen penguji:

1. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum 2. Bapak Dr. Bastari, MM

Atas bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan tesis ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., MHum, selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program

Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Sumatera Utara

(9)

iv penulis

6. Rekan-rekan mahasiswa serta teman-teman tercinta di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara yang selalu memberi semangat, dorongan dan bantuan pikiran kepada penulis untuk memnyelesaikan penulisan tesis inihkan

7. Para pegawai/karyawan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dalam hal membantu managemen administrasi yang dibutuhkan

Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada orang tua, adik serta semua keluarga besar tercinta yang telah memberikan bantuan moral dan materil serta doa restunya kepada penulis. Penulis berharap dan mendoakan kiranya Tuhan membalas kebaikan dan jasa bapak dan Ibu semuanya Terimakasih.

Akhir kata penulis mengharapkan agar penulisan tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Medan, Januari 2017 Penulis

Juria Besty Pasaribu

(10)

v

Tempat/Tanggal Lahir : Lubuk Pakam, 6 Maret 1990

Status : Belum Kawin

Agama : Kristen

Alamat : Air Bersih Ujung 165A

II. KELUARGA

Ayah : Ramses Pasaribu

Ibu : Punia Silitonga

Adik : 1. Willis Kristian Halomoan Pasaribu 2. Cynthia Mutiara Pasaribu

3. Indah Mei Ruth Pasaribu III. PENDIDIKAN

SD Negeri no.004, Dumai : 1996-1998 SD Santo Tarcisius, Dumai : 1998-1999 SD Negeri 004 Tampan, Pekanbaru : 2000-2002 SLTP Negeri 13 Pekanbaru : 2002-2005 SMA NEGERI 9 Pekanbaru : 2005-2008 S1 Universitas Katolik Parahyangangan : 2008-2013 S2 Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara : 2014-2017

(11)

vi

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10

1. Kerangka Teori ... 10

2. Konsepsi ... 17

G. Metode Penelitian ... 20

BAB II PERTANGGUNGJAWAB PPAT ERHADAP PENITIPAN BPHTB YANG BERITIKAD BAIK ... 24

A. Bea Perolehan Hak atas Tanah ... 24

B. Kewajiban Notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris ... 29

C. Fungsi dan Tugas Badan Pertanahan Nasional dalam Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan .... 43

D. Balik Nama ... 51

E. Itikad Baik dari PPAT ... 57

(12)

vii

B. Analisis Putusan Mahkamah Agung ... 71

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PPAT TERKAIT DENGAN MEMBANTU KLIEN DARI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 46PK/Pid/2013 ... 76

A. Akibat Hukum Pidana dari Putusan pengadilan Mahkamah Agung Nomor 46 PK/Pid/2013 ... 76

B. Akibat Hukum Perdata dari Putusan Pengadilan Mahkmah Agung Nomor 46PK/Pid/2013 ... 79

C. Akibat Putusan Mahkamah Agung Nomor 46PK/Pid/2013 .... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(13)

i

pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah kewajiban bagi yang memperoleh hak atas tanah dan Bangunan .Sehingga Undang-undang ini memiliki asas Self Assessment bagi wajib Pajak. Dengan diberlakukan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menjadi kewenangan Daerah Oleh karena itu pengumpulan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di daerah menjadi kewenagan daerah dengan Wajib Pajak menghitung, dan menyetorkan pajak sendiri ke kantor pajak.

Metode yang digunakan dalam Tesis ini adalah Metode atau cara peneliitian adalah merupakan serangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan Metode penelitian adalah ilmu untuk mengungkapkan dan menerangkan gejala-gejala alam dan social dalam kehidupan manusia dengan menggunakan prosedur kerja sistematis, teratur, tertib, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode yuridis Normatif dengan menggunakan penelitian pendekatan undang-undang dan pendektan kasus. Metode yuridis Normatif dengan mengacu pada pendekatan undang-undang Maksudnya adalah menelaah semua undng-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitandenganisutelahdihadapai yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap., Dalam pendekatan kasus yang perlu dipahami adalah alasan-alasanhukum yang dgunakan dalam proses pengambilan keputusan terdahulu .Alasan hukum tersebut dapat dtemukan dengan memperhatikan fakta materil baik berupa orang , tempat dan waktu.

Dalam kaitannya dengan Pejabat Pembuat Akta Tanah ,PPAT adalah pejabat

yang berwenang membuat akta . Oleh karena itu sering berhadapan dengaan namanya

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Dilapangan banyak ditemukan pihak

yang menitipkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan kepada PPAT oleh

karena itu penerapan asas Self Assessment Belum bisa berjalan seperti yang

diharapkan. Ruang lingkup yang dibahas dalam tesis ini terkait dengan BPHTB apa

alasan PPAT sering membantu Wajib Pajak dalam menyetorkan BPHTB. Meskipun

tidak ada dasar hukum yang jelas PPAT dapat membantu Wajib Pajak menyetorkan

BPHTB namun dilapangan karena PPAT mendapat uang tambahan dari pembayaran

BPHTB selain itu karena itu banyak dijumpai masalah antara PPAT dengan Wajib

Pajak terkait pembayaran BPHTB hal ini seperti kasus Nomor 46PK/Pid/2013

(14)

ii

BPHTB; therefore, this law has Self Assessment principle for taxpayers. So that Law No. 28/2009 on Local Tax of BPHTB becomes the regional authority in which taxpayers count and pay it to the tax offices by themselves.

The research used a method which was a series of scientific activities in order to solve a problem. A research method is a science which reveals and explains natural and social phenomena in human life by using systematic, regular, and orderly procedure can be accounted for scientifically. It also used judicial normative method which referred to legal and case approach which meant that it analyzed all legal provisions and regulations related to the legal problems of this research. Case approach was done by analyzing any issues which had been the court’s decision and had been final and conclusive. In the case approach, any legal grounds used in the process of decision making should be understood. The legal ground can be found by considering material facts like persons, places, and time.

Concerning the official empowered to draw up and deeds, PPAT has the authority to draw up deeds or certificates.Therefore, he is often encountered with BPHTB. In practice, there are many people who entrust their BPHTB to notaries so that the principle of Self Assessment still does not run well. The scope of this research is about what the reason for PPAT to help taxpayers pay their BPHTB. Although there is no legal ground for PPAT in helping taxpayers pay their BPHTB, in practice PPAT get extra money from the taxpayers. Besides that, there are many problems in this relationship between PPAT and taxpayers concerning the payment of BPHTB as in the case Number 46PK/Pid/2013.

Keywords: Duty on Land and Building Acquisition, Principle of Self Assessment

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.Dengan ditetapkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagai Pajak daeah dapat merupakan pemasukan modal terbesar bagi penyelenggara pemerintahan daerah.Kewenangan pemerintah daerah cukup pada pelayanan masyarakat dan pelaksanaan kebijaksanaan yang hanya dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

1

Wewenang yang diberikan pemerintah pusat kapada daerah terkait dengan fungsi pertanahan mencakup pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan Ruang.

