Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017
MODEL GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE INTEGRATED DENGAN PEMBOBOT NORMALISASI KORELASI SILANG PADA PERKEMBANGAN ASET BPR DI PROVINSI JAWA BARAT, JAWA TENGAH,
DAN JAWA TIMUR
Susi Susanti
1), Sri Sulistijowati Handayani
2), dan Diari Indriati
3)1,3
Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
1
email: [email protected]
3
email: [email protected]
2
Program Studi Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
2
email: [email protected] Abstrak
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan di Indonesia yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Meskipun terbatas di bidang UMKM, perkembangan industri BPR terus meningkat. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan aset BPR di beberapa daerah.
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur merupakan provinsi di pulau Jawa yang memiliki perkembangan aset BPR cukup tinggi dan diduga saling berkaitan karena adanya hubungan kegiatan perekonomian di ketiga wilayah provinsi yang berdekatan. Aset BPR merupakan data deret waktu yang tidak stasioner karena mengikuti pola trend naik. Oleh karena itu, model yang sesuai dengan data tersebut adalah model Generalized Space Time Autoregressive Integrated (GSTARI) yang mempertimbangkan keterkaitan spasial dan waktu. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa lokasi yang digunakan pada penelitian ini mempunyai hubungan yang erat. Dari hasil identifikasi menggunakan nilai Akaike Information Criterion Corrected terkecil, model terbaik yang didapatkan adalah GSTAR(3
1)-I(1). Pendugaan parameter menggunakan metode kuadrat terkecil dengan pemilihan variabel yang signifikan menggunakan metode stepwise dan matriks pembobot normalisasi korelasi silang. Residual model memenuhi asumsi white noise dan normal multivariat, sehingga model telah sesuai.
Kata kunci: aset BPR, GSTARI, trend, normalisasi korelasi silang, stepwise
1. PENDAHULUAN
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan di Indonesia yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Meskipun terbatas di bidang UMKM, perkembangan industri BPR terus meningkat. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan aset BPR di beberapa daerah.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) [3]
menunjukkan per Februari 2016 industri BPR secara nasional membukukan aset sebesar Rp 102.67 triliun, tumbuh 13.55 persen secara tahunan. Perkembangan aset BPR selama beberapa tahun terakhir mengikuti bentuk data deret waktu. Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mengalami perkembangan aset BPR yang lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Menurut Borovkova et al. [1], data deret waktu
dari beberapa lokasi yang berdekatan seringkali mempunyai hubungan yang saling bergantung, sehingga aset BPR pada satu lokasi diduga memiliki keterkaitan dengan aset BPR pada periode sebelumnya dan antar lokasi lainnya. Model yang terkait hal ini adalah model space time.
Ruchjana [5] menyatakan, model space time adalah salah satu model yang menggabungkan unsur dependensi waktu dan lokasi pada suatu data runtun waktu dan lokasi.
Model space time pertama kali diperkenalkan oleh Pfeifer dan Deutsch [4], yaitu Space Time Autoregressive (STAR). Model STAR mengasumsikan bahwa karakteristik untuk semua lokasi yang diamati bersifat homogen.
Generalized Space Time Autoregressive
(GSTAR) merupakan pengembangan dari
model STAR yang cenderung tidak fleksibel
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017
saat dihadapkan pada lokasi-lokasi yang
memiliki karakteristik yang heterogen (Borovkova et al. [1]).
Salah satu permasalahan utama pada pemodelan GSTAR adalah penentuan pembobot lokasi. Menurut Suhartono dan Subanar [7], penentuan pembobot lokasi menggunakan normalisasi korelasi silang akan menghasilkan hasil yang lebih optimal dibandingkan dengan pembobot lain. Model Generalized Space Time Autoregressive Integrated (GSTARI) merupakan model dengan parameter yang bervariasi menurut lokasi dan digunakan pada data deret waktu yang tidak stasioner. Aset BPR merupakan data deret waktu yang tidak stasioner karena mengikuti pola trend naik. Model yang sesuai untuk data perkembangan aset BPR adalah model GSTARI.
