• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Smart Building System pada Desain Rancangan Stasiun Kereta Api Kiaracondong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Smart Building System pada Desain Rancangan Stasiun Kereta Api Kiaracondong"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Smart Building System pada Desain Rancangan Stasiun Kereta Api Kiaracondong

Ferris Kurnia Rishanda

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung Email: [email protected]

ABSTRAK

Sarana transportasi perkeretaapian di Indonesia terus mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya teknologi yang tentunya harus didukung dengan pra-sarana berupa bangunan stasiun yang baik dan dapat membantu penggunanya dalam menjalankan aktifitas di bangunan stasiun. Stasiun kereta api Kiaracondong merupakan stasiun terbesar ke-dua di Bandung yang melayani kereta api jarak jauh maupun lokal dengan jumlah penumpang yang tertinggi ke-dua di Bandung. Maka, dilaksanakan proyek perancangan stasiun kereta api yang baik dengan perkembangan teknologi pada bangunan yang berkelanjutan dengan menerapkan smart building system pada perancangan stasiun kereta api Kiaracondong, guna menjadikan bangunan stasiun kereta api yang bukan hanya menjadi wadah aktifitas naik dan turun penumpang kereta api, namun juga sebagai identitas dan penanda kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat memasuki kota Bandung. Dengan menerapkan literatur berupa standar bangunan stasiun dan hotel transit, analisa studi banding dengan fungsi bangunan dan tema perancangan yang serupa, serta analisa tapak makro maupun mikro, dan dilanjutkan dengan analisa program ruang berupa alur aktifitas pengguna, organisasi ruang, dan analisa kuantitatif maupun kualitatif untuk diterapkan ke-dalam konsep perancangan. Dengan konsep perancangan berupa penjabaran antara tema perancangan dengan data literatur, studi banding, analisa tapak, serta program ruang ke-dalam sebuah bentuk desain bangunan “Kiaracondong smart railways station”, berupa konsep arsitektural, konsep struktur, serta konsep utilitas. Lalu tahap – tahap metoda pelaksanaan membangun dari proyek penerapan smart building system pada desain perancangan stasiun kereta api Kiaracondong, di-mulai dari tahap persiapan, tahap pekerjaan sub-structure, upper-structure, instalasi utilitas, hingga tahap finishing dan penyelesaian akhir dari proyek.

Kata kunci: stasiun, kereta api, hotel transit, smart bulding.

ABSTRACT

Railway facilities in Indonesia keeps facing the development as expanding of technology that must be supported by the infrasturcture from a good station building and help users in running out activities.

Kiaracondong Railway Station is the second largest station in Bandung serving local and non-local train which passengers is the second highest in Bandung. So, railway station project be held with technological developments in sustainable building by applying smart building system, to make railway station not only be a place for arrival and departure of train passenger, also as the identity and sign of progress in science and technology when arrived at Bandung. By applying the literature of station and transit hotel standard, analyzes comparative studies and building with similar theme, analyze the site, then analyzing planning programming include users activity, organization pragram, quantitative and qualitative analysis to apply to the design concept. With the design concept which is elaborating theme and data literature, comparative studies, analysis site, and the planning programming become “Kiaracondong Smart Railways Station” with architectural, structure, and utility concept. Then the building implementation method starting with preparation, sub-structure, upper structure, utility, and finishing.

Keywords: station, railway, transit hotel, smart bulding.

(2)

1. PENDAHULUAN

Stasiun kereta api merupakan tempat pemberhentian dan pemberangkatan kereta api untuk melayani naik turun penumpang maupun barang. Salah satu stasiun kereta api terbesar di Jawa Barat adalah Stasiun Kiaracondong yang terletak di Kota Bandung. Bangunan ini merupakan sarana dan pra-sarana perkeretaapian yang memiliki jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta api jarak jauh. Karena perkembangan sarana perkeretaapian Indonesia sudah semakin baik maka diperlukan proyek perancangan stasiun kereta api yang baik dengan perkembangan teknologi pada bangunan yang berkelanjutan.

Sistem bangunan yang pintar atau smart building merupakan penerapan dan penggunaan kecanggihan dan keterpaduan dalam membangun sistem teknologi yang dirasa tepat untuk perancangan sarana perkeretaapian Indonesia saat ini. Sistem ini meliputi otomasi bangunan, kehidupan keamanan, telekomunikasi, sistem pengguna, dan sistem manajemen fasilitas. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang proses kehidupan manusia pada saat ini, dan khususnya perkembangan teknologi pada bangunan guna menjadikan bangunan stasiun kereta api yang bukan hanya menjadi wadah aktifitas naik dan turun penumpang kereta api, namun juga sebagai identitas dan penanda kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat memasuki kota Bandung melalui Kiaracondong smart railways station.

