• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Hutan tanaman dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi guna memenuhi kebutuhan bahan baku indutri dengan menerapkan silvikultur sesuai dengan tapaknya (Dephut 1999). Pembangunan hutan tanaman di Indonesia dimaksudkan untuk dapat meningkatkan produktivitas lahan hutan dengan berlandaskan kepada prinsip kelestarian hasil. Untuk mencapai kelestarian hasil diperlukan kondisi hutan normal yaitu hutan yang dibentuk oleh tegakan- tegakan yang pertumbuhannya normal yang memenuhi syarat-syarat konsep ideal susunan umur tegakan, besarnya volume tegakan persediaan, sebaran ukuran pohon-pohon dalam tegakan dan riap tegakan (Helms 1998). Kelestarian hasil menyatakan bentuk prinsip yang dipegang dalam pengelolaan tegakan hutan yang bersifat dapat memberikan hasil secara lestari, sedangkan hutan normal menyatakan bentuk wujud hutan yang menjadi syarat agar daripadanya dapat diperoleh hasil secara lestari (Suhendang 1999).

Untuk mencapai kelestarian hasil diperlukan rencana pengelolaan jangka panjang, dimana pengaturan hasil merupakan komponen utamanya. Pengaturan hasil merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengontrol hasil hutan dan produk lainnya dalam preskripsi rencana pengelolaan termasuk kapan, dimana, dan bagaimana hasil seharusnya dapat dipanen (FAO 1998). Prinsip dasar dalam pengaturan hasil adalah mengatur panenan kayu yang sama setiap tahun secara terus-menerus dalam jangka panjang (Roise et al. 2000). Kelestarian hasil tegakan akan dicapai apabila pertumbuhan dan panen berlangsung secara seimbang. Kelestarian hasil dipakai sebagai prinsip dasar dalam pemanenan dan sangat bergantung pada sistem pengaturan hasil yang digunakan.

Pada saat ini, metode pengaturan hasil dalam hutan tanaman dirumuskan hanya berdasarkan pada aspek produksi, sedangkan dampak yang terjadi seperti erosi tanah belum diperhatikan dalam metode pengaturan hasil. Pembangunan hutan tanaman tidak hanya memfokuskan keberlanjutan fungsi produksi, namun perlu juga memperhatikan keberlanjutan fungsi lindung. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang menyatakan bahwa pengelolaan hutan harus dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan

(2)

aneka fungsi hutan dan ekosistem termasuk fungsi produksi dan lindung untuk mencapai manfaat yang seimbang dan lestari. Untuk dapat mewujudkan prospek pengelolaan hutan tanaman yang baik, maka metode pengaturan hasil yang perlu diterapkan, yaitu (1) bagaimana mengatur hasil hutan tanaman berdasarkan tingkat produktivitas lahan, dan (2) bagaimana melindungi lahan hutan tanaman agar dampak erosi tanah yang terjadi dapat diminimalisir.

Keberlanjutan panenan menunjukkan jumlah volume kayu yang ditebang sama, baik kuantitas maupun kualitas secara terus-menerus dalam periode jangka panjang. Adanya keragaman kualitas tempat tumbuh mengakibatkan produksi tegakan suatu jenis tertentu di lokasi yang satu dengan lokasi lainnya tidak selalu sama (Jayaraman & Rugmini 2008). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelompokkan kualitas tempat tumbuh agar setiap tahun luas tebangan dan volume kayunya sama. Pengaturan hasil dengan mengatur luas tebangan yang sesuai dengan produktivitas lahan berarti mengelola vegetasi dalam suatu bentang alam yang terkait dengan tingkat produktivitas tegakan (Krebs 1994). Pemanenan yang melebihi kapasitas pertumbuhan tegakan setempat akan menyebabkan tidak tercapainya asas kelestarian, dan sebaliknya apabila intensitas pemanenan terlampau rendah berarti pemanfaatan hutan tanaman tidak optimal. Seperti terjadi di hutan tanaman jati di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu, KPH Randublatung dan KPH Blora tidak mencapai prospek pengelolaan yang baik karena penebangan lebih besar dari volume kayu yang ditentukan setiap tahunnnya (Kuncahyo 2006). Panenan harus diatur sedemikian rupa sehingga tetap tidak melampui kapasitas sumberdaya hutannya (Seydack 1995).