Pada penelitian kali ini, model space-time diterapkan di bidang ekonomi, yaitu perkembangan aset BPR di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menggunakan model GSTARI dengan pembobot normalisasi korelasi silang.
2. KAJIAN LITERATUR
2.1 Matrix Autocorrelation Function (MACF)
Wei [8] menyatakan, jika diberikan suatu vektor runtun waktu sebanyak 𝑛 observasi, yaitu 𝑍
1, 𝑍
2, … 𝑍
𝑛maka persamaan matriks korelasi sampel dapat dihitung sebagai
𝜌̂(𝑘) = [𝜌̂
𝑖𝑗(𝑘)]
dengan 𝜌̂
𝑖𝑗(𝑘) adalah korelasi silang sampel dari komponen deret ke-𝑖 dan ke-𝑗 yang diberikan sebagai
𝜌̂
𝑖𝑗(𝑘) =
∑ (𝑍𝑖,𝑡−𝑍̅𝑖)(𝑍𝑗,𝑡−𝑘−𝑍̅𝑗)𝑇−𝑘𝑡=1
[∑𝑇𝑡=1(𝑍𝑖,𝑡−𝑍̅𝑖)2∑𝑇𝑡=1(𝑍𝑗,𝑡−𝑍̅𝑗)2] 1 2
dengan 𝑍̅
𝑖dan 𝑍̅
𝑗adalah rata-rata sampel dari komponen deret yang bersesuaian.
Dalam meringkas korelasi sampel, terdapat metode sederhana dengan menggunakan simbol yang dinotasikan dengan (+), (−), dan (.) pada matriks korelasi sampel ke (𝑖, 𝑗).
Simbol (+) diartikan sebagai 𝜌̂
𝑖𝑗(𝑘) lebih besar dari 2 kali standar eror dan menunjukkan korelasi positif, Simbol (−) diartikan sebagai 𝜌̂
𝑖𝑗(𝑘) kurang dari -2 kali standar eror dan menunjukkan korelasi negatif, dan simbol (. ) diartikan sebagai 𝜌̂
𝑖𝑗(𝑘) berada di ±2 kali
standar eror dan menunjukkan tidak adanya korelasi.
2.2 Matrix Partial Autocorrelation Function (MPACF)
Fungsi matriks parsial korelasi sampel sangat diperlukan dalam model AR. Menurut Wei [8], persamaan MPACF dirumuskan sebagai
∅
𝑘𝑘= 𝐶𝑜𝑣[(𝑍
𝑡− 𝑍̂
𝑡), (𝑍
𝑡+𝑘− 𝑍̂
𝑡+𝑘)]
√𝑉𝑎𝑟(𝑍
𝑡− 𝑍̂
𝑡)√𝑉𝑎𝑟(𝑍
𝑡+𝑘− 𝑍̂
𝑡+𝑘) Wei [8], mendefinisikan matriks korelasi parsial pada lag waktu ke-𝑘 dinotasikan sebagai ∅
𝑘𝑘sebagai koefisien terakhir jika data diterapkan untuk suatu proses VAR pada lag waktu ke- 𝑘. Hal ini merupakan pengembangan definisi fungsi parsial sampel untuk data deret waktu variabel tunggal.
Apabila MPACF bersifat terputus setelah lag ke-𝑝, maka model yang sesuai adalah VAR(𝑝).
2.3 Model Space-time
Data yang memiliki keterkaitan waktu dapat dimodelkan dengan model runtun waktu.
Selain itu, terdapat data yang memiliki keterkaitan ruang atau spasial dapat dimodelkan dengan model spasial. Sedangkan, data yang memiliki keterkaitan waktu dan ruang dapat dimodelkan dengan model space- time. Model space-time merupakan salah satu model yang dapat menggabungkan unsur waktu dan lokasi pada suatu data deret waktu (Ruchjana [5]). Model space-time pertama kali diperkenalkan oleh Pfeifer dan Deutsch [4]
pada tahun 1980.
