• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS IV SD NEGERI SIYONO III PLAYEN GUNUNGKIDUL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CATATAN HARIAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS IV SD NEGERI SIYONO III PLAYEN GUNUNGKIDUL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CATATAN HARIAN."

Copied!
312
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS IV SD NEGERI SIYONO III PLAYEN GUNUNGKIDUL

DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CATATAN HARIAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Devi Kurnia NIM 12108241080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai

jauh di kemudian hari”.

(Pramoedya Ananta Toer)

“Menulis itu mudah. Tapi bagaimana agar tiap huruf berarti dan bisa membuat pembacamu bergerak kearah yang lebih baik, tanpa kau gurui”.

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta semangat terbesarku, terimakasih atas limpahan doa,

kasih sayang, dan kesabaran selama ini.

2. Almamater S1 PGSD Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Beasiswa BIDIKMISI.

4. Agama, nusa, dan bangsa.

(7)

vii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS IV SD NEGERI SIYONO III PLAYEN GUNUNGKIDUL

DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CATATAN HARIAN Oleh

Devi Kurnia NIM 12108241080

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya nilai menulis narasi ekspositoris dan minat menulis siswa kelas IV SD Negeri Siyono III yang perlu mendapat perhatian serta upaya penyelesaian. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi ekspositoris siswa, 2) meningkatkan hasil keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan model Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Siyono III yang berjumlah 21 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan tes unjuk kerja, dengan instrumen berupa lembar observasi dan lembar penilaian tes unjuk kerja. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan teknik catatan harian dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dengan teknik catatan harian ditunjukan dengan siswa lebih aktif dan antusias, serta proses menulis semakin baik. Peningkatan hasil keterampilan menulis narasi ekspositoris ditunjukan dengan meningkatnya nilai rata siswa, pada pratindakan nilai rata-rata sebesar 63,52, siklus I sebesar 71,55, dan siklus II sebesar 81,30. Selain itu, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan pada pratindakan sebesar 0%, siklus I sebesar 33, 3%, siklus II sebesar 95, 24%.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Kelas IV SD Negeri

Siyono III Playen Gunungkidul”. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah

satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar (PSD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Keberhasilan penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat Bapak dan Ibu sebagai berikut.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suparlan, M. Pd. I, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah mendukung kelancaran penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Septia Sugiarsih, M. Pd., dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

ix

6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah berperan dalam kelancaran penulisan skripsi.

7. Bapak dan ibu tercinta, Bapak Tugimanto dan Ibu Sumini, serta Mas Sukoco yang telah memberikan doa, dorongan, dan semangat tiada putusnya sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Teman-teman tercinta Wahni Hidayah, Rista Nurmalita S., dan Yulia Maya P atas motivasi yang selalu diberikan.

9. Teman-teman PGSD kelas D angkatan 2012, atas kebersamaannya selama empat tahun.

10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tugas akhir skripsi ini. Semoga amal kebaikan Bapak/Ibu/Saudara/I mendapat imbalan terbaik dari Allah SWT. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, maka kritik dan saran senantiasa diharapkan. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yogyakarta, 13 Januari 2016

(10)

x

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

G. Definisi Operasional Variabel ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 14

1. Keterampilan Menulis ... 14

a. Pengertian menulis ... 14

b. Tujuan menulis... 16

c. Manfaat menulis... 17

(11)

xi

e. Ciri tulisan yang baik ... 25

f. Jenis-jenis tulisan yang baik ... 28

g. Keterampilan menulis ... 31

h. Pembelajaran menulis ... 33

2. Narasi Ekspositoris ... 35

a. Pengertian narasi ... 35

b. Ciri-ciri narasi ... 36

c. Struktur narasi ... 39

d. Jenis-jenis narasi ... 43

e. Narasi ekspositoris ... 44

3. Teknik Pembelajaran Menulis ... 45

a. Strategi, metode, dan teknik dalam pembelajaran ... 45

b. Fungsi teknik pembelajaran ... 47

c. Macam teknik pembelajaran ... 49

d. Teknik pembelajaran keterampilan menulis ... 50

4. Teknik Catatan Harian ... 52

a. Pengertian Catatan Harian ... 52

b. Tujuan menulis Catatan Harian... 54

c. Manfaat menulis Catatan Harian... 56

d. Ciri-ciri tulisan Catatan Harian ... 59

e. Menulis Catatan Harian ... 63

f. Teknik Catatan Harian ... 65

5. Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Menulis Narasi Ekspositoris Menerapkan Teknik Catatan Harian ... 67

6. Karakteristik Siswa Kelas IV SD ... 70

B. Penelitian yang Relevan ... 73

C. Kerangka Pikir ... 75

D. Hipotesis Tindakan ... 79

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 80

(12)

xii

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 82

D. Model Penelitian ... 83

E. Metode Pengumpulan Data ... 87

F. Instrumen Penelitian ... 88

G. Teknik Analisis Data ... 93

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 96

1. Deskripsi Pratindakan ... 96

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 104

a. Perencanaan siklus I ... 104

b. Pelaksanaan tindakan siklus I ... 105

1) Siklus I pertemuan pertama ... 105

2) Siklus I pertemuan kedua ... 109

c. Observasi siklus I ... 113

1) Aktivitas guru ... 114

2) Aktivitas siswa ... 116

3) Hasil menulis narasi ekspositoris ... 119

d. Refleksi siklus I... 132

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 134

a. Perencanaan siklus II ... 134

b. Pelaksanaan tindakan siklus II ... 135

1) Siklus II pertemuan pertama ... 135

2) Siklus II pertemuan kedua ... 138

c. Observasi siklus II... 140

1) Aktivitas guru ... 141

2) Aktivitas siswa ... 143

3) Hasil menulis narasi eksposioris ... 145

d. Refleksi siklus II ... 157

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 158

(13)

xiii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 168

B. Saran ... 170

DAFTAR PUSTAKA ... 171

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Penelitian………. 86 Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Proses

Pembelajaran Menulis Narasi Ekspositoris………. 93 Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru pada Proses

Pembelajaran Menulis Narasi Ekspositoris ……… 94 Tabel 4. Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Narasi

Ekspositoris Siswa Kelas IV SD Negeri Siyono III………. 95 Tabel 5. Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Narasi

Ekspositoris Siswa Kelas IV SD Negeri Siyono III ……… 96 Tabel 6. Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Narasi

Ekspositoris Siswa Kelas IV SD Negeri Siyono III ……… 98 Tabel 7. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Kelas IV SD

Negeri Siyono III pada Siklus I……….. 134 Tabel 8. Nilai Aspek Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Kelas IV

SD Negeri Siyono III pada Siklus I ………. 136

Tabel 9. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Kelas IV SD Negeri Siyono III pada Siklus II ………. 159 Tabel 10. Nilai Aspek Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Kelas IV

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ……… 81 Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan

Mc. Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 93) ……… 87 Gambar 3. Siswa Kelas IV sedang Menghias Buku Catatan Harian… 102 Gambar 4. Sampel Hasil Menulis Karangan Siswa berdasarkan

Pengalaman pada Pratindakan ……….. 106 Gambar 5. Diagram Nilai Hasil Menulis Karangan Siswa

berdasarkan Pengalaman pada Pratindakan ……….. 107 Gambar 6. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial JBS pada

Pratindakan ………... 124

Gambar 7. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial JBS pada Siklus I pertemuan Pertama ……….. 125 Gambar 8. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial JBS pada

Siklus I pertemuan Kedua ………. 125 Gambar 9. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial NDS

pada Pratindakan ………. 127

Gambar 10. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial NDS pada Siklus I Pertemuan Pertama ……….. 127 Gambar 11. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial NDS

pada Siklus I Pertemuan Kedua ………. 128

Gambar 12. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial CNS

pada Pratindakan ……… 130

Gambar 13. Hasil Menulis Narasi Ekspsositoris Siswa Inisial CNS pada Siklus I Pertemuan Pertama ……….. 131 Gambar 14. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial CNS

pada Siklus I Pertemuan Kedua ………. 131 Gambar 15. Diagram Kriteria Perolehan Nilai Hasil Menulis Narasi