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Tema Perancangan

Tema perancangan pada proyek perancangan stasiun kereta api ini adalah “Smart Building”. Smart

(adjective) yaitu menunjukkan kecepatan dan intelijen. Cepat dalam tindakan, sebagai orang. Memiliki

atau menunjukkan kecerdasan cepat atau kemampuan mental siap. Building (noun) yaitu konstruksi

tertutup yang relatif permanen di atas sebidang tanah, memiliki atap dan jendela biasanya dan

seringkali lebih dari satu tingkat, digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti hidup, menghibur, atau

manufaktur. Jadi secara keseluruhan smart building yaitu bangunan sebagai tempat kegiatan sarana

dan pra-sarana perkeretaapian yang menerapkan kecanggihan dan keterpaduan dalam membangun

sistem teknologi. Sistem ini meliputi otomasi bangunan, kehidupan keamanan, telekomunikasi, sistem

pengguna, dan sistem manajemen fasilitas. Lihat Gambar 1.

(3)

2.2 Deskripsi Proyek

Berikut adalah deskripsi yang terkait dengan identitas proyek, pemilik proyek, luas lahan, dan peraturan daerah yang berlaku pada proyek. Lihat Gambar 2.

Gambar 2. Rencana Detil Tata Ruang pada tapak.

Judul Proyek : Kiaracondong Smart Railways Station.

Lokasi Proyek : Jl. Jembatan Opat, Kebonjayanti, Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Pemilik : Kementrian Perhubungan, dan PT. Kereta Api Indonesia.

Sifat Proyek : Fiktif.

Sumber Dana : APBN, APBD, Provinsi, dan Swasta.

Luas Lahan : ± 35.000 m².

Zona : Pelayanan Umum.

Sub Zona : Transportasi.

Fungsi Jalan : Jl. Jembatan Opat (jalan lokal). Jl. Ibrahim Adjie (kolektor primer).

KDB : 70%.

KLB : 1,4.

KDH : 20%

2.3 Konsep Tapak

2.3.1 Konsep Zoning Tapak

Stasiun terbagi menjadi dua bagian, yaitu stasiun utara dan stasiun selatan. Area parkir untuk kendaraan umum hanya terdapat di bagian stasiun utara. Area servis, kantor operasional petugas stasiun, dan maintenance KA berada di bagian stasiun utara atas dasar pertimbangan lahan yang tersedia pada emplasemen di bagian utara lebih luas dibandingkan dengan bagian selatan stasiun.

Aktifitas ekspedisi diletakkan pada bagian stasiun selatan dan merupakan bagian aktifitas yang jauh

dari jalan utama. Lihat Gambar 3.

(4)

Gambar 3. Zoning tapak.

2.3.2 Sirkulasi dalam Tapak

Sirkulasi kendaraan difokuskan berada di stasiun bagian utara. Pintu masuk kendaraan ke dalam tapak menggunakan akses dari jalan Babakan Sari 2. Pada stasiun bagian selatan hanya terdapat jalur untuk drop off dan keadaan darurat untuk ambulance. Pada stasiun bagian selatan sirkulasi difokuskan kepada pejalan kaki untuk mengurangi penggunaan pribadi, karena stasiun selatan digunakan untuk kereta api lokal jarak dekat dengan frekuensi kedatangan dan keberangkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun utara yang melayani kereta api jarak jauh. Lihat Gambar 4.

UTARA

(5)

2.4 Konsep Gubahan Massa

Gubahan massa berupa transformasi bentuk berdasarkan fungsi ruang dan pembagian zona dalam konsep zoning tapak. Massa mengalami transformasi seperti penambahan massa sekunder, penambahan bentuk massa, dan pengurangan bentuk pada massa. Lihat Tabel 1 dan Gambar 5.

Tabel 1. Konsep gubahan massa

No. Konsep Bentuk Keterangan

1.

Massa primer yang merupakan massa dari fungsi utama dalam proyek yaitu peron sebagai tempat naik dan turun penumpang dari kereta api di stasiun kereta api dan hotel transit.

2.

Penambahan massa sekunder berdasarkan analisa konsep zoning dengan membagi dua bagian stasiun menjadi stasiun utara dan stasiun selatan.

3.

Penambahan bentuk massa dengan

pertimbangan ruang dan transportasi dalam bangunan.

4.

Pengurangan bentuk massa guna membuat luas bangunan yang efisien dan memberikan bentuk yang menarik pada bangunan.

