• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA PUPUK ORGANIK KOTORAN SAPI POTONG SKRIPSI OLEH : MUHAMMAD ILHAM RAMADHANA NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS USAHA PUPUK ORGANIK KOTORAN SAPI POTONG SKRIPSI OLEH : MUHAMMAD ILHAM RAMADHANA NIM"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA PUPUK ORGANIK KOTORAN SAPI POTONG

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD ILHAM RAMADHANA NIM. 0924219

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI DIPLOMA IV

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PANGKEP

2014

(2)

i HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS USAHA PUPUK ORGANIK KOTORAN SAPI POTONG

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD ILHAM RAMADHANA NIM. 09242109

Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Telah Diperiksa dan Disetujui :

Alima B. Abdullahi,S.Pt,M.Si

Nur Fitriani UA., S.Pt M. Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui Oleh :

Ir. Andi Asdar Jaya. M,Si

Rivaldi, ST, M.Si

Direktur Ketua Jurusan

Tanggal Lulus : 19 Agustus 2014

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul : Analisis Usaha Pupuk Organik Kotoran Sapi Potong Nama Mahasiswa : Muhammad Ilham Ramadhana

NIM : 0924219

Program Studi : Agroindustri Diploma IV(S1 Terapan) Tanggal lulus : 19 Agustus 2014

Disahkan Oleh :

Tim Penguji

1. Alima B. Abdullahi, S. Pt, M. Si ( ...)

2. Nur FitrianiUA., S.Pt M. Si (...)

3. Zulfitriani Dwiyanti Mustaka, SP MP (...)

4. Ilham Ahmad, ST, MT ( ... )

(4)

iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama Mahasiswa : Muhammad Ilham Ramadhana

NIM : 0924219

Program Studi : Agroindustri Diploma IV

Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis dengan Judul : Analisis Usaha Pupuk Organik Kotoran Sapi Potong

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan Tugas Akhir ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pangkep, 2014 Yang Menyatakan

Muhammad Ilham Ramadhana

(5)

ABSTRACT

Cow dung is the largest waste generated in livestock raising in addition to the waste in the form of food remains. In general, each kilogram of beef produced cattle also produce 25 kg of solid waste. Bersarnya percentage of solid waste obtained from fattening beef cattle could potentially be utilized as a source of compost and potentially utilized as a source of additional income from fattening beef cattle.

This study aims to determine (1) to study the procedures for organic fertilizer pembuatakn beef cattle dung, (2) to analyze the business of organic fertilizer cow dung pieces. The research was conducted in June to August 2014, in PT. Kariyana Gita Utama, Desa Pondokkaso Landeuh Cicurug-Parungkuda Subdistrict, Sukabumi, West Java. The choice of location transactions are carried out intentionally (purposive) on the basis that PT. Kariyana Main Gita has long been producing organic fertilizer with good quality. Methods of data analysis in this study is the economic analysis that includes: (1) analysis of the costs and revenue (2) analysis of break-even point (3) analysis of price changes (4) feasibility analysis.

The results showed that (1) the analysis of the costs and revenue earned profit of Rp. 37,955,748 / month (2) produce organic fertilizer declared eligible for R / C ratio> 1 (3) BEP Production in the manufacturing of organic fertilizers are: 4,752 Kg and BEP organic fertilizer is price: USD 241.85 / Kg (4 ) feasibility analysis of R / C Ratio by using the ratio of receipts and expenses are 1.65 so well worth the effort of Organic Fertilizer for R / C ratio> 1, while the -c is profit reduced by 0.65 so the total cost is well worth the effort expressed as 65%> 1.5%, Pay Back Priod a return on capital after the investment costs divided by the business profits diperolehlah for 12 days, while Profitability Index in the manufacture of organic fertilizer is> 1 then accepted.

Keywords: organic fertilizer, manure, Beef Cattle.

(6)

v ABSTRAK

Muhammad Ilham Ramadhana 0924219. Analisis Usaha Pupuk Organik Kotoran Sapi Potong. Di Bimbing oleh Alima B. Abdullahi, S. Pt, M. Si dan Nur Fitriani UA., S.Pt M.

Kotoran sapi merupakan limbah yang terbanyak dihasilkan dalam pemeliharaan ternak selain limbah yang berupa sisa pakan. Pada umumnya setiap kilogram daging sapi yang dihasilkan ternak sapi potong juga menghasilkan 25 kg kotoran padat. Bersarnya persentase limbah padat yang diperoleh dari usaha penggemukan sapi potong berpotensi dimanfaatkan menjadi sumber kompos dan berpotensi dimanfaatkan menjadi sumber pendapatan tambahan dari usaha penggemukan sapi potong.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) untuk mempelajari tata cara pembuatakn pupuk organik kotoran sapi potong, (2) untuk menganalisa usaha pupuk organik kotoran sapi potong. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2014, di PT. Kariyana Gita Utama, Desa Pondokkaso Landeuh Kecamatan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini diakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT.

Kariyana Gita Utama telah lama memproduksi pupuk organik dengan kualitas baik. Metode analisa data dalam penelitian ini adalah dengan analisa ekonomi yang meliputi : (1) analisa biaya dan pendapatan (2) analisa break even point (3) analisa perubahan harga (4) analisa kelayakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) analisa biaya dan pendapatan didapatkan keuntungan sejumlah Rp. 37.955.748 / bulan (2) usaha pembuatan pupuk organik dinyatakan layak karena R/C rasio > 1 (3) BEP Produksi pada pembuatan pupuk organik adalah : 4.752 Kg dan BEP harga pembuatan pupuk organik adalah : Rp 241,85/ Kg (4) Analisa kelayakan R/C Ratio dengan menggunakan rasio penerimaan dan biaya adalah 1,65 jadi usaha Pupuk Organik layak karena R/C rasio > 1, sedangkan adalah keuntungan yang dikurangi dengan biaya total adalah 0,65 jadi usaha dinyatakan layak karena 65% > 1,5% , Pay Back Priod merupakan pengembalian modal usaha setelah biaya investasi dibagi dengan keuntungan usaha maka diperolehlah selama 12 hari, sedangkan Profitability Index pada pembuatan Pupuk Organik adalah > 1 maka diterima.