2

Dengan memperhatikan Pasal 108 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu perubahan Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berlaku satu tahun sejak Undang-Undang ini maka dengan demikian tahun 2010 merupakan tahun terakhir bagi pemerintah pusat menegelola BPHTB.

Sebagaimana Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas tanah dan bangunan. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang

1Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan(Jakarta, Raja Grafindo ,2008),hlm., 59

2Ibid., hlm 114

(16)

Undang Nomor 21 Tahun 1997 yang dimaksud dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah “pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah atau bangunan. “

3

. Subjek pajak yang memperoleh Objek pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana yang tertulis dalam tertulis dalam Pasal 2 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 21 Tahun 1997 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang dapat mengakibatkan diperolehnya Bea Perlehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pemindahan hak dan pemberian hak baru sehingga dapat dimintakan BPHTB. Perolehan Objek pajak Bea Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan karena pemindahan hak adalah “perbuatan atau peristiwa tertentu haknya berpindah kepada subjek hukum A ke subjek hukum B.”

4

. Pemindahan hak yang dapat mengakibat di perolehnya objek pajak bumi dan bangunan terjadi karena sebagai berikut:

1. jual beli 2. tukar menukar, 3. menghibahkan 4. hibah wasiat 5. waris

6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya 7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

8. penunjukan pembeli dalam lelang

9. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap 10. penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah.

5

320 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

4http://pajaktaxes.blogspot.co.id/2012/01/subjek-dan-objek-bphtb.html diakses pada tanggal 31 Januari 2013, pada jam 08.00

5Pasal 2 (a) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang –Undang Nomor 21 Tahun 1997 Bea Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan

(17)

Besarnya tarif yang ditentukan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2000 Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan 5 % dikalikan Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan setelah dikurangkan Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak . Dan apabila Nilai Perolehan Objek Pajak lebih besar dari pada harga Nilai Jual Objek Pajak maka yang digunakan Nilai Perolehan Objek Pajak .

Dalam proses pembayaran, Bea Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan

?yang ditentukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun2000 Tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan yang diperintahkan untuk melakukan pembayaran adalah wajib pajak yang memperoleh Bea Perolehan Objek Pajak itu sendiri sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal Pasal 10 ayat (1) sebagai berikut: “Wajib Pajak membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan surat ketetapan pajak. “

6

Sebagaimana dalam Penjelasan Pasal 10 ayat (1) sebagai berikut: Sistem pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah self assessment dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Bea Perolehan Objek Pajak Bumi danBangunan dan melaporkannya tanpa mendasasarkan diterbitkannya surat ketetapan pajak .

Dalam proses pengalihan hak pihak yang ikut serta dalam proses pengalihan hak tersebut melibatkan Notaris /PPAT, Badan Pertanahan Negara, dan pihak yang

6Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 21 Tahun 1997 Bea Perolehan Objek Pajak Bumi dan Bangunan

(18)

mengalihkan serta merima pengalihan hak. Sebagaimana Notaris dalam melaksanakan kewajibannya sehari-hari ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Notaris adalah “pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.”

7

Fungsi akta PPAT yang dibuat adalah sebagai bukti bahwa benar telah dilakukan perbuatan hukum yang bersangkutan, sekaligus membuktikan berpindahnya hak tersebut terbatas pada para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan. Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang pemindahan hak hanya dapat didaftarkan jika di buktikan dengan akta PPAT.

8

Sesuai dengan perintah Undang-Undang dalam proses alih hak ke Badan Pertanahan Negara , maka bukti pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan perlu dilampirkan. Dalam praktek biasanya notaris sering membantu kliennya dalam membayarkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan dan administrasi lainnya. Berikut ini wawanara yang dilakukan terhadap Notaris terkait dalam proses pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tersebut:

Wawancara dengan Notaris Aida Saftriani :

- Dalam proses pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan klien ada juga yang menitipkan pembayaran Bea Prolehan Hak atas Tanah

7Pasal 1 Undang-Undang Nomor2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

8 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, isi, dan Pelaksanaannya Jilid 1 Hukum Tanah Nasional, (Jakarta:Djambatan,2008),hlm., 514- 515

(19)

dan Bangunan dan ada juga yang melakukan pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

9

- Dalam proses pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan kebanyakan dari klien sering menitipkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunannya kepada Notaris untuk mempercepat proses kelancara pembuatan akta.

10

Hal inilah yang melatar belakangi penelitian ini untuk menelaah lebih lanjut masalah Tanggung Jawab dan Kewenangan Notaris /PPAT Dalam Membantu Pihak Terkait Atas Kelengkapan dan Pelayanan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan melalui putusan Mahkamah Agung Nomor 46 PK/Pid /2013

Ringkasan kasus dari perkara tersebut diatas adalah sebagai berikut:

Terlihat bahwa Terdakwa Johannes limiardi Soenarjo sebagai PPAT;pada tanggal 13 February 2007 sebagai orang melakukan peristiwa pidana melakukan suatu perbuatan yaitu membuat surat palsu atau memalsukan surat yang menerbitkan suatu pembebasan utang atau yang boleh dipergunakannya sebagai keterangan bagi suatu keterangan bagi suatu perbuatan dengan maksud dengan menyuruh orang lain menngunakan surat-surat itu seolah surat itu asli, maka kalau mempergunakan dapat mendatangkan suatu kerugian. Hal ini bermula dari terdakwa untuk mengurus surrat keterangan Nilai Jual Objek Pajak dan Cendekia Candra Negara menstranfer RP180.000.000 atas nama Johannes Limiardi Soenarjo bahwa selanjutnya menyruh

9Wawancara dengan Notaris Aida Saftriani pada Tanggal 2September 2016 jam 12.00 WIB

10Wawancara dengan Notaris Fitriani Hasibuan Pada Tanggal 25 September Pukul 03.00 WIB

(20)

orang lain (Irfan Sari) untuk mengurusnya, dan setelah itu terdakwa tidak melakukan penegecekan kepada penerbit surat pajak tersebut.(Irfan Sari). Setelah Cendekia Candra Negara melakukan pengecekan ke Kantor Pajak Bumi dan Bangunan Sidoarjo ternyata surat keterangan Nilai Jual Objek Pajak dan Bangunan adalah tidak benar dan bukan produk kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan. Akibat perbuatan terdakwa, Cendekia Candra Negara menderita kerugian. Membebaskan bahwa Johannes limiardi soenarjo oleh karena itu dari seluruh didakwa penuntut umum.

