• Tidak ada hasil yang ditemukan

Soedirman ( ).Soedirman sebenanya keturunan wong cilik yaitu dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Soedirman ( ).Soedirman sebenanya keturunan wong cilik yaitu dari"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Setiap bangsa memiliki sejarah perjuangan negaranya, baik itu perjuangan secara gerilya maupun tidak dan dibalik perjuangan suatu negara pasti ada sosok pahlawan yang rela berkorban demi tanah airnya. Pada masa penjajahan di Indonesia, kehidupan masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan dan hal itu menggerakan hati para pemuda bangsa untuk melawan para penjajah, sehingga sekitar tahun 1908 lahirlah berbagai organisasi gerakan pemuda yang berjuang untuk meraih kemerdekaan.

Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi keagamaan yang memiliki peran penting dalam perjuangan bangsa Indonesia. Muhammadiyah lahir di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 18 November 1912 oleh Muhammad Darwis atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai Haji Ahmad Dahlan.Kelahiran Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dari sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari (Ahmad dan Mustafa, 2000: 76).

Mulai dari awal berdirinya hingga saat ini, Muhammadiyah telah banyak melahirkan pahlawan dan tokoh nasional bangsa, salah satunya yaitu Jenderal

(2)

pasangan Karsid Kartowiroji dan Siyem. Ia dilahirkan di desa Bodaskarangjati, Purbalingga pada tanggal 24 Januari 1916, kemudian beliau diangkat anak oleh keluarga Cokrosunaryo yang merupakan seorang camat di Kecamatan Rembang.

Cokrosunaryo juga yang memberikan nama Soedirman, beliau mengangkat Soedirman sebagai anak dengan harapan agar kelak Soedirman bisa sekolah dan menjadi orang terpandang, berguna bagi agama, masyarakat, dan negara. Istri Cokrosunaryo tidak lain merupakan kakak dari Siyem (Dianrana, 2014: 1).

Sardiman (2008: 11) dalam bukunya yang berjudul Guru Bangsa Sebuah Biografi Jenderal Soedirman disebutkan bahwa ketika Soedirman berusia sekitar

setengah tahun, Soedirman dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Cilacap karena Cokrosunaryo pensiun dari jabatan camat di Rembang dan akan diangkat menjadi Penasihat Pengadilan Negeri Cilacap. Keluarga Cokrosunaryo tinggal di Kampung Manggisan, Cilacap. Di kampung inilah Soedirman dididik dan dibesarkan di dalam keluarga Cokrosunaryo, Ia kemudian tumbuh menjadi pemuda yang disegani oleh masyarakat karena sifat dan kepribadiannya yang luhur.

Jenderal Soedirman dikenal sebagai Bapak Tentara Nasional Indonesia (TNI) karena sosoknya yang sangat disiplin, tegas, bertanggung jawab, teguh pendirian dan memiliki semangat yang tinggi, Selain itu, Ia juga dikenal dekat dengan para anak buahnya, sifatnya yang arif dan kebapakan membuatnya menjadi suri tauladan bagi tentara yang lain. Namun dibalik sifat kepimpinannya itu, belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa ia juga memiliki pribadi yang religius. Soedirman tumbuh ditengah masyarakat Jawa yang mayoritas

(3)

beragama Islam, sejak kecil ia biasa pergi ke langgar untuk mengaji dan belajar pengetahuan agama Islam, sehingga sampai dewasa ia selalu menjaga kesalehannya. Ketika menginjak usia remaja, Soedirman menjadi pemuda aktivis Persyarikatan Muhammadiyah di Cilacap. Soedirman memiliki tingkat keislaman dan kemuhammadiyahan yang sangat kuat dan telah dijadikan pedoman hidup serta tuntunan dalam perjuangannya melawan penjajah (Sardiman, 2000: 2).

