MANAJEMEN KONFLIK
Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr.
•
Konflik: percekcokan; perselisihan;
pertentangan (KBBI)
•
Konflik berarti adanya oposisi atau
pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-
organisasi
People different/ berbeda : suku, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, budaya, dan lainnya
dalam proses interaksinya dalam organisasi cepat atau lambat pasti mengalami konflik.
Konflik merupakan salah satu indikator/ kriteria untuk menentukan efektivitas sebuah organisasi.
Konflik merupakan bagian dari perilaku organisasi yang normal terjadi.
Manajer harus mampu mengelola konflik
untuk produktivitas organisasi
Keterampilan Manajer
• Berdasarkan tingkatan tersebut, keterampilan yang dibutuhkan pada kedudukan itu juga
dibedakan :
• Keterampilan yang bersifat teknis (technical skill)
• Keterampilan hubungan antar manusia (human relation skill)
• Keterampilan yang bersifat konseptual (conceptual skill)
• Keterampilan yang bersifat teknis (technical skill)
• Meliputi kemampuan manajer untuk menggunakan pengetahuan, metode, teknik atau peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas
organisasi.
• Meski tidak harus terampil melakukannya, pimpinan perlu memiliki pengetahuan teknis tentang tugas-tugas staf yang dipimpinnya.
• Keterampilan hubungan antar manusia (human relation skill)
Meliputi kemampuan bekerja sama dengan orang lain, termasuk memotivasi orang lain dan
menerapkan kepemimpinan yang efektif.
Pimpinan harus memahami perilaku manusia dan menerapkan prinsip-prinsip pengembangan
motivasi.
• Keterampilan yang bersifat konseptual (conceptual skill)
• Keterampilan ini membutuhkan pengetahuan tentang seluruh aspek organisasi. Kemampuan ini akan menuntun manajer untuk bertindak
sesuai dengan visi, misi, tujuan organisasi;
bukan hanya kepentingan sesaat atau kepentingan individu/ kelompok.
Semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang, lebih banyak memerlukan keterampilan konseptual
Semakin rendah kedudukan manajerial seseorang, lebih banyak memerlukan keterampilan teknikal
Skala Keterampilan
• Manajer Tingkat Tinggi
Manajer Tingkat Bawah Keterampilan konseptual, holistik,
generalis
Keterampilan HAM
Keterampilan teknis
Pola Konflik (George Terry)
Ada 4 tahapan
1. Timbul suatu krisis tertentu; adanya pertentangan paham secara serius dalam organisasi
2. Gejala eskalasi ketidaksesuaian
Gejala mulai menarik perhatian manajemen dirasakan perlunya tindakan korektif
3. Konfrontasi menjadi pusat perhatian
Konflik memasuki perbincangan manajer tingkat tinggi, dan biasanya disampaikan janji-janji untuk meneliti
keluhan yang ada, dan kemudian orang mulai menyusun rencana untuk tindakan selanjutnya.
4. Krisis selanjutnya dialihkan
Dilakukan penelitian tentang apakah keluhan-keluhan yang disampaikan dapat dibenarkan atau tidak.
Dipersoalkan proses prosedur yang diusulkan untuk kemudian diambil keputusan: diterima atau ditolak.
Menghadapi Konflik
•
Anda adalah seorang manajer, dan Anda mengetahui ada konflik dalam organisasi yang Anda pimpin, di mana konflik ini
berpotensi untuk mengganggu jalannya
organisasi dalam mencapai tujuan. Apa
yang Anda lakukan?
Harusnya
•
Ketahui dulu eksistensi konflik
•
Identifikasi orang-orang yang terkait dengan konflik
•
Dengarkan informasi dari orang-orang
terkait dengan konflik kita perlu meneliti pikiran orang lain, untuk mendapatkan
kepastian posisi orang tersebut dalam
situasi konflik.
•
Konflik dapat terjadi antar:
•
Individu
•
Kelompok
•
Organisasi
Jika dua individu masing-masing berpegangan pada pandangan yang sama sekali bertentangan satu dengan lainnya, dan mereka tidak pernah berkompromi, dan masing-masing menarik
kesimpulan berbeda, dan apabila mereka cenderung bersifat tidak toleran, maka dipastikan akan timbul
konflik
.
• Konflik kelompok bersifat umum, biasanya timbul dalam kondisi-kondisi berikut:
1. Dianutnya nilai-nilai baru oleh anggota-anggota kelompok tertentu;
2. Sebuah kesulitan atau problem baru, dihadapi oleh kelompok di mana para anggotanya mempersepsinya dengan cara yang berbeda;
3. Peranan seorang anggota di luar kelompok tersebut
bertentangan dengan peranan anggota tersebut di dalam kelompok itu.