Bertolak uraian diatas penulis ingin melakukan kajian lebih mendalam atas masalah tersebut dalam penelitian tesis ini yang berjudul Pemalsuan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Dalam Pelayanan Notaris PPAT dalam membantu pihak terkait atas Kelengkapan Administrasi dan Pelayanan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Studi Kasus: Putusan MA Nomor :46PK/Pid/2013)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

a. Apakah sebenarnya Notaris/PPAT dapat membantu kliennya dalam membayarkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan terkait dengan adanya putusan Mahkamah Agung Nomor 46 PK/Pid/2013 ?

b. Apakah dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Gugatan

penggugat dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 46 PK/Pid/2013

(21)

c. Bagaimana akibat hukum hakim terkait dengan membantu klien dari putusan Mahkamah Agung Nomor 46 PK.Pid/2013

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang tersebut diatas maka tujuan dicapai dalam penelitian adalah

1. Untuk mengetahui apakah notaris/PPAT dapat membantu membayar BPHTB klien

2. Untuk mencari dasar pertimbangan-pertimbangan hakim dan menganalisis dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara

3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan bagi para pihak yang bersengketa dari putusan hakim

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis aupun praktis sebagai berikut;

1. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini

b. Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum dan menambah pengetauan penelitian yang berkaitan dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunaan

2. Manfaat Teoritis

(22)

a. Diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti

b. Diharapkan dapat meambah referensi/literature sebagai bahan acuan bagi penelitian yang akan datang apabia melakukan penelitian dibidang yang sama akan diteliti

E. Keaslian Penelitian

Analisa kasus yuridis dalam pertanggungjawaban PPAT dalam menitipkan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (studi kasus nomor: 46PK//Pid/2013) belum ada yang membuat sebelumnya, sehingga keaslian penitpan dan kebenarannya apat dipertahankan.

Berdasarkan penelusuran keprutusan sementara di lingkngan Universitas Sumatera Utaa khususnya dilingkum=ngan Pascasarrjana Universitas sumatera Utara menunjukkan bahwa belum ada yang membahas terkait dengan masalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

1. Karmila

Dengan judu tesis

Peran PPAT dalam Pembuatan akta operasi menurut KepMen No.

98/KEP/M.KIKM/IX/2004

a. Bagaimana eksistensi Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil

Menemgah Rpublik Indoesia No. 98.KEP/M.KUKM/IX/200 dala membua

akta pendiriankoperasi?

(23)

b. Bagaimana sistem pertanggungjawaban pengurus koperasi dalam sistem badan usaha Indoensia?

c. Apakah keputusan Menteri Agraria dan usaha dan menengah No.

98/KEP/M.KUM/IX/2004 tidak bertentanagn dengan tugas-tugas notaries dalam membuat akta berdasarkan undnag-undang jabatan PPAT?

2. Nama : Sardi Burian Dengan judul tesis

Peran PPAT di masa mendatang sebagai pejabat lelang Negara dalam kaitannya dengan sistem pengurusan piutang dan lelang Negara

a. Bagaimanakah peran notaries dimasa mendatang sebagai pejabat lelang dalam kaitannya dengan sistem pengurusan piutang dan lelang Negara?

b. Hambatan apa sajakah yang ditemui terhadap pelaksanaan pengangkatan notaris sebagai pejabat lelang dalam kaitannya dengan sistem pengurusan piutang dan lelang Negara

c. Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengenai hambatan terhadap pelaksanaan pengangkatan notaris sebagai pejabat lelang dalam kaitannya dengan sistem pengurusan piutang dan lelang Negara

3. Belinda

Dengan judul tesis

a. Bagaimana ketentuan hukum pelaksanaan kepailitan kreditur terhadap

debitur?

(24)

b. Bagaimana kedudukan kreditur pemegang hak tanggungan dalam kepailitan?

c. Bagaimana akibat hukum kepaiilitan debitur terhadap kreditur pemegang hak tanggungan dalam eksekusi hak tanggungan

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Menurut Hans Wehr kata hukum berasal dari bahasa Arab asal katanya Humati kata jamaknya Ahkam menurut Vinogradoff hukum adalah seterangkat aturan yang diadakan dan dilakasanakan oleh suatu masyarakat untuk menghormati kebujakan dan kekuasaan.

11

Teori diartikan sebagai keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan maka teori hukum dapat ditentukan lebih jauh sebagai suatu keseluruhan pernyataan yang salaing berkaitan dengan hukum.Hukum sendiri merupakan sistem konseptual kaidah kaidah hukum dan keputusan keputusan hukum Jadi definisi teori hukum adalah keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan dengan konseptual kaidahhukum dan keputusanhukum

12

Teori yang digunakan dalam tesis ini adalah teori kepastian Hukum.Penganut Teori kepastian Hukum yang terpenting adalah John Austin. Initi ajaran John Austin adalah

a. Hukum adalah perintah baik yang berdaulat atau dalam bahasa latinnya law…

was the commad of sovereign: Bagi Austin No Law No soverreign, and no sovereign no law

11Abdul Manan, Aspek- Aspek Pengubah Gukum,(Jakarta: Kecana, 2015),hlm 25

12Anom Surya Putra, Teori Hukum Struktur dan Riset Teks, ( Jakarta, Citra Adi8tya Bakti, 2003),hlm., 46

(25)

b. Ilmu hukum selalu berakaitan dengan hukum positif atau denganketentuan lain yang secara tergas dapat disebut demikian yaitu dengan diterima tanpa memperhatikan kabaikan ataukeburukannya

c. Konsep tentang kedaulatannegagara mewarnai hampir keseluruhan dari ajaran Austin hal mana yang diitisarkan adalah sebagai berikut :

1. Kedaulatan yangdigunakan dalam ilmu hukum menunjuk pada suatu atribut negara yang bersifat internal atau eksternal

2. Sifat eksternal dari kedaulatan negara tercermin pada hukum sedangkan sifat internal kedudukan Negara tercermin pada hukum positif

3. Pelaksanaan kedaulatan membutuhkan ketatatan. Ketaatan terhadap kedauatan Negara ituberbeda-beda sesuai sdengan subyeknya

Ada perbedaan antara ketaatan terhadap kedauatan Negara dengan ancaman penodong.

