KAJIAN PRAGMATIK SIBER TUTURAN KEBENCIAN KELOMPOK OPOSISI PRESIDEN JOKO WIDODO PADA INSTAGRAM
PERIODE JANUARI-JUNI 2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Jasmine Belinda Budijanto 171224005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
i
KAJIAN PRAGMATIK SIBER TUTURAN KEBENCIAN KELOMPOK OPOSISI PRESIDEN JOKO WIDODO PADA INSTAGRAM
PERIODE JANUARI-JUNI 2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Jasmine Belinda Budijanto 171224005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
ii
SKRIPSI
KAJIAN PRAGMATIK SIBER TUTURAN KEBENCIAN KELOMPOK OPOSISI PRESIDEN JOKO WIDODO PADA INSTAGRAM
PERIODE JANUARI-JUNI 2020
Oleh:
Jasmine Belinda Budijanto
NIM: 171224005
Telah disetujui oleh
Dosen Pembimbing
Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Tanggal: 27 Januari 2021
iii
SKRIPSI
KAJIAN PRAGMATIK SIBER TUTURAN KEBENCIAN KELOMPOK OPOSISI PRESIDEN JOKO WIDODO PADA INSTAGRAM
PERIODE JANUARI-JUNI 2020
Dipersiapkan dan ditulis oleh Jasmine Belinda Budijanto
NIM: 171224005
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 29 Januari 2021
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ……….
Sekretaris : Danang Satria Nugraha, S.S., M.A. ……….
Anggota 1 : Prof. Pranowo, M.Pd. ……….
Anggota 2 : Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. ……….
Anggota 3 : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ……….
Yogyakarta, 29 Januari 2021
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Atas berkat, rahmat, dan penyertaannya Tuhan Yesus, saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Saya mempersembahkan tugas akhir ini untuk:
1. Tuhan Yesus yang tidak pernah berhenti memberikan berkat-Nya pada saya.
2. Keluarga saya, Bapak Teguh Budijanto, Ibu Arlina, dan Grace Narwastu Budijanto, yang selalu menyemangati, membimbing, mendoakan saya, dan membantu saya selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini.
3. Nenek saya, Ibu Dewi Halim, yang selalu mengirimkan doa dan restunya pada saya.
4. Sahabat-sahabat saya, Indah, Ivana, Oliv, David, Natalia, dan Sani, yang selalu menolong dan menyemangati saya di berbagai situasi.
5. Kaprodi PBSI, Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., yang selalu mendorong saya untuk berkembang lebih dan lebih lagi.
6. Dosen pembimbing saya, Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., yang selalu memberikan terobosan-terobosan baru, membimbing, dan membantu saya dalam penyelesaian tugas akhir ini.
7. Dosen pembimbing akademik, Bapak Drs. Petrus Hariyanto, M.Pd., dan Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A., yang selalu memberikan motivasi dan saran kepada saya selama berkuliah di PBSI.
8. Para dosen dan teman-teman di PBSI yang selalu mendorong saya untuk
menjadi lebih baik.
v
HALAMAN MOTO
“Tidak perlu menjadi hebat untuk memulai, tapi Anda harus memulai untuk menjadi orang hebat” (Zig Ziglar)
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5 -6)
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu” (Lukas 1:38)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan kesungguhan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Januari 2021 Penulis
Jasmine Belinda Budijanto
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma Nama : Jasmine Belinda Budijanto
NIM : 171224005
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, skripsi saya yang berjudul
KAJIAN PRAGMATIK SIBER TUTURAN KEBENCIAN KELOMPOK OPOSISI PRESIDEN JOKO WIDODO PADA INSTAGRAM PERIODE
JANUARI-JUNI 2020
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 29 Januari 2021 Yang menyatakan
Jasmine Belinda Budijanto
viii
ABSTRAK
Budijanto, Jasmine Belinda. 2021. Kajian Pragmatik Siber Tuturan Kebencian Kelompok Oposisi Presiden Joko Widodo pada Instagram Periode Januari-Juni 2020. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini memaparkan mengenai ujaran kebencian yang ditujukan pada Presiden Joko Widodo. Ujaran kebencian tersebut disampaikan oleh kelompok oposisi dan ujaran tersebut ditemukan di media sosial Instagram. Ujaran kebencian tersebut diperoleh pada periode Januari-Juni 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk tuturan kebencian kelompok oposisi Presiden Joko Widodo pada periode Januari-Juni 2020 dan (2) mendeskripsikan makna pragmatik tuturan kebencian kelompok oposisi Presiden Joko Widodo pada Instagram periode Januari-Juni 2020.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini yaitu Instagram dan data penelitian berupa unggahan dan komentar ujaran kebencian untuk Presiden Joko Widodo. Peneliti menggunakan teknik simak bebas libat cakap dan pencatatan. Peneliti mengumpulkan, mengidentifikasi, dan mengelompokkan data-data tuturan bermuatan tuturan kebencian. Kemudian peneliti menganalisis data-data tersebut menggunakan kajian pragmatik siber, bentuk ujaran kebencian, dan makna ujaran kebencian.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan data berupa bentuk dan makna ujaran kebencian. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan empat (4) bentuk ujaran kebencian. Bentuk-bentuk ujaran kebencian meliputi: 1) 13 data berupa kata; (2) 19 data berupa frasa; (3) 42 data berupa klausa; dan (4) 26 bentuk berupa kalimat. Selain itu, peneliti juga menemukan lima (5) makna ujaran kebencian. Makna ujaran kebencian yang ditemukan yaitu (1) penghinaan sebanyak 51 data; (2) pencemaran nama baik sebanyak 12 data; (3) perbuatan tidak menyenangkan sebanyak 5 data; (4) provokasi sebanyak 26 data; dan (5) penyebaran berita bohong sebanyak 6 data.