Ekspositoris Siswa Kelas IV SD Negeri Siyono III pada

Siklus I ……….. 133

Gambar 16. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Hasil Menulis Narasi Ekspsositoris Siswa Kelas IV SD

Negeri Siyono III dari Pratindakan ke Siklus I ………….. 134

(16)

xvi

Gambar 18. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial DNJ pada Siklus II Pertemuan Pertama ……… 151 Gambar 19. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial DNJ

pada Siklus II Pertemuan Kedua ……….. 152 Gambar 20. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial AAD

pada Siklus II Pertemuan Pertama ………. 153

Gambar 21. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial AAD pada Siklus II Pertemuan Kedua ……… 154 Gambar 22. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial TNR

pada Siklus II Pertemuan Pertama ………. 155 Gambar 23. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Inisial TNR

pada Siklus II Pertemuan Kedua ……… 156 Gambar 24. Diagram Kriteria Perolehan Nilai Hasil Menulis Narasi

Ekspositoris Siswa Kelas IV SD Negeri Siyono III pada

Siklus II ………. 158

Gambar 25. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Kelas IV SD

Negeri Siyono III dari Pratindakan ke Siklus II …………. 160

Gambar 26. Grafik Aspek Keterampilan Menulis Narasi Ekspositoris

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV

SD Semester Genap Tahun Ajaran 2015/ 2016 …….. 175

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Pertemuan Pertama ………. 177

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Pertemuan Kedua ……… 190

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Pertemuan Pertama ………. 202

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Pertemuan Kedua ……… 215

Lampiran 6. Lembar Observasi Guru ……….. 227 Lampiran 7. Lembar Observasi Siswa ………. 229 Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Pertemuan Pertama ………. 231

Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Pertemuan Kedua ……… 234

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Pertemuan Pertama ……….. 237

Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Pertemuan Kedua ……… 240

Lampiran 16. Nilai Hasil Menulis Narasi Ekspositoris

Pratindakan………... 251

Lampiran 17. Nilai Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siklus I

(18)

xviii

Lampiran 18. Nilai Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siklus I

Pertemuan Kedua ……… 255

Lampiran 19. Nilai Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siklus II Pertemuan Pertama ………. 257

Lampiran 20. Nilai Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siklus II Pertemuan Kedua ……… 259

Lampiran 21. Rekapitulasi Nilai Menulis Narasi Ekspositoris ……. 261

Lampiran 22. Nilai Hasil Menulis Catatan Harian Siswa …………. 263

Lampiran 23. Hasil Menulis Narasi Ekspositoris Siswa……… 266

Lampiran 23. Foto-foto Penelitian ………. 271

Lampiran 24 Catatan Lapangan ……… 273

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang tidak pernah luput melakukan interaksi dengan manusia lain demi kelangsungan hidupnya. Salah satu bentuk interaksi tersebut, yaitu melalui komunikasi. Henry Guntur Tarigan (2008: 19) mengartikan, komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang terjadi sewaktu-waktu, bila manusia atau binatang-binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Di dalam komunikasi terjadi pertukaran pesan atau informasi dari komunikator (pengirim) ke komunikan (penerima) melalui suatu perantara (medium). Apabila komunikator dan komunikan berkomunikasi melalui tatap muka secara langsung, maka disebut komunikasi langsung. Sedangkan, jika komunikator dan komunikan berkomunikasi tidak melalui tatap muka secara langsung disebut komunikasi tidak langsung. Komunikasi tidak langsung dapat dilakukan melalui tulisan (Henry Guntur Tarigan, 2008: 22).

(20)

2

contohnya tulisan-tulisan yang berisi informasi aktual pada berbagai media komunikasi. Selain itu, tulisan sebagai bentuk rekaman atau dokumentasi hasil penelitian. Tulisan lahir dari proses kompleks dalam kegiatan menulis.

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut (Bryne dalam Kundharu Saddhono & Y. Slamet, 2014: 7). Pendapat lain dari Murray (Heru Kurniawan, 2014: 127) menulis adalah proses berpikir yang berkesinambungan, mulai dari mencoba, dan sampai dengan mengulas kembali. Menulis berawal dari proses berpikir dengan mencoba menggali pikiran dan perasaan untuk mendapatkan ide atau gagasan yang akan disampaikan. Selanjutnya, ide atau gagasan tersebut dituangkan ke dalam bahasa tulis agar dapat dipahami oleh orang lain. Maka, menulis dipahami sebagai suatu kegiatan yang mengandalkan proses berpikir guna menghasilkan ide atau gagasan dan disampaikan melalui bahasa tulis.

(21)

3

mempelajari berbagai bidang di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Maman Suryaman (2012: 36) bahwa mahir menulis dapat mempermudah dalam mempelajari bidang-bidang lainnya di sekolah.

Siswa memerlukan suatu keterampilan untuk dapat menghasilkan suatu tulisan yang bermakna, yaitu keterampilan menulis. Keterampilan menulis menurut Saleh Abbas (2006: 125) adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Keterampilan menulis meliputi berbagai kemampuan dalam proses menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia. Adapun keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia meliputi: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis (Henry Guntur Tarigan, 2008: 1). Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain dalam proses pemerolehan bahasa. Keterampilan menulis akan dikuasai setelah keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca dikuasai dengan baik.

(22)

4

1992: 66-67). Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Siyono III, maka pembelajaran menulis di kelas IV akan dibahas lebih lanjut.

Dalam KTSP (2006), pembelajaran menulis siswa kelas IV telah sampai pada menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar dan tanda baca). Topik sederhana diambil dari pengalaman sehari-hari. Karangan yang dimaksud termasuk ke dalam jenis karangan narasi ekspositoris. Menurut Nurudin (2012: 54-55) narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu. Sedangkan, karangan narasi ekspositoris (Sabarti Akhadiah dkk, 1992: 127) yaitu narasi yang menceritakan mengenai berlangsungnya suatu peristiwa melalui rangkaian kejadian atau perbuatan. Tujuan dari narasi ekspositoris adalah untuk memberi informasi kepada para pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas.

(23)

5

dimengerti. Siswa sering mengulang kata yang sama pada beberapa kalimat. Siswa belum mampu menyusun paragraf dengan tepat. Unsur-unsur pokok narasi belum terpenuhi. Pengembangan gagasan masih terbatas. Tulisan siswa tergolong kurang rapi dan baik.

Berdasarkan pengamatan peneliti, salah satu penyebab rendahnya nilai menulis narasi ekspositoris yaitu, pelaksanaan pembelajaran menulis narasi ekspositoris di kelas IV SD Negeri Siyono III masih kurang intensif. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara dengan para siswa kelas IV. Siswa menuturkan, selama ini pembelajaran menulis di kelas IV masih jarang dilaksanakan. Pembelajaran menulis di kelas IV baru dilaksanakan sebanyak tiga kali, sampai pada saat peneliti melakukan pratindakan awal Mei lalu. Padahal, keterampilan menulis sebagai aspek dalam keterampilan berbahasa dan bersastra hanya dapat dicapai melalui praktik dan latihan (Henry Guntur Tarigan, 2008: 3). Semakin tinggi jam terbang kita dalam menulis, maka kita akan semakin lancar dan terampil dalam menulis (Wawan Susetya, 2014: 11). Kurangnya frekuensi pembelajaran menulis juga menyebabkan siswa kurang mendapat bimbingan dari guru dalam mengembangkan keterampilan menulis termasuk keterampilan menulis narasi ekspositorisnya.