13

Negara sebagai yang mempunyai kekuasaan dalam membuat sebuah undang berarti suatu Negara mempunyai kekuasaan atau kedaulatan. .Austindengan memperjelas konsep baik tentang kedaulatan

14

Wajib Pajak sesuai dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menyatakan “Wajib Pajak wajib membayar pajak yang

13Teguh Prasetyo, Abdul Halim Barkatulah Ilmu Hukum &FilsafatHukum Studi Pemikiran Ahli Huum sepanjang Zanan,(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007), hlm.,90

14 W. Friedmann, Teori Filsafat Hukum Hukum &Maslaah masalah Kontemporee, Jakarta, Raja Grafindo Persada, , 2004).,200

(26)

terutang dengan tidak mendasarkan adanya surt ketetapan pajak maka pemungutan pajak di Indonesia agar tidak menimbulkan perlawanan harus memenui sebagai berikut :

1. Pemungutan pajak harus adil

Sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan, undag-undang dan pelaksanaan undang-undang pemungutan pajak harus adil.Adil dalam perundang-undangan adalah diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata. Sedangkan adil menurut pelaksanaanya dengan memberikan hak bagi wajib untuk mengajukan keberatan

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang

Di Indonesia pajak diatur dalam Pasal 23 ayat 2Undang-Undang Dasar 1945 3. Tidak mengganggu perekonomian

Pemungutan tidak boleh mengganggi kegiatan produksi maupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perkenomian masyarakat

4. Pemungutan pajak harus efisin

Sesuai dengan Budgeter, bahwa pemunguan pajak biaya pemungutan pajak dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya

5. Sistem Pemungutan Pajak harus sederhana

Sistem pemungutan sedehana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajibannya

Kepastian hukum hanya diberikan oleh suatu peraturan yang mengatur

tindakannya /perbuatantertentu.Jika suatu norma menetapkan bahwa perilaku tertentu

(27)

seharusnya dilakukan,dalam arti memerintahkan perilaku itu, maka perilaku aktualnya boleh jadi sesuai atau tidak sesuai dengan norma teseebut.

15

Peraturan yang kita temukan tersebut merupakan hukum yang dapat kita temukan dalam undang-undang .

“Norma yang merupakan ilmu hukum mesti menjawab pertanyaan sesuai –tindaknya sutau perilaku konret dengan hukum jawabannya sesuai tidaknya suatu perilaku konkret hukum dengan hukum, jawabannya hanya bisa berupa bahwa penegasan perilaku ini, yang dalam tatanan hukum dijelaskan oleh ilmu hukum, diperintahdkan atau dilarang, diweanangkan atau tidak diwenangkan, diizinkan atau tidak diizinkan terlepas dari apakah perilaku ini dinilai oleh orang yang membuat penegasan itu sebagai perilaku buruk atau tidak.”

16

“Hukum yang bisa menentukan baik atau tidak suatu perbuatan adalah teori hukum positif (hukum yang sedang berlaku. Teori Hukum positif adalah hukum adalah apa yang diperintahkan oleh Negara dan karena memang Negara mempunyai kekuasaan untuk itu,.”

17

Negara yang bisa menetapkan hukum yang berlaku bagi warga Negara nya. Oleh karena itu banyak Negara penganut negara hukum. “Rule of law bahwa kekuasaan dapat dibatasi secara efektif oleh peraturan perundang-undangan entah peraturan itu bertindak sebagai batasan-batasan terhadap administrasi atau sebagai hakikat pilihan dalam adjudikasi.:

18

15Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar dasar ilmu hukum Normarif, Bandung:NusaMedia, 2008, hlm.,20

16Ibid., hlm.,91

17Waluyadi, Pengantar Ilmu Hukum Daalam Persepektif Ilmu Hukum Positif,(Jakarta:Dkjambatan, 2001), hlm 80

18Roberto M. Urger, Teori Hukum Murni Kritis PosisiHukum dalam Masyarakat MODERN, (Bandung, Nusa Media, 2008)., hlm.,253

(28)

“Notaris merupakan suatu pekerjaan yang memiliki keahlian khusus yang menuntut pengetahuan luas serta tanggungjawab yang berat untuk melayani kepentingan umum dan inti tugas notaris dalah mengatur secara tertulis, dan autentik hubungan hukum antara pihak yang secara mufakat meminta jasa Notaris.”

19

Dalam pembuatan akta tersebut seringkali melibatkan Notaris.Oleh karena tersebut perlu adanya pertanggungjawaban PPAT berupa setoran yang diberikan oleh para pihak penjual dan pembeli. Oleh karena tersebut perlu adanya pengendalian diri dari PPAT.

Dengan Norma terkait dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangungan yang diatur dalam Pasal 10 Undang –Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Apakah norma ini masih dikatakan sebagai norma yang efetif yang sekaligus melekatkan sanksi terhadap perilaku tertentu dan menetapkan perilaku yang mengkondisikan sanksi sebagai illegal yakni, sebagai delik danada yang harus dipahami (1) bahwa norma ini diterapkan oleh organ hukum yang berarti bahwa sanksi diperintahkan dan dilaksanakan dalam kasus konkrit. 2. bahwa norma ini dipatuhi oleh individu-individu yang taat kepada tatananan hukum yang berarti bahwa mereka berperilaku dengan cara tertentu untuk menghondarisanksi . Jika ketentuan sanksi dimaksudkan untuk mecegah dilaksanakan delik atau pelanggarannya jika dihadapkan pada kasus mengenai keabsahan norma hukum jika norma ini tidak pernah diterapkan, karena kesadaran di kalangan merreka yang patuh pada tatanan

19 Supriadi, Etika &Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Jakart,( Sinar Grafika, 2006), hlm., 50

(29)

hukum.

20

Namun harus diakui bahwa suatu norma kehilangan keabsahannya yakni bahwa apa yang norma itu kehilangan keabsahannya yakni apa yang norma itu diperintahkan tidak lagi berkedudukan sebagai obligatori jika norma itu tidak diikuti atau tidak dipenuhi itu adalah masalah sifat obligatori dari sebuah norma dan efektifitasnya dalam kenyataan.

21

Dengan demikian jalan atau tidaknya sanksi yang terdapat dalam pasal 10 Undang-undang No 20 Tahun 2000 tentang bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ini dijalankan oleh Pengadilan .

22

”Karena itu keadilan harus ditemukan dalam kasus yang berkaitan dengan hal yang terkait dalam pembahasan tesis ini.Keadilan adalah kabajikan utama dalam institusi sosial, sebagaimana kebenaran dalam system pemikiran suatu teori harus ditolak atau direvisi apabila tidak benar.”

23

Oleh karena itu Negara melalui pengadilan menciptakan keadilan. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warganegaranya dan sebagai dasar daripada keadilan . Apakah peraturan itu sebagai dasar keadilan bagi warganegaranya,

24

Pandangan lain tentang efektifitas hukum dikemukakan oleh J. Dias ,Horward dan Murmers Clerence j Dias syarat bagi efektifnya suatu hukum meliputi:

1. Mudah atau tidaknya makna atau isi aturan-aturan hukum itu ditangkap

20 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar Dasar Ilmu Hukum Normatof( Bandung, Nusa Media, 2008,hlm., 28

21Hans Kelsen Hukum dan Logikan,(Bandung:Alumni, 2006).hlm 5

22PhilipeNonet dan Philip Selznick, Hukum Responsif Bandung, Nusa Media, 2008),hlm., 89

23John Rawls, Teori Keadilan Dasar dasar politik untuk mewejudkankesejahteraan social dalam Negara, (Yogyakarta:Pustaka pelajar, 2006), hlm., 3

24Kusnardi dan Heramily Ibrahim, Pengantar Tata Hukum Indonesia, ( Jakarta:Sadtara Hudaya, 2000)hlm., 53

(30)

2. Luas atau tidaknya kalangan di masyarakat yang mengetahui isi aturan-aturan hukum yang dicapai dengan bantuan

a. Aparat administrsi yang menyadari kewajiban untuk melibatkannya dirinya dalam usaha mobilisasi yang demikian

b. Para warga masyarakat yang terlibat dan merasaharus berapartisipasi dalam hukum.