Kata Kunci: pragmatik siber, konteks virtual, ujaran kebencian, bentuk kebencian,
makna kebencian, Instagram.
ix
ABSTRACT
Budijanto, Jasmine Belinda. 2021. Cyberpragmatics Study of Hate Speech by President Joko Widodo’s Opposition on Instagram Between January- June 2020. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study Program, Department of Language and Art Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This research delineates the hate speech aimed at President Joko Widodo. The hate speech was delivered by an opposition group and was found on Instagram over the January-June 2020 period. The objectives of this study are (1) to describe the types of hate speech from President Joko Widodo’s opposition group over the January-June 2020 period and (2) to describe the pragmatics meaning of hate speech from President Joko Widodo’s opposition group on Instagram over the January-June 2020 period.
This research is a qualitative descriptive study. The source of the research data was Instagram and the data was in the form of posts and comments containing hate speech toward President Joko Widodo. The researcher used the uninvolved conversation observation technique and the note-taking technique. The researcher collected, identified, and classified the data of utterances containing hate speech.
Then, the researcher analyzed the data using the cyberpragmatics study, the types of hate speech, and the meaning of hate speech.
Based on the research conducted, the researcher obtained 100 data in the form of the types and meanings of hate speech. In this research, the researcher found four (4) types of hate speech. The types of hate speech include: (1) 13 data in the form of words; (2) 19 data in the form of phrases; (3) 42 data in the form of clauses;
and (4) 26 data in the form of sentences. In addition, the researcher also found five (5) meanings of hate speech. The meanings of hate speech found were (1) 51 data of insults; (2) 12 data of defamation; (3) 5 data of harassment; (4) 26 data of provocation; and (5) 6 data of fake news spread.
Keywords: cyberpragmatics, virtual context, hate speech, hate speech types,
hate speech meaning, Instagram.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya yang berjudul Kajian Pragmatik Siber Tuturan Kebencian Kelompok Oposisi Presiden Joko Widodo pada Instagram Periode Januari-Juni 2020. Penulisan tugas akhir ini saya susun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Saya menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini selalu mendapat dukungan, bimbingan, bantuan, dorongan, semangat, doa, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, bantuan, nasihat, arahan, dan motivasi kepada peneliti.
4. Prof. Pranowo, M.Pd., yang telah bersedia menjadi triangulator data penelitian tugas akhir ini.
5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing dan memberikan ilmunya pada peneliti.
6. Theresia Rusmiyati, selaku karyawati sekretariat PBSI yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
7. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu peneliti dalam penyediaan referensi.
8. Keluarga saya, Bapak Teguh Budijanto, Ibu Arlina, dan Grace Narwastu Budijanto, yang selalu memberikan doa, semangat, bimbingan, dan bantuan kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini.
9. Nenek saya, Ibu Dewi Halim, yang selalu mengirimkan doa dan restunya pada
peneliti.
xi
10. Keluarga besar saya yang selalu menyemangati dan mendoakan peneliti.
11. Sahabat-sahabat saya, Indah, Ivana, Olivia, David, Natalia, dan Sani yang selalu menolong dan menyemangati peneliti di berbagai situasi.