2.4 Generalized Space Time Autoregressive
Integrated (GSTARI)Model GSTARI merupakan model GSTAR yang digunakan pada data deret waktu dan lokasi yang tidak memenuhi asumsi stasioneritas. Pada model GSTARI, keterikatan spasial dinyatakan oleh matriks pembobot. Model GSTARI dapat dituliskan sebagai
𝒁∗(𝒕) = ∑ [∅𝒌𝟎𝑾(𝟎)+ ∑ ∅𝒌𝒍𝑾(𝒍)
𝜆𝑠
𝑙=1 ]
𝑝
𝑘=1 𝒁∗(𝒕−𝒌)+ 𝒆(𝒕)
dengan 𝒁
∗(𝒕)adalah vektor berukuran (𝑁 × 1)
dari nilai observasi pada waktu ke-𝑡 dan lokasi
ke- 𝑁, 𝜆
𝑠adalah orde spasial ke-𝑠 dari bentuk
autoregressive, 𝑝 adalah orde autoregressive,
𝑾
(𝒍)adalah matriks pembobot berukuran
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017
(𝑁 × 𝑁) pada spasial lag 1, 𝝓
𝒌𝒍adalah
matriks diagonal parameter autoregressive pada lag waktu 𝑘 dan lag spasial 𝑙, dan lokasi ke- 𝑁, dan 𝒆
(𝒕)adalah vektor residual berukuran (𝑁 × 1).
2.5 Identifikasi Model
Identifikasi model dilakukan untuk menentukan orde autoregressive dan orde spasial yang sesuai. Wutsqa et al. [9]
menyatakan orde spasial pada umumnya dibatasi pada orde 1 karena orde yang lebih tinggi akan sulit diinterpretasikan. Orde spasial 1 menggambarkan keadaan antar lokasi yang cukup berdekatan. Sedangkan penentuan orde autoregressive berdasarkan nilai Akaike Information Criterion Corrected (AICC) terkecil. AICC merupakan pengembangan dari Akaike Information Criterion (AIC). Kriteria AICC memilih model terbaik dengan mempertimbangkan banyaknya parameter di dalam model. Menurut Cavanaugh [2], perhitungan AICC dapat ditulis sebagai
𝐴𝐼𝐶𝐶 = 𝑛(𝑙𝑛|∑̂| + 𝑞) +2(𝑝 + 𝑞 + 0.5𝑞(𝑞 + 1))𝑛 𝑛 − 𝑝 − 𝑞 − 1
dengan ∑ ̂ adalah matriks varian-kovarian residual, 𝑛 adalah banyaknya pengamatan, 𝑝 adalah banyaknya variabel prediktor, dan 𝑞 adalah banyaknya variabel respon. Kriteria pemilihan model terbaik berdasarkan nilai AICC, semakin kecil nilai AICC maka semakin baik pula modelnya.