(24)

6

pada pembelajaran menulis kurang variatif. Pembelajaran menulis seringkali dilaksanakan dengan strategi ekspositoris melalui metode dan teknik ceramah. Hasil pembelajaran menulis siswa juga kurang mendapat tindak lanjut. Siswa menjadi bosan dan kurang tertarik terhadap pembelajaran menulis.

Rendahnya nilai menulis narasi ekspositoris siswa dan minat menulis siswa merupakan permasalahan yang perlu mendapat perhatian serta upaya penyelesaian. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pembenahan pelaksanaan pembelajaran menulis. Pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran adalah sebuah cara khas yang operasional digunakan untuk mencapai tujuan tertentu (Iskandarwassid & Dadang Sunendar, 2009: 40-41). Teknik pembelajaran merupakan komponen yang berhubungan langsung dengan praktek pembelajaran, maka upaya yang diputuskan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu melalui penerapan suatu teknik pembelajaran.

(25)

7

pikiran, dan perasaan dari kehidupan sehari-hari siswa. Dari berbagai teknik yang disebutkan, teknik yang tepat untuk pembelajaran keterampilan menulis narasi ekspositoris yaitu teknik catatan harian.

Sehubungan dengan teknik catatan harian, Heru Kurniawan (2014: 111) berpendapat, pembelajaran menulis catatan harian adalah pembelajaran yang memfungsikan dan menugaskan siswa untuk menulis catatan harian sebagai dasar untuk menulis novel anak. Pendapat lain dari Saleh Abbas (2006: 129) kegiatan menulis diary atau buku harian ini merupakan lanjutan dari kegiatan yang berawal menulis satu kejadian yang pernah dialami siswa. Teknik catatan harian merupakan teknik pembelajaran keterampilan menulis yang memfasilitasi siswa untuk berlatih dan mengembangkan keterampilan menulis melalui serangkaian pengalaman latihan menulis catatan harian selama kurun waktu tertentu.

(26)

8

John Lagan (2005: 15) menyatakan, writing in a journal will help you develop the habit of thingking on paper and will show you the ideas can be discovered in

the process of writing. Menulis catatan harian (jurnal) akan membantu seseorang dalam mengembangkan kegiatan berpikir dan tanpa disadari secara otomatis seseorang tersebut dapat mengembangkan suatu gagasan, ketika kegiatan menulis berlangsung. Teknik catatan harian dapat membantu siswa untuk mengembangkan kegiatan berpikir melalui latihan menulis catatan harian. Siswa perlu menemukan gagasan sebelum menulis catatan harian, kemudian gagasan-gagasan tersebut dikembangkan. Semua kegiatan tersebut dilakukan melalui kegiatan berpikir.

Sebelumnya, terdapat suatu penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi ekspositoris melalui jurnal pribadi siswa. Penerapan jurnal pribadi siswa hampir serupa dengan teknik catatan harian. Penelitian tersebut

berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Ekspositoris melalui Jurnal Pribadi Siswa Kelas IV SD Negeri Balasklumprik I/434 Surabaya”. Penerapan Jurnal Pribadi Siswa tersebut dikatakan berhasil. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian berupa peningkatan nilai rata-rata menulis karangan narasi ekspositoris siswa. Mulanya nilai rata-rata menulis narasi ekspositoris siswa pada siklus I baru mencapai nilai 68,04. Nilai tersebut belum memenuhi target KKM yaitu 75. Pada siklus II, nilai rata-rata menulis narasi ekspositoris siswa meningkat menjadi 90,4. Siswa telah berhasil menulis narasi ekspositoris dengan baik.

(27)

9

kelas IV SD Negeri Siyono III melalui penelitian berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Ekspositoris Siswa Kelas IV SD Negeri Siyono III Playen Gunungkidul dengan Menggunakan Teknik Catatan Harian”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang timbul antara lain:

1. Rendahnya nilai rata-rata menulis narasi ekspositoris siswa. 2. Siswa kurang tepat menyusun kata-kata dalam satu kalimat.

3. Siswa belum menggunakan tanda baca dan huruf kapital sesuai dengan aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

4. Siswa belum memenuhi unsur-unsur pokok narasi dalam menulis narasi ekspositoris.

5. Siswa masih terbatas dalam mengembangkan gagasan narasi. 6. Tulisan siswa tergolong kurang rapi dan baik.

7. Minat menulis siswa rendah.

8. Pembelajaran menulis jarang dilaksanakan.

9. Strategi, metode, teknik, dan media yang diterapkan pada pembelajaran menulis kurang variatif.

C. Pembatasan Masalah

(28)

10

menulis narasi ekspositoris dan rendahnya keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa kelas IV SD Negeri Siyono III Playen, Gunungkidul.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan oleh peneliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. “Bagaimana peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis narasi

ekspositoris siswa kelas IV SD Negeri Siyono III Playen, Gunungkidul dengan

menggunakan teknik catatan harian?”

2. “Bagaimana peningkatan hasil keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa kelas IV SD Negeri Siyono III Playen, Gunungkidul dengan menggunakan

(29)

11 E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi ekspositoris siswa kelas IV SD Negeri Siyono III Playen, Gunungkidul dengan menggunakan teknik catatan harian.

2. Untuk meningkatkan hasil keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa kelas IV SD Negeri Siyono III Playen, Gunungkidul dengan menggunakan teknik catatan harian.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmu pengetahuan dan referensi tambahan bagi praktisi pendidikan yang akan mengadakan upaya peningkatan keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa kelas IV SD.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

1) Siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi ekspositoris melalui latihan-latihan menulis narasi ekspositoris dalam teknik catatan harian.

(30)

12 b. Bagi guru

1) Guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pembelajaran selanjutnya.

2) Guru dapat menerapkan teknik catatan harian untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi ekspositoris di kelas yang diampunya. c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pembuatan kebijakan mengenai upaya peningkatan keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa dengan menyediakan sarana dan prasarana dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis karangan narasi ekspositoris.

d. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan dijadikan refleksi bagi penulis sebagai calon pendidik ataupun praktisi pendidikan dalam memotivasi untuk terus mengembangkan mutu pembelajaran.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Keterampilan Menulis Narasi Ekspositoris

(31)

13

menyampaikan peristiwa yang benar-benar terjadi (kronologi), dan berita untuk memperluas pengetahuan pembaca.

2. Teknik Catatan Harian

(32)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Keterampilan Menulis a. Pengertian menulis

Selama ini, menulis dipahami sebagai suatu kegiatan menghasilkan tulisan untuk tujuan tertentu. Menulis sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari manusia dari segala kalangan usia. Khususnya pada siswa SD, segala kegiatan pembelajaran di sekolah baik yang bersifat akademis maupun non akademis melibatkan kegiatan menulis. Kegiatan menulis yang dilakukan siswa di sekolah seperti, mencatat materi, mencatat hal-hal penting, mengerjakan tes tertulis, mengerjakan tes menulis, dan lain sebagainya.

Menurut Tarigan (Dalman, 2012: 4) menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis itu. Menulis bukan sembarang menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis, tetapi menghasilkan lambang-lambang grafis yang membentuk suatu makna. Lambang-lambang grafis tersebut dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain.

(33)

15

menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis menghasilkan tulisan yang dapat digunakan sebagai media dalam menyampaikan pesan kepada orang lain. Maka dari itu, menulis merupakan salah satu bentuk komunikasi tidak langsung.

Di lain sisi, Mc Crimmon (Kundharu Saddhono & Y. Slamet, 2014: 152) memiliki pendapat lain, menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Sebelum menulis, siswa terlebih dahulu melakukan proses berpikir hingga menghasilkan suatu tulisan. Proses berpikir yang dilakukan oleh siswa sebelum menulis bertujuan untuk melahirkan ide atau gagasan mengenai seseorang, benda ataupun fenomena yang akan dijadikan bahan atau materi tulisan. Ide atau gagasan perlu dikembangkan supaya kelak tulisan yang dihasilkan lengkap dan padat. Dalam mengembangkan ide atau gagasan tersebut, siswa perlu menghubung-hubungkan fakta, konsep, maupun teori hingga dapat ditarik kesimpulan. Selanjutnya, pengembangan ide atau gagasan tadi dituangkan ke dalam tulisan yang baik dan sistematis.