Kata Kunci : Pupuk Organik, Kotoran, Sapi Potong.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir jenjang S1 terapan/

D4 pada program studi Agroindustri Politeknik PNP.

Ucapan terima kasih yang sebesar besarnya penulis peruntukan kepada : 1. Ayahanda Djamaluddin Mudha. S.Sos dan Ibunda Widya Sari selaku orang

tua

2. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Bapak Ir. Andi Asdar Jaya.

M.Si

3. Ketua Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Bapak Rivaldi ST, M.

Si

4. Ketua program studi Agroindustri, Bapak Ir. Zaimar MT

5. Dosen pembimbing satu Ibu Alima Bachtiar Abdullahi,S.Pt,M.Si Dan pembimbing dua Nur Fitriani UA, S.TP ,M.Si serta dosen Penguji

6. Bapak dan Ibu dosen, teknisi dan adminitrasi pada PNPP rekan-rekan seprogram studi Agroindustri PPNP.

Penelitian ini merupakan program untuk menyelesaikan studi jenjang D4 di program studi agroindustri, penulis sangat berharap semoga laporan Karya Ilmiah Prakter Akhir ini dapat memberikan manfaat ilmu dan informasi kepada segenap pembaca, oleh sebab itu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan hal hal yang bermanfaat tentang informasi mengenai analisis usaha pupuk organik.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Praktek Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kritik, koreksi dan saran serta bentuk lainnya sangat diharapkan untuk perbaikan ke depan agar Karya Ilmiah Praktek Akhir ini dapat bermanfaat sebesar-besarnya kepada berbagai pihak.

Pangkep, Agustus 2014

Muhammad Ilham Ramadhana

(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN BIMBINGAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

RINGKASAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Ternak Sapi ... 4

2.2 Jenis - Jenis Sapi Potong ... 4

2.3 Limbah Ternak Sapi ... 6

2.4 Pupuk Organik... 7

2.5 Pupuk Organik Padat ... 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 19

3.3 Metode Pembuatan Pupuk Organik ... 19

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.5 Metode Analisa Data ... 21

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Cara Pembuatan Pupuk Organik ... 23

4.2 Analisis Usaha Pupuk Organik ... 24

4.2.1. Analisis Biaya dan Pendapatan ... 24

4.2.2. Break Even Point (BEP) ... 27

4.2.3. Analisa Kelayakan... 28

4.2.3.1 R/C Ratio... 28

4.2.3.2 ... 28

4.2.3.3 Pay Back Priod... 28

4.2.3.4 Profitability Index (PI)... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

RIWAYAT HIDUP ... 32

(10)

ix DAFTAR TABEL

Nomor Teks

Halaman Tabel 1.1

Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5

Biaya Investasi Biaya Penyusutan Biaya Tetap Biaya Variabel Penerimaan

23 24 24 25 25

(11)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan pertumbuhan ternak sapi secara nasional dan regional akan meningkatkan limbah yang dihasilkan, apabila tidak ada penanganan limbah maka terjadi pencemaran. Pengelolaan limbah yang dilakukan dengan baik dapat mencegah terjadinya pencemaran pada lingkungan, juga akan memberikan nilai plus pada usaha ternak itu sendiri, dan salah satu limbah ternak sapi adalah kotoran sapi. Pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi diantaranya adalah pembuatan pupuk organik. Pupuk organik sangat bermanfaat karena dapat menyehatkan dan menyuburkan lahan pertanian.

Limbah kotoran ternak adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan peternakan, limbah ini mempunyai andil dalam pencemaran lingkungan karena limbah kotoran ternak sering menimbulkan masalah lingkungan yang mengganggu kenyamanan hidup masyarakat disekitar peternakan, gangguan itu berupa bau yang tidak sedap yang ditimbulkan oleh gas yang berasal dari kotoran ternak, terutama gas amoniak (NH3) dan gas Hidrogen (H2S). Kotoran ternak merupakan hasil sampingan dari kegiatan memelihara ternak , selain hasil utamanya berupa daging, telur dan susu, kotoran dari ternak pun bisa di manfaatkan menjadi energi alternatif (biogas) yang ramah lingkungan.

Kotoran sapi merupakan limbah yang terbanyak dihasilkan dalam pemeliharaan ternak selain limbah yang berupa sisa pakan. Pada umumnya setiap kilogram daging sapi yang dihasilkan ternak sapi potong juga menghasilkan 25 kg kotoran padat. Bersarnya persentase limbah padat yang diperoleh dari usaha penggemukan sapi potong berpotensi dimanfaatkan menjadi sumber kompos dan berpotensi dimanfaatkan menjadi sumber pendapatan tambahan dari usaha penggemukan sapi potong. Sebagai contoh, untuk penggemukan dengan target pertambahan berat badan harian sebesar 0,5 kg akan dihasilkan sebanyak 12,5 kg kotoran sapi per hari. Jika target penggemukan adalah pertambahan berat badan sebesar 90 kg dalam satu periode penggemukan selama 6 bulan akan dihasilkan kotoran sebanyak 2,2 ton dari seekor ternak setiap periode penggemukan. Jika

(12)

2

kotoran ternak dan sisa pakan diproses menjadi kompos maka setidaknya dari setiap ekor sapi penggemukan dapat dihasilkan 1,5 ton kompos per 6 bulan.

Memanfaatkan limbah sapi yang berupa kotoran atau feses dan air seni diolah menjadi kompos atau pupuk organik sangat berguna bagi tanaman dan ini sangat membantu Pemerintah dalam menangulangi pencemaran lingkungan hasil limbah kotoran sapi tersebut. Arti dari pengkomposan adalah proses penguraian limbah padat organik menjadi materi yang stabil oleh mikroorganisma dalam kondisi terkendali. Proses penguraian tersebut dilakukan oleh konsorsium mikroorganisma, jasad renik yang kasat mata. Mikroorganisma yang bekerja merupakan organisme yang memerlukan udara/ oksigen sehingga tidak timbul bau yang menyengat. Untuk mengoptimalkan kerja mikroorganisma tersebut diperlukan beberapa pengendalian antara lain pengendalian terhadap kelembaban, aerasi, dan temperatur untuk menghindari terjadinya proses yang dapat menimbulkan bau busuk.