25

Pengerian pajak menurut P Siahaan mengatakan bahwa adalah

“Pungutan dari masyarakat oleh Negara berdasarkan Undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh wajib pajak membayar dengan tidak mendapat prestasi kembali secara lansung yang hasilnya igunakan untuk membiayai pengeluaran Negara dan pembangunan.”

Berdasarkan definisi pajak yang dikemukakan para ahli diatas yang ditarik kesimpulan dari pajak adalah

1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

2. Pajak dipungut dengan kekuatan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya 3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkannya adanya jasa timbale

individual ke pemerintah

4. Pajak memiliki sifat dapat dipaksakan, wajib pajak tidak memenuhi pajak dapat dikenakan sanksi baik pidana maupun denda sesuai ketentuan berlaku

5. Digunakan untuk membiayai rumah tangganya

25Adami Chazawi, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Desirtasi (Jakarta,Rajawali Pers, 2016), hlm., 308

(31)

Berkaitan dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam tesis ini yang dimaksud dengan Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan dalam undang- undang nomor 20 tahun 2000 adalah pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2000 Tentanag Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah” Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak atas perolehan objek pajak bumi dan bangunan.”

Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 28 Tahun 2009 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menjadi pajak daerah dengan seketika pajak BPHTB dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Sebelum dilakukan pemungutan pajak BPHTB maka masing masing daerah mengeluarkan PERDA tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dengan tidak melanggar ketentuan dalam undang-undang Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan

Ada perbedaan antara kewenangan dan wewenang .Kewenangan adalah kekuasaan yang berasal dari kekuasaan undang undang sedangkan wewenang bagian dari kewenangan.Undang-Undang memberikan kewenangan bagi suatu subjek untuk dapat atau melakukan sesuatu undang-undang tidak ada memberikan kewenangan bagi Notaris untuk membayar pajak BPHTB oleh karena itu bukan kekuasaannya.

2. Konsepsi

Konsepsi atau definisi operasional yang terkait dengan topk ini adalah sebagai berikut:

a. BPHTB

(32)

BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas hak atas tanah dan atau bangunan

26

Saat yang menetukan BPHTB terutang adalah saat terjadinya

b. Notaris adalah pejabat umun yang berwenag untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undnag ini notaris merangkap menjadi PPAT

c. Administrasi

Kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan kebijasanaan untuk menvapai tujuan cirinya

1. Adanya kelompok manusia yang terdiri atas orang atau lebih 2. Adanya kerjasama

3. Adanya proses/usaha 4. Adanya tujuan d. Akta Autentik

Notaris sebagai pejabat Negara mempunyai wewenang tanggungjawab dalam melaksanakan kewenangannya berdasarkan undang-undang Nomor 15 Undang- Undang No 2 Tahun 2014 Tetang Jabatan PPAT menyatakan selain itu peran notaries dalam kehidupan berbangsa membuat akta autentik yang menjamin kepastian mutlak bagi pihak yang memerlukannya. Selain itu PPAT tidak hanya mengabdi kepada masyarakat tetapi pembangunan kepercayaan kepada pemerintah

26Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang BPHTB

(33)

Akta autentik adalah dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang diperkuat oleh atau dihadapa pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat dimana akta itu diperbuat

27

Yang dimaksud dengan akta autentik adalah akta yang dibuat oleh door atau dihadapan (ten overstan) pejabat umum yang berwenang

28

e. Wajib Pajak

Orang pribadi atau badan yang menutu keterangannya peraturan perundang- undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan termasuk pemungutan pajak atau emotongan pajak ertentu

29

Setiap wajib pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya,nnmeliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak selanjutnya kantor pelayanan pajak menerbitkan Surat keteramgam terdaftar

30

f. Self Assesment

Suatu sistem pemungutan pajak yang bedasarkan undang-undnag memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk melaksanakan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan.

g. Pajak Daerah

27M.U Sembiring, Teknik Pembuatan Akta(Medan: Usu,1997),hlm., 5

28Hasballah Thaib dan Syahril Sofyan, Teknik Pembuatan Akta Penyelesian Warisan Menurut Hukum Waris Islam di Indoneisa(Bandung: Citapustaka medi,2014).,hlm.,67

29Wauyo dan Wirawan B.ILyas , Perpajakan Indoenesia Pembahasan sesuai dengan ketentuan pelasanaan Peraturan Perundang-undangan( Jakarta :Salemba Empat, 2002),hlm., 24

30Ibid.,hlm.25

(34)

Pajak yang dipungut dan dilelola oleh pemerintah daerah (provinsi/Kabupaten/kota) dan hasil penerimaanya sebagai sumber utama APBD digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, baik biaya rutin, maupun biaya pembangunan

h. Verifikasi

Pemeriksaan terhadap kebenaran laporan, pernyataan,perhitungan uang, dan sebagainya

G. Metode Penelitian

Metode atau cara peneliiitian adalah merupakan serangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan

31

Metode penelitian adlaah ilmu untuk mengungkapkan dan menerangkan gejala-gejala alam dan social dalam kehidupan manusia dengan menggunakan prosedur kerja sistematis, teratur, tertib, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

32

.Pemelitian ini menggunakan metode yuridis Normatif dengan menggunakaan penelitian pendekatan undang-undang dan pendektan kasus. Metode yuridis Normatif dengan mengacu pada pendekatan undang-undang Maksudnya adalah menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang ditangani.

33

Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitan dengan isu telah dihadapi yang elah menjadi putusan pengadilan

31Saifuddin Azwar., Metode Penelitian,(Yogyakarta,Pustka Pelajar, 2013),hlm., 1

32Hadari Nawiwi dan Mimi Martii, (Yogyakarta,Gadjah Mada University, 1994),hlm., 9

33Peter Mahmud marzzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi,( Jakarta, Kharisman Putra Utama, 2014),hlm., 41

(35)

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.,

34

Dalam pendekatan kasus yang perlu dipahami adalah alasan-alasan hukum yang dgunakan dalam proses pengambilan keputusam terdahulu .Alasan hukum tersebut dapat ditemukan dengan memperhatikan fakta materil baik berupa orang , tempat dan waktu

35

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normative yang meneliti hukum dari perspektif internal dengan objek penelitian.Oleh karena itu mengacu pada putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada serta melihat sinkronisasi aturan satu dengan yang ainnya secara hirarki.