Berkaitan dengan teori Max Weber yang menyatakan bahwa pemikiran agama sangat berpengaruh bagi perkembangan aspek material (kehidupan di dunia ini), baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya atau dengan kata lain, ada hubungan yang sangat signifikan antara kemajuan dalam bidang pemikiran (immaterial) dan kemajuan dalam bidang material, teori tersebut menegaskan bahwa adanya kaitan antara ajaran agama dengan aktivitas politik, ekonomi, sosial maupun budaya.Agama merupakan sistem sosial yang sudah terlembaga dalam setiap masyarakat. Secara mendasar agama menjadi norma yang mengikat dalam keseharian dan menjadi pedoman dari sebagian konsep ideal. Ajaran-ajaran agama yang telah dipahami dapat menjadi pendorong kehidupan individu sebagai acuan dalam berinteraksi kepada Tuhan, sesama manusia maupun alam sekitarnya.

Ajaran itu bisa diterapkan dalam mendorong perilaku ekonomi, sosial dan budaya (Nanat Fatah, 1999: 45). Soedirman adalah salah satu tokoh yang berhasil menerapkan ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Riwayat hidup dan perjuangan Jenderal Soedirman baik dari segi sosial kemasyarakatan maupun politik sangat menarik dan bermanfaat untuk diteliti.

Oleh karena itu, pada penelitian skripsi ini peneliti mengambil judul “Sejarah

(4)

Hidup Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Kader Muhammadiyah dan Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang ada, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan ini. Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kondisi daerah sekitar tempat tinggal Panglima Besar Jenderal Soedirman di Cilacap, Jawa Tengah?

2. Bagaimana Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah?

3. Bagaimana perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui kondisi daerah sekitar tempat tinggal Panglima Besar Jenderal Soedirman di Cilacap, Jawa Tengah.

2. Mengetahui Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah.

3. Mengetahui perjuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia.

(5)

D. Manfaat Penulisan

Dari tujuan diadakannya penulisan maka adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya khasanah penelitian sejarah, khususnya sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang relevan, khususnya yang berkaitan dengan panglima besar Jenderal Soedirman.

c. Memberikan bekal tambahan pengetahuan baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca umumnya yang ingin mengetahui sejarah hidup panglima besar Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah dan pahlawan kemerdekaan Republik Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai wahana dalam mengenal lebih jauh peranan dan perjuangan Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah

b. Memberikan contoh keteladan bagi para pembaca dan masyarakat melalui ketokohan Soedirman.

E. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian yang relevan tentang biografi Jenderal Soedirman memang telah banyak dilakukan, akan tetapi baru sedikit penelitian yang menuliskan tentang sejarah hidup Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah, misalnya yang dilakukan oleh Sardiman (2000). Sebagian besar

(6)

penelitian menuliskan tentang perjuangan Jenderal Soedirman dalam bidang politik saja karena belum banyak masyarakat yang mengetahui kehidupan Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah.

Rumini (2002: 53) dalam skripsinya yang berjudul “Polemik Tempat Kelahiran Jenderal Soedirman di Kecamatan Rembang” menjelaskan tentang polemik kelahiran Soedirman antara Desa Bodaskarangjati dan Dukuh Rembang Desa Bantar Barang. Penelitian tersebut hanya membahas tentang tempat kelahiran Soedirman yang menurut beberapa sumber menyatakan bahwa Soedirman lahir di desa Bodaskarangjati, sedangkan sumber yang lain menyatakan beliau lahir di dukuh Rembang desa Bantar Baran. Berkaitan dengan penelitian tersebut Siti Mudrikah (2002: 48) dalam skripsinya yang berjudul

“Polemik-Polemik Kehidupan Jenderal Soedirman” menjelaskan tentang kehidupan Jenderal Sodirman mulai dari tempat lahir sampai pemakamannya di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.Penulisan ini lebih berkonsentrasi pada polemik-polemik kehidupan Jenderal Soedirman mulai dari polemik kelahiran, polemik masa kecil, dan polemik dalam dinas ketentaraan, didalamnya belum menjelaskan tentang kehidupan Soedirman pada saat menjadi kader Muhammadiyah.