12. Teman-teman seperjuangan, Agatha Erma Yulita, Fransisca Meivin Rantam Tambuwun, Paskalia Wulandari, dan Mateus Ryan Marga Ripten, yang selalu berbagi informasi dan ilmunya pada peneliti.
13. Teman-teman seperjuangan di kelas A PBSI 2017 yang selalu mendorong peneliti untuk menjadi lebih baik.
14. Semua orang yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu, terima kasih atas senyum dan semangat kalian.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang diharapkan. Akan tetapi, penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 29 Januari 2021 Penulis
Jasmine Belinda Budijanto
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Rumusan Masalah... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Batasan Istilah... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1 Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Pragmatik ... 10
2.2.2 Pragmatik Siber ... 14
2.2.3 Konteks ... 16
2.2.4.1 Konteks Virtual ... 20
2.2.4.2 Komunitas Virtual ... 22
2.2.4 Kelompok Oposisi ... 24
2.2.5 Media Sosial ... 25
2.2.6 Tuturan Kebencian ... 26
xiii
2.2.7 Bentuk Tuturan Kebencian ... 28
2.2.8 Makna Tuturan Kebencian ... 32
2.3 Kerangka Berpikir ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39
3.1 Jenis Penelitian ... 39
3.2 Metode Penelitian ... 39
3.3 Objek Penelitian ... 40
3.4 Data Penelitian ... 40
3.5 Instrumen Pengumpulan Data ... 41
3.6 Sumber Data Substansif... 41
3.7 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.8 Teknik Analisis Data ... 43
3.9 Triangulasi ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Deskripsi Data ... 45
4.2 Hasil Penelitian ... 46
4.2.1 Bentuk Ujaran Kebencian ... 46
4.2.2 Makna Ujaran Kebencian ... 49
4.3 Pembahasan ... 52
BAB V KESIMPULAN ... 93
5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 95
LAMPIRAN ... 98
BIOGRAFI PENELITI ... 159
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ... 38
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Bentuk Ujaran Kebencian ... 46
Tabel 4.2 Makna Ujaran Kebencian... 49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Permohonan Triangulator... 98
Lampiran 2 Triangulasi Data ... 99
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan memaparkan: a) latar belakang, b) identifikasi masalah, c) rumusan masalah, d) tujuan penelitian, e) manfaat, f) batasan istilah. Pemaparan secara lengkap akan disampaikan sebagai berikut:
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk sosial berarti ia hidup berdampingan dengan yang lain. Ia tidak bisa hidup sendiri. Untuk menghubungkan setiap orang dan melandasi hubungan tersebut, orang-orang memerlukan alat komunikasi yaitu bahasa. Bahasa adalah sebuah alat komunikasi yang menghubungkan antarorang.
Bahasa memiliki tiga fungsi yaitu pengembang akal budi, pemelihara kerja sama dan pewujud saling menjadi sesama (Sudaryanto, 1990:21).
Fungsi pertama adalah pengembang akal budi. Dalam fungsi ini, bahasa berkaitan dengan akal budi. Bahasa menjadi sarana untuk menangkap, mengolah, membentuk, menafsirkan, menerjemah, dan lain-lain dan dibantu dengan akal budi.
Hubungan dari akal budi dan bahasa disebut sebagai hubungan vertikal karena hubungan tersebut terjadi dalam diri seseorang.
Fungsi kedua adalah pemelihara kerja sama. Pemelihara kerja sama adalah hubungan horizontal antara penutur dan mitra tutur. Untuk menjalin kerja sama, tentu diperlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Seperti yang sudah disinggung di awal, manusia adalah makhluk sosial sehingga memerlukan bantuan dari orang lain.
Di sinilah peran dari bahasa demi memelihara kerja sama.
Fungsi ketiga adalah pewujud saling menjadi sesama. Fungsi pewujud saling menjadi sesama adalah fungsi lanjutan dari pemelihara kerja sama. Setelah bekerja sama, kita menyadari bahwa kita memiliki persamaan dengan yang lain sehingga kita merasa menjadi sesama. Tentu kerja sama tidak akan berhasil jika kita selalu melihat perbedaan dan tidak mau menerimanya. Kerja sama akan terjadi jika kita mau menerima perbedaan dan persamaan (Sudaryanto, 1990: 21–23).