Limbah padat organik biasanya mengandung berbagai mikroorganisma yang mampu melakukan proses pengkomposan. Ketika limbah organik dipaparkan di udara dan kandungan airnya sesuai, maka mikroorganisma mulai bekerja. Selain oksigen dari udara dan air, mikroorganisma memerlukan pasokan makan yang mengandung karbon dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk pertumbuhan dan reproduksi mereka. Kebutuhan makanan tersebut disediakan oleh limbah organik. Mikroorganisma kemudian melepaskan karbondioksida, air dan energi dan berkembang biak.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tata cara pembuatan pupuk organik kotoran sapi potong.

2. Untuk menganalisa usaha pupuk organik kotoran sapi potong.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang cara pembuatan pupuk organik kotoran sapi potong yang ekonomis, sedangkan bagi mahasiswa dan pihak terkait, diharapkan dapat memberikan

(13)

informasi tentang biaya dan tata cara pembuatan pupuk organik kotoran sapi potong serta sebagai literatur dan menambah wawasan mengenai usaha pemanfaatan kotoran ternak sapi potong.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian adalah bagaimana tata cara pembuatan pupuk organik kotoran sapi potong, dan menganalisa usaha pupuk organik kotoran sapi.

(14)

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ternak Sapi

Semua bangsa sapi yang dikenal di dunia berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada zaman Paleocene. Adapun jenis primitifnya ditemukan pada zaman Pliocene di India, Asia. Perkembangan dari jenis jenis primitifnya itulah menghasilkan tiga kelompok nenek moyang sapi hasil penjinakan.

Adapun sapi yang dihasilkan dari jenis primitif, diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yang memiliki genetik sapi yang penting untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas, yaitu :

1) Bos sondaicus atau Bos banteng, sampai sekarang ini masih bisa ditemui hidup liar di daerah margasatwa yang dilindungi di pulau Jawa seperti Pangandaran dan Ujung Kulon.

2) Bos indicus atau Sapi zebu, sampai sekarang mengalami perkembangan di India, Asia.

3) Bos Taurus atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di Eropa. Tiga kelompok nenek moyang tersebut, baik secara alamiah ataupun karena peran serta manusia mampu mengalami perkembangan hasil perkawinan atau persilangan yang menunjukan bangsa bangsa sapi modern, baik tipe potong-perah, tipe potong-kerja, tipe potong-murni.

2.2 Jenis Jenis Sapi Potong

Beberapa jenis sapi potong banyak dijumpai di Indonesia, baik itu sapi potong lokal maupun jenis sapi potong bukan lokal yang merupakan hasil persilangan dan cocok dibudidayakan di Indonesia. Jenis sapi tersebut menyebar di wilayah Indonesia diantaranya sapi Bali, Ongole, Peranakan Ongole, dan sapi Madura. Sedangkan 10 bangsa sapi potong bukan lokal seperti sapi Limousine, sapi Charolais, dan sapi Brahman.

Jenis Sapi Bukan Lokal

1) Sapi Limousin, merupakan sapi potong keturunan Bos taurus yang berhasil di kembangkan di Francis. Bentuk tubuhnya memanjang penuh daging dan sangat padat, hampir mirip dengan singa. Berat badan sapi Limousin betina bisa mencapai rata rata 650 Kg, dan sapi jantan mencapai berat rata rata 850 Kg.

(15)

Sapi Limousin mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup tinggi sehingga banyak di impor dalam bentuk bakalan.

2) Sapi Charolais, merupakan sapi potong keturunan Bos taurus dan banyak dikembangbiakkan di Amerika. Warna tubuhnya krem muda atau keputih putihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar dengan bobot badan jantan dewasa dapat mencapai 1.000 Kg, sedangkan betina dewasa sekitar 750 Kg.

3) Sapi Brahman, merupakan sapi yang termasuk dalam golongan sapi Zebu.

Sapi Brahman banyak disilangkan dengan jenis sapi lainnya dan menghasilkan peranakan Amerika Brahman (Brahman Cross), dimana jenis sapi Brahman mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup tinggi yaitu 0,8 Kg 1,5 Kg/hari. Bobot badan jantan dewasa rata rata 1100 Kg dan betina dewasa 850 Kg. Jenis sapi Brahman umumnya di impor dari Australia dan Selandia Baru dalam bentuk bakalan untuk digemukkan kembali.

Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga tipe peternakan sapi di daerah tropis yaitu peternak rakyat atau subsisten, peternak spesialis, dan produsen skala besar. Prawirokusumo (1990), menyatakan bahwa berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan, dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu :

1) Usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dengan lahan sempit, yang mempunyai 1 2 ekor ternak, baik ternak ruminansia besar, ruminansia kecil bahkan ayam kampung.

2) Usaha backyard yang diwakili peternak ayam ras dan sapi perah yang telah memakai teknologi seperti kandang, manajemen, pakan komersial, bibit unggul, dan lain lain.

3) Usaha komersial adalah usaha yang benar benar menerapkan prinsip prinsip ekonomi antara lain untuk tujuan keuntungan maksimum.

(16)

6

2.3 Limbah Ternak Sapi

Peternak sapi di Indonesia rata-rata memiliki 2-5 ekor sapi dengan lokasi yang tersebar. Kondisi demikian menyebabkan penangnan limbah kotoran ternak sulit dilakukan secara terintegrasi dengan sistem pertanian. Sapi yang mempunyai bobot badan 450 kg menghasilkan limbah berupa kotoran dan urine kurang lebih 25 kg per ekor per hari. Limbah ternak sapi perah terdiri atas limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Penanganan limbah yang baik sangat penting karena dapat memperkecil dampak negatif terhadap lingkunga, seperti polusi tanah, air, udara, dan penyebaran penyakit menular. Usaha untuk mengurangi, bahkan mengeliminasi dampak negatif dari kegiatan petetnakan sapi ini terhadap lingkunga tergantung pada beberapa faktor, seperti kebijakan pemerintah dan ketersediaan teknologi pengolahan limbah.