Kehadiran vegetasi pada suatu areal mampu mengendalikan bahaya erosi tanah. Vegetasi mampu mengendalikan laju aliran permukaan sehingga dapat mengurangi bahaya erosi tanah (Sukirno 1995). Tingkat penurunan erosi tanah tergantung pada komposisi jenis dan tipe penutupannya (Arrijani et al. 2006;

Arsyad 2006; Asdak 2007). Pada lahan hutan dengan kemiringan antara 8,75 – 16,5% hampir tidak menimbulkan erosi tanah, sedangkan pada lahan yang tidak ditumbuhi tanaman erosinya hampir mencapai 45 ton/ha/tahun (Bennet 1995).

Pada hutan tanaman Acacia mangium selama tiga tahun pertama setelah tanam telah menimbulkan aliran permukaan yang tinggi sehingga menimbulkan erosi

(3)

tanah yang tinggi, hal ini diakibatkan tajuk tanaman belum menutupi (Pratiwi 2007). Berkurangnya penutupan lahan oleh vegetasi terutama di lahan-lahan miring mengakibatkan laju aliran permukaan dan erosi tanah meningkat (Ispriyanto et al. 2001). Berkurangnya tutupan tajuk dan kondisi lereng yang miring akan meningkatkan potensi perusakan tanah oleh jatuhnya air hujan (Hamilton dan King 1997; Sukresno et al. 2002). Peningkatan erosi tanah dalam jangka panjang akan mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah. Penurunan kesuburan tanah akan menyebabkan penurunan produktifitas sumberdaya lahan (Ispriyanto et al. 2001).

Pengaturan hasil hutan menjadi sangat penting, karena hampir semua ekses yang ditimbulkan dalam kelola hutan produksi bersumber dari adanya pemanenan kayu. Hal ini perlu dilakukan suatu pengkajian yang mendalam menyangkut metode pengaturan hasil di hutan tanaman untuk mendapatkan produksi yang lestari dengan mempertimbangkan kualitas tempat tumbuh dan dampak erosi tanah yang terjadi. Untuk itu, penelitian perlu dilakukan di areal yang tingkat topografinya yang beragam. Salah satu lokasi yang dipilih adalah hutan tanaman eucalyptus di Provinsi Sumatera Utara yang dikembangkan oleh PT Toba Pulp Lestari (PT TPL) untuk kelas perusahaan kayu serat (pulp) yang berada di daerah dataran tinggi. Jenis eucalyptus yang diteliti adalah Eucalyptus urograndis. E.

urograndis merupakan jenis hasil persilangan antara Eucalyptus urophylla S.T.

Blake dengan Eucalyptus grandis W.Hill ex Maid. Jenis eucalyptus ini cocok dikembangkan di daerah tropis (Harwood 1998; Leksono 2010) yang dipanen pada umur 6 - 7 tahun (Harmoko 2004; Quilho et al. 2006), dan layak untuk digunakan sebagai bahan baku pulp pada umur 4 – 5 tahun (Sihite 2008).

Rumusan Masalah

Untuk mewujudkan pengelolaan hutan tanaman eucalyptus secara berkelanjutan, maka produktivitas harus dipertahankan bahkan ditingkatkan dari periode tebang yang satu ke periode tebang berikutnya (Nambiar 2004).

Kelestarian produksi dari hutan tanaman sangat ditentukan oleh keeratan hubungan antara peubah yang saling mempengaruhi produktivitas lahan hutan, yaitu kualitas tempat tumbuh, pertumbuhan dan hasil tegakan, dan dampak erosi tanah yang terjadi (Nambiar & Brown 1997).

(4)

Kualitas tempat tumbuh di hutan tanamam eucalyptus perlu diketahui guna mengindentifikasi produktivitas tegakan baik pada saat sekarang maupun yang akan datang. Kualitas tempat tumbuh biasanya dinyatakan dengan kelas kualitas tempat tumbuh (bonita) yang dapat digunakan sebagai dasar pendelenasian kawasan hutan ke dalam unit-unit pengelolaan yang homogen (Davis et al. 2001).