5.

Penambahan bentuk terakhir pada main entrance stasiun utara dengan bentuk yang melengkung untuk memberikan kesan

“selamat datang”.

(6)

Gambar 5. Konsep gubahan massa.

2.5 Konsep Fasad

Fasad menggunakan curtain wall pada stasiun selatan dan hotel transit. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi pencahayaan alami pada stasiun kereta api maupun pada hotel transit. Dengan dinding masif menggunakan material Alluminium Composite Panel, dinding dibuat sebagai shaf utilitas pada bangunan. Pada bagian atap terdapat bukaan cahaya dengan penutup kaca berjenis tempered glass, untuk memaksimalakan cahaya alami pada siang hari di bagian peron stasiun. Lihat Gambar 6-12.

Gambar 6. Konsep pengolahan fasad

Gambar 7. Tampak selatan (stasiun utara)

(7)

Gambar 9. Tampak timur

Gambar 10. Tampak barat

Gambar 11. Tampak selatan (stasiun selatan)

Gambar 12. Tampak utara (stasiun selatan)

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Rancangan Bentuk

Bentuk massa bangunan memiliki empat massa utama. Terdapat dua massa primer dan dua massa sekunder. Massa primer yang pertama berupa atap bentang lebar yang berfungsi sebagai atap peron yang merupakan fungsi utama dari stasiun kereta api, sedangkan massa primer yang ke-dua adalah massa dengan fungsi sebagai hotel transit. Massa sekunder terbagi menjadi dua berdasarkan fungsi stasiun utara dan stasiun selatan yang memiliki aktifitas yang berbeda. Terlihat stasiun utara lebih besar dibanding dengan massa sekunder stasiun selatan. Perbedaan massa primer maupun sekunder dapat dibedakan dengan ukuran dan ketinggiannya. Massa primer terlihat lebih besar dibandingkan dengan massa sekunder. Lihat Gambar 13.

Gambar 13. Massa bangunan

Massa Primer 1

Massa Primer 2 Massa Sekunder Massa Sekunder

(8)

3.2 Rancangan Tapak

Pada rancangan tapak, kendaraan difokuskan di utara. Hal tersebut dikarenakan lahan emplasemen bagian utara memiliki luas lebih besar dibandingkan dengan bagian selatan. Dengan jalur pejalan kaki yang luas pada emplasemen selatan, akan menjadi salah satu pusat interaksi pejalan kaki dengan lingkungan sekitar dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Lihat Gambar 14.

Gambar 14. Rancangan tapak.

3.3 Rancangan Denah

Stasiun terbagi menjadi dua dikarenakan perbedaan pelayanan penumpang di stasiun utara dengan stasiun selatan yang terpisah oleh peron. Pada lantai dua tidak ada aktifitas penumpang, namun merupakan kantor operasional stasiun, hotel, dan fasilitas pendukung hotel transit. Lihat Gambar 14 - 15.

Keterangan:

A : Drop off angkutan umum.

B : Parkir Mobil.

C : Parkir Motor.

D : Parkir Inap.

E : Hall Utara.

F : Stasiun Utara.

G : Hotel Transit.

H : Peron.

I : Stasiun Selatan..

J : PPKA.

K : Ekspedisi.

L : Parkir Tenant & Hotel.

M : Utilitas.

N : Maintenance Kereta Api.

O : Area Parkir Petugas.

P : Tempat Penampungan Sampah.

(9)

Stasiun utara dan stasiun selatan terhubung dengan adanya jembata penyebrangan orang (JPO).

Jembatan ini berada di zona 3 stasiun yang dapat dilalui oleh masyarakat umum. Sistem transportasi dari JPO ini menggunankan eskalator. Lihat Gambar 16.

Gambar 16. Denah jembatan penyebrangan orang (JPO)

Lantai 3, 4, dan 5 merupakan kamar hotel dengan jumlah 30 kamar, terdiri dari 3 suite room, 15 standard room double, dan 12 standard room single. Sistem transportasi dalam bangunan dengan fungsi hotel ini terdapat tiga buah lift, yaitu dua buah lift penumpang dan satu lift barang. Dan terdapat dua tangga darurat dikarenakan panjang koridor yang melebihi radius 25 m dari salah satu tangga darurat. Pada denah lantai atap digunakan satu buah tangga untuk mencapai ke lantai atap dan berfungsi sebagai akses maintenance bangunan hotel. Lihat Gambar 17 - 19.

