• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

16 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik peningkatan maupun penurunannya. Menurut Rusli (1995), secara umum ada 3 variabel demografi yang sering dikaji dalam studi ilmu kependudukan yaitu kelahiran, kematian dan migrasi atau gerak penduduk. Mengenai kelahiran, dikenal istilah fertilitas yaitu rata-rata wanita dapat menghasilkan anak.Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non alami. Terdapat dua bentuk migrasi yaitu migrasi yang dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi masuk (imigrasi), dan migrasi yang dapat mengurangi penduduk disebut migrasi keluar (emigrasi).

Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas). Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain: (1) Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan malu; (2) Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua; (3) Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki; (4) Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua; (5) Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi (e-dukasi.net, 2009).

(2)

17 Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan angka kelahiran (fertilitas). Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukkan rata-rata jumlah bayi yang lahir setiap 1000 penduduk dalam waktu satu tahun. Faktor-faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara antara lain:

(1) Kepercayaan dan Agama, faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak.

(2) Tingkat pendidikan, semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.

(3) Kondisi perekonomian, penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi banyak (e-dukasi.net, 2009).

Selain itu menurut Rusli (1995) faktor-faktor yang juga menunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara:

(1) Kebijakan Pemerintah, kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran. Selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan mengurangi angka kelahiran.

(2) Adat istiadat di masyarakat, kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau sebaliknya.

(3)

18 (4) Struktur Penduduk, penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif.

Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian dan faktor penghambat kematian (e-dukasi.net, 2009).

Faktor pendukung kematian (pro mortalitas) mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini adalah: (1) Sarana kesehatan yang kurang memadai, (2) Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, (3) Terjadinya berbagai bencana alam, (4) Terjadinya peperangan, (5) Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri, dan (6) Tindakan bunuh diri dan pembunuhan (e-dukasi.net, 2009).

Faktor penghambat kematian (anti mortalitas) mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah: (1) Lingkungan hidup sehat, (2) Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap, (3) Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain, (4) Tingkat kesehatan masyarakat tinggi, dan (5) Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk (e-dukasi.net, 2009).

(4)

19 Pemenuhan lahan untuk pemukiman dapat dilakukan dengan pembangunan vertikal sehingga mengurangi penggunaan lahan. Menurut Prayoga (2004), “relokasi pemukiman liar dan refungsionalisasi kawasan bantaran kali, bantaran rel kereta api, di bawah tegangan tinggi, dan di bawah jalan layang akan menyediakan RTH yang lumayan besar.” Hal-hal yang menjadi penyebab gagalnya perencana dalam merencanakan suatu RTH adalah: (1) Pertambahan penduduk yang cepat sekali, (2) Perencanaannya yang tidak matang dan selalu ketinggalan, (3) Persepsi perancang dan pelaksana belum sama dan belum berkembang, (4) Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan perencanaan, (5) Kebutuhan yang sangat mendesak, dan (6) Para perencana yang belum berwawasan lingkungan, dengan pandangan yang tidak jauh ke depan (e-dukasi.net, 2009).

Nilai Pertumbuhan Penduduk

Dalam berbagai literatur dijelaskan bahwa nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus :

Nilai Pertumbuhan         

populasi di awal periode Model Pertumbuhan dan Peluruhan Penduduk

Menurut Panuju dan Rustiadi (2008), model pertumbuhan secara umum dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: (1) Discrete time model dan (2) Continous time

model. Secara lebih rinci persamaan dari kedua model tersebut dijabarkan pada

uraian dan persamaan berikut:

1. Discrete Time Model

Model pertumbuhan model discrete time ini berdasarkan pada asumsi bahwa pertumbuhan terjadi secara agregat dengan persentase laju pertumbuhan yang relatif konstan. Contoh penggunaan model ini adalah seperti perhitungan suku bunga di bank dan bunga asuransi. Persamaan umum model ini adalah sebagai berikut :

(5)

20 Pertumbuhan penduduk kecil kemungkinan mendekati model ini, karena perkembangan penduduk mempunyai banyak faktor yang mempengaruhi yang menyebabkan pada suatu titik akan mempunyai laju pertumbuhan yang cenderung berubah. Dengan persamaan berikut, pendugaan nilai parameter Pt bersifat matematis, sehingga tidak bisa diduga peluang maupun tingkat kepercayaan hasil pendugaan.

2. Continous Time Model Model Linear

Model ini merupakan model pendugaan pertumbuhan dengan persamaan umum Pt = Po + αt dan didasarkan pada asumsi bahwa perubahan laju pertumbuhan relatif konstan. Berbeda dengan model (1) pada model (2) nilai Pt dan t diketahui. Parameter yang diduga adalah α. Nilai Po dapat disimulasikan bernilai 0, bernilai konstanta tertentu, ataupun sesuai pendugaan model. Pada dasarnya penentuan Po harus didasarkan pada konsep tertentu. Pendugaan parameter dalam model ini bersifat statistik, sehingga akan diperoleh nilai peluang dan tingkat kepercayaan, disamping juga parameter koefisien determinasi. Pada Gambar 1terdapat dua model pertumbuhan (a) dan peluruhan (b). Disebut model pertumbuhan jika koefisien α bernilai positif, dan disebut peluruhan jika α bernilai negatif.