Penyusunan pengaturan hasil hutan tanaman eucalyptus harus didukung tersedianya data/informasi potensi tegakan yang dihadapi saat ini, dan kemampuan memproyeksikan potensi masing-masing tegakan di setiap kelas kualitas tempat tumbuh pada saat menjelang tebangan. Data potensi tegakan saat ini dapat diketahui dengan kegiatan inventarisasi hutan, sedangkan proyeksi struktur tegakan menjelang tebangan dapat dijabarkan dengan bantuan model pertumbuhan dan hasil tegakan.

Atas dasar permasalahan di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Sejauhmanakah kualitas tempat tumbuh kawasan hutan tanaman eucalyptus?

2. Bagaimanakah tingkat bahaya erosi yang terjadi di kawasan hutan tanaman eucalyptus?

3. Berapakah kerapatan tinggal per hektar pada kemiringan lahan tertentu agar erosi tanah yang terjadi masih dapat ditoleransi?

4. Dengan memperhatikan permasalahan 1, 2 dan 3, maka bagaimanakah rumusan metode pengaturan hasil hutan tanaman eucalyptus yang dapat memberikan panenan hasil yang sama setiap tahun dengan kendala tingkat erosi tanah yang tidak melebihi ambang batas yang ditentukan?

Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah menyusun rumusan metode pengaturan hasil hutan tanaman eucalyptus yang dapat memberikan panenan hasil yang sama setiap tahun berdasarkan tegakan persediaan nyata dengan kendala tingkat erosi tanah yang tidak melebihi ambang batas yang ditentukan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahapan:

1. Menyusun kelas kualitas tempat tumbuh kawasan hutan tanaman eucalyptus berdasarkan indeks tempat tumbuh.

(5)

2. Menentukan tingkat bahaya erosi di kawasan hutan tanaman eucalyptus berdasarkan Permenhut No. P.32/Menhut-II/2009.

3. Menentukan kerapatan tegakan tinggal per hektar agar pada kemiringan lahan tertentu erosi tanah yang terjadi masih dapat ditoleransi.

Hipotesis

Untuk menjawab permasalahan penelitian seperti yang telah diuraikan di atas dapat diajukan tiga hipotesis sebagai berikut:

1. Kelas kualitas tempat tumbuh dapat mempengaruhi produksi tegakan eucalyptus.

2. Kondisi lahan, curah hujan dan kelas umur tegakan eucalyptus akan mempengaruhi tingkat bahaya erosi tanah.

3. Erosi tanah pada tingkat kemiringan lahan tertentu akan menentukan kerapatan tegakan tinggal per hektar.

Kerangka Pemikiran Penelitian

Beragamnya kualitas tempat tumbuh telah menghasilkan produksi kayu yang berbeda (Devis et al. 2001), dan kondisi topografi yang beragam dapat menimbulkan erosi yang berbeda (Arsyad 2006). Pengelompokan kualitas tempat tumbuh merupakan salah satu cara untuk mengatur luas dan hasil tebangan yang sama setiap tahun. Pengendalian erosi tanah sampai batas yang ditoleransi dapat mempertahan tingkat produktivitas lahan secara berkelanjutan. Dengan demikian, pengelompokan kualitas tempat tumbuh dan pengendalian bahaya erosi tanah merupakan suatu metode pengaturan hasil yang perlu dikaji di lahan hutan tanaman (Gambar 1).

(6)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, kepada berbagai pihak dengan rincian sebagai berikut:

a. Bagi para pengambil kebijakan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten.