Gambar 17. Denah lt. 3 & 4 hotel (tipikal)

Gambar 18. Denah lt. 5 hotel. Gambar 19. Denah lt. atap

(10)

4. SIMPULAN

Kiaracondong smart railways station merupakan stasiun kereta api dengan menerapkan sistem smart building pada tema perancangannya. Rancangan bangunan akan mencerminkan kemajuan teknologi pada sistem stasiun yang merupakan salah satu pra-sarana perkeretaapian. Dalam penerapannya, Kiaracondong smart railways station dapat memberikan kenyamanan pada aktifitas para penggunanya melalui sistem teknologi yang terpadu dan lebih praktis. Proyek perancangan stasiun kereta api dibangun di atas jaringan komunikasi terbuka dan standar sehingga membuat bagunan memiliki karakter efisiensi dan penghematan biaya bahan, peralatan, dan tenaga kerja.

UCAPAN TERIMA KASIH

Banyak sekali bantuan dan bimbingan yang telah saya dapatkan dalam proses penyusunan laporan ini.

Maka dari itu kiranya saya mengucapkan banyak terima kasih khususnya kepada Bapak Ir. Bambang Subekti, MT., Ibu Ir. Dwi Kustianingrum, MT., dan Ibu Dr. Ir. Nurtati Soewarno Syarief, MT., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan selama proses perancangan dan penyusunan laporan tugas akhir Arsitektur.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Herz, Rudolf, Friba, Dr Ing. Berlin. 1970. Neuferts: Architect’s Data. London: Crosby Lockwood Staples.

[2] White, Edward T. 1983. Site Analysis. Tallahassee: Architectural Media.

[3] Lawson, Fred. 1995. Hotels and Resort: Planning, Design, and Refurbishment. London:

Buttenworth – Architecture.

[4] Tjahjadi, Sunarto. 1996. Data Arsitek Edisi 33 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

[5] Ross, Julian. 2000. Railway Stastion: Planning, Design, and Management. Boston : Architectural Press.

[6] Tjahjadi, Sunarto dan Ferryanto Chaidir. 2002. Data Arsitek Edisi 33 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

[7] Neufert, Ernst. 2003. Architect’s Data Third Edition. Oxford: Blackwell Science.

[8] Addington, Michelle dan Daniel Shodek. 2005. Smart Materials and New Technologies For Architecture and Design Professions. Oxford: Architectural Press An Imprint of Elsevier.

[9] Wang, Shengwei. 2010. Intelligent Buildings and Building Automation. New York: Spon Press.

[10] Sinopoli, James. 2010. Smart Building Systems for Architects, Owners, and Builders. Oxford:

Butterworth - Heinemann is an imprint of Elsevier.

[11] Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011 – 2031.

[12] PT. Kereta Api Indonesia (Persero), 2012. Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api. Bandung.

[13] https://www.archdaily.com/780353/taiyuansouth-railway-station-in-china-csadi. Diakses pada: 1 Maret 2018.

[14] https://www.archdaily.com/588218/rotterdam-central-station-benthem-crouwel-architects-

mvsa-meyer-en-van-schooten-architecten-and-west-8. Diakses pada: 1 Maret 2018.

Gambar

Gambar 3. Zoning tapak.
Tabel 1. Konsep gubahan massa
Gambar 5. Konsep gubahan massa.
Gambar 10. Tampak barat
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh keberadaan stasiun kereta api Pulu Raja terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, dimana sejak dibangun stasiun kereta api Pulu Raja keadaan

Bentuk massa pada perancangan Stasiun Kereta Api Kota Dumai ini dibentuk berdasarkan konsep desain yang akan dipadukan dengan Arsitektur Postmodern Kontekstual

Stasiun kereta api Medan merupakan salahsatu bangunan yang memiliki peranan penting pada masa kolonial Belanda.. Bangunan ini sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk

di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan……….141 GAMBAR SIMULASI RANCANGAN 5.37 Tempat makan yang berada di samping bangunan restoran di boulevard kawasan stasiun

Perancangan Stasiun Besar Kereta Api Pasar Senen ini memperbaharui zoning dan layout yang bertujuan untuk membenahi alur sirkulasi penumpang dengan memisahkan area

Oleh karena itu, karena pentingnya keberadaan jalur kereta api ini bagi moda transportasi kereta api dari stasiun Parung Panjang menuju stasiun Tanah Abang, maka

LINGKUP PEMBAHASAN Banyak permasaiahan yang terkait dengan bangunan Stasiun Kereta Api Komuter Layang Terpadu ini, namun permasaiahan akan lebih difokuskan bagaimana menciptakan

Jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta api di Stasiun Cirebon dan Prujakan Kota