2.6 Pembobot Normalisasi Korelasi Silang Pembobot ini berdasarkan pada normalisasi korelasi silang antar lokasi pada lag waktu yang bersesuaian. Secara umum, korelasi silang antara lokasi ke- 𝑖 dan ke- 𝑗 pada lag waktu ke- 𝑘 didefinisikan oleh Suhartono dan Subanar [7] sebagai
𝜌
𝑖𝑗(𝑘) = 𝛾
𝑖𝑗(𝑘) 𝜎
𝑖𝜎
𝑗dengan 𝛾
𝑖𝑗(𝑘) adalah kovarians silang antara kejadian di lokasi ke- 𝑖 dan ke- 𝑗 pada lag waktu ke- 𝑘. Sedangkan 𝜎
𝑖dan 𝜎
𝑗merupakan standar deviasi dari kejadian lokasi ke- 𝑖 dan ke- 𝑗. Taksiran dari korelasi silang pada data sampel adalah
𝑟𝑖𝑗(𝑘) = ∑𝑛𝑡=𝑘+1[𝑍𝑖(𝑡) − 𝑍̅𝑖][𝑍𝑖(𝑡 − 𝑘) − 𝑍̅ ]𝑗
√(∑𝑛𝑡=1[𝑍𝑖(𝑡) − 𝑍̅ ]𝑖2)∑𝑛𝑡=1[𝑍𝑗(𝑡) − 𝑍̅ ]𝑗 2)
Selanjutnya, penentuan pembobot dapat dilakukan dengan normalisasi dari besaran- besaran korelasi silang antar lokasi pada lag waktu yang bersesuaian. Proses ini menghasilkan pembobot lokasi sebagai
𝑊
𝑖𝑗(𝑘) = 𝑟
𝑖𝑗(𝑘)
∑
𝑘=𝑖|𝑟
𝑖𝑗(𝑘)|
dimana 𝑖 ≠ 𝑗, dan memenuhi ∑
𝑖≠𝑗,| 𝑊
𝑖𝑗| = 1.
2.7 Pendugaan Parameter
Model GSTARI pada dasarnya sama dengan model GSTAR, sehingga memiliki langkah pendugaan parameter yang sama dengan model GSTAR. Perbedaannya adalah nilai 𝑍 yang digunakan pada pendugaan parameternya menggunakan nilai 𝑍 yang digunakan dalam tahap penentuan orde autoregressive, yaitu nilai 𝑍 yang telah dilakukan pembedaan yaitu 𝑍
∗(𝑡)= 𝑍
𝑡− 𝑍
𝑡−1.
Model GSTAR dapat direpresentasikan sebagai sebuah model linear dan parameter autoregressive model dapat diduga menggunakan metode kuadrat terkecil (Ruchjana et al. [6]). Model GSTAR(1
1) dapat dituliskan sebagai berikut
𝑍𝑖(𝑡) = 𝜙10𝑖𝑍𝑖(𝑡 − 1) +𝜙10𝑖∑ 𝑊𝑖𝑗
𝑛
𝑗=1
𝑍𝑗(𝑡 − 1) + 𝜀𝑖(𝑡)
Jika diberikan pengamatan 𝑍
𝑖(𝑡), 𝑡 = 1,2, … , 𝑇 untuk lokasi 𝑖 = 1,2, … , 𝑛 dan dengan
𝑉𝑖(𝑡) = ∑ 𝑊𝑖𝑗
𝑖
𝑗=1
(𝑘)𝑍𝑖(𝑡)
untuk 𝑖 ≠ 𝑗, maka persamaan untuk lokasi ke- 𝑖 dalam model linear dapat ditulis 𝑌
𝑖= 𝑋
𝑖𝛽
𝑖+ 𝑢, dengan 𝛽
𝑖= (∅
10, ∅
11)′ merupakan parameter autoregressive untuk waktu dan spasial. Pendugaan parameter model dengan MKT digunakan dengan meminimumkan jumlah kuadrat sisaannya, yaitu 𝛽̂ = (𝑋
′𝑋)
−1𝑋
′𝑌.
2.8 Uji Ketepatan Model
Root Mean Square Error (RMSE) adalah ukuran perbedaan antara nilai prediksi dari model dengan nilai sebenarnya dari observasi.
Persamaan RMSE dirumuskan sebagai
𝑅𝑀𝑆𝐸 = √1𝑚∑(𝑍𝑡− 𝑍̂𝑡)2
𝑚
𝑡=1
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017
Sedangkan Mean Absolute Percentage Error
(MAPE) merupakan ukuran kesalahan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata persentase absolut residual.