• Konflik dalam organisasi terjadi jika terdapat
ketidaksesuaian paham pada sebuah situasi sosial
tentang pokok-pokok pikiran dan atau terdapat adanya antagonisme-antagonisme emosional.
Konflik-konflik substantif meliputi ketidaksesuaian paham tentang hal-hal seperti: tujuan, alokasi sumber daya, distribusi imbalan, kebijaksanaan dan prosedur, serta penugasan pekerjaan.
Konflik emosional timbul karena adanya perasaan marah, ketidakpercayaan, ketidaksenangan, takut dan sikap menantang, maupun bentrokan kepribadian.
Konflik
Destruktif
Konstruktif
• Destruktif menimbulkan kerugian bagi individu atau organisasi yang terlibat di dalamnya.
• Terjadi karena pihak-pihak tidak dapat bekerja sama karena adanya sikap permusuhan (konflik emosional destruktif) atau apabila tidak tercapai kesesuaian paham tentang tujuan-tujuan kelompok (konflik substanstif destruktif)
• Kerugian yang dialami oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya:
• Perasaan cemas/ tegang (stress) yang tidak perlu
• Komunikasi yang menyusut
• Persaingan yang makin hebat
• Perhatian yang makin menyusut terhadap tujuan bersama
• Konstruktif menimbulkan keuntungan bagi individu atau organisasi yang terlibat di dalamnya.
• Keuntungan yang dicapai:
• Kreativitas dan inovasi yang meningkat
• Upaya yang meningkat (intensitasnya)
• Ikatan (kohesi) yang makin kuat
• Ketegangan yang menyusut
• Konflik menjadi menguntungkan atau tidak tergantung faktor:
1. Intensitas konflik
2. Cara mengelola konflik
• Konflik dengan intensitas sangat rendah maupun sangat tinggi dapat merugikan.
• Terlampau tinggi dapat mengacaukan
• Terlampau rendah mencegah tercapainya prestasi kreatif
Pandangan tentang Konflik
Pandangan Kuno Pandangan Modern
Konflik dapat dihindari Konflik tidak dapat dihindari Konflik disebabkan adanya
kesalahan manajemen dalam hal mendesain dan memanage
organisasi-organisasi atau karena adanya pengacau-pengacau
Konflik muncul karena bermacam sebab, termasuk di dalamnya
struktur organisatoris, perbedaan- perbedaan dalam tujuan-tujuan yang tidak dapat dihindari
perbedaan dalam persepsi serta nilai-nilai personalia yang
terspesialisasi dan sebagainya Konflik merusak organisasi yang
bersangkutan, dan menyebabkan tidak tercapainya hasil optimal
Konflik membantu, kadang-kadang menghambat hasil pekerjaan
organisatoris dengan derajat yang berbeda-beda
Pandangan tentang Konflik
Pandangan Kuno Pandangan Modern Tugas manajemen adalah
meniadakan konflik
Tugas manajemen adalan
memanaje tingkat konflik, dan pemecahannya hingga dapat
dicapai hasil prestasi organisatoris optimal
Agar dapat dicapai hasil prestasi organisatoris optimal, maka konflik perlu ditiadakan
Hasil pekerjaan optimal secara organisatoris, memerlukan konflik moderat
Penyelesaian Konflik
• Konflik dapat dihadapi dengan cara:
1. Bersikap tidak acuh tidak ada upaya langsung untuk menghadapi sebuah konflik yang telah termanifestasi
2. Menekannya menyebabkan menyusutnya dampak konflik yang negatif, tapi ia tidak mengatasi atau
meniadakan pokok-pokok penyebab timbulnya konflik penyelesaian yang terjadi semu
3. Menyelesaikannya jika alasan latar belakang terjadinya suatu konflik ditiadakan dan tidak disisakan kondisi yang
menggantung atau antagonisme untuk penyebab timbulnya konflik lagi pada masa mendatang
Gaya Manajemen Konflik
Tindakan menghindari
Kompetisi atau komando otoritatif
Akomodasi
Kompromis
Kolaborasi (kerjasama) atau Pemecahan
Masalah
Tindakan Menghindari
Bersikap tidak kooperatif dan tidak asertif Menarik diri dari situasi yang berkembang
atau.. Bersikap netral dalam segala macam “cuaca”
Kompetisi atau Komando Otoritatif
Bersikap tidak kooperatif, tetapi asertif
Bekerja dengan menentang keinginan pihak lain
Mendominasi dalam suatu situasi “menang atau kalah”
dan atau memaksakan segala sesuatu sesuai dengan kesimpulan tertentu, dengan menggunakan kekuasaan yang ada.