Berkaitan dengan ketiga fungsi bahasa, bahasa menjadi sarana untuk
berpendapat. Pendapat ini berfungsi untuk pemelihara kerja sama dan juga
mengasah akal budi manusia untuk bersosialisasi. Setiap pribadi memiliki kebebasan untuk mengeluarkan pendapat. Kebebasan berpendapat dijamin oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28E ayat (3). Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28E ayat (3) berbunyi: “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Namun pada penerapannya, kebebasan berpendapat pernah dibatasi oleh pemerintah. Pembatasan berpendapat terjadi di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Masyarakat dilarang mengkritik pemerintah atau berkomentar buruk terhadap kinerja pemerintah. Apabila seseorang diketahui mengkritik pemerintahan Soeharto, orang tersebut akan ditangkap dan dipenjara.
Pembatasan berpendapat mulai hilang ketika muncul Orde Reformasi pada tahun 1998. Masyarakat mulai diberi kebebasan untuk berpendapat mengenai berbagai hal. Masyarakat bisa menggunakan kebebasannya untuk menyukai atau tidak menyukai, menyetujui atau tidak menyetujui, dan sebagainya. Masyarakat juga bebas untuk memberi saran, nasihat, dan kritik. Kebebasan berpendapat mulai hidup kembali pada masa Reformasi.
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, kebebasan berpendapat juga mulai muncul di berbagai media, salah satunya adalah media sosial. Dulu ketika seseorang ingin berpendapat, ia harus mengutarakan langsung, melalui surat, atau melakukan demonstrasi. Tetapi, saat ini seseorang bisa berpendapat dengan mudah melalui media sosial. Terdapat banyak media sosial yang digunakan, seperti Facebook dan Twitter. Saat ini media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah Instagram. Pada Instagram, seseorang bisa memberikan komentar terhadap postingan atau unggahan orang lain. Komentar dapat ditemukan di kolom setelah penulisan takarir atau caption. Kolom komentar tersebut bisa diisi oleh semua orang apabila kolom komentar tersebut tidak dikunci oleh pemilik akun tersebut.
Dengan adanya kebebasan berpendapat di media sosial, muncullah fenomena
bahasa baru. Fenomena bahasa yang saat ini terjadi adalah tuturan kebencian. Di
media sosial, kita dapat menemukan tuturan kebencian dengan mudah. Tuturan
kebencian tersebut disampaikan dari menggunakan bahasa halus sampai bahasa
yang kasar. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan berita palsu demi memperoleh komentar-komentar kebencian. Bagi orang-orang yang memiliki rasa benci terhadap suatu hal, munculnya komentar-komentar kebencian sangat memuaskan perasaan mereka. Mereka juga merasa memiliki banyak pendukung apabila mereka mendapatkan komentar kebencian dan satu suara dengan mereka.
Kita juga dapat menemukan tuturan kebencian yang ditujukan kepada orang lain, misalnya postingan yang berkaitan dengan Presiden Joko Widodo. Apabila kita membuka Instagram dan muncul postingan terkait beliau, kita akan menemukan banyak komentar yang berisi kebencian. Orang-orang tersebut adalah kelompok oposisi Presiden Joko Widodo. Kelompok oposisi adalah sekumpulan orang-orang yang memiliki pemikiran yang berseberangan dengan seseorang (KBBI V, 2016). Untuk saat ini, pengertian kelompok oposisi juga menjadi sangat luas. Kelompok oposisi juga berarti sekumpulan orang-orang yang tidak menyukai seseorang. Mereka tidak menyukai Presiden Joko Widodo karena berbagai hal dan akhirnya muncul rasa benci terhadap Presiden Joko Widodo.
Ketika ada kesempatan untuk melontarkan kata-kata kebencian, mereka tidak segan-segan memberi komentar yang mengandung kebencian. Meskipun postingan yang diunggah adalah prestasi beliau selama menjabat menjadi Presiden, kelompok oposisi tetap memberikan berbagai komentar kebencian. Tidak jarang komentar tersebut berisi kata-kata kasar (umpatan/makian). Akan tetapi, mereka mengatasnamakan kebebasan berpendapat untuk mengungkapkan kebencian mereka kepada Presiden Jokowi.
Tuturan kebencian yang diucapkan sering kali menggunakan bahasa yang sangat kasar. Ungkapan-ungkapan kebencian yang kasar menunjukkan bahwa orang tersebut tidak memiliki akal budi. Oleh karena itu, fungsi bahasa yang disinggung di awal menjadi hilang. Kelompok oposisi menjadi berkurang akal budinya karena menggunakan bahasa yang mengandung kebencian yang kasar.
Selain itu, tuturan kebencian menimbulkan perpecahan pada masyarakat.