Persamaan MAPE dirumuskan sebagai
𝑀𝐴𝑃𝐸 = 1𝑚[∑ (𝑍𝑡− 𝑍̂𝑡 𝑍𝑡
) × 100%
𝑚
𝑡=1
]
d
engan 𝑚 merupakan banyaknya pengamatan, 𝑍
𝑡adalah nilai pengamatan pada waktu ke-𝑡 dan 𝑍̂
𝑡adalah nilai ramalan pada waktu ke-𝑡.
2.9 Uji Asumsi Residual
Untuk melihat apakah model sesuai, dilakukan pengujian asumsi residual yaitu white noise dan normal multivariat. Residual bersifat white noise mengartikan bahwa residual dari masing-masing data adalah saling independen (Wutsqa et al. [9]). Pengujian white noise dilakukan dengan uji Ljung Box Hipotesis 𝐻
0: residual white noise, dengan daerah kritis dari uji ini { 𝐿𝐵| 𝐿𝐵 > 𝑋
(1−∝,𝑘)2} dengan 𝐻
0ditolak apabila nilai 𝐿𝐵 ∈ daerah kritis. Nilai 𝐿𝐵 diperoleh dengan pengujian berikut
𝐿𝐵 = 𝑛(𝑛 + 2) ∑ 𝜌̂
𝑘2𝑛 − 𝑘
𝑛
𝑘=1
)
Pengujian normal multivariat secara visual dapat dilakukan dengan cara melihat q-q plot.
Hasil pembentukan scatter plot yang membentuk garis lurus menggambarkan variabel 𝑍
𝑖berdistribusi normal multivariat.
Sedangkan pengujian secara formal dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hipotesis 𝐻
0: resiudal berdistribusi normal, dengan daerah kritis dari uji ini { 𝐷 | 𝐷 >
𝐷
(1−∝;𝑛)} dengan 𝐻
0ditolak apabila nilai 𝐷 ∈ daerah kritis. Nilai 𝐷 diperoleh dengan pengujian berikut
𝐷 = 𝑠𝑢𝑝|𝑆(𝑥) − 𝐹
0(𝑥)|
dengan 𝑆(𝑥) adalah fungsi peluang kumulatif yang dihitung dari data sampel.
3 METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data aset BPR di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dari bulan Januari 2011 hingga Desember 2016 yang diperoleh dari website resmi Otoritas Jasa Keuangan yaitu
www.ojk.go.id. Dalampenelitian ini, terdapat tiga variabel yaitu, 𝑍
1(𝑡) = aset BPR di Jawa Barat, 𝑍
2(𝑡) = aset
BPR di Jawa Tengah, dan , 𝑍
3(𝑡) = aset BPR di Jawa Timur.
Data pada penelitian ini diolah dengan menggunakan Software Microsoft Excel, Minitab, SPSS, SAS, dan R. Adapun tahapan analisis pada penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan data aset BPR dan nilai koefisien korelasi antar lokasi, (2) memeriksa kestasioneran data dengan melihat plot MACF.
Apabila data belum stasioner maka dilakukan pembedaan, (3) menentukan plot MACF dan MPACF dari data yang sudah dilakukan pembedaan, (4) mengidentifikasi lag MPACF yang nyata sebagai orde autoregressive dan menentukan model terbaik berdasarkan nilai AICC terkecil, (5) menentukan pembobot normalisasi korelasi silang pada model GSTARI, (6) menaksir parameter model, (7) menguji diagnosis model dengan uji white noise dan normal multivariate, dan (8) menguji ketepatan model dan kesimpulan.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Stastistik Deskriptif Data Aset BPR
Data aset BPR yang dijadikan in sample pada penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2011 sampai Desember 2015. Hasil analisis statistika deskriptif dari data tersebut ditampilkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Statistik Deskriptif Data Aset BPR di Tiga Lokasi
Lokasi Total Rata-rata Min. Maks. St.