Akomodasi
Bersikap kooperatif, tetapi tidak asertif
Membiarkan keinginan pihak lain menonjol; meratakan perbedaan-perbedaan guna mempertahankan harmoni yang diciptakan.
Kompromis
Bersikap cukup kooperatif dan asertif tetapi tidak hingga tingkat ekstrim. Bekerja menuju ke arah pemuasan
kepentingan parsial semua pihak yang berkepentingan;
melaksanakan upaya tawar menawar untuk mencapai pemecahan-pemecahan “akseptabel” tetapi bukan
pemecahan optimal, hingga tak seorang pun merasa bahwa ia menang atau kalah secara mutlak.
• Kolaborasi (Kerjasama) atau Pemecahan Masalah
Bersikap kooperatif dan asertif
Berupaya untuk mencapai kepuasan setiap pihak yang berkepentingan, dengan jalan bekerja melalui
perbedaan-perbedaan yang ada; mencari dan
memecahkan masalah demikian rupa, hingga setiap orang mencapai keuntungan sebagai hasilnya.
Hasil-hasil Konflik
•
Kalah-Kalah
•
Menang-kalah
•
Menang-menang
• Kalah-kalah
Terjadi apabila yang terlibat konflik tidak mencapai keinginannya, termasuk alasan terjadinya konflik tidak mengalami perubahan
Mempunyai tendensi untuk muncul kembali pada masa mendatang
Merupakan hasil gaya menghindari, akomodasi, dan atau kompromistis
Menghindari merupakan sebuah bentuk ekstrim tidak adanya perhatian (no attention)
Menghindari merupakan sebuah bentuk ekstrim tidak adanya perhatian (no attention)
Akomodasi merupakan tindakan menekan perbedaan antara pihak yang berkonflik; persamaan dan bidang
kesepakatan
Kompromis akan terjadu apabila dilakukan akomodasi hingga pihak-pihak yang berkonflik mengorbankan hal tertentu yang dianggap sebagai hal yang bernilai
(misalnya: musyawarah untuk mencapai mufakat)
• Menang-kalah
Salah satu pihak mencapai apa yang diinginkannya
Kekuatan, keterampilan, atau karena unsur dominasi
merupakan faktor yang mendukung tercapainya keinginan salah satu pihak
Strategi ini juga tidak memecahkan kausa pokok
terjadinya konflik menyebabkan konflik akan muncul lagi pada masa mendatang
• Menang-menang
Menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam konflik.
Prosesnya: melakukan konfrontasi atas persoalan yang ada, dan digunakannya cara pemecahan masalah untuk mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan
pandangan.
Meniadakan alasan untuk melanjutkan kembali konflik, karena tidak ada yang dihindari atau ditekan.
Semua persoalan dibicarakan secara terbuka dibahas dengan melibatkan semua pihak.
Manajer sebagai Mediator
• Seorang manajer dalam fungsinya sebagai mediator
harus dapat membantu pihak-pihak (bawahannya) dalam menyelesaikan konflik, baik yang bersifat individu maupun kelompok di bawah kekuasaannya.
• Pendekatan yang dapat dilakukan untuk memerankan fungsi tersebut:
1. Intervensi secara aktif
2. Fasilitasi
Intervensi secara aktif
• Manajer dapat melakukan bermacam tindakan dalam melakukan intervensi secara aktif sebagai upaya
menyelesaikan situasi konflik.
• Mengingatkan pihak-pihak yang berkonflik tentang tujuan luhur organisasi mereka
Fasilitasi
• Membutuhkan keterampilan berkomunikasi yang efektif
• Mendengar secara aktif
• Arus komunikasi ditumbuhkan untuk menjangkau inti masalah
• Fungsi fasilitasi: manager membantu melancarkan arus komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat konflik
• Pilih situasi yang tenang dan membantu untuk mengadakan pembicaraan; beri perhatian yang sepenuhnya pada pertemuan tersebut; hindari interupsi
• Siapkan diri (mental) untuk mendengar pembicaraan yang tidak menyenangkan, yang kritis, negatif, kacau, atau bahkan ada orang yang tidak mau bicara.
• Upayakan agar emosi/ perasaan yang ada untuk mereda
• Bersikap netral; jangan menghakimi, kembangkan empati
Tugas:
• Ceritakan pengalaman Anda dalam menangani konflik dalam dunia kerja. Buat narasi yang menceritakan:
• sumber konflik
• jenis konflik (individu atau kelompok)
• apakah konflik konstruktif atau destruktif?
• gaya manajemen konflik yang diterapkan,
• bagaimana penyelesaian konflik (hasil) tersebut.
Paper dikumpul pada 31 Oktober 2014