Khamidah (2008: 70) juga telah melakukan penelitian yang berjudul

“Perjuangan Jenderal Soedirman Pada Masa Revolusi Fisik (1945-1950)” dalam penelitian tersebut dijelaskan secara khusus perjuangan Jenderal Soedirman setelah kemerdekaan terutama pada masa revolusi fisik Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Penelitian tersebut juga menjelaskan bagaimana

(7)

sifat kepemimpinan Soedirman yang mencontoh Rasululloh dan memiliki semangat berjihad dalam perang gerilya. Selain itu, penelitian yang berkaitan dengan kepemimpinan Soedirman dalam kehidupan sosial telah dilakukan oleh Sardiman (1998: 7) dalam penelitian yang berjudul “Kepemimpinan Sudirman dalam Konteks Sosial Kemasyarakatan.” Penelitian tersebut menjelaskan cukup banyak mulai dari latar belakang keluarga dan pendidikan Soedirman, keaktifan beliau dibeberapa organisasi, sampai pada tipe kepemimpinan beliau dalam konteks sosial kemasyarakatan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian sebelumnya telah dibahas tentang adanya polemik tempat lahir, kehidupan masa kecil Soedirman sampai pemakamannya dan kepemimpinan beliau dalam perang serta sifat ketokohannya dalam masyarakat. Di dalam penelitian skripsi ini akan dibahas lebih mendalam tentang sejarah hidup Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah dan juga perjuangannya sebagai pahlawan kemerdekaan RI. Perbedaan lainnya yaitu dalam penelitian ini kita juga akan mengetahui keadaan gedung atau masjid yang dulu digunakan oleh Soedirman saat menjadi kader Muhammadiyah. Pada umumnya, belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa kekuatan dan semangat perjuangan Jenderal Soedirman sangat dipengaruhi oleh nilai agama dan peran aktifnya di Muhammadiyah, oleh karena itu penelitian ini penting untuk dilakukan.

(8)

F. Landasan Teori dan Pendekatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kader adalah orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan, partai, dan sebagainya. Iwan Setiawan (2004: 1-2) juga menyatakan pengertian kader adalah sekelompok orang yang terorganisasi secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar. Menurut Mutohharun (2014: 6) menjelaskan pengertian elite dan kader, elite adalah bagian yang terpilih dan yang terbaik karena telah terlatih sedangkan kader adalah kelompok manusia yang terbaik karena terpilih, merupakan inti dari kelompok yang lebih besar dan terorganisasi secara permanen. Pengertian kader dalam Muhammadiyah adalah semua komponen dalam Muhammadiyah yang menjadi tulang punggung dan penggerak terhadap roda-roda persyarikatan Muhammadiyah secara keseluruhan.Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kader adalah orang atau sekelompok orang yang memegang peran penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu organisasi, perserikatan dan sebagainya.

Kader-kader Muhammadiyah muncul lewat dua jalan. Pertama adalah kader dari dalam Muhammadiyah, dalam pengertian ini kader dari dalam adalah kader-kader yang berasal dari keluarga besar Muhammadiyah. Kader ini biasanya berasal orang tua yang kader Muhammadiyah dan diwariskan kepada anaknya lewat pendidikan sekolah Muhammadiyah dan dalam keluarga yang menjadikan mereka kader Muhammadiyah. Kedua adalah kader yang muncul dari luar keluarga besar Muhammadiyah, seperti kader yang baik orang tua dan kampungnya bukan dari Muhammadiyah. Tetapi karena ia bersekolah atau

(9)

bergaul dengan kader-kader Muhammadiyah, lalu ia menjadi aktif di Muhammadiyah. Dalam hal ini contohnya yaitu Jenderal Soedirman.