(34)

16

harian. Pada penelitian ini, menulis dikaji sebagai suatu keterampilan yaitu keterampilan menulis narasi ekspositoris.

b. Tujuan menulis

Menurut Hugo Hartig (Henry Guntur Tarigan, 2008: 25-26) tujuan menulis yaitu: (a) assignment purpose (tujuan penugasan), (b) altruistic purpose (tujuan altruistik), (c) persuasive purpose (tujuan persuasif), (d)

informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), (e) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri), (f) creative purpose (tujuan kreatif), (g) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah).

Pendapat lain yang hampir sama, menyebutkan tujuan menulis antara lain: (a) tujuan penugasan, (b) tujuan estetis, (c) tujuan penerangan, (d) tujuan pernyataan diri, (e) tujuan kreatif, (f) tujuan konsumtif (Dalman 2014: 13). Tujuan penugasan yaitu, menulis bertujuan untuk memenuhi tugas dari guru atau lembaga. Tujuan estetis yaitu, kegiatan menulis yang bertujuan untuk menuangkan keindahan (estetis) dalam suatu tulisan. Tujuan penerangan yaitu, menulis untuk menyediakan berbagai informasi. Tujuan pernyataan diri yaitu, menulis untuk menegaskan tentang hal-hal yang diperbuat. Selanjutnya, tujuan kreatif yaitu, menulis bertujuan untuk menghasilkan tulisan hasil kreatifitas dari penulis. Kemudian, tujuan konsumtif yaitu, menulis untuk menjual dan menjadikan tulisan untuk dikonsumsi para pembaca.

(35)

17

yaitu, tujuan untuk mempengaruhi pikiran dan hati para pembaca mengenai gagasan yang disampaikan, (c) tujuan altruistik yaitu, untuk menghibur hati para pembaca, (d) tujuan pernyataan diri yaitu, tujuan untuk menegaskan tentang hal-hal yang diperbuat, (e) tujuan kreatif yaitu, tujuan untuk menghasilkan tulisan yang berisi kreatifitas dari penulis.

Penelitian ini mengkaji tentang keterampilan menulis narasi ekspositoris dan teknik catatan harian. Tulisan narasi ekspositoris merupakan suatu bentuk tulisan yang menceritakan peristiwa yang benar-benar terjadi secara kronologis untuk memperluas pengetahuan pembaca. Catatan harian merupakan kumpulan ide atau pikiran, opini, dan deskripsi dari kehidupan sehari-hari seseorang. Tujuan menulis mempengaruhi bentuk tulisan. Tujuan menulis yang mengarah pada tulisan narasi ekspositoris dan catatan harian yaitu, tujuan penerangan (informational purpose).

c. Manfaat Menulis

(36)

18

Salah satu pendapat datang dari Kundharu Saddhono dan Y. Slamet (2014: 161) bahwa kemanfaatan (kegiatan menulis) itu diantaranya dalam hal: (a) peningkatan kecerdasan, (b) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, (c) penumbuh keberanian, dan (d) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Manfaat-manfaat tersebut selebihnya akan dijelaskan sebagai berikut: 1) peningkatan kecerdasan

Kecerdasan biasanya juga disebut dengan istilah intelegensi. Menurut Wechsler (Sugihartono dkk., 2012: 16) pengertian intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan, berfikir secara rasional, dan kemampuan menghadapi lingkungan secara efektif. Sebagian orang percaya bahwa taraf kecerdasan sifatnya tetap, tetapi sebagian lagi menyatakan bahwa taraf kecerdasan seseorang dapat berkembang melalui proses belajar (Iskandarwassid & Dadang Sunendar 2009: 132).

Sehari-hari siswa mengalami proses belajar dalam memahami suatu pengetahuan yang ditemukan maupun yang diperoleh. Proses belajar siswa melibatkan proses berpikir untuk mengakomodasi dan mengasimilasi skemata dalam memorinya. Padahal, proses berpikir juga dibutuhkan saat melakukan kegiatan menulis. Hal tersebut berarti, kegiatan menulis yang dilakukan secara berkelanjutan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan.

2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas

(37)

masalah-19

masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman (Henry Guntur Tarigan, 2008: 22-23). Siswa yang terbiasa menulis secara rutin akan mengalami kemudahan dalam memahami hubungan-hubungan antar ide, konsep, ataupun teori yang akan dikembangkan. Siswa akan berinisiatif untuk menentukan cara pengembangan tulisan yang dianggap sesuai, supaya dapat menulis dengan baik. Selain itu, siswa menggunakan daya kreativitasnya dalam menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam tulisan. Apabila siswa melaksanakan kegiatan menulis secara rutin, daya inisiatif dan kreativitas menulis siswa dapat berkembang.

3) penumbuh keberanian

Lewat menulis dapat menumbuhkan keberanian siswa untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Menulis dapat dijadikan media penyampaian pesan secara tidak langsung (not face to face). Banyak siswa yang mengurungkan niat untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, karena alasan takut tidak bisa menyampaikan pesan dengan baik akibat terganggu perasaan berhadapan secara langsung atau takut menerima respon yang tak terduga dari orang yang dituju. Maka dari itu, menulis dapat menumbuhkan keberanian siswa dalam menyampaikan pesan, karena melalui menulis siswa dapat lebih nyaman untuk mengutarakan segala sesuatu.

4) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

(38)

20

akan mengalami kesulitan dalam menulis, apabila siswa kekurangan bahan-bahan atau informasi penulisan. Maka, siswa akan terdorong kemauannya untuk mengumpulkan informasi. Semakin sering mengumpulkan informasi, maka siswa akan terbiasa mengumpulkan informasi dengan baik, hingga kemampuan mengumpulkan informasi akan meningkat.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, kesimpulan yang diperoleh yaitu, menulis memiliki banyak manfaat seperti: (a) peningkatan kecerdasan, (b) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, (c) penumbuh keberanian, dan (d) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Pada penelitian ini, kegiatan siswa yang menjadi objek pengamatan dan penilaian yaitu pelaksanaan pembelajaran menulis narasi ekspositoris. Semua manfaat menulis tersebut, berlaku juga bagi pembelajaran menulis narasi ekspositoris siswa.

d. Proses Menulis

Gail E. Tompkins (2010: 52) mengemukakan, the writing process is a series of five stages that describe what students think and do as they write, the

stages are prewriting, drafting, revising, editing, and publishing. Pendapat tersebut mengemukakan, proses menulis merupakan serangkaian dari lima tahapan yang mendeskripsikan apa yang siswa pikirkan dan apa yang siswa kerjakan dalam melakukan kegiatan menulis, tahapan-tahapan tersebut yaitu,

prewriting, drafting, revising, editing, dan publishing.

(39)

21

yang berulang. Penamaan terhadap tahapan-tahapan tersebut bermaksud untuk membantu dalam mengidentifikasi aktivitas menulis. Selengkapnya tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Prewriting (Pramenulis)

Tahap prewriting (pramenulis) merupakan tahap awal, yaitu tahap persiapan untuk menulis. Pada tahap ini siswa memilih topik, menentukan tujuan dan bentuk tulisan, dan mengumpulkan serta mengorganisasikan ide yang akan disampaikan. Hal ini seperti yang disampaikan Gail E. Tompkins (2010: 52), during prewriting, students choose a topic, consider purpose and form, and gather and organize ideas for writing. Pertama-tama siswa dibimbing untuk memilih topik. Siswa dapat memilih topik sendiri yang mereka kuasai atau dianggap menarik. Topik juga dapat berasal dari topik yang telah disediakan oleh guru yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, siswa perlu menentukan tujuan menulis dan bentuk tulisan. Tujuan menulis penting untuk ditentukan karena akan mempengaruhi bentuk tulisan, sebagai contoh: apabila seorang siswa telah menentukan tujuan penulisan yaitu untuk menghibur, maka siswa tersebut memutuskan untuk menulis narasi yang lucu. Selanjutnya siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan gagasan, ide, ataupun opini yang akan disampaikan ketika siswa mulai menulis.