36

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis dinamika hubungan antarfenomena yang diamati menggunakan ligika ilmiah.

37

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.Dengan teknik deskriptif dimaksudkan penelitian memaparkan adanya tentang suatu peristiwa hukum atau kondisi hukum dalam kasus dihadapi. Memaparkan apa adanya maksudnya dengan disertai tanggapan pribadi peneliti yang memfokuskan pengumpulan semua peraturan perundang-undangan terkait dengan Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan. Melakukan pengkajian terhadap buku, peraturan perundang-

34Ibid hlm., 134

35Abu Yasid, Apek-Aspek penelitian Hukum Islam-Hukum Barat (Yogyakarta, pustaka Pelajar ,2010),hlm., 76

36Zainuddin, Ali, Metode Peelitian Hukum(Jakarta,Sinar Grafks, 2014),hkm., 105

37Saifuddin Azwar, Opcit., hlm 7

(36)

undangan yang berhubungan dengan pengaturan hukum dan impiikasi pelaksanaanya di Indonesia maupun hukum yang diputuskan melalaui proses pengadilan.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan primer yaitu bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari

38

Bahan Hukum/sumber primer adalah bahan pustaka yang berisikan penegtahuan ilmiah yang baru dan mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan

39

a. Peraturan Perundang-undnagan

Undang-Undang Pokok Agraria No. 5Tahun 1960

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang No 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan PPAT

Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peraturan Pelaksana Perauran Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997

a. Bahan Hukum sekunder, yang memberikan gambaran penjelasan mengenai bahan hukum sekunder seperti misalnya rancangan undang-undang, hasil

38Saifuddin Azwar, Opcit,hlm., 7

39Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta, Sinar Grafika, 1991),hlm., 52

(37)

penelitian selain itu bahan hukum yang berkaitan dengan konsep hukum yang digunakan dalam tesis ini misalnya journal, text book

b. Bahan Hukum tersier, bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan bahan hukum primer dan sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data penelitian diperoleh melalui studi dokumen dilakukan dengan studi kepustakaan yang berhubungan dengan topik yang akan diteliti. Dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dengan beberapa notaris senior, junior.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola

thema dengan maksud untuk memahami maknanya, Analisis data adalah menggunakan

metode tafsiran yaitu memberikan makna kepada analisis, mencari hubungan antara

konsep. Tesis ini menggunakan data kualitatif.data kualitatif bersifat rinci sehingga

panjang lebar. Akibatnya data kualitatis bersifat spesifik terutama untuk meringkas

data dan menyatukannya dalam suatu alur analisis yang mudah dipahami.

(38)

BAB II

PERTANGGUNGJAWAB PPAT ERHADAP PENITIPAN BPHTB YANG BERITIKAD BAIK

A. Bea Perolehan Hak atas Tanah

Pasal 1 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana yang dirubah dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Pajak Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan adalah “pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan.”

40

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan oleh seseorang atau badan hukum dapat terjadi melalui dua cara, yaitu:

1. Origananair

Perolehan Hak atas Tanah ini terjadi untuk pertama kali melalui penetapan pemerintah, atau karena ketentuan undang-undang. Bentuk hak atas tanah ini adalah hak atas tanah lahir dari tanah yang berasal dari tanah Negara melalui permohonan pemberian hak atas tanah Negara

2. Derivatif

Perolehan hak atas tanah ini terjadi dari tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh pihak lain melalui peralihan hak atas tanah. Perolehan hak terjadi pemindahan hak melalui ja beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dlam modal perusahaan atau lelang.

41

“Bentuk/tata cara pengadaan hak atas tanah bagi pelaksanaan kepentingan

pembangunan untuk kepentingan umum ada tiga cara, yaitu pembebasan tanah, pencabutan hak atas tanah dan peralihan hak.”

42

40Pasal 1 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 sebagaimana yang telah dirubah dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 1997

41Urip Santoso,Perolehan Hak atas Tanah.(Jakarta, Kharisma Putra, 2015),hlm., 28

42Umar said Sugiharto,dkk,Hukum Pengadaan Tanah Pengadaan Hak atas Tanah untuk Kepentingan Umum Pra dan Pasc Reformasi ,(Malang, Setara Press, 2015).hlm.,75

(39)

Selain itu perolehan hak atas tanah dapat diperoleh melalui antara lain penetapan pemerintah, ketentuan undang-undang, peralihan hak, pemberian hak.

Menurut Pasal 6 ayat 1 Undang Nomor 20 Tahun 2000 yang menjadi dasar pengenan pajak pada BPHTB adalai Nilai Perolehan Objek Pajak

a. Pemindahan Hak karena : 1. Jual beli

2. Tukar Menukar 3. Hibah

4. Hibah Wasiat 5. Warisan

6. Pemasukan dalam Perseroan

7. Pemisahan Hak yang mengakibatkan peralihan Hak 8. Penunjukan Pembelian Lelang

9. Pelaksanaan Putusan Hakim yang mempunyai kekuatan Hukum tetap 10. Penggabungan Usaha

11. Peleburan Usaha 12. Pemekaran Usaha 13. Hadiah

Pasal 6 ayat 2 menentukan yang menjadi Nilai Perolehan Objek Pajak sebagai dasar Pengenaan Pajak pada masing jenis perolehan hak :

a. Pada perolehan hak karena jual beli, yang menjdi NPOP adalah harga

transaksi

(40)

b. Pada perolehan hak karena tukar menukar yang menjadi NPOP adalah nilai pasar

c. Pada Perolehan hak karena hibah yang menjadi dasar NPOP adalah nilai pasar

d. Nilai Perolehan hak karena hibah wasiat adalah nilaipasar

e. Pada perolehan hak karena waris, yang menjadi Nilai Perolehan Objek Pajak adalah nilai pasar

f. Pada perolehan hak karena pemasukan dalam perseroan dan badan hukum lainnya yang menjadi Nilai Perolehan Objek Pajak adalah nilai pasar g. Pada perolehan hak karena pemisahan hak karena yang mengakibatkan

peralihan sebagai pelasanaan putusan hakim mempunyai kekuatan hukum tetap yamg menjadi NPOP adalah nilai pasar

h. Pada Perlehan hak hak karena pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan pelepasan hak yang menjadi Nilai Perolehan Objek Pajak adalah Nilai Pasar

i. Pada Perolehan Hak karena penggabungan usaha yang menjadi nilai perolehan objek pajak adalah nilai pasar

j. Pada Perolehan hak karena peleburan usaha yang menjadi NPOP adalah nilai pasar

Sesuai dengan Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Bea Perolehan Hak atas tanah

dan Bangunan Nomor 20 tahun 2000 sebagaimana yang telah dirubah dengan undng –

undang Nomor 21 Tahun 1997 menyatakan bahwa Nilai Perolehan Objek Pajak

(41)

sebagaimana huruf a sampai dengan j tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Perolehan Objek Pajak yang digunakan dalam pengenaan pajak bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak. Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bamgunan adalah rata-rata yang diperoleh dari harga transakasi jual beli yang terjadi secara wajar. Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan dapat dilihat dari Surat Pemberitahuan Pajak yang terutang yang dikeluarkan kantor pelayanan Pajak teruang. Untuk memberikan surat SPPT maka obyek tanah dan bangunan sudah terdaftar di kantor pelayanan PBB setempat.