Dalam segi etos kerjanya, kader-kader Muhammadiyah ada dua, Pertama kader militan. Kader militan adalah kader yang mempunyai semangat untuk menjaga dan menggerakkan persyarikatan Muhammadiyah dengan sepenuh tenaga dan keikhlasannya. Kader yang militan ini tidak akan mengurangi kegiatan mereka di Muhammadiyah, walaupun ada pekerjaan di luar persyarikatan yang menunggu. Mereka dengan setia mampu menjaga semangat dan loyalitas dalam melaksanakan tugas yang telah diemban dalam persyarikatan. Kedua adalah kader sesaat. Kader sesaat adalah kader yang mempunyai semangat untuk aktif di dalam persariakatan Muhammadiyah tetapi sesaat saja. Hal ini terjadi karena kegiatan atau pekerjaan yang membuat mereka tidak bisa maksimal di Muhammadiyah (Iwan Setiawan, 2004: 2). Berdasarkan dari penjelasan tersebut diatas maka dapat kita ketahui bahwa Soedirman merupakan kader militan Muhammadiyah yang berasal dari luar keluarga besar Muhammadiyah. Keluarga Soedirman baik orang tua kandung maupun Cokrosunaryo sebagai ayah angkatnya bukan merupakan anggota Muhammadiyah saat itu, tetapi ia memiliki semangat yang kuat dalam mempelajari ilmu agama dan mengembangkannya melalui Muhammadiyah.

Selain sebagai kader militan Muhammadiyah, Soedirman juga dikenal sebagai pahlawan bagi bangsa Indonesia. Dalam bukunya Helden en Helden Vereeing, Thomas Carlyle menjelaskan bahwa pahlawan sebagai sumber dari segala perubahan, pahlawan adalah manusia besar yang mengubah sejarah umat manusia.Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) pahlawan

(10)

berasal dari bahasa Sansekerta yaitu phala-wan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama) adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.

Pahlawan sering dikaitkan dengan seseorang yang memiliki prestasi atau yang berhasil dalam bidang kemiliteran. Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai cita-citanya yang mulia, sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan dengan dilandasi keikhlasan dan oleh sikap tanpa pamrih.

Kategori pahlawan tergantung dari prestasi yang telah dilakukannya, antara lain pahlawan kemanusiaan, pahlawan nasional, pahlaan perintis kemerdekaan, pahlawan revolusi, pahlawan proklamasi dan sebagainya.

Pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang berjuang melawan penjajah di wilayah Indonesia atau yang telah gugur demi membela bangsa dan negara atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Gelar pahlawan nasional ditetapkan oleh presiden, dalam UU No. 20 Tahun 2009 disebutkan bahwa gelar Pahlawan nasional mencakup semua jenis gelar yang pernah diberikan sebelumnya, yaitu: Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi.

Soedirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan

(11)

kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, pada 10 Desember 1964, Soedirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden No.314/TK/Tahun 1964.

Pada penelitian yang berjudul “Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai Kader Muhammadiyah dan Pahlawan Kemerdekaan Republik Indonesia”, peneliti menggunakan pendekatan dalam menyusun penelitian ini, yaitu pendekatan behavioral. Penelitian ini merupakan bagian dari penulisan biografi karena subjek dalam penelitian ini adalah manusia dalam konteks pribadinya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Untuk memahami pribadi seseorang sangat dibutuhkan pengetahuan tentang latar belakang lingkungan sosio-kultural tempat tokoh tersebut dibesarkan (Sartono, 1992: 77). Selain itu, untuk mengetahui bagaimana kepribadian suatu tokoh diperlukan suatu analisis psikologis, agar segi emosional, moral dan intelektual serta pandangan hidup tokoh tersebut semakin tampak jelas. Oleh karena itu, untuk membahas tokoh seperti Jenderal Soedirman ini diperlukan suatu pendekatan behavioral.