2) Drafting (Membuat Draft)

Tahap ini yaitu tahap dimana siswa mulai menulis atau membuat draft

(40)

22

dikembangkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini biasanya tulisan yang dihasilkan masih berantakan, siswa masih kurang memperhatikan kejelasan tulisan, ejaan, kerapihan, penggunaan kapital maupun pungtuasi. Siswa fokus untuk mengembangkan sambil menuliskan gagasan, ide, ataupun opini yang akan disampaikan. Maka guru dalam memberikan bimbingan lebih ke dalam hal pengembangan gagasan yang baik, tepat, dan menarik. Sommers mengatakan, in fact, pointing out mechanical errors during the drafting stage sends students a false message that mechanical correctness is more important

than content (Gail E. Tompkins & Kennet Hoskisson, 1995: 216). Faktanya, lebih mengutamakan kesalahan mekanik tulisan selama tahapan ini membuat siswa berpikir keliru, bahwa mekanik tulisan lebih penting dibandingkan isi tulisan.

3) Revising (Merevisi)

Tahap merevisi disebut sebagai tahap “melihat kembali”. Tahap merevisi

tidak hanya berarti memperbaiki, namun mengetahui kebutuhan dari pembaca. Tahap ini dilakukan dengan menambah, mengganti, menghapus, dan menyusun kembali komponen tulisan. Menurut Gail E. Tompkins (2010: 55)

revising consists of three activities: rereading the rough draft, sharing the

(41)

23

Siswa perlu membaca kembali draft kasar tulisan yang telah dibuat. Siswa perlu beberapa saat untuk menjauhkan diri dari tulisannya sebelum membaca kembali supaya siswa tidak bias dan dapat objektif memposisikan diri sebagai pembaca ketika membaca kembali tulisannya. Selain itu, siswa dapat mendiskusikan draft kasar tulisannya pada grup menulis. Di grup menulis, siswa dapat meminta saran tentang hal-hal yang perlu direvisi dan mengajukan saran hal-hal yang perlu direvisi pada tulisan milik teman lain. Pada akhirnya siswa akan merevisi tulisan mereka berdasarkan umpan balik yang didapat dari hasil membaca kembali dan diskusi dengan teman lain. 4) Editing (Mengedit)

Tahap ini dilakukan setelah siswa selesai merevisi tulisan. Tahap ini merupakan tahap dimana siswa menyajikan hasil tulisannya ke dalam bentuk akhir. Pada tahap-tahap sebelumnya, perbaikan masih berfokus kepada isi tulisan, sedangkan pada tahap ini unsur mekanik tulisan sudah harus diperhatikan. Seperti yang dikemukakan Gail E. Tompkins (2010: 57), until this stage, the focus has been primarily on the content of students’s writing. Once the focus changes to mechanics, students polish their writing by

correcting spelling mistakes and other mechanical errors.

5) Publishing (Mempublikasikan)

Gail E. Tompkins (2010: 57) menjelaskan, in this stage (publishing), students bring their compositions to life by writing final copies and by sharing

(42)

24

akhir tulisan dan mengkomunikasikannya secara oral. Penyampaian hasil tulisan dapat dilakukan dalam bentuk cetakan dan non cetakan.

Penyampaian dalam bentuk cetakan dapat melalui buku, majalah, surat kabar, makalah, laporan dan sebagainya. Penyampaian dalam bentuk non cetakan dapat dilakukan dengan pementasan, peragaan, penceritaan, pembacaan dan sebagainya.

Arthur K. Ellis (1998: 326) memiliki pandangan yang hampir sama sebagai berikut:

The writing process can be considered in four phases:

1. Prewriting. This is the initial, or warm-up phase. In this phase, a young writer needs to consider the subject, think about who he or she is writing for, and create images of what he or she would like to say.

2. Drafting. The writer is ready to take the first written approach to the subject. At this stage, it is important that the writer says what he or she needs to say in rough form.

3. Revising. This is a good time to discuss the work with someone else, to get teacher comments, and to consider not merely what to say, but how to say it.

4. Editing. This is the phase where the finished product will emerge. Spelling, punctuation, element of style, and so on are important, because others will read the product.

Arthur K. Ellis menyampaikan, proses menulis dibagi menjadi empat tahap, yaitu: (1) prewriting, tahap persiapan penulisan yaitu, tahap mempertimbangkan ide atau gagasan dan cara penyampaiannya, (2) drafting, tahap penulisan, yaitu tahap penulis siap untuk menuangkan gagasannya ke dalam bahasa tulis dengan memperhatikan tata tulis dan tata bahasa, (3)

(43)

25

dengan proses menulis, Alek A. dan Achmad H. P. (2010: 107) memiliki pendapat tersendiri, yaitu langkah-langkah menulis meliputi: (a) persiapan (preparation), (b) menulis (writing), dan (c) Editing.

Dari berbagai pendapat mengenai proses menulis tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses menulis dibagi menjadi lima tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain: (1) pramenulis, yaitu tahap persiapan menulis, (2) menulis, yaitu tahap menuangkan dan mengembangkan ide atau gagasan ke dalam bahasa tulis, (3) merevisi, yaitu tahap memperbaiki seluruh bagian karangan, (4) mengedit, yaitu tahap penyajian tulisan ke dalam format baku, (5) mempublikasi, yaitu tahap menyampaikan tulisan. Pada penelitian ini, proses-proses menulis diterapkan pada siswa saat pelaksanaan pembelajaran menulis narasi ekspositoris. Hal ini bertujuan agar siswa terbiasa menulis melalui proses-proses yang sistematis dan benar.

e. Ciri tulisan yang baik

(44)

26

Adelstein dan Pival (Henry Guntur Tarigan, 2008: 6-7) pernah menjelaskan bahwa ciri-ciri tulisan yang baik, diantaranya sebagai berikut: 1) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan

nada yang serasi. Maksudnya, tulisan yang baik menggambarkan kemampuan penulis dalam menghasilkan tulisan yang teratur, sesuai, dan jelas sehingga isinya dapat diterima dengan baik oleh pembaca. Tulisan yang teratur merupakan tulisan yang runtut isinya, baik runtut antar kalimat maupun paragrafnya. Susunan kata dalam kalimatnya juga sudah tepat, tidak membuat kebingungan.

2) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh. Tulisan yang baik sifatnya menyeluruh (komprehensif) dan utuh, karena tulisan yang tidak menyeluruh dan utuh dapat menimbulkan multi tafsir dari pembaca. Tulisan yang sifatnya menyeluruh dan utuh akan lebih baik dalam memberikan informasi kepada pembaca.

3) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar. Tulisan yang dimaksud adalah tulisan yang tidak membuat pembaca bersusah payah dalam memahami makna tersurat maupun tersirat. Tulisan tersebut mampu menyampaikan pesan yang dimaksud oleh penulis dengan jelas.

(45)

27

mampu menjelaskan konsep-konsep yang dibahas melalui fakta-fakta yang masuk akal mengenai pokok pembicaraan tersebut.

5) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Tulisan yang dimaksud yaitu tulisan yang terus mengalami penyesuaian. Tulisan yang selalu direvisi demi perkembangan kualitas isi yang semakin baik.

6) Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau manuskrip. Tulisan yang dimaksud adalah tulisan yang sadar akan komitmen dalam mempersembahkan kualitas yang terbaik. Tulisan yang mempergunakan ejaan dan tanda baca secara saksama. Tulisan yang mematuhi tata bahasa yang berlaku.