Deviasi Jawa
Barat
737482 12291.37 8602 16380 2394.54 Jawa
Tengah
960961 16016.02 11055 22060 3170.89 Jawa
Timur
509762 8496.03 5672 11361 1721.88
Plot data runtun waktu dari masing-masing variabel dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Plot Runtun Waktu Data Aset BPR
di Tiga Lokasi Secara Bersama-sama
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017
Gambar 1 menunjukkan kesamaan pola data aset
BPR ketiga provinsi tersebut yang cenderung naik secara bersama dan terus-menerus memungkinkan efek saling berkaitan antar provinsi tersebut. Besarnya pengaruh satu variabel dengan dengan variabel lain pada suatu waktu dapat dilihat melalui nilai korelasi antar lokasi pada matriks korelasi antar lokasi berikut.
Tabel 2. Korelasi Antar Lokasi
Jabar Jateng Jatim Jabar PearsonCorrelation
1 .994** .995**
Sig (1-tailed) .000 .000
N 60 60 60
Jateng Pearson Correlation
.994** 1 .995**
Sig (1-tailed) .000 .000
N 60 60 60
Jabar Pearson Correlation
.995** .995** 1 Sig (1-tailed) .000 .000
N 60 60 60
Tabel 2 menggambarkan korelasi antar lokasi pada ketiga provinsi. Kecenderungan nilai aset BPR yang saling berkaitan dapat dilihat dari nilai korelasi antar provinsi yang sangat tinggi.
Nilai signifikansi pada ∝= 0.05 sehingga pemodelan secara multivariat sesuai diterapkan pada data ini.
4.2 Identifikasi Model
Pengujian kestasioneran data merupakan proses yang perlu dilakukan dalam analisis model GSTAR. Kestasioneran data secara simultan dapat dilihat melalui plot MACF sebagai berikut.
Gambar 2. Plot MACF Data Aset BPR Sebelum Dilakukan Pembedaan
Gambar 2 menunjukkan bahwa data aset BPR belum stasioner dalam rata-rata. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya simbol (+) yang muncul pada setiap lag, yang berarti secara simultan ketiga lokasi memiliki korelasi positif pada setiap lag sehingga perlu dilakukan pembedaan supaya data aset BPR menjadi stasioner.
Gambar 3. Plot MACF Data Aset BPR Setelah Dilakukan Pembedaan
Gambar 3 menunjukkan bahwa data sudah stasioner. Hal ini ditunjukkan oleh adanya simbol (+) dan (−) yang hanya keluar pada lag tertentu dan banyaknya simbol (. ) yang mengindikasikan bahwa tidak ada korelasi.
Selanjutnya identifikasi model dapat dilihat dari MPACF data yang sudah stasioner.
Gambar 4. Plot MPACF Data Aset BPR Setelah Dilakukan Pembedaan
Pada Gambar 4, lag-lag yang berada di luar nilai standar eror dipilih sebagai orde autoregressive model sementara. Untuk menentukan model yang sesuai dapat dilihat dari nilai AICC terkecil.
Gambar 5. AICC Data Aset BPR Setelah Dilakukan Pembedaan
Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa nilai AICC terkecil pada AR(3) yakni sebesar 28.925, sehingga model yang sesuai adalah GSTAR(3
1)- I(1).
4.3 Pembobot Normalisasi Korelasi Silang
Pembobot lokasi normalisasi korelasi
silang merupakan pembobot lokasi dengan
menggunakan hasil normalisasi korelasi silang
antar lokasi pada lag yang bersesuaian. Apabila
antar lokasi memiliki nilai korelasi yang besar
diduga mempunyai keterkaitan antar lokasi yang
besar, begitu juga sebaliknya. Model GSTARI
yang diterapkan dalam data aset BPR memiliki
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017
orde autoregressive yaitu 3. Oleh karena itu,
matriks pembobot lokasi normalisasi korelasi silang dinyatakan sebagai
𝑊
1= [
0 −0.645 −0.355
−0.5 0 −0.5
−0.273 −0.727 0
]
𝑊
2= [
0 0.32 0.68
0.927 0 −0.073
0.883 −0.117 0
]
𝑊
3= [
0 0.316 0.684
−0.581 0 0.419
−0.74 −0.26 0
]
4.4 Estimasi Parameter
Estimasi parameter yang signifikan menggunakan metode stepwise ditampilkan pada Tabel 3. Diketahui pula bahwa nilai parameter ∅
101, ∅
201, ∅
202, ∅
302, ∅
303, ∅
211, ∅
213, ∅
311signifikan terhadap ∝= 0.05.