Bahan dasar pupuk organik padat dapat berupa humus, kompos, kotoran hewan, atupun pupuk hijau. Pupuk organik komersial saat ini umumnya berasal dari kotoran hewan dan kompos.

a. Kotoran hewan

Pupuk organik dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Hewan ternak yang banyak dimanfaatkan kotorannya antara lain ayam, kambing, sapi, kuda, dan babi. Kotoran yang dimanfaatkan bisa berupa kotoran padat atau cair yang digunakan secara terpisah maupun bersamaan.

Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur makro seperti nitrogen, fosfor, serta kalium dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium, dan sulfur.

Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis hewan, umur, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan di lahan. Disamping mengandung unsur hara makro dan mikro, pupuk kandang juga dilaporkan mengandung hormon seperti creatin, asam indol asetat, dan auxin yang dapat merangsang pertumbuhan akar.

(17)

b. Kompos

Kompos adalah pupuk organik yang bahan dasarnya dari pelapukan bahan tanaman atau limbah organik. Banuak sekali bahan dasarb yang bisa digunakan seperti jerami, sekam, rumpu-rumputan, sampah kota, atau limbah pabrik.

Menumpuknya limbah organik memerlukan penanganan agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti bau tak sedap atau menjadi sarang lalat. Jalan pintas yang sering dijumpai adalah dengan membakar.

Pembakaran limbah organik tersebut selain tidak memberi manfaat, juga akan menimbulkan polusi udara.

Pembuatan kompos akan lebih terasa manfaatnya untuk daerah pertanian yang jauh dari perternakan karena selain bermanfaat, juga bernilai ekonomi. Di kota-kota besar penjualan kompos semakin marak seiring dengan menumpuknya sampah kota yang dirasa mulai mengganggu lingkungan. Kandungan hara dan sifat fisik kompos dari limbah pabrik lebih standar atau konsisten dibandingkan dengan kompos dari bahan baku yang sangat beragam. Kompos yang dihasilkan dengan bahan baku sampah kota dari tempat pembuatan yang lain dipastikan berbeda.

Penyebabnya adalah terlalu sulit memilah bahan baku menjadi suatu jumlah dengan komposisi yang sama dan standar. Oleh karna itu, kompos konvesional yang dijual di pasaran sering tidak mencantumkan besar kandungan unsur hara.

2.4 Pupuk Organik

Pengembalian bahan organik ke dalam tanah adalah hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Dua alasan yang selama ini sering di kemukankan para ahli adala (1) pengolahan tanah yang dangkal selama bertahun-tahun mengakibatkan menurunnya kandungan c dan N- organik, (2) penggunaan pupuk kimia seperti urea, KCI, dan TSP telah melampaui batas efesiensi teknis dan ekonomis sehingga efesiensi dan pendapatan berdih yang diterima petani dari setiap unit pupuk digunakan semakin menurun. Kedua alasan tersebut memberikan dampak buruk bagi pertanian di masa mendatang jika tidak dimulai tindakan antipasi.

(18)

8

Pupuk organik merupakan salah satu pendukung terwujudnya pertanian organik. Secara umum pertanian organik dibagi menjadi dua, yaitu pertanian organik dalam pengertian sempit dan pengertian luas. Dalam pengertian sempit, pertanian organik merupakan pola pertanian yang bebas dari penggunaan bahan- bahan kimia, mulai dari perlakuan benih, penggunaan pupuk dan pestisida, sampai perlakuan hasil panen. Sementara pertanian organik dalam arti luas adalah kombinasi penggunaan produk organik (seperti pupuk organik dan petisida nabati) dengan bahan kimia pada batas-batas tertentu. Dengan demikian, pertanian organik dalam arti luas merupakan pendekatan pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan melalui pemupukan berimbang dan penentuan ambang batas pengendalian OPT (organisme pengganggu tanah).

Adapun beberapa kendala dalam pertanian yang menggunakan pupuk organik antara lain ialah :

1) Pupuk organik masih sebagai pendamping pupuk kimia, dari hasil yang dilaporkan di Amerika, efek pemberian pupuk organik sebanyak 14 ton tiap tahum pada satuan luas tanah selama delapan tahun masih terasa empat puluh tahun sesudah pemberian pupuk yang terakhir. Hal ini harus menjadi perhatian bahwa ternyata pupuk organik memegang perana dalam pembentukan zat hara dalam tanah.

2) Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) secara hayati dianggap mahal, pengendalian OPT dalam pertanian organik harus dilakukan secara hayati, yaitu dengan cara mekanik, musuh alami, atau penggunaan bioinsektisida. Namun, cara-cara ini selain dianggap mahal, juga belum memberikan hasil memuaskan seperti pada penggunaan pestisida kimia.

3) Lingkungan areal penanaman yang tidak terisolasi, penanaman tanaman organik pada lahan yang tidak terisolasi dengan lahan nonorganik (memakai pestisida) akan menjadi sasaran inang hama/penyakit.

4) Hasil produksi lebih sedikit, hasil produksi pertanian organik masih dibawah rata-rata pengguanaan abhan kimia. Selain itu, produk organik biasanya diklaim berpenampilan kurang menarik seperti banyaknya lubang pada daun.

(19)

5) Harga produk organik dianggap lebih mahal, pada saat ini produk organik masih dianggap produk yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan atas, karna harganya relatif lebih mahal, walaupun dianggap dapat menjanjikan kesehatan jangka panjang.

Itulah kendala yang dialami oleh pertanian organik dimana penanaman digunakan pupuk organik super, adapun kelebihan pertanian organik ialah sebagai berikut :

1) Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan OPT, pemberian pupuk organik dapat menjadikan vigor akar dan batang pada tanaman lebih kokoh sehingga menurunkan serangan beberapa OPT seperti nematoda bintil akar (Meliodogyme sp.) pada tanaman tomat dan tanaman padi lebih tahan terhadap serangan hama.