Sehubungan dengan ciri-ciri tulisan yang baik, Alek A. dan Achmad H. P. (2010: 108) juga menyebutkan bahwa mengukur kriteria tulisan yang baik melalui tiga kriteria, yaitu: (1) kesesuaian topik, (2) kesesuaian antar paragraf, dan (3) pemilihan kata dan rangkaian kalimat. Kesesuaian topik, yaitu isi tulisan harus relevan (sesuai) dengan topik yang diangkat. Kesesuaian antar paragraf, yaitu paragraf saling berhubungan satu sama lain, paragraf-paragraf tersusun dengan sistematis, isi paragraf jelas dan efektif. Selain itu, pemilihan kata dan rangkaian kalimat, diksi tepat dan bervariasi, dari sisi penulisan juga harus benar, susunan kata dalam kalimat tepat.

(46)

28

akal, (3) relevan, yaitu tulisan yang pemilihan katanya tepat dan isinya sesuai dengan topik yang diangkat, (4) padu, setiap paragrafnya menempati urutan yang tepat, saling berhubungan dan mendukung satu sama lain, (5) teratur, yaitu tulisan yang mengikuti aturan tata tulis dan tata bahasa yang berlaku dalam hal penulisan maupun pembentukan huruf, kata, dan kalimat, penggunaan ejaan serta tanda baca.

Ciri-ciri tulisan yang baik pada penelitian ini dijadikan dasar bagi kriteria pada rubrik penilaian hasil menulis narasi ekspositoris siswa. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi dan tes. menulis. Rubrik penilaian hasil menulis narasi ekspositoris siswa merupakan instrumen pengumpulan data dari tes menulis.

f. Jenis-jenis tulisan

Sri Pamungkas (2012: 58-59) menyebutkan jenis-jenis tulisan, antara lain yaitu: (1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, (5) persuasi. Tiap-tiap jenis tulisan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Narasi

(47)

29 2) Deskripsi

Kundharu Saddhono dan Y. Slamet (2014: 160) mengatakan, deskripsi (pemerian) adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Tulisan jenis ini bermaksud untuk mendeskripsikan ciri-ciri maupun kesan terhadap sesuatu atau pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.

3) Eksposisi

Eksposisi merupakan jenis tulisan yang sifatnya menerangkan atau menjelaskan serta menegaskan suatu pokok masalah atau pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca. Tulisan jenis ini bermaksud untuk memberi informasi kepada pembaca. Perbedaannya dengan deskripsi yaitu, deskripsi lebih membebaskan subjektivitas penulis, sedangkan eksposisi sangat membatasinya (Sri Pamungkas, 2012: 58-59)

4) Argumentasi

(48)

30 5) Persuasi

Menurut Sri Pamungkas (2012: 59) persuasi adalah karangan yang disampaikan dengan cara-cara tertentu, bersifat ringkas, menarik, dan mempengaruhi secara kuat kepada pembaca sehingga terhanyut oleh siratan isi. Tulisan ini bertujuan untuk mempengaruhi pikiran dan isi hati para pembaca. Tulisan persuasi biasanya digunakan saat pidato, khotbah, dan sebagainya.

Pendapat lain dari Weayer (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 28) yang juga menyebutkan jenis-jenis tulisan antara lain: eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Sejalan dengan pendapat tersebut Sabarti Akhadiah, dkk. (1992: 127) juga mengemukakan bahwa jenis-jenis tulisan meliputi: narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.

(49)

31

Penelitian ini merupakan penelitian yang mengkaji peningkatan keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa kelas IV SD Negeri Siyono III, Playen, Gunungkidul dengan menggunakan teknik catatan harian. Objek dari penelitian ini yaitu keterampilan menulis narasi ekspositoris. Maka, jenis tulisan yang dikaji pada penelitian ini yaitu tulisan narasi, khususnya tulisan narasi jenis ekspositoris.

g. Keterampilan menulis

Siswa memerlukan suatu keterampilan untuk dapat menulis dan menghasilkan tulisan yang baik, keterampilan tersebut yaitu keterampilan menulis. Keterampilan menulis termasuk salah satu aspek dalam keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan berbahasa Indonesia. Seperti yang dikemukakan Kundharu Saddhono dan Y. Slamet (2014: 5) keterampilan berbahasa Indonesia mencakup: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis dan keterampilan membaca.

Menurut Bryne (dalam Kundharu Saddhono dan Y. Slamet, 2014: 163) yaitu,

……….

Keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.

(50)

32

Di sisi lain, Kundharu Saddhono dan Y. Slamet (2014: 179) mengemukakan keterampilan menulis ialah kemampuan seseorang dalam menyusun suatu tulisan atau karangan berdasarkan fakta (umum) yang dapat dipertanggungjawabkan kepada pembaca melalui medium bahasa tulis dan bertaat asas pada kaidah bahasa Indonesia. Selain mengemukakan bahwa keterampilan menulis merupakan kemampuan menyusun tulisan atau karangan melalui medium bahasa tulis, Kundharu Saddhono dan Y. Slamet menegaskan untuk taat pada kaidah bahasa, dalam hal ini Bahasa Indonesia.

Garis besar dari pendapat-pendapat tersebut, yaitu keterampilan menulis merupakan kemampuan mentransfer ide atau gagasan ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas serta memperhatikan kaidah tata bahasa yang berlaku. Hasil dari keterampilan menulis ialah tulisan yang dapat dimaknai oleh orang lain.

Keterampilan menulis meliputi berbagai rangkaian kemampuan dalam proses menulis. Kemampuan tersebut seperti kemampuan mengorganisasikan kalimat-kalimat hingga menjadi suatu tulisan yang utuh. Kemampuan memilih dalam penggunaan kata (diksi) juga termasuk ke dalam keterampilan menulis. Selanjutnya, kemampuan lain yang termasuk ke dalam keterampilan menulis yaitu kemampuan menentukan gaya bahasa, kemampuan menggunakan ejaan dan menaati kaidah bahasa, dan kemampuan menyajikan tulisan dengan format yang sesuai.

(51)

33

ekspositoris siswa kelas IV SD Negeri Siyono III, Playen, Gunungkidul. Keterampilan menulis narasi ekspositoris merupakan objek penelitian ini. Tindakan-tindakan yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan narasi ekspositoris siswa kelas IV SD Negeri Siyono III, Playen, Gunungkidul.

h. Pembelajaran menulis

Pembelajaran menulis pada tingkat SD masuk ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karakteristik pembelajaran menulis pada setiap kelas di tingkat SD memiliki penekanan yang berbeda-beda. Hal ini telah disesuaikan dengan tahap perkembangan dan kemampuan siswa. Pembelajaran menulis di SD di kelompokkan ke dalam dua kategori yaitu, pembelajaran menulis pada kelas rendah dan kelas tinggi (Zulela 2012: 12). Pembelajaran menulis di kelas rendah yaitu mulai kelas I, II, dan III menekankan pada menulis permulaan, sedangkan pembelajaran menulis pada kelas tinggi yaitu kelas IV, V, dan VI menekankan pada menulis lanjut.

Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuhdi (2001: 53) menyampaikan bahwa

(52)

34

meliputi: penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan kalimat sederhana, dan

tanda baca (huruf kapital, titik, dan tanda tanya) (Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi 2001: 53)

Sementara itu, pembelajaran menulis lanjutan merupakan pembelajaran menulis yang menekankan pada pengembangan ide atau gagasan dengan ejaan yang benar (Sabarti Akhadiah dkk. 1991: 67). Pembelajaran menulis ini tidak lagi hanya sekedar menekankan menulis dengan tulisan yang terang, jelas, teliti, dan mudah dibaca, namun telah berkembang hingga menekankan pada menghubung-hubungkan ide atau gagasan yang satu ke ide atau gagasan yang lainnya. Secara garis besar, materi pembelajaran menulis lanjutan meliputi: pengembangan paragraf, menulis bermacam-macam surat dan laporan, pengembangan bermacam-macam karangan, serta menulis puisi dan naskah drama.