Penelitian ini akan menyajikan informasi dan pembelajaran dari studi kasus untuk mendukung pengelolaan hutan tanaman.

b. Bagi kelompok akademisi. Penelitian ini akan memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam analisis pengaturan hasil, khususnya untuk diterapkan pada upaya pengembangan hutan tanaman.

c. Bagi pelaku pengelola hutan tanaman. Hasil penelitian akan memberikan informasi dan pembelajaran dari studi kasus, tentang hambatan yang dihadapi

Model indeks tempat tumbuh

Metode pengaturan hasil berdasarkan optimasi antara tegakan persediaan nyata dan erosi tanah

Model pertumbuhan dan

hasil tegakan

Model erosi di berbagai kondisi

lahan

Ya

Tidak

Kemiringan lahan Peninggi Umur

tegakan

Volume tegakan

Curah

Hujan Kondisi lahan

Kelas kualitas tempat tumbuh

Tingkat produktivitas

tegakan

Erosi di berbagai kondisi &

kemiringan lahan

Penutupan tajuk Jumlah pohon per hektar yang

tidak ditebang Analisis

pengaturan hasil

(7)

dan solusinya dalam rangka merumuskan metode pengaturan hasil di kawasan hutan tanaman.

Kebaruan (Novelty) Hasil Penelitian yang Diharapkan

Penelitian yang telah dilakukan dalam pengaturan hasil pada saat ini masih terfokus pada aspek produksi hal ini seperti yang telah dilakukan oleh Perum Perhutani (1974), Dephut (1989), Suhendang (1993), Seydack (1995), Wahyono (1995), Krisnawati (2001), Baroto (2001), Kuncahyo (2006), van Gardingen et al.

(2006) (Tabel 1). Namun dampak lingkungan seperti erosi tanah belum ditelaah dalam metode pengaturan hasil di hutan tanaman. Oleh karena itu, rancangan kebaruan (novelty) hasil penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah rumusan tentang metode pengaturan hasil berdasarkan optimasi antara tegakan persediaan nyata dan erosi tanah. Sebagai gambaran mengenai keaslian rumusan masalah penelitian yang telah dilakukan ini, dapat dilihat dari masalah-masalah yang telah diteliti dari penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil-hasil penelitian tentang pengaturan hasil

No. Kategori Sumber

1. Pengaturan hasil berdasarkan luas dan volume Perum Perhutani (1974) 2. Pengaturan hasil berdasarkan luas dan volume Dephut (1989)

3. Pengaturann hasil berdasarkan jumlah pohon Suhendang (1993) 4. Pengaturan hasil berdasarkan volume dan riap Wahjono (1995) 5. Pengaturan hasil berdasarkan luas dan volume Seydack (1995) 7. Pengaturan hasil berdasarkan jumlah pohon Krisnawati (2001) 8. Pengaturan hasil berdasarkan luas dengan

volume, dan volume dengan riap Baroto (2001) 9. Pengaturan hasil berdasarkan tegakan

persediaan, riap tegakan dan gangguan hutan

Kuncahyo (2006)

10. Pengaturan hasil berdasarkan luas dan volume van Gardingen et al.

(2006)

Dari data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa metode pengaturan hasil yang telah dilakukan berdasarkan: (a) luas dan volume, (b) jumlah pohon, (c) volume dan riap, dan (d) tegakan persediaan, riap tegakan dan gangguan hutan.

Gambar

Gambar 1.  Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1.  Hasil-hasil penelitian tentang pengaturan hasil

Referensi

Dokumen terkait

1) Aplikasi ini dapat langsung diakses menggunakan internet pada halaman www.bangkatourism.web.id untuk tampilan desktop , sedangkan www.m.bangkatourism.web.id

Dari uaraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa optimalisasi peran masjid bukan hanya bersifat mikro saja yaitu sebagai tempat beribadah akan tetapi dalam

Pada tahap refleksi data yang telah dikumpulkan berupa lembar observasi dan dokumentasi dikaji dan dianalisis serta mengevaluasi hasil belajar siklus I. Dalam tahap ini

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan supplier batu split terbaik dengan cara merangking beberapa alternatif supplier batu split berdasarkan kriteria-kriteria

Turn over parkir mobil pada hari Senin, Rabu dan Sabtu masing-masing sebesar 1,98, 3 dan 3,1 kendaraan dengan rata-rata turn over parkir sebesar 3,1 kendaraan.

Judul Skripsi :Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa dan Keterampilan Membaca Pemahaman Aksara Jawa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,