2) Meningkatkan aktivitas mikoorganisme antagonis, pemberian pupuk organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme yang menguntungkan bagi tanaman seperti rhizobium dan mikoriza. Selain itu, juga meningkatkan populasi dan aktivitas mikroorganisme antagonis seperti trichodrema sp.

Dalam menekan pertumbuhan ganoderma sp. (cendawan akar putih) yang sering menyerang tanaman perkebunan, cendawan akar phytophara sp. (die back) pada tanaman alpukat.

3) Membantu mencegah erosi, pemberian pupuk organik membantu menurunkan tingkat erosi pada tanah yang mudah terkikis oleh air dan angin. Penambahan bahan organik akan merangsang pertumbuhan fungi, bakteri, dan aktinomicetes. Mycelium dan eksudatnya menjadikan struktur tanah lebih kompak.

4) Meningkatkan cita rasa, beras menjadi pulen, singkong lebih terasa gembur, dan buah-buahan lebih manis.

5) Menaikan kandungan gizi, dari percobaan di New South Wale dan Western, Australia, bahwa pemberian pupuk organik terjadi peningkatan kandungan protein pada tanaman kacang-kacangan hingga 14%.

6) Memperbaiki tekstur buah, pupuk organik menyebabkan penampakan kulit buah strawberry dan cabe lebih mengkilap.

(20)

10

7) Memperpanjang masa simpan, pemberian pupuk organik dapat memperpanjang masa simpan.

2.5 Pupuk Organik Padat

Pupuk organik dibagi atas dua jenis pupuk organik padat dan pupuk organik cair, dimana pupuk organik padat adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik dengan hasil akhir berbrntuk padat. Pemakaina pupuk organik padat umumnya dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah tanpa perlu dilarutkan dalam air.

Pupuk organik padat dapat dimasukan dalam tiga kategori, yaitu (1) berdasarkan bahan penyusunannya maka pupuk organik padat termasuk pupuk alam, (2) berdasarkan cara pemberiannya termasuk dalam pupuk akat karna pemberian haranya melalui akar, dan (3) berdasarkan kandunganya termasuk pupuk majemuk dan pupuk lengkap karena kandungan haranya lebih dari satu unsur makro (N,P,K) dan unsur mikro seperti Ca, Fe, dan Mg

Pupuk organik padat merupakan pupuk tertua karena sebelum abad ke-19 sudah dikenal oleh petani. Pupuk organik padat lebih dulu dipakai petani dibandingan dengan pupuk organik cair. Ini disebabkan oleh faktor pengetahuan dan ketersediaan bahan pupuk. Sebagai contoh, bahan pupuk padat seperti humus banyak dijumpai pada lahan-lahan baru pupuk kandang dari binatang pemeliharaan, dan kompos dari sampah organik yang dihasilkan sehari-hari. Pupuk organik padat yang turun-temurun telah dipakai petani di Indonesia adalah pupuk organik konvesional. Pupuk tersebut diperoleh dipeoleh dari sebagian besar kotoran hewan ternak jenis mamalia (sapi, kambing, babi dan kuda)

Bentuk pupuk organik padat konvensional berupa serbuk kasar (tidak homogen) atau gumpalan-gumpalan dengan kandungan air yang masih tinggi sekitar 50-80%, tergantung dari bahan dasar dan proses pematangannya. Dari segi fisik, pupuk organik pada sangat volumunis (berbentuk bulk). Namun, dengan kemajuan teknologi, bentuk volumunis tersebut dapat dihilangkan dengan cara menurunkan kandunga airnya sehingga menjadi konsentrat. Bentuk konsentrat lebih kering daripada pupuk konvesional sehingga berat maupun tempat yang dibutuhkan jauh lebih kecil. Pembuatan pupuk organik padat menjadi bentuk konsentrat akan

(21)

mengefisienkan biaya pengangkutan, mempermudah penyimpanan, dan lebih tahan disimpan dalam waktu lama.

Pupuk organik padat termasuk pupuk slow release. Artinya unsur hara dalam pupuk dilepaskan secara perlahan dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu sehingga kehilangan unsur hara akibat pencucian oleh air lebih kecil.

Pelepasan hara pupuk organik padat lebih lambat dibandingkan pupuk kimia.

Namun demikian, ada juga jenis pupuk kimia dengan pelepasan unsur hara secara slow release, tetapi mekanisme pelepasan unsur haranya berbeda dengan pupuk organik padat.

Pupuk kimia slow release biasanya unsur haranya dilepaskan dengen sisitem coated atau binder. Sistem coated, yaitu unsur hara keluar secara perlahan setelah bahan pembungkus retak. Sementara sistem binder yaitu unsur hara dilepaskan sesuai dengan ketersediaan air dilapangan karena adanya bahan pengikat. Tanah dengan kondisi kelembapan tinggi, unsur hara yang dikeluarkan akan semakin banyak dan semakin cepat. Sistem yang kedua ini disebut juga sistem hidrolisa (penyerapan oleh air).

Hasil-hasil dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme tanah antara lain sebagai berikut.

1) Karbon 2) Nitrogen 3) Sulfur 4) Fosfor 5) Lain-lain

Populasi organisme pengurai lebih banyak berada di lapisan atas atau permukaan tanah karena faktor seperti ketersediaan atau kesesuaian bahan organik, aerasi, kelembapan, suhu, dan pH tanah.

1. Bahan organik

Bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroorganisme. Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah semakin aktif dan tinggi populasi mikroorganismenya.

(22)

12

2. Aerasi

Aerasi berhubungan dengan porositas tanah, yaitu adanya sirkulasi oksigen dalam tanah. Sirkulasi oksigen sangat diperlukan oleh mikroorganisme aerob.

Semua mikroorganismenya aerob tidak mampu berfungsi jika tidak tersedia oksigen, terutama pada bakteri-bakteri khusus, seperti bakteri pada oksidasi unsur nitrogen, baik yang simbiotik (rhizobium) maupun nonsimbiotik (azotobacter).