Berdasarkan pembahasan tersebut, pembelajaran menulis di kelas IV SD masuk ke dalam pembelajaran menulis lanjutan. Pembelajaran menulis lanjutan di SD dimulai dari kelas IV hingga kelas VI SD, maka kelas IV SD merupakan masa awal pembelajaran menulis lanjutan. Di kelas IV siswa sudah harus dituntut untuk mulai mengembangkan ide atau gagasan dengan baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di kelas IV ialah pembelajaran yang mendukung siswa berlatih untuk mengembangkan ide atau gagasan.

(53)

35

menulis lanjutan merupakan pembelajaran menulis yang dilaksanakan pada kelas tinggi di SD, mulai kelas IV-VI SD. Hal ini sesuai dengan subjek penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri Siyono III, Playen, Gunungkidul. 2. Narasi Ekspositoris

a. Pengertian narasi

Kata narasi berasal dari kata narration yang berarti cerita, dan dari kata

narrative yang berarti menceritakan dalam Bahasa Inggris. Narasi (Sri Pamungkas, 2012: 58) merupakan jenis tulisan yang bertujuan untuk menceritakan suatu pokok persoalan. Pengertian tersebut masih terlalu umum. Heri Jauhari (2013: 48) mengemukakan, karangan narasi adalah karangan yang menceritakan atau menyampaikan serangkaian peristiwa atau kronologi. Narasi lebih kepada menceritakan suatu peristiwa dari sisi urutan waktu atau kronologi dan proses terjadinya. Berbeda dengan deskripsi yang sering disamakan dengan narasi, deskripsi lebih kepada sisi penggambaran sejelas-jelasnya.

(54)

36

Secara lebih rinci Finoza (Dalman, 2014: 105) menjelaskan, karangan narasi (berasal dari narration berarti bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Cerita dalam narasi dapat berasal dari pengamatan atau pengalaman suatu peristiwa yang disebut narasi ekspositoris. Pada perkembangannya, cerita tersebut juga dapat berasal dari daya khayal seseorang yang disebut narasi sugestif.

Dari berbagai pendapat yang telah dibahas tersebut, dapat disimpulkan mengenai narasi yaitu suatu bentuk tulisan yang menciptakan, mengisahkan dan merangkaikan proses-proses suatu peristiwa secara kronologis sehingga meninggalkan kesan pengalaman peristiwa tersebut kepada para pembaca. Narasi merupakan jenis tulisan yang dikaji pada penelitian ini. Hal ini berkaitan dengan objek pada penelitian ini yaitu keterampilan menulis narasi ekspositoris.

b. Ciri-ciri narasi

Sebagai salah satu jenis tulisan, narasi tentu memiliki identitas pembeda dengan jenis tulisan yang lainnya. Hal tersebut dapat diketahui melalui ciri-ciri tulisan narasi. Keraf (Dalman, 2014: 110) menyampaikan ciri-ciri narasi antara lain:

1) Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.

(55)

37

tindakan dari para tokoh yang memberi respon terhadap peristiwa yang dikisahkan. Tindakan pasti muncul pada narasi, karena tokoh-tokoh terkena dampak oleh peristiwa yang dikisahkan dalam narasi. Adanya unsur tindakan membuat narasi terlihat dinamis.

2) Dirangkai dalam urutan waktu.

Narasi bermaksud menyampaikan suatu peristiwa dalam urutan waktu yang telah dirangkai dengan tepat, agar para pembaca dapat membayangkan seolah-olah mereka mengalami atau menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut (Widyamartaya dalam Dalman, 2014: 106). Dalam mengisahkan suatu peristiwa, narasi memperhatikan rangkaian waktu sehingga cerita tersusun secara logis dan kronologis. Selain itu, rangkaian cerita tentang suatu peristiwa berdasarkan waktu menjadikan cerita padu dan membentuk kesatuan cerita yang memudahkan pembaca untuk mengikuti jalan cerita tersebut.

3) Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?

(56)

38

4) Ada konflik. Narasi dibangun oleh alur cerita.

Gorys Keraf (2007: 136) mengatakan, narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Kedinamisan cerita biasanya terlihat pada alur. Alur yaitu jalan cerita. Pada umumnya alur cerita dimulai dari tahap perkenalan, timbulnya konflik, konflik memuncak, dan penyelesaian, begitulah seterusnya. Tahapan alur dapat diulang atau agak dirubah urutannya sesuai perkembangan yang dikehendaki penulis. Dalman (2014: 110) menuturkan, alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konflik. Selain alur cerita, narasi dibangun oleh sebuah konflik dan susunan kronologis. Sehubungan dengan ciri-ciri karangan narasi, Atar Semi (Dalman, 2014: 110) juga memiliki pendapat mengenai ciri-ciri karangan narasi sebagai berikut:

a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.

b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.

c. Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik. d. Memiliki nilai estetika.

e. Menekankan susunan secara kronologis.

(57)

39

menceritakan peristiwa sejelas-jelasnya hingga senyata mungkin, (5) terdiri atas alur yang memuat konflik.

Ciri-ciri tulisan narasi pada penelitian ini dijadikan dasar bagi kriteria pada rubrik penilaian hasil tes menulis narasi ekspositoris siswa. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi dan tes menulis. Observasi digunakan dalam pengumpulan data proses pembelajaran keterampilan menulis narasi ekspositoris, sedangkan tes menulis dengan instrumen lembar penilaian hasil tes menulis digunakan dalam pengumpulan data berupa nilai hasil tes menulis narasi ekspositoris siswa.

c. Struktur narasi

(58)

40 1) Perbuatan

Narasi (Keraf, 2007: 136) dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Tindak-tanduk yang dimaksud adalah perbuatan tokoh-tokoh mulai dari situasi awal hingga perbuatan-perbuatan lain pada hubungan sebab-akibat dalam narasi. Perbuatan atau tindakan yang dijelaskan dalam narasi harus dibatasi supaya terhindar dari rangkaian perbuatan atau tindakan yang tiada habis-habisnya. Perbuatan atau tindakan yang disampaikan pada narasi hendaknya yang mempunyai makna.

2) Penokohan

Penokohan (Heri Jauhari, 2013: 52) merupakan penggambaran tokoh pada cerita atau penentuan tokoh cerita sesuai dengan perannya. Hal-hal yang masuk pada penokohan yaitu, penggunaan tokoh pada cerita, perangai setiap tokoh pada cerita, dan deskripsi tokoh. Sebenarnya belum ada ketentuan yang pasti terkait jumlah tokoh dalam cerita.

3) Latar

Menurut Dalman (2014: 108) latar ialah tempat dan/ atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Latar atau

(59)

41

lainnya. Sedangkan, setting psikologis (Dalman, 2014: 54) adalah setting atau latar yang sengaja diciptakan untuk memengaruhi suasana psikologis pembaca atau pendengar mudah larut dalam cerita. Dalam cerita setting psikologis kerap disampaikan melalui suara gemericik air, deburan ombak, gemuruh angin, suara binatang, dan sebagainya. Deskripsi latar sedetail mungkin dapat membantu pengalaman pembaca dalam membayangkan cerita.

4) Sudut Pandang

Sudut pandang (Heri Jauhari 2013: 54) atau disebut juga pusat narasi adalah penentu gaya dan corak cerita. Secara sederhana sudut pandang dipahami sebagai cara bercerita penulis berdasarkan penentuan siapa yang menceritakan cerita tersebut. Suatu cerita penyampaiannya akan berbeda-beda tergantung dari sudut pandang pencerita.