43

Setiap Undang-Undang yang berlaku mempunyai subjek hukum. Subjek Hukum yang menjadi wajib pajak adalah memenuhi syarat-syarat ditentukan oleh Undang-Undang.Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bagunan menetapkan yang ditetapkan sebagai subjek pajak dalam undang-undang tersebut. Sedangkan Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan karena pemberian hak pengelolaan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 112 Tahun 2000 Adapun mekanisme pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah penjual dan pembeli yang sudah menyepakati harga jual beli rumah menyepakati harha jual beli rumah, pada umumnya penjual dan pembeli kurang memahami bagaimana menghitung BPHTB sehingga mereka datang ke PPAT tanpa membawa SSB

Selain itu Undang-Undang menetapkan ketentuan bagaimana cara pembayaran pajak atas Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana yang ditetapkan

43Marihot Pahala Siahaan, hlm 172

(42)

dalam Pasal 10 Undang –Undang Nomor 21 Tahun 1997 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 sebagai berikut:

1. Wajib Pajak yang terutang dengan tidak berdasarkan adanya surat ketetapan pajak

a. Pajak yang terutang dibayar ke kas Negara melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang dirunjuk oleh Menteri dengan Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan“.

Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan mengatakan

Wajib Pajak wajin membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada adanya surat ketetapan pajak. Menurut Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan:”Pejabat Pembuat Akta tanah seelah wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.”

Setelah penjual dan pembeli mengisi SSB dan melakukan pembayaran BPHTB ke Bank, pejabat Bank dan pos menandatanani SSB, mengambil SSB lembar ke 2 dan lembar ke 4 kemudian meyerahkan kembali ssb lembar 1,3 dan 5 kepada Wajib Pajak.

44

Wajib Pajak datang kembali menyerahkan SSB KE-5 setelah itu barulah PPAT menandatanagi akta jual beli karena menurut Pasal 24 ayat 1 Undang –Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menentukan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah hanya dapat menandatangani pemindahan hak dan

44https://www.scribd.com/doc/58704749/MEKANISME-PEMBAYARAN-BPHTB pada 28/10/2016 pada jam 08.01

(43)

bangunan pada saat Wajib Pajak menyerahkan pembayaran Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan berupa setoran Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan, Wajib Pajak (pembeli menyerahkan SSB lembar ke 3 ke KKP Pratama secara langsung atau dikirim melalui pos sedangkan SSB Lembar 1 sebagai arsip untk wajib pajak.

Cara pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang dilakukan melalui Internet adalah sebagai berikut:

Wajib Pajak membayarkan BPHTB yang terutang tidak didasarkan pada surat ketetapan pajak atau SKP, melainkan dengan cara mengisi Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan. Pajak yang dibayar dapat melalui Bank Pemerintah, Bank DKI dan juga di Kantor Pos di wilayah Kotamadya Kabupaten/Kota yang meliputi letak Tanah dan Bangunan. SSB dapat diperoleh melalui kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang ada di wilayah DKI Jakarta, Kantor Pos.

Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dapat dilakukan tanpa menunggu diterbitkannya Suray Ketetapan Pajak. Surat Ketetapan Pajak adalah dukumen yang kurang /lebih bayar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal setelah adanya pemeriksaan SKP. SKP dapat dikeluarkan dalam jangka waktu lima tahun semenjak saat terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan . SKP dapat berupa SKBKB untuk yan kurang baya dan SKBN untuk yang nihil dan nol bayar.

B. Kewajiban Notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris

Pengertian Notaris menurut Pasal 1 ayar 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2014 tentang Peraturan Jabatan Notaris. Notaris adalah pejabat yang berwenang dalam

(44)

membuat akta .

45

Akta yang dibuat oleh PPAT merupakan suatu alat pembuktian yang kuat.

Notaris sebagai pejabat yang mempunyai peranan penting untuk membantu pemerintah dalam proses pengalihan hak, mempunyai peraturan untuk mengatur tata tertib Notaris di Indonesia. Berikut ini Pasal yang harus diperhatikan tugas dan wewenang Notaris:

Pasal 15 ayat 1,2, dan 3 Undang-Undng Nomr 2 Tahun 2014 yaitu perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris . Pasal 15 ayat 1 menyebutkan:

Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua urusan perbuatan pejanjian dan ketetapan yang dihauskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik , menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosee, salinan dan ktipan akta semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditegaskan atau dikecualikan pada pejabat lai atau orang lain yang ditetapkan oleh unang-undang.

46

Berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Jabatan Notaris disebutkan bahwa Notaris berwenang membuat akta autentik (…)” yang dalam pengertian teknis “membuat” sejumlah pekerjaan yang diperlukan akta Notaris.

Membuat akta terdiri atas penyusunan, pembacaan, dan penandatanganan akta oleh para penghadap, saksi, dan notaris.

Adapun menurut Pasal 15 ayat 2 berwenang pula:

45Pasal 15 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014

46 Herlien Budion, Dasar Teknik Pembuatan Akta PPAT, ( Bandung: Citra Adita Banti, 2014),hlm., 7

(45)

a. Mengesahkan tanda tagan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftarkan dalam buku khusus;

b. Membubuhkan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

c. Membuat kopi dan surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang membuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;

d. Melakukan pengecekan kecocokan fotkopi dengan surat aslinya;

e. Memberikan penyuluhan hukum sehungan dengan pembuatan akta f. Membuat akta yang berkaitan dengan petanahan;atau

g. Membuat akta risalah lelang

Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam arti peraturan perundang-undangan yang bersangkutan menyebutkan agar perbuatan hukum tertentu wajib dibuat dengan akta notaris.Selain itu PPAT dapat merangkap menjadi PPAT hal ini disebabkan untuk mempermudah kerja PPAT itu sendiri dalam menjalankan pekerjaannya yang diembankan kepadanya. Oleh karena itu kewenangan yang dimiliki oleh PPAT sebagai Pejabat umum sebelum diangkat menjadi PPAT , berwenang membuat akad kredit yang dijaminkan oleh Bank.