3. Kelembapan dan temperatur

Kelembapan terhubungan dengan kadar air tanah. Nematoda dan fungi lebih berkembang pada kondisi lembap daripada kering. Begitu juga dengan suhu akan mempengaruhi jenis dan aktivitas organisme, seperti proses nitrifikasi akan berlangsung baik pada kisaran suhu 26o- 32o C.

4. pH tanah

Derajat keasaman (pH) tanah akan mempengaruhi jenis organisme yang ada dalam tanah. Cendawan lebih toleran terhadap pH, sedangkan cacing, bakteri, dan aktinomisetes lebih menyukai tanah dengan pH netral seperti terlihat pada gambar berikut

Manfaat pupuk organik padat

Bahan organik tidak secara langsung diperlukan oleh tanaman. Pupuk organik padat merupakan makanan bagi tanah karena mempunyai sifat fisik yang sangat menguntungkan bagi kesuburan tanah seperti kapasitas tukar kation, daya serap, dan daya ikat air.

Kemampuan menyerap air oleh pupuk organik padat sangat membantu tanaman, terutama pada musim kering. Begitu pula untuk bibit yang baru pindah lapang(transplanting), pemberian pada sekeliling akar akan melembapkan tanah sehingga dapat mengurangi stres tanaman.

Pupuk organik padat dapat merangsang aktivitas mikroorganisme sehingga kondisi kimia, fisik, dan biologi tanah lebih baik. Secara umum, manfaat pupuk organik padat adalah sebagai berikut.

(23)

1. Menambah kesuburan tanaman

Pupuk organik termasuk pupuk majemuk karna mengandung unsur hara makro (N,P,K) dan unsur mikro (Ca, Mg, Fe, Mn, Bo, S, Zn, Co) yang dapat memperbaiki struktur kesuburan tanah. Pupuk organik dapat memperbaiki porositas tanah.

2. Memperbaiki kondisi kimia tanah

Pada tanah asam, ion-ion yang dibutuhkan tanaman cenderung dalam kondisi terikat. Dengan adanya pupuk organik akan terjadi sistem pengikatan dan pelepasan ion dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman.

3. Memperbaiki kondisi biologi tanah

Pupuk organik merangsang mikroorganisme tanah yang menguntungkan seperti rhizobium, mikoriza, dan bakteri pengurai fosfat atau kalium.

Konsentrasi O2 dan CO2 dalam tanah berhubungan denagn aktivitas biologi tanah. Hubungan peningkatan kadar CO2 dan bahan organik bisa dilihat dalam gambar berikut ini

4. Memperbaiki kondisi fisik tanah

Kemampuan mengikat air oleh pupuk organik dapat menjadikan porositas tanah lebih baik sehingga akan mendukung repirasi dan pertumbuhan akar tanaman.

5. Pemakainan aman bagi manusia

Pemakaian pupuk organik tidak meninggalkan residu pada hasil panen sehingga tidak menimbulkan efek negatif bagi kesehatan manusia.

6. Tidak mencemari lingkungan

Pupuk organik tidak mencemari lingkungan. Sementara pupuk kimia terserap oleh tanaman sekitar 30-60%, sisanya terserap dalam tanah atau hilang tercuci oleh air. Lahan pertanian yang berdekatan dengan pemukiman seperti lahan sawah yang aliran airnya juga dipaki untuk kebutuham sehari-hari akan membahayakan kesehatan untuk jangka panjang.

(24)

14

Manfaat pupuk organik kotoran sapi potong : 1) Merangsang pertumbuhan tunas baru

2) Mempebaiki sistem jaringan sel dan memperbaiki sel-sel rusak 3) Merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tumbuhan

4) Memperbaiki klorofil pada daun

5) Merangsang pertumbuhan kuncup bunga 6) Memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga 7) Memperkuat daya tahan pada tanaman

Sterilisasi pada tumbuhan (mengurangi dan menghentikan pertumbuhan mikroba pengganggu pada tumbuhan terutama pada daun dan batang, seperti, bercak daun (penyakit blas), jamur/khamir/cendawan serta spora organisme penyakit

Effective Microorganism (EM)

Banyak ahli yang berpendapat bahwa Effective Microorganism (EM) bukan digolongkan ke dalam pupuk, EM merupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. Selain itu, EM juga bermanfaat memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik, serta menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Karena itu, penggunaan EM bermanfaat untuk membjat tanaman menjadi lebih subur, sehat, dan relatif tahan terhadap seranga hama penyakit, berikut beberapa manfaat EM bagi tanamanan dan tanah.

1. Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman di dalam tanah.

2. Membantu menigkatkan kapasitas fotosintetis tanaman.

3. Membantu penyerapan dan penyaluran unsur hara dari akar ke daun.

4. Meningkatkan kualitas bahan organik sebagai pupuk.

5. Meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.

Keunggulan pupuk organik a. Menyehatkan lingkungan

Sebagai materi akhir atau sisa suatu proses, sampah biasanya diatasi dengan mengankutnya dari tempat sampah di permukiman dan membuangnya

(25)

ketempat pembuangan sampah akhir atau membakarnya. Padahal, jika dilihat dari jumlah penduduk yang terus meningkat, perubahan hidup, serta iklim dan musim, cara seperti itu kurang mampu mengatasi masalah sampah. Pasalnya, sampah yang dihasilkan setiap hari terus meningkat dan berisiko menimbulkan banyak masalah.

Satu-satunya cara menangani sampah yang efektif dan efesien adalah dengan mendaur ulang. Sampah nonorganik bisa didaur ulang menjadi biji plastik.