Tabel 3. Hasil Pendugaan Parameter Menggunakan Metode Stepwise Parameter Taksiran t-hitung p-value
∅
101-0.187 -2.019 0.045
∅
1200.463 5.155 0.000
∅
2020.413 4.341 0.000
∅
3020.503 4.791 0.000
∅
3030.595 3.685 0.000
∅
1211.232 2.668 0.008
∅
2130.615 4.111 0.000
∅
1310.611 3.400 0.001 Persamaan model GSTAR(3
1)-I(1) yang dapat digunakan untuk meramalkan aset BPR di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai berikut
𝑍
1∗(𝑡) = −0.187𝑍
1∗(𝑡 − 1) + 0.463𝑍
1∗(𝑡 − 2) +0.394𝑍
2∗(𝑡 − 2) + 0.838𝑍
3∗(𝑡 − 2) +0.193𝑍
2∗(𝑡 − 3) + 0.418𝑍
3∗(𝑡 − 3) 𝑍
2∗(𝑡) = 0.413𝑍
2∗(𝑡 − 2) + 0.503𝑍
2∗(𝑡 − 3) 𝑍
3∗(𝑡) = 0.595𝑍
3∗(𝑡 − 3) + 0.543𝑍
1∗(𝑡 − 2)
−0.072𝑍
2∗(𝑡 − 2) 4.5 Uji Asumsi Residual
Model GSTARI dikatakan layak jika residual yang dihasilkan memenuhi 2 asumsi yaitu memiliki white noise dan berdistribusi normal multivariat. Pemeriksaan white noise pada penelitian ini menggunakan Ljung Box Test. hasil uji LB untuk model GSTARI(3,1) dengan pembobot normalisasi korelasi silang ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji LB Residual Model GSTAR(3
1)-I(1)
Lag Nilai LB p-value Kesimpulan 1 0.5247 0.4688 white noise 2 1.1779 0.5549 white noise 3 3.9126 0.2711 white noise 4 4.634 0.327 white noise 5 7.474 0.1877 white noise 6 11.2632 0.08057 white noise 7 12.1655 0.09525 white noise 8 13.4794 0.09638 white noise 9 13.5373 0.1398 white noise 10 13.5765 0.1932 white noise Berdasarkan Tabel 4, model GSTAR(3
1)-I(1) dengan pembobot normalisasi korelasi telah menunjukkan bahwa residual white noise.
Gambar 6. Plot Distribusi Normal Multivariat Residual Model
Berdasarkan Gambar 6, secara visual sebaran residual dari model GSTAR(3
1)-I(1) mendekati garis lurus, sehingga dapat dikatakan bahwa residual mengikuti distribusi normal multivariat. Pengujian residual berdistribusi normal multivariat secara formal dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Residu model GSTAR(3
1)-I(1) dengan pembobot normalisasi korelasi silang memiliki nilai 𝐷 sebesar 0.1167 yang lebih kecil dari 𝐷
(0.95;60)= 0.172 dan nilai p-value 0.1725 > ∝= 0.05 sehingga 𝐻
0tidak ditolak yang berarti residu model berdistribusi normal multivariat.
4.6 Uji Ketepatan Model
Hasil perhitungan RMSE dan MAPE dari
model GSTAR(3
1)-I(1) dengan pembobot
normalisasi koreasi silang di ketiga lokasi
ditunjukkan pada Tabel 5.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017