Gambar 1.Pola Hubungan Dua Peubah Dengan Koefisien Regresi (a) Positif dan (b) Negatif

Eksponensial

Model ini merupakan model pertumbuhan dengan persamaan umum sebagai berikut: Pt = Po exp (αt). Model tersebut didasarkan pada

Pt

t

(a) Pt

(6)

21 asumsi bahwa % laju berubah-ubah. Dalam kasus model eksponensial, semakin lama kecenderungan % laju akan semakin tinggi. Kondisi seperti ini akan ditemukan pada wilayah yang masih terus berkembang. Jika diasumsikan sebagai suatu tahapan perkembangan wilayah, maka wilayah dengan trend perkembangan seperti ini merupakan wilayah yang belum matang. Seperti juga pada model (2), pada model (3) nilai pengamatan adalah Pt dan t. Nilai Po boleh disimulasikan 0, sama dengan nilai tertentu (nilai data P pertama) atau diduga dari model tergantung dari konsep yang digunakan.

Pendugaan ini juga bersifat statistik, sehingga juga akan diperoleh nilai peluang dan tingkat kepercayaan disamping nilai parameter koefisien determinasi. Secara grafis pola hubungan Y yang merupakan fungsi dari X dengan pemodelan pola eksponensial.

Kurva Gompretz/Saturation

Model ini merupakan model pertumbuhan yang didasarkan pada asumsi bahwa perubahan laju dan presentasi pertumbuhan senantiasa berubah. Model ini pada dasarnya merupakan turunan dari model logistik. Persamaan umum dari model kurva Gompertz jenuh (saturation model) ini adalah sebagai berikut :

% exp' ( )* 1 ( exp' ( )*

Pada dasarnya model peluruhan ini mempunyai prinsip yang sama dengan pertumbuhan sebagaimana dijelaskan diatas. Asumsi-asumsinya relative sama dengan asumsi model eksponensial. Perbedaannya terletak pada nilai gradiennya. Jika nilai gradient positif disebut sebagai model pertumbuhan (growth) dan sebaliknya jika gradient negative maka disebut sebagai model peluruhan (decay).

2.2 Definisi Ruang Terbuka Hijau

(7)

22 sebagainya (Inmendagri No. 14 tahun 1988). Selain itu menurut Purnomohadi dalam Budiman (2010) bahwa (1) RTH adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri terutama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan.

Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008, Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau privat, adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Ruang terbuka hijau publik, adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Sabuk hijau (greenbelt), adalah RTH yang memiliki tujuan utama untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu.

Menurut Nurisjah dan Pramukanto dalam Budiman (2010) RTH merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Dalam Master Plan RTH Kota Bogor (2007), definisi lain mengatakan bahwa secara umum ruang terbuka publik (open

space) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau.

(8)

23 (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya.

2.3 Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008, RTH memiliki fungsi utama dan tambahan sebagai berikut:

Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis: (1) Memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota) (2) Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar (3) Sebagai peneduh (4) Produsen oksigen (5) Penyedia habitat satwa (6) Penyerap air hujan, polutan media udara, air dan tanah, serta (7) Penahan angin.

Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu (1) Fungsi sosial dan budaya yang menggambarkan ekspresi budaya lokal, media komunikasi warga kota dan tempat rekreasi serta wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam; (2) Fungsi ekonomi yang terdiri dari sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur serta bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain; dan (3) Fungsi estetika yaitu berfungsi meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lanskap kota secara keseluruhan. Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota, pembentuk faktor keindahan arsitektural serta menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

(9)

24 2.4 Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan

Penyediaan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau dapat menggunakan pendekatan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kebutuhaan fungsi tertentu. Salah satu fungsi tertentu dari RTH adalah kebutuhan oksigen Kota.

a. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah

Menurut Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008, penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut (1) ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat; (2) proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat; (3) apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

b. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05/PRT/M/2008 menentukan cara perhitungan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku yaitu 2,53 m2/orang.

c. Penyediaan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu

(10)

pengamanan, sarana dan

alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak teganggu.

sempadan rel kereta api, jalur hijau jaringan perlindungan setempat berupa RTH

RTH pengamanan sumber air

d. Perhitungan Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Luas kebutuhan RTH

oksigen dengan menggunakan

yang kemudian dikembangkan oleh Wijayanti (2003) yaitu sebagai berikut :

dimana,

L : Luas RTH (ha)

ai : Kebutuhan oksigen per orang (kg/jam)

bi : Kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam)

ci : Kebutuhan oksigen per industry (kg/jam)

di : Kebutuhan oksigen per

Ui : Jumlah Penduduk

Vi : Jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis

Yi : Jumlah industri dari berbagai

Zi : Jumlah ternak dari berbagai jenis

K : Konstanta (rataan oksigen yang dihasilkan Hutan Kota kg/jam/ha

2.5 Peran Geographic Information System (GIS)

GIS dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan menganalisis objek-objek

merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.