Masyarakat menjadi terpecah menjadi dua yaitu masyarakat yang pro dengan Presiden Joko Widodo dan masyarakat yang kontra dengan Presiden Joko Widodo.
Tidak jarang juga tuturan kebencian menimbulkan tuturan kebencian lainnya dan
pada akhirnya tidak terjalin kerja sama pada anggota masyarakat. Selain itu, tuturan kebencian tersebut membuat kelompok masyarakat menjadi terpecah belah dan akhirnya tidak menjadi sesama (kompak). Mereka menganggap orang-orang yang pro dengan Presiden Joko Widodo bukanlah kelompok mereka. Begitu pula sebaliknya. Kelompok yang mendukung Presiden menganggap kelompok oposisi bukanlah bagian dari mereka. Dengan demikian, tidak lagi ada persatuan antarkelompok masyarakat.
Penelitian ini mengambil objek kelompok oposisi Presiden Joko Widodo karena peneliti menemukan banyak komentar yang ditujukan pada Presiden Jokowi.
Presiden memiliki peranan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Ia adalah sosok yang mengatur keadaan negara dari berbagai sektor. Akan tetapi, banyak sekali orang-orang yang memiliki pendapat yang berbeda dengan Presiden.
Tidak jarang mereka mengungkapkan pendapat mereka dengan kecaman dan kebencian. Kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan pemikiran dan berseberangan dengan kebijakan pemerintah inilah yang disebut dengan kelompok oposisi.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, peneliti mengidentifikasi masalah yang muncul.
Permasalahan tersebut timbul dari munculnya tuturan kebencian yang ditutupi dengan dalih kebebasan berpendapat. Masyarakat pun menerima tuturan tersebut sebagai bentuk dari pendapat yang disampaikan. Jika dianalisis lebih mendalam, fenomena penerimaan ujaran kebencian oleh masyarakat ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang ujaran kebencian.
Tuturan kebencian yang dikeluarkan oleh masyarakat sebenarnya menunjukkan
bahwa akal budi masyarakat menjadi menurun. Hal ini ditunjukkan dengan
mudahnya masyarakat mengeluarkan makian dan rasa bencinya secara kasar. Selain
itu, tuturan kebencian menimbulkan dua akibat. Akibat pertama adalah kerja sama
antarmasyarakat menjadi buruk karena tuturan kebencian dapat menyinggung
perasaan antarorang. Akibat kedua adalah masyarakat terpecah belah dan saling
membenci.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
(a) Apa sajakah bentuk tuturan kebencian kelompok oposisi Presiden Joko Widodo pada Instagram periode Januari-Juni tahun 2020?
(b) Apa sajakah makna pragmatik dari tuturan kebencian kelompok oposisi Presiden Joko Widodo pada Instagram periode Januari-Juni tahun 2020?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, peneliti merumuskan tujuan sebagai berikut:
(a) mendeskripsikan bentuk tuturan kebencian kelompok oposisi Presiden Joko Widodo pada periode Januari-Juni 2020.
(b) mendeskripsikan makna pragmatik tuturan kebencian kelompok oposisi Presiden Joko Widodo pada Instagram periode Januari-Juni 2020.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai tuturan kebencian kelompok oposisi Presiden Joko Widodo pada Instagram periode Januari-Juni 2020 diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Ada dua manfaat yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Berikut adalah pemaparan dari kedua manfaat tersebut:
(a) Manfaat Teoretis
Penelitian dapat memberikan informasi lebih dalam mengenai tuturan kebencian. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam wujud tersebut. Selain itu, diharapkan dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat lebih memahami bentuk dan makna tuturan kebencian.
(b) Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat digunakan dalam bidang komunikasi bahasa. Tuturan kebencian bisa berbentuk tulisan dan lisan. Dalam penelitian ini, tuturan kebencian yang difokuskan adalah tuturan kebencian yang berbentuk tulisan.
Diharapkan dari penelitian ini, masyarakat dapat menghindari penggunaan
tuturan kebencian.
1.6 Batasan Istilah (a) Pragmatik
Menurut Rahardi (2017: 124), pragmatik adalah cabang linguistik baru dan berada di luar hierarki linguistik. Pragmatik mengkaji makna dan berlandaskan dengan konteks. Penutur dan mitra tutur perlu memiliki latar bekalang pengetahuan dan pemahaman yang sama sehingga pembicaraan dapat terus berlangsung. Apabila tidak ada kesepahaman antara penutur dan mitra tutur, pembicaraan akan salah arah dan tidak dapat berjalan dengan baik.