Selanjutnya yang akan dibahas struktur narasi berdasarkan alur. Dalman (2014: 114-116) berpendapat bahwa struktur narasi berdasarkan alur terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:

1) Bagian pendahuluan

(60)

42

adapula situasi dasar yang kompleks. Namun, akan lebih menarik apabila situasi dasar tersebut menimbulkan potensi-potensi terjadinya suatu konflik. 2) Bagian perkembangan

Bagian ini merupakan bagian utama dalam narasi. Bagian ini berisi inti cerita yang akan mempengaruhi keseluruhan dari isi narasi. Dalman (2014:116) menyebutkan, bagian ini mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli. Pada bagian ini, konflik-konflik mulai timbul dan berkembang hingga mencapai puncaknya (klimak). Konflik-konflik dapat terjadi antar sesama tokoh, tokoh dengan lingkungannya, ataupun tokoh dengan lingkungan sekitarnya.

3) Bagian penutupan

Konflik yang terus berkembang hingga mencapai klimak akan menemukan pemecahan atau tidak tergantung pada penulis. Pada bagian penutupan, penulis mulai menentukan rangkaian akhir dari narasi. Bagian ini berisi akhir dari peristiwa dalam rangkaian narasi yang ditentukan sendiri oleh penulis ataupun diserahkan kepada pembaca. Sebenarnya, urutan struktur narasi tidak harus seperti yang telah disebutkan, karena ada narasi yang tidak dimulai dari bagian pendahuluan.

(61)

43

berdasarkan alur, yaitu: bagian pendahuluan, bagian perkembangan, dan bagian penutup.

Pada penelitian ini, struktur narasi baik dari komponen-komponen pembentuknya dan berdasarkan alur dijadikan dasar bagi kriteria pada rubrik penilaian hasil tes menulis narasi ekspositoris siswa. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi dan tes menulis. Observasi digunakan dalam pengumpulan data proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis narasi ekspositoris, sedangkan tes menulis dengan instrumen lembar penilaian hasil tes menulis digunakan dalam pengumpulan data berupa nilai hasil tes menulis narasi ekspositoris siswa. d. Jenis-jenis narasi

Menurut Heri Jauhari (2013: 49) tulisan narasi terbagi menjadi dua, yakni narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Ekspositoris berasal dari kata ekposisi yang berarti memberitahukan. Tulisan narasi ekspositoris merupakan tulisan ilmiah yang menyajikan peristiwa yang benar-benar terjadi (kronologi), dan berita. Tulisan narasi sugestif merupakan karangan berdasarkan khayalan seseorang. Semua karangan narasi terikat dengan waktu, tempat, dan peristiwa. Namun, waktu, tempat, dan peristiwa dalam karangan narasi sugestif bukanlah yang sebenarnya.

(62)

44

yaitu, penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, serta tidak memasukan unsur sugestif.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tulisan narasi terbagi ke dalam dua jenis, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris merupakan narasi yang menyampaikan peristiwa yang benar-benar terjadi (kronologi), dan berita untuk memperluas pengetahuan pembaca. Narasi ini termasuk ke dalam tulisan ilmiah. Narasi sugestif merupakan narasi hasil daya khayal penulis yang disajikan dengan waktu, tempat, dan peristiwa bukan sebenarnya. Narasi ini termasuk ke dalam tulisan non ilmiah.

Penelitian ini mengkaji peningkatan keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa kelas IV SD dengan menggunakan catatan harian. Objek penelitian ini yaitu keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa. Maka dari itu, jenis narasi yang dikaji pada penelitian ini yaitu narasi ekspositoris. e. Narasi ekspositoris

Kata narasi berasal dari kata narration yang berarti cerita, dan dari kata

(63)

45

yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi ekspositoris. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut disimpulkan, narasi ekspositoris merupakan narasi yang menyampaikan peristiwa yang benar-benar terjadi (kronologi), dan berita untuk memperluas pengetahuan pembaca.

Narasi ekspositoris termasuk ke dalam tulisan ilmiah, maka narasi ini menggunakan bahasa yang logis, cenderung menggunakan kata-kata denotatif (lugas), berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukkan unsur sugestif atau bersifat objektif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, kisah perjalanan seseorang, kisah kepahlawanan, catatan harian, dan lain-lain (Dalman, 2014: 111-112).

Penelitian ini mengkaji peningkatan keterampilan menulis narasi ekspositoris siswa kelas IV SD dengan menggunakan teknik catatan harian. Objek penelitian ini, yaitu peningkatan keterampilan menulis narasi ekspositoris. Maka dari itu, narasi ekspositoris menjadi salah satu pokok kajian pada penelitian ini. Bentuk narasi ekspositoris yang dihasilkan pada penelitian ini, yaitu berupa tulisan tentang pengalaman atau peristiwa yang dialami siswa pada tes menulis dan catatan harian.

3. Teknik Pembelajaran Menulis

a. Strategi, metode, dan teknik dalam pembelajaran

(64)

46

pembelajaran adalah pola rencana dan pelaksana suatu pengajaran dengan maksud agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut strategi pembelajaran merupakan seperangkat rencana pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Penerapan strategi pembelajaran memerlukan cara-cara untuk menjalankannya. Cara atau prosedur untuk menjalankan suatu strategi disebut metode. Seperti pendapat Martiyono (2012: 83) metode adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian pelajaran kepada siswa sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pembelajaran, teknik pembelajaran lebih spesifik daripada metode pembelajaran. Menurut Martiyono (2012: 83) teknik pembelajaran adalah cara-cara atau langkah untuk melaksanakan pembelajaran. Apabila metode berisi kumpulan prosedur untuk melaksanakan strategi pembelajaran, maka teknik bukan lagi merupakan kumpulan prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran tetapi langkah-langkah atau tindakan dalam melaksanakan strategi pembelajaran.

(65)

47

Gunungkidul menggunakan penerapan suatu teknik pembelajaran, yaitu teknik catatan harian.

b. Fungsi teknik pembelajaran

Teknik pembelajaran memiliki fungsi utama untuk menyampaikan bahan ajar dengan cara-cara tertentu sehingga siswa dapat menangkap, memahami, dan menerapkan pengetahuannya. Seperti yang disampaikan Roestiyah (Iskandarwassid & Dadang Sunendar, 2009: 67):

………..

Pengertian lain (teknik pembelajaran) ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai pengajar untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik didalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh peserta didik dengan baik. Teknik pembelajaran juga berfungsi untuk membantu siswa belajar secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang diharapkan (Iskandarwassid & Dadang Sunendar, 2009: 67). Pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan teknik pembelajaran memahami karakteristik bahan ajar, sehingga dalam pelaksanaanya cara-cara yang digunakan akan disesuaikan demi mewujudkan suatu tujuan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dapat membantu siswa belajar secara efektif dan efisien.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar. 2 Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Proses Pembelajaran Menulis Narasi Ekspositoris
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru pada Proses Pembelajaran Menulis Narasi Ekspositoris
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh penerapan PSAK 50/55 (Revisii 2014) berbasis IFRS tahun 2015 (SAK) dan kualitas audit terhadap praktik

Untuk mengatasinya, minyak goreng bekas dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan deterjen pasta. Pembuatan deterjen pasta melalui beberapa tahapan yaitu

70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya, maka dengan ini kami umumkan Perusahaan. yang yang melaksanakan pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut

[r]

Untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas IV SD Negeri Cijeruk tersebut, yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA khususnya pada konsep hubungan

Tindakan agronomi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki teknik budi daya tanaman dalam rangka meningkatkan produksi tanaman dan mutu benih adalah jarak tanam dan

● Dari 4601 DYS yang telah diajukan oleh PTU, sebanyak 177 DYS tidak dapat diajukan untuk penilaian oleh PTPS karena Skor TKBI atau Skor TKDA tidak lengkap, dan bermasalah

This study is focuses on the Analysis of American society in early Twentieth centuries as reflected on the major character in John Steinbeck’s Of Mice