Sementara itu, sampah organik bisa diolah lagi menjadi kompos atau pupuk organik. Daur ulang sampah organik menjadi pupuk tidak hanya dapat menyuburkan tanaman, tetapi juga turut menyehatkan lingkungan. Selain itu, penggunaan pupuk organik juga tidak meninggalakan residu pada tanaman sehingga aman untuk dikomsumsi.

b. Revitalisasi produktivitas tanah

Pada dasarnya, pengguaan pupuk anorganik secara terus-menerus hingga pada tahap tertentu ternyata dapat berakibat buruk bagi kondisi hara tanah. Pupuk anorganik akan terakumulasi didalam tanah dan menyebabkan kekahatan (kekurangan) hara. Tanah yang sering diberi pupuk anorganik lama-kelamaan dapat menjadi keras sehingga menjadi sulit untuk diolah dan menggangu pertumbuhan tanaman.

Karena itu, pemanfaatan pupuk organik untuk tanah sangat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeablitas tanah, dan mengurangi ketergantungan lahan pada pupuk anorganik. Selain itu, pupuk organik juga berperan sebagai sumber makanan bagi miokroorganisme tanah. Efek positifnya, dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah sehingga tanah menjadi gembur dan mudah menyerap air.

c. Menekan biaya

Tidak dapat di pungkiri, para petani umumnya lebih sering menggunakan pupuk anorganik dibandikan dengan pupuk organik. Menurut mereka, pengunaan pupuk anorganik lebih praktis dari pupuk organik. Selain itu, hasilnya juga lebih cepat dilihat.

(26)

16

Pada akhirnya, petani menjadi ketergantungan dengan pupuk anorganik.

Padahal harga dan ketersedianannya dipasaran cenderung berfluktuatif. Pada saat ketersediaannya pupuk anorganik sulit ditemukan dipasar, harganya pun menjadi mahal. Namun, para petani terpaka tetap membelinya karena sudah terbiasa dengan pupuk tersebut. Kondisi seperti ini akan sangat memberatkan petani.

Karena itu, diperlukan sosialisasi yang bersinambungan untuk memperkenalakan petani tentang keunggulan dan keuntungan pupuk organik dibandingkan denganpupuk anorganik. Selain itu, harga pupuk organik dipasaran biasanya lebih murah dibandingkan dengan pupuk anorganik. Karena itu, penggunaan pupuk organik dapat menekan biaya operasional dan juga meningkatkan hasil panennya.

d. Meningkatkan kualitas produk

Pada dasarnya, tanaman yang diberikan pupuk organik bisa lebih berkualitas.

Tanaman sayuran yang dipupuk dengan pupuk organik akan lebih segar dan enak, serta daya simpan 3-4 minggu, sedangkan wortel non-organik hanya tahan disimpan 1-2 minggu. Selain tahan lebih lama, kubis organik juga memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan kualitas kubis non- organik, yakni sekitar 2kg/buah. Sementara itu, selada organik bisa tahan disimpan selama tujuh hari, sedangkan selada aborganik hanya tahan disimpan dua hari.

Kesuburan tanah secara alami bergantung pada unsur-unsur kima yang tersedia di alam. Unsur-unsur kimia alami yang terangkai menjadi bahan organik merupakan bahan penting dalam membantu menciptakan kesuburan tanah. Bahan organik tanah memiliki banyak kegunaan, diantanya mempertahankan struktur tanha, meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan dan mendistribusikan air dan udara didalam tanah, serta memberikan nutrisi untuk pertumbuahn bahan organik tanah sangat dipengaruhi oleh struktur iklim dan pengairan lingkungan.

Bahan organik yang ditransformasikan menjadi pupuk sangat berperan untuk perbaikan sifat fisk dan kimia tanah. Pengaruhnya bagi sifat fisik tanah ditunjukkan

(27)

dengan kemampuanya dalam merangsang granulasi, menurunkan plastisitas dan kohesi, serta meningkatkan kemampuan menahan air.

Hadisuwito (2012) menyatakan bahwa pada sifat kimia tanah, peran bahan organik adalah membantu menyediakan unsur hara seperti nitrigen, fosfor, belerang, dan kation. Walaupun bisa membantu, pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikronya relatif rendah sehingga dalam aplikasinya diperlukan dalam junlah banyak.

a. Unsur hara makro 1) Nitrogen

Unsur nitrogen atau N merupakan unsur hara di dalam tanah yang berperan bagui pertumbuhan tanaman, transformasi nitrogen sangat kompleks. Lebih dari 98% unsur N di dalam tanah tidak tersedia untuk tanaman akibat terakumulasi di dalam bahan organik atau terjerat dalam mineral liat. Karena itu pengguan bahan organik yang sudah ditransformasi menjadi pupuk dapat membantu menyediakan N bagi tanaman.

2) Fosfor

Selain unsur N, bahan organik juga membantu menyediakan unsur fosfor atau P. Unsur P merupakan zat yang penting, tetapi biasanya selalu dalam keadaan kurang didalam tanah. Unsur P sangat penting sebagai sumber energi. Karena itu, krkurangan unsur P dapat menghambat pertumbuhan maupun reaksi metabolisme tanaman.

3) Kalsium

Penyerapan air sangat dibantu oleh kalsium. Kalsium juga berperan dalam mengaktifkan perbentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang.

Kalsium bisa digunakan untuk menetralkan kondisi senyawa dan kondisi tanah yang merugikan, kekurangan unsur ini dapat menghambat pertumbuhan pucu, ranting, dan batang tanaman. Bahkan jika kekuranganya parah, ujung akar dan akar rambut akan mati sehingga pada akhirnya tanaman mati.

4) Kalium

kalium berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat. Selain itu, unsur

(28)

18

ini juga berperan penting dalam pertumbuhan antibodi tanaman untuk melawan pernyakit.

5) Belerang

Belerang merupakan unsur prnting kedua setelah nitrogen dalam pembentukan asam amino. Unsur ini juga membantu proses pertumbuhan lainya, seperti pembentukan bintil akar, pertumbuhan tunas, dan pembentukan hijau daun (klorofil).

b. Unsur hara mikro

Unsur Hara mikro merupakan insur-unsur kimia alam yang juga berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Unsur ini memang hanya diperlukan tanaman dalam jumlah yang sedikit, tetapi kekurangan unsur ini tidak bisa digantikan oleh unsur lainnya.