47

Syarat untuk menjadi Notaris sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 3 Undang-Undang Jabatan Notaris adalah sebagai berikut:

1. Warga Negara Indonesia

47Supriadi,Hukum agrarian,(Jakarta, Snar Grafika, 2009),hlm., 171

(46)

Karena Warga Negara Indonesia adalah pejabat umum yang menjalankan sebagian dari fungsi publik perdata, kewenangan ini tidak dapat diberikan kepada Warga Negara Asing karena menyangkut dengan menyimpan rahasia Negara, PPAT bersumpah setia atas Negara Republik Indonesia, sesuatu yang tidak bisa dipenuhi seutuhnya oleh Warga Negara Asing.

2. Berumur minimal 27 Tahun

Umur 27 Tahun dianggap siap mental dan emosional 3. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Diharapkan PPAT tidak melakukan tindakan perbuatan asusila, amoral.

4. Pengalaman

Telah mejalani magang dan nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan PPAT dalam waktu 2 tahun berturut-turut pada kantor PPAT atas prakarsa sendiri atau rekomendasi organisasi notaris setelah lulus magister kenotariatan, supaya telah mengetahui praktisi notaris, mengetahui struktur yang dipakai dalam pembuaan aktanya, baik akta aotentik, dibawah tangan, dan pengetahuan administrasi notaris

5. Ijazah 6. Non-PNS

Demikian dengan PPAT, PPAT juga memeriksa apakah syarat formal dan

materil sudah terpenuhi arau tidak untuk melakukan pengikatan jual beli

tersebut.

(47)

B.1.1 Kewajiban Notaris dalam Undang-Undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Dalam Undang-Undang tersebut yang dimaksud dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Pajak yang dikenakan atas Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Subjek pajak yang ditentukan dalam Undang-Undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang Undang-Undang Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan adaah orang pribadi, atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan Bangunan dengan kata lain yang menerima pengalihan hak tersebut, Oleh karena itu asas yang digunakan dalam Undang-Undang asas Self Asessment. Self Asessment adalah Wajib Pajak diberikan kepercayaan oleh pemerintah untuk menghitung, menyetorkan pajak sendiri.

Sesuai deengan Pasal 24 Undang-Undag Nomor 20 Tahun 2000 Tentang

Perubahan atas Undang undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan menyarkan Pejabat Pembuat akta Tanah PPAT hanya dapat

menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan bangunan pada saat Wajib Pajak

menyerahkan bukti pembayaran berupa Surat Setoran Hak atas Tanah dan Bangunan .

Pasal 26 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(48)

meyatakan Pejabat Pembuat Akta tanah /PPAT dan Pejabat Lelang Negara yang melanggar ketentuan sebagaiman dimaksud dengan Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi administratip dan denda sebesar Rp.7.500.000,00 untuk setiap pelanggaran

B.1.2 Kewajiban Notaris dalam Undang-Undang Peraturan Daerah

Dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaiman yang ditulis dalam Pasal 26:

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT dan Kepala Kantor yang membidangi peayanan lelang Negara melaporkan pembuatan akta atau risalah lelang perolehan hak atas tanah dan bangunan kepada Kapala Daerah paling lambat 10 (sepuluh) bulan berikutnya:

(2) Tata Cara pelaporan bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatuu dengan Peraturan Derah

Sebelum adanya penandatanganan akta maka PPAT yang ada di kota Surabaya berkewajiban meminta kwitansi pembayaran Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan dalam pembuatan akta yang dimaksud. Dengan lahirnya peraturan Daerah ini maka semakin memudahkan transaksi perikatan perikatan Perjanjian Jual Beli di Kota Surabaya terkait pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang belum memiliki sertifikat.

B.1.3 Kewajiban PPAT dalam Peraturan Pemerintah PPAT

Jabatan PPAT bukanlah jabatan yang diemban oleh PPAT untuk seumur hidup,

namun juga dibatasi oleh waktu dan peristiwa-peristiwa lainnya.Berhentinya yang

(49)

dalam bahsa Inggris disebut dengan termination sedangkan dalam Bahasa Belanda Otlanding adalah berakhirnya atau selesainya jabatan sebagai PPAT. Pemberhentian jabatan sebagai PPAT diatur dalam pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah dan Pasal 28 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 disebutkan empat alasan diberhentikan dari jabatan , karena

1. Meninggal dunia 2. Telah mencapai usia 65

3. Diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau melaksanakan tugas sebagai PPAT dengan tempat kedudukan di Kabupaten/ota yang lain daripada daerah kerjanya

4. Diberhentikan oleh Badan

Diberhentikan dengan tidak hormat yang dalam bahasa Inggris disrespectfully merupakan cara berakhirnya atau selesainya PPAT dengan cara tidak sopan atau dengan penghargaan tidak tinggi terhadap PPAT yang bersangkutan. Ada tiga alasan PPAT diberhentikan dengan tidak hornat dari jabatannya oleh kepala badan yang meliputi:

1. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan dan kewajiban sebagai PPAT 2. Dijatuhi hukuman kurungan/penjara karena melakukan kejahatan perbuatan

pidana yang diancam hukuman kurungan atau penjara paling lama 5 tahun 3. Melanggar Kode etik PPAT

Pelanggaran berat yang dilakukan PPAT antara lain:

(50)

a. Membantu melakukan pemufakatan jahat yang mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan

b. Melakukan pembuatan akta sebagai pemufakatan jahat yang mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan

c. Melakukan pembuatan aka diluar daerah kerjanya

d. Memberikan keterangan yang tidak benar dalam akta mengakibatkan sengketa

e. Melanggar sumpah jabatan PPAT

B.1.4 Kewajiban PPAT dalam Undang-Undang PPAT

Landasan utama yang mendasari pelaksanaan tugas PPATadalah Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Jabatan Pembuat Akta Tanah.

Kewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah yaitu:

1. Mendaftarkan dokumen selambat-lambatnya 7(tujuh) hari kerja sejak ditandatangani akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen-dokeumen yang bersangkutan kepada kepala kantor pertanahan disamping itu PPAT wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta kepada pihak yang bersangkutan:

2. Menjunjung tinggi Pancasila, Undang-UndangDasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

3. Mengikuti Pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan sebagai PPAT;

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ketentuan dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan

Republik Indonesia , Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000, tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Tentang Pajak

Sehubungan dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan Peraturan Pelaksanaannya, serta

Penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Administrasi Negara Tentang Hak dan Kewenangan Kepala Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 (Studi Desa Silebo

undang nomor 20 tahun 2000 adalah pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan. sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2000

“Menimbang, bahwa Pasal 32 ayat (5) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menyebutkan Putusan Mahkamah

2) Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan: “Hak Pengelolaan adalah Hak Menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya

Jakarta: Grafindo Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Bea Perolehan Hak atasTanah dan Bangunan menjelaskan bahwa Bea Perolehan Hak atas Tanah