Menurut Koentjaraningrat (1985: 103-109) menyatakan bahwa pendekatan behavioral tidak hanya dipahami sebagai pattern of behavior yang instrinsik, tetapi sesuai dengan personality yang mempunyai unsur-unsur seperti unsur perasaan, keyakinan dan dorongan. Pola-pola tingkah laku harus ditempatkan pada tataran yang interaktif, hal ini berarti unsur lingkungan menjadi

(12)

sangat penting. Dalam hal ini lingkungan diartikan sebagai faktor yang ikut membentuk kepribadian tokoh Soedirman, juga realitas lingkungan yang ditafsirkan oleh tokoh itu untuk memberikan penilaian dan respon.

Dengan pendekatan behavioral di atas, maka diharapkan penulis dapat menyusun penelitian skripsi ini dengan obyektif serta tetap memperhatikan kaidah-kaidah penulisan sejarah sehingga tidak mengaburkan karakteristik disiplin ilmu sejarah.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam tulisan ini adalah metode sejarah yaitu menguji dan manganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau untuk memahami peristiwa yang terjadi untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau secara imajinatif. Adapun tahap-tahap metode sejarah adalah sebagai berikut.

1. Heuristik

Heuristik merupakan sebuah tahapan untuk mencari dan menemukan sumber yang memuat data dan informasi lisan mengenai masalah yang diangkat, baik tertulis maupun tidak tertulis yang disesuaikan dengan jenis sejarah yang akan ditulis (Kuntowijoyo, 1995: 94). Menurut sifatnya sumber sejarah dapat dibedakan menjadi dua sebagaimana uraian berikut ini.

a. Sumber Primer

Gottschalk mendefinisikan sumber primer sebagai kesaksian dari saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan

(13)

alat mekanis. Sumber primer merupakan saksi pandangan mata atas peristiwa yang terjadi. Sebagai lapaoran pandangan mata maka sumber primer harus dihasilkan oleh pelaku atau orang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkan.

Sumber primer merupakan salah satu saksi mata atau orang yang melihat kejadian tersebut secara langsung dan wawancara dengan penyaksi sejarah, yaitu masyarakat sekitar tempat tinggal Jenderal Soedirman di kampung Manggisan Cilacap, Jawa Tengah. Sumber primer tersebut merupakan salah satu tumpuan sejarawan untuk memperoleh pengetahuan tentang latar belakang untuk menggali dokumen dokumen yang sejaman. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber primer yaitu Bapak Rokhim dan Bapak Ambar, karena beliau berdua merupakan sepupu Jenderal Soedirman dan pernah menyaksikan beberapa peristiwa yang dialami oleh Soedirman ketika beliau menjadi kader Muhammadiyah dan berjuang merebut kemerdekaan RI.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder memanfaatkan semua literatur yang berkaitan dengan Biografi Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah. Menurut bahannya, sumber sekunder dibagi menjadi dua kategori, yaitu sumber tertulis (dokumen) dan sumber tidak tertulis (artifact). Dalam penulisan ini, penulis melakukan penelusuran pustaka, baik buku-buku atau jurnal diberbagai perpustakaan antara lain di perpustakaan UMP, laboraturium sejarah UMP, perpustakaan daerah Cilacap, dan tempat-tempat lainnya yang menyediakan data yang terkait dengan penulisan ini.

(14)

2. Kritik

Kritik sendiri terbagi menjadi dua, pertama kritik ekstern, yaitu kritik yang dilakukan dari sisi luar (otensititas dari sumber) dalam hal ini penulis melakukan kritik terhadap informan. Kedua adalah kritik intern, yaitu kritik dari dalam (mengcek kredibilitas dari isi sumber) informasi yang telah diberikan oleh nara sumber dengan melihat kejiwaan serta kebenaran informasi itu sendiri.