Unsur Hara mikro di antaranya klor (CI). Klor bermanfaat untuk membantu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman.

Selain itu, terdapat unsur besi atau ferum yang berperan dalam proses fisiologis tanaman, seperti proses pernapasan dan pembentukan zat hijau daun (klorofil).

Unsur mikro lain yang dperlukan tanaman diantaranya managn, boron, kobal, iodium,seng, selenium, molibdenum, flour, dan tembaga. Kadar darim kandungan unsur hara pupuk organik pun telah diberikan standar oleh bank dunia.

(29)

III.METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2014, berdasarkan praktek kerja magang industri yang telah dilakukan di PT. Kariyana Gita Utama, Desa Pondokkaso Landeuh Kecamatan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT. Kariyana Gita Utama telah lama memproduksi pupuk organik dengan kualitas baik.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara terstruktur. Data primer yang dikumpulkan antara lain: Cara - pembuatan pupuk organik, alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait khususnya pada PT. Kariyana Gita Utama. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain: antara lain biaya-biaya yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik, pendapatan dari penjualan pupuk organik.

3.3 Metode Pembuatan Pupuk Organik

1) Pengumpulan kotoran di kandang perhari

Pengangkutan kotoran pada kandang yang sudah terisi kotoran sapi, pengankutan ada 2 cara, cara pertama menggunakan pekerja borongan, dengan cara sederhana menggunaka sekop lalu mengisinya ke dalam karung lalu diangkut oleh truk untuk di simpan dilahan yang telah disiapkan untuk proses dekomposisi, dan cara yang ke dua menggunakan cara yang modern

(30)

20

seperti penggunaan bobcat (mobil pengangkut kecil) lalu kotoran itu diangkut oleh truk dan di simpan dilahan yang telah di sediakan.

2) Pembongkaran kotoran dilahan

Setelah kotoran di bawah kelahan yang luasnya sekitar 1 hektar, dan luas petak untuk menjemur kotoran tersebut 10x10 meter, lalu tinggi kotoran yang di tentukan perpetak ialah 50cm. Lalu perpetak lahan jemuran yang harus diisikan kotoran yang akan diolah menjadi POS kurang lebih sekiran 1 ton kotoran sapi yang masih mempunyai kadar air 70%.

3) Penyimpanan (proses dekomposisi)

Adapun penyimpanan yang dilakukan selama 3-6 bulan, mengapa penyimpanan kotoran sapi bisa berselang selama berbulan-bulan karna agar terjadinya proses dekomposisi. Proses dekomposisi ialah proses pembusukan yang terjadi menjadi bentuk yang lebih sederhana. penjemuran dilakukan oleh panas matahari berguna untuk terjadinya proses pelapukan dan terjadinya pengurangan kadar air, dan pada saat proses penjemuran harus dilakukan pembolak-balikan kotoran tersebut agar terjadinya proses pertukaran udara dan proses pengeringan bisa merata.

4) Pengayakan

Proses pengayakan terbagi dalam dua cara yaitu manual dan menggunakan mesin, dimana pada cara manual dipergunakan saringan yang terbuat dari rang dan kayu, dan di kerjakan oleh pekerja, sedangkan cara kedua iyalah menggunakan mesin penggilingan kotoran sapi yang membatu di hancurkan oleh mesin.

5) Packing

Pengepakan dengan karung atau bag, proses ini adalah proses terakhir dari siklus pembuatan pupuk organik super ini. Dan kemudian dikirim ke Pt. Trubus dan penjualan bisa dilakukan di pabrik itu sendiri

(31)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara terstruktur dengan karyawan PT. Kariyana Gita Utama pada bidang produksi Kompos dan pemasaran.

2. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian, dalam hal ini cara pengolahan pupuk organik, serta komponen pembiayaan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik.

3.5 Metode Analisa Data

Metode analisa data dalam penelitian ini adalah dengan analisa ekonomi meliputi :

1. Analisa biaya dan pendapatan

Penerimaan = jumlah produksi pupuk x harga Biaya = biaya variabel + biaya tetap

2. Analisa Break Even Point

Keterangan :

FC = Fixed Cost (biaya tetap) VC = Variable Cost (biaya variable) TC = Total Cost(biaya total)

S = Penerimaan atau nilai produksi Y = Produksi Total

P = Harga Produksi

AVC = Average Variable Cost (biaya variable per unit) 3. Analisa kelayakan

1) R/C ratio > 1.

(32)

22

2) /C > bunga bank yang berlaku 3) Pay Back Period

4) Profitability Index

Referensi

Dokumen terkait

Laku manusia dalam prakti kebudayaan molang areh di tengah masyarakat kabupaten Sumenep Madura ini menjadi laku yang sangat khas dari masyarakat pemprakarsanya.. Kebudayaan

Sejenis akun Buku Besar diberi kode yang terdiri dari 4 angka dan arti letak angka dalam setiap kode adalah sebagai berikut :.. X X

Gambar 2 menunjukkan bahwa lama waktu fermentasi mempengaruhi kadar etanol yang didapatkan (Warsa, dkk., 2013).Hal ini menunjukkan bahwa kadar etanol hasil fermentasi yang

Berbeda tidak nyata pada kedua parameter tersebut juga disebabkan karena kandungan unsur hara yang terdapat dalam kompos relatif sama, berasal dari bahan organik

Berdasarkan uraian tersebut dapat terlihat bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan realisasi subsidi BBM di Indonesia selalu melebihi jumlah yang dianggarkan

Kecamatan Batu Ampar Dari Sisi Segmen Geografis Terhadap Pasar Kaget Kecamatan Batu Ampar merupakan salah satu Kecamatan dengan penduduk yang cukup padat dengan jumlah penduduk

Pertamanya, kajian literatur dilaksanakan bagi mendapatkan maklumat-maklumat penting yang berkaitan dengan senario yang berlaku dalam BPHTPBT dan perkhidmatan yang

2) Sampai saat ini setelah 3 tahun berjalannya program penanggulangan pengangguran, dari pihak Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” belum dilakukan pemberian kredit