(b) Pragmatik Siber
Yus (2011: 13) mengatakan bahwa “Its main interest is the analysis of how information is produced and interpreted within the Internet environment.”
Pragmatik siber adalah salah satu cabang pragmatik. Pragmatik siber menganalisis informasi yang dihasilkan dan diinterpretasikan dalam dunia internet. Perbedaan pragmatik dan pragmatik siber terletak pada pemerolehan data dan sumber data. Data dan sumber data pragmatik siber harus diambil dari internet atau dunia maya, sedangkan data dan sumber data pragmatik diperoleh di luar dunia maya atau internet.
(c) Konteks
Rahardi (2017: 184) menyatakan bahwa “konteks adalah hal-hal yang harus dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur yang sifatnya di luar kebahasaan maupun intrakebahasaan.” Terdapat perbedaan konteks dalam konteks pragmatik dan pragmatik siber. Kedua ilmu tersebut memiliki elemen yang sama. Perbedaannya terletak pada aspek-aspek di dalam elemen tersebut.
(d) Tuturan Kebencian
Menurut Post, tuturan kebencian lebih dikenal dengan istilah hate crimes (Christianto, 2018: 2). Ujaran kebencian adalah ungkapan yang menunjukkan rasa benci dan ketidaksukaan terhadap golongan masyarakat. Golongan yang dimaksud adalah gender dan ras.
(e) Bentuk Tuturan Kebencian
Tuturan dapat berbentuk kata, frasa, klausa, dan kalimat. Kata adalah dua
macam satuan, yaitu satuan fonologis dan satuan gramatis (Ramlan, 1980: 10).
Menurut Ramlan (1980: 137), frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Menurut Ramlan (1983: 78), klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas beberapa fungsi. Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 1983: 22). Terkait dengan tuturan kebencian, bentuk- bentuk tersebut tentu memiliki makna kebencian di dalamnya. Tuturan kebencian memiliki tiga bentuk jika didasarkan pada jumlah penutur. Bentuk tuturan tersebut adalah monolog, dialog, dan polilog. Monolog adalah percakapan satu orang. Dialog adalah percakapan yang terdiri atas dua orang.
Polilog adalah percakapan yang diikuti lebih dari dua orang.
(f) Makna Tuturan Kebencian
Ada tujuh makna tuturan kebencian, yaitu: (1) penghinaan, (2) pencemaran nama baik, (3) penistaan, (4) perbuatan tidak menyenangkan, (5) memprovokasi, (6) menghasut, dan (7) menyebarkan berita bohong (Syafyahya, 2018:9).
Masing-masing makna memiliki indikasi yang berbeda. Indikasi inilah yang membedakan makna tiap tuturan. Indikasi penghinaan yaitu adanya cemoohan, merendahkan seseorang, dan mencela orang lain. Indikasi pencemaran nama baik adalah adanya tuduhan tidak benar yang membuat nama baik seseorang atau lembaga menjadi buruk.
Indikasi penistaan adalah adanya hinaan atau perbuatan menodai dan
efeknya adalah membuat aib untuk seseorang. Indikasi perbuatan tidak
menyenangkan yaitu adanya suatu tindakan yang membuat seseorang atau
sekelompok merasa tidak nyaman. Indikasi dari memprovokasi yaitu adanya
ajakan yang menyebabkan seseorang berubah pikiran dan menyetujui cara
pandang provokator. Biasanya provokasi ini melahirkan keinginan untuk
melawan atau memberontak. Penghasutan atau menghasut adalah makna lanjut
dari provokasi. Penghasutan inilah yang membentuk tindakan seseorang setelah
diprovokasi. Makna yang terakhir adalah penyebaran berita bohong. Indikasi
dari makna tersebut adalah ditemukan hoaks atau tidak adanya fakta dalam
berita tersebut.
(g) Kelompok Oposisi
Rooney mengatakan bahwa kelompok oposisi adalah lawan terhadap suatu hal (Noor, 2016:5). Pendapat tersebut ditegaskan kembali oleh Noor. Kelompok oposisi adalah sekelompok orang yang memiliki sikap anti-pemerintah, kritik, dan tawaran atas kebijakan pemerintah (Noor, 2016:6).
(h) Instagram
Instagram adalah salah satu media sosial yang digunakan oleh masyarakat.
Instagram memberikan terobosan baru dalam berinteraksi di media sosial
(Ma’ruf, 2017:29).
9