Prahasta (2004) SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan dasar dalam menangani data bereferensi geografis, kemampuan dasar tersebut adalah: (1) Data masukan (

(peta tematik), (3) Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), dan (4) Analisis data.

dan prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan utamanya tidak teganggu. RTH kategori ini meliputi: jalur hijau rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, RTH pengamanan sumber air baku/mata air.

Perhitungan Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigennya Luas kebutuhan RTH dapat dihitung berdasarkan pendekatan kebutuhan

menggunakan metode Gerarkis (1974) dalam Wisesa (1988) yang kemudian dikembangkan oleh Wijayanti (2003) yaitu sebagai berikut :

Kebutuhan oksigen per orang (kg/jam)

Kebutuhan oksigen per kendaraan bermotor (kg/jam) Kebutuhan oksigen per industry (kg/jam)

Kebutuhan oksigen per ternak(kg/jam) Jumlah Penduduk

Jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis dari berbagai skala Jumlah ternak dari berbagai jenis

Konstanta (rataan oksigen yang dihasilkan Hutan Kota kg/jam/ha

Geographic Information System (GIS) dalam Analisis RTH GIS dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan

objek dan fenomena-fenomena dimana lokasi geogra merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.

Prahasta (2004) SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan dasar dalam menangani data bereferensi geografis, kemampuan dasar tersebut adalah: (1) Data masukan (data spasial dan data atribut), (2) Data luaran (peta tematik), (3) Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), dan (4)

25 prasarana misalnya melindungi kelestarian sumber daya pejalan kaki atau membatasi perkembangan penggunaan lahan RTH kategori ini meliputi: jalur hijau listrik tegangan tinggi, RTH kawasan pantai, dan

Oksigennya kebutuhan Wisesa (1988) yang kemudian dikembangkan oleh Wijayanti (2003) yaitu sebagai berikut :

Konstanta (rataan oksigen yang dihasilkan Hutan Kota kg/jam/ha

(11)

26 Perangkat lunak SIG yang biasa digunakan antara lain ArcView, ArcGis, MapInfo, ERDAS. Pada penelitian ini perangkat lunak yang digunakan adalah ArcView versi 3.3 karena kemampuannya menganalisis lebih baik dari versi sebelumnya dan memiliki banyak ekstensi untuk mempermudah dalam analisis data yang dibutuhkan. Lebih lanjut, Prahasta (2004) menyatakan bahwa ArcView merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI (Environmental System Research Institut, Inc). Dengan ArcView, pengguna dapat memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan visualisasi, meng-explore, menjawab pertanyaan-pertanyaan (baik data spasial maupun data non-spasial), menganalisis data secara geografis, dan sebagainya. Kemampuan perangkat SIG ArcView yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

(1) Pertukaran data, membaca dan menuliskan data dari dan ke dalam format perangkat lunak SIG lainnya

(2) Menampilkan Informasi (basis data) spasial maupun atribut (3) Membuat peta tematik.

Dalam menentukan penggunaan lahan yang akan dijadikan arahan RTH menurut Prahasta (2004) dapat digunakan Query, dengan fungsi untuk menandai sel theme grid sesuai dengan kriteria yang diinginkan, satuan data yang ditandai adalah sel atau piksel pada theme grid. Menandai data dengan query dapat dilakukan pada view ataupun pada tabel. Menandai data dengan query pada view dapat dilakukan dengan menu Theme  Query.

Gambar

Gambar 1. Pola Hubungan Dua Peubah Dengan Koefisien Regresi (a)  Positif dan (b) Negatif

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan nyanyian bagandumasyarakat Siak Hulu Kabupaten Kampar pada awalnya dilakukan oleh ibu-ibu pada saat menidurkan

Kasus Fidelis Ari Sudarwoto setidaknya dapat merefleksikan kepada semua penegak hukum di Indonesia bahwa nilai-nilai positivis yang dipahami selama ini salah dan harus

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax.. Pengabdian

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral. Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merukapakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik

Pada gambar 4.2, 4.3, 4.4 memperlihatkan bahwa asam lemak dari biji nangka memiliki aktivitas antibakteri dengan kategori sedang pada masing- masing konsentrasi dengan zona

Diperoleh juga bahwa pemasangan kWh meter hanya membutuhkan 2 bulan untuk mengembalikan biaya investasi 18 juta rupiah, sedangkan untuk biaya dan DPB untuk

Faktor Paling Dominan Dengan Kasus Difteri Anak di Puskesmas Bangkalan Tahun 2016 Variabel P Value OR Status Imunisasi DPT 0,037 4,667 Tingkat Pendidikan 0,016 1,67

Diperoleh hasil: (1) pelayanan KUD dalam pengadaan pupuk bersubsidi di tingkat petani tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga, tepat mutu serta tepat sasaran