Tujuan yang hendak dicapai dalam tahap ini adalah untuk memilih sumber yang relevan dengan masalah yang dikaji (Kuntowijoyo, 1995: 98)

3. Interpretasi

Tahap selanjutnya adalah melakukan interpretasi (penafsiran) terhadap data tersebut. Tahap ini sering disebut sumber subyektifitas, karena menurut Kuntowijoyo (1995: 100) pendapat tersebut sebagian benar dan sebagian salah.

Interpretasi sebagai subyektifitas dikatakan benar karena tanpa sejarawan, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Itulah subyektifitas penulis sejarah diakui, tapi untuk dihindari. Interpretasi mengandung maksud sebagai penafsiran terhadap data yang terkumpul setelah diakukan penjelasan atau menguji sumber (kritik sumber).

Dengan kata lain dalam interpretasi data-data dirangkum menjadi kata-kata.

4. Historiografi

Historiografi adalah proses penysunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk skripsi (rekonstruksi) sejarah.

Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus

(15)

menyadari bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur gaya bahasanya. Penulis sejarah harus menjadikan orang lain dapat mengerti pokok-pokok pikiran yang dihadirkan oleh penulisnya. Pada tahap ini penulis melakukan penulisan sehingga dapat menjadi karya tulis ilmiah yang sesuai dengan ketentuan keilmuan (Kuntowijoyo, 1995: 102).

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini disusun kedalam lima bab, berikut penjelasan dari masing-masing bab tersebut.

Bab satu pendahuluan, berisi penjelasan latar belakang masalah, perumusan masalah, yang merupakan permasalahan-permasalahan masalah yang telah dibahas, tinjauan pustaka, tujuan penulisan, manfaat penulisan, landasan teori dan pendekatan, metode penulisan serta sistematika penyajian yang merupakan gambaran singkat mengenai urutan pembahasan dari penulisan skripsi.

Bab dua berisi tentang kondisi daerah sekitar tempat tinggal Panglima Besar Jenderal Soedirman. Pada bab ini di kaji tentang kondisi geografis, kondisi sosial ekonomi dan Cilacap pada awal abad ke-20 sampai masa pendudukan Jepang,meliputi kondisi geografis, kondisi ekonomi dan sosial masyarakatnya.

Bab tiga berisi tentang Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai kader Muhammadiyah. Pada bab ini dikaji tentang Soedirman sebagai Pandu Muhammadiyah, Soedirman sebagai Pemuda Muhammadiyah, Soedirman sebagai Guru Muhammadiyah, Soedirman sebagai Da’i Muhammadiyah.

(16)

Bab empat berisi tentang perjuangan Panglima Besar Jenderal Sodirman sebagai pahlawan Kemerdekaan RI. Pada bab ini dikaji tentang perjuangan Soedirman dalam proklamasi kemerdekaan, perjuangan Soedirman pada masa revolusi, perjuangan Soedirman dalam memimpin perang gerilya.

Bab lima berisi tentang simpulan dan saran dari penelitian skripsi yang telah dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012), Setyonugroho (2012), Permadi (2013) dan Lovihan (2014) menyimpulkan bahwa pengetahuan dan pemahaman

dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara mewawancarai para informan, wawancara dilakukan dengan masyarakat Lappariaja serta tokoh masyarakat. Metodologi

Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian, maka kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) rasionalitas keagamaan yang terdapat dalam Novel “ Hanif

Absolute Value general relay ladder structured text function block ACB.. ASCII Chars in Buffer general relay ladder structured

Sesuai ketentuan yang ber laku, maka Panitia Pengadaan Bar ang/ Jasa Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin akan melakukan kegiatan Pembuktian Kualifikasi kepada peser ta lelang

However, if an application requires only one sinking output and the controller already has several sourcing inputs connected to a sourcing input module, the user may use the

Imunositokimia merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya ekspresi suatu protein spesifik atau antigen dalam sel dengan menggunakan antibodi spesifik yang

Angket adalah alat bantu dalam mengumpulkan data